12
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar Belajar adalah proses penting bagi perubahan prilaku seseorang yang dipikirkan dan dikerjakan melalui pelatihan dan pengalaman (Anni, 2006). Belajar merupakan proses aktif dalam memperoleh pemahaman atau penggetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku (Hudojo, 2005). Belajar merupakan proses dan bukan belajar bukan semata-mata hasil yang akan dicapainya, tetapi proses belajar berlangsung melalui serangkaian pengalaman sehingga terjadi perubahan tingkah laku seseorang atau terjadi pengguatan pada pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Sedangkan menurut Winkel (2005), belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Belajar juga bukan hanya menghafal dan bukan pila menggingat. Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan dari diri seseorang (Sudjana, 2008). Perubahan dalam proses belajar dapat dilihat dari perubahan pengetahuan, pemahaman dan tingkah laku. Secara umum belajar adalah proses kegiatan dari yang tidak tahu, tidak mengerti, menjadi tahu dan mengerti (Armo F: 1981). Dalam proses belajar mempunyai tiga macam rumusan yaitu (Jhon Burville: 1991): a. Rumusan kuantitatif, belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. b. Rumusan institusional, belajar dipandang sebagai proses validasi (penghabsahan) terhadap penggusaan siswa atas materi-materi yang telah di pelajari. Bukti insttitusional yang menunjukan seseorang telah belajar dapat diketahui dalam hubunganya dengan proses mengajar. c. Rumusan kualitatif, proses memperoleh arti-arti dan pemahaman- pemahaman serta cara menafsirkan dunia disekeliling siswa. Pada proses belajar ini ditekankan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang ada sekarang maupun sesudanya. Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses mengenal dari yang belum tahu menjadi tahu melalui pelatihan dan pengalaman sehingga seseorang memperoleh perubahan tigkah laku, pegetahuan, pemahaman, keterampilan serta nilai sikap yang tidak disebabkan oleh pembawaan, kematangaan, dan kedaan sesaat seseorang, namun terjadi sebagai hasil latihan dalam interaksi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3607/4/T1_202008079_BAB II.pdf · Siswa diberi PR dari buku paket/LKS, atau mengerjakan ulang soal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3607/4/T1_202008079_BAB II.pdf · Siswa diberi PR dari buku paket/LKS, atau mengerjakan ulang soal

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar

Belajar adalah proses penting bagi perubahan prilaku seseorang yang dipikirkan dan dikerjakan melalui pelatihan dan pengalaman (Anni, 2006). Belajar merupakan proses aktif dalam memperoleh pemahaman atau penggetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku (Hudojo, 2005). Belajar merupakan proses dan bukan belajar bukan semata-mata hasil yang akan dicapainya, tetapi proses belajar berlangsung melalui serangkaian pengalaman sehingga terjadi perubahan tingkah laku seseorang atau terjadi pengguatan pada pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.

Sedangkan menurut Winkel (2005), belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Belajar juga bukan hanya menghafal dan bukan pila menggingat. Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan dari diri seseorang (Sudjana, 2008). Perubahan dalam proses belajar dapat dilihat dari perubahan pengetahuan, pemahaman dan tingkah laku. Secara umum belajar adalah proses kegiatan dari yang tidak tahu, tidak mengerti, menjadi tahu dan mengerti (Armo F: 1981). Dalam proses belajar mempunyai tiga macam rumusan yaitu (Jhon Burville: 1991): a. Rumusan kuantitatif, belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan

kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. b. Rumusan institusional, belajar dipandang sebagai proses validasi

(penghabsahan) terhadap penggusaan siswa atas materi-materi yang telah di pelajari. Bukti insttitusional yang menunjukan seseorang telah belajar dapat diketahui dalam hubunganya dengan proses mengajar.

c. Rumusan kualitatif, proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara menafsirkan dunia disekeliling siswa. Pada proses belajar ini ditekankan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang ada sekarang maupun sesudanya.

Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses mengenal dari yang belum tahu menjadi tahu melalui pelatihan dan pengalaman sehingga seseorang memperoleh perubahan tigkah laku, pegetahuan, pemahaman, keterampilan serta nilai sikap yang tidak disebabkan oleh pembawaan, kematangaan, dan kedaan sesaat seseorang, namun terjadi sebagai hasil latihan dalam interaksi.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3607/4/T1_202008079_BAB II.pdf · Siswa diberi PR dari buku paket/LKS, atau mengerjakan ulang soal

6

2. Pembelajaran Matematika Pembelajaran adalah proses yang diselegarakan oleh guru untuk

membelajarkan siswa dalam belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap. (Mudjiono dan Endang, 2007). Pembelajaran merupakan upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dan siswa. Tujuan dari pembelajaran ialah terbentuknya kemampuan bernalar pada diri seseorang yang tercemin melalui kemampuan berfikir kritis dalam memecahkan suatu masalah dikehidupan sehari-hari (PPPG,2004:1).

Matematika merupakan salah satu jenis dari enam materi ilmu . didasarkan pada pandangan kontrutivisme, hakikat manusia yakni anak yang belajar matematika dihadapkan pada masalah tertentu berdasarkan pengetahuan yang diperoleh ketika belajar dan berusaha memevahkan masalah (Hamzah, 2007).

Pembelajaran matematika adalah suatu proses yang diselegarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa guna memperoleh pengetahuan dan keterampilan matematika, serta menciptakan situasi agar siswa belajar menggunakan berbagai model pembelajaran. Dalam pembelajaran matematika seorang dapat menentukan strategi dalam pembelajaran agar siswa tidak terpusat pada seorang guru tetapi siswa juga diajak dalam proses pembelajaran sehingga terjadi pembelajaran yang efektif dan tujuan suatu pembelajaran dapat dicapai.

3. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan (Nuharini, 2001). Pembelajaran kooperatif merupakan suatu sistem yang didasarkan pada alasan bahwa manusia sebagai makhluk individu yang berbeda satu sama lain sehingga konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya.

Model pembelajaran kooperatif berbeda dengan pengajaran langsung. Karena dalam pembelajaraan kooperatif dikembengkan untuk menciptakan hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial (Hasyim, 2009). Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi, karena sangat penting untuk dimiliki didalam diri seseorang dan dilakukan dalam organisasi yang bergantung satu sama yang lain. Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa karateristik dalam proses belajar yaitu: a. Siswa belajar kelompok untuk menuntaskan materi. b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tinggi, sedang,

rendah.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3607/4/T1_202008079_BAB II.pdf · Siswa diberi PR dari buku paket/LKS, atau mengerjakan ulang soal

7

c. Anggota kelompok sebisa mungkinberasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda.

d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok dibandingkan individu.(Ibrahim, 2000:6)

Setiap pembelajaran memiliki langkah-langkah yang terstruktur. Berikut merupakan langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif: a. Guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan menempatkan

target pembelajaran yang ingin dicapai oleg guru sesuai dengan tutunan materi pembelajaran.

b. Guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama-sama dalam kelompok kecil.

c. Dalam melakukan observasi terhadap siswa, guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individual maupun kelompok, dalam pemahaman materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran.

d. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya.

Langkah-langkah di atas menujukan bahwa proses pembelajaran dimulai dari guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Tahapan ini juga diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama untuk memecahkan masalah. Tahap terakhir pada pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kelompok dan evaluasi tetang apa yang sudah mereka pelajari.

4. Think Pair and Share (TPS)

Think Pair and Share (TPS) adalah proses pembelajaran yang pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman di Universitas Maryland pada tahun 1981. TPS merupakan suatu model pembelajaran kooperatif. TPS atau “berfikir berpasangan berbagi” adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Tujuan pembelajaran TPS melatih siswa untuk saling membantu antar anggota dalam memahami pelajaran ataupun dalam menyelesaikan tugas belajar. Siswa yang lemah akan mendapat bantuan dari temannya yang lebih pandai. Dalam model pembelajaran TPS, guru menciptakan interaksi yang dapat mendorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri, dan ingin maju. Tahapan utama dalam TPS adalah sebagai berikut (Ibrahim, 2000): a. Tahapan 1: Thinking (berfikir) guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan

dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tesebut dengan mandiri.

b. Tahapan 2: Pairing (berpasangan) guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirnya pada tahapan pertama.

c. Tahapan 3: Sharing (berbagi) pada tahapan akhir,para pesert didik untuk berbagi hasil pemikiran mereka kepada seluruh kelas. Keterampilan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3607/4/T1_202008079_BAB II.pdf · Siswa diberi PR dari buku paket/LKS, atau mengerjakan ulang soal

8

berbagidengan seluruh kelas dapat dilakukan dengan menujuk siswa secara sukarela yang bersedia melaporkan hasil kelompoknya atau bergiliran pasangan.

Langkah-langkah dalam pembelajaran Think Pair share (TPS) adalah sebagai berikut: a) Pendahuluan

Fase 1: persiapan 1. Guru melakukan apersepsi. 2. Guru menjelaskan tentang TPS. 3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 4. Guru memberikan motivasi.

b) Kegiatan inti Fase 2: pelaksanaan pembelajaran TPS Langkah pertama: 1. Guru menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang

akan disampaikan. 2. Siswa memperhatikan, mendengarkan dengan aktif penjelasan dan

pertanyaan dari guru. Langkah kedua (Berfikir): 1. Siswa berfikir secara inadividual. 2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban

kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan oleh guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk menulis hasil pemikiran masing-masing.

Langkah ketiga (Berpasangan): 1. Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan

pasangan. 2. Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi

kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam kerja kelompok. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya.

Langkah keempat (Berbagi): 1. Siswa berbagi jawaban mereka dengan teman sekelas. 2. Siswa mempresentasikan jawaban atau hasil pemecahan masalah secara

individu atau kelompok di depan kelas. Individu atau kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan pendapat terhadap hasil diskusi kelompok tersebut.

3. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan, dan memberikan pujian bagi kelompok yang berhasil dan memberi semangat atau motivasi bagi kelompok yang belum berhasil.

c) Penutup Fase 3: penutup

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3607/4/T1_202008079_BAB II.pdf · Siswa diberi PR dari buku paket/LKS, atau mengerjakan ulang soal

9

1. Dengan bimbingan guru siswa membuat simpulan dari materi yang telah didiskusikan.

2. Guru memberikan evaluasi atau latihan soal mandiri. 3. Siswa diberi PR dari buku paket/LKS, atau mengerjakan ulang soal evaluasi.

Penerapan pembelajaran kooperatif model TPS memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan pembelajaran TPS antara lain sebagai berikut: a. Akan mendorong siswa untuk lebih aktif bertanya maupun mengeluarkan

pendapat serta kreatifr dalam mengembangkan ide-ide kreatifnya. b. Dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. c. Penyampaian materi pelajaran yang diterima oleh siswa dapat bertahan lebih

lama. d. Dapat megembangkan sistem diskusi antar siswa, sehingga secara langsung

mampu meningkatkan sikap koopertif dan kerja sama antar siswa. e. Dapat mengembangkan kemampuan kognitif siswa.

Penggunakan model pembelajaran TPS bertujuan agar siswa mendapatkan kemudahan dalam menerima pelajaran yang diajarkan, karena dalam model ini siswa mempunyai peran yang sangat penting dalam pembelajaran, sebab setiap siswa mempunyai tanggung jawab dalam kelompok masing-masing. Dalam pembelajaran ini juga dapat meningkatkan aktivitas siswa melalui kerja kelompok dan presentasi. Sehingga dalam mempelajari matematika siswa dapat menerima pelajaran dengan mudah dan membantu siswa dalam berinteraksi dengan teman sendri maupun kepada guru.

5. Think Pair and Share (TPS) dalam Matematika

Sebagai wujud pendidikan yang bermutu sesuai dengan tuntutan masyarakat di era globalisasi ini dan untuk mengatasi masalah dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan matematika di Indonesia, diperlukan suatu perubahan dalam dunia pendidikan, dan upaya pembaharuan. Proses tersebut terletak pada tanggung jawab guru mengenai bagaimana pembelajaran yang di sampaikan dapat dipahami siswa secara benar.

