22
10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori A. Kegiatan Ekstrakurikuler 1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah (SK Dirjen Dikdasmen) No: 226/C/Kep/O/1992, disebutkan bahwa “ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran biasa dan pada waktu libur sekolah, yang dilakukan baik disekolah ataupun diluar sekolah, dengan tujuan untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan antara berbagai pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya. Dalam lampiran Surat Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (SK Mendikbud) No: 060/U/1993, No: 061/U/1993 dan No: 080/U/1993, berdasarkan ketiga SK tersebut dikemukakan bahwa, kegiatan ektrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan diluar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan program sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler. Berdasarkan beberapa SK yang menjelaskan mengenai ekstrakurikuler dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler merupakan suatu kegiatan yang telah tersusun dalam program sekolah dan dilakasanakan di luar jam pelajaran sekolah dan pada saat libur sekolah, dan memiliki tujuan untuk memperdalam dan

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori A. Ekstrakurikuler 1. …eprints.umm.ac.id/35594/3/jiptummpp-gdl-harpandusa-49799... · 2017-11-08 · ketiga SK tersebut dikemukakan bahwa,

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori

A. Kegiatan Ekstrakurikuler

1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler

Pada Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah

(SK Dirjen Dikdasmen) No: 226/C/Kep/O/1992, disebutkan bahwa

“ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran biasa dan pada waktu libur

sekolah, yang dilakukan baik disekolah ataupun diluar sekolah, dengan tujuan

untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan

antara berbagai pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya

pembinaan manusia seutuhnya.

Dalam lampiran Surat Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (SK

Mendikbud) No: 060/U/1993, No: 061/U/1993 dan No: 080/U/1993, berdasarkan

ketiga SK tersebut dikemukakan bahwa, kegiatan ektrakurikuler adalah kegiatan

yang diselenggarakan diluar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan program

sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler berupa

kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan yang berkaitan dengan program

kurikuler.

Berdasarkan beberapa SK yang menjelaskan mengenai ekstrakurikuler

dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler merupakan suatu kegiatan yang telah

tersusun dalam program sekolah dan dilakasanakan di luar jam pelajaran sekolah

dan pada saat libur sekolah, dan memiliki tujuan untuk memperdalam dan

11

memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan antara berbagai pelajaran,

menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia

seutuhnya.

2. Fungsi dan Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler

Dalam makalahnya, Winarno (2013) menyebutkan beberapa fungsi

kegiatan ekstrakurikuler, yaitu:

a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk

mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan

potensi, bakat, dan minat.

b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan

kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.

c. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan

suasana rileks, menggembirakan, dan menyenangkan bagi peserta didik

yang menunjang proses perkembangan.

d. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk

mengembangkan kesiapan karir peserta didik.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 34 Tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan, pembinaan kesiswaan

memiliki tujuan sebagai mana dijelaskan berikut ini:

a. Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi

bakat, minat, dan kreativitas.

12

b. Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah

sebagai lingkungan pendidikan agar terhindar dari usaha dan pengaruh

negatif yang bertentangan dengan tujuan pendidikan.

c. Mengaktualisasi potensi siswa dalam pencapaian potensi unggulan sesuai

bakat dan minat.

d. Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yangberakhlak mulia,

demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka

mewujudkan masyarakat mandiri (civil society).

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995:2) juga menjelaskan

mengenai tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler, yaitu antara lain:

a. Siswa dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan keterampilan

mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat

dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya yang:

1) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

2) Berbudi pekerti luhur;

3) Memiliki pengetahuan dan keterampilan;

4) Sehat rohani dan jasmani;

5) Berkepribadian yang mantap dan mandiri;

6) Memilki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

b. Siswa mampu memanfaatkan pendidikan kepribadian serta mengaitkan

pengetahuan yang diperolehnya dalam program kurikulum dengan

kebutuhan dan keadaan lingkungan.

13

Penjelasan di atas menjelaskan mengenai tujuan ekstrakurikuler yang secara

keseluruhan membantu siswa untuk mengembangkan potensi yang ada dalam

dirinya dan melakukan pembinaan pada siswa agar menjadi manusia yang

seutuhnya.

3. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler

Sesuai lampiran Departemen Pendidikan dan Kebudayaan seperti yang

disebutkan oleh Winarno (2013) dalam makalahnya, disebutkan ada 8 materi dan

jenis kegiatan ekstrakurikuler, yaitu:

a. Kegiatan pembinaan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Jenis

kegiatannya yaitu:

1) Melaksanakan peribadatan sesuai dengan agamanya masing-masing;

2) Memperingati hari-hari besar agama;

3) Membina kegiatan toleransi antar umat beragama;

4) Mengadakan lomba yang bersifat keagamaan;

5) Menyelenggarakan kegiatan seni yang bernafaskan keagamaan.

b. Kegiatan pembinaan kehidupan berbangsa dan bernegara. Jenis kegiatannya

yaitu:

1) Melaksanakan upacara bendera pada hari senin, serta hari-hari besar

nasional;

2) Melaksanakan bakti sosial;

3) Melaksanakan lomba karya tulis;

4) Melaksanakan pertukaran pelajar antar propinsi;

5) Menghayati dan mampu menyanyikan lagi-lagu nasional.

14

c. Kegiatan pembinaan pendidikan bela negara. Jenis kegiatannya yaitu:

1) Melaksanakan tata tertib sekolah;

2) Melaksanakan baris-berbaris;

3) Mempelajari dan menghayati sejarah perjuangan bangsa;

4) Melaksanakan wisata siswa dan kelestarian lingkungan alam;

5) Mempelajari dan menghayati semangat perjuangan para pahlawan

bangsa.

d. Kegiatan pembinaan kepribadadian dan budi pekerti luhur. Jenis kegiatannya

yaitu:

1) Melaksanakan pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila;

2) Melaksanakan tata krama pergaulan;

3) Menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran rela berkorban dengan

perbuatan amal;

4) Meningkatkan sikap hormat siswa terhadap orang tua, guru, dan sesama

teman di lingkungan masyarakat.

e. Kegiatan pembinaan berorganisasi, pendidikan politik, dan kepemimpinan.

Jenis kegiatannya yaitu:

1) Mengembangkan peran siswa dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah

(OSIS);

2) Melaksanakan latihan kepemimpinan siswa;

3) Mengadakan forum diskusi ilmiah;

4) Mengadakan media komunikasi OSIS;

5) Mengorganisir suatu pementasan atau bazar.

15

f. Kegiatan pembinaan keterampilan dan kewiraswastaan. Jenis kegiatannya

yaitu:

1) Meningkatkan ketrampilan dalam menciptakan sesuatu lebih berguna;

2) Meningkatkan ketrampilan dibidang teknik, elektronik, pertanian, dan

peternakan;

3) Meningkatkan usaha-usaha keterampilan tangan;

4) Meningkatkan usaha koperasi sekolah;

5) Meningkatkan penyelenggaran perpustakaan sekolah.

g. Kegiatan pembinaan kesegaran jasmani dan daya kreasi. Jenis kegiatannya

antara lain:

1) Meningkatkan usaha kesehatan sekolah;

2) Meningkatkan kesehatan mental;

3) Menyelenggarakan kantin sehat;

4) Menyelenggarakan lomba berbagai macam olahraga.

h. Kegiatan pembinaan persepsi, apresiasi, dan kreasi seni. Jenis kegiatannya

antara lain:

1) Meningkatkan wawasan dan keterampilan siswa dibidang seni;

2) Menyelenggarakan sanggar belajar semacam seni;

3) Meningkatkan daya cipta seni;

4) Mementaskan, memamerkan hasil berbagai cabang seni.

Sesuai dengan buku penduan pengembangan diri yang di sebutkan Winarno

(2013) dalam makalahnya, disebutkan bahwa ada 4 jenis kegiatan ekstrakurikuler,

yaitu:

16

a. Krida, meliputi kepramukaan, latihan dasar kepemimpinan Siswa (LDKS),

Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka

(PASKIBRAKA).

b. Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan

keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian.

c. Latihan/lomba keberbakatan/prestasi, meliputi pengembangan bakat olah

raga, seni dan budaya, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan.

d. Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain karis,

pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni budaya.

e. Dalam pelaksanaanya di sekolah dasar, kegiatan ekstrakurikuler yang paling

banyak ditemui adalah ekstra pramuka, ekstra olah raga, dan ekstra seni

budaya.

