12
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Teoritis 2.1.1 Komunikasi Intrapersonal Komunikasi Intrapersonal (intrapersonal communication) adalah bentuk komunikasi dengan diri sendiri, bagaimana individu bertindak sebagai pengirim dan penerima pesan. Komunikasi ini melibatkan percakapan dengan diri sendiri untuk merencanakan hidup, untuk mel atih berbagai cara bertindak, dan mendorong diri sendiri untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu hingga berdebat dengan batinnya sendiri. Di satu sisi, komunikasi intrapersonal adalah proses kognitif yang berlangsung dari dalam diri. Menurut Mead, tentang “Internalized Conversation of Gestures(dalam buku Komunikasi Antar Personal, 2017:132) setiap individu mempunyai kemampuan untuk memantau tindakan atas dirinya sendiri terhadap orang lain atau masyarakat sekelilingnya sebagai tanda bahwa dia sedang menjalankan proses kognitif. Seseorang dapat merespon orang lain atau lingkungannya yang dimulai dari dirinya sendiri sebagai aktivitas mental, karena individu sadar akan perannya terhadap orang lain, karena itu Ia membayangkan dirinya sendiri dan membayangkan pesan dan sikapnya terhadap orang lain, dan individu secara mental membangun imajinasi terhadap alternatif pesan sebelum individu berkomunikasi dengan orang lain. 2.1.2 Teori Penilaian Sosial (Social Judgement Theory) 1 Teori penilaian sosial merupakan teori yang dikembangkan oleh seorang psikolog dari Oklahoma University AS, Muzafer Sherif. Teori ini menerangkan bahwa perubahan sikap seseorang terhadap isu atau objek sosial merupakan hasil 1 http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:rZ7T2WLPEQgJ:rosalia.mercubuana- yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Social-Judgement- Theory.doc+&cd=4&hl=id&ct=clnk&gl=id diakses pada tanggal 12/01/2020 pukul 19:00 WIB)

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Teoritis 2.1.1 …

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Teoritis 2.1.1 …

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Teoritis

2.1.1 Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi Intrapersonal (intrapersonal communication) adalah bentuk

komunikasi dengan diri sendiri, bagaimana individu bertindak sebagai pengirim

dan penerima pesan. Komunikasi ini melibatkan percakapan dengan diri sendiri

untuk merencanakan hidup, untuk mel atih berbagai cara bertindak, dan

mendorong diri sendiri untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu hingga

berdebat dengan batinnya sendiri. Di satu sisi, komunikasi intrapersonal adalah

proses kognitif yang berlangsung dari dalam diri.

Menurut Mead, tentang “Internalized Conversation of Gestures” (dalam

buku Komunikasi Antar Personal, 2017:132) setiap individu mempunyai

kemampuan untuk memantau tindakan atas dirinya sendiri terhadap orang lain

atau masyarakat sekelilingnya sebagai tanda bahwa dia sedang menjalankan

proses kognitif. Seseorang dapat merespon orang lain atau lingkungannya yang

dimulai dari dirinya sendiri sebagai aktivitas mental, karena individu sadar akan

perannya terhadap orang lain, karena itu Ia membayangkan dirinya sendiri dan

membayangkan pesan dan sikapnya terhadap orang lain, dan individu secara

mental membangun imajinasi terhadap alternatif pesan sebelum individu

berkomunikasi dengan orang lain.

2.1.2 Teori Penilaian Sosial (Social Judgement Theory)

1Teori penilaian sosial merupakan teori yang dikembangkan oleh seorang

psikolog dari Oklahoma University AS, Muzafer Sherif. Teori ini menerangkan

bahwa perubahan sikap seseorang terhadap isu atau objek sosial merupakan hasil

1 http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:rZ7T2WLPEQgJ:rosalia.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Social-Judgement-Theory.doc+&cd=4&hl=id&ct=clnk&gl=id diakses pada tanggal 12/01/2020 pukul 19:00 WIB)

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Teoritis 2.1.1 …

9

proses pertimbangan yang terjadi dalam diri seseorang tersebut, bagaimana

seseorang menilai pesan dan penilaian yang dibuat dapat mempengaruhi sistem

kepercayaan yang sudah dimiliki sebulumnya. Proses pertimbangan isu atau objek

sosial, berpatokan pada kerangka rujukan yang dimiliki seseorang. Kerangka

rujukan ini berfungsi bagaimana seseorang memposisikan dan menyaring pesan

yang diterima dan membandingkannya dengan sudut pandang yang rasional.