Proses pembelajaran di tentukan sampai sejauh mana guru dapat menggunakan metode dan strategi pembelajaran dengan baik. Oleh sebab itu dalam dunia pendidikan diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas sebagai insan yang berilmu pengetahuan, berketrampilan, berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia, dan bertanggung jawab. Untuk memikirkan cara yang terbaik untuk mempersiapkan siswa menghadapi semua tantangan dunia, para pendidik mengubah isi kurikulum matematika dan cara kita mengajarkannya. Beralih dari fokus aritmatika dan ketrampilan berhitung menjadi kurikulum yang mampu mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir, bernalar dan berkomunikasi secara matematis, dengan tujuan membantu siswa membangun pemahaman konseptual matematika mereka, bukan sekedar mengingat fakta dan aturan-aturanya (Suyitno, 2004).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3607/4/T1_202008079_BAB II.pdf · Siswa diberi PR dari buku paket/LKS, atau mengerjakan ulang soal

10

Pengajaran matematika sepertinya perlu diubah agar memenuhi tujuan tersebut, yaitu bukan lagi mengajar dengan cara memberitahu atau demonstrasi, campuran dari metodologi-metodologi pengajaran dianjurkan agar mampu memasukkan kerja kelompok dan individu serta pengajaran langsung. ( Hudojo, Herman. 2005). Fokusnya adalah menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menelusuri dan memecahkan masalah, secara individu maupun bersama teman dan untuk mengembangkan kemampuan matematika mereka.

Pembelajaran kooperatif menempati tempat utama dalam pengajaran matematika karena penelitian tentang matematika seringkali dianggap sebagai terbatas, individualistik atau kompetitif, yang semata-mata ditujukan untuk memahami materi atau memecahkan masalah yang ditugaskan. Mungkin tidaklah mengejutkan kalau banyak siswa sekolah dan orang dewasa yang takut dengan matematika dan berusaha menghindarinya. Mereka seringkali percaya kalau hanya ada sedikit orang berbakat yang bisa sukses dalam matematika. Pembelajaran kooperatif kelompok kecil memperhatikan masalah-masalah ini dalam beberapa cara. Strategi-strategi kooperatif bisa dengan mudah dimasukkan ke dalam kelas matematika dasar. Pilihan atas strategi dan ukuran kelompok akan tergantung pada tahun pelajaran, pengalaman siswa dengan pemecahan masalah kooperatif dan aktivitas matematika itu sendiri (Hudojo, Herman. 2005).

Berdasarkan pemikiran di atas, maka peran pendidik sangat penting dalam menciptakan keberhasilan dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu seorang guru atau pendidik harus mempunyai strategi tersendiri untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswanya karena tanpa adanya motivasi maka akan sulit untuk mencapai keberhasilan suatu pembelajaran. Maka salah satu strategi pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif adalah guru dapat menggunakan strategi pembelajaran kooperatif model think-pair-share dalam pembelajaran matematika karena disini siswa dapat sharing, berdiskusi dengan teman sebangkunya untuk memecahkan masalah yang dianggap sulit, siswa dapat saling berbagi pengalaman dan dapat mengurangi kebosanan dalam proses pembelajaran sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar dan proses belajar matematika menjadi menyenangkan.

6. Media

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara hanfiah berarti perantara atau pengatar. Media adalah perantara atau pengatarpesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2003). Dalam poses pembelajaran hendaknya para guru dapat memanfaatkan media pembelajaran intuk mempermudah dalam penyampaian materi pembelajaran. Fungsi atau peran pokok media dalam proses pembelajaran:

a) Fungsi AVA (Audiovisual Aids atau Teaching Aids) yang berfungsi memberi pengalaman yang konkret kepada siswa.

b) Sebagai sarana komunikasi dan interaksi antara siswa dan media tersebut serta menjadi sumber belajar yang efektif.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3607/4/T1_202008079_BAB II.pdf · Siswa diberi PR dari buku paket/LKS, atau mengerjakan ulang soal

11

Dengan demikian penggunan media dalam dunia pendidikan pada saat ini sebenarnya bukan hal yang biasa. Diharapkan dalam proses pembelajaran guru dapat menggunakan media pembelajaran agar terjadi motivasi belajar dalam diri siswa serta menambah minat belajar siswa terhadap matematika. Penggunaan media ini sangat bermanfaat sekali bagi siswa maupun guru.