1.2 Gerakan Pramuka

1. Pengertian Pramuka, Pendidikan Kepramukaan dan Gerakan Pramuka

Sesuai dengan Undang-Undang No. 12 tahun 2010 tentang Gerakan

Pramuka pada Bab I pasal 1 dijelaskan bahwa “Pramuka adalah warga negara

Indonesia yang aktif dalam pendidikan kepramukaan serta mengamalkan Satya

Pramuka dan Darma Pramuka”. Pramuka adalah sebutan bagi anggota Gerakan

Pramuka yang berusia 7-25 tahun dan berkedudukan sebagai peserta didik, yaitu

sebagai siaga, penggalang, penegak, dan pandega. Sehingga pramuka adalah warga

negara Indonesia yang termasuk dalam anggota Gerakan Pramuka, berusia 7 - 25

tahun dan berkedudukan sebagai siaga, penggalang, penegak, dan pandega yang

mengamalkan Satya Pramuka dan Darma Pramuka (Darmawan, 2011:13)

17

Sedangkan pengertian pendidikan kepramukaan adalah seperti yang

dikatakan oleh Lord Baden Powell dalam buku “BPS Out Look” yang dikutip oleh

Kwartir Daerah Jawa Tengah menyatakan bahwa

SCOUTING is not a science to be solemnly studiet, NOR is it a collection of

doctrine and texts. No! It is a jolly game in the out doors, where boy-men

and ... boy can go adventuring together as leader and younger brother

picking up health and happinness, handicraft and helpfullness” (Kwarda Jateng, 2000) Artinya: Kepramukaan bukanlah suatu ilmu yang harus dipelajari secara

tekun, bukan pula merupakan suatu kumpulan dari ajaran-ajaran dan naskah-naskah

buku. Bukan! Kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam

terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama mengadakan

pengembaraan seperti kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagiaan,

keterampilan dan kesediaan memberi pertolongan.

Kepramukaan merupakan proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan

di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan yang menarik, menyenangkan,

sehat, teratur, terarah, praktis, yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar

kepramukaan dan metode kepramukaan, yang sasaran akhirnya adalah

pembentukan watak peserta didik.Sesuai dengan Undang-Undang tentang Gerakan

Pramuka dijelaskan bahwa Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh

pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan kepramukaan.Gerakan Pramuka

adalah wadah atau organisasi tempat pramuka itu berkumpul dan menyelesaikan

masalah secara bersama. tingkatan organisasi ini misalnya seperi Gerakan Pramuka

Kwartir Daerah, Gugus depan dan lain sebagainya (lebih rinci akan khusus di bahas

pada struktur organisasi Gerakan Pramuka).

18

2. Landasan Dasar Gerakan Pramuka

Gerakan pramuka tidak berdiri dengan sendirinya melainkan ada hal-hal

yang mendasari terselenggaranya gerakan pramuka. Berikut adalah dasar

penyelenggaraan gerakan pramuka diatur berdasarkan:

a) Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 238 tahun 1961 Tentang

Gerakan Pramuka.

b) Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 118 tahun 1961 tentang

Penganugerahan Pandji kepada Gerakan Pendidikan Kepanduan Pradja

Muda Karana.

c) Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 24 tahun 2009 tentang

Pengesahan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka.

d) Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka No. 203 tahun 2009 tentang

Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka. (Lukman dan Nita 2011:164)

e) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2011 tentang Gerakan

Pramuka

f) Landasan tersebut merupakan dasar setiap penyelenggaran kegiatan

kepramukaan di Indonesia. Baik manajemen, tata laksana organisasi,

maupun penyelenggaraan kegiatan yang lainnya yang berhubungan Gerakan

Pramuka.

3. Sifat GerakanPramuka

Berdasarkan resolusi Konferensi Kepanduan sedunia tahun 1924 di

Kopenhagen, Denmark. Maka kepanduan mempunyai tiga sifat atau ciri khas, yaitu:

19

a) Nasional, yang berarti suatu organisasi yang menyelenggarakan kepanduan

di suatu negara haruslah menyesuaikan pendidikannya dengan keadaan,

kebutuhan dan kepentingan masyarakat, bangsa dan negaranya.

b) Internasional, yang berarti bahwa organisasi kepanduan di negara manapun

di dunia ini harus menimba dan mengembangkan rasa persaudaraan dan

persahabatan antar sesama Pandu dan sesama manusia, tanpa membedakan

kepercayaan/agama, golongan, tingkat, suku, dan bangsa.

c) Universal, yang berarti bahwa kepanduan dapat dipergunakan dimana saja

untuk mendidik anak-anak dari bangsa apa saja.