Ada tiga rajukan yang digunakan dalam memberi respon terhadap stimulus

yang dihadapi, yang berkaitan satu sama lain, yaitu:

1. Latitude of acceptance (pendapat yang dapat diterima dan di beri toleransi)

Proses pertimbangan tersebut berlaku untuk pertimbangan fisik maupun

pengukuran sikap.

2. Latitude of rejection (mencakup gagasan yang ditolak karena tidak

rasional)

Jika seseorang melibatkan dirinya sendiri dalam situasi yang di nilai

olehnya sendiri, maka Ia akan menjadikan dirinya sebagai patokan.

3. Latitude of no commitment (pendapat atau pesan persuasif yang tidak

diterima dan tidak mengalami penolakan)

2.1.3 Teori Distorsi Kognitif

Distorsi kognitif merupakan kesalahan dalam proses berpikir serta

kecenderungan berpikir yang berlebihan dan tidak rasional. Distorsi kognitif

menggambarkan pemikiran yang keliru dari seseorang dalam memandang dirinya

sendiri, orang lain, lingkungan, serta dunianya.

Distorsi kognitif membuat seseorang tidak dapat bersikap fleksibel dalam

menginterpretasikan peristia-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Distorsi

kognitif menyebabkan seseorang memiliki penilaian negatif terhadap diri sendiri,

orang lain, dan lingkungan sekitarnya. Memiliki pemikiran yang negatif, membuat

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Teoritis 2.1.1 …

10

seseorang dapat memaknai peristiwa yang membahagiakan sebagai sesuatu yang

negatif.2

3Berikut adalah jenis-jenis distrorsi kognitif:

1. Filter Mental

Distorsi kognitif ini, seperti layaknya memakai kacamata itam untuk

melihat dunia. Dimana seseorang akan terfokus hanya pada hal-hal negatif

saja dan mengabaikan yang positif.

2. Black and White Thingking

Distorsi kognitif ini membuat seseorang berpikir hanya di dua titik, yaitu

pemikiran “Semua atau tidak sama sekali”. Peristiwa yang dialami hanya

terdiri dari kejadian baik atau buruk.

3. Pemberian Cap atau Label

Jenis ini membuat seseorang memberi label kepada siapapun, baik kepada

orang lain ataupun kepada diri sendiri.

4. Overgeneralisasi

Seseorang dinilai terlalu menggeneralisasikan sesuatu.

5. Loncatan ke simpulan

Distorsi kognitif jenis ini dimana seseorang membuat kesimpulan tanpa

memiliki bukti yang mendukung.

6. Membaca Pikiran

Saat seseorang memprediksi apa yang orang lain pikirkan tanpa adanya

bukti yang mendukung.

7. Pemikiran “harus”

Membuat seseorang terjebak dalam suatu ideal yang haus dilakukan

sendiri.

2 https://psychology.binus.ac.id/2018/11/08/memahami-distorsi-kognitif/ diakses pada tanggal 12/01/2020 pukul 20:00) 3 https://pijarpsikologi.org/distorsi-kognitif-ketika-cara-berpikirmu-berbahaya/ diakses pada tanggal 12/01/2020 pukul 20:50 WIB)

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Teoritis 2.1.1 …

11

8. Personalisasi

Distorsi kognitif jenis ini adalah saat seseorang merasa bersalah atau

bertanggungjawab secara personal atau sesuatu yang mungkin tidak

sepenuhnya kesalahan orang tersebut.

9. Penalaran Emosional

Saat seseorang terlalu emosional dalam memandang atau memutuskan

sesuatu.

10. Pembesaran atau Pengecilan

Memandang sesuatu tidak sesuai dengan kenyataan.

11. Standar Ganda

Saat seseorang memiliki standar yang berbeda untuk diri sendiri dan orang

lain.

