40
24 BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan Jalan II.1. Umum Perkerasan merupakan struktur lapisan yang terletak di atas tanah dasar, yang bersifat konstruktif sehingga memiliki nilai struktural dan fungsional. Nilai struktural berkaitan dengan daya dukung perkerasan untuk mendukung repetisi beban lalu lintas kendaraan dan kemampuannya untuk tetap stabil, mantap dan aman terhadap pengaruh infiltrasi air permukaan dan perubahan cuaca. Nilai fungsional berkaitan dengan performansi permukaan jalan dalam melayani lalu lintas kendaraan dengan aman dan nyaman yang meliputi aspek – aspek teknis, antara lain: kerataan, kekesatan dan kemiringan permukaan. [12] Menurut Yoder, E. J dan Witczak (1975), pada umumnya jenis konstruksi perkerasan jalan ada 2 jenis : Perkerasan Lentur (Flexible Pavement), yaitu pekerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Perkerasan Kaku (Rigid Pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan semen (portland cement) sebagai bahan pengikat. [19] Perkerasan jalan yang dibahas adalah perkerasan lentur. II.2. Struktur Perkerasan Lentur Perkerasan lentur merupakan perkerasan yang dibangun di atas tanah dasar (subgrade). Susunan struktur lapisan perkerasan lentur jalan dari bagian atas ke bawah seperti gambar 2.1 di bawah ini : [4]

BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

  • Upload
    ledieu

  • View
    237

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

24

BAB II

Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan Jalan

II.1. Umum

Perkerasan merupakan struktur lapisan yang terletak di atas tanah dasar, yang

bersifat konstruktif sehingga memiliki nilai struktural dan fungsional. Nilai struktural

berkaitan dengan daya dukung perkerasan untuk mendukung repetisi beban lalu

lintas kendaraan dan kemampuannya untuk tetap stabil, mantap dan aman terhadap

pengaruh infiltrasi air permukaan dan perubahan cuaca. Nilai fungsional berkaitan

dengan performansi permukaan jalan dalam melayani lalu lintas kendaraan dengan

aman dan nyaman yang meliputi aspek – aspek teknis, antara lain: kerataan,

kekesatan dan kemiringan permukaan.[12]

Menurut Yoder, E. J dan Witczak (1975), pada umumnya jenis konstruksi

perkerasan jalan ada 2 jenis :

Perkerasan Lentur (Flexible Pavement), yaitu pekerasan yang

menggunakan aspal sebagai bahan pengikat.

Perkerasan Kaku (Rigid Pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan

semen (portland cement) sebagai bahan pengikat.[19]

Perkerasan jalan yang dibahas adalah perkerasan lentur.

II.2. Struktur Perkerasan Lentur

Perkerasan lentur merupakan perkerasan yang dibangun di atas tanah dasar

(subgrade). Susunan struktur lapisan perkerasan lentur jalan dari bagian atas ke

bawah seperti gambar 2.1 di bawah ini : [4]

Page 2: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

25

Gambar 2.1.Struktur Perkerasan Lentur

1. Lapis permukaan/penutup (surface course)

2. Lapis pondasi (base course);

3. Lapis pondasi bawah (subbase course);

4. Lapisan tanah dasar (subgrade)

Perkerasan lentur di atas didukung dengan bahan – bahan konstruksi sebagai

kekuatan struktur perkerasan. Bahan konstruksi dicampur di unit pencampuran aspal,

agar kualitas dapat diperoleh sesuai harapan dan disebut campuran beraspal.

II.2.1. Campuran beraspal

Campuran beraspal merupakan campuran yang terdiri dari kombinasi agregat

yang dicampur dengan aspal. Pencampuran dilakukan sedemikian rupa sehingga

permukaan agregat terselimuti aspal dengan seragam. Campuran beraspal terdiri dari

dua keadaan : panas (hotmix) dan dingin (coldmix). Namun, campuran beraspal yang

sering digunakan yaitu dalam keadaan panas (hotmix) atau disebut sebagai campuran

beraspal panas.[6]

Campuran beraspal yang umum digunakan di Indonesia, antara lain : [12]

- AC (Asphalt Concrete) atau laston (lapis beton aspal)

- HRS (Hot Rolled Sheet) atau lataston (lapis tipis beton aspal)

- HRSS (Hot Rolled Sand Sheet) atau latasir (lapis tipis aspal

pasir).

Page 3: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

26

Pada campuran beraspal diperoleh sifat-sifat mekanis yang disebut sifat friksi

dan kohesi dari bahan-bahan pembentuknya. Sifat friksi terdapat pada agregat yang

diperoleh dari ikatan antar butir agregat (interlocking), dan kekuatannya tergantung

pada gradasi, tekstur permukaan, bentuk butiran dan ukuran agregat maksimum yang

digunakan. Sedangkan sifat kohesinya diperoleh dari aspal yang digunakan.

II.2.1.1. Agregat

Agregat adalah sekumpulan batu – batu pecah, kerikil, pasir atau mineral

lainnya baik berupa hasil alam maupun hasil buatan. Agregat merupakan komponen

utama dari lapisan perkerasan jalan yaitu mengandung 90 – 95 % agregat

berdasarkan persentase berat atau 75 – 85 % agregat berdasarkan persentase volume.

Dengan daya dukung, keawetan dan kualitas perkerasan jalan ditentukan juga dari

sifat agregat dan hasil campuran dengan material lain.

Secara umum agregat yang digunakan dalam campuran beraspal dibagi atas 2 (dua)

fraksi, yaitu :

a. Agregat Kasar

b. Agregat Halus

a. Agregat Kasar

Agregat Kasar adalah agregat yang tertahan saringan pada ayakan nomor 8

(diameter 2,36 mm). Agregat kasar terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah yang

bersih, kering, kuat dan awet dan bebas dari bahan lain yang mengganggu. Bahan

yang pecah bila berulang-ulang dibasahi dan dikeringkan tidak boleh digunakan.

Agregat kasar cukup berperan penting dalam menentukan stabilitas campuran

perkerasan. Pada umumnya semakin bertambahnya kandungan agregat kasar maka

Page 4: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

27

semakin tinggi pula stabilitas dari perkerasannya. Akan tetapi hal tersebut juga dapat

memperbesar void yang terjadi pada perkerasan beraspal.

b. Agregat halus

Agregat Halus adalah agregat yang lolos saringan ayakan nomor 8 (diameter

2,36 mm). Agregat halus terdiri dari pasir alam dan pasir buatan atau gabungan

antara dari bahan – bahan tersebut. Agregat halus juga dapat berasal dari batu kapur

pecah yang hanya boleh digunakan apabila dicampur dengan pasir alam dalam

perbandingan yang sama. Agregat halus harus bersih, kering, kuat, dan bebas dari

gumpalan – gumpalan lempung serta bahan – bahan lain yang mengganggu serta

terdiri dari butiran – butiran yang bersudut tajam dan mempunyai permukaan

kasar.[6]

II.2.1.2. Aspal

Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan

yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup

pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat

menyelimuti dan menahan agregat tetap pada tempatnya selama proses produksi dan

masa pelayanannya. Pada dasarnya aspal terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang

disebut bitumen. Oleh sebab itu, aspal sering disebut material berbituminous.

Umumnya aspal dihasilkan dari penyulingan minyak bumi, sehingga disebut

aspal keras. Tingkat pengontrolan yang dilakukan pada tahapan proses penyulingan

akan menghasilkan aspal dengan sifat-sifat yang khusus yang cocok untuk

pemakaian yang khusus pula, seperti untuk pembuatan campuran beraspal, pelindung

atap dan penggunaan khusus lainnya.

Page 5: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

28

Aspal terdiri dari : Asphaltenes, Malthenes, dan Oils. Asphaltenes adalah

komponen utama dari aspal sekitar 80 %, Malthenes terdiri dari zat – zat yang

memberikan stabilitas pada Asphaltenes yang mempengaruhi viskositas dan

kelelehan (berfungsi sebagai flux). Dan Oils memberi sifat adhesif dan pemuluran

(daktalitas).

Fungsi aspal pada perkerasan jalan adalah :

• Sebagai bahan pengikat antara agregat maupun antara aspal itu sendiri.

• Sebagai bahan pengisi, mengisi rongga antara butir – butir agregat dan pori –

pori yang ada dari agregat itu sendiri.

Jenis aspal terdiri dari aspal keras, aspal cair, aspal emulsi, dan aspal alam,

yaitu :

a. Aspal keras

Aspal keras merupakan aspal hasil destilasi yang bersifat viskoelastis

sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan dan

sebaliknya.

b. Aspal cair

Aspal cair merupakan aspal hasil dari pelarutan aspal keras dengan bahan

pelarut berbasis minyak.

c. Aspal emulsi

Aspal emulsi dihasilkan melalui proses pengemulsian aspal keras. Pada

proses ini partikel-partikel aspal padat dipisahkan dan didispersikan

dalam air.

d. Aspal alam

Page 6: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

29

Aspal yang secara alamiah terjadi di alam. Berdasarkan depositnya aspal

alam dikelompokkan ke dalam 2 kelompok, yaitu aspal danau dan aspal

batu.[6]

Campuran beraspal di atas harus memenuhi spesifikasi yang telah dibuat

sebagai standar pekerjaan jalan. Namun, tidak jarang perkerasan jalan di atas

mengalami tingkat penurunan pelayanan jalan yang disebabkan terjadinya kerusakan

dini perkerasan di awal umur pelayanan. Akibatnya tingkat keamanan dan

kenyamanan berkendaraan berkurang karena kondisi bentuk dari hasil pemeliharaan

rutin maupun peningkatan jalan tidak memenuhi spesifikasi yang disyaratkan. Oleh

sebab itu, dilakukan evaluasi dengan cara mengontrol kualitas perkerasan kontruksi

pada spesifikasi yang ditetapkan pada pekerjaan jalan.

Kontrol kualitas perkerjaan jalan telah dipelajari di beberapa negara seperti

Amerika Serikat, Belanda, Australia, Spanyol, Prancis, dan negara lainnya selama

beberapa tahun dengan menggunakan penerapan teknik statistik kontrol kualitas.

Meskipun terkadang ada kesulitan, namun manfaat dari pendekatan statistik

sepenuhnya dapat meningkatkan perekonomian.[15]

II.3. Kontrol kualitas (quality control)

Kontrol dapat didefenisikan sebagai usaha dalam melakukan uji evaluasi, dan

pengawasan untuk menjaga produk. Kualitas dapat didefenisikan sebagai

karakteristik yang dibutuhkan untuk tingkat keunggulan yang diinginkan dan

disesuaikan pada spesifikasi. Maka, kontrol kualitas (quality control) adalah usaha –

usaha yang dilakukan dengan teknik dan kegiatan operasional untuk mendapatkan

produk yang sesuai dengan tingkat spesifikasi yang ditetapkan.

Page 7: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

30

Teknik dan kegiatan operasional meliputi pemeriksaan hasil perencanaan,

pengujian yang dilakukan selama konstruksi, pengujian bahan, kalibrasi mesin dan

peralatan pengujian. Dalam hal ini, kontrol kualitas diperlukan untuk menghasilkan

indikator pada berbagai tahap proyek untuk memperlihatkan bahwa persyaratan dan

spesifikasi dipenuhi. Ini berguna sebagai pendeteksi dini dari kerusakan atau

ketidaksesuaian yang membutuhkan perhatian atau perbaikan akibat berkurangnya

kualitas produk.

Kualitas produk sering dianggap sebagai alat pemeriksaan akhir. Namun,

pendapat demikian dapat menimbulkan biaya pengerjaan kembali yang cukup tinggi.

Karena kontrol kualitas (quality control) seharusnya dilaksanakan mulai dari proses

pengolahan pada titik – titik kritis kualitas, dimana sering terjadi penyimpangan

kualitas. Oleh karena itu, dibutuhkan data dalam proses kontrol kualitas tersebut.

Untuk memperoleh data tersebut, diperlukan metode yang cukup agar analisa yang

dilakukan mendekati yang sebenarnya. Metode yang digunakan adalah metode

statistik.[7]

Penerapan metode statistik pada kontrol kualitas (quality control) disebut

kontrol kualitas statistik (quality control statistic). Kontrol kualitas statistik berperan

penting dalam memenuhi spesifikasi, yaitu :

− Sebagai konsep, merupakan batas statistik yang dapat

membuat peningkatan keseragaman kualitas,

− Sebagai teknik untuk mencapai kualitas, dan

− Sebagai pengambilan keputusan.[20]

Page 8: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

31

II.3.1. Tujuan kontrol kualitas

Tujuan kontrol kualitas adalah memperoleh jaminan kualitas (quality

Assurance) sebagai parameter dan pengukuran pembayaran yang dapat dilakukan

dengan penerimaan kontrol kualitas (quality control acceptance) dan menjaga

konsistensi kualitas.

Adapun keuntungan menggunakan kontrol kualitas, antara lain:

Untuk mempertinggi kualitas atau mengurangi biaya.

Menjaga kualitas lebih seragam (uniform).

Penggunaan alat produksi lebih efisien.

Mengurangi pekerjaan kembali (rework) dan pembuangan.

Inspeksi yang lebih baik.

Memperbaiki hubungan produsen-konsumen.

Spesifikasi lebih baik.

Menerapkan kontrol kualitas juga dimaksudkan untuk menggunakan metode

pengawasan dalam dua tahapan kontrol kualitas (quality control) dalam pekerjaan

jalan, yaitu pada :

1. Proses kontrol kualitas (quality control processes), dan

2. Penerimaan kontrol kualitas (quality control acceptance).[18]

II.3.2. Proses Kontrol Kualitas (quaility control processes)

Proses kontrol kualitas (quality control processes) dalam pekerjaan jalan

didefenisikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan mengontrol pekerjaan

jalan melalui semua tahapan proses perencanaan pekerjaan jalan dengan cara

memeriksa kualitasnya. Metode kontrol kualitas digunakan dalam mengontrol batas

– batas yang harus sesuai dengan spesifikasi.[18]

Page 9: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

32

Proses kontrol kualitas (quality control processes) dalam pekerjaan jalan

dilakukan dengan pemeriksaan sebagai berikut :

II.3.2.1. Kontrol agregat

Agregat berperan penting dalam stabilitas campuran bergradasi menerus.

Salah satu penyebab utama masalah teknis yang terjadi dengan aspal adalah

perbedaan antara perencanaan di lapangan dengan perencanaan di laboratorium.

Untuk itulah pentingnya kontrol kualitas terhadap agregat saat proses pemilihan

material itu sendiri, hingga proses pencampuran dengan aspal untuk memastikan

keseragaman dari campuran yang diproduksi. Adapun yang perlu diperhatikan pada

kontrol kualitas agregat, meliputi :

1. Pengujian agregat.

Pengujian diperlukan untuk mengetahui karakteristik fisik dan mekanik

agregat sebelum digunakan sebagai bahan campuran beraspal.

2. Metode pengambilan contoh (sampling)

Standar pengambilan contoh, yaitu berdasarkan standar pekerjaan jalan.

Segregasi agregat, yaitu fraksi agregat yang terpisah akibat dari selama

proses pemecahan, proses penyimpanan bahan (stockpiles),

pengangkutan, penghamparan, atau hal lainnya.

Pengambilan contoh agregat dari sumbernya.

3. Pengujian analisa ukuran butir (gradasi)

Gradasi agregat adalah pembagian ukuran butiran yang dinyatakan dalam

persen dari berat total dan ditentukan dengan penyaringan bahan

menggunakan ayakan nomor terkecil hingga terbesar lalu ditimbang, agar

diperoleh konstruksi campuran yang bermutu tinggi.

Page 10: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

33

Tabel 2.1. Ukuran saringan

No. Saringan Lubang saringan inch mm

1 ½ in. 1.50 38.1 1 in. 1.00 25.4 ¾ in. 0.75 19.0 ½ in. 0.50 12.7 3/8 in. 0.375 9.51 No.4 0.187 4.76 No.8 0.0937 2.38 No.16 0.0469 1.19 No.30 0.0234 0.595 No.50 0.0117 0.297 No.100 0.0059 0.149 No.200 0.0029 0.074

Sumber : Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas (2005). Hal.54. [6]

Gradasi agregat juga harus dianalisa ukuran butirannya dengan analisa

saringan. Analisa saringan ada 2 jenis yaitu :

Analisa saringan kering digunakan pada agregat normal untuk pekerjaan

rutin.

Analisa saringan dicuci (analisa saringan basah) dilakukan bila agregat

tersebut mengandung abu yang sangat halus atau mengandung lempung.

4. Berat Jenis (specific gravity) dan penyerapan (absorpsi)

- Berat Jenis (specific gravity) adalah perbandingan berat dari suatu satuan

volume bahan terhadap berat air dengan volume yang sama pada

temperatur 200 – 250C (680 - 770F). Dikenal beberapa macam Berat Jenis

agregat, yaitu :

a. Berat jenis semu (apparent specific gravity),

( ) wγis

s

vvwGsa+

=

Page 11: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

34

b. Berat Jenis bulk (bulk specific gravity),

( ) w

s

sip

s

vw

vvvwGbs

x γγ=

++=

c. Berat Jenis efektif (effective specific gravity),

( ) wγcs

s

vvwGse+

=

Dengan pengertian :

Ws = Berat agregat kering

γw = Berat Isi air= 1 g/cm3

Vp = volume pori yang meresap air

Vi = volume pori yang tidak meresap air

Vs = volume agregat padat

Vc = volume pori meresap air yang tidak meresap aspal (volume total)

- Penyerapan (absorpsi) adalah agregat yang seharusnya sedikit berpori

agar dapat menyerap aspal. Karena jika agregat berpori banyak, maka

akan menyerap aspal besar sehingga tidak ekonomis dan tidak dapat

digunakan sebagai bahan campuran beraspal.

5. Pemeriksaan keausan dengan mesin abrasi.

Pada pekerjaan jalan, agregat akan mengalami proses tambahan seperti

pemecahan, pengikisan akibat cuaca, pengausan akibat lalu lintas. Agregat

Page 12: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

35

dengan nilai keausan yang besar mudah pecah selama pemadatan atau akibat

pengaruh beban lalu-lintas atau hal lainnya tidak diijinkan karena beberapa

sebab :

a. Gradasi akan berubah karena agregat yang kasar akan menjadi butiran

yang halus dan tidak memadai.

b. Agregat yang lemah tidak akan menghasilkan lapisan yang kuat karena

bidang pengunci yang bersudut mudah pecah.

Pengujian keausan agregat dilakukan dengan mesin abrasi Los Angeles.

Seperti terlihat pada gambar 2.2 di bawah ini.

Gambar 2.2. Mesin abrasi Los Angeles

6. Pengujian setara pasir (sand equivalent)

Pengujian dilakukan untuk menentukan perbandingan relatif dari bagian yang

dapat merugikan (seperti butiran lunak dan lempung) terhadap bagian agregat

yang lolos saringan No.4.

7. Pemeriksaan gumpalan lempung dan butiran yang mudah pecah dalam

agregat

Agregat yang tertahan saringan 1,18 mm diperiksa dan dipisahkan dengan

diremas jari guna melihat agregat tersebut mudah pecah atau tidak. Sehingga

menjadi beberapa fraksi, lalu direndam sekitar 24 jam. Butiran halus yang

terjadi disaring dan ditimbang.

Page 13: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

36

8. Pemeriksaan daya lekat agregat terhadap aspal (affinity)

Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara menguji kelekatan agregat terhadap

aspal.

9. Angularitas

Merupakan suatu pengukuran penentuan jumlah agregat berbidang pecah.

Pengujian angularitas agregat terbagi 2, yaitu :

a. Angularitas agregat kasar adalah persentase dari berat partikel agregat

lebih besar dari 4,75 mm (No.4) dengan satu atau lebih bidang pecah.

b. Angularitas agregat halus adalah persentase rongga udara yang terdapat

pada agregat padat lepas dan lolos pada saringan 2,36 mm (No.8). Makin

besar nilai rongga udara berarti makin besar bidang pecah yang terdapat

pada agregat halus.

10. Pemeriksaan kepipihan agregat

Bentuk butir (particle shape) agregat salah satunya adalah berbentuk pipih

dan akan mudah patah apabila mendapat beban lalulintas. Untuk itu diuji

dengan alat uji kepipihan seperti terlihat pada gambar 2.3. Kepipihan

dinyatakan dalam persentase berat contoh agregat sebanyak minimum 200

butir agregat.

Gambar 2.3. Alat uji kepipihan agregat

Page 14: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

37

11. Pengujian partikel ringan dalam agregat

Partikel ringan pada agregat berjumlah besar yang digunakan sebagai

campuran aspal panas akan mengganggu stabilitas campuran. Partikel ringan

yang dimaksud adalah partikel yang mengapung di atas larutan yang berat

jenisnya 2.

Pengujian dilakukan untuk agregat halus yang lolos saringan No. 4 (4,75 mm)

dan tertahan di atas saringan No.50 (0,30 mm) serta agregat kasar yang lolos

saringan 3” (76,20 mm) dan tertahan di atas saringan No.4 (4,75 mm). Bahan

yang digunakan untuk memisahkan partikel ringan adalah larutan seng

khlorida (ZnCl2) berat jenis 2.[6]

II.3.2.2. Kontrol aspal

Pada umumnya aspal diperoleh dari sumber yang telah diuji dan diterima oleh

direksi pekerjaan jalan. Sangat sedikit uji pengawasan untuk aspal, namun telah

dilakukan oleh orang yang terlibat pada kontrol kualitas secara manual. Masalah

yang sering terjadi pada aspal adalah mencari masalah yang berkaitan dengan lapisan

aspal. Sehingga pentingnya dilakukan uji kontrol kualitas sebelum memasukkan ke

dalam campuran aspal, meliputi :

1. Pengambilan contoh bahan aspal

Pengambilan contoh aspal untuk pengujian harus diwakili dan dijaga agar

tidak terkontaminasi oleh bahan lain sebelum pengujian. Pemeriksaan

meliputi :

a. Ukuran contoh,

b. Pengambilan contoh dari mobil tangki, truk penyemprot aspal atau tangki

penyimpanan aspal yang dilengkapi alat sirkulasi,

Page 15: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

38

c. Pengambilan contoh dari tangker atau tongkang,

d. Pengambilan contoh dari pipa selama pemuatan dan pembongkaran,

e. Pengambilan contoh dari drum terpilih secara random seperti Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jumlah contoh yang dipilih secara acak

Dalam pengiriman Yang diambil 2 – 8 2 9 – 27 3 28 – 64 4 65 – 125 5 126 – 216 6 217 – 343 7 344 – 512 8 513 – 729 9

730 – 1000 10 1001 – 1331 11

Sumber : Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas (2005). Hal.67. [6]

f. Pengambilan contoh bahan semi padat atau bahan padat yang belum

dipecah diambil dengan akar tiga dari jumlah kemasan dilokasi,

g. Pengambilan contoh bahan hasil pemecahan atau berbentuk tepung,

h. Pengambilan contoh di tempat tujuan pengiriman.

2. Titik nyala dengan Cleveland Open Cup

Penentuan titik nyala dilakukan untuk memastikan bahwa aspal cukup aman

untuk pelaksanaan. Jika rendah, maka adanya minyak ringan dalam aspal

seperti terlihat pada gambar 2.4.

Page 16: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

39

Gambar 2.4. Pengujian titik nyala dengan Cleveland Open Cup

3. Penetrasi bahan bitumen

Pengujian ini dimaksudkan untuk menetapkan nilai kekerasan aspal.

Kekerasan aspal diukur dengan jarum penetrasi standar yang masuk kedalam

permukaan bitumen pada temperatur 25 0C, beban 100 gram dan waktu 5

detik. Alat pengujian ditunjukkan pada gambar 2.5.

Gambar 2.5. Pengujian penetrasi

4. Titik lembek

Konsistensi bitumen ditunjukkan oleh temperatur dimana aspal berubah

bentuk karena perubahan tegangan. Hasilnya digunakan untuk menentukan

temperatur kelelehan dari aspal. Alat pengujian ditunjukkan pada gambar 2.6.

Page 17: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

40

Gambar 2.6. Pengujian titik lembek aspal

5. Daktilitas bahan bitumen

Daktilitas ditunjukkan oleh panjangnya benang aspal yang ditarik hingga

putus. Pengujian dilakukan dengan alat yang terdiri atas cetakan, bak air dan

alat penarik contoh. Alat pengujian ditunjukkan pada gambar 2.7.

Gambar 2.7. Pengujian daktalitas

6. Pengujian temperatur pencampuran dan pemadatan dengan alat

viskometer

Cara ini dimaksudkan untuk menentukan temperatur campuran dan

pemadatan campuran beraspal panas, mencakup pengujian kekentalan aspal

secara empiris pada temperatur antara 1200 – 200 0C. Gambar peralatan

diperlihatkan pada Gambar 2.8.[6]

Page 18: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

41

Gambar 2.8. Tabung viskometer untuk pengujian viskositas

II.3.2.3. Kontrol campuran beraspal

Dalam tahap pencampuran agregat dan aspal, harus diperiksa dan dikontrol

saat dilakukan proses pencampuran, meliputi :

1. Laboratorium

Semua peralatan yang akan digunakan untuk pengujian harus diperiksa

kesesuaiannya dengan persyaratan yang dipakai, dan prosedur – prosedur pengujian

yang digunakan dalam spesifikasi harus tersedia di laboratorium dan diaplikasikan

secara benar, hal lain yang perlu diperhatikan adalah kalibrasi peralatan secara

berkala. Dalam pengujian yang perlu diamati adalah metode pengujian contoh,

jumlah contoh, frekuensi dan harus sesuai dengan spesifikasi.

2. Stock Pile

Suatu penanganan agregat di tempat penyimpanan (stock pile) yang kurang baik akan

sangat mempengaruhi perbedaan volumetrik campuran antara JMF dengan

pelaksanaan.

Pada saat proses penumpukan dan pemindahan agregat di Stock Pile sering terjadi

segregasi dan terkontaminasinya agregat dengan tanah/lumpur. Sehingga akan

Page 19: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

42

menyulitkan atau bahkan tidak mungkin operator AMP dapat mengadakan

penyesuaian gradasi dalam waktu yang sangat terbatas. Untuk itu di perlukan

pengetahuan dan keahlian yang cukup pada operator di saat pengujian dengan

memeriksa data yang diperlukan di Stock Pile, meliputi :

- Proses kebersihan agregat di Stock Pile, terutama kebersihan pasir.

- Agregat tidak mengalami segregasi

- Agregat tidak tercampur satu sama lainnya dan tidak terkontaminasi dengan

tanah/lempung atau bahan lainnya.

3. Unit pencampur aspal (AMP)

AMP merupakan satu unit alat yang memproduksi campuran beraspal panas.

AMP yang paling sering digunakan adalah jenis Batch (penakaran). Komponen –

komponen yang terdapat dalam AMP adalah :

a. Cold Bin

Cold Bin adalah tempat penyimpanan agregat kasar, agregat halus dan

pasir. Material yang telah melalui Cold Bin sangat berpengaruh terhadap

produksi campuran beraspal. Untuk itu perlunya kontrol kualitas yang ketat pada

Cold Bin dengan melakukan pemeriksaan, meliputi :

− Gradasi agregat

Perubahan gradasi terjadi jika Quari atau supplier berbeda. Untuk itu

setiap terjadi perubahan oleh quari atau supplier, dilakukan pembuatan

JMF kembali.

− Kondisi dari tiap Cold Bin

Pencampuran agregat antara bin yang berdekatan dapat dicegah dengan

cara membuat pemisah yang cukup dan pengisian tidak berlebih.

Page 20: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

43

− Kalibrasi bukaan Cold Bin

− Bukaan Cold Bin

Bukaan Cold Bin kadang - kadang tersumbat jika agregat halus basah,

agregat terkontaminasi tanah lempung atau penghalang lain yang tidak

umum seperti batu dan kayu.

− Kecepatan Conveyor dan pengontrolan aliran agregat dan membuang

material yang tidak perlu.

b. Dryer

Setelah dari Cold Bin agregat dibawa ke Dryer yang mempunyai fungsi :

1) Menghilangkan kandungan air pada agregat, dan

2) Memanaskan agregat sampai suhu yang disyaratkan. Pemeriksaan yang

diperlukan meliputi :

− Alat pengukur suhu

− Pemeriksaan suhu pemanasan

− Pemeriksaan kadar air secara tepat, yaitu dengan menggunakan cermin

dan spatula, (ambil contoh secukupmya dan lewatkan cermin tersebut

lalu amati kadar air yang menggembur pada permukaan cermin atau

spatula).

c. Hot Screen

Setelah agregat kering dan dipanaskan, agregat diangkut dengan pengangkut

panas (hot elevator) untuk disaring dan dipisahkan dalam beberapa ukuran. Pada

umumnya proses penyaringan terjadi pelimpahan agregat, misalnya yang seharusnya

masuk ke Hot Bin I tetapi terbawa ke Hot bin II. Pelimpahan ini pada kondisi normal

Page 21: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

44

terjadi kurang dari 5% dan cenderung konstan, sehingga tidak terlalu mempengaruhi

kualitas produksi. Hal ini terjadi bila :

- Lubang saringan tertutup agregat.

- Kecepatan produksi ditambah sehingga agregat yang disaring bertambah

sementara efisiensi operasi penyaringan tetap.

- Agregat halus basah, sehingga pada saat pengeringan dan pemanasan

agregat tersebut akan menggumpal dan masuk ke Hot Bin yang tidak

semestinya.

- Lubang saringan sudah ada yang rusak, pemeriksaan yang diperlukan adalah

pemeriksaan harian secara visual pada kebersihan dan kondisi saringan.

d. Hot Bin

Jika agregat halus masih menyisakan kadar air (karena dryer kurang baik)

setelah pemanasan, maka agregat yang sangat halus (debu) akan menempel dan

menggumpal pada dinding Hot Bin dan akan jatuh setelah cukup berat. Hal tersebut

dapat menyebabkan perubahan kecil pada gradasi agregat, yaitu penambahan

material yang lolos saringan No. 200.

e. Weight Hopper

Pada bagian ini operator AMP sangat berperan. Jika keseimbangan waktu

pencapaian berat Hot Bin sulit tercapai, maka operator harus membuang agregat

tersebut dan melakukan pemeriksaan aliran material dari Cold Bin. Akan tetapi jika

ketidakseimbangan waktu tersebut dipaksakan terus berjalan, maka dapat dipastikan

terjadi penyimpangan gradasi akibat proporsi masing – masing Hot Bin karena tidak

sesuai pemeriksaan yang dilakukan pada bagian :

- Kalibrasi timbangan termasuk timbangan aspal.

Page 22: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

45

- Kotak penimbang (Weight Box) tergantung bebas.

- Kontrol harian terhadap kinerja operator AMP.

f. Pugmill

Pugmill merupakan alat yang mencampur agregat dengan aspal. Setelah

agregat ditimbang sesuai dengan proporsinya, maka agregat dan aspal dicampur di

pugmill. Dalam Pugmill terjadi dua jenis campuran yaitu :

1. Pencampuran kering

Lamanya pencampuran ini diusahakan sesingkatnya mungkin untuk

meminimalkan degradasi agregat, umumnya 1 atau 2 detik.

2. Pencampuran basah

Pada pencampuran juga diusahakan seminimal mungkin untuk menghindari

degradasi dan oksidasi. Jika agregat kasar telah terselimuti aspal maka

pencampuran basah dihentikan, karena dapat dipastikan agregat halus juga

terselimuti aspal. Umumnya waktu pencampuran kurang dari 30 detik.

Pemeriksaan yang diperlukan meliputi :

- Temperatur aspal (pada tangki aspal).

- Lamanya pencampuran.

- Tampak Visual yang keluar dari Pugmill, apakah campuran merata,

terselimuti aspal, aspal menggumpal atau pugmill bocor.

4. Pemeriksaan hasil campuran beraspal

Untuk mengetahui secara dini penyimpangan – penyimpangan yang terjadi,

sehingga dapat diperbaiki dengan segera, maka pemeriksaan terhadap hasil produksi

sangat diperlukan, pemeriksaan meliputi :

Page 23: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

46

- Secara visual temperatur campuran dapat diamati di atas dump truck.

Bila berasap biru, berarti terlalu panas (over heating), dan jika

menggumpal atau tidak seragam berarti kurang panas (under heating).

- Pemeriksaan juga harus dengan alat terutama untuk pemeriksaan

temperatur campuran di atas dump truck.

- Pengambilan sampel untuk pengujian sifat – sifat (ekstraksi, analisa

saringan, marshall, kepadatan, dan lain-lain) dengan frekuensi yang

sesuai dengan spesifikasi.[3]

II.3.3. Penerimaan kontrol kualitas (quaility control acceptance)

Penerimaan kontrol kualitas (quality control acceptance) dinyatakan dengan

hasil proses kontrol kualitas (quality control processes).[17] Penerimaan tersebut

dilakukan dengan menguji kualitas campuran beraspal yang telah selesai pada tahap

pekerjaan jalan di lapangan, sehingga campuran beraspal harus sesuai dengan

spesifikasi, meliputi : [6]

1. Pengambilan contoh dan pengujian (sampling and testing)

Pengambilan contoh dan pengujian dicatat sebagai data yang bertujuan untuk

menilai kualitas produksi apakah memenuhi syarat atau tidak. Salah satu

kesalahan yang besar dalam menguji material adalah kegagalan untuk mengambil

contoh yang mewakili. Contoh pengujian pada kontrol kualitas di lapangan

adalah :

1. Pengujian kadar aspal

2. Pengujian kepadatan campuran aspal

3. Pengujian gradasi agregat

Page 24: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

47

Namun, pengujian yang sering dilakukan adalah pengujian kepadatan campuran

aspal. Karena merupakan tolak ukur atau parameter dalam melakukan

pembayaran proyek pekerjaan jalan.

2. Pengujian kepadatan di lapangan

Untuk pengujian kepadatan lapangan dilakukan dengan pengambilan contoh

inti (core) padat dari core drill atau memotong permukaan perkerasan atau

pengujian dengan nuclear density tester. Selanjutnya contoh inti padat diuji di

laboratorium untuk mendapatkan kualitas kepadatan campuran beraspal.

Pengujian kepadatan dengan cara apapun, agar dilaksanakan berdasarkan

pengujian secara acak (random), dengan jumlah minimum tertentu, umumnya

setiap jarak 200 m. Nilai rata-rata kepadatan dan nilai tunggal yang didapat dari

pengujian kepadatan harus masuk dalam kriteria yang disyaratkan oleh suatu

proyek. Pengambilan contoh inti (core) dapat digunakan juga untuk mengukur

ketebalan padat suatu hamparan campuran aspal panas. Hal yang perlu

diperhatikan dalam pengujian kepadatan dengan core drill :

- Contoh uji yang diambil dari lapangan pada umumnya basah karena pada saat

pengambilan contoh dibantu dengan semprotan air.

- Penimbangan contoh uji untuk mencari berat kering tidak boleh dilakukan

dengan tergesa-gesa.

- Penimbangan contoh uji harus dilakukan setelah beratnya konstan. Artinya

penimbangan harus dilakukan setelah contoh uji benar-benar kering.

Page 25: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

48

Tabel 2.3. Perbandingan penerimaan rata – rata kepadatan secara

statistik antara beberapa spesifikasi

Spesifikasi Sampel Jenis ukuran

sampel per lot

Penerimaan rata – rata

kepadatan (JSD %)

WSDOT 3 - ∞ 5 95

FHWA 5 - ∞ 5 95

NAASRA 6 - ∞ 6 93

FAA 3 – 8 4 90

AASHTO 3 – 50 6 90

Sumber : Mahoney, J.P.’01.Hal.18.[10], Pavement Material ’89, hal.22.[13]

Dalam menentukan penerimaan proses kontrol kualitas (quality control

processes) dan penerimaan kontrol kualitas (quality control acceptance), digunakan

metode statistik dalam mengambil keputusan penyesuaian spesifikasi.[6]

II.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kontrol Kualitas

Kontrol kualitas (quality control) dalam pekerjaan jalan sering mengalami

ketidaksesuaian dengan spesifikasi. Namun, dengan menggunakan metode statistik,

kesalahan – kesalahan pekerjaan jalan dapat dibuktikan melalui pengontrolan

terhadap spesifikasi. Faktor – faktor yang mempengaruhi kontrol kualitas (quality

control) pekerjaaan jalan dengan metode statistik agar sesuai dengan spesifikasi

adalah :

II.4.1. Pemilihan sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi. Dimana populasi

merupakan keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian kita, baik terhingga

maupun tidak terhingga, dan disebut sebagai N. Sampel merupakan jumlah data

Page 26: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

49

atribut dan data variabel yang memiliki karakteristik kualitas yang diklasifikasikan

ke dalam suatu kriteria, dan disebut sebagai n.

- Data atribut adalah semua kerakteristik kualitas yang diklasifikasikan

dalam kriteria baik atau jelek, bagus atau cacat, dan lain – lain. Data

atribut biasanya dapat menyimpulkan informasi jumlah cacat atau persen

cacat.

- Data variabel adalah semua karakteristik yang dapat diukur, seperti berat

yang diukur dalam gram. Ukuran – ukuran data variabel ini memberikan

informasi yang lebih berguna untuk proses kontrol kualitas. Data ini

dipakai untuk menentukan rata – rata dan standar deviasi yang sering

disebut dengan x .[7]

Sampel dipilih secara acak (random), berguna untuk mengetahui kualitas

pekerjaan jalan yang telah memenuhi spesifikasi. Sampel diperoleh dengan

menggunakan penomoran acak dan dipilih berdasarkan lot.

II.4.1.1. Pemilihan lot

Lot adalah sekelompok bahan atau item pekerjaan yang akan diuji dan

merupakan tempat di mana sampel akan diambil sesuai dengan spesifikasi. Lot

disebut sebagai titik uji atau populasi, yaitu merupakan tempat sekelompok sampel

yang akan diuji.

Gambar 2.9. Tempat pengujian atau tempat sekelompok sampel yang

akan diuji disebut lot

Page 27: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

50

Dapat ditentukan dengan menganggap lot sebagai nilai populasi N. Untuk

menentukan jumlah lot dan sampel (jumlah titik uji), dapat ditetapkan dengan rumus

sebagai berikut :[5]

3 XN = …………………………………… …..(2.1).

II.4.1.2. Teknik Sampling

Dalam pengumpulan data, diperlukan sampel yang baik untuk diperkirakan.

Penggunaan metode dalam pengumpulan data yang benar disebut teknik sampling.

Dua hal yang dapat diterima dalam teknik sampling, yaitu : pertama, tidak dapat

menjamin bahwa selalu mendapatkan sampel yang baik. Hal kedua adalah bahwa

data harus diperoleh dalam kondisi yang terkendali. Ini termasuk persyaratan bahwa

data harus homogen. Dalam sampling ada dua metode sampling :

1. Random Sampling merupakan teknik pengambilan sampel secara acak (variabel

acak) yang hanya dapat dilaksanakan apabila elemen populasi bersifat homogen,

maksudnya semua elemen tersebut memiliki kesempatan terpilih sama dalam

populasi. Misalnya besar populasi adalah N, sedang unsur dalam sampel (sample

size) adalah n, maka besarnya kesempatan bagi tiap satuan untuk terpilih dalam

sampel adalah n/N.

Pengambilan sampel secara acak ditentukan dengan menggunakan tabel bilangan

acak. Prosedur penggunaan tabel dilakukan dengan mengikuti langkah – langkah

berikut : [5]

a. Disediakan dua tabung gelas, plastik, karet gelang dan kertas.

b. Disiapkan kertas sebanyak 110 lembar. Kelompok I, kertas diberi tulisan dari

angka 0 sampai 9. Kelompok II, kertas diberi tulisan dari 1 sampai 100.

c. Kertas digulung dan tulisan tidak boleh terlihat.

Page 28: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

51

d. Masukkan kertas ke dalam masing – masing tabung gelas. Kemudian ditutup

dengan plastik dan karet gelang lalu diberi lubang.

e. Gelas dikocok selama kira – kira 10 detik dan keluarkan masing – masing 1

buah kertas kemudian dibaca dan dicatat seperti berikut :

i) Angka yang keluar dari kelompok I sebagai Nomor Kolom (misal : x)

ii) Angka yang keluar dari kelompok II sebagai Nomor Baris (misal : y)

Koordinat (x; y) ditentukan pada tabel bilangan acak sebagai bilangan tiga digit

yang dicari.

2. Non-random sampling berbeda dengan random sampling dalam hal sampel

dipilih bukan berdasarkan sistem acak. [20]

II.4.2. Metode Statistik

Metode statistik dapat mempengaruhi kontrol kualitas (quality control) dalam

membuat keputusan. Karena dari metode ini dapat diambil kesimpulan bahwa sampel

yang diuji sesuai dengan spesifikasi.

II.4.2.1. Distribusi Normal

Distribusi normal merupakan asumsi normal dari data variabel yang berkelanjutan.

Distribusi normal :

• Berhubungan dengan nilai mean, median dan modus.

• Kurva normal yang simetris dan disebut kurva lonceng.

• Persamaan linier yang berkelanjutan yang memiliki deviasi standar

yang disebut sebagai σ . Semakin besar nilai σ , maka kurva akan

semakin landai, dan semakin kecil nilai σ maka kurva akan semakin

melancip menuju ∞+ ke - ∞ .

Mean sampel dapat dihitung pada persamaan berikut :[13]

Page 29: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

52

nx........xxxx n321 +++

= atau ∑=

=n

1iix

n1x …………………… (2.2)

Deviasi standar sampel ditunjuk dan dihitung sebagai:

1n

)x(xs

n

1i

2i

−=∑= …………………………………… (2.3)

Pangkat dua dari deviasi standar disebut variasi.

1)n(n)x(xn

s2

i2

i2

−= ∑ ∑ ………………………………. (2.4)

Deviasi standar populasi juga dapat ditentukan dengan adanya nilai populasi N.

N

μ)(xσ

n

1i

2i∑

=

−= ……………………………… (2.5)

Faktor koefisien juga digunakan dalam nilai statistik.

x100xsCV

= ……………………………..…(2.6)

Perhitungan Distribusi Normal

Distribusi normal dikatakan sebagai distribusi normal standar adalah dengan rata –

rata µ = 0 dan deviasi standar σ = 1 yang memiliki fungsi densitas berbentuk :

22 2σμ)(xe2πσ

1f(x) −−= …………………………….. (2.7)

Nilai x mempunyai batas - ∞< x < ∞ , sehingga dapat dikatakan berdistribusi

normal.

Probabilitas dari pengukuran jika lebih besar atau sama dengan nilai tertentu dapat

ditentukan dengan mengintegrasikan persamaan :[19]

Page 30: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

53

∫+∞

==≥a

R αf(x)dxa)(xP ……………………………………… (2.8)

Karena frekuensi luas di bawah kurva normal adalah sama dengan satu, probabilitas

pengukuran yang kurang dari satu adalah

a)(xP1a)(xP nR ≥−=< ……………………………………… (2.9)

Standar data variabel ini disebut deviasi normal z, dan digunakan untuk mengubah

setiap data variabel menjadi distribusi normal. Transformasi nilai x menjadi nilai z :

σμxz −

= ….…………….………………… (2.10)

Penggunaan Tabel Distribusi Normal

Tabel distribusi normal untuk variabel acak sehingga mendapatkan nilai normal.

Nilai tabel tersebut merupakan solusi untuk mengetahui nilai yang diinginkan dengan

batas tertentu :[19]

∫+∞

−==≥

Ka

2z

R dz.e2π1αKa)(xP

n

……………………………. (2.11)

σμaKα

−= …………………………………………………… (2.12)

Jika a < μ , maka σ

μaKα−

= atau disebut nilai αK mutlak positif.

αμ)/σ}][{aμ)/σ][{xPa)(xP RR =−≥−=≥

α)K(zPa)(xP αRR =≥=≥ ………………………………….. (2.13)

Sifat – sifat penting distribusi normal :

1. Grafiknya selalu ada di atas sumbu datar x

2. Bentuknya simetris terhadap x = µ

Page 31: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

54

3. Grafiknya mendekati sumbu datar x dimulai dari 3σμx += ke kanan dan

3σμx −= ke kiri.

Gambar 2.10. kurva distribusi normal

Distribusi normal juga berfungsi sebagai pengujian hipotesis. Pengujian

hipotesis adalah cara pengambilan keputusan atau kesimpulan, dimana perumusan

sementara mengenai sesuatu yang dibuat untuk menjelaskannya dan untuk menuntun

atau mengarahkan penelitian selanjutnya. Setiap hipotesis bisa benar atau tidak benar

dan karenanya perlu diadakan penyelidikan. Kurva terdistribusi normal jika sampel

≥30.[16]

II.4.2.2. Distribusi t

Walaupun distribusi normal sangat penting dan banyak digunakan dalam

menentukan keputusan, namun, tidak satu – satunya jenis distribusi yang digunakan

atau berlaku untuk analisis hanya distribusi normal. Melainkan distribusi tersebut

adalah distribusi t.

Distribusi t merupakan variabel acak tertentu yang terdistribusi secara

normal. Namun, jika standar deviasi σ tidak diketahui, maka jika disubstitusi,

standar deviasi sampel s digunakan ke variabel tersebut, tidak mengakibatkan

Page 32: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

55

variabel acak sehingga tidak dapat terdistribusi normal, walaupun s merupakan σ .

Biasanya sampel distribusi t ≤ 30. Distribusi t adalah :[19]

snμ)x(t −

= ………………………………………….. (2.14)

Distribusi ini banyak digunakan dalam solusi masalah ketika deviasi standar

populasi tidak diketahui. Nilai rata – rata yang diharapkan dari distribusi ini adalah

nol dan seperti distribusi normal, juga memiliki jangkauan - ∞ ke +∞ . Namun, tidak

seperti distribusi normal, nilai persen dari distribusi t merupakan fungsi dari derajat

kebebasan dk atau v .

α)t(tP Va;R =≥ ……………………………………….. (2.15)

Nilai v tergantung pada data variabel, yaitu ditunjukkan dalam persamaan dk

atau v = n – 1.

Penggunaan Tabel Distribusi

Nilai persentase distribusi dilihat pada nilai yang memiliki konsep umum

dalam pemecahan nilai probabilitas. Terdapat nilai – nilai variabel v dan persen

risiko α yang memungkinkan terjadinya signifikansi dalam penerimaan sampel.[18]

α µ α

Page 33: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

56

-t tabel 0 + t tabel

Gambar 2.11. kurva distribusi t

II.4.3. Risiko

Pada spesifikasi, untuk pemilihan sampel yang berkualitas bisa mengalami

kesalahan. Jika hasil kinerja pekerjaan tidak memuaskan, maka pekerjaan tersebut

dapat ditolak dan menimbulkan kerugian, disebut risiko produsen. Sebaliknya,

kesalahan yang menghasilkan penerimaan produk yang tidak memuaskan yang

merugikan konsumen, disebut risiko konsumen. Agar kesalahan tidak terjadi, maka

dalam perencanaan harus memiliki tingkat keyakinan (confidence level) penerimaan

dalam bentuk persentase (1 hingga 100%). Sehingga dalam melaksanakan pekerjaan

tersebut dapat dipercaya dan spesifikasi juga menjadi standarisasi yang akurat.[13]

Ada dua tipe risiko :

1. Risiko produsen adalah kesalahan yang terjadi pada saat nilai sampel

berada di luar batas kontrol namun proses sebenarnya dalam kontrol

(random effect) dengan nilai yang telah ditetapkan sebesar 5% atau

10%. Maksudnya adalah tingkat kepercayaan yang diterima, dimana

rendahnya kemungkinan penolakan atau penerimaan sampel harus

pada batas kontrol yang diterima (tingkat keyakinan kualitas

minimum yang diterima biasanya 95% atau 90%). Risiko produsen

disebut sebagai α .

Tabel 2.4. Nilai rekomendasi untuk risiko produsen (α )

Jenis Perencanaan Kontrol Kualitas Risiko Produsen (α )

Page 34: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

57

Diterima / Ditolak 10 %

Ketetapan untuk Penerimaan 20 %

Sumber : Main Road Weastern Australia. (2008). Hal.4. [11]

2. Risiko konsumen adalah kesalahan yang terjadi pada saat nilai sampel

berada di dalam batas kontrol namun proses sebenarnya tidak dalam

kontrol (terjadi proses pergeseran) dan ditetapkan sebesar 10% atau

20%. Maksudnya adalah rendahnya kemungkinan penerimaan atau

persentase ditolaknya sampel dengan tingkat kepercayaan yang telah

ditetapkan. Risiko ditunjuk sebagai β . [13]

• Tingkat keyakinan terhadap rata – rata : σ diketahui, dengan batas 1 arah.[19]

LCL= μn

σKx α ≤

− ............................................................(2.16)

UCL= μn

σKx α ≥

+ ............................................................(2.17)

• Tingkat keyakinan terhadap sampel: σ tidak diketahui dengan batas 2 arah.

