41
15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tinjauan tentang Perpustakaan a. Konsep Perpustakaan Perpustakaan berasal dari kata dasar pustaka yang berarti kitab atau buku, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Basuki dalam bukunya Suwarno (2016: 1) mengatakan bahwa perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasa disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual. Suatu unit kerja yang substansinya merupakan sumber informasi yang setiap saat dapat digunakan oleh pengguna jasa layannya. Selain buku, di dalamnya juga terdapat bahan cetak lainnya seperti majalah, laporan, pamflet, prosiding, manuskrip atau naskah, lembaran musik, dan berbagai karya media audiovisual seperti film, slide, kaset, piringan hitam, serta bentuk mikro seperti mikrofilm, mikrofis, dan mikroburam (micro-opaque)”. Terdapat beberapa poin penting dari pengertian tersebut bahwa perpustakaan merupakan suatu unit kerja yang menjadi tempat pengumpul, penyimpan dan pemelihara berbagai koleksi bahan pustaka yang dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu atau dapat dikatakan bahwa perpustakaan merupakan sumber informasi yang didapatkan melalui buku-buku dan berbagai bentuk penyedia informasi yang berada di dalamnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/53574/3/3.BAB II TAS 13416244007.pdf · majalah, laporan, pamflet, prosiding, manuskrip atau naskah, lembaran musik, dan

Embed Size (px)

Citation preview

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Tinjauan tentang Perpustakaan

a. Konsep Perpustakaan

Perpustakaan berasal dari kata dasar pustaka yang berarti kitab atau

buku, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Basuki dalam bukunya Suwarno

(2016: 1) mengatakan bahwa perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah

gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan

terbitan lainnya yang biasa disimpan menurut tata susunan tertentu untuk

digunakan pembaca, bukan untuk dijual. Suatu unit kerja yang substansinya

merupakan sumber informasi yang setiap saat dapat digunakan oleh pengguna jasa

layannya. Selain buku, di dalamnya juga terdapat bahan cetak lainnya seperti

majalah, laporan, pamflet, prosiding, manuskrip atau naskah, lembaran musik, dan

berbagai karya media audiovisual seperti film, slide, kaset, piringan hitam, serta

bentuk mikro seperti mikrofilm, mikrofis, dan mikroburam (micro-opaque)”.

Terdapat beberapa poin penting dari pengertian tersebut bahwa

perpustakaan merupakan suatu unit kerja yang menjadi tempat pengumpul,

penyimpan dan pemelihara berbagai koleksi bahan pustaka yang dikelola dan

diatur secara sistematis dengan cara tertentu atau dapat dikatakan bahwa

perpustakaan merupakan sumber informasi yang didapatkan melalui buku-buku

dan berbagai bentuk penyedia informasi yang berada di dalamnya.

16

Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Pasal 1 Angka 1,

disebutkan bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis,

karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku

guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan

rekreasi para pemustaka. Menurut Blasius Sudarsono dalam bukunya

Perpustakaan Untuk Rakyat Dialog Anak dan Bapak mengatakan bahwa

pernyataan tersebut memandang perpustakaan dari pendekatan organisasi dengan

menyebutnya sebagai “institusi pengelola”, berarti bahwa perpustakaan adalah

sebuah lembaga yang didalamnya terdapat aktivitas mengelola yang dilakukan

oleh anggota dalam lembaga tersebut.

Lasa HS (2008: 49) mengutip pernyataan dari Ensiklopedi Nasional

Indonesia yang menyebutkan bahwa perpustakaan diartikan dengan kumpulan

buku yang tersimpan di suatu tempat tertentu milik suatu instansi tertentu.

Perpustakaan modern masa kini juga menyediakan video, film, kaset, piringan

hitam, dan sebagainya. Menurut pernyataan tersebut, pengertian perpustakaan

dibatasi pada sejumlah koleksi bahan pustaka baik berupa buku ataupun yang

berupa bukan buku yang dimiliki oleh sebuah instansi pemerintah atau swasta dan

belum mencakup perpustakaan yang dimiliki oleh perorangan.

Secara lebih spesifik Lasa HS (1998: 48) mengartikan perpustakaan

sebagai sistem informasi yang didalamnya terdapat aktivitas pengumpulan,

pengolahan, pengawetan, pelestarian, dan penyajian serta penyebaran informasi

meliputi produk intelektual dan artistik manusia. Dalam pelaksanaan tersebut

17

diperlukan ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan formal atau

nonformal dibidang perpustakaan, dokumentasi, dan informasi.