2.1.4 Media Sosial

Media sosial merupakan salah satu bagian dari new media. Media sosial

adalah medium di internet yang memungkinkan pengguna merepresentasikan

dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi, dengan

pengguna lain, dan membentuk ikatan secara virtual, dengan kata lain, media

sosial sebagai penghubung antar individu ataupun antar kelompok untuk bertukar

informasi. Media sosial tersebut tidak hanya digunakan untuk mendistribusikan

informasi yang bisa dikreasikan oleh pemilik akun (users) itu sendiri, tetapi juga

memiliki dasar sebagai portal untuk membuat jaringan pertemanan secara virtual

dan medium untuk berbagi data seperti audio ataupun video. Media sosial menjadi

sarana untuk berhubungan dengan pihak lain secara lebih cepat. Dunia menjadi

semakin mudah dijangkau bahkan bisa dikatakan, jika dahulu model komunikasi

yang dipraktikkan adalah komunikasi dari mulut ke mulut, maka sekarang dunia

ada dalam perkataan kita.

Media sosial merupakan bentuk representasi diri dari para pengguna.

Dalam merepresentasikan diri, para pengguna mengatur penampilan mereka

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Teoritis 2.1.1 …

12

dengan berbagai strategi. Presentasi diri bisa dilakukan oleh individu atau bisa

juga dilakukan oleh kelompok individu, tim atau organisasi (Boyer,dkk. 2006:4)

4Jones (1990) mengatakan, ada lima konstruksi presentasi diri dalam

media sosial yang diperoleh dari eksperimen terhadap situasi interpersonal:

1. Ingratiation

Strategi ini bertujuan agar pengguna disukai oleh orang lain.

Misalnya, mengatakan hal positif tentang orang lain atau mengatakan sedikit hal-

hal negatif tentang diri sendiri untuk menyatakan kesederhanaan, keakraban dan

humor. Contohnya: memberikan apresiasi terhadap foto orang lain atau berbalas-

balasan status, dsb.

2. Competence

Strategi ini bertujuan agar dianggap terampil dan berkualitas.

semisal pengguna akan berupaya sebaik mungkin untuk menampilkan karya-karya

terbaik di dalam media sosialnya.

3. Intimidation

Pengguna strategi ini memiliki tujuan untuk memperoleh

kekuasaan. Karakteristik umum yang dimiliki adalah ancaman, pernyataan

kemarahan, dan kemungkinan ketidaksenangan. Contohnya: hate comment di

akun-akun media sosial.

4. Exemplification

Tujuannya agar dianggap secara moral lebih unggul atau memiliki

standar moral yang lebih tinggi. Contoh: menampilkan foto bersifat nasionalis

atau menggambarkan ideologi tertentu.

5. Supplication

Tujuannya adalah merawat atau tampak tak berdaya sehingga

orang lain akan datang untuk membantu orang tersebut. Contohnya: ketika

pengguna media sosial menuliskan status: “apa lagi cobaan yang akan datang, dan

seterusnya.”

4 http://repository.petra.ac.id/15386/1/Media_Sosial_dan_Presentasi_Diri.pdf (diakses pada tanggal 09/04/2019 Pukul 09:46 WIB)

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Teoritis 2.1.1 …

13

2.1.5 Sinematografi

Sinematografi berasal dari kata Cinematography dalam bahasa inggris,

yang diadopsi dari bahasa latin “kinema” yang berarti “gambar”. Jadi,

sinematografi merupakan ilmu yang mempelajari dan membahas mengenai teknik

dalam menangkap gambar. Gambar-gambar yang telah ditangkap kemudian akan

digabungkan menjadi sebuah rentetan gambar yang memiliki jalan cerita sesuai

ide dari seorang pembuat.5

Dalam sinematorgrafi, terdapat unsur naratif atau cerita, dan unsur

sinematik atau visual. Unsur naratif, meliputi beberapa bagian, yaitu ruang,

waktu, tokoh, masalah yang dihadapi, serta tuuan dari cerita yang ingin dibangun.

Sedangkan unsur sinematik atau visual, meliputi beberapa bagian, yaitu setting,

kostum, make up, akting, editing, hingga pencahayaan.

2.1.6 Film Pendek

Menurut UU nomor 8 tahun 1992, film adalah karya cipta seni dan

budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat

berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video,

piringan video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala

bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses

lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau

ditanyangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan atau lainnya6.