LCL= ≤≤

− − xnstx 1nα/2; UCL=

+ − nstx 1nα/2; ……………………(2.18)

II.4.4. Kriteria Penerimaan

Merupakan batas di mana sampel yang telah di uji secara statistik

menghasilkan nilai penerimaan Rc ≥ L serta menggunakan pengujian hipotesis

dalam pengambilan keputusan.[11]

Page 35: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

58

Rc = ( x - ks ) ≥ L…………………………………………(2.20)

• Uji Hipotesis.[19]

0μμ:H = 1n:α/21n:α/2

α/2α/2

tttKzK

−− +≤≤−+≤≤−

, H diterima

0μμ:H ≥ 1n:α

α

ttKz

−≥≥

, H diterima

0μμ:H ≤ 1n:α

α

ttKz

−≤−≤

, H diterima

Rata – rata (satu populasi) :

( )σ

nμxz 0−= ……………………………………………..(2.21)

( )s

nμxt 0−= ……………………………………………..(2.22)

Rata – rata (dua populasi) :

( )( ) ( )

2211 x2

xx2

x

21

n/n/

xxzσσ +

−= ………………………………..…(2.23)

( )( ) ( )

2211 x2

xx2

x

21

n/n/

xxtss +

−= ………………………………...….(2.24)

Tabel 2.5. Pengambilan Keputusan dengan uji Hipotesis

Hipotesis (H) Benar Hipotesis (H) Salah

Terima H Keputusan Benar Risiko konsumen ( β )

Tolak H Risiko produsen (α ) Keputusan Benar

Sumber : sudjana ’84. Hal. [16]

Page 36: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

59

II.4.5. Persen kesalahan

Untuk mengontrol perkerasan jalan, tingkat kualitas yang terbaik didefinisikan

dalam persen kesalahan yang bertujuan :

• Mengetahui sampel yang tidak dapat diterima,

• Dapat menyesuaikan dengan spesifikasi, sehingga mengetahui kesuksesan

pekerjaan. Disebut dengan p (%).[11]

Tabel 2.6. Nilai persen kesalahan

Jenis fasilitas Persentase Kesalahan (p)

Jalan Bebas 10 %

Jalan Raya dan Jalan Utama 15 %

Jalan Lainnya 20 %

Sumber : Main Road Weastern Australia. (2008). Hal.3. [11]

Dapat dihitung mengunakan persamaan di bawah ini :[10]

( )( )( ) 21

2

1n2k21

kkk

−÷+

−=

( )( )( )

−÷++=

21

2αp 1n2k

21kkk …………………………(2.25)

( )( )( ) 21

2

1n2k21

kkk

−÷+

−=

( )( )( )

−÷++=

21

2p 1n2k

21kkk β …………………………(2.26)

Sehingga dapat dihitung sampel sebenarnya saat diketahui L (Batas

Spesifikasi) dari kriteria penerimaan dan uji hipotesis.

Page 37: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

60

( )( )2

10

22αβ

μμσKK

n−

−= …………………………………………(2.27)

Tabel 2.7. Rekomendasi jumlah sampel per lot (n)

Komponen Pekerjaan Jumlah sampel per Lot (n)

Pondasi Tanggul 6

Konstruksi 6

Tanah Dasar 6

Pondasi Bawah 9

Pondasi Atas (Agregat) 9

Lapisan Permukaan (Campuran aspal) 10

Sumber : Main Road Weastern Australia. (2008). Hal.4. [11]

II.4.6. Grafik kontrol dan Kurva OC

1. Grafik kontrol

Grafik kontrol merupakan kumpulan data yang ditulis dalam bentuk grafik

dan digunakan untuk membuat penilaian kontrol kualitas (quality control) pada

proses kontrol kualitas (quality control processes) terhadap spesifikasi.

Adapun jenis grafik kontrol, yaitu grafik X. Grafik X adalah jenis grafik

kontrol yang menggunakan angka rata – rata dari contoh yang diambil dari pengujian

permukaan perkerasan. Hasil yang akan diukur adalah sampel variabel atau atribut

untuk mengetahui hasil atau tingkat kontrol kualitas yaitu rata – rata sampel.

Grafik X mempunyai tiga parameter penting yang ditentukan dengan cara

perhitungan dari data-data historis, yaitu:

1. Nilai rata-rata

2. Batas kontrol atas atau upper control limit (UCL)

Page 38: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

61

3. Batas kontrol bawah atau lower control limit (LCL)

Gambar 2.12. Grafik kontrol

Tahapan untuk membentuk grafik kontrol adalah sebagai berikut:

1. Grafik kontrol dibentuk dari data dimana kinerja masa depan dibandingkan

dengan kinerja masa lalu.

2. Lalu dihitung angka rata-rata, batas kontrol atas dan batas kontrol bawah. Batas

kontrol berdasarkan pada distribusi sampling.

3. Kemudian digambar grafik kontrol dimana sumbu Y menunjukkan perhitungan

variabel dan sumbu mendatar X menunjukkan jumlah sample.

4. Pada grafik ditulis angka hasil pengukuran sampel variabel atau atribut dari unit.

5. Lalu diterjemahkan arti grafik untuk melihat apakah:

• Proses terkontrol dan tidak perlu ada tindakan

• Proses tak terkontrol maka perlu dicari penyebabnya

• Proses terkontrol tetapi ada kecenderungan dimana harus memperingatkan

kepada spesifikasi ada kemungkinan terjadi kondisi yang tidak acak atau

kondisi yang tak terkendali.[7]

2. Kurva OC

Page 39: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

62

Kurva (OC) adalah kurva yang diplotkan untuk menyajikan penerimaan

kontrol kualitas. Kurva tersebut akan menunjukkan dan membedakan sampel yang

dapat diterima atau tidak diterima terhadap spesifikasi. Kurva OC juga menjelaskan

risiko yang terjadi pada pelaksanaan kontrol kualitas. Sehingga kurva merupakan

batas statistik dari penilaian sampel yang akan dipilih nantinya. Sebuah kurva OC

terhadap rata - rata ditunjukkan pada Gambar 2.15.

Kurva OC menegaskan penerimaan sampel yang telah dikontrol kualitasnya

dengan menggunakan resiko produsen (α ) dan konsumen ( β ) sebagai signifikansi

penerimaan dan faktor yang mempengaruhi kontrol kualitas bahan dan pekerjaan.

Untuk penerimaan sampel ditentukan dengan (P/1 - α ). Dimana P menggunakan

resiko konsumen ( β ) sebagai parameter proporsi kerusakan sampel. Sehingga dapat

dilihat dengan tabel kurva OC kesesuaian spesifikasi yang telah menjadi standar

perencanaan campuran beraspal sebelumnya.[13]

Gambar 2.13. Distribusi Normal dan Miring dengan jumlah sampel

berbeda.[11]

Page 40: BAB II Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26539/4/Chapter II.pdf · menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. ... diperlukan

63

Gambar 2.14. Batas Spesifikasi, Satu Batas maupun Dua Batas.[13]

Gambar 2.15. Distribusi rata – rata, kemungkinan penerimaan dengan kontrol

rerata.[13]