Milburga (1986: 17) menyebutkan bahwa perpustakaan adalah suatu

unit kerja yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang diatur

secara sistematis dengan cara tertentu untuk digunakan secara berkesinambungan

oleh pemakainya sebagai sumber informasi. Pengertian tersebut secara umum

menyangkut mengenai buku sebagai sumber informasi dan ruangan perpustakaan

atau gedung yang pada pengelolaannya harus diorganisir dan disusun secara

teratur dan sistematis menggunakan cara tertentu agar ketika informasi tersebut

dibutuhkan dapat dengan mudah ditemukan. Sumber informasi dalam

perpustakaan yang dimaksud tidak hanya berupa buku, seiring dengan

perkembangan zaman perpustakaan juga menyediakan film, slide, mikro-film dan

sebagainya.

Sutarno (2006: 11) mengatakan bahwa

“Pengertian yang lebih umum dan luas dari perpustakaan adalah suaturuangan, bagian dari gedung/bangunan, atau gedung itu sendiri, yangberisi buku-buku koleksi, yang disusun dan diatur demikian rupa, sehinggamudah untuk dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukanoleh pembaca. Perpustakaan dilengkapi dengan berbagai sarana danprasarana, seperti ruang baca, rak buku, rak majalah, meja-kursi baca,kartu-kartu katalog, sistem pengelolaan tertentu, dan ditempatkan petugasyang menjalankan perpustakaan agar dapat berjalan sebagaimanamestinya”.

Mengacu pada pengertian perpustakaan menurut Sutarno dapat

diperoleh kesimpulan mengenai perpustakaan secara lebih luas yaitu perpustakaan

selain merupakan sebuah gedung/bangunan yang berisi koleksi bahan bacaan juga

18

mencakup tersedianya sarana dan prasarana seperti rak buku, ruang baca yang

nyaman, kartu katalog, sistem pengelolaan tertentu serta penempatan pegawai

pengelola perpustakaan yang ditugaskan untuk melayani pengunjung

perpustakaan, mengelola sirkulasi buku serta melakukan perawatan baik buku

maupun ruang perpustakaan secara umum.

Bafadal (1992: 2) menyebutkan ciri perpustakaan sebagai berikut :

1) Perpustakaan merupakan suatu unit kerja, artinya bahwa adanyaperpustakaan pada suatu instansi tidak berdiri sendiri, akan tetapimerupakan suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu.

2) Perpustakaan mengelola sejumlah bahan pustaka seperti buku, majalah,surat kabar, brosur, micro film, peta, globe, dan gambar-gambar.

3) Perpustakaan harus digunakan oleh pemakai dan dapat meningkatkanminat pemakai untuk mengunjunginya.

4) Perpustakaan sebagai sumber informasi. Buku-buku dan sumberinformasi yang tersedia di perpustakaan harus dapat memberikaninformasi bagi setiap orang yang membutuhkannya.

b. Fungsi Perpustakaan

Fungsi sebuah perpustakaan merupakan penjabaran lebih lanjut dari

semua tugas perpustakaan, menghimpun informasi, mengelola serta

memberdayakan dan memberikan layanan secara optimal (Suwarno, 2009: 42).

Basuki dalam bukunya Suwarno (2010: 32) menyebutkan fungsi kepustakawanan

yaitu :

1) PenyimpananPerpustakaan bertugas menyimpan buku atau bahan pustaka yangditerimanya.

2) PenelitianPerpustakaan bertugas menyediakan buku untuk keperluan penelitian,misalnya menyediakan daftar buku mengenai suatu subjek, membuatsari karangan artikel majalah maupun pustaka lainnya, danmenyajikan laporan penelitian dalam bidang berkaitan.

19

3) InformasiPerpustakaan menyediakan informasi yang diperlukan pengguna jasalayanan perpustakaan baik atas permintaan maupun tidak.

4) PendidikanPerpustakaan merupakan tempat belajar publik seumur hidup,terutama bagi masyarakat yang tidak menduduki bangku sekolah.

5) KulturalPerpustakaan menyimpan khasanah budaya bangsa atau masyarakattempat perpustakaan berada dan juga meningkatkan nilai dan apresiasibudaya masyarakat sekitarnya melalui proses penyediaan bahanbacaan.

Darmono (2001: 3) mendukung pernyataan Suwarno dengan

menyebutkan fungsi perpustakaan yaitu:

1) fungsi informasi yaitu perpustakaan menyediakan berbagai informasiuntuk memecahkan masalah yang dihadapi; 2) fungsi pendidikan yaituperpustakaan menyediakan berbagai informasi sebagai sarana untukmenerapkan tujuan pendidikan; 3) fungsi kebudayaan yaitu perpustakaanmenyediakan berbagai informasi yang dapat dimanfaatkan oleh penggunauntuk menumbuhkan budaya baca di kalangan pengguna sebagai bekalpenguasaan alih teknologi; 4) fungsi rekreasi yaitu perpustakaanmenyediakan berbagai informasi agar dapat menunjang berbagai kegiatankreatif serta hiburan yang positif kepada pengunjung; 5) fungsi penelitianyaitu perpustakaan menyediakan berbagai informasi untuk menunjangkegiatan penelitian; dan 6) fungsi deposit yaitu perpustakaan berkewajibanmenyimpan dan melestarikan semua karya cetak dan karya rekam yangditerbitkan di wilayah Indonesia.