7. Microsoft Powerpoint

Microsoft Powerpoint adalah program aplikasi yang banyak digunakan untuk membantu mempresentasikan materi atau data makalah dihadapan orang banyak. Tampilan dari powerpoint adalah berbentuk lembaran (slide). Tiap-tiap slide yang ditampilkan berisi tentang inti dari materi yang dipresentasikan(Prawiradilaga, 2007).

PowerPoint berjalan di atas komputer PC berbasis sistem operasi

Microsoft Windows dan juga Apple Macintosh yang menggunakan sistem operasi

Apple Mac OS, meskipun pada awalnya aplikasi ini berjalan di atas sistem operasi

Xenix. PowerPoint dapat menyimpan presentasi dalam beberapa format, yakni

sebagai berikut:

a. PPT (PowerPoint Presentation), yang merupakan data biner dan tersedia

dalam semua versi PowerPoint (termasuk PowerPoint 12).

b. PPS (PowerPoint Show), yang merupakan data biner dan tersedia dalam semua

versi PowerPoint (termasuk PowerPoint 12).

c. POT (PowerPoint Template), yang merupakan data biner dan tersedia dalam

semua versi PowerPoint (termasuk PowerPoint 12).

d. PPTX (PowerPoint Presentation), yang yang merupakan data dalam bentuk

XML dan hanya tersedia dalam PowerPoint 12.

Aplikasi Microsoft PowerPoint ini pertama kali dikembangkan oleh Bob

Gaskins dan Dennis Austin sebagai Presenter untuk perusahaan bernama

Forethought, Inc yang kemudian mereka ubah namanya menjadi PowerPoint.

Pada tahun 1987, PowerPoint versi 1.0 dirilis, dan komputer yang

didukungnya adalah Apple Macintosh. PowerPoint kala itu masih menggunakan

warna hitam/putih, yang mampu membuat halaman teks dan grafik untuk

transparansi overhead projector (OHP). Setahun kemudian, versi baru dari

PowerPoint muncul dengan dukungan warna, setelah Macintosh berwarna muncul

ke pasaran.

Microsoft pun mengakuisisi Forethought, Inc dan tentu saja perangkat

lunak PowerPoint dengan harga kira-kira 14 Juta dolar pada tanggal 31 Juli 1987.

Pada tahun 1990, versi Microsoft Windows dari PowerPoint (versi 2.0) muncul ke

pasaran, mengikuti jejak Microsoft Windows 3.0. Sejak tahun 1990, PowerPoint

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3607/4/T1_202008079_BAB II.pdf · Siswa diberi PR dari buku paket/LKS, atau mengerjakan ulang soal

12

telah menjadi bagian standar yang tidak terpisahkan dalam paket aplikasi kantoran

Microsoft Office System (kecuali Basic Edition).

Dalam PowerPoint, seperti halnya perangkat lunak pengolah presentasi

lainnya, objek teks, grafik, video, suara, dan objek-objek lainnya diposisikan dalam

beberapa halaman individual yang disebut dengan "slide". Istilah slide dalam

PowerPoint ini memiliki analogi yang sama dengan slide dalam proyektor biasa,

yang telah kuno, akibat munculnya perangkat lunak komputer yang mampu

mengolah presentasi semacam PowerPoint dan Impress. Setiap slide dapat dicetak

atau ditampilkan dalam layar dan dapat dinavigasikan melalui perintah dari si

presenter. Slide juga dapat membentuk dasar webcast (sebuah siaran di World

Wide Web).

PowerPoint menawarkan dua jenis properti pergerakan, yakni Custom

Animations dan Transition. Properti pergerakan Entrance, Emphasis, dan Exit objek

dalam sebuah slide dapat diatur oleh Custom Animation, sementara Transition

mengatur pergerakan dari satu slide ke slide lainnya. Semuanya dapat dianimaskan

dalam banyak cara. Desain keseluruhan dari sebuah presentasi dapat diatur

dengan menggunakaan Master Slide, dan struktur keseluruhan dari prsentasi dapat

disunting dengan menggunakan Primitive Outliner (Outline).

Beberapa hal yang menjadikan media ini menarik untuk digunakan sebagai

alat presentasi adalah berbagai kemampuan pengolahan teks, warna,dan gambar,

serta animasi-animasi yang bias diolah sendiri sesuai kreatifitaspenggunanya. Pada

prinsipnya program ini terdiri dari beberapa unsur rupa, dan pengontrolan

operasionalnya. Unsur rupa yang dimaksud, terdiri dari slide,teks,gambar dan

bidang-bidang warna yang dapat dikombinasikan dengan latar belakang yang telah

tersedia. Media Microsoft Powerpoint digunakan dalam proses belajar mengajar,

media Microsoft Powerpoint dapat digunakan untuk menyampaikan materi

dengan penyampaian yang menarik. Secara teoritis, sejauh ini media Microsoft

Powerpoint di dalam proses belajar mengajar memiliki beberapa kelebihan

diantaranya:

a. Penyajiannya menarik karena ada permainan warna, huruf dan animasi, baik

animasi teks maupun animasi gambar atau foto.

b. Lebih merangsang anak untuk mengetahui lebih jauh informasi tentang bahan

ajar yang tersaji.

c. Pesan informasi secara visual mudah dipahami peserta didik.

d. Tenaga pendidik tidak perlu banyak menerangkan bahan ajar yang sedang

disajikan.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3607/4/T1_202008079_BAB II.pdf · Siswa diberi PR dari buku paket/LKS, atau mengerjakan ulang soal

13

e. Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan, dan dapat dipakai secara berulang-

ulang.

f. Dapat disimpan dalam bentuk data optik atau magnetik. (CD/

Disket/Flashdisk), sehingga paraktis untuk di bawa ke mana-mana.

Sedangkan dari sisi penggunaan, Microsoft Powerpoint juga memiliki

beberapa kekurangan, antara lain sebagai berikut:

a. Harus ada persiapan yang cukup menyita waktu dan tenaga.

b. Jika yang digunakan untuk presentasi di kelas adalah PC, maka para pendidik

harus direpotkan oleh pengangkutan dan penyimpanan PC tersebut.

c. Jika layar monitor yang digunakan terlalu kecil (14”-15”), maka kemungkinan

besar siswa yang duduk jauh dari monitor kesulitan melihat sajian bahan ajar

yang ditayangkan di PC tersebut.

d. Para pendidik harus memiliki cukup kemampuan untuk mengoperasikan

program ini, agar jalannya presentasi tidak banyak hambatan.

Pembuatan media dalam penelitian ini menggunakan Microsoft Powerpoint 2007. Sehingga dalam penelitian ini akan di kombinasikan dengan Model pembelajaran Think Pair and Share (TPS) dengan tujuan agar siswa dapat memahami kosep dasar, bentuk umum setiap materidan diharapkan siswa dapat menggembangkan kemampuanya untuk memecahkan masalah serta melatih cara pikir dan bernalar dalam proses pembelajaran.

8. Materi Himpunan

Tujuan yang ingi dicapai melalui pembelajaran matematika dijenjang SMP

menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP):

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah;

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika;

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh;

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah;

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3607/4/T1_202008079_BAB II.pdf · Siswa diberi PR dari buku paket/LKS, atau mengerjakan ulang soal

14

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas 2006:

346).

Himpunan adalah kumpulan benda atau obyek yang didefinisikan atau

diterangkan dengan jelas. Benda atau obyek yang dimuat dalam suatu himpunan

disebut anggota himpunan atau elemen. Materi himpunan di kelas VII SMP

mencakup sub pokok bahasan pengertian, notasi, dan penyajian himpunan;

konsep himpunan bagian; operasi irisan, gabungan, kurang (difference), dan

komplemen pada himpunan; penyajian himpunan dengan diagram Venn, serta

menyelesaikan masalah dengan menggunakan diagram Venn dan konsep

himpunan. Materi himpunan memiliki standar kompetensi sebagai berikut.