7Sejatinya, film pendek bukanlah merupakan reduksi dari film dengan cerita

panjang bukan pula sebagai wahana bagi pemula yang baru masuk dalam dunia

perfilman. Film pendek memiliki ciri atau karakteristik sendiri yang membuatnya

berbeda dengan film cerita panjang. Film dengan cerita pendek tidak berarti

sempit dalam pemaknaan, pembuatannya lebih mudah atau mengeluarkan

anggaran yang sedikit, namun film berdurasi pendek mampu memberikan ruang

5 https://sastrawacana.id/pengertian-sinematografi-secara-umum-dan-menurut-para-ahli/ diakses pa 6 https://ngada.org/uu8-1992bt.htm diakses pada tanggal 13/09/2018 pukul 10:22 WIB 7https://idseducation.com/articles/pengertian-film-pendek-fiksi-naratif/ (diakses pada tanggal

26/08/2018 pukul 12:45 WIB)

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Teoritis 2.1.1 …

14

gerak ekspresi yang lebih leluasa untuk para pemainnya.8Dilansir melalui situs

Production House Studioantelope, mengatakan bahwa film pendek tidak

mempunyai standarisasi durasi pendeknya sebuah film. Batas maksimal film

pendek biasanya ditentukan dari festival film yang mematok durasi maksimal

untuk bisa dikategorikan sebagai film pendek.

2.1.7 Cyberbullying

Cyberbullying adalah bentuk penindasan yang terjadi melalui perangkat

digital, seperti ponsel, komputer dan tablet. Cyberbullying bisa terjadi melalui

pesan singkat (SMS), tulisan, aplikasi online di media sosial, forum, atau game

online dimana seseorang dapat melihat, berpartisipasi dan berbagi konten di

dalamnya yang mencakup pengiriman, unggahan mengenai seseorang atau

berbagi konten bersifat negatif, berbahaya, konten yang salah atau jahat tentang

orang lain yang menimbulkan rasa malu atau penghinaan.

Umumnya, media sosial dan forum digital, komentar, foto, unggahan,

dan konten yang dibagikan oleh seseorang dapat dilihat oleh orang asing maupun

kenalan. Konten yang dibagikan seseorang secara online, baik konten pribadi

seseorang maupun konten negatif yang meyakitkan dapat menciptakan catatan

publik seperti pandangan masyarakat mengenai aktivitas dan perilaku korban

cyberbullying. Cyberbullying dapat membahayakan semua orang yang terlibat,

bukan hanya orang yang ditindas, tapi juga mereka yang melakukan tindakan

bullying atau berpartisipasi di dalamnya.

Gambar 3. Data perilaku Cyberbullying

8http://studioantelope.com/seberapa-pendek-film-pendek/ (diakses pada tanggal 29/08/2018 pukul

22:35 WIB)

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Teoritis 2.1.1 …

15

Dilansir melalui situs stopbullying.gov, ada berbagai masalah yang dapat

terjadi akibat cyberbullying:

1. Kuat

Perangkat digital mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi

secara langsung dan bersifat terus-menerus selama 24 jam sehari,

sehingga sulit bagi seseorang yang mengalami cyberbullying untuk

mencari bantuan.

2. Permanen atau bersifat tetap

Sebagian besar informasi yang disampaikan secara elektronik

bersifat tetap dan umum, jika tidak dilaporkan dan dihapus. Hal ini

dapat mempengaruhi seorang korban dalam penerimaan perguruan

tinggi, pekerjaan, dan bidang kehidupan lainnya.

3. Sulit untuk diperhatikan atau diawasi

Cyberbullying sulit untuk diawasi karena guru dan orangtua

mungkin tidak mendengar atau melihat bagaimana cyberbullying itu

terjadi.

2.2 Dampak Negatif Cyberbullying

Secara umum, cyberbullying lebih berbahaya daripada bully biasa,

dikarenakan jaringan internet dapat dengan mudah menyebarkan konten dari

sebuah persoalan sehingga memicu lebih banyak orang untuk ikut menghakimi

dan menindas korban. Melakukan tindakan cyberbullying dapat menyebabkan

berbagai dampak buruk terhadap lingkungan sosial, maupun kehidupan pribadi

korban cyberbullying.

Cyberbullying dapat menyebabkan korban merasa tidak percaya diri. Pelaku

cyberbullying menganggap korban lebih lemah sehingga mudah untuk ditindas,

sehingga pelaku akan terus melakukan perlawanan dalam bentuk serangan digital

kepada korban bullying sehingga korban merasa rendah diri atau tidak percaya

diri. Selain itu, korban juga cenderung menarik diri dari lingkungan sosial akibat

rasa tidak percaya diri, kemudian menutup akses sosial mereka dari keluarga dan

kerabat agar masalah yang dialami korban tidak diketahui oleh orang-orang

terdekat korban. Dampak lainnya yang ditimbulkan oleh korban cyberbullying

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Teoritis 2.1.1 …

16

ialah, menghabiskan waktu sendiri dan enggan bergaul dengan siapa saja,

menghilang dari berbagai aktivitas sosial, hingga berdampak pada perubahan

kepribadian korban seperti emosi yang tidak terkendali, menyimpan amarah,

sampai berpotensi menyakiti diri sendiri.

2.3 Penelitian Terdahulu

No Judul Nama Peneliti Metode Hasil

1. Cyberbullying

sebagai dampak

negatif

penggunaan

teknologi

informasi

Flourensia

Sapty

Rahayu(2012)

Universitas

Atma Jaya

Yogyakarta

Kuantitatif Istilah

cyberbullying

relatif masih baru

untuk kalangan

remaja dan masih

banyak yang belum

paham tentang

bahaya dari

cyberbullying.

Terbukti dari

banyaknya siswa

yang masih

menganggap

cyberbullying

merupakan sesuatu

yang wajar untuk

dilakukan. Untuk

itu dibutuhkan

kerjasama dari

semua pihak baik

orangtua, sekolah,

masyakarat,

penegak hukum

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Teoritis 2.1.1 …

17

dan sebagainya

agar aksi

cyberbullying

dapat dihentikan.

2. Cyberbullying di

Kalangan Remaja

Yana Choria

Utami (2014)

Universitas

Airlangga

Kualitatif Habitus dan

lingkungan siswa

mempunyai

pengaruh dalam

penggunaan media

sosial di kalangan

remaja.

Cyberbullying

tersebut didapatkan

melalui direct

attact dan by

proxy. Dampak

dari cyberbullying

mengakibatkan

perubahan sikap

dan timbulnya

pengucilan

terhadap korban.

3 Cyberbullying

pada Media Sosial

Muhammad

Alam Akbar

(2015)

Universitas

Sebelas Maret

Kualitatif Karakteristik

pelaku

cyberbullying

adalah orang yang

agresif dan

intimidatif.

Sebaliknya

karakteristik

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Teoritis 2.1.1 …

18

korban pelaku

adalah orang yang

pasif dan defensif.

Jenis-jenis

cyberbullying yang

kerap dilakukan

adalah memanggil

nama negatif,

penyebaran foto

korban,

mengancam

keselamatan fisik

dan opini yang

merendahkan.

Penulisan tugas akhir ini dapat dikatakan memiliki kesamaan dengan

penulisan-penulisan terdahulu yaitu mengangkat tentang media online sebagai

wadah cyberbullying. Namun, penulisan karya tugas akhir ini juga dapat

dikatakan berbeda karena tidak hanya menuliskan dampak saja, tetapi penulis

ingin merancang sebuah karya audio visual yang berisi gambaran mengenai

dampak cyberbullying yang dimana karya tugas akhir inidiharapkan mampu

menjadi media pembelajaran bagi para remaja untuk tidak melakukan tidakan

bullying.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Teoritis 2.1.1 …

19

2.4 Kerangka Pikir

Fakta:

Ditch The Label yang merupakan lembaga donasi anti-bullying menyatakan bahwa

saat ini Instagram telah menjadi media cyberbullying nomor satu, dimana faktor

utama terjadinya cyberbullying karena memiliki kekuatan untuk menjatuhkan

seseorang

Masalah:

Kurangnya kesadaran remaja akan dampak yang bisa ditimbulkan akibat dari

cyberbullying

Solusi:

Penulis ingin membuat sebuah karya film pendek yang dapat menjadi media

pembelajaran bagi para remaja agar mengetahui sampak yang akan ditimbulkan

akibat cyberbullying sehingga tidak melakukan cyberbullying

Tujuan:

Agar para remaja mengetahui dan mengerti dampak yang dapat ditimbulkan akibat

melakukan cyberbullying

Film Pendek sebagai Video Campain

Film pendek yang berdurasi kurang lebih sepuluh menit ini merupakan sebuah

video kampanye yang di rancang oleh penulis untuk dapat mempersuasif para

remaja untuk tidak melakukan tindakan cyberbullying

Media Youtube

sebagai media pendistribusian pesan