Upload
voxuyen
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum
Sistem distribusi air bersih adalah pendistribusian atau pembagian air
melalui sistem perpipaan dari bangunan pengolahan (reservoir) ke daerah
pelayanan (konsumen). Dalam perencanaan sistem distribusi air bersih, beberapa
faktor yang harus diperhatikan antara lain daerah layanan dan jumlah penduduk
yang akan dilayani, kebutuhan air, letak topografi daerah layanan, jenis
sambungan sistem, pipa distribusi, tipe pengaliran, pola jaringan, perlengkapan
sistem distribusi air bersih, dekteksi kebocoran.
Sistem penyediaan air bersih harus dapat menyediakan jumlah air yang
cukup untuk kebutuhan yang diperlukan. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun
2005 tentang sistem pengembangan air minum menyebutkan bahwa sistem
penyediaan air minum menyebutkan bahwa sistem penyediaan air minum terdiri
dari:
1. Unit Air Baku
2. Unit Produksi
3. Unit Distribusi
4. Unit Pelayanan
Dalam sistemnya penyediaan air bersih harus mampu menyediakan jumlah
air yang cukup untuk kebutuhan yang diperlukan. Unsur-unsur sistem terdiri dari
sumber air, fasiilitas penyimpanan, fasilitas transmisi ke unit pengolahan, fasilitas
pengolahan, fasilitas transmisi dan penyimpanan dan fasilitas distribusi.
2.2 Sumber-sumber Air Bersih
Macam-macam sumber air yang dapat digunakan untuk air bersih adalah
sebagai berikut:
1. Air Laut
Mempunyai sifat asam, karena mengandung garam (NaCl), kadar garam
NaCl dalam air laut 3%. Dalam keadaan ini air laut tidak mempunyai syarat
untuk air bersih.
6
2. Atsmosfir
Dalam keadaan murni air hujan sangat bersih, tetapi karena adnya
pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri dan
lainnya, maka air ini menjadi tercemar. Maka dari itu untuk menyediakan
air hujan sebagai sumber air bersih hendaknya pada waktu menampung air
hujan jangan dimulai saat hujan mulai turun, karena masih banyak
mengandung kotoran yang diakibatkan adanya pencemaran udara.
3. Air Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi, pada
umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama
pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu dan kotoran
industri dan sebagainya.
Air permukaan terdiri dari beberapa macam yaitu:
a. Air Sungai, dalam penggunaannya sebagai air bersih haruslah melalui
suatu pengolahan yang sempurna, karena air sungai ini pada umumnya
tingkat kotorannya sangat tinggi.
b. Air dananu/rawa, kebanyakan air dananu atau rawa ini berwarna, hal ini
disebabkan oleh adanya benda-benda yang membusuk seperti
tumbuhan, lumut yang minimbulkan warna hijau.
4. Air Tanah
Air tanah adalah air yang mempunyai rongga-rongga dalam lapisan geologi.
Air tanah merupakan salah satu sumber air bagi kehidupan dimuka bumi.
Jenis-jenis air tanah antara lain:
a. Air tanah dangkal
Air tanah dangkal ini terjadi karena adanya peroses peresapan air dari
permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan benda
lain sehingga air tanah akan jernih. Air tanah ini terdapat pada
kedalaman ±15 meter. Sebagai sumber air bersih, air tanah dangkal ini
ditinjau dari segi kualitasnya agak baik, tetapi kuantitas kurang dan
tergantung pada musim.
7
b. Air tanah dalam
Air tanah dalam setelah lapisan air yang pertama, pengambilan air tanah
dalam tidak sama dengan mata air tanah dangkal. Dalam hal ini harus
digunakan bor dan memasukan pipa kedalamnya , kedalaman 100-300
meter. Jika terkena air tanah besar air akan menjembur keluar, sehingga
dalam keadaan ini disebut sumur artesis. Jika air tidak dapat keluar
denga sendirinya maka digunakan pompa untuk menbuat air bisa naik
ke permukaan.
c. Mata air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan
tanah. Sehingga mata air yang berasal dari tanah dalam , hampir tidak
terpengaruh oleh musim. (Teknologi Penyediaan Air Bersih,Sutrisno
Totok 2010:14-19)
2.3 Perkembangan Penduduk
Merencanakan perkembangan penduduk disuatu kota untuk kedepannya
adalah salah satu faktor yang sangat penting, karena akan adanya keterkaitan
dengan permintaan air bersih untuk kedepannya. Kebutuhan air bersih di suatu
kota akan meningkat sesuai dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan
yang dilakukan dari tahun ke tahun.
Perkembangan penduduk adalah salah satu faktor yang penting dalam
merencanakan kebutuhan air minum dimasa yang akan datang. Untuk mengatasi
kebutuhan air yang terus meningkat, maka perlunya antisipasi dengan
merencanakan prediksi laju pertumbuhan penduduk dan prediksi kebutuhan air
bersih. Metode yang digunakan untuk memproyeksikan penduduk di masa yang
akan datang adalah metode matematika ada beberapa metode proyeksi secara
matematika, yaitu:
8
2.3.1 Metode Geometrik
Metode ini menganggap bahwa perkembangan pemakai akan berganda
selaras dengan pertambahan pemakai. Metode ini juga menganggap laju
pertumbuhan penduduk (rate of growth) dianggap sama untuk setiap tahun.
Rumus yang digunakan:
Pn = P0. (1 + r)n. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.1)
Dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun n
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal perencanaan
n = Periode waktu perencanaan (Tahun)
r = Tingkat pertumbuhan penduduk
2.3.2 Metode Regresi Linier (Least Square)
Metode ini digunakan jika suatu daerah mempunyai tingkat pertumbuhan
penduduk yang tetap. Rumus yang digunakan:
Y = a + bX. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.2)
Dimana :
a =∑ y ∑ x2 − ∑ x ∑(xy)
n ∑ x2 − ( ∑ x)2 b =
n ∑(xy) − ∑ x ∑ y
n ∑ x2 − ( ∑ x)2
Dengan :
y = Populasi dengan tahun ke x setelah tahun dasar (tahun ke0)
x = Tahun dihitung dari tahun dasar
a & b = Variabel data
2.4 Metode Eksponensial
Metode ini memberikan variasi pertambahan dari pertambahan pertumbuhan
penduduk secara kontan. Rumus yang digunakan:
Pt = P0er.n. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.3)
Dimana :
Pt = Jumlah penduduk pada tahun yang direncanakan
Po = Jumlah penduduk awal rencana
e = Bilangan pokok dari sistem logaritma natural (e = 2,7182818)
n = Periode waktu dalam tahun
9
2.5 Kebutuhan Air
Kebutuhan air (water requitments) merupakan kebutuhan air yang
digunakan untuk menunjang segala kegiatan manusia, meliputi air bersih
Domestik dan non Domestik, air irigasi baik pertaniaan maupun perikanan dan air
untuk pengelontoran kota. (Pengelolaan Sumber Daya Air,Robert JK,Roestam
Syarief,2008:174)
Jenis pelayanan air yang banyak dikenal yaitu sambungan rumah dan kran
umum. Sambungan rumah dicirikan adanya kran yang tesedia didalam rumah.