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Himpunan

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah

Memahami pengertian dan notasi himpunan, serta penyajiannya

Memahami konsep himpunan bagian

Melakukan operasi irisan, gabungan, kurang (difference), dan komplemen pada himpunan

Menyajikan himpunan dengan diagram Venn

Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah

Untuk lebih memperjelas mengenai sub pokok materi himpunan, dapat

dilihat pada peta konsep di bawah ini.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3607/4/T1_202008079_BAB II.pdf · Siswa diberi PR dari buku paket/LKS, atau mengerjakan ulang soal

15

Gambar 2.1

Peta Pembelajaran Himpunan

Pembelajaran himpunan mempunyai beberapa tujuan, yaitu dapat

menyatakan masalah sehari-hari dalam bentuk himpunan dan mendata

anggotanya; dapat menyebutkan anggota dan bukan anggota himpunan; dapat

menyatakan notasi himpunan; dapat mengenal himpunan kosong dan notasinya;

dapat menentukan himpunan bagian dari suatu himpunan; dapat menentukan

banyak himpunan bagian suatu himpunan; dapat mengenal pengertian himpunan

semesta, serta dapat menyebutkan anggotanya; dapat menjelaskan pengertian

irisan dan gabungan dua himpunan; dapat menjelaskan kurang (difference) suatu

himpunan dari himpunan lainnya; dapat menjelaskan komplemen dari suatu

himpunan; dapat menyajikan gabungan atau irisan dua himpunan dengan diagram

Venn; dapat menyajikan kurang (difference) suatu himpunan dari himpunan

lainnya dengan diagram Venn; dapat menyajikan komplemen suatu himpunan

dengan diagram Venn; dapat menyelesaikan masalah dengan menggunakan

diagram Venn dan konsep himpunan.

9. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3607/4/T1_202008079_BAB II.pdf · Siswa diberi PR dari buku paket/LKS, atau mengerjakan ulang soal

16

Terdapat beberapa penelitian pendahulu yang meneliti tentang Think Pair

Share yaitu penelitian yang dilakukan oleh Heni Hendrayani (2010) yang berjudul

Penerapan model pembelajaran think pair and share dengan menggunakan media

powerpoint pada pola dan barisan bilangan. Hasil penelitian menujukan bahwa

dengan menerapkan model pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan

pemahaman pada materi pola dan barisan bilangan pada siswa kelas IV SD Negeri

Jeron Nogosari Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011. Peningkatan pemahaman

konsep pecahan dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai evaluasi matematika

dalam materi pecahan setiap siklusnya yaitu: sebelum tindakan nilai rata-rata

evaluasi matematika 62,7 dimana siswa yang mendapat nilai di atas kriteria

ketuntasan minimal (KKM) yaitu 60 sebanyak 20 siswa (53%) pada siklus I nilai

rata-rata evaluasi matematika meningkat menjadi 68 sebanyak 26 siswa

memperoleh nilai di atas KKM (68%) dan siklus II nilai rata-rata evaluasi

matematika meningkat menjadi 74,5 sebanyak 32 siswa memperoleh nilai di atas

KKM (84%). Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka dibuatlah penelitian yang

bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pembelajaran kooperatif model

TPS berbantu media powerpoint pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Selo.

B. Kerangka Berpikir Pada pembelajaran matematika, masih banyak siswa yang menganggap

matematika adalah abstrak. Oleh karena itu, di dalam pembelajaran seorang

pengajar harus mampu merancang, memilih, dan menggunakan metode

pembelajaran agar siswa dapat memahami tentang tujuan pembelajaran. Di era

Globalisasi ini peran teknologi hendaknya dapat dimanfaatkan dengan baik

sehingga meninggkatkan minat belajar siswa terhadap matematika.

Penggunaan teknologi dalam dunia pendidikan bukan lah yang biasa lagi

dengan tujuan menarik minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika,

sehingga dapat menghilangkan rasa takut akan matematika. Penggunan media

pembelajaran bertujuan untuk memberi pengalaman baru kepada siswa,

mempermudah dalam memahami materi yang diajarkan serta menjadi bahan

sumber belajar bagi siswa.

Penelitian ini akan mengkombinasikan antara model pembelajaran Think

Pair and Share (TPS) dengan mengunakan media Powerpoint. TPS merupakan

model pembelajaran kooperatif dengan harapan siswa dapat menerima pendapat

kelompok dan dapat menyampaikan apa yang mereka ketahui kepada siswa yang

lain. Penggunaan media powerpoint dapat membantu proses pembelajaran di

kelas sehingga siswa merasa tertarik dan tidak bosan dalam pembelajaran

matematika.