Dikarenakan gerakan pramuka memiliki sifat nasional, maka di Indonesia

sifat gerakan pramuka dijabarkan lebih rinci di anggaran rumah tangga pada pasal

7 yaitu:

a) Gerakan Pramuka adalah Organisasi Kepanduan Nasional Indonesia sebagai

lembaga pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan

kepramukaan.

b) Gerakan Pramuka adalah organisasi pendidikan yang keanggotaannya

bersifat sukarela, tidak membedakan suku, ras, golongan, dan agama.

c) Gerakan Pramuka bukan organisasi kekuasaan sosial-politik, bukan bagian

dari salah-satu organisasi kekuatan politik dan tidak menjalankan kegiatan

politik praktis.

d) Gerakan Pramuka ikut serta membantu masyarakat dengan melaksanakan

pendidikan bagi kaum muda, khususnya pendidikan nonformal di luar

sekolah dan di luar keluarga.

20

e) Gerakan Pramuka menjamin kemerdekaan tiap-tiap anggotanya untuk

memeluk agama dan kepercayaan masing-masing dan beribadat menurut

agama dan kepercayaanya itu.

f) Berdasarkan sifat Gerakan Pramuka di atas telah dijelaskan bahwa gerakan

pramuka merupakan suatu organisasi yang ada di seluruh dunia dan

dilaksanakan sesuai dengan keadaan dan kondisi masing-masing negara,

serta tidak membedakan suku, agama, kepercayaan, ras, budaya, negara dan

bangsa dalam melakukan kegiatan kepramukaan. Gerakan pramuka juga

bukan anggota suatu organisasi sosial-politik (Hartini, 2001:12).

4. Tujuan dan Fungsi Gerakan Pramuka

Sesuai dengan Keputusan Presiden No. 238 tahun 1961 yang menetapkan

bahwa gerakan pramuka sebagai satu-satunya badan yang diberi tugas dan

wewenang untuk menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan

pemuda Indonesia. Kegiatannya dilaksanakan di luar lingkungan sekolah dan

lingkungan keluarga, yang memiliki tujuan sebagaimana telah dijelaskan pada

Undang-Undang Pramuka No. 12 Tahun 2011 pasal 4, bahwa: “Gerakan pramuka

bertujuan untuk membentuk setiap anggota pramuka agar memiliki kepribadian

yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum,

disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan

hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan

Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan

hidup”.

21

Pembinaan dan pendidikan yang diselenggarakan dalam kegiatan Pramuka

memiliki tujuan untuk mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia agar menjadi:

a. Manusia berwatak, berkepribadian, dan berbudi pekerti luhur, yang:

1) Tinggi moral, spiritual, kuat mental, sosial, intelektual, emosional dan

fisiknya;

2) Tinggi kecerdasan dan mutu keterampilannya;

3) Kuat dan sehat jasmaninya.

b. Warga negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh

kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota

masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri

secara mandiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan

bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam

lingkungan, baik lokal, nasional, maupun internasional. (Pasal 4 Anggaran

Dasar Gerakan Pramuka)

Berdasarkan penjelasan dari berbagai dasar mengenai tujuan dari Gerakan

Pramuka dapat ditarik garis besar dari tujuan Gerakan Pramuka adalah membentuk

manusia yang memiliki kepribadian dan watak yang luhur, beriman, bertakwa,

berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi

nilai-nilai luhur bangsa, sehat jasmani dan rohaninya, serta mempunyai rasa

tanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa Indonesia.

Gerakan pramuka memiliki beberapa fungsi atau yang biasa disebut fungsi

kepramukaan. Fungsi tersebut antara lain:

22

a. Kegiatan menarik bagi anak dan pemuda (game)

Kegiatan menarik bagi anak dan pemuda adalah kegiatan yang

menyenangkan dan mengandung pendidikan. Kegiatan yang menarik ini memiliki

fungsi untuk menanamkan pendidikan kepramukaan melalui permainan, sehingga

menarik bagi anak dan pemuda. Kegiatan ini diperuntukkan bagi pramuka siaga (7-

10 tahun) dan pramuka penggalang (11-15 tahun). Kegiatan yang menarik bagi

anak dan pemuda ini dapat berupa game, bernyanyi, jalan-jalan santai, belajar

mengirim berita menggunakan sandi, senam tongkat, senam semaphore, dan

kegiatan belajar mengenal alam.

b. Pengabdian (job) bagi orang dewasa

Bagi orang dewasa pramuka bukan lagi sebagai permaianan (game),

melainkan suatu tugas yang memerlukan keikhlasan, kerelaan, dan pengabdian.

Kewajiban orang dewasa adalah dengan suka rela membaktikan dirinya demi

suksesnya pencapaian tujuan organisasi Gerakan Pramuka. Kegiatan ini

diperuntukkan pramuka Penegak (16-20 tahun) dan pramuka Pandega (21-25

tahun). Kegiatan bagi orang dewasa ini dapat berupa pengumpulan untuk

membantu korban bencana alam, menjadi sukarelawan di daerah yang terjadi

bencana, bakti sosial dan kegiatan lain yang bersifat pengabdian.

c. Alat (means) bagi masyarakat dan organisasi

Kepramukaan berfungsi sebagai alat bagi masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat setempat dan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi.

Kegiatan pramuka yang diberikan sebagai latihan rutin merupakan alat. Alat untuk

23

mendidik dan membina kaum muda agar dapat membangun dirinya secara mandiri

serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan negara.

Sedangkan menurut Anggaran Dasar Gerakan Pramuka pada pasal 6

dinyatakan bahwa:

“Gerakan Pramuka berfungsi sebagai organisasi pendidikan nonformal, di luar sekolah dan di luarkeluarga, dan sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda berlandaskan sistem among dengan menggunakan prinsip dasar kepramukaan, metode kepramukaan, dan Motto Gerakan Pramuka yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan bangsa serta masyarakat Indonesia”.

1.3 Kedisiplinan

1. Pengertian Kedisiplinan

Kata kedisiplinan berasal dari bahasa Latin yaitu discipulus, yang

berarti mengajari atau mengikuti yang dihormati. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2007), menyatakan bahwa disiplin adalah:

a. Tata tertib (di sekolah, di kantor, kemiliteran, dan sebagainya).

b. Ketaatan (kepatuhan) pada peraturan tata tertib.

c. Bidang studi yang memiliki objek dan sistem tertentu.

Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui

proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,

kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Karena sudah menyatu

dengannya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama

sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani

dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana lazimnya (Prijodarminto, 1994).

Kedisiplinan hakikatnya adalah sekumpulan tingkah laku individu maupun

24

masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh

kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian

tujuan (Ekosiswoyo dan Rachman, 2000).

Istilah itu adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang menggunakan

istilah siasat dan ketertiban. Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang

dalam mengikuti peraturan dan tata tertib karena didorong oleh sesuatu dari luar

misalnya karena ingin mendapat pujian dari atasan. Selanjutnya pengertian

disiplin atau siasat menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata

tertib karena didorong kesadaran yang ada pada kata hatinya (Arikunto, 1990).

Kedisiplinan dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas / latihan yang

dirancang karena dianggap perlu dilaksanakan untuk dapat mencapai sasaran

tertentu (Sukadji, 2000). Kedisiplinan merupakan sikap atau perilaku yang

menggambarkan kepatuhan kepada suatu aturan atau ketentuan. Kedisiplinan

juga berarti suatu tuntutan bagi berlangsungnya kehidupan yang sama, teratur

dan tertib,yang dijadikan syarat mutlak bagi berlangsungnya suatu kemajuan dan

perubahan- perubahan ke arah yang lebih baik (Budiono, 2006). Santoso (2004)

menyatakan bahwa kedisiplinan adalah sesuatu yang teratur, misalnya disiplin

dalam menyelesaikan pekerjaan berarti bekerja secara teratur. Kedisiplinan

berkenaan dengan kepatuhan dan ketaatan seseorang atau kelompok orang

terhadap norma-norma dan peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis

maupun yang tidak tertulis. Kedisiplinan dibentuk serta berkembang melalui

latihan dan pendidikan sehingga terbentuk kesadaran dan keyakinan dalam

dirinya untuk berbuat tanpa paksaan.

25

Disiplin adalah satu aspek kehidupan yang mesti wujud dalam

masyarakat. Oleh itu ia hendaklah mendapat perhatian berat dari semua pihak

sama ada di sekolah atau di luar sekolah (Zainal, 2009:2). Kedisiplinan

merupakan suatu sikap, perilaku, dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan

organisasi baik tertulis maupun tidak tertulis (Nitisemito, 1999). Berdasarkan

berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah suatu

sikap dan perilaku yang mencerminkan ketaatan dan ketepatan terhadap

peraturan, tata tertib,norma-norma yang berlaku,baik tertulis maupun yang tidak

tertulis.

2. Tujuan kedisiplinan

Gaustad (1992) mengemukakan bahwa kedisiplinan memiliki 2

(dua) tujuan, yaitu memberi kenyamanan pada para siswa dan staf (guru) serta

menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar. Subari (1994)

berpendapat bahwa kedisiplinan mempunyai tujuan untuk penurutan terhadap

suatu peraturan dengan kesadaran sendiri untuk terciptanya peraturan itu.

Menurut Durkeim (1995), kedisiplinan mempunyai tujuan ganda yaitu

mengembangkan suatu peraturan tertentu dalam tindak tanduk manusia dan

memberinya suatu sasaran tertentu dan sekaligus membatasi cakrawalanya.

Menurut Bistak Sirait ( 2008: 11) menyatakan bahwa tujuan utama dari

sebuah sikap kedisiplinan adalah untuk mengarahkan anak supaya ia mampu untuk

mengontrol dirinya sendiri. selain itu juga supaya anak dapat melakukan aktivitas

dengan terarah, sesuai dengan peraturan yang berlaku.Kedisiplinan adalah suatu

latihan batin yang tercermin dalam tingkah laku yang bertujuan agar orang

26

selalu patuh pada peraturan. Dengan adanya kedisiplinan diharapkan anak

didik mendisiplinkan diri dalam mentaati peraturan sekolah sehingga proses

belajar mengajar berjalan dengan lancar dan memudahkan pencapaian tujuan

pendidikan. Oleh karena itu, anak didik perlu dibimbing atau ditunjukkan

mana perbuatan yang melanggar tata tertib dan mana perbuatan yang

menunjang terlaksananya proses belajar mengajar dengan baik (Gordon, 1996).

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan

kedisiplinan adalah memberi kenyamanan pada para siswa dan staf (guru) serta

menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar serta perkembangan dari

pengembangan diri sendiri dan pengarahan diri sendiri tanpa pengaruh atau

kendali dari luar.

3. Fungsi kedisiplinan

Fungsi kedisiplinan menurut Tu’u (2004) adalah:

a. Menata kehidupan bersama

Kedisiplinan sekolah berguna untuk menyadarkan siswa bahwa dirinya perlu

menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang

berlaku, sehingga tidak akan merugikan pihak lain dan hubungan dengan

sesama menjadi baik dan lancar.

b. Membangun kepribadian

Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor

lingkungan. Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut

memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu,

dengan disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti , mematuhi aturan yang

27

berlaku dan kebiasaan itu lama kelamaan masuk ke dalam dirinya serta

berperan dalam membangun kepribadian yang baik.

c. Melatih kepribadian

Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk melalui

latihan. Demikian juga dengan kepribadian yang tertib, teratur dan patuh perlu

dibiasakan dan dilatih.

d. Pemaksaan

Kedisiplinan dapat terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar,

misalnya ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah yang

berdisiplin baik, terpaksa harus mematuhi tata tertib yang ada di sekolah

tersebut.

e. Hukuman

Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau hukuman bagi yang

melanggar tata tertib tersebut.

f. Menciptakan lingkungan yang kondusif

Kedisiplinan berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan

pendidikan agar berjalan lancar dan memberi pengaruh bagi terciptanya

sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan

pembelajaran.

4. Faktor yang mempengaruhi kedisiplinan

Terdapat beberapa faktor atau sumber yang dapat menyebabkan

timbulnya masalah-masalah yang dapat mengganggu terpeliharanya disiplin.

Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi

kedisiplinan, antara lain: Dari sekolah, contohnya:

28

a. Tipe kepemimpinan guru atau sekolah yang otoriter yang senantiasa

mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan siswa. Perbuatan

seperti itu mengakibatkan siswa menjadi berpura-pura patuh, apatis atau

sebaliknya. Hal itu akan menjadikan siswa agresif, yaitu ingin berontak

terhadap kekangan dan perlakuan yang tidak manusiawi yang mereka terima.

b. Guru yang membiarkan siswa berbuat salah, lebih mementingkan mata

pelajaran daripada siswanya.

c. Lingkungan sekolah seperti: hari-hari pertama dan hari-hari akhir sekolah

(akan libur atau sesudah libur), pergantian pelajaran, pergantian guru, jadwal

yang kaku atau jadwal aktivitas sekolah yang kurang cermat, suasana yang

gaduh, dll. Dari keluarga, contohnya:

a. Lingkungan rumah atau keluarga, seperti kurang perhatian, ketidak teraturan,

pertengkaran, masa bodoh, tekanan, dan sibuk urusannya masing-masing.

b. Lingkungan atau situasi tempat tinggal, seperti lingkungan kriminal,

lingkungan bising, dan lingkungan minuman keras.

1.4 Kajian Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian terdahulu yang digunakan untuk mendukung

penelitian yang dilakukan ini yaitu sebagai berikut:

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mas’ut (2014) dengan judul

Pengaruh kegiatan ekstra kurikuler pramuka terhadap kedisiplinan belajar IPS

Siswa. Berdasarkan hasil perhitungan, dengan N = 30 diperoleh nilai koefisien

korelasi atau (rxy) sebesar 0,533, kemudian hasil tersebut dikonsultasikan

dengan tabel r, dengan responden 30 siswa dengan taraf 5 % diperoleh dari

tabel 0,361 dan signifikansi 1 % diperoleh dari tabel 0,463. Bila dibandingkan

29

ternyata ro : 0,533 > 0,361 dan 0,533 > 0,463. Dari uraian tersebut, maka ro =

memiliki tingkat korelasi hipotesis sebesar 28,408% dan sisa dari hasil

prosentase hipotesis sebesar 28,9119%. Berdasarkan analisis data tersebut

dapat diketahui bahwa hasil penelitian : Ada pengaruh yang signifikan antara

kegiatan Pramuka terhadap kedisiplinan IPS siswa IPS SMP NURUL ULUM

Karangroto Genuk Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014.

Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan Ramadani (2014) dengan

judul penelitian mengenai Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Dalam

Kurikulum 2013 Terhadap Kedisiplinan Siswa Kelas IV SD Negeri 04 Kemiri

Tahun Ajaran 2014/2015. Berdasarkan hasil perhitungan pengujian hipotesis

yang dilakukan menggunakan analisis uji t, diperoleh nilai thitung sebesar

5,755 dan ttabel sebesar 2,31549. Karena thitung > ttabel, maka Ho ditolak.

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil perhitungan pengujian hipotesis, dapat

disilmpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kegiatan

ekstrakurikuler pramuka dalam kurikulum 2013 terhadap kedisiplinan siswa

kelas IV SD N 04 Kemiri tahun ajaran 2014/2015. Berdasarkan hasil

perhitungan diperoleh koefisien determinasi (KP) sebesar 41,3%. Artinya

kegiatan ekstrakurikuler pramuka dalam kurikulum 2013 memberikan

sumbangan atau pengaruh sebesar 41,3% terhadap kedisiplinan siswa kelas IV

SD N 04 Kemiri tahun ajaran 2014/2015.

30

1.5 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan hasil studi pendahuluan seperti yang telah diuraikan pada latar

belakang masalah dan rumusan masalah, serta memperhatikan teori yang

mendukung, maka dapat diungkapkan kerangka pemikiran penelitian yang

menggambarkan keterkaitan antara variabel bebas(keikutsertaan dalam

kegiatan ekstrakurikuler pramuka) dan variabel terikat (kedisiplinan siswa)

sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Keterangan:

Pengaruh Keikutsertaan ekstrakurikuler pramuka (X) terhadap kedisiplinan

Siswa Kelas 5 SD Negeri Purwantoro I Malang tahun pelajaran 2015/2016.

1.6 Hipotesis penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

Siswa Kelas 5 SD Negeri Purwantoro I Malang tahun pelajaran 2015/2016

Keikutsertaan ekstrakurikuker Pramuka

Kesiplinan siswa

Ada Pengaruh Tidak ada Pengaruh

Uji t ( t-test)

31

a. H1 = Ada pengaruh antara mengikuti Ekstrakurikuler Pramuka dengan

Kedisiplinan Siswa Kelas 5 SD Negeri Purwantoro I Malang Tahun

Ajaran 2015/2016.

b. H0= Tidak ada pengaruh antara mengikuti Ekstrakurikuler Pramuka dengan

Kedisiplinan Siswa Kelas 5 SD Negeri Purwantoro I Malang Tahun

Ajaran 2015/2016,