24
6 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 1998). Menurut Patricia D. Barry (1998) Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). Resiko perilaku kekerasan adalah adanya kemungkinan seseorang melakukan tindakan yang dapat mencederai orang lain dan lingkungan akibat ketidakmampuan mengendalikan marah secara konstruktif (CMHN, 2006). Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontol (Yosep, 2007).

BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364... · 7 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364... · 7 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

6

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik terhadap diri sendiri,

orang lain maupun lingkungan. Marah merupakan perasaan jengkel yang

timbul terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart &

Sundeen, 1998). Menurut Patricia D. Barry (1998) Perilaku kekerasan adalah

suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci

atau marah. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri

sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007). Perilaku kekerasan adalah suatu

keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan yang dapat

membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri, orang lain maupun

lingkungan (Townsend, 1998).

Resiko perilaku kekerasan adalah adanya kemungkinan seseorang

melakukan tindakan yang dapat mencederai orang lain dan lingkungan akibat

ketidakmampuan mengendalikan marah secara konstruktif (CMHN, 2006).

Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai

marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan

masih terkontol (Yosep, 2007).

Page 2: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364... · 7 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

7

Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan

bahwa perilaku kekerasan adalah ungkapan perasaan marah dan bermusuhan

yang mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana individu bisa berperilaku

menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri

sendiri, orang lain maupun lingkungan. Sedangkan resiko perilaku kekerasan

adalah adanya kemungkinan seseorang melakukan tindakan dalam bentuk

destruktif dan masih terkontol.

B. Rentang Respon Marah

Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif maladaptif,

seperti rentang respon kemarahan di bawah ini (Yosep, 2007).

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk / PK

1. Asertif adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau

diungkapkan tanpa menyakiti orang lain, akan memberi kelegaan pada

individu dan tidak akan menimbulkan masalah.

2. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena

yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan. Dalam

keadaan ini tidak ditemukan alternatif lain. Selanjutnya individu merasa

tidak mampu mengungkapkan perasaan dan terlihat pasif.

Page 3: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364... · 7 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

8

3. Pasif adalah individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya, klien

tampak pemalu, pendiam, sulit diajak bicara karena rendah diri dan

merasa kurang mampu.

4. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan

untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontol, perilaku

yang tampak dapat berupa : muka masam, bicara kasar, menuntut, kasar

disertai kekerasan.

5. Amuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai kehilangan

kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri orang lain dan

lingkungan.

C. Proses Terjadinya Marah

Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari – hari yang

harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan

yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam, kecemasan

dapat menimbulkan kemarahan.

Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu : 1)

Mengungkapkan secara verbal, 2) Menekan, 3) Menantang. Dari ketiga cara

ini, cara yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara lain adalah

destruktif. Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa

bermusuhan, dan bila cara ini dipakai terus – menerus, maka kemarahan dapat

diekspresikan pada diri sendiri atau lingkungan dan akan tampak sebagai

depresi psikomatik atau agresi dan ngamuk.

Page 4: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364... · 7 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

9

Secara skematis perawat penting sekali memahami proses kemarahan

yang dapat digambarkan pada skema 2.1 dibawah ini.

Skema 2.1 Proses terjadinya marah (Yosep, 2007)

Kemarahan diawali oleh adanya stressor yang berasal dari internal atau

eksternal. Stressor internal seperti penyakit hormonal, dendam, kesal

sedangkan stressor eksternal bisa berasal dari ledekan, cacian, makian,

hilangnya benda berharga, tertipu, penggusuran, bencana dan sebagainya. Hal

tersebut akan mengakibatkan kehilangan atau gangguan pada sistem individu

(Disruption & Loss). Hal yang terpenting adalah bagaimana seorang individu

memaknai setiap kejadian yang menyedihkan atau menjengkelkan tersebut

(Personal meaning).

Stressor Internal & Eksternal

Disruption & Los

Personal meaning

Resolution

Guilt Helplessness

Compensat ory act

Destructive

Anger & Agression

Expressed outward

Contructive action

Resolution

Painfull symptom

Expressed inward

Page 5: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364... · 7 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

10

Bila seseorang memberi makna positif, misalnya : macet adalah waktu

untuk istirahat, penyakit adalah sarana penggugur dosa, suasana bising adalah

melatih persyarafan telinga (nervus auditorius) maka ia akan dapat melakukan

kegiatan secara positif (Compensatory act) dan tercapai perasaan lega

(Resolution). Bila ia gagal dalam memberikan makna menganggap segala

sesuatunya sebagai ancaman dan tidak mampu melakukan kegiatan positif

(olah raga, menyapu atau baca puisi saat dia marah dan sebagainya) maka

akan muncul perasaan tidak berdaya dan sengsara (Helplessness). Perasaan

itu akan memicu timbulnya kemarahan (Anger). Kemarahan yang

diekpresikan keluar (Expressed outward) dengan kegiatan yang konstruktif

(Contruktive action) dapat menyelesaikan masalah. Kemarahan yang

diekpresikan keluar (Expressed outward) dengan kegiatan yang destruktif

(Destruktive action) dapat menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal

(Guilt). Kemarahan yang dipendam (Expressed inward) akan menimbulkan

gejala psikosomatis (Poinful symptom) (Yosep, 2007).

D. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi menurut (Stuart & Sundeen, 1995), berbagai

pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi,

artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika

faktor berikut dialami oleh individu :

1. Psikologi, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang

kemudian dapat menyebabkan agresif atau amuk, masa kanak – kanak

Page 6: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364... · 7 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

11

yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau

sanki penganiayaan dapat menyebabkan gangguan jiwa pada usia dewasa

atau remaja.

2. Biologis, respon biologis timbul karena kegiatan system syaraf otonom

bereaksi terhadap sekresi epineprin, sehingga tekanan darah meningkat,

takhikardi, wajah merah, pupil melebar dan frekuensi pengeluaran urine

meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti

meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup,

tangan dikepal, tubuh kaku dan reflek cepat. Hal ini disebabkan energi

yang dikeluarkan saat marah bertambah.

3. Perilaku, Reinforcement yang diterima saat melakukan kekerasan, sering

mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini

menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.

4. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif)

dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan

menciptakan seolah – olah perilaku kekerasan diterima (permissive).

5. Aspek spiritual, kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi ungkapan

marah individu. Aspek tersebut mempengaruhi hubungan individu dengan

lingkungan. Hal ini bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat

menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa

tidak berdosa. Individu yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa,

selalu meminta kebutuhan dan bimbingan kepadanya.

Page 7: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364... · 7 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

12

E. Stresor Prespitasi

Secara umum, seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa

dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau

lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang. Ketika

seseorang merasa terancam, mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa

yang menjadi sumber kemarahannya. Oleh karena itu, baik perawat maupun

klien harus bersama – sama mengidentifikasinya. Ancaman dapat berupa

internal maupun eksternal, contoh : stessor eksternal : serangan secara psikis,

kehilangan hubungan yang dianggap bermakna, hingga adanya kritikan dari

orang lain. Sedangkan contoh dari stressor internal : merasa gagal dalam

bekerja, merasa kehilangan orang yang dicintai dan ketakutan terhadap

penyakit yang diderita.

Bila dilihat dari sudut perawat – klien, maka faktor yang menncetuskan

terjadinya perilaku kekerasan terbagi dua, yakni : 1) Klien : Kelemahan fisik,

keputusan, ketidakberdayaan, kurang percaya diri. 2) Lingkungan : Ribut,

kehilangan orang/objek yang berharga, konflik interaksi sosial (Yosep, 2007).

F. Etiologi

Penyebab terjadinya marah menurut Stuart & Sundeen (1995) : yaitu

harga diri rendah merupakan keadaan perasaan yang negatif terhadap diri

sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, gangguan

ini dapat situasional maupun kronik. Bila kondisi ini berlangsung terus tanpa

kontrol, maka akan dapat menimbulkan perilaku kekerasan.

Page 8: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364... · 7 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

13

G. Akibat

Akibat dari resiko perilaku kekerasan yaitu adanya kemungkinan

mencederai diri, orang lain dan merusak lingkungan adalah keadaan dimana

seseorang individu mengalami perilaku yang dapat membahayakan secara

fisik baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungannya. Kondisi ini

biasanya akibat ketidakmampuan mengendalikan marah secara konstruktif .

H. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Fokus

Tanda dan gejala perilaku kekerasan yaitu :

Fisik : Muka merah, berkeringat, pandangan tajam, sakit fisik,

nafas pendek, tekanan darah meningkat, penyalahgunaan obat. Emosi :

Tidak adekuat, rasa terganggu, tidak aman, marah / jengkel dan dendam.

Sosial : Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan humor.

Spiritual : Kemahakuasaan, keragu-raguan, tidak bermoral, kebejatan,

kebajikan / kebenaran diri dan kreatifitas terhambat karena tidak dapat

dipilih secara rasional. Intelektual : Mendominasi, bawel, sarkasme,

berdebat, dan meremehkan (Keliat B.A, 1996).

2. Diagnosa Keperawatan

a. Masalah keperawatan :

1) Perilaku kekerasan

Page 9: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364... · 7 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

14

Data – data yang mendukung menurut Towsend (1998) dan Depkes

RI (2006)

a) Data Subjektif :

(1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

(2) Klien membentak dan menyerang orang yang mengusiknya

jika sedang kesal atau marah.

(3) Klien mengungkapkan rasa permusuhan yang mengancam,

klien merasa tidak berdaya, ingin berkelahi, dendam.

b) Data Objektif

(1) Klien mengamuk, merusak dan melempar barang – barang.

(2) Melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang

disekitarnya.

2) Resiko perilaku kekerasan

a) Data subjektif

Klien menyatakan sering mengamuk, klien mengatakan tidak

puas bila tidak memecahkan barang, klien mengungkapkan

mengancam orang lain.

b) Data objektif

Muka merah dan tegang, pandangan tajam, postur tubuh yang

kaku, mengatupkan rahang dengan kuat, mengepalkan tangan,

jalan mondar – mandir, bicara kasar, suara tinggi, menjerit /

berteriak, mengancam secara verbal atau fisik, nafas pendek,

menolak.

Page 10: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364... · 7 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

15

3) Harga diri rendah

Menurut Depkes RI (2006)

a) Data subyektif:

Klien mengkritik diri, perasaan tidak mampu, klien merasa

bersalah, klien merasa tidak berguna, klien merasa malu,

pandangan hidup yang pesimis, penolakkan terhadap

kemampuan diri.

b) Data objektif:

Selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih

banyak menunduk, bicara lambat dan nada suara lemah.

b. Pohon Masalah

Perilaku Kekerasan

Harga Diri Rendah

(Keliat B.A, 1999)

c. Diagnosa Keperawatan

1. Perilaku Kekerasan

2. Resiko Perilaku Kekerasan

3. Harga diri rendah.

Resiko Perilaku kekerasan Core Problem

Page 11: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364... · 7 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

16

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Tgl No DX

Diagnosa Keperawatan

Rencanana Tindakan Keperawatan Intervensi Tujuan Kriteria Evaluasi 1 Resiko

perilaku kekerasan.

1. Sp1p a. Membina

hubungan saling percaya.

Tanda-tanda percaya kepada perawat: 1. Wajah cerah,

tersenyum. 2. Mau

berkenalan. 3. Ada kontak

mata. 4. Bersedia

menceritakan perasaan.

Bina hubungan saling percaya 1. Beri salam setiap

berinteraksi. 2. Perkenalkan nama,

panggilan perawat, dan tujuan perawat berinteraksi.

3. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien.

4. Tunjukan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.

5. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien.

b. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

1. Klien dapat mengungkap kan perasaannya.

2. Klien dapat mengungkap kan penyebab perasaan jengkel atau kesal (diri sendiri, orang lain, lingkungan).

1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaannya.

2. Bantu klien dapat mengungkapkan penyebab marah.

c. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan

Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala kesal/jengkel yang dialami.

1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan rasa jengkel/marah yang dialami.

2. Simpulkan bersama klien tanda dan gejala marah.

d. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan.

1. Klien dapat mengungkap kan perilaku kekerasan yang dilakukan.

1. Tanyakan kebiasaan perilaku kekerasan yang dilakukan pasien.

2. Beri kesempatan pada klien untuk bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Page 12: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364... · 7 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

17

2. Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

3. Klien dapat mengetahui perilaku kekerasan yang biasa dilkukan dapat menyelesaikan masalah atau tidak.

3. Bicarakan dengan klien apakah perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi klien.

e. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

Klien dapat menjelaskan akibat perilaku kekerasan yang biasa dilakukan oleh klien.

1. Bicarakan akibat/kerugian dari perilaku kekerasan yang dilakukan.

2. Bersama klien simpulkan akibat/kerugian dari perilaku kekerasan yang dilakukan klien.

3. Diskusikan dengan klien: a) Apakah klien mau

mempelajari cara baru mengungkapkan marah yang sehat.

b) Jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah selain perilaku kekerasan yang diketahui klien.

f. Mengajarkan cara mengon trol perilaku kekerasan

Klien dapat melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan secara konstruktif.

1. Tanyakan pada klien apakah klien ingin mempelajari cara baru mengontrol perilaku kekerasan secara konstruktif.

2. Berikan pujian jika klien mengetahui cara yang lain mengontrol perilaku kekerasan secara konstruktif.

Page 13: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364... · 7 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

18

3. Diskusikan dengan klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara konstruktif : a. Secara fisik: tari nafas

dalam jika klien sedang kesal/marah, memukul bantal/kasur, olah raga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.

b. Secara verbal: katakan bahwa anda sedang marah/kesal/ tersinggung / jengkel.

c. Secara sosial: lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan menejemen perilaku kekerasan perilaku kekerasan.

d. Secara spiritual: anjurkan klien untuk sembahyang, berdo’a/ ibadah lain: meminta kepada Tuhan untuk diberi kesabaran

g. Melatih klien cara mengon trol perilaku kekerasan fisik I (nafas dalam) .

Klien dapat mendemonstrasi kan cara mengontrol marah dengan cara menarik nafas dalam.

1. Berikan reinforcement positif atas keberhasilan dan usaha klien dalam mencoba melakukan cara mengontrol marah dengan menarik nafas dalam.

2. Motivasi klien untuk melakukan tarik nafas dalam sebanyak 5x atau lebih.

h. Membim bing pasien memasukkan kegiatan ke dalam jadwal harian.

Klien mau memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian.

1. Motivasi klien untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian.

2. Beri reinforcement positif pada klien setelah memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian.

Page 14: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364... · 7 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

19

2. Sp2p a. Mem

validasi masalah dan latihan sebelum nya.

Kilen dapat menyebutkan dan mendemonstrasi kan latihan yang diajarkan sebelumnya.

1. Motivasi klien untuk

menyebutkan dan mendemonstrasikan latihan sebelumnya.

2. Beri pujian atas jawaban yang benar.

b. Melatih klien cara mengon trol marah dengan cara fisik II

1. Klien dapat mendemons trasikan cara mengontrol marah dengan cara memukul bantal atau kasur atau benda lunak lainnya.

2. Klien merasa lega.

1. Motivasi klien untuk melakukan cara mengontrol marah dengan memukul bantal atau kasur atau benda lunak lainnya.

2. Anjurkan klien untuk mengikuti lalu mempraktikan cara mengontrol marah (memukul bantal).

3. Beri reinforcement positif atas tindakan benar yang dilakukan klien.

c. Meng anjurkan klien untuk memasuk kan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal kegiatan harian.

Klien bersedia untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal kegiatan harian.

1. Motivasi klien untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal kegiatan harian.

2. Beri reinforcement positif atas tindakan benar yang dilakukan klien.

3. Sp3p a. Mem

validasi masalah dan latihan sebelum nya.

1. Klien dapat

mengungkap kan apa yang dirasakan.

2. Klien dapat menyebutkan dan mendemons trasikan kembali latihan sebelumnya.

1. Motivasi klien untuk

mengungkapkan masalah dan mendemonstrasikan kembali latihan sebelumnya.

2. Beri reinforcement positif atas tindakan yang dilakukan klien.

Page 15: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364... · 7 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

20

b. Melatih cara mengon trol marah dengan cara verbal.

1. Klien mau mengikuti dan mempraktikan apa yang telah diajarkan.

2. Klien merasa lega.

1. Motivasi klien untuk mengikuti apa yang telah diajarkan.

2. Berikan contoh cara mengontrol perilaku kekerasan dengan menolak, mengungkapkan marah secara verbal. “saya marah sama kamu”.

3. Beri reinforcement positif atas tindakan klien yang benar.

c. Meminta klien untuk memasukkan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal kegiatan harian.

Klien bersedia memasukan kegiatan yang telah dilakuakn ke dalam jadwal kegiatan harian.

1. Motivasi klien untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal kegiatan harian.

2. Beri reinforcement positif atas tindakan benar yang dilakukan klien.

4. Sp4p a. Mem

validasi masalah dan latihan sebelum nya.

1. Klien dapat

mengungkap kan apa yang dirasakan.

2. Klien dapat menyebutkan dan mendemonstrasikan kembali latihan sebelumnya.

1. Motivasi klien untuk

mengungkapkan masalah dan mendemonstrasikan kembali latihan sebelumnya.

2. Beri reinforcement positif atas tindakan yang dilakukan klien.

b. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual (berdoa, shalat, wudhu).

Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan dengan salah satu cara yang diajarkan. Contoh: berwudhu.

1. Diskusikan kembali bersama klien latihan yang telah diberikan sebelumnya.

2. Bersama klien buat daftar efektif yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya.

3. Beri pujian atas usaha yang telah dilakukan.

Page 16: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364... · 7 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

21

c. Meminta klien untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal kegiatan harian.

Klien bersedia memasukan kegiatan yang telah dilakuakn ke dalam jadwal kegiatan harian.

1. Motivasi klien untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal kegiatan harian.

2. Beri reinforcement positif atas tindakan benar yang dilakukan klien.

5. Sp5p a. Mem

validasi masalah dan latihan sebelum nya.

1. Klien dapat

mengungkap kan apa yang dirasakan.

2. Klien dapat menyebutkan dan mendemonstrasikan kembali latihan sebelumnya

1. Motivasi klien untuk

mengungkapkan masalah dan mendemonstrasikan kembali latihan sebelumnya.

2. Beri reinforcement positif atas tindakan yang dilakukan klien.

b. Menjelas kan cara mengon trol perilaku kekerasan dengan minum obat.

Klien dapat meminum obat sesuai aturan dan cara yang telah diajarkan.

1. Memotivasi klien untuk menyebutkan kembali latihan mengontrol perilaku kekerasan yang telah diajarkan.

2. Diskusikan bersama klien tentang latihan yang telah diajarkan sebelumnaya.

3. Ajarkan klien untuk meminum obat secara teratur.

4. Beri reinforcement positif atas tindakan benar yang dilakukan klien.

c. Meminta klien untuk memasukkan kegiatan yang telah dilakukan

Klien bersedia memasukan kegiatan yang telah dilakuakn ke dalam jadwal kegiatan harian.

1. Motivasi klien untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal kegiatan harian.

2. Beri reinforcement positif atas tindakan benar yang dilakukan klien.

Page 17: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364... · 7 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

22

ke dalam jadwal kegiatan harian.

6. Sp1k a. Mendisku

sikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien dengan perilaku kekerasan.

b. Menjelas kan pengertian perilaku kekerasan, tanda dan gejala serta proses kejadian nya.

c. Menjelas kan cara merawat klien perilaku kekerasan.

1. Keluarga

dapat: - Menjelaskan

perasaannya. - Menjelaskan

cara merawat klien perilaku kekerasan.

- Mendemonstrasikan cara perawatan klien perilaku kekerasan.

- Berpartisipasi dalam perawatan klien perilaku kekerasan.

2. Keluarga mengerti dan menyebutkan kembali pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya perilaku kekerasan.

1. Bina hubungan saling

percaya dengan keluarga. - Salam perkenalan. - Jelaskan tujuan. - Buat kontrk. - Eksplorasi perasaan

keluarga klien. 2. Motivasi keluarga klien

untuk menyetujui dan mengikuti kontrak.

3. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang: - Perilaku kekerasan. - Penyebab perilaku

kekerasan. - Akibat yang akan

terjadi jika perilaku kekerasan tidak di tangani.

- Cara keluarga menghadapi perilaku kekerasan klien.

4. Dorong anggota keluarga untuk mengikuti cara merawat klien perilaku kekerasan.

5. Beri reinforcment positif pada keluarga.

7. Sp2k a. Melatih

keluarga mempraktikkan cara merawat klien perilaku kekerasan.

b. Melatih keluarga melakukan

1. Keluarga

mampu mempraktikan cara merawat klien perilaku kekerasan.

2. Keluarga mampu melakukan cara merawat langsung klien

1. Diskusikan bersama

keluarga dalam mempraktikan cara merawat klien perilaku kekerasan.

2. Motivasi keluarga untuk mempraktikan cara merawat klien perilaku kekerasan.

3. Beri reinforcement positif pada keluarga untuk

Page 18: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364... · 7 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

23

cara merawat langsung pada klien perilaku kekerasan.

perilaku kekerasan.

respon baik dari anggota keluarga.

8. Sp3k a. Membantu

keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat. (discharge planning).

b. Menjelas kan follow up klien sebelum pulang.

1. Keluarga

mampu membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat secara mandiri.

2. Keluarga mematuhi jadwal yang telah dibuat untuk kesembuhan klien.

3. Keluarga mengerti/ memahami follow up yang telah diarahkan pada klien.

1. Diskusikan bersama

keluarga dalam membuat jadwal aktivitas di rumah.

2. Motivasi keluarga untuk membuat dan memenuhi jadwal aktivitas yang dibuat.

3. Beri reinforcement positif. 4. Motivasi keluarga untuk

menerima klien. 5. Diskusikan follow up

untuk keluarga.

2 Harga Diri Rendah

Sp1p 1. Membina

hubungan saling percaya.

Tanda-tanda percaya kepada perawat: Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat,

1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik a. Sapa klien dengan ramah

baik verbal maupun non verbal.

b. Perkenalkan diri dengan sopan.

c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan kesukaan yang disukai klien.

d. Jelaskan tujuan pertemuan.

Page 19: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364... · 7 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

24

mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

e. Jujur dan menepati janji. f. Tunjukkan sikap empati

dan menerima klien apa adanya.

g. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

2. Mengidentifi kasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki

1. Aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien

2. Aspek positif keluarga

3. Aspek positif lingkungan klien

2.1. Diskusikan dengan klien tentang: a) Aspek positif yang

dimiliki klien, keluarga, lingkungan

b) Kemampuan yang dimiliki klien

2.2. Bersama klien buat daftar tentang : a) Aspek positif yang

dimiliki klien, keluarga, lingkungan

b) Kemampuan yang dimiliki klien

2.3.Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian negatif.

3. Membantu klien menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilakukan.

Klien menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan

3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan.

3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaanya.

4. Membantu klien merencana kan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya

Klien dapat membuat rencana kegiatan harian

1.1.Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien.

1.2.Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien

1.3.Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan setelah pulang.

2. Membantu Klien melakukan kegiatan sesuai

Klien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat

2.1.Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan.

2.2.Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien.

Page 20: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364... · 7 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

25

rencana yang dibuat

2.3.Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien.

2.4.Diskusikan kemungkinan pelaksanakan kegiatan setelah pulang.

Sp2p 1.Memvalidasi

masalah dan latihan sebelumnya

Kilen dapat menyebutkan dan mendemonstrasi kan latihan yang diajarkan sebelumnya.

1.1.Motivasi klien untuk

menyebutkan dan mendemonstrasikan latihan sebelumnya.

1.2.Beri pujian atas jawaban yang benar.

2. Melatih kegiatan kedua (atau selanjutnya) yang dipilih sesuai kemampuan.

Klien dapat melakukan kegiatan selanjutnya sesuai jadwal yang dibuat.

2.1. Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya yang sudah direncanakan.

2.2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien.

2.3. Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien.

2.4. Diskusikan kemungkinan pelaksanakan kegiatan setelah pulang.

3. Membimbing klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

Klien mau memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian.

3.1.Motivasi klien untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian.

3.2.Beri reinforcement positif pada klien setelah memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian.

Sp1k 1. Mendiskusik

an masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien dengan harga diri rendah.

2. Menjelas kan pengertian harga diri

1. Keluarga dapat: - Menjelaskan

perasaannya. - Menjelaskan

cara merawat klien harga diri rendah.

- Mendemonstrasikan cara perawatan harga diri rendah.

1. Bina hubungan saling

percaya dengan keluarga. - Salam perkenalan. - Jelaskan tujuan. - Buat kontrak. - Eksplorasi perasaan

keluarga klien. 5. Motivasi keluarga klien

untuk menyetujui dan mengikuti kontrak.

6. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang: - Harga diri rendah.

Page 21: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364... · 7 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

26

rendah., tanda dan gejala serta proses kejadian nya.

3. Menjelas kan cara merawat klien harga diri rendah.

3. Berpartisipasi dalam perawatan klien harga diri rendah.

4. Keluarga mengerti dan menyebutkan kembali pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya harga diri rendah.

- Penyebab harga diri rendah.

- Akibat yang akan terjadi jika harga diri rendah tidak di tangani.

7. Cara keluarga menghadapi harga diri rendah.

8. Dorong anggota keluarga untuk mengikuti cara merawat klien harga diri rendah.

9. Beri reinforcement positif pada keluarga.

Sp2k 1. Melatih

keluarga mempraktik kan cara merawat klien harga diri rendah.

2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada klien harga diri rendah.

1. Keluarga

mampu mempraktikan cara merawat klien harga diri rendah.

2. Keluarga mampu melakukan cara merawat langsung klien harga diri rendah.

1. Diskusikan bersama

keluarga dalam mempraktikan cara merawat klien harga diri rendah.

2. Motivasi keluarga untuk mempraktikan cara merawat klien harga diri rendah.

3. Beri reinforcement positif pada keluarga untuk respon baik dari anggota keluarga.

Sp3k 1. Membantu

keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat. (discharge planning.

2. Menjelas kan follow

1. Keluarga

mampu membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat secara mandiri.

2. Keluarga mematuhi jadwal yang telah dibuat untuk

1. Diskusikan bersama

keluarga dalam membuat jadwal aktivitas di rumah.

2. Motivasi keluarga untuk membuat dan memenuhi jadwal aktivitas yang dibuat.

3. Beri reinforcement positif. 4. Motivasi keluarga untuk

menerima klien. 5. Diskusikan follow up untuk

keluarga.

Page 22: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364... · 7 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

27

up klien sebelum pulang.

kesembuhan klien.

3. Keluarga mengerti/ memahami follow up yang telah diarahkan pada klien.

Page 23: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364... · 7 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

28

4. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Resiko Perilaku Kekerasan

Pasien SP Ip a. Mengidentifikasi penyebab

perilaku kekerasan b. Mengidentifikasi tanda dan gejala

perilaku kekerasan c. Mengidentifikasi perilaku

kekerasan yang dilakukan d. Mengidentifikasi akibat perilaku

kekerasan e. Mengajarkan cara mengontrol

perilaku kekerasan f. Melatih klien cara mengontrol

perilaku kekerasan fisik I (nafas dalam)

g. Membimbing pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

SP IIp 1. Memvalidasi masalah dan latihan

sebelumnya. 2. Melatih pasien cara mengontrol

perilaku kekerasan fisik II (memukul bantal / kasur / konversi energi)

3. Membimbing pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.

SP IIIp 1. Memvalidasi masalah dan latihan

sebelumnya. 2. Melatih pasien cara mengontrol

Perilaku Kekerasan secara verbal (meminta, menolak dan mengungkapkan marah secara baik)

3. Membimbing pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.

SP Ivp 1. Memvalidasi masalah dan latihan

sebelumnya 2. Melatih pasien cara mengontrol

Keluarga SP I k 1. Mendiskusikan masalah yang

dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2. Menjelaskan pengertian perilaku kekerasan, tanda dan gejala, serta proses terjadinya perilaku kekerasan

3. Menjelaskan cara merawat pasien dengan Perilaku Kekerasan

SP II k 1. Melatih keluarga

mempraktikkan cara merawat pasien dengan perilaku kekerasan

2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien Perilaku Kekerasan

SP III k 1. Membantu keluarga membuat

jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)

2. Menjelaskan follow Up pasien setelah pulang

Page 24: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364... · 7 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

29

Perilaku Kekerasan secara spiritual (berdoa, berwudhu, sholat)

3. Membimbing pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

SP Vp 1. Memvalidasi masalah dan latihan

sebelumnya 2. Menjelaskan cara mengontrol

perilaku kekerasan dengan meminum obat (prinsip 5 benar minum obat)

3. Membimbing pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

Harga Diri Rendah

Pasien SP Ip 1. Mengidentifikasi kemampuan dan

aspek positif yang dimiliki klien 2. Membantu klien menilai

kemampuan klien yang amsih dapat digunakan

3. Membantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klien

4. Membimbing klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.

SP IIp 4. Memvalidasi masalah dan latihan

sebelumnya 5. Melatih kegiatan kedua (atau

selanjutnya) yang dipilih sesuai kemampuan

6. Membimbing klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

Keluarga SP I k 1. Mendiskusikan masalah yang

dirasakan keluarga dalam merawat klien

2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami klien beserta proses terjadinya

3. Menjelaskan cara – cara merawat pasien harga diri rendah

SP II k 1. Melatih keluarga

mempraktikkan cara merawat klien dengan harga diri rendah

2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien harga diri rendah

SP III k 1. Membantu keluarga membuat

jadwal aktifitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)

2. Menjelaskan follow up klien setelah pulang