21
21 BAB II KONDISI GEOGRAFIS KECAMATAN PALAS TAHUN 1983-2000 A. Kondisi Geografis Kecamatan Palas terletak di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Secara topografi, Kecamatan Palas terdiri dari dataran tinggi dan hanya sebagian kecil merupakan dataran rendah. Kecamatan Palas terbentuk sejak tahun 1971 berada pada wilayah Provinsi Lampung berdasarkan Undang-undang No.14 tahun 1964. Ibukota Kecamatan Palas adalah Desa Bangunan. Secara administratif Kecamatan Palas terbagi menjadi 23 Desa. Batas-batas wilayah Kecamatan Palas adalah : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Way Sekampung 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Penengahan 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kalianda Kecamatan Palas merupakan salah satu daerah tempat tujuan dari program transmigrasi baik sebelum atau sesudah kemerdekaan. Kecamatan Palas sendiri tidak memiliki penduduk asli, dikarenakan kecamatan ini terbentuk dari program transmigrasi. Masyarakat di kecamatan ini terdiri dari berbagai suku bangsa antara lain, Jawa, Bali, dan Palembang. Sebagian besar dari mereka mengikuti program transmigrasi dari daerah Malang dan Wonogiri. Penduduk yang mengikuti program transmigrasi, hanya diberi tanah sebagai tempat tinggal. Mereka tidak diberikan lahan untuk bertani.

BAB II KONDISI GEOGRAFIS KECAMATAN PALAS TAHUN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511013_bab2.pdf21 BAB II KONDISI GEOGRAFIS KECAMATAN PALAS TAHUN 1983-2000 A. Kondisi Geografis

Embed Size (px)

Citation preview

21

BAB II

KONDISI GEOGRAFIS

KECAMATAN PALAS TAHUN 1983-2000

A. Kondisi Geografis

Kecamatan Palas terletak di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi

Lampung. Secara topografi, Kecamatan Palas terdiri dari dataran tinggi dan

hanya sebagian kecil merupakan dataran rendah. Kecamatan Palas terbentuk

sejak tahun 1971 berada pada wilayah Provinsi Lampung berdasarkan

Undang-undang No.14 tahun 1964. Ibukota Kecamatan Palas adalah Desa

Bangunan. Secara administratif Kecamatan Palas terbagi menjadi 23 Desa.

Batas-batas wilayah Kecamatan Palas adalah :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Way Sekampung

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Penengahan

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kalianda

Kecamatan Palas merupakan salah satu daerah tempat tujuan dari

program transmigrasi baik sebelum atau sesudah kemerdekaan. Kecamatan

Palas sendiri tidak memiliki penduduk asli, dikarenakan kecamatan ini

terbentuk dari program transmigrasi. Masyarakat di kecamatan ini terdiri dari

berbagai suku bangsa antara lain, Jawa, Bali, dan Palembang. Sebagian besar

dari mereka mengikuti program transmigrasi dari daerah Malang dan

Wonogiri. Penduduk yang mengikuti program transmigrasi, hanya diberi

tanah sebagai tempat tinggal. Mereka tidak diberikan lahan untuk bertani.

22

Kehadiran para pendatang dari seberang Selat Sunda ini mempunyai

sejarah panjang. Empat abad yang lalu, sejak akhir abad ke-16 hingga tahun

1808, Kesulatanan Banten sudah menguasai Lampung. Penguasaan ini tidak

disertai dengan campur tangan pada adat istiadat. Kesultanan Banten hanya

menginginkan agar Lampung menanam lada bagi keperluan dagangnya.

Gelombang datangnya para pendatang ini kian deras pada tahun 1922, 1935

hingga 1941. Suksesnya nasib para pendatang menyebabkan pemerintah

Republik Indonesia melanjutkan kebijaksanaan transmigrasi ini.1

Tahun 1991, Kecamatan Palas dibagi menjadi dua wilayah kecamatan

yaitu Kecamatan Palas dan Kecamatan Sragi. Kecamatan Palas terdiri dari 15

desa dan Kecamatan Sragi terdiri dari 9 desa. Ibukota Kecamatan Palas tetap

berada di Desa Bangunan, sedangkan ibukota Perwakilan Sragi terdiri dari 9

desa.2 Pemukiman penduduk di Kecamatan Palas, terbagi ke dalam beberapa

kelompok. Penduduk suku bangsa Bali menempati sebuah perkampungan Bali

(Desa Bali Agung) , dan penduduk bersuku bangsa Jawa membentuk

kelompok sendiri di sebuah perkampungan Jawa (Desa Rejomulyo). Sebagian

besar penduduk berprofesi sebagai petani, baik petani penggarap atau petani

pemilik. Oleh karena itu, tanah pertanian mempunyai sebuah nilai yang sangat

tinggi.

Selain penduduk yang datang melalui program transmigrasi, sebagian

kecil penduduk Kecamatan Palas merupakan pendatang dari sekitar

Kecamatan Palas yang berurbanisasi secara pribadi. Mereka bergabung

1 Al Chaidar, Lampung Bersimbah Darah, (Jakarta : Madani Press,

2000), hlm. 84 2 Diolah dari data Kecamatan Palas dalam Angka Tahun 1993

23

dengan penduduk yang sudah lebih dahulu menempati beberapa daerah di

Kecamatan ini.

B. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat

1. Kondisi Sosial

Kehidupan sosial masyarakat tidak lepas dari kehidupan agama,

pendidikan dan nilai budaya. Demikian pula dengan kehidupan masyarakat

Kecamatan Palas yang dipengaruhi oleh agama, pendidikan dan nilai budaya

yang berlaku. Terlebih, Kecamatan Palas dihuni oleh masyarakat dengan latar

belakang kebudayaan dan suku bangsa yang berbeda-beda. Hal ini membuat

Kecamatan Palas memiliki dinamika yang cukup menarik dalam berinteraksi

antar masyarakat. Kondisi sosial masyarakat Kecamatan Palas ini kemudian

berpengaruh terhadap terjadinya sengketa ini.

a. Penduduk

Demografi suatu daerah atau negara adalah masalah yang perlu untuk

diketahui, karena dengan mengetahui masalah demografi suatu daerah maka

akan memudahkan pemerintah menentukan kebijakan terhadap daerah

tersebut. Di Kecamatan Palas, permasalahan kependudukan juga menjadi

persoalan penting yang mendapat perhatian guna menentukan kebijakan

pemerintah setempat. Hal ini ditunjukan dengan adanya arsip-arsip yang

lengkap dan relatif akurat tentang perkembangan penduduk di wilayah

tersebut.

24

Adapun perkembangan jumlah penduduk Kecamatan Palas sejak tahun

1985-2000 adalah :

Tabel. 1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Tahun Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1985 32396 30569 62965

1986 32724 32409 65133

1987 34403 34596 68999

1988 33426 34451 67877

1989 34636 33756 68392

1990 37133 34861 71994

1991 37598 35214 72812

1992 37611 35415 73026

1993 37202 35130 72332

1994 37978 35695 73673

1995 38080 35932 74012

1996 38701 37080 75781

1997 38934 37323 76257

1998 38310 38443 76753

1999 39212 37470 76682

2000 39712 37845 77557

Sumber : Dinas Kependudukan Kecamatan Palas Tahun 1985-2000

Setiap tahunnya, penduduk Kecamatan Palas mengalami

perkembangan. Pertumbuhan penduduk ini menandakan bahwa Kecamatan

Palas memiliki potensi sumber daya masyarakat yang mumpuni. Pertumbuhan

masyarakat juga menyebabkan kebutuhan akan tanah semakin tinggi.

Terutama tanah untuk pertanian yang dijadikan sebagai sumber utama bagi

penghidupan mereka.

25

b. Bidang Agama

Aspek Keagamaan adalah salah satu yang berpengaruh dalam

kebudayaan bangsa Indonesia. Agama diyakini merupakan sumber motivasi

tindakan individu dalam hubungan sosialnya, dan kembali pada konsep

hubungan agama dengan masyarakat. Ada tiga aspek penting yang selalu

dipelajari dalam masyarakat, yaitu kebudayaan, sistem sosial dan kepribadian.

Ketiga aspek tersebut meupakan kompleks fenomena sosial terpadu yang

pengaruhnya dapat diamati dalam perilaku manusia.

Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa

unsur pokok yaitu, kepercayaan agama sebagai suatu prinsip yang dianggap

benar tanpa ada keraguan lagi. Simbol agama, yakni identiras agama yang

dianut umatnya. Praktik keagamaan yakni hubungan vertikal antara manusia

dan Tuhan-Nya, dan hubungan horizontal atau hubungan antar umat

beragama sesuai dengan ajaran agama. Pengalaman keagamaan, yakni

berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami oleh penganut-

penganut secara pribadi. Terakhir, umat beragama, yakni penganut masing-

masing agama. Di Indonesia, istilah agama digunakan untuk menyebut enam

agama yang diakui resmi oleh negara. Keenam agama tersebut adalah Islam,

Katholik, Protestan, Hindu, Budhisme, dan Konghuchu. Sedangkan semua

sistem keyakinan yang tidak atau belum diakui secara resmi disebut religi.3

Masyarakat Kecamatan Palas mayoritas beragama Islam, Kristen dan

Hindu. Toleransi kehidupan masyarakat setempat yang hidup rukun, saling

3 Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan,

(Jakarta : Gramedia, 1974), hlm 137-142.

26

menghormati, berdampingan, dan gotong royong. Tidak ada perselisihan yang

mengatasnamakan agama ataupun suku bangsa. Kegiatan beragama

memerlukan sarana dan prasarana guna mendukung aktivitas beribadah

masyarakat Kecamatan Palas. Di Kecamatan ini banyak berdiri tempat-tempat

beribadah seperti masjid, gereja kecil dan pura. Jumlah penduduk berdasarkan

agama dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :

Tabel. 2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Islam 29188 32647 61835

2 Kristen Katolik 232 261 493

3 Kristen Protestan 470 438 908

4 Hindu 768 845 1613

5 Budha 146 138 284

Sumber : Data BPS Tahun 1985-1986

Penduduk melakukan kegiatan keagamaan di tempat-tempat ibadah

yang dibangun atas swadaya masyarakat maupun bantuan dari pemerintah.

Untuk mendukung kehidupan agama dalam masyarakat dan melancarkan

proses pembangunan dibutuhkan peran pemuka agama. Pelaksanaan berbagai

kegiatan pembangunan seperti penyuluhan pertanian, kesehatan dan budaya

dapat tercapai dengan melibatkan para pemuka agama.4 Pemuka agama juga

dibutuhkan ketika proses pengambilan keputusan sebuah masalah. Pemuka

4 Murbyanto, Poitik dan Pembangunan Pedesaan,( Jakarta : Sinar

Harapan, 1983), hlm 47.

27

agama kerap kali berperan dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka menjadi

panutan bagi masyarakat karena dianggap sebagai orang yang berpengaruh.5

Keberagaman agama yang dianut oleh masyarakat Kecamatan Palas

tidak lantas membuat mereka menjadi terpecah belah. Mereka tetap hidup

berdampingan dengan damai. Perbedaan agama tidak lantas menjadi

penyebab timbulnya sengketa yang terjadi. Namun, toleransi atas agama juga

tidak mampu membendung perbedaan pendapat sehingga muncul sengketa.

Keberagaman juga tidak mampu membuat sengketa yang terjadi diselesaikan

dengan jalur musyawarah mufakat.

c. Bidang Pendidikan

Aspek pendidikan juga tidak kalah penting dengan kebutuhan lainnya.

Pendidikan merupakan faktor penentu dalam upaya menciptakan kualitas

manusia. Suatu negara akan berhasil dalam pembangunan dan tumbuh

menjadi negara maju apabila telah berhasil meningkatkan jumlah mutu

pendidikan.6

Pendidikan membuat masyarakat bisa berpikir kreatif dan mampu

mengikuti perubahan seperti penggunaan inovasi baru, penerapan teknologi

dan pola pikir yang berorientasi pada pembangunan. Masyarakat yang tidak

mampu berubah untuk mengikuti perkembangan zaman akan semakin

5 Wawancara dengan Darmawan sebagai Perangkat Kecamatan Palas,

Tanggal 12 Juni 2015 6 Darmansyah dkk, Kumpulan Essai, Surabaya (Usaha Nasional,

1986), hlm. 104

28

tertinggal. Dengan keadaan seperti ini, struktur ekonomi masyarakat pedesaan

akan tetap berada dalam ambang kemiskinan.

Pendidikan memiliki banyak fungsi khususnya dalam pembangunan.

Hal ini dapat dilihat dari fungsi pendidikan untuk mengembangkan

keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan dalam

memasuki dunia kerja atau menjadi masyarakat yang produktif.7 Hal yang

perlu diperhatikan terutama adalah kondisi ekonomi masyarakat desa, kondisi

fisik atau tempat sebagai sarana pendidikan, dan tersedianya tenaga

kependidikan.

Keberhasilan pembangunan nasional ditentukan oleh kualitas manusia

yang dapat meningkatkan jumlah dan mutu pendidikan penduduk. Pendidikan

merupakan faktor penting yang mempengaruhi perubahan di dalam

masyarakat. Arti penting pendidikan dalam upaya peningkatan kualitas

manusia adalah membentuk golongan elit yang terdiri dari orang-orang

terpelajar yang mampu membentuk tenaga kerja terlatih untuk menyelesaikan

pekerjaan dalam rangkaian produksi.8

Masyarakat desa pada umumnya memiliki tradisi yang masih terikat

pada budaya-budaya yang diwariskan oleh leluhur mereka. Masih banyak

kebiasaan-kebiasaan yang meupakan adat setempat dan harus dipatuhi oleh

masyarakatnya. Ketersediaan sumber daya alam yang melimpah merupakan

7 Mohammad Ali, Pendidikan untuk Pembangunan Nasional,

(Bandung : PT Imperial Bhakti Utama, 2009), hlm. 59

8 Louis Maasih, Dunia Pedesaan : Pendidikan dan Perkembangannya,

(Jakarta : Gunung Agung, 1981), hlm. 47.

29

nikmat yang luar biasa bagi mereka, karena dari sumber daya tersebut mereka

memperoleh pekerjaan.

Lingkungan alam merupakan faktor penentu bagi pekerjaan yang

dilakukan oleh masyarakat desa. Masyarakat desa yang tinggal di area yang

memiliki lahan sawah luas berpotensi bekerja sebagai petani. Jika dilihat dari

ukuran komunitasnya, jumlah penduduk di desa tidak sepadat penduduk kota

karena sebagaian besar wilayah pedesaan adalah lahan sumber daya alam

sehingga masyarakat lebih memilih untuk memanfaatkannya sebagai lahan

pencarian nafkah. Bertambahnya jumlah penduduk maka lahan subur sebagai

sumber nafkah akan berkurang karena dijadikan pemukiman.

Masyarakat Palas yang menjadi pembuka lahan pertama rata-ata

berpendidikan menengah ke bawah. Mereka hanya menempuh pendidikan

sampai jenjang sekolah dasar. Kebutuhan akan pendidikan waktu itu hanya

sebatas bisa membaca dan menulis. Rendahnya pendidikan masyarakat

pembuka itu yang menjadi salah satu penyebab sengketa. Mereka sangat awan

dalam masalah sistem landreform hingga proyek Rawasragi dan pembagian

tanah yang dilakukan pemerintah. Sosialisasi yang dilakukan pemerintah

tentang proyek Rawasragi juga hanya dipahami secara sederhana oleh

mereka. Pengetahuan mereka tentang hukum atas tanah yang masih rendah,

membuat banyak kalangan memanfaatkan untuk melakukan hal-hal yang

membuat petani pembuka dirugikan. Jumlah penduduk yang seharusnya

menempuh pendidikan terlihat pada tabel berikut :

30

Tabel. 3

Jumlah Penduduk Usia Sekolah

No Desa Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Usia

Sekolah

1 Suka Raja 4264 963

2 Tanjung Sari 4800 1034

3 Bangunan 8711 2683

4 Rejo Mulyo 3353 731

5 Palas Aji 953 134

6 Sumber Agung 2617 478

7 Kuala Sekampung 8584 1968

8 Mandala Sari 3903 809

9 Bakti Rasa 3695 831

10 Suka Pura 1366 98

11 Palas Pasemah 4213 703

12 Bandan Hurip 7238 1996

13 Palas Jaya 2318 682

14 Pulau Tengah 719 198

15 Bali Agung 1240 386

16 Bumi Daya 5027 1308

Jumlah 62965 15052

Sumber : Data Penduduk Kecamatan Palas Tahun 1985

Banyaknya jumlah penduduk usia sekolah, berbanding terbalik dengan

fasilitas-fasilitas sekolah sebagai lembaga pendidikan di Kecamatan Palas.

Tingginya angka jumlah penduduk usia sekolah juga membuktikan bahwa

jika penduduk Kecamatan Palas dibekali pendidikan yang cukup, mereka

dapat memajukan Kecamatan Palas dalam berbagai bidang. Khususnya adalah

bidang pertanian yang menjadi potensi utama di Kecamatan Palas. Inovasi-

inovasi pertanian sangat diperlukan untuk mendukung produktifitas lahan

pertanian di Kecamatan ini.

Fasilitas-fasilitas pendidikan yang ada di Kecamatan Palas tahun 1985

dapat dilihat dari tabel 4 :

31

Tabel. 4

Banyaknya Fasilitas Gedung Sekolah

No Desa

Banyaknya

Sekolah

SDN SMPN SMPS SMAS

1 Suka Raja 4 - - -

2 Tanjung Sari 4 - - -

3 Bangunan 8 - 1 -

4 Rejo Mulyo 3 - - -

5 Palas Aji 1 - - 1

6 Sumber Agung 1 - 1 -

7 Kuala Sekampung 6 - - -

8 Mandala Sari 3 - - -

9 Bakti Rasa 3 - 1 -

10 Suka Pura 1 - - -

11 Palas Pasmah 3 1 - -

12 Bandan Hurip 7 - 1 1

13 Palas Jaya 2 - - -

14 Pulau Tengah 1 - - -

15 Bali Agung 1 - - -

16 Bumi Daya 5 - 1

Jumlah 53 1 5 2

Sumber : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Palas Tahun

1985.

Lambat laun pendidikan masyarakat di Kecamatan Palas mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Masyarakat mulai mengedepankan pendidikan

bagi anak-anak mereka. Mereka menyekolahkan anak-anak mereka di luar

Kecamatan hingga mengirimkan anak-anak mereka ke kota untuk

mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. Perkembangan pendidikan di

Kecamatan Palas, juga mulai signifikan. Pembangunan fasilitas-fasilitas

seperti gedung sekolah mulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah

menengah pertama, hingga sekolah menengah atas mulai dilaksanakan.

32

Pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi

kesejahteraan masyarakat. Penduduk Kecamatan Palas sudah semakin sadar

akan arti pentingnya kehidupan. Sehingga meskipun sebagian besar dari

mereka yang berprofesi sebagai petani dan tidak terlalu membutuhkan

kemampuan baca dan tulis, mereka tetap mengutamakan pendidikan.

Kesadaran akan pendidikan yang semakin meningkat setiap tahunnya

dibuktikan dengan banyaknya petani yang juga berpofesi sebagai guru, PNS,

dan wiraswasta lainnya. Keterbukaan terhadap teknologi membuat

masyarakat Kecamatan Palas mulai melangkah ke era modern. Seperti

membajak sawah yang dulu menggunakan kerbau sudah beralih

menggunakan traktor. Penyuluhan pertanian yang modern juga kerap

dilakukan guna menghasilkan produk pertanian yang berkualitas.

Seiring dengan kemajuan di sektor pendidikan membuat masyarakat

yang terlibat sengketa berkepanjangan melakukan tindak perlawanan yang

terstruktur. Gerakan masyarakat yang tradisional bertransformasi menjadi

sedikit lebih modern dan terstruktur. Tindakan perlawanan yang dulu hanya

dilakukan secara sendiri-sendiri dan tidak berpola, kini perlawanan yang

dilakukan petani mulai dengan cara-cara yang terstruktur. Mereka biasa

mengadakan rapat-rapat untuk mendengar keluhan-keluhan masyarakat dan

membahas langkah-langkah yang akan mereka tempuh untuk

memperjuangkan hak mereka. Gerakan-gerakan petani yang mulai terstruktur

ini kemudian digawangi oleh orang-oang yang sudah melek akan pendidikan.

Biasanya, mereka yang memiliki latar belakang tinggi, ditunjuk sebagai

33

perwakilan dari petani ketika terjadi perundingan-perundingan bersama tim

penyelesaian sengketa.

d. Bidang Budaya

Pola kehidupan masyarakat Kecamatan Palas juga dipengaruhi oleh

nilai budaya tradisional. Hal ini tercermin dari sikap mentalitas keseharian

mereka. Nilai budaya yang berpengaruh ini disebut adat istiadat yang

merupakan kebiasaan atau pola perilaku tradisional masyarakat penganut

kebudayaan tertentu.

Adat adalah kebiasaan yang berlangsung dan menjadi norma dalam

masyarakat atau pola-pola perilaku tertentu dari warga masyarakat di suatu

daerah. Adat istiadat didalamnya terkandung serangkaian nilai, pengetahuan

dan keyakinan serta aturan-aturan yang saling berkaitan sehingga membentuk

satu kesatuan. Fungsinya sebagai pedoman tertinggi dalam bersikap dan

berperilaku bagi seluruh warga masyarakat.

Upacara-upacara keagamaan juga masih dilaksanakan. Hal ini

dilatarbelakangi budaya tradisional yang dihubungkan dengan tradisi

keagamaan. Beberapa suku bangsa yang menetap di Kecamatan Palas ini rutin

menggelar upacara keagamaan. Beberapa contoh upacara keagamaan yang

masih sering dilaksanakan antara lain, upacara selametan dan ngaben.

Selametan pada umumnya dapat digolongkan sesuai dengan peristiwa atau

34

kejadian dalam kehidupan sehari-hari seperti perkawinan, kelahiran,

kematian, bersih desa, tolak bala dan lain-lain. 9

Sikap gotong royong dan kerukunan desa masih sangat kental. Hal ini

merupakan cerminan dari masyarakat tradisional yang berorientasi pada

bidang pertanian. Kehidupan masyarakat petani sangat memperhatikan

kebersamaan. Kesadaran sebagai anggota masyarakat yang saling tergantung

dan membutuhkan sudah ditanamkan sejak kecil. Budaya gotong royong dan

sambatan ini dapat terihat dalam upacara perkawinan, kematian atau

mendirikan rumah.

Masyarakat yang heterogen di Kecamatan Palas membuat interaksi

antar individu guna memunculkan rasa kebersamaan. Peranan bahasa dalam

kehidupan sehari-hari sangat penting dalam proses interaksi masyarakat.

Bahasa merupakan wujud ekspresi kita dalam berkomunikasi dengan sesama.

Bahasa yang digunakan dalam suatu lingkungan masyarakat pada dasarnya

dapat menunjukkan suatu kelompok etnis. Rata-rata masyarakat Kecamatan

Palas menggunakan bahasa Jawa, Bali dan Lampung Semendo. Meskipun

berbeda-beda dalam bahasa, mereka menggunaka Bahasa Indonesia untuk

berinteraksi antar sesama dengan logat daerah asal yang masih sangat kental.

Masyarakat Kecamatan Palas yang sangat heterogen mempunyai

pandangan masing-masing terhadap tanah. Bagi masyarakat asli Lampung,

tanah memiliki nilai prestise yang tinggi. Semakin banyak seseorang memiliki

tanah, maka dikatakan orang tersebut termasuk orang yang terpandang.

9 Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta:

Djambatan, 1979), hlm.340.

35

Sedangkan menurut masyarakat Bali, tanah adat dapat dibedakan menjadi

beberapa pengertian. Pertama, tanah desa yaitu tanah yang dikuasai oleh desa

yang didapat baik melalui pembelian atau usaha lainnya yang termasuk druwe

tanah desa. Kedua, tanah laba pura yaitu tanah yang dimiliki dan dikuasai

oleh desa adat yang khusus diperuntukkan untuk keperluan pura. Ketiga,

tanah pekarangan yaitu tanah yang dikuasai oleh desa yang diberikan kepada

krama desa untuk tempat tinggal mereka. Keempat, tanah ayahan desa, yaitu

tanah yang dikuasai oleh desa yang penggarapannya diserahkan kepada krama

yang melekatkannya pada suatu kewajiban sebagai ayahan. Kelima, tanah

yang dikuasai oleh desa pekraman yaitu tanah druwe desa dan laba pura.

Terakhir, tanah adat yang dikuasai oleh perseorangan. Dalam hal ini, lahan

pertanian yang mereka buka melalui proyek Rawasragi masuk dalam kategori

terakhir, tanah adat yang dikuasai oleh perseorangan.

Bagi masyarakat bersuku bangsa Jawa yang mendiami beberapa desa

di Kecamatan Palas, menilai bahwa tanah merupakan sumber utama

penghidupan mereka. Mereka yang notabene merupakan masyarakat

perantauan menggantungkan sebagian besar kehidupan mereka melaluk

kegiatan bertani. Pentingnya lahan pertanian sebagai faktor utama kegiatan

bertani membuat tanah memiliki nilai yang sangat tinggi. Perbedaan nilai

tentang tanah ini yang kemudian membuat masyarakat Kecamatan Palas

merasa perlu mempertahankan hak tanah mereka ketika ada yang ingin

mengakui tanah tersebut.

2. Kondisi Ekonomi

36

Kegiatan perekonomian merupakan kegiatan yang sangat penting bagi

keberlangsungan hidup seseorang. Seseorang melakukan kegiatan

perekonomian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Masyarakat

Kecamatan Palas melakukan segala upaya guna kemajuan hidup. Hal ini

didukung oleh keadaan alam yang potensial. Berdasarkan data penduduk

Kecamatan Palas, dapat dilihat berbagai macam mata pencaharian :

Tabel. 5

Jenis-jenis Mata Pencaharian

No Jenis Mata Pecaharian Jumlah

1 Petani Penggarap 8174

2 Petani Pemilik 16501

3 Nelayan 35

4 Buruh Tani 6374

5 Pedagang Tetap 336

6 Pedagang Keliling 600

7 Pegawai Negeri 49

8 ABRI 268

9 Pensiunan 14

10 Angkutan 47

11 Industri 354

12 Jasa 160

13 Lainnya 33

Sumber : Badan Pusat Statistik Lampung Selatan Tahun 1985

Mayoritas Penduduk Kecamatan Palas berprofesi sebagai petani baik

petani pemilik ataupun penggarap. Lahan yang subur ditambah tersedianya

pasokan air dari Sungai Way Sekampung membuat lahan di Kecamatan ini

sangat cocok untuk pertanian. Penggunaan lahan untuk pertanian dapat dilihat

dari tabel berikut ini :

Tabel. 6

37

Jenis-jenis Penggunaan Tanah

No Jenis Penggunaan Tanah

Luas

(Ha) %

1 Persawahan 8920 56

2 Peladangan/Tegalan 4920,55 31

3 Pekarangan 1127,4 7

4 Perkebunan Rakyat 686 4

5 Lainnya 333,05 2

Jumlah 15987 100

Sumber : Badan Pusat Statistik Lampung Selatan Tahun 1985

Prosentase lahan pertanian di Kecamatan Palas mencapai 56% atau

8920 hektare. Sedangkan peladangan, 31% atau 4920 hektare. Pekarangan

dan perkebunan rakyat berkisar 22 %. Lahan pertanian yang luas dan

potensial membuat tingkat mobilitas penduduk seperti urbanisasi atau

emigrasi menjadi tinggi. Mereka datang dari daerah-daerah di luar Kecamatan

Palas yang pada akhirnya menetap. Mereka membeli lahan pertanian dari

masyarakat setempat. Sebagian yang lain berprofesi sebagai petani penggarap

karena tidak memiliki lahan pertanian.10

Ketersediaan lahan pertanian menjadi sesuatu hal yang sangat penting

bagi perekonomian masyarakat Palas. Bertani merupakan profesi utama

sebagian besar masyarakat Kecamatan Palas. Tanah memiliki nilai prestisius

untuk warga karena tanah sebagai faktor utama mereka melakukan kegiatan

bertani.

Sebagai negara agraris, mayoritas penduduk Indonesia bermata

pencaharian pokok sebagai petani. Hal ini berarti sumber ekonomi dan sosial

penduduk sangat tergantung pada tata produksi dan hasil-hasil pertanian.

10

Diolah dari Data Penduduk Kecamatan Palas, Tahun 1985.

38

Dengan demikian, persoalan pertanian merupakan masalah pokok bagi

masyarakat Indonesia. Masalah pertanian merupakan faktor penting untuk

mengukur tingkat kesejahteraan kehidupan masyarakat Indonesia secara

keseluruhan.

Tabel. 7

Produktifitas Sawah Menurut Waktu Panen

No Nama Desa Dapat Dipanen Dalam Setahun

Dua Kali atau Lebih Satu Kali

1 Suka Raja 275 265

2 Tanjung Sari 110 -

3 Bangunan 1927 225

4 Rejo Mulyo - 108

5 Palas Aji - 600,5

6 Sumber Agung - 141

7 Kuala Sekampung - 1621

8 Mendala Sari - 350

9 Bakti Rasa - 260

10 Suka Pura - 400

11 Palas Pasemah - 954,5

12 Bandan Hurip 418 496

13 Palas Jaya - 475

14 Pulau Tengah - 291

15 Bali Agung 78 138

16 Bumi Daya - 156

Jumlah 2808 6501

Sumber : Data Pertanian Kecamatan Palas Tahun 1985

Keberadaan tanah sebagai lahan pertanian menjadi sesuatu yang

mutlak harus dimiliki oleh petani. Ketersediaan tanah yang digunakan sebagai

area pertanian akan membuat keberlangsungan kehidupan petani menjadi

terpenuhi. Tidak tersedianya tanah, akan membuat petani tidak bisa

memproduksi beras dan menyebabkan kelimbungan kehidupan perekonomian

39

petani. Hal inilah yang menyebabkan sengketa terjadi antar petani yang tetap

ingin mendapatkan hak atas tanah pertaniannya.

Selain padi, penduduk Kecamatan Palas juga menanam palawija

seperti jagung, ketela pohon, kacang tanah, ketela rambat, dan kedelai. Sayur-

sayuan yang ditanam antara lain, sawi, tomat, kacang panjang, terong, buncis

dan lain-lain. Selain pertanian, masyarakat juga mengganutngkan hidup

mereka pada sektor perkebunan. Masyarakat Kecamatan Palas menanam

kelapa dan coklat di lahan perkebunan mereka.

Masyarakat Kecamatan Palas juga memelihara berbagai binatang

peliharaan seperti ayam, itik, kambing, domba, sapi, kerbau bahkan sebagian

kecil dari mereka memelihara babi. Hal ini adalah salah satu ciri masyarakat

desa yang pada umumnya hidup dari pertanian/bercocok tanam.

Pembudidayaan ini berlangsung bertahun-tahun dan turun temurun.

C. Kondisi Lahan Pertanian Sebelum Dilaksanakan Proyek

Rawasragi

Proyek Rawasragi merupakan program pemerintah tentang

pembukaan lahan bekas rawa yang dimanfaatkan untuk lahan pertanian.

Lahan pertanian yang dijadikan sebagai area Rawasragi awalnya merupakan

suatu hutan dan rawa berisi pohon palas dan kayu renggas yang digenangi air

limpahan dari Sungai Sekampung akibat belum terdapat tanggul. Luas area

tersebut berkisar 22000 hektare yang meliputi Kecamatan Palas dan

Penengahan. Namun, sebagian besar rawa tersebut masuk ke dalam

Kecamatan Palas.

40

Pelaksanaan proyek ini termasuk kedalam Pembangunan Lima Tahun

IV yang menitikberatkan pembangunan pada sektor pertanian dan industri.

Pembangunan ini bertujuan untuk memantapkan swasembada pangan dan

meningkatkan produksi pertanian lainnya serta menghasilkan barang ekspor.

Pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar

keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian,

karena mayoritas penduduk Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.

Masyarakat yang bermukim di Kecamatan Palas merupakan para

pendatang yang datang dari berbagai daerah melalui program transmigrasi.

Daerah asal transmigrasi bermacam-macam mulai dari Wonogiri, Malang,

Bali, Cilacap dan lain-lain. Mereka hidup berkelompok dan membentuk

kampung-kampung sesuai dengan daerah asal mereka. Mereka datang secara

bertahap dari awal tahun 1965 hingga tahun 1971. Mereka yang mengikuti

program transmigrasi mendapatkan lahan untuk bermukim dan tidak

mendapatkan lahan untuk bercocok tanam atau untuk mereka memenuhi

kehidupan mereka.11

Area Rawasragi dibuka oleh transmigran pada tahun 1971 hingga

tahun 1979.12

Transmigran yang menjadi pembuka pertama merupakan

masyarakat yang mengikuti program transmigrasi dan ditempatkan di

Kecamata Palas, Kabupaten Lampung Selatan. Transmigran tersebut berasal

11

Wawancara dengan Sudarto sebagai Petani, Pada Tanggal 7 Agustus

2015 12

Tim Pussbik, Tanah Lampung,Sengketa Pertanahan dan

Perjuangan Rakyat Tani Lampung (Lampung: Pussbik, 2002), hlm.26

41

dari Wonogiri Jawa Tengah, Malang, Jawa Timur.13

Mereka membuka area

Rawasragi yang berpotensi untuk dijadikan sawah. Masyarakat sekitar

membuka lahan dikarenakan mereka tidak mendapatkan lahan untuk bertani

sewaktu ditempatkan di Kecamatan Palas. Mereka hanya diberikan lahan

untuk tempat tinggal. Pembukaan lahan yang dilakukan warga memiliki tanah

pertanian yang dijadikan sumber penghasilan meskipun tanah yang mereka

garap secara hukum adalah milik pemerintah.

Pembukaan lahan pada saat itu hanya didasarkan pada izin pihak

Kepala Desa yang surat-surat atas tanah yang mereka buka dan mereka garap

merupakan surat yang dikeluarkan oleh pihak Kepala Kampung. Kepemilikan

atas tanah yang didasarkan pada proses pembukaan lahan dan penguasaan

tanah secara turun temurun sudah menjadi sebuah aturan tidak tertulis bagi

masyarakat.14

13

Wawancara dengan Bapak Sudarto sebagai Petani, Pada Tanggal 7

Agustus 2015. 14

Wawancara dengan Darmawan sebagai Perangkat Kecamatan Palas,

Pada Tanggal 7 Agustus 2015.