Perpustakaan mampu mengabadikan karya-karya penulis terutama

penulis yang telah wafat meninggalkan karya-karyanya, dengan begitu fungsi

utama perpustakaan yang diberlakukan secara universal adalah fungsi pelestarian

atau preservasi. Disebutkan demikian karena fungsi tersebut berlandaskan prinsip

bahwa sebuah buku atau dalam hal ini koleksi lainnya yang merupakan jenis

bahan bacaan atau bahan pustaka harus dapat terus menerus dimanfaatkan oleh

20

masyarakat, bahkan ketika bentuk fisiknya sudah tidak lagi layak untuk digunakan

(Putu dalam Labibah, 2011: 7).

c. Jenis-jenis Perpustakaan

Setiap perpustakaan didirikan dengan tujuan dan dilandasi oleh visi

misi tertentu, oleh karena itu setiap perpustakaan memiliki anggota yang berbeda

dan melakukan kegiatan yang berbeda pula. Hal tersebut menyebabkan timbulnya

berbagai jenis perpustakaan dengan fungsinya masing-masing (Rahayuningsih,

2007: 3). Menurut Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007, jenis perpustakaan

terdiri atas Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Umum, Perpustakaan Sekolah,

Perpustakaan Perguruan Tinggi, dan Perpustakaan Khusus.

1) Perpustakaan Nasional

Perpustakaan nasional di Indonesia dikenal dengan nama Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) yang merupakan satu-satunya

perpustakaan nasional di Indonesia. Perpustakaan Nasional di Indonesia berada di

Ibukota Jakarta. Dalam pelaksanaan tugasnya, perpustakaan nasional juga

memberikan layanan kepada masyarakat berupa layanan referensi (rujukan) dan

tidak memberikan layanan peminjaman koleksi untuk dibawa ke luar

perpustakaan (Sutarno, 2006: 38).

2) Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum didirikan untuk melayani semua anggota

masyarakat yang membutuhkan jasa informasi dan perpustakaan, sehingga

bersifat terbuka untuk umum, dibiayai dengan dana dari masyarakat umum, dan

memberikan jasa pelayanan yang bersifat cuma-cuma. Perpustakaan umum

21

memegang peranan penting dalam usaha pembinaan kecerdasan bangsa karena

berada di tengah-tengah masyarakat dan melayani masyarakat yang bersifat

universal serta menjadi salah satu lembaga pendidikan sepanjang hayat

(Rahayuningsih, 2007: 5). Perpustakaan Asmaina merupakan salah satu bentuk

perpustakaan desa yang termasuk ke dalam jenis perpustakaan umum.

3) Perpustakaan Sekolah/Madrasah

Perpustakaan sekolah berfungsi sebagai sarana kegiatan belajar

mengajar, penelitian sederhana, serta menyediakan bahan bacaan guna menambah

ilmu pengetahuan dan tempat rekreasi yang sehat di sela-sela kegiatan rutin siswa

di sekolah (Sutarno, 2006: 47).

4) Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang melayani para

mahasiswa, dosen, dan karyawan suatu perguruan tinggi tertentu (akademi,

universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik) yang bertujuan untuk menunjang

pencapaian tujuan perguruan tinggi yang bersangkutan dalam melaksanakan Tri

Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, pengajaran, dan pengabdian

masyarakat (Rahayuningsih, 2007: 7).

5) Perpustakaan Khusus

Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang mengkhususkan diri

dalam subjek koleksi bidang tertentu saja, misalnya bidang hukum, bidang musik,

bidang teologi, dan sebagainya. Perpustakaan khusus memiliki ciri-ciri yaitu : a)

memiliki koleksi yang terbatas pada satu atau beberapa subjek; b) memiliki

informasi yang luas dan mendalam dalam bidang kekhususannya itu, c)

22

keanggotaan perpustakaan khusus biasanya terbatas, yaitu orang-orang yang

berminat atau berkarya dalam bidang subjek koleksi perpustakaan itu; d) ukuran

perpustakaan khusus relatif kecil dan jumlah koleksinya relatif sedikit

(Rahayuningsih, 2007: 5).

Dalam bukunya yang berjudul Pengelolaan Perpustakaan

(Rahayuningsih, 2007: 8) menambakan jenis perpustakaan yaitu perpustakaan

kelembagaan dan perