49
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan kajian terhadap tulisan-tulisan yang berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Chaer (2007:26) menjelaskan bahwa fungsi kajian pustaka adalah untuk mengetahui kedudukan penelitian di dalam dunia keilmuan berkenaan dengan topik atau masalah yang diteliti. Kajian pustaka yang diuraikan dalam subbab ini meliputi hasil penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Kajian tersebut baik berupa disertasi, tesis, maupun hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan sintaksis, khususnya yang berhubungan dengan klausa relatif. Selain itu, hasil penelitian yang disajikan juga mencakup penelitian sintaksis dengan objek bahasa yang berbeda. Walaupun penelitian tersebut mengkaji bahasa yang berbeda, topik dan permasalahan penelitian-penelitian terdahulu memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang dibahas pada penelitian ini. Partami (2001) meneliti relasi gramatikal dan perelatifan dalam bahasa Buna dengan menggunakan teori Tata Bahasa Leksikal Fungsional (LFG). Berkaitan dengan klausa relatif, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa klausa relatif bahasa Buna dibedakan atas klausa relatif restriktif dan nonrestriktif. Berdasarkan posisi inti, klausa relatif bahasa Buna memiliki inti yang terdapat di luar struktur dengan urutan postnomina. Fungsi-fungsi yang direlatifkan adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,

DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan kajian terhadap tulisan-tulisan yang berkaitan

dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Chaer (2007:26) menjelaskan

bahwa fungsi kajian pustaka adalah untuk mengetahui kedudukan penelitian di

dalam dunia keilmuan berkenaan dengan topik atau masalah yang diteliti. Kajian

pustaka yang diuraikan dalam subbab ini meliputi hasil penelitian terdahulu yang

memiliki relevansi dengan penelitian ini. Kajian tersebut baik berupa disertasi,

tesis, maupun hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan sintaksis, khususnya

yang berhubungan dengan klausa relatif. Selain itu, hasil penelitian yang disajikan

juga mencakup penelitian sintaksis dengan objek bahasa yang berbeda. Walaupun

penelitian tersebut mengkaji bahasa yang berbeda, topik dan permasalahan

penelitian-penelitian terdahulu memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang

dibahas pada penelitian ini.

Partami (2001) meneliti relasi gramatikal dan perelatifan dalam bahasa

Buna dengan menggunakan teori Tata Bahasa Leksikal Fungsional (LFG).

Berkaitan dengan klausa relatif, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

klausa relatif bahasa Buna dibedakan atas klausa relatif restriktif dan nonrestriktif.

Berdasarkan posisi inti, klausa relatif bahasa Buna memiliki inti yang terdapat di

luar struktur dengan urutan postnomina. Fungsi-fungsi yang direlatifkan adalah

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

13

subjek, objek, dan posesif. Fungsi subjek dan objek yang tidak dimarkahi pada

verbanya dapat direlatifkan dengan menerapkan strategi pengosongan (gapping),

sedangkan fungsi objek1 yang dimarkahi pada verbanya dan objek2 yang mengisi

fungsi subjek direlatifkan dengan strategi pronomina retensi. Bahasa Buna

memiliki struktur klausa yang berbeda dengan struktur klausa bahasa Inggris.

Bahasa Buna memiliki struktur klausa SOV yang sama dengan struktur klausa

bahasa Jepang. Walaupun memiliki perbedaan struktur klausa, penelitian yang

dilakukan oleh Partami dapat dijadikan acuan di dalam melihat struktur KRBI.

Dalilan (2003) dalam penelitiannya mengidentifikasi dan membandingkan

fungsi dan karakteristik pronomina relatif (prorel) who, whom, which, whose dan

that dalam bahasa Inggris (BIng) dengan kata yang ada di dalam bahasa Indonesia

(BInd), dan juga mengidentifikasi dan membandingkan strategi perelatifan dalam

klausa relatif kedua bahasa tersebut. Analisis yang digunakan di dalam penelitian

ini adalah analisis kontrastif dan hasil analisis dijelaskan melalui metode deskriptif

komparatif. Pada penelitian ini, analisis klausa relatif antara bahasa Inggris dengan

bahasa Indonesia hanya dilakukan pada batasan kehadiran unsur nomina atau frasa

nomina (FN) dalam klausa bawahan dengan melihat struktur perelatif berstatus

argumen. Selain itu, di dalam menganalisis KRBI, penelitian ini hanya

menganalisis unsur-unsur yang diganti. Penelitian ini merupakan penelitian

konstrastif, yaitu penelitian yang membandingkan klausa relatif dua bahasa, yakni

antara bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia. Dengan demikian, penelitian ini

belum memberikan analisis KRBI secara mendalam.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

14

Susilo (2003) dalam penelitiannya menganalisis strategi perelatifan

obliteration atau gapping dan fungsi gramatikal klausa relatif bahasa Indonesia. Di

dalam mengumpulkan data, teknik klasifikasi data digunakan untuk menentukan

kalimat yang memiliki penanda klausa relatif, dan metode analisis data yang

digunakan adalah metode agih yang dibagi menjadi dua teknik, yaitu teknik dasar

dan teknik lanjutan. Berdasarkan penelitian tersebut, diketahui bahwa terdapat

penggunaan strategi obliteration klausa relatif dalam bahasa Indonesia yang

digunakan, dan di dalam fungsi gramatikal bahasa Indonesia terdapat proses

perelatifan dengan adanya perelatif sebagai penanda proses perelatifan.

Artawa (2004) membahas perelatifan yang terjadi pada bahasa Bali.

Penelitian ini menyatakan bahwa dalam bahasa Bali hanya unsur subjek (S) yang

dapat direlatifkan. Unsur lain, seperti oblik (Ob) dapat direlatifkan apabila unsur

oblik sudah dijadikan unsur subjek. Subjektivisasi ini diikuti dengan perubahan

verba misalnya dengan penambahan sufiks agar kalimat tersebut tetap berterima

setelah subjek direlatifkan dan strategi yang digunakan adalah verb-coding

strategy. Selanjutnya, di dalam bahasa Bali terdapat pula mekanisme untuk

mengembalikan unsur nonsubjek menjadi subjek sehingga peran lain dalam kalimat

dapat direlatifkan. Peran tersebut merupakan posesor yang direlatifkan

menggunakan strategi pronomina retensi. Penelitian yang dilakukan oleh Artawa

dapat dijadikan acuan di dalam melihat penerapan strategi perelatifan di dalam

menentukan unsur yang dapat direlatifkan.

Supriyanto (2007) membahas mengenai reduksi klausa relatif restriktif

lengkap dalam bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Di dalam penelitiannya

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

15

dijelaskan bahwa struktur klausa relatif restriktif lengkap (KRRL) dalam bahasa

Inggris meliputi: (1) who / which + be + N, (2) Prep. + who / which + S + V, (3)

who / which + S + modal (kecuali can / should), dan (4) when / where / why / whose

+ S + V. Penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto ini dapat dijadikan acuan karena

di dalam penelitian tersebut dijelaskan beberapa jenis dan tipe klausa relatif

restriktif dalam bahasa Inggris. Namun, penelitian ini hanya sebatas menjelaskan

dan mendeskripsikan jenis klausa relatif restriktif, sedangkan klausa relatif bahasa

Inggris dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu klausa relatif restriktif dan

nonrestriktif. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penelitian ini belum dapat

menjelaskan KRBI secara menyeluruh.

Nining (2009) melakukan penelitian mengenai konstruksi klausa relatif

bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Penelitiannya berjudul “Analisis Kontrastif

Konstruksi Klausa Relatif Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia”. Penelitian

tersebut bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan konstruksi klausa relatif dalam

bahasa Inggris, (2) mendeskripsikan konstruksi klausa relatif dalam bahasa

Indonesia, dan (3) mendeskripsikan persamaan dan perbedaan konstruksi klausa

relatif bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Penelitian tersebut menyimpulkan

bahwa (1) klausa relatif dalam bahasa Inggris disertai unsur lain seperti subjek,

predikat, objek, pelengkap, serta keterangan perangkai tersebut berupa pronomina

relatif dan adverbial relatif. Pronomina relatif yang digunakan adalah who, whom,

which, whose, that, dan pronomina zero, sedangkan untuk adverbial relatif yang

digunakan adalah where, when, dan why, (2) klausa relatif dalam bahasa Indonesia

juga diawali dengan perangkat yang berupa pronomina relatif dan adverbial relatif,

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

16

dan (3) perbandingan antara klausa relatif bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia

diperoleh persamaan dan perbedaan. Dari segi makna dan bentuknya, kedua klausa

relatif tersebut memiliki sebuah konstruksi yang berbentuk klausa dan merupakan

bagian dari frasa yang menjelaskan atau membatasi makna inti frasa. Di samping

itu, terdapat beberapa perbedaan dari kedua klausa relatif tersebut, yaitu (1) jenis

perangkai yang digunakan, (2) keterangan perangkai, dan (3) adanya perbedaan

sebagian struktur antara kedua klausa relatif. Pemakaian jenis perangkai klausa

relatif bahasa Inggris dapat dipengaruhi oleh anteseden yang mendahului. Selain

itu, pemakaian kedua jenis perangkai juga dipengaruhi oleh fungsi perangkai itu

sendiri, seperti sebagai subjek, objek, atau kepemilikan dan sebagian perangkai

dalam klausa relatif bahasa Inggris yang memiliki fungsi sebagai objek dapat

dilesapkan sementara di dalam bahasa Indonesia tidak karena dapat menyebabkan

makna yang tidak jelas.

Danasaputra (2009), penelitiannya yang berjudul “Klausa Relatif Bahasa

Asing” memiliki objek kajian penelitian yang sama dengan penelitian ini. Hanya,

penelitian yang dilakukan oleh Danasaputra membandingkan dan menjelaskan

persamaan dan perbedaan klausa relatif bahasa Inggris dengan klausa relatif bahasa

asing lainnya, seperti klausa relatif dalam bahasa Jerman, bahasa Perancis, dan juga

bahasa Jepang. Penelitian ini menjelaskan struktur klausa relatif dalam bahasa

Inggris dengan bahasa lainnya. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa (1)

struktur klausa relatif bahasa Inggris memiliki kemiripan dengan struktur klausa

relatif bahasa Jerman, bahasa Perancis dan bahasa Jepang, hanya struktur klausa

relatif bahasa Inggris bersifat lebih variatif dan lebih kompleks dibandingkan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

17

dengan bahasa-bahasa asing lainnya, dan (2) struktur klausa relatif bahasa Inggris

membedakan antara subjek, objek, dan kepemilikan, serta adanya klausa relatif

yang bersifat obligatori dan opsional, berbeda dengan bahasa Jerman yang hanya

mengenal satu klausa relatif yang sifatnya obligatori, bahasa Perancis yang

mengenal adanya sifat maskulin dan feminin untuk membedakan subjek dan objek

di dalam struktur klausa relatifnya, dan bahasa Jepang yang tidak mengenal adanya

pronomina relatif dan hanya memiliki partikel ga untuk subjek dan partikel no

untuk menunjukkan objek.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Kasni (2012) yang berjudul “Strategi

Penggabungan Klausa Bahasa Sumba Dialek Waijewa”. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa penggabungan klausa secara subordinatif (struktur

subordinatif) bahasa Sumba dialek Waijewa (BSDW) dibedakan menjadi tiga, yaitu

(1) struktur yang terdiri atas klausa relatif, (2) klausa pelengkap, dan (3) klausa

keterangan. Argumen S, A, Obl lokatif, dan Obl instrumen direlatifkan melalui

pengosongan atau gapping, sedangkan pemilik direlatifkan melalui pronomina

retensi. Klausa pelengkap digabungkan melalui serialisasi verba, struktur klausa

relatif, aposisi, dan penggabungan tujuan. Klausa keterangan dalam BSDW

digabungkan dengan konjungsi ataupun tanpa konjungsi.

Susilo (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Klausa Relatif Bahasa

Indonesia: Suatu Tujuan Sintaksis” menjelaskan dan mendeskripsikan secara

khusus, (1) strategi perelatifan obliteration atau gapping pada klausa relatif dalam

bahasa Indonesia, (2) kata yang digunakan di dalam merelatifkan klausa dalam

bahasa Indonesia dan (3) fungsi gramatikal dan perelatifan dalam klausa relatif

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

18

bahasa Indonesia. Penelitian tersebut merupakan penelitian kualitatif deskriptif dan

data yang dianalisis adalah kalimat majemuk yang mengandung klausa relatif.

Metode yang digunakan di dalam menganalisis data adalah metode agih yang dibagi

ke dalam dua teknik, yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Berdasarkan hasil

penelitian, disimpulkan bahwa: (1) di dalam bahasa Indonesia terdapat penggunaan

strategi obliteration atau gapping yang terjadi di dalam proses perelatifan klausa,

(2) adanya kata perelatif yang dan tempat yang berfungsi sebagai penanda klausa

relatif, dan (3) terdapat fungsi gramatikal yang dapat mengalami proses perelatifan

dalam klausa relatif bahasa Indonesia. Penelitian ini dapat dijadikan acuan dan

memberikan informasi tambahan mengenai proses pembentukan klausa relatif.

Penelitian terakhir yang dijadikan kajian pustaka di dalam penelitian ini

adalah penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2013). Dalam penelitiannya, Dewi

meneliti unsur yang dapat direlatifkan, strategi perelatifan yang digunakan, dan

relasi gramatikal klausa relatif bahasa Jepang. Teori yang digunakan adalah teori

Tata Bahasa Leksikal Fungsional dan teori Tipologi. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kalimat bahasa Jepang yang direlatifkan adalah subjek, objek, oblik, dan

posesor. Posisi nomina inti klausa relatif bahasa Jepang termasuk tipe prenominal,

yaitu klausa relatif muncul sebelum nomina inti, namun di dalam beberapa kasus

ditemukan perelatifan tanpa strategi gap. Walaupun penelitian tersebut berbeda

pada objek kajian, namun penelitian yang dilakukan oleh Dewi dapat dijadikan

acuan di dalam menentukan peran nomina inti dan relasi gramatikal yang diperoleh

nomina inti di dalam klausa relatif secara umum.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

19

2.2 Konsep

Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan

mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian ini. Konsep

dipaparkan dengan tujuan untuk menyatukan titik pandang dan pemahaman serta

memperjelas arah kajian penelitian ini. Adapun konsep yang digunakan di dalam

penelitian ini dipaparkan sebagai berikut.

2.2.1 Klausa

Kridalaksana (1993:110) menjelaskan bahwa klausa merupakan satuan

gramatikal yang berwujud kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas

subjek dan predikat dan memiliki potensi untuk menjadi kalimat. Verhaar (1996:12)

juga menjalskan bahwa klausa merupakan kalimat yang terdiri atas sebuah verba

dan frasa verbal yang disertai dengan satu konstituen atau lebih yang secara

sintaksis berhubungan dengan verba tersebut. Menurut Lapoliwa (1990:19), istilah

klausa digunakan untuk merujuk pada satuan struktur dalam kalimat yang

mempunyai struktur predikasi sebagai kalimat tunggal tanpa adanya intonasi.

Kroeger (2005:32) menjelaskan bahwa klausa merupakan satuan unit

gramatikal terkecil yang dapat menunjukkan proposisi yang lengkap. Kridalaksana

(1993) mengungkapkan dengan jelas bahwa klausa tidak sama statusnya dengan

kalimat apabila acuannya adalah kalimat minim atau elip, seperti pada lari! dan

pergi! bukan merupakan klausa karena tidak mengandung subjek dan predikat. Bila

sebuah struktur mengandung unsur subjek dan predikat dan mengandung intonasi

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

20

lanjut, maka bentuk tersebut adalah klausa dan klausa tersebut akan menjadi

kalimat apabila berisi intonasi final.

2.2.2 Klausa Relatif

Frank (1972:276) menjelaskan bahwa klausa relatif merupakan klausa

subordinatif yang memberikan informasi tambahan mengenai seseorang atau

sesuatu di dalam suatu kalimat. Istilah klausa relatif juga dikenal sebagai klausa

sematan karena klausa tersebut disematkan di dalam klausa utama dan memiliki

fungsi sintaksis tertentu. Lapoliwa (1990:47) menambahkan bahwa klausa relatif

sebagai klausa pewatas karena klausa tersebut termasuk ke dalam klausa

subordinatif yang kehadirannya berfungsi untuk mewatasi atau mempertegas

makna kata atau frasa yang diikutinya. Klausa relatif dapat memodifikasi kata

benda karena klausa relatif biasanya terletak setelah frasa nomina dan berfungsi

untuk menunjukkan keterangan sesuatu yang ditujukan kepada frasa nomina

tersebut, dengan kata lain klausa relatif menyatakan kepemilikan (Yule, 1998:240).

Klausa relatif digunakan ketika pembicara menganggap bahwa identitas referen

dapat diakses oleh pendengar, tetapi tidak diakses dengan mudah (Givon,

1990:645).

Dixon (2010:314) menjelaskan bahwa klausa relatif secara sintaksis

berfungsi sebagai atributif dari argumen umum atau common argument dalam

klausa utama. Klausa relatif memiliki struktur dasar sebuah klausa yang terdiri atas

predikat dan argumen inti yang dibutuhkan oleh predikat. Selain itu, klausa relatif

juga memiliki fungsi yang sama dengan adjektiva, sehingga nomina atau pronomina

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

21

yang dibatasi oleh klausa relatif disebut dengan anteseden, yaitu kata yang berasal

dari kategori nomina, frasa nomina, atau pronomina dan ditunjuk kembali oleh

pronomina relatif tersebut. Klausa relatif umumnya berada di dalam kalimat

majemuk bertingkat dan merupakan salah satu unsur penting pembentuk kalimat

majemuk bertingkat yang dapat berfungsi sebagai subjek, objek, ataupun

keterangan lainnya.

2.2.3 Nomina Inti (Head)

Lapoliwa (1990:49) menyatakan bahwa nomina inti atau head adalah

nomina atau frasa nomina yang diwatasi oleh klausa relatif. Nomina inti berfungsi

sebagai bagian utama dalam frasa nomina dan sebagai konstituen yang menjelaskan

struktur frasa tersebut, umumnya berkategori nomina (Quirk dkk., 1985:1238).

Menurut Hatono & Pardiyono (1996:273) di dalam satuan frasa terdapat inti (yang

diterangkan) dan modifier (yang menerangkan), begitu juga pada frasa nomina.

Quirk dkk. (1985:1238-1239) selanjutnya menjelaskan bahwa frasa nomina dapat

dibagi menjadi empat bagian di dalam pembentukan struktur dasar frasanya, antara

lain: determinative, premodification, postmodification, dan complementation.

2.2.4 Perelatif dan Pronomina Relatif

Leech (1975:285) menyatakan bahwa KRBI dapat dipergunakan untuk

berbagai tipe subklausa yang dihubungkan ke sebagian atau seluruh klausa utama.

Prinsip utama KRBI adalah sebagai penjelas frasa nomina sehingga pembentukan

KRBI ditandai dengan adanya pronomina relatif yang merujuk pada frasa nomina

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

22

sebelumnya. Terdapat perbedaan antara perelatif atau biasa disebut dengan

relativizer dengan pronomina relatif. Kroeger (2005:234) menjelaskan bahwa

perelatif memiliki ciri tersendiri yang menunjukkan adanya struktur klausa relatif

dalam satu kalimat. Downing & Locke (2006:449) mengatakan bahwa perelatif

merupakan anteseden, dengan kata lain prelatif merupakan anteseden yang berupa

nomina atau pronomina yang diletakkan pada awal kalimat. Kroeger (2004:178)

menyatakan bahwa pronomina perelatif adalah salah satu tipe pronomina khusus

yang bergantung kepada beberapa fitur yang berkaitan dengan nomina inti, seperti

gender, dan jumlah. Pronomina relatif merupakan salah satu jenis pronomina

khusus, sedangkan perelatif tidak. Di dalam bahasa Inggris, terdapat beberapa jenis

pronomina relatif, yaitu: who, whom, whose, which, where, why, while, dan when.

2.2.5 Struktur Konstituen / C-structure

Struktur konstituen (StKon) atau yang biasa disebut dengan c-structure

merupakan susunan representasi dari permukaan frasa sintaksis. Struktur ini

merupakan organisasi kata-kata yang membentuk kalimat menjadi unit yang lebih

besar, yang setiap unit (konstituen) memiliki kategori (Falk, 2001:33-35). Struktur

ini merepresentasikan urutan kata dan pengelompokan frasa dengan menggunakan

diagram pohon struktur frasa. Pada penelitian ini, kategori fungsional dari StKon

tidak digunakan sehingga penjelasan mengenai kategor StKon yang dijelaskan

hanya berupa kategori leksikal. Label-label yang termasuk ke dalam kategori

leksikal dalam StKon adalah sentence (S), noun (N), verb (V), preposition (PREP),

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

23

adjective (Adj), dan adverb (Adv). Chomsky (1986) menyatakan bahwa kategori

leksikal yang utama adalah N, V, P, dan A dengan tambahan Adv.

2.2.6 Struktur Fungsional / F-structure

Dalrymple (2001) menjelaskan bahwa struktur fungsional merupakan

struktur pengaturan sintaksis fungsional yang abstrak dari suatu kalimat atau

merepresentasikan struktur predikat-argumen sintaksis dan hubungan fungsional

seperti subjek (S) dan objek (O). Falk (2001:11) menambahkan bahwa struktur

fungsional merupakan gambaran fungsi gramatikal. Falk (2001:57-58) menjelaskan

bahwa fungsi gramatikal atau yang biasa disebut dengan fungsi argumen meliputi:

subjek (SUBJ), objek (OBJ), objek kedua (OBJ2), dan oblik (OBL), adapun fungsi

tambahan lainnya adalah possessor (POSS) yang digunakan untuk argumen tertentu

dari nomina, dan complement (COMP). Adapula fungsi non-argumen lainnya,

seperti adjunct (ADJ), focus (FOK) dan topic (TOP).

2.2.7 Fungsi Gramatikal

Fungsi gramatikal merupakan elemen representasi sintaktik. Falk (2001:10)

menyatakan bahwa di dalam merepresentasi fungsi gramatikal, terdapat beberapa

fitur dan elemen yang memiliki fungsi spesifik. Fungsi gramatikal yang digunakan

di dalam teori LFG antara lain SUBJ, OBJ, COMP, XCOMP, dan OBL. Fungsi

gramatikal dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara. Di dalam teori LFG,

subkategori argumen merupakan suatu proses mengklasifikasikan fungsi

gramatikal dengan argumennya yang memerlukan predikat.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

24

2.2.8 Subjek

Subjek (SUBJ) merupakan fungsi gramatikal paling utama yang biasanya

diisi oleh nomina atau frasa nomina (FN) di dalam sebuah kalimat. Alwi, dkk.

(1998:37) menjelaskan bahwa di dalam beberapa bahasa, khususnya bahasa

Indonesia dan bahasa Inggris, subjek biasanya terletak sebelum predikat (PRED).

Subjek dapat berwujud nomina, tetapi pada keadaan tertentu kategori kata lain juga

dapat menduduki fungsi sebagai subjek.

2.2.9 Objek

Objek (OBJ) merupakan fungsi gramatikal selain subjek yang ditempati

oleh nomina atau frasa nomina (FN) dan sekaligus dapat berperan sebagai argumen

inti. Trask (1993) mengungkapkan bahwa objek dapat dibedakan atas dua jenis,

yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Alwi, dkk. (1998:37) menjelaskan

bahwa di dalam beberapa bahasa, khususnya bahasa Indonesia dan bahasa Inggris,

objek biasanya berada setelah predikat (PRED) dan objek tersebut berupa frasa

verbal transitif aktif. Objek juga dapat berfungsi sebagai subjek jika kalimat

tersebut diubah ke dalam kalimat pasif.

2.2.10 Oblik

Oblik (OBL) atau relasi oblik merupakan relasi gramatikal selain relasi

gramatikal utama atau inti yang meliputi subjek dan objek. Oblik merupakan relasi

gramatikal yang bersifat semantis.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

25

2.2.11 Struktur Argumen dan Peran Semantik

Argumen merupakan unsur sintaksis dan semantis yang diperlukan oleh

sebuah verba, yang umumnya berkolaborasi dengan pastisipasi pada suatu kejadian

atau keadaan yang dinyatakan oleh verba atau predikatnya. Peran semantik

merupakan hubungan antara predikator dan sebuah nomina dalam proposisi

(Williams, 1991:10; Culicover, 1997:16-17). Hubungan antara predikator dan

nomina inti terjadi dalam hubungan yang saling membutuhkan. Verba sebagai inti

proposisi mengendalikan sejumlah argumen dalam struktur logis.

2.3 Landasan Teori

Penelitian ini memiliki tiga masalah mendasar, yaitu (1) peran nomina inti

dalam KRBI, (2) relasi gramatikal nomina inti KRBI, dan (3) struktur konstituen,

fungsional, dan argumen KRBI. Penelitian ini memerlukan teori yang dapat

menjawab tiap-tiap rumusan masalah tersebut. Penelitian ini menggunakan teori

Lexical Functional Grammar (LFG) dan teori Tipologi.

Teori LFG pertama kali diperkenalkan oleh Joan Bresnan dan Ronald

Kaplan. Joan Bresnan di dalam bukunya yang berjudul The Mental Representation

of Grammatical Relations pada tahun 1982 mengemukakan bahwa teori LFG

merupakan teori linguistik yang muncul berdasarkan adanya penolakan terhadap

beberapa asumsi dalam sintaksis transformasional dan teori relasional mengenai

adanya struktur tingkatan sintaksis. Di dalam teori LFG, bahasa paling tepat

dipaparkan dengan struktur sejajar yang menggambarkan segi berbeda dari

organisasi dan informasi linguistik. Falk (2001:2) menjelaskan bahwa menurut teori

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

26

LFG, leksikon memegang peran utama, sedangkan kata fungsional di dalam teori

ini mengacu pada fungsi gramatikal, seperti subjek dan objek.

Teori LFG merupakan teori linguistik yang berusaha menjelaskan susunan

bahasa secara alamiah dari segi fungsionalitasnya. Bresnan (1982) menyatakan

bahwa teori LFG memiliki dua hal penting yang membedakannya dengan teori lain.

Pertama, teori ini merupakan teori yang didasarkan pada leksikal bukan

transformasional. Dengan kata lain, teori ini berpusat pada hubungan antara

diathesis verbal yang berbeda dalam leksikon dibandingkan dengan makna dari

trasnformasional sintaktik. Kedua, teori LFG merupakan teori fungsional bukan

konfigurasional. Fungsi gramatikal, seperti subjek dan objek tidak didefinisikan

secara konfigurasi struktur frasa atau struktur argumen.

Dalrymple (2001) menyatakan bahwa di dalam teori LFG terdapat dua level

deskripsi sintaktik untuk setiap kalimat dalam suatu bahasa, yaitu berkenaan dengan

constituent structure (c-structure) atau struktur konstituen (StKon) dan functional

structure (f-structure) atau struktur fungsional (StFun). Struktur konstituen (StKon)

sudah dikenal sejak teori transformasional. Seperti pada teori generatif lainnya,

Falk (2001:34) menjelaskan bahwa teori mengeni StKon di dalam teori LFG juga

dikenal dengan teori X-bar (teori X’). Sementara itu, StFun yang menyangkut

fungsi gramatikal pertama kali muncul pada teori generatif, yaitu teori relasional

(Relational Gramar).

Selain teori LFG, penelitian ini juga menggunakan teori lain, yaitu teori

tipologi yang dikemukakan oleh Comrie. Teori Tipologi atau yang dikenal dengan

teori tipologi bahasa merupakan kajian ilmu bahasa yang membahas mengenai

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

27

bagaimana bahasa tersebut dikelompokkan. Pengelompokan bahasa-bahasa

tersebut didasarkan pada sifat dan perilaku (property) yang dimiliki oleh bahasa itu

sendiri (Mallinson dan Blake, 1981; Comrie, 1983; dan Artawa, 2000).

Perkembangan teori ini kemudian dilanjutkan oleh Comrie pada awal tahun

1980-an. Kajian yang dikembangkan oleh Comrie ini berada pada tataran yang

membahas (i) pemarkahan agen dan pasien, (ii) urutan kata, (iii) koordinasi, dan

(iv) subordinasi (Mallison dan Blake, 1981:1-2). Berdasarkan teori Tipologi,

Comrie (1981:131-139) menjelaskan bahwa secara umum terdapat dua tipe klausa

relatif, yaitu klausa relatif restriktif (klausa yang bersifat membatasi) dan klausa

nonrestriktif (klausa yang sifatnya tidak membatasi). Selain itu, berdasarkan urutan

kata, klausa relatif dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu tipe postnominal, tipe

prenominal dan tipe internal-head. Adapun penjelasan mengenai gambaran umum

dan mekanisme kerja kedua teori tersebut diuraikan pada subbab di bawah ini.

2.3.1 Teori Lexical Functional Grammar (LFG)

Teori Lexical Functional Grammar (LFG) merupakan teori linguistik yang

secara umum digolongkan ke dalam linguistik fungsional yang mempelajari

berbagai aspek dari struktur lingusitik dan hubungan antara berbagai aspek tersebut.

Teori ini merupakan teori yang bersifat leksikal, bukan transformasional. Sesuai

dengan namanya, teori ini merupakan teori leksikal. Hal ini dikarenakan sebagian

besar informasi linguistik terdiri atas leksikon yang terstruktur dan fungsional

karena fungsi gramatikal tidak didefinisikan secara konfigurasi struktur frasa atau

hubungan struktur semantaik atau argumen.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

28

Kata leksikal pada teori ini mengisyarakatkan peran yang sangat penting

bagi informasi dan proses leksikal. Artinya, selain memiliki entri leksikal yang

menunjukkan berbagai informasi yang dibawa oleh unit-unit leksikal (kata atau

afiks), leksikon juga merupakan tempat terjadinya berbagai proses pembentukan

kata atau unit leksikal baru yang berdasarkan pada berbagai prinsip dan kendala

yang bersistem (Arka, 2003:7). Hal ini dikarenakan sebagian besar informasi

linguistik terdiri dari leksikon yang terstruktur dan fungsional karena fungsi

gramatikal tidak didefinisikan secara konfigurasi struktur frasa atau hubungan

struktur semantik atau argumen.

Istilah fungsional lebih mengacu pada fungsi matematis yang dikaitkan

dengan konsep bahwa relasi gramatikal (seperti SUBJ, OBJ, OBL) dapat

digambarkan dengan struktur matriks dengan relasi gramatikal dan informasi

lainnya membentuk pasangan atribut dan nilai dalam struktur formal yang disebut

struktur fungsional (f-structure) (Arka, 2003: 7). Teori LFG mengasumsikan bahwa

terdapat dua level sintaksis yang penting di dalam melakukan analisis struktur

linguistik. Analisis yang dilakukan dapat berupa traditional LFG yang terfokus

pada dua struktur sintaksis, yaitu constituent structure (c-structure) atau struktur

konstituen (StKon) dan functional structure (f-structure) atau struktur fungsional

(StFun).

2.3.1.1 Fungsi Gramatikal

Setiap bahasa memiliki bentuk dan perilaku yang berbeda di setiap jenis

frasa dan hal tersebut tergantung dari fungsi gramatikal yang ada pada setiap frasa.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

29

Teori LFG merupakan teori yang memfokuskan pada fungsi tata bahasa, seperti

pada subjek (SUBJ) dan objek (OBJ) atau yang disebut hubungan gramatikal.

Fungsi gramatikal merupakan representasi sintaktik. Fungsi gramatikal

didefinisikan secara universal menggunakan konfigurasi c-structure. Seperti halnya

pada bahasa yang mengenal adanya efek superior (‘superiority’ effects), yaitu

hubungan asimaeris antara subjek dengan nonsubjek pada multiple wh-questions

atau kalimat tanya yang memiliki lebih dari satu jenis frasa wh-, Chomsky (1981)

menjelaskan bahwa pada kalimat tanya atau kalimat interogatif, tidak dibenarkan

untuk meletakkan objek di tengah kalimat jika subjek juga dalam bentuk frasa wh-

seperti kata what atau who, seperti pada kalimat: (1) Who saw that? dan *What did

who see? Namun, tidak semua bahasa memiliki fungsi gramatikal tersebut.

King (1995:56) menunjukkan bahwa bahasa Rusia tidak mengenal adanya

efek superior tersebut. Namun, di beberapa bahasa menunjukkan adanya hubungan

asimetris antara subjek dengan nonsubjek, seperti yang ditunjukkan pada struktur

kalimat (1). Perbedaan hubungan antara subjek dan nonsubjek hanyalah satu aspek

perbedaan fungsi gramatikal. Keenan dan Comrie (1977:5) memperlihatkan bahwa

terdapat analisis yang lebih tepat untuk menggambarkan struktur gramatikal yang

dikenal dengan hierarki Keenan-Comrie di dalam pembetukan klausa relatif seperti

berikut: SUBJ > DO > IO > OBL > GEN > XCOMP. Hierarki yang diperkenalkan

oleh Keenan dan Comrie memperlihatkan nilai pada fungsi gramatikal yang

membatasi pembentukan klausa relatif dengan membatasi fungsi gramatikal

argumen dalam klausa relatif tersebut.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

30

Kalimat umumnya terdiri dari atas kumpulan kata yang memiliki fungsi

sesuai dengan kedudukannya yang dinakaman fungsi gramatikal kalimat. Di dalam

teori LFG, fungsi gramatikal merupakan elemen representasi sintaktik. Falk

(2001:10) menyatakan bahwa representasi fungsi gramatikal tidak berupa struktur

pohon, akan tetapi terdapat beberapa fitur dan elemen yang memiliki fungsi

spesifik. Representasi itulah yang disebut dengan struktur fungsional.

Dalrymple (2001:9) menambahkan bahwa fungsi gramatikal yang

dikemukakan oleh teori LFG adalah sebagai berikut: SUBJ, OBJ, OBJθ, COMP,

XCOMP, OBLθ, ADJ, XADJ. Simbol X menyatakan fungsi gramatikal yang

memiliki kontrol, yakni ketika argumen (SUBJ) tidak diperbolehkan muncul di

dalam struktur konstituen. Arka (2003:22) menyatakan bahwa untuk XCOMP atau

fungsi komplemen dengan kontrol dicontohkan oleh komplemen dengan verba

‘berdagang’ dalam kalimat ‘Saya mencoba berdagang’. Dalam struktur ini, SUBJ

dari ‘berdagang’ dikontrol oleh SUBJ verba ‘mencoba’, sedangkan untuk contoh

XADJunct terlihat dalam kalimat ‘Datang terlambat, dia minta maaf’. SUBJ dari

ADJ ‘datang terlambat’ dikontrol oleh SUBJ verba ‘minta’, yakni ‘dia’.

Di dalam teori LFG, kedua tipe argumen tersebut dapat dibedakan menjadi

XCOMP dan COMP. XCOMP merupakan subjek klausa pemerlengkap yang

dikendalikan oleh subjek, sedangkan COMP merupakan pelengkap tertutup dengan

subjeknya sendiri dan tidak dikendalikan secara fungsional. Perbedaan COMP dan

XCOMP dapat dilihat pada dua contoh kalimat berikut diikuti dengan struktur

fungsionalnya.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

31

1. The woman wants to drive the tractor.

XOMP = to drive the tractor

(↑XCOMP SUBJ) = (↑SUBJ)

2. The driver thinks that the tractor will start.

COMP = that the tractor will start

1. The woman wants to drive the tractor

SG NUM

ACC CASE

3 PERS

- ANIM

COUNT NTYPE

DEF TYPE-SPEC

THE FORM-SPEC SPEC

TRACTOR'' PRED

OBJ

SUBJ

'OBJSUBJ, DRIVE' PRED

XCOMP

SG NUM

NOM CASE

FEM GEND

3 PERS

ANIM

COUNT NTYPE

DEF TYPE-SPEC

THE FORM-SPEC SPEC

WOMAN'' PRED

SUBJ

PRES TENSE

INDICATIVE MOOD ASP-TNS

EDECLARATIV TYPE-STMT

SUBJXCOMP WANT'' PRED

Bagan 1. Struktur Fungsional XCOMP Dikutip dari Butt (1999:52)

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

32

Berdasarkan pada sruktur fungsional XCOMP di atas, terlihat bahwa

matriks subjek mengontrol fungsi subjek yang menempel pada fungsi XCOMP. Hal

ini ditunjukkan oleh garis yang menghubungkannya.

2. The driver thinks that the tractor will start.

SG NUM

NOM CASE

3 PERS

- ANIM

COUNT NTYPE

DEF TYPE-SPEC

THE FORM-SPEC SPEC

TRACTOR'' PRED

SUBJ

FUT TENSE

INDICATIVE MOOD ASP-TNS

'SUBJ START' PRED

COMP

SG NUM

NOM CASE

3 PERS

ANIM

COUNT NTYPE

DEF TYPE-SPEC

THE FORM-SPEC SPEC

DRIVER'' PRED

SUBJ

PRES TENSE

INDICATIVE MOOD ASP-TNS

DEC TYPE-STMT

COMP SUBJ, THINK'' PRED

Bagan 2. Struktur Fungsional COMP Dikutip dari Butt (1999:53)

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

33

Berbeda dengan XCOMP, pada struktur fungsional COMP tidak terlihat

matriks yang mengontrol fungsi subjek karena subjek bersifat independen. Selain

itu, COMP pada struktur fungsional di atas memiliki spesifikasi TNS-ASP yang

tidak dimiliki oleh XCOMP. Berdasarkan pada kedua penggambaran di atas,

XCOMP dapat disebut sebagai komplemen terbuka (open complement) sedangkan

COMP dapat disebut sebagai komplemen tertutup (closed complement).

Label OBJθ dan OBLθ mewakili hubungan relasi peran semantik dan simbol

θ digunakan untuk memperlihatkan peran semantik yang terkait dengan argumen.

Seperti contoh: OBJTHEME merupakan kelompok yang secara tematik membatasi

fungsi OBJθ yang memiliki peran semantik sebagai THEME dan OBLSOURCE dan

OBLGOAL merupakan bagian fungsi gramatikal OBJθ yang mengisi fungsi peran

semantik sebagai SOURCE dan GOAL. Fungsi gramatikal yang dapat dikuasai,

seperti SUBJm OBJ, OBJθ, COMP, XCOMP dan OBLθ dapat disubkategorikan oleh

predikat, sedangkan fungsi gramatikal ADJ dan XADJ tidak dapat

disubkategorikan oleh predikat.

Dalrymple (2001:10) menjelaskan bahwa fungsi gramatikal dapat

diklasifikasikan ke dalam beberapa cara, seperti fungsi gramatikal yang disebut

dengan Governable Grammatical Functions dapat berupa SUBJ, OBJ, OBJθ,

COMP, XCOMP, dan OBLθ dan fungsi gramatikal tersebut dapat disubkategorikan

ke dalam predikat. Hal ini berbeda dengan ADJ dan XADJ yang tidak dapat

disubkategorikan. Fungsi gramatikal dapat dikelompokkan ke dalam beberapa

bentuk, seperti fungsi gramatikal yang dapat membedakan argumen inti atau SUBJ,

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

34

OBJ, dan kelompok yang secara tematik membatasi objek OBJθ dengan kelompok

fungsi gramatikal nonterm atau fungsi oblik OBLθ, seperti berikut ini.

a. Fungsi Gramatikal yang Disubkategorisasikan dan Pemodifikasi

b. Inti dan Non-Inti

c. Fungsi yang Tak Terbatas secara Semantik dan Terbatas secara Semantik

Bagan 3. Klasifikasi Fungsi Gramatikal Dikutip dari Dalrymple (2001:10)

2.3.1.2 Struktur Konstituen / C-structure

Struktur konstituen (StKon) atau c-structure merupakan susunan

representasi permukaan frasa sintaksis. Struktur ini merupakan organisasi kata-kata

yang membentuk kalimat menjadi unit yang lebih besar dan setiap unit memiliki

kategori (Falk, 2001:33-35). Di dalam teori LFG, struktur konstituen biasa dikenal

dengan sebutan X’ atau teori X-bar. Di dalam suatu struktur konstituen terdapat

SUBJ OBJ XCOMP COMP OBJθ OBLθ ADJ XADJ

Fungsi Gramatikal yang Disubkategorisasikan Pemodifikasi

SUBJ OBJ OBJθ OBLθ XCOMP COMP

Inti Non-Inti

SUBJ OBJ OBJθ OBLθ

Fungsi Tak Terbatas secara Semantik Fungsi Tak Terbatas secara Semantik

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

35

konstituen dasar atau yang sering disebut dengan ‘kategori leksikal’. Kategori

leksikal digunakan untuk menyatakan suatu kata yang telah mempunyai konten dan

makna (Falk, 2001:34). Adapun kategori leksikal dasar tersebut antara lain: nomina

(N), verba (V), adjektiva (A), preposisi (PREP) dan adverbial (Adv). Struktur

konstituen terdiri atas sekelompok kata yang membentuk frasa yang

diidentifikasikan dari kemampuannya untuk berada di posisi yang berbeda dalam

kalimat, seperti pada kalimat berikut ini.

David is sleeping

IP

NP I’

N’ I VP

N is V’

David V

sleeping

Bagan 4. Struktur Konstituen pada Kalimat ‘David is sleeping’ Dikutip dari

Dalrymple (2001:60)

Diagram pohon c-structure di atas terdiri atas dua kategori, yaitu nomina (N) dan

verba (V) dan analisis ini dikenal dengan analisis tradisional yang memperlihatkan

kategori leksikal dalam kalimat tersebut. Teori LFG berasumsi bahwa setiap bahasa

memiliki kategori leksikal. Kroeger (2004:12) menyatakan bahwa struktur

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

36

konstituen kalimat terdiri atas informasi mengenai batasan-batasan argumen, urutan

linear, dan kategori sintaktik. Di dalam menganalisis struktur konstituen unit

gramatikal digunakan diagram pohon dan kategori sintaktik yang digunakan adalah

nomina (N), adjektiva (A), verba (V), preposisi (PREP), determiner (DET),

adverbial (ADV), dan konjungsi atau conjunction (KONJ), sedangkan pada frasa,

label yang digunakan adalah NP (noun phrase), AP (adverbial phrase), VP (verb

phrase), PP (preposition phrase), dan S (sentence), seperti pada kalimat berikut ini.

a. NP [donation of a book to the library on Tuesday]

b. VP [donate a book to the library on Tuesday]

c. AP [proud of the library]

d. PP [on Tuesday]

(Falk, 2001:35)

Inti dari sebuah frasa menunjukkan seluruh properti yang ada pada frasa

tersebut. Pada frasa ‘donation of a book to the library on Tuesday’ merupakan noun

phrase (NP) karena inti frasa merupakan kategori dari sebuah nomina (N). Di dalam

teori LFG, konstituen yang berfungsi sebagai argumen berada sejajar dengan inti

frasa. Kategori NP disebut sebagai proyeksi atau ‘projection’ dari N. Struktur ini

merepresentasikan urutan kata dan pengelompokan frasa dengan menggunakan

diagram pohon. Inti frasa terdiri atas kategori nomina (N), verba (V), adverbial

(ADV), dan preposisi (PREP) yang disebut dengan kategori leksikal yaitu: noun

phrase (NP), verb phrase (VP), adverbial phrase (AP), dan preposition phrase

(PP), seperti pada diagram pohon berikut ini.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

37

Bagan 5. Kategori Leksikal dalam Struktur Konstituen Dikutip dari Falk

(2001:36)

Selain kategori leksikal, di dalam struktur konstituen terdapat pula kategori

fungsional yang terdiri atas Inflection (Infl atau diproyeksikan sebagai I),

Complementizer (C), dan Determiner (D). Kategori fungsional berbeda dengan

struktur fungsional. Di dalam teori LFG, kategori fungsional mengemukakan

kategori fungsional C (complement yang diproyeksikan sebagai CP), I

(diproyeksikan sebagai IP) yang pada posisi ini diisi oleh main finite verb dan

auxiliary verb, dan D (determiner) yang diproyeksikan sebagai DP (Dalrymple,

2001:53).

I memiliki peran seperti inti dari sebuah frsasa pada kategori fungsional

dalam bahasa Inggris. Di dalam suatu analisis mengenai struktur frasa nomina,

struktur klausa dapat diperlakukan sama seperti proyeksi frasa pada kategori

fungsional I dengan VP berada pada posisi sebagai komplemen (Falk, 2001:39).

NP

NP PP

N PP PP on Tuesday

donation of one book to the library

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

38

Kategori fungsional C diisi oleh complement atau komplemen. Dalam KRBI,

kategori fungsional C dapat diisi oleh beberapa jenis komplemen, seperti who,

whose, whom, which, when, why, dan that. Selanjutnya, kategori fungsional D dapat

diisi oleh determiner (a, an dan the). D dapat diproyeksikan sebagai DP pada

kategori fungsional dalam bahasa Inggris dan D dapat mengisi fungsi sebagai SUBJ

yang merupakan posisi khusus pada struktur IP. Dengan kata lain, posisi IP sebagai

induk dari DP dan DP memiliki posisi yang sejajar dengan node yang memiliki Infl

dan komplemen VP. Posisi ini disebut dengan posisi spesifier atau specifier position

dan proyeksi yang digunakan disebut sebagai I’ (I-bar), seperti pada diagram pohon

di bawah ini yang menggambarkan posisi keduanya di dalam struktur klausa bahasa

Inggris.

(1) the boy

Bagan 6. Kategori Fungsional dalam Frasa Dikutip dari Dalrymple (2001:53)

DP

D’

D NP

the N’

N

boy

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

39

(2) a donation to the library

Bagan 7. Kategori Fungsional DP dalam Struktur Konstituen Dikutip dari

Falk (2001:39)

(2) You will donate a book

Bagan 8. Kategori Fungsional IP dalam Proyeksi I’ Dikutip dari Falk

(2001:40)

DP

D NP

a N PP

donation to the library

IP

DP I’

you I’ VP

will V DP

donate a book

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

40

(3) … that you will donate a book

Bagan 9. Kategori Fungsional CP Dikutip dari Falk (2001:41)

2.3.1.3 Struktur Fungsional / F-structure

Dalrymple (2001: 7) menjelaskan bahwa struktur fungsional (StFun) adalah

struktur pengaturan sintaksis fungsional yang abstrak dari suatu kalimat atau

merepresentasikan struktur predikat-argumen sintaksis dan hubungan fungsional

seperti subjek (SUBJ) dan objek (OBJ). Falk (2001:11) menambahkan bahwa

struktur fungsional merupakan gambaran fungsi gramatikal. Secara sederhana,

struktur ini diumpamakan sebagai sebuah fungsi yang disebut dengan atribut

(attribute) yang memiliki nilai (value). Struktur ini dapat direpresentasikan dengan

bentuk tabular berikut ini sebagai sebuah tabel attribut dan nilai.

CP

C IP

that DP I’

you I VP

will V DP

donate a book

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

41

2 VALUE 2 ATTRIBUTE

1 VALUE 1 ATTRIBUTE

Bagan 10. Tabel Tabular Atribut dan Nilai Dikutip dari Falk (2001:11)

Falk (2001:57-58) menjelaskan bahwa fungsi gramatikal atau yang biasa

disebut dengan fungsi argumen meliputi: subjek (SUBJ), objek (OBJ), objek kedua

(OBJ2), dan oblik (OBL). Fungsi tambahan lainnya adalah possessor (POSS) yang

digunakan untuk argumen tertentu dari nomina dan complement (COMP). Terdapat

pula fungsi nonargumen, seperti ADJ (adjunct), FOKUS (FOK) dan TOPIK (TOP).

Keenan dan Comrie (1977) menyatakan bahwa fungsi dasar dari sebuah analisis

elemen sintaksis adalah menjabarkan argumen dari sebuah predikat.

Di dalam fungsi gramatikal, fungsi dasar tersebut disebut sebagai fungsi

argumen. Fungsi argumen merupakan fungsi dasar yang berhubungan dengan

aksesibilitas perelatifan atau disebut sebagai hierarki relasional yang digagas oleh

Keenan dan Comrie (1977) seperti berikut ini: SUBJ > OBJ > OBJ2 > OBLɵ.

Adapun contoh struktur fungsional adalah sebagai berikut.

(1) David

SG NUM

DAVID PRED

Bagan 11. Struktur Fungsional dikutip dari Dalrymple (2001:31)

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

42

(2) David yawned

SG NUM

David'' PRED

f SUBJ

PAST TENSE

'SUBJyawn ' PRED

Bagan 12. Struktur Fungsional Dikutip dari Dalrymple (2001:31)

Struktur fungsional pada contoh (1) memiliki dua atribut, yaitu PRED dan NUM.

NUM memiliki nilai SG yang menandakan sebuah singular untuk fitur number.

Selanjutnya, pada contoh (2) telah ditambahkan keterangan f-structure SUBJ

dengan label f dan f-structure kalimat. Falk (2001:13) menyatakan bahwa fitur

PRED dalam struktur fungsional adalah fitur yang sangat penting yang tidak hanya

mengacu pada predikat atau verba. Fitur PRED menggambarkan sesuatu yang

bermakna dan nilainya ditunjukkan secara konvensional sebagai sebuah kata.

Teori LFG mengasumsikan bahwa kebutuhan subkategori sintaksis dari

sebuah predikat dinyatakan pada level f-structure. Predikat akan membutuhkan

sekumpulan argumen yang secara semantik memiliki keterkaitan khusus seperti

subjek (SUBJ) dan objek (OBJ). Aturan tersebut berhubungan dengan fungsi

gramatikal berdasarkan pada suatu teori pemetaan argumen. Dalam kalimat David

devoured a sandwich, David merupakan subjek dan a sandwich merupakan objek.

Informasi ini dapat direpresentasikan dengan menggunakan f-structure berikut ini.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

43

David devoured a sandwich.

sandwich'' PRED

a'' SPEC OBJ

David'' PRED SUBJ

'OBJ SUBJ, devour ' PRED

Bagan 13. Struktur Fungsional Dikutip dari Dalrymple (2001:31)

Predikat yang memerlukan kumpulan argumen disebut sebagai subkategori

dari kumpulan argumen tersebut, sedangkan kumpulan argumen tersebut disebut

dengan governed argument. Secara struktur semantis, predikat membawa informasi

yang diatur dalam argumen. Seperti pada struktur fungsional di atas, argumen

tersebut mengikat subjek dan objek, sehingga akan didapat struktur ‘DEVOUR’

<SUBJ, OBJ>. Keadaan seperti ini dapat dilihat pada struktur fungsional dengan

teori LFG apabila kalimat tersebut lengkap secara fungsi gramatikal, koheren, dan

berterima secara gramatikal.

Arka (2003:12) menyatakan bahwa struktur fungsional merupakan sturktur

yang merepresentasikan semantik-gramatikal yang dimodelkan dengan matriks

fungsi yang pada dasarnya mengandung pasangan atribut-nilai. Atribut dapat

berupa fungsi gramatikal misalnya SUBJ, atribut sematik PRED, atau fitur tertentu

seperti DEF atau definit. Nilai sebuah atribut dapat berupa bentuk semantik yang

dapat disubkategorikan atau hanya disimbolkan dengan simbol + dan adanya tanda

garis melengkung yang menghubungkan suatu fungsi gramatikal yang satu dengan

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

44

fungsi gramatikal lainnya menyatakan adanya hubungan ‘kontrol’ seperti dalam

kalimat ‘Amir lihat orang datang kemarin.’ pada bagan berikut ini.

DEF

kemarin'' PRED ADJ

' SUBJ datang' PRED

___ SUBJ

ADJ

orang'' PRED

DEF

' OBJ SUBJ, lihat'' PRED

Amir'' PRED SUBJ

Nilai Atribut

Bagan 14. Tabel Atribut dan Nilai dalam Struktur Fungsional dikutip dari

Arka (2003:13)

Di dalam struktur fungsional, terdapat beberapa struktur yang didasarkan

pada fungsi argumen, seperti (1) struktur fungsional yang lengkap atau complete f-

structure yang seluruh fungsi argumennya lengkap, dan (2) struktur fungsional

tidak lengkap atau incomplete f-structure yang struktur fungsionalnya kehilangan

satu fungsi argumen. Di dalam teori LFG, selain berdasarkan pada kelengkapan

fungsi argumennya, struktur fungsional juga ditentukan oleh hubungan fungsi

argumen dengan PRED atau ditentukan oleh fungsi argumen yang muncul karena

dipilih oleh inti yang disebut (1) struktur koheren atau coherent condition yang

seluruh fungsi argumennya muncul pada setiap atribut yang dipilih oleh inti, dan

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

45

(2) struktur inkoheren atau inconherent condition yang palin tidak satu (atau lebih)

fungsi argumennya tidak dipilih oleh inti. Berdasarkan penjelasan di atas, Falk

(2001:62) menjelaskan bahwa secara umum struktur fungsional dapat dibagi ke

dalam dua kondisi, seperti berikut.

(1) Completeness Condition

Seluruh fungsi argumen ditetapkan atau ditentukan di dalam nilai dari fitur

PRED pada f-structure dan seluruh fungsi argumen yang dikenai peran tematik

harus memiliki fitur PRED di dalamnya. Dengan kata lain, seluruh fungsi

gramatikal yang disubkategorisasikan dengan PRED harus memiliki nilai,

seperti pada ‘John likes’ yang atribut OBJ dari predikat tersebut ditempatkan

sebagai sebuah nilai.

(2) Coherence Condition

Seluruh fungsi argumen pada f-structure ditentukan oleh fitur PRED dan semua

fungsi argumen tersebut telah memiliki fitur PRED sendiri dan dapat

menempatkan peran tematiknya dengan pasti. Dengan kata lain, koheren pada

struktur fungsional berarti pada setiap bentuk semantik mengharuskan fitur

PRED memiliki nilai dan fungsi gramatikal, seperti pada klausa ‘*Kim appears

the dog’ menjadi bentuk yang tidak gramatikal karena the dog tidak

berhubungan dengan argumen dari verba tersebut dan tidak dapat

diinterpretasikan sebagai adjunct.

Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan agar suatu struktur

fungsional dapat berterima secara gramatikal atau well-formed. Beberapa prinsip

yang harus diperhatikan adalah konsistensi, ketuntasan dan koherensi (Arka,

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

46

2003:13). Konsitensi yang dimaksud adalah tidak boleh ada nilai konflik dalam

suatu struktur fungsional, misalnya terdapat [TENSE = PRESENT] dan [TENSE =

PAST] dalam suatu struktur fungsional. Selanjutnya, ketuntasan yang dimaksud

adalah semua fungsi gramatikal yang disubkategorisasikan oleh PRED harus diisi

oleh suatu fitur. Koherensi yang dimaksud adalah di dalam suatu struktur

fungsional tidak diperbolehkan adanya fungsi yang melebihi dari yang

disubkategorisasikan.

2.3.1.4 Korespondensi C-structure / F-structure

Di dalam teori LFG terdapat hubungan korespondensi antara bagian dalam

StKon dengan bagian dalam StFun. Bukti bahwa terdapat hubungan korespondesni

StKon dengan StFun terlihat pada nilai fitur TENSE yang datang dari I dalam

StKon dan nilai PRED yang muncul dari V dalam StKon. Falk (2001:66)

menyatakan bahwa atribut SUBJ muncul dari properti yang dimiliki oleh IP, yaitu

DP dan atribut OBJ muncul dari properti VP. Terdapat beberapa bagian dari StKon

yang berkorespondensi dengan satu bagian di dalam StFun. Namun, ada pula bagian

dalam StKon dapat berkorespondensi dengan seperangkat komponen dalam StFun.

Oleh karena itu, diperlukan f-precedence yang disimbolkan dengan simbol f dan

digunakan untuk menandai sebuah variabel yang berkorespondensi dengan

pasangannya yang dituliskan dengan f1, f2, f3 dan seterusnya.

Terdapat keteraturan posisi struktur konstituen dengan struktur fungsional.

Secara khusus, frasa dan nomina inti dibutuhkan untuk membentuk struktur

fungsional atau f-structure yang lengkap dan posisi komplemen yang berhubungan

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

47

dengan fungsi gramatikal tertentu. Generalisasi seperti ini membatasi hubungan

antara c-stucture dengan f-stucture. Oleh karena itu, untuk menghubungkan node

atau simpul dalam c-structure dengan fungsi pada f-structure digunakan simbol Φ

atau disebut dengan phi. Fungsi Φ dapat digambarkan sebagai sebuah tanda panah

berlabel Φ dari node pada c-structure dengan f-structure seperti pada contoh di

bawah ini.

Bagan 15. Korespondensi StKon / StFun Dikutip dari Dalrymple (2001:13)

IP

NP I’

N’ VP Φ

N V

David'' PRED SUBJ

PAST TENSE

SUBJ sneeze' PRED

David V

sneezed

IP f1

DP f2 I’ f7

D’ f3 I f8 VP f9

D f4 NP f5 will V f10 DP f11 PP f16

the N f6 give D’ f12 P f17 DP f18

hamster D f13 NP f14 to D’ f19

a N f15 D f20 NP f21

falafel the dinosaur

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

48

SG NUM

dinosaur'' PRED

DEF

OBJ

OBL PCASE

OBL

SG NUM

falafel'' PRED

DEF

OBJ

' OBJ OBL OBJ, SUBJ, give' PRED

FUT TENSE

SG NUM

hamster'' PRED

DEF

SUBJ

2221

20

19

18

Goal

17

16

Goal

15

1413

12

11

Goal

654

3

2

1098

7

1

ff

f

f

f

f

f

f

ff

f

f

fff

f

f

fff

f

f

Bagan 16. Korespondensi StKon dengan StFun dalam Kalimat Dikutip dari

Falk (2001:68)

Contoh tersebut mengindikasikan bahwa kata David termasuk ke dalam kategori

NP atau frasa nomina dan bahwa node NP berasosiasi dengan informasi sintaksis

fungsional tertentu, yaitu f-structure yang memiliki fitur SUBJ bernilai [PRED

‘DAVID’]. Kebutuhan dan properti fungsional inti sebuah frasa diturunkan

frasalnya dan menjadi subkategori dan properti fungsional dari frasa-frasa yang

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

49

diproyeksikan ke dalam f-structure yang sama, sepeti terlihat pada gambar di bawah

ini.

PAST TENSE

SUBJ sneeze' PRED

Bagan 17. Subkategori dan Properti Fungsional dari Frasa dikutip dari

Dalrymple (2001:13)

Struktur konstituen (StKon) berkorespondensi dengan struktur fungsional

(StFun). Korespondensi tersbut didapatkan melalui deskripsi fungsional

berdasarkan metavariabel (↑=↓) pada simpul-simpul StKon (Arka, 2003:13).

Adapun cara yang dilakukan adalah mengubah setiap metavariabel tersebut menjadi

eksuasi yang unik atau dengan penomoran. Selanjutnya, tanda panah diganti dengan

f dengan nomor simpul atasannya, semantara tanda panah turun diganti dengan f

berisi nomor simpul ini sendiri. Jadi, (↑SUBJ) = ↓ diganti dengan (f1SUBJ) = f2.

2.3.1.5 Deskripsi Fungsional dan Anotasi Fungsional

Deskrispi fungsional merupakan istilah pemetaan yang digunakan antara

StKon dengan StFun. Seperti terlihat pada contoh di atas, f1 dan f7 merupakan

StFun yang sama. Dengan kata lain, konstituen 1 dengan konstituen 7

berkorespondensi yang sama dan hal ini dapat dirumuskan dengan persamaan

VP

Φ

V’

V

sneezed

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

50

fungsional atau dikenal dengan function equation. Adapun contoh persamaan

fungsional pada kalimat ‘The hamster will give a falafel to the dinosaur’ adalah

sebagai berikut.

a. f1 = f7

b. (f1SUBJ) = f2

f2 = f3

f3 = f4

(f4DEF) = +

f3 = f5

f5 = f6

(f6 PRED) = ‘hamster’

f1 = f7

Jika dirumuskan secara keseluruhan, deskripsi fungsionalnya akan sangat

kompleks. Seperti pada (f1SUBJ) = f2 menunjukkan bahwa f2 adalah DP yang

merupakan anak dari IO yang disimbolkan dengan f1 dan begitu seterusnya.

Adapun contoh diagram pohon untuk abak dari IP adalah sebagai berikut.

Bagan 18. Deskripsi Fungsional Dikutip dari Falk (2001:68)

IP f1

(f1 SUBJ) = f2 f1 = f7

DP = f2 I’ = f7

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

51

Untuk memperjelas hubungan korespondensi antara StKon dengan StFun,

dapat dilakukan dengan cara menggambarnya ke dalam diagram pohon dan

mengganti variabel yang sebenarnya (f1, f2, f3 …) dengan variabel yang disebut

dengan metavariabel. Selain itu, dapat digunakan tanda ↑ untuk induk dan ↓ untuk

anak yang telah digambarkan oleh Falk (2001: 70-71) berikut ini.

Bagan 19. Anotasi Fungsional dalam Kalimat dikutip dari Falk (2001:72)

IP f1

(↑SUBJ) = ↓ ↑=↓

DP f2 I’ f7

↓=↑

D’ f3 ↓=↑ ↑=↓

I f8 VP f9

will

(↑TENSE)=FUT

↓=↑ ↑=↓ ↓=↑ (↑OBJ) =↓ (↑OBLGoal) =↓

D f4 NP f5 V f10 DP f11 PP f16

the ↑=↓ give ↑=↓ ↑=↓ (↑OBLGoal) =↓

(↑DEF) = + N f6 (↑PRED) = <give…> D’ f12 P f17 DP f18

hamster ↑=↓ ↑=↓ to ↑=↓

D f13 NP f14 D’ f19

a ↑=↓ ↑=↓ ↑=↓

N f15 D f20 NP f21

falafel the dinosaur

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

52

Teori LFG bertumpu pada entri leksikal dengan asumsi dasar bahwa suatu

unsur yang digabungkan dengan unsur lain untuk membangun sebuah konstruksi

sangat bergantung pada unsur leksikal (Dalrymple, 1995:30). Dengan kata lain,

unsur leksikal sangat berperan sebagai faktor penentu untuk membangun suatu

konstruksi kebahasaan terutama pada konstruksi kalimat.

Simbol tanda ↑ dan ↓ merupakan simbol yang diasosiasikan dengan peran

yang disebut sebagai metavariabel. Penggunaan anotasi ↑=↓ menyatakan bahwa

node tersebut berkorespondensi dengan StFun yang sama dengan StFun node

induknya. Jika dikaitkan dengan entri leksikal dalam teori LFG, penggunaan ↓ dan

↑ sama dengan penggunaan di dalam aturan-aturan (rules): ↑ menunjukkan kepada

node yang mendominasi leksikal, dan ↓ untuk menunjuk kepada StFun yang

berhubungan dengan kata itu sendiri. Sebagai contoh, lihat pada pasangan StKon

dan StFun di bawah ini.

yawned

PAST TENSE

'SUBJ yawned' PRED

V

Bagan 20. Korespondensi Anotasi pada Pasangan Struktur Konstituen dan

Struktur Fungsional dikutip dari Falk (2001)

2.3.1.6 Struktur Argumen dan Peran Semantik

Argumen merupakan unsur sintaksis dan semantis yang diperlukan oleh

sebuah verba, yang umumnya berkolaborasi dengan suatu kejadian atau keadaan

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

53

yang dinyatakan oleh verba atau predikatnya. Berdasarkan pengertian tersebut,

diketahui bahwa jumlah argumen dalam sebuah klausa atau kalimat ditentukan oleh

verba sebagai inti (head) dari klausa atau kalimat tersebut (Williams, 1991:10;

Culicover, 1997:16-17). Peran semantik merupakan hubungan antara predikator

dan sebuah nomina dalam proposisi. Hubungan antara predikator dan nomina inti

terjadi dalam hubungan yang saling membutuhkan. Verba sebagai inti proposisi

mengendalikan sejumlah argumen dalam struktur logis. Proposisi merupakan

istilah yang digunakan untuk menyatakan hubungan struktur semantik dengan

struktur logika sebagai ikatan tidak berkala antara predikat dan seperangkat

argumen. Dengan kata lain, proposisi menjelaskan hubungan antara verba dengan

argumen yang dikehendaki oleh tipe verba yang bersangkutan (Lakoff dkk. dalam

Chaer, 1994:369).

Kridalaksana (1983:17) menyatakan bahwa argumen dibutuhkan untuk

membangun kalimat atau klausa yang berterima. Peran argumen dalam klausa atau

kalimat, seperti agen, pasien, dan lainnya sesungguhnya merupakan peran semantik

verba karena peran argumen tersebut ditentukan oleh hubungan antara verba atau

predikat dan argumen-argumennya (Foley dan van Valin, 1984:27). Penyebutan

peran semantik dalam penelitian ini akan mengikuti penyebutan yang diajukan oleh

Kroeger (2004:9) di bawah ini.

a. AGENT : penyebab atau pemrakarsa sebuah kejadian

b. RECIPIENT : animate yang memeroleh sesuatu

c. EXPERIENCER : animate yang merasakan sesuatu

d. BENEFACIARY : animate yang memeroleh keuntungan

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

54

e. INSTRUMENT : benda yang digunakan agen untuk melakukan tindakan

f. THEME : sesuatu yang mengalami perubahan lokasi atau milik

g. PATIENT : sesuatu yang dikenai verba

h. STIMULUS : objek persepsi, kognisi atau emosi, sesuatu yang dilihat

i. LOCATION : tempat sebuah kejadian (SOURCE, GOAL, dan PATH

yang merupakan subkategori dari LOCATION)

j. ACCOMPANIMENT : sesuatu yang menemani atau sesuatu yang dihubungkan

dengan tindakan

k. Informasi semantik lain, seperti waktu (TIME), tujuan (PURPOSE), dan lainnya

tidak termasuk ke dalam peran argumen. Hal ini disebabkan karena elemen-

elemen tersebut selalu diekspresikan sebagai ADJUNCTS dibandingkan

sebagai argumen.

Contoh di bawah ini akan menggambarkan bagaimana peran semantik digunakan.

a. John gave Mary a bouquet of roses.

AGENT RECEPIENT THEME

b. John baked Mary a chocoloate cake.

AGENT BENEFICIARY PATIENT

c. John opened the lock with a key.

AGENT PATIENT INSTRUMENT

d. The key opened the lock.

INSTRUMENT PATIENT

e. He heard a piercing scream

EXPERIENCER STIMULUS

f. Jack sat in the corner.

AGENT LOCATION

THEME

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

55

g. Water flows through the aqueduct

THEME PATH

from mountain reservoirs to the city of San Fransisco

SOURCE GOAL

Bagan 21. Peran Semantik Dikutip dari Kroeger (2005:55)

2.3.2 Teori Tipologi

Secara umum, klausa relatif dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu klausa

relatif yang bersifat sebagai pewatas yang terikat dan klausa relatif penjelas atau

tambahan. Klausa relatif pewatas memberikan identitas kepada frasa nomina atau

nomina inti dan kehadirannya bersifat obligatori karena merupakan bagian dari

klausa itu secara utuh. Sementara klausa relatif penjelas hanya ditandai dengan

penggunaan koma dalam bentuk tertulis dan jeda dalam bentuk lisan yang

kehadirannya bersifat opsional karena sifatnya hanya menerangkan frasa nomina

atau nomina inti. Comrie (1981:131-139) menjelaskan bahwa klausa relatif dapat

dibedakan menjadi dua jenis jika dilihat dari bentuknya. Adapun jenis klausa relatif

adalah klausa relatif restriktif dan klausa relatif nonrestriktif. Klausa relatif restriktif

merupakan klausa relatif yang membatasi referen nomina inti yang diacu. Dengan

kata lain, klausa yang sifatnya membatasi, seperti pada contoh di bawah ini.

a) The girl is Mary Smith.

b) The girl is tall.

c) The girl was standing in the corner.

d) You waved to the girl when you entered.

e) The girl became angry because you knocked over her glass.

(Quirk dkk., 1985:1238)

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

56

Jika kalimat (a) sampai kalimat (e) dibentuk menjadi satu kalimat majemuk dengan

klausa relatif, akan terbentuk kalimat sebagai berikut.

f) The tall girl standing in the corner [who became angry because you knocked

over her glass after you waved to her when you entered] is Mary Smith

(Quirk dkk., 1985:1238)

Jenis klausa relatif berikutnya adalah klausa relatif nonrestriktif. Klausa

tersebut merupakan klausa relatif yang sifatnya tidak membatasi referen sebagai

nomina inti yang diacu; klausa ini bersifat memberikan informasi tambahan pada

nomina inti yang diacu (Comrie 1981: 131-139). Contoh seperti di bawah ini.

a. Mary Smith, [who is in the corner], wants to meet you.

b. My brother, [who has lived in America for over 30 years], can still speak

Italian.

(Quirk dkk. 1985:1239-1240)

Dilihat dari urutan katanya, Comrie (1981) membagi klausa relatif menjadi

tiga tipe, yaitu tipe postnominal, tipe prenominal, dan tipe internal-head. Tipe

postnominal merupakan klausa relatif yang mengikuti nomina inti, sedangkan tipe

prenominal, klausa relatifnya berada mendahului nomina inti, dan tipe internal-

head merupakan klausa relatif yang muncul di dalam klausa relatif dan nomina inti

diletakkan pada klausa relatif. Nomina inti dalam klausa relatif memainkan peran

pada dua klausa yang berbeda di dalam suatu struktur klausa relatif. Di satu sisi,

klausa relatif memiliki peran pada klausa utama dan di sisi lain memiliki peran pada

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

57

klausa relatif. Dengan kata lain, klausa relatif merupakan salah satu tipe klausa

subordinatif di dalam suatu struktur kalimat majemuk.

Nomina inti pada klausa relatif merupakan bentuk yang dimodifikasi atau

diturunkan, bahkan bentuk nomina inti seringkali dilesapkan di dalam struktur suatu

klausa relatif. Comrie (1981:136) dan Dully (1981:114) mengungkapkan bahwa

klausa relatif merupakan klausa yang berfungsi memberikan keterangan terhadap

nomina inti yang berupa nomina atau frasa nomina. Pendapat senada juga

dikemukakan oleh Kroeger (1999:123). Kroeger menyatakan bahwa klausa relatif

merupakan klausa yang membatasi nomina inti dalam frasa nomina.

Secara tipologi, Comrie (1981:139) menyatakan bahwa peran nomina inti

dalam suatu kalimat yang diikuti oleh klausa relatif memiliki tiga tipe, yaitu: (1)

non-reduction type, (2) pronoun-retention type, dan (3) relative pronoun. Tipe

pertama, yaitu tipe non-reduction merupakan tipe klausa relatif yang nomina

intinya muncul seutuhnya, tidak diturunkan, dalam posisi normal atau dengan

pemarkah kasus yang biasa untuk frasa nomina untuk mengekspresikan fungsi

khususnya di dalam klausa relatif. Pada tipe kedua yaitu tipe pronoun-retention,

nomina inti tersisa di dalam embedded sentence dalam bentuk pronomina, seperti

pada kalimat ‘I know where the road leads’ dibentuk dalam suatu klausa relatif

menjadi ‘This is the road that I know where it leads’. Pada klausa relatif tipe ini,

pronomina it menunjukkan posisi nomina inti yang direlatifkan. Tipe relative-

pronoun merupakan tipe kalusa relatif yang memiliki pronomina di dalam klausa

relatif yang menunjukkan adanya sebuah nomina inti. Posisi nomina inti dapat

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

58

dipindahkan ke posisi awal untuk menunjukkan bahwa pronomina inti memiliki

tingkatan yang sama dengan frasa nomina dalam klausa utama.

Berdasarkan aksesibilitas klausa relatif, Comrie (1981) mengemukakan

sebagai berikut: hierarki subjek > objek langsung > objek tak langsung > oblik >

posesor. Dengan kata lain, aksesibilitas untuk struktur klausa relatif adalah di dalam

merelatifkan subjek akan lebih mudah dilakukan daripada posisi lain. Seperti yang

telah dijelaskan sebelumnya bahwa struktur kanonik klausa relatif meliputi klausa

relatif berfungsi sebagai modifier sintaksis dari argumen umum (common

argument) dalam klausa utama.

Klausa relatif memiliki struktur dasar sebuah klausa yang terdiri atas

predikat dan argumen inti yang dibutuhkan oleh predikat. Dilihat dari strukturnya,

Dixon (2010:314) mengungkapkan bahwa klausa relatif memiliki struktur kanonik

yang karakteristiknya sebagai berikut: (1) struktur klausa relatif terdiri atas dua

klausa, yaitu klausa utama (main clause) dan klausa relatif (relative clause) yang

membentuk sebuah kalimat yang memiliki intonasi tunggal; (2) argumen dari kedua

struktur dasar harus merupakan argumen yang disebut argumen umum (common

argument). Argumen umum tersebut merupakan argumen dari klausa utama dan

klausa relatif; (3) klausa relatif berfungsi secara sintaksis sebagai atributif dari

argumen umum (common argument) dalam klausa utama (main clause) dan secara

semantis berfungsi untuk memberikan informasi tentang argumen umum yang

membantu dalam membatasi acuan dari argumen umum, dan (4) klausa relatif harus

memiliki struktur dasar yang terdiri atas predikat dan argumen inti.

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

59

2.4 Model Penelitian

Model penelitian ini menggambarkan bahwa penelitian sintaksis KRBI ini

diawali dengan proses pemerolehan data sintaksis, berupa data tulisan. Pnelitian ini

difokuskan pada penggunaan klausa relatif bahasa Inggris. Penelitian ini membahas

mengenai: (1) peran nomina inti, (2) relasi gramatikal yang diperoleh nomina inti

KRBI, dan (3) struktur konstituen, struktur fungsional, dan struktur argumen KRBI.

Teori yang digunakan di dalam penelitian ini adalah: (1) teori Lexical Functional

Grammar (LFG) untuk menganalisis struktur konstituen, struktur fungsional, dan

struktur argumen KRBI, dan (2) teori Tipologi untuk menganalisis tipe dan peran

nomina inti KRBI. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan

untuk mendapatkan gambaran dan menjelaskan fenomena kebahasaan KRBI secara

sintaksis.

Proses pengumpulan data dilakukan dengan metode simak serta teknik

lanjutan berupa teknik catat. Metode analisis data yang digunakan adalah metode

agih atau metode distribusional serta teknik lanjutan berupa teknik bagi unsur

langsung yang digunakan untuk menentukan klausa utama dengan klausa relatif,

teknik perluas, dan teknik lesap yang digunakan untuk menganalisis data yang

memiliki struktur klausa yang kompleks. Penyajian hasil analisis data

menggunakan metode formal untuk menggambarkan kaidah KRBI dan metode

informal digunakan untuk mendeskripsikan KRBI. Bagan berikut ini menunjukkan

model penelitian yang dilakukan pada penelitian ini. Tanda panah ↓ menyatakan

hubungan langsung.

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Pada subbab ini dijelaskan beberapa konsep yang mencakup batasan mengenai terminologi teknis yang digunakan dalam penelitian

60

Bagan 22. Model Penelitian

Bahasa Inggris

Klausa Relatif Bahasa Inggris

Landasan Teori

Teori Tata

Bahasa Leksikal

Fungsional

Teori Tipologi

Klausa Relatif

1. Struktur Konstituen KRBI

2. Struktur Argumen KRBI

3. Struktur Fungsional KRBI

1. Peran Nomina Inti KRBI

2. Relasi Gramatikal Nomina

Inti KRBI

Hasil Analisis dan Temuan

Rumusan Masalah Metode

Data

Metode

Deskriptif

Kualitatif

Analisis Teori KRBI

Simpulan dan Saran