Penggunaan sambungan rumah terutama ditentukan oleh jumlah populasi rata –
rata dalam satu rumah tangga yang dikatagorikan rumah permanen. Untuk
sambungan umum / kran umum berupa kran atau tempat pengambilan air secara
kolektif yang disediakan pada sekelompok rumah.
Penentuan jumlah kebutuhan kran umum didasari dari hasi survey
dilapangan mengenai sosial didaerah pelayanan. Kebutuhan air domestik atau non
domestik untuk kota dapat dibagi dalam beberapa kategori antara lain :
1. Kota Katagori I (Metro)
2. Kota Katagori II (Kota Besar)
3. Kota Katagoti III (Kota Sedang)
4. Kota Katagori IV (Kota Kecil)
5. Kota Katagori V (Desa)
2.5.1 Kebutuhan Air Domestik
Menurut J. Kindle and C.S. Russel (1984), kebutuhan air untuk tepat tinggal
(kebutuhan domestik) meliputi semua kebutuhan air untuk keperluan penghuni.
Kebutuhan domestik merupakan kebutuhan air bersih untuk rumah tangga. Jumlah
kebutuhannya didasarkan pada jumlah penduduk. Kebutuhan air per orang per
hari disesuaikan dengan standar yang biasa digunakan dan kriteria pelayanan
berdasarkan pada kategori kotanya.
10
Tingkat kebutuhan air bervariasi berdasarkan keadaan alam di area
pemukiman, banyaknya penghuni rumah, karakteristik penghuni serta ada atau
tidaknya perhitungan pemakaian air.
kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air yang digunakan pada tempat-
tempat hunian pribadi untuk memenuhi keperluan sehari-hari seperti memasak,
minum, mencuci dan keperluan rumah tangga lainnya. Satuan yang dipakai adalah
liter/orang/hari, kriteria perencanaan air bersih dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kriteria Perencanaan Air Bersih Berdasarkan SNI tahun 1997
No Uraian
Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk ( Jiwa )
> 1.000.000 500.000-1.000.000
100.000-500.000
20.000-100.000
< 20.000
Metro Besar Sedang Kecil Desa
1. Konsumsi Unit Sambungan Rumah (SR) l/org/hari
190 170 150 130 30
2. Konsumsi Unit Hidran Umum (HU) l/org/hri
30 30 30 30 30
3. Konsumsi Unit Non Domestik (%)
20-30 20-30 20-30 20-30 10-20
4. Kehilangan Air (%) 20-30 20-30 20-30 20-30 20
5. Faktor Maksimum Perhari 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
6. Faktor Pada Jam Puncak 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
7. Jumlah Jiwa Per SR 5 5 6 6 10
8. Jumlah Jiwa Per HU 100 100 100 100-200 200
9. Sisa tekan di Jaringan Distribusi ( meter )
10 10 10 10 10
10. Jam Operasi ( jam ) 24 24 24 24 24
11. Volume Reservoir (%) 20 20 20 20 20
12. SR : HU 50:50 s/d
80:20 50:50 s/d
80:20 80:20 70:30 70:30
13. Cakupan Pelayanan (%) 90 90 90 90 70
Sumber: Dirjen Cipta Karya, 1997
11
2.5.2 Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih diluar keperluan
rumah tangga. Kebutuhan air non domestik antara lain Penggunaan komersil dan
industri yaitu penggunaan air oleh badan-badan komersil dan industri. Dan
penggunaan umum yaitu penggunaan air untuk bangunan-bangunan pemerintah,
rumah sakit,sekolah-sekolah dan tempat-tempat ibadah. Kebutuhan ini bisa
mencapai antara 20% - 25% dari total kebutuhan air domestik.
2.6 Fluktuasi Kebutuhan Air
Kebutuhan air akan selalu berfluktuasi sesuai dengan kondisinya dari
sumber air yang ada maupun dari aktifitas masyarakat. Pada umumnya kebutuhan
air dibagi dalam tiga kelompok:
1. Kebutuhan harian rata-rata
Untuk kebutuhan air rata-rata yakni menyangkut pada kebutuhan domestik
maupun non domestik, yang dihitung berdasarkan kebutuhan air rata-rata
per orang per hari dihitung dari pemakaian air setiap jam selama 24 jam.
2. Kebutuhan pada jam puncak
Yang dimaksud kebutuhan pada jam puncak adalah pemakaian air tertinggi
dalam satu hari. Kebutuhan air pada jam puncak dihitung berdasarkan
kebutuhan air rata-rata dengan menggunakan faktor pengali sebagai berikut:
Kebutuhan jam puncak : (1,4 – 2,00 x kebutuhan air bersih)
(Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan umum 1996 : III-6)
3. Kebutuhan harian maksimum
Kebutuhan harian maksimum adalah kebutuhan dari banyaknya air dalam
satu tahun yang diambily paling besar. Kebutuhan harian maksimum
dihitung berdasarkan kebutuhan harian rata-rata dengan menggunakan
faktor pengali sebagai berikut:
Kebutuhan harian maksimum dipakai : (1,5 x kebutuhan air bersih)
(Dirjen Cipta Karya Pekerjaan Umum 1996 : III-6)
12
2.7 Kebocoran Air
Kebocoran air merupakan komponen mayor dari kebutuhan air. Dinegara
berkembang kebocoran air bisa mencapai lebih dari 50% dari suplai air (produksi)
yang ada. Untuk penentuan kebutuhan air maka analisa kebocoran air perlu
dilakukan. Karena meningkatnya biaya pengadaan air bersih dan kebutuhan akan
air bersih terjadi serentak.
Definisi kebocoran air adalah dimana adanya perbedaan antara jumlah air
yang diproduksi oleh produsen air dan jumlah yang terjual. Jenis kebocoran air
pada sistem suplai air bersih adalah sebagai berikut:
1. Kebocoran fisik
Kebocoran fisik adalah kebocoran dalam sistem pipa penyaluran, kebocoran
pada sambungan-sambungan pipa ditempat pemakai dan luapan pada tanki-
tangki distribusi.
2. Kebocoran Administrasi
Kebocoran administrasi meliputi kehilangan air yang dipakai oleh
konsumen akan tetapi tidak bayar, atau disebabkan oleh meteran air tanpa
registrasi, juga temasuk kesalahan didalam sistem pembaca.
2.8 Kehilangan Air
Kehilangan Air adalah selisih anara penyediaan air (water supply) dengan
konsumsi/pemakai air (water consumtion). Pengertian mengenai kehilangan air
ada tiga macam:
1. Kehilangan Air Rencana (unaccounted for water)
Dialokasikan untuk kelancaran operasi dan pemeliharaan fasilitas
penyediaan air bersih. Yang akan diperhitungkan dengan penetapan harga
air yang mana biasanya akan dibebankan kepada pemakai air (konsumen).
2. Kehilangan Air Percuma (leakage atau wastage)
Kehilangan air percuma adalah penggunaan dan pengelolaan air yang tidak
terkendali. Kehilangan air ini diharapkan dapat diperkecil dengan
penggunaan fasilitas secara baik dan benar.
13
3. Kehilangan Air Insidental
Kehilangan air insidental adalah kehilangan yang diluar kekuasaan manusia,
misalnya bencana alam. Besarnya kehilangan air umumnya diambil pada
suatu nilai (15-25%) dari total kebutuhan air domestik dan non domestik.
2.9 Sistem Pengaliran
Menurut Sarwoko M, (1985) dalam siahaya is mayosa 2010:16. Untuk
mendistribusikan air bersih pada dasarnya dapat dipakai salah satu sistem diantara
tiga sistem pengaliran, yaitu:
1. Sistem pengaliran gravitasi
Sistem ini digunakan bila elevasi sumber air baku atau pengolahan berada
jauh diatas elevasi daerah layanan dan sistem ini dapat memberikan energi
potensial yang cukup tinggi sehingga pada daerah layanan yang paling
menguntungkan karena pengoperasian dan pemeliharaannya lebih murah.
2. Sistem pemompaan
Sistem ini digunakan bila elevasi antara sumber air atau instalasi dan daerah
pelayanan tidak dapat memberikan tekanan air yang cukup. Untuk debit dan
tekanan yang diinginkan, air akan langsung ke jaring pipa distribusi. Sistem
ini biasanya diterapkan pada daerah yang perbedaan elevasinya kecil.
3. Sistem pengolahan pengaliran kombinasi
Sistem ini merupakan pengaliran dimana air bersih dari sumber atau
instalasi pengolahan akan dialirkan ke jaringan dengan menggunakan
pompa dan reservoir distribusi baik dioprasikan secara berganti atau
bersama-sama. Reservoir ini berfungsi menampung air pada saat kebutuhan
air minimum dan mendistribusikannya pada sat dibutuhkan (biasanya pada
saat kebutuhan air maksimum). Tinggi reservoir yang cukup akan dapat
menambah tinggi tekan.
14
2.9.1 Sistem Air Disuplai Melalui Pipa Induk
Macam-macam sistem air yang disuplai melalui pipa induk:
1. Countinous Sistem
Didalam sistem ini, penyuplaian air bersih akan digunakan secara terus-
menerus selama 24 jam. Sistem ini dapat digunakan ketika kuantitas air
baku cukup untuk menyuplai kebutuhan penduduk di daerah tersebut.
Keuntungan sistem ini adalah:
Setiap saat konsumen akan mendapatkan air bersih
Air yang diambil dari titik pengambilan didalam jaringan pipa distribusi
selalu didapatkan dalam keadaan segar
Kerugian sistem ini adalah:
Pemakaian secara terus menerus akan cenderung boros
Bila ada sedikit kebocoran saja, air yang terbuang akan lebih besar
2. Intermitten Sistem
Didalam sistem ini adalah kebalikan dari countinous sistem yakni adalah
dimana diberikan batasan hanya beberapa jam saja dalam sehari, biasanya 2-
4 jam dipagi hari dan 2-4 jam disore hari. Sistem ini dipilih terutama bila
kuantitas dan tekanan tersedia dalam sistem.
Kerugian sistem ini adalah:
Setiap rumah perlu mempunyai tempat untuk penyimpanan air yang
cukup agar kebutuhan sehari dapat disimpan
Bila terjadi kebakaran di waktu jam tidak beroperasinya air untuk
pemadaman akan sulit didapatkan
Dimensi pipa yang dipakai harus besar karena dalam sehari air yang
akan disuplai ditempuh dalam jangka waktu pendek.
Dari kedua sistem tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem Countinous
merupakan sistem suplai air paling baik.
15
2.9.2 Sistem Jaringan dan Perpipaan
Jaringan distribusi adalah rangkaian pipa yang berhubungan dan digunakan
untuk mengalirkan air ke konsumen. Tata letak distribusi ditentukan oleh kondisi
topografi daerah layanan dan lokasi pengolahan biasanya diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Sistem Cabang (branch)
Sistem ini adalah sistem jaringan perpipaan dimana pengaliran air hanya
menuju kesatu arah dan pada setiap ujung akhir daerah pelayanan terdapat
titik mati.
Gambar 2.1 Sistem Cabang
Keterangan:
1. Reservoir
2. Pipa distribusi air
3. Simpul layanan
Sistem ini biasanya digunakan pada daerah dengan sifat-sifat berikut:
Perkembangan kota kearah memanjang.
Sarana jaringan jalan induk saling berhubungan.
Keadaan topogrfi dengan kemiringan medan yang menuju kesatu arah.
Keuntungan sistem cabang
Sistem lebih sederhana sehingga perhitungan dimensi pipa lebih mudah.
Pemasangan lebih mudah dan sederhana.
Peralatan lebih sedikit.
Perpiaan lebih ekonomis karena menggunakan pipa lebih sedikit (pipa
distribusi hanya dipasang didaerah yang padat penduduk).
16
Kerugian sistem cabang :
Kemungkinan terjadinya penimbunan kotoran dan pengendapan di
ujung pipa tidak dapat dihindari, sehingga diperlukan pembersihan yang
intensial untuk mencegah timbulnya bau dan perubahan rasa.
Bila terjadi kerusakan, pengaliran air dibawahnya akan berhenti.
Kemungkinan tekanan air yang diperlukan tidak cukup bila ada
sambugan baru.
Keseimbangan sistem pengaliran kurang terjamin, terutama terjadinya
tekanan kiritis pada bagian pipa terjauh.
Suplay air akan terganggu apabila terjadi kebakaran atau kerusakan
pada salah satu bagian sistem.
2. Sistem Melingkar (Loop)
Sistem cabang adalah sistem jaringan perpipaan dimana didalam sistem ini
jaringan pipa induk distribusi saling berhubungan satu dengan yang lain
membentuk loop-loop, sehingga pada pipa induk tidak ada titik msti (dead
end).
Gambar 2.2 Gambar Sistem Melingkar
Keterangan:
1. Reservoir
2. Pipa distribusi air
3. Simpul layanan
17
Pada sistem melingkar biasanya digunakan pada:
Daerah yang mempunyai jaringan jalan yang berhubungan.
Daerah yang perkembangannya kesegala arah.
Daerah dengan topografi ang relatif datar.
Keuntungan pada sistem melingkar adalah:
Alirannya tersirkulasi secara bebas, sehingga genangan atau endapan
dapat dihindari.
Keseimbangan aliran mudah dicapai.
Kerugian pada sistem melingkar adalah:
Pipa yang digunakan relatif lebih banyak.
Jaringan perpipaan lebih rumit.
Perengkapan yang digunakan akan lebih banyak.
Umumnya yang tersedia pada sistem jaringan distribusi air bersih adalah:
1. Pipa primer atau pipa induk
Pipa primer adalah pipa yang berfungsi membawa air dari instalasi
pengolahan atau reservoir distribusi, dimana mempunyai diameter yang
relatif besar.
2. Pipa Sekunder
Pipa sekuder adalah pipa yang disambungkan pada pipa primer, dimana
mempunyai diameter yang kurang dari atau sama dengan pipa primer
3. Pipa tersier
Pipa tersier adalah pipa yang gunanya menghubungkan langsung dari
pipa sekunder atau primer untuk melayani pipa service ke induk sangat
tidak menguntungkan, disamping dapat mengganggu lalu lintas
kendaraan.
4. Pipa Service
Pipa sevice adalah pipa yang berfungsi untuk menghubungkan kepada
pipa pengguna, pipa disambungkan langsung pada pipa sekunder atau
tersier, yang mempunyai diameter relatif lebih kecil.
18
pem
akai
an a
ir (lt
/dt)
maksimum
Rata - rata
minimum
t / jam
2.10 Perhitungan Kebutuhan Air
Langkah awal dalam suatu perencanaan penyediaan air bersih adalah
memperkirakan jumlah kebutuhan air. Sulit untuk mendapatkan angka yang pasti
jumlah pemakaian air suatu daerah, karena banyak faktor yang mempengaruhinya.
Pendekatan yang dapat dilakukan adalah menghitung rata-rata pemakaian setiap
orang perhari, memperkirakan jumlah penduduk pada jangka waktu tertentu dan
umur rencana konstruksi.
Data masa lalu tentang suatu daerah merupakan petunjuk yang baik dalam
pemilihan suatu angka tentang penggunaan air perkapita bagi tujuan-tujuan
perencanaan. Disamping itu data-data mengenai jumlah penduduk sangat
membantu memperkirakan jumlah penduduk pada jangka waktu tertentu.
Gambar 2.3 Penggunaan Air Dalam 24 jam
2.11 Kualitas Air Baku
Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan standar
kualitas air baku sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
173/MenKes/Per/VII tanggal 3 Agustus 1977. Standar kualitas air baku dibedakan
menjadi:
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air secara langsung
tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah
sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
19
4. Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keprluan pertanian
dan dapat dipergunakan untuk usaha perkotaan, industri dan listrik tenaga
air.
Menurut Permenkes No 416/Menkes/Per/IX/1990 bahwa persyaratan
kualitas air bersih adalah sebagai berikut:
1. Syarat-Syarat Fisik
Secara fisik air bersih harus jernih tidak berbau dan dan tidak berasa. Selain
itu suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang dari 25
derajat celsius dan apabila terjadi perbedaan harus tidak boleh kurang atau
lebih dari 3 derajat Celsius.
2. Syarat-syarat Kimia
Air bersih tidak boleh mengandung zat-zat kimia dalam jumlah yang
melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain: PH, total solid,
zat organik, CO2 agresif, kesadahan, Kalsium (Ca), besi (Fe), Mangan
(Mn), Tembaga (Cu), Seng (Zn) dan logam berat.
3. Syarat-syarat bakteriologis dan mikrobiolagis
Air bersih tidak boleh mengndung kuman Patogen dan parasitik yang
mengganggu kesehatan. Persyaratan biolagis ditandai dengan tidak adanya
bakteri E.Coli atau Fecal Coli dalam air.
4. Syarat-syarat Radiologis
Persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa air tidak boleh mengandung zat
yang menghasilkan radioaktif seperti sinar alfa, beta, gamma.
2.12 Perpipaan
2.12.1 Pipa Transmisi
Pipa transmisi berfungsi untuk mengalirkan air dari sumber ke reservoir
dan pengolahan air, maupun dari reservoir menuju reservoir lainya.
1. Jenis Pipa Transmisi
Jenis pipa transmisi pada jaringan transmisi air bersih yang umumnya
dipakai adalah:
20
a. GIP
b. Polibinyl Chloride (PVC)
Faktor yang dipertimbangkan dari pemilihan jenis atau bahan dari pipa
yang dipergunakan antara lain:
a. Diameter
b. Tekanan
c. Kondisi tanah/topografi
d. Kualitas Air
e. Kemudahan/pemasangan
Pertimbangan yang lain adalah faktor harga, maupun ketahanan/keawetan
untuk mendapakan pipa tersebut.
2. Perlengkapan Pipa Transmisi
a. Air Valve (Katup Udara)
Air Valve berfungsi untuk melepaskan/mengeluarkan udara dari
dalam pipa, titik pemasangan biasanya diletakkan pada titik
tertinggi pada jalur pipa. Jika jalur pipa relatif datar dan akan
dipasang dua buah valve, maka perlengkapan ini diletakan dekat
gate/stop valve yang lebih tinggi, tipe Air valve yang
dipergunakan dapat berupa single orifice ataupun double orifice.
Pada jalur pipa yang berdiameter lebih besar dari 400 mm, air
valve yang dipasang adalah tipe double orifice.
Selain itu hal yang lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa air
valve ini harus dipasang pada tempat yang lebih tinggi dari
elevasi muka air valve ini harus dipasang pada tempat yang lebih
tinggi dari elevasi muka air tanah tertinggi, untuk mencegah
kemungkinan masuknya air tanah ke dalam pipa. Pemasangan air
valve ini dilengkapi dengan gate valve yang diperlukan pada saat
maintenance/perbaikan.
21
b. Wash Out
Wash out berfungsi untuk menguras/mengeluarkan
kotoran/endapan yang terjadi didalam pipa, titik pemasangan
diletakan pada jalur pipa yang paling rendah dan pada jembatan
pipa. Sedangkan pada jalur pipa yang relatif datar, penguras perlu
juga dipasang pad setiap jarak 1000 m. Dimensi/diameter
penguras yang dipilih, dipertimbangkan berdasarkan
kemungkinan banyaknya endapan yang perlu dikeluarkan.
Biasanya diameter penguras ini antara (1/4 - ½) dari diameter
pipanya.
c. Stop Valve
Stop/gate valve berfungsi untuk mengisolasi segement pipa yang
diperlukan pada saat maintenance/perbaikan. Pemasangan
dilakukan pada jalur pipa transmisi pada setiap jarak maksimum
2000 m. Penempatan pemasangan gate valve ini harus
dipertimbangkan terhadap keadaan/kondisi lapangan dan letak
penguras. Selain itu gate valve ini biasa dipasang sebelum dan
sesudah jembatan pipa, siphon dan penyeberangan jalan pipa.
d. Check Valve
Check valve berfungsi sebagai penahan aliran balik dari air untuk
meredam atau mengurangi kemungkinan terjadinya “Water
Hamer”. Perlengkapan ini dipasang pada jalur pipa transmisi
sesuai dengan keperluan. Check valve dipasang pada setiap jarak
1000 m atau tergantung kondisi lapangan setempat.
e. Fitting-Fitting
Fitting-fitting (tee, bend, reducer dan lain-lain) perlu disediakan
dan dipasang pada perpipaan distribusi sesuai dengan keperluan
di lapangan. Apabila pada suatu jalur pipa terdapat lengkungan
yang memiliki radius yang sangat besar, penggunaan fitting bend
(belokan) boleh tidak dilaukan selama defleksi pada sambungan
22
pipa tersebut masih sesuai dengan yang disyaratkan untuk jenis
pipa tersebut.
f. Peralatan Kontrol Aliran
Peralatan Kontrol aliran ini berfungsi untuk menanggulangi
kemungkinan terjadinya clogging (penyumbatan) dalam pipa
akibat kotoran yang terendapkan. Kalau dianggap perlu maka
dipasang pada jalur pipa transmisi dengan jarak 200-300 m.
peralatan kontrol Unit peralatan ini akan terdiri dari gate valve,
dan fitting tempat memasukan alat pembersih ke dalam pipa
tempat yang relatif cukup luas untuk penempatannya, dan ada
saluran/tempat yang lebih rendah untuk membuang air dari
penggelontoran tersebut. Perencakan unit ini akan dilindungi
dalam bak kontrol.
g. Jalur Pipa Sekunder/tersier
Sambungan rumah/sambungan ke bangunan lain tidak boleh
dilakukan terhadap pipa induk distribusi dengan diameter yang
lebih besar dari diameter 150 mm. Untuk itu diperlukan perpipaan
sekunder/tersier yang berukuran diameter 80 mm atau diameter
50 mm yang dipasang sejajar (sesuai dengan keperluan) dengan
diameter induk tadi untuk tempat pemasnagan sambungan rumah
tersebut. Apabila pada kedua tepi jalan, posisi bangunan rumah
cukup rapat, maka diperlukan pemasangan pipa sekunder/tersier
di kedua tepi jalan tersebut, untuk mengurangi terjadinya
penyeberangan pipa terhadapn jalan. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi kemungkinan banyaknya kebocoran yang umumnya
terjadi pada penyeberangan pipa akibat pecahnya pipa tersebut.
23
2.12.2 Pipa Distribusi
Fungsi dari pip distribusi adalah untuk mengalirkan air dari reservoir
distribusi sampai dengan disambungkan ke pelanggan.
1. Jenis Pipa Distribusi
Jenis Pipa Distribusi yang biasa dipakai dalam jaringan distribusi air
adalah:
a. Asbes Cement
b. Polivinyl Chloride (PVC)
Pemeliharaan bahan pipa yang akan digunakan tergantung pada:
a. Harga pipa
b. Tekanan dalam sistem
c. Sifat korosif dari tanah terhadap pipa
d. Keadaan lalu lintas
Dari pemeliharaan keempat poin diatas lebih ekonomis memakai pipa AC
dan PVC. Dalam perencanaannya dipakai pipa AC dan PVC karena:
a. Murah
b. Perawatan mudah (tidak mudah korosif)
c. Perlengkapan mudah diganti dan diperoleh
d. Ringan
2. Perlengkapan Distribusi
Perlengkapan untuk menunjang sistem distribusi agar berfungsi secara
teratur, adalah sebagai berikut:
a. Fire Hydrant
Berfungsi sebagai pemadam ketika kebakaran, biasa ada didaerah
padat penduduk atau tempat keramaian, ditempatkan pada
persimpangan /persilangan jalan, di tepi jalan.
b. Monhole
Berfungsi sebagai pemeriksa/perbaikan bila ada kerusakan. Biasa
ditempatkan pada jalur pipa dengan jarak 300-600 m atau pada tempat
yang terdapat peralatan penting.
24
c. Pembuangan Lumpur
Berfungsi sebagai pembuang lumpur yang terendap pada jalur pipa.
Biasa diletakkan pada titik rendh suatu jalur pipa, dimana yang
berdekatan dengan saluran pembuang
d. Bangunan Perlintasan
Biasanya digunakan ketika ada jaringan pipa yang memotong atau
melintasi sungai/ rel kereta api. Jika pipa tersebut memotong sungai
maka harus adanya angker yang disatukan pada pipa yang ada,
ataupun jika tidak memungkinkan bisa dibuatkan jembatan pipa
sendiri. Sedangkan untuk pipa yang memotong rel kereta api biasanya
digunakan pipa beton yang lebih besar dari pipa air minum, karena
untuk melindungi dari tekanan dan getaran bila kereta api sedang
melintasinya, dengan konstruksi pemasangan pipa air minum tidak
bersentuhan dengan betonnya.
e. Gate Valve
Berfungsi sebagai pengatur udara pada pipa, yang penempatannya
diletakan pada bagian tertinggi suatu pipa.
f. Air Valve
Berfungsi sebagai pelepasan udara yang terdapat (terperangkap)
dalam pipa, diletakan pada bagian tertinggi suatu pipa.
g. Non Return Valve
Berfungsi untuk menghindari water hamer dalam pipa.
h. Bak Pelepas Tekanan
Berfungsi untuk melepas tekanan yang berlebihan dalam pipa.
i. Blow Off Valve
Biasa dipasang pada setiap titik mati atau titik terendah dari setiap
jalur pipa.
j. Check Valve
Berfungsi ketika pompa mati maka pukulan akibar aliran balik tidak
merusak pipa. Biasa dipasang pada pengaliran pipa satu arah diantara
pompa dari gate valve.
25
k. Thrust Block
Berfungsi sebagai penahan untuk menjaga agar fitting tidak bergerak
ketika pipa mengalami beban hidrolik yang tidak seimbang, semisal
pergantian diamater, akhir pipa dan belokan. Pada umumnya, Thrust
Blok lebih praktis setelah saluran ditimbun dengan tanah dan
dipadatkan, untuk menahan getaran/gaya hidrolik atau beban lain.
Thrust Blok hendaknya dipasang pada sisi parit, maka perlu
meratakan sisi parit, maka perlunya meratakan sisi parit atau menggali
sebuah lubang masuk ke dalam dinding parit untuk menahan gaya
geser.
l. Meter Tekanan
Berfungsi untuk mengetahui besar tekanan kerja pompa. Untuk
mengkontrol dari tekanan pipa agar aman, serta menjaga kontinuitas
aliran. Meter tekanan biasanya dipasang pada pompa.
m. Sambungan pipa dan perlengkapannya
Perlengkapan yang sering digunakan untuk menyambung antar pipa
antara lain:
1. Bell and Spigot
Spigot dari suatu pipa dimasukkan kedalam bell (socket) pipa
lainnya. Untuk menghindari kebocoran dan menahan pipa serta
memungkinkan terjadinya defleksi (berubahnya sudut
sambungan) maka sambungan biasanya dilengkapi dengan gasket.
2. Bend
Merupakan belokan pipa, dengan sudut belokan 900; 450; 22,50;
11,50.
3. Flange Joint
Biasanya dipakai untuk pipa bertekanan tinggi, untuk sambungan
yang dekat dengan instalasi pompa sebelum kedua flange
disatukan dengan mur dan baut, maka diantara flange disisipkan
packing untuk mencegah kebocoran.
26
4. Increaser dan Reduser
Increaser digunakan untuk menyambung pipa diameter kecil ke
diameter besar (arah aliran dari diameter kecil ke diameter besar).
Sedangkan reduser sebaliknya.
5. Tee
Untuk menyambung pipa pada percabangan.
6. Tapping Bend
Dipasang pada tempat yang tidak perlu disadap, untuk dialirkan
ke tempat yang lain dalam hal ini pipa distribusi dibor dan
tapping bend dipasang dengan baut disekeliling pipa dengan
memeriksa. agar cicin melingkar penuh pada sekeliling lubang
dan tidak menutupi lubang tapping.
2.13 Struktur Reservoir
Reservoir berasal dari bahasa perancis (reservoa) yang berarti tempat
penampungan (persediaan) air. Istilah ini tentunya sangat akrab di PDAM, baik
itu ground reservoir (ditanah) atau elevated reservoir (menara), kegunaan
reservoir adalah untuk menampung air pada saat pemakaian di bawah rata-rata
dari debit yang dialirkan IPA dan pada saat jam-jam puncak air yang telah
tertampung tadi akan dialirkan ke pelanggan.
Tujuan pembuatan reservoir ini adalah untuk menampung air baku dari hasil
pemompaan. Selain itu reservoir juga berfungsi sebagai tempat pengolahan air
baku sehingga aman untuk dikonsumsi yaitu diberi disinfektan, kemudian air siap
didistribusikan. Volume reservoir dihitung dengan dua cara:
1. Volume reservoir dihitung sebesar 20% dari kebutuhan air harian
maksimum.
2. Volume reservoir dihitung sebesar 20% dari kolam tandon harian (KTH).
27
2.13.1 Kapasitas Resevoir
Reservoir dapat berupa tangki maupun bak, dan menurut penempatannya
reservoir dapat dibagi menjadi dua. Untuk mengetahui kapasitas volume dimensi
resrvoir yang dibutuhkan untuk menghasilkan produksi yang besarnya tertentu
dapat menggunakan rumus:
V = P. L. D. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.4)
Dimana :
V = Volume (m3)
L = Lebar (m)
P = Panjang (m)
D = Kedalaman (m)
2.13.2 Keseimbangan Reservoir
Tandon merupakan komponen yang penting, oleh karena itu ketersediaan
air di tandon pada setiap periode/jam mutlak diperlukan. Analisa keseimbangan
air ditandon dilakukan sebagai cara untuk menilai kemampuan sistem penyediaan
air. Indikator untuk, menilai kemampuan sistem penyediaan adalah ketersediaan
air di dalam tandon pada setiap periode dengan cara ini akan dapat diteliti jumlah
periode defisit yang terjadi pada tandon.
2.14 Persamaan Hukum Kontinuitas
Apabila zat cair tak kompresibel mengalir secara kontinyu melalui pipa atau
saluran, dengan tampang aliran konstan ataupun tidak konstan, maka volume zat
cair yang lewat tiap satuan waktu adalah sama disemua tampang. Keadaan ini
disebut dengan hukum kontinuitas aliran zat cair. Atau lebih sederhananya debit
yang masuk kedalam penampang sama dengan debit yang keluar.
Qmasuk = Qkeluar
A x V = A x V. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.5)
28
Dimana:
Q = Debit aliran (m3/det)
A = Luas penampang (m3)
V = Kecepatan aliran (m/det)
(Bambang Triatmodjo, 1995, Hidraulika I, halaman 116, Beta Offset,
Yogyakarta)
2.15 Kecepatan Aliran
Nilai kecepatan aliran dalam pipa yang diijinkan adalah 0,3-0,25 m/detik
pada jam puncak. Kecepatan yang terlalu kecil menyebabkan endapan yang ada
dalam pipa tidak dapat terdorong. Selain itu pemborosan biaya, karena diameter
pipa besar, sedangkan pada kecepatan terlalu tinggi mengakibatkan pipa cepat
rusak dan mempunyai head loss yang tinggi, sehingga biaya pembuatan reservoir
naik. Untuk menntukan kecepatan aliran dalam pipa digunakan rumus kontinuitas.
Q = A. V =1
4πD2. V. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.6)
V =4Q
πD2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.7)
Dimana:
Q = Debit Aliran (m2/detik)
V = Kecepatan Aliran (m/detik)
D = Diameter Pipa (m)
(Bambang Triatmodjo, 2014, Hidraulika I, halaman 136, Beta Offset,
Yogyakarta)
2.16 Persamaan Hukum Bernoulli
Pada zat cair diam, gaya-gaya yang bekerja dapat dihitung dengan mudah,
karena dalam hidrostatika hanya bekerja gaya tekanan yang sederhana. Pada zat
cair mengalir, permasalahan menjadi lebih sulit. Faktor-faktor yang
diperhitungkan tidak hanya kecepatan dan arah partikel, tetapi juga pengaruh
29
kekentalan yang menyebabkan geseran antara partikel-partikel zat cair dan juga
antara zat cair dan dinding batas. Gerak zat cair tidak mudah diformulasikan
secara matematik, sehingga diperlukan anggapan-anggapan dan percobaan-
percobaan untuk mendukung penyelesaian secara teoritis.
Gambar 2.4 Garis Tenaga dan Tekanan Pada Zat Cair Ideal
Tinggi tekanan dititik A dan B yaitu hA = PA/ 𝛾 dan hB = PB/ 𝛾 adalah tinggi
kolom zat cair yang beratnya tiap satuan luas memberikan tekanan sebesar PA = 𝛾
hA dan PB = 𝛾 hB. Oleh karena itu tekanan P yang ada pada persamaan Bernoulli
biasa disebut dengan tekanan statis.
Aplikasi persamaan Bernouli untuk kedua titik di dalam medan aliran akan
memberikan:
ZA +PA
γ+
VA2
2g= ZB +
PB
γ+
VB2
2g+ Hf. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.8)
Dimana:
ZA = Elevasi Pipa 1 dari datum (m)
ZB = Elevasi Pipa 2 dari datum (m)
PA = Tekanan di titik 1 (m)
VB = Kecepatan aliran di titik 2
𝛾 = Berat jenis
Hf = Head Loss
30
Yang menunjukan bahwa jumlah tinggi elevasi, tinggi tekanan dan tinggi tekanan
dan tinggi kecepatan dikedua titik adalah sama. Dengan demikian garis tenaga
pada aliran zat cair ideal adalah konstan.
(Bambang Triatmodjo, 1995, Hidraulika I, halaman 124, Beta Offset,
Yogyakarta)
2.17 Kehilangan Tekanan Air
Kehilangan tekanan maksimum 10 m/km panjang pipa. Kehilangan tekanan
(hf) dalam pipa terjadi akibat adanya friction antara fluida dengan permukaan
pipa. Kehilangan tekanan ada dua macam:
2.17.1 Mayor loses
Yaitu kehilangan tekanan sepanjang pipa lurus. Perhitungan menggunakan
rumus Hanzen William: (Ronald V. Giles, 1986 :121 dalam Is Mayosa 2010:34)
Hf =Q1,85
(0,2785. D2,63. C)1,85× L. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.9)
Dimana:
Hf = Mayor Losses sepanjang pipa lurus (m)
L = Panjang pipa (m)
Q = Debit (m3/detik)
C = Konstanta Hasen William
D = Diameter (m)
Rumus Darcy:
hf = fL. V2
D. 2g. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.10)
31
Dimana:
hf = Kehilangan energi (m)
f = Koefisien gesek (darcy)
V = Kecepatan aliran air (m/detik)
G = Percepatan grafitasi (9,81 m/dt2)
(Bambang Triatmodjo, 2008, Hidraulika II, halaman 28, Beta Offset,
Yogyakarta)
2.17.2 Minor Loses
Yaitu kehilangan tekanan yang terjadi pada tempat yang memungkinkan
adanya perubahan karakteristik aliran, misalnya perubahan penampang pipa,
sambungan, belokan, dan katub (kehilangan tenaga sekunder).
Hf = KV2
2g. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.11)
Dimana:
K = Konstanta kontraksi (sudah terterntu) untuk setiap jenis pipa
berdasarkan diameternya
(Bambang Triatmodjo, 2008, Hidraulika II, halaman 58-64, Beta Offset,
Yogyakarta)
Untuk mengetahui tekanan dan kecepatan aliran yang ada dalam pipa, selain
besarnya debit, panjang pipa, diperlukan juga penentuan elevasi tanah pada titik
tertentu (node). Cara mengetahui elevasi node ada dua, yaitu dengan interpolasi
kontur dan dengan pengukuran langsung dilapangan dengan diameter dan
theodolit.
32
2.18 Program Waternet
Program ini waternet ini dirancang untuk melakukan simulasi aliran air atau
fluida lainnya (bukan gas) dalam pipa baik dengan jaringan tertutup (loop)
maupun jaringan terbuka dan sistem pengaliran (distribusi) fuida dapat
menggunakan sistem gravitasi, sistem pompanisasi maupun keduanya. WaterNet
dirancang dengan memberikan banyak kemudahan sehingga pengguna dengan
pengetahuan minimal tentang jaringan distribusi (aliran dalam pipa) dapat
menggunakannya juga. Input data dibuat interaktif sehingga memudahkan dalam
simulasi jaringan dan memperkecil kesalahan pengguna saat menggunakan
WaterNet. Hasil hitungan yang tidak dapat diedit, ditampilkan dan dilindungi
agar tidak diedit oleh pengguna. Secara umum pointer mouse akan menunjukkan
karakteristik apakah data dapat diubah, diganti atau tidak.
Fasilitas WaterNet dibuat agar proses editing dan analisa pada perancangan
dan optimasi jaringan distribusi air dapat dilakukan dengan mudah. Output
WaterNet dibuat dalam bentuk database, text maupun grafik yang memudahkan
pengguna untuk selanjutnya memprosesnya langsung menjadi hardcopy atau
proses lebih lanjut dengan program lain sebagai laporan yang menyeluruh.
Kemampuan dan fasilitas WaterNet dalam simulasi jaringan pipa secara
garis besar adalah sebagai berikut :
Menghitung debit dan tekanan di seluruh jaringan pipa pada setiap node
yang merupakan titik dengan elevasi tidak berubah dengan instalasi
reservoir, pompa, katup, dan tangki.
Menghitung demand atau air yang dapat diambil pada sebuah node jika
tekanan pada node tersebut telah ditentukan.
Fasilitas pompa dengan persamaan Q - H (debit terhadap head) mengikuti
persamaan daya tetap (constant power), Parabola (satu titik) dan Parabola (3
titik). Pengguna menentukan debit dan tekanan (head) rencana pompa
tersebut atau menggunakan power pompa pada tipe pompa daya tetap.
Fasilitas pompa dilengkapi dengan waktu saat pompa bekerja (on) dan tidak
bekerja (off). Pompa dapat diatur penggunaan waktunya pada jam-jam
tertentu oleh pengguna, atau bekerja terus sepanjang simulasi. Pompa juga
33
dapat diatur sistem kerjanya berdasarkan elevasi tangki yang disuplai,
sehingga pompa secara otomatis tidak berkerja pada saat tangki telah penuh
dan bekerja kembali saat tangki hampir kosong.
Fasilitas default diberikan untuk memudahkan pengguna dalam input data.
Data default akan digunakan untuk setiap pipa, pompa, node yang
ditentukan oleh pengguna.
Fasilitas pustaka untuk kekasaran pipa dan kehilangan tinggi tenaga
sekunder. Fasilitas ini mempermudah pengguna untuk menentukan atau
memperkirakan nilai diameter kekasaran pipa serta kehilangan tinggi
tenaga sekunder di setiap belokan, sambungan dan lain-lain.
Fasilitas katup PRV (Pressure Reducing Valve), FCV (Flow Control Valve),
PBV (Pressure Breaking Valve) dan TCV (Throttling Control Valve) yang
sangat diperlukan oleh jaringan pipa.
Fasilitas tipe aliran BERUBAH yang sangat berguna untuk simulasi
perubahan elevasi di dalam tangki akibat fluktuasi pemakaian air oleh
masyarakat yang dipengaruhi oleh jumlah pemakaian air berdasarkan jam –
jaman. Pada akhirnya fasilitas ini dapat digunakan untuk menghitung
volume tangki yang optimal serta menguji kinerja jaringan untuk debit yang
fluktuatif. Pengguna dapat memeriksa tinggi tekanan dan debit di setiap
node, serta debit dan kecepatan aliran di setiap pipa, untuk mengoptimalkan
jaringan. Fasilitas tipe aliran BERUBAH menghitung distribusi aliran dan
tekanan di seluruh jaring pipa setiap time step (interval waktu) 60 menit, 30
menit, 15 menit dan 6 menit.
Fluktuasi kebutuhan air di setiap node dapat ditentukan oleh pengguna.
Fasilitas ini membuat simulasi jaringan distribusi menjadi lebih realistis
karena kebutuhan setiap node dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan
sebenarnya pada lokasi perencanan, misalnya kebutuhan air untuk
perumahan, pabrik, rumah sakit, sekolah, hydran kebakaran dan lain lain
yang berbeda setiap jamnya. Kebutuhan di setiap node tidak hanya terbatas
pada satu tipe kebutuhan sesuai dengan kondisi yang mungkin terjadi di
34
lapangan. Waternet menyediakan tipe campuran dengan berbagai kebutuhan
untuk tiap tipe.
Fasilitas editing dalam bentuk grafik interaktif sangat memudahkan
pengguna dalam merencanakan jaringan pipa. Fasilitas ini meliputi
menggambar dan menentukan pipa baik arah maupun hubungan
(sambungan) antara pipa satu dengan pipa lainnya dalam jaringan,
menentukan letak pompa, reservoir, tangki dan katup. Menghapus pipa,
reservoir, tangki, pompa dan katup yang tak dikehendaki. Fasilitas notasi
node dan pipa yang memudahkan pengguna mengingat lokasi yang
dimaksud dan secara sepintas melihat data jaringan maupun hasil hitungan.
Editing dapat juga dilakukan dengan berfokus pada tabel misalnya tabel
data node atau pipa. Pada saat yang sama lokasi yang diedit pada tabel
ditunjukkan pada gambar jaringan pipa. Dengan demikian pengguna dapat
mengenali pipa atau node yang sedang diedit dan bukan sekedar berhadapan
dengan angka-angka seperti nomer node dan pipa.
Hasil hitungan secara keseluruhan dapat ditampilkan dengan fasilitas lain
baik dalam bentuk grafik maupun tabel. WaterNet menyediakan fasilitas
untuk menampilkan grafik tekanan, kebutuhan maupun perubahan elevasi
atau kedalaman dalam tangki serta fasilitas untuk menampilkan hasil dalam
tabel berformat text. Hasil tampilan tersebut akan dengan mudah dianalisis,
dan jika hasil menunjukkan bahwa jaringan belum memuaskan, jaringan
dapat dengan mudah diedit kembali.
Fasilitas mengubah posisi node dan pipa yang tidak diinginkan dapat
dilakukan dengan sangat mudah mengikuti gambar peta yang ada. Dalam
hal ini, jika penggambaran pipa dipilih dengan tipe skalatis (pilihan
diberikan oleh WaterNet), maka perpindahan node juga merupakan
perubahan panjang pipa yang berhubungan dengan node tersebut.
Fasilitas penggambaran secara skalatis juga merekam panjang pipa baik
pipa lurus maupun belok, berdasarkan koordinat x,yz. Maksudnya panjang
pipa dihitung berdasarkan lokasi x,y serta ketinggian atau elevasi kedua
ujung pipa.
35
Fasilitas Link Importance sangat dibutuhkan untuk melihat tingkat layanan
tiap pipa terhadap keseluruhan jaringan sehingga jumlah pipa dalam suatu
jaringan distribusi dapat dihemat (dikurangi), atau sebaliknya, jika Link
Importance dari sebuah pipa terlalu tinggi maka perlu dipikirkan
kemungkinan pipa parallel.
Kontur dapat dibuat berdasarkan peta kontur topografi yang dapat
mempermudah input elevasi node mengikuti kontur yang dibuat.
Masih banyak fasilitas lain yang tersedia yang dirasakan sangat membantu
dalam usaha menghitung dan merencanakan jaringan distribusi air atau
fluida dalam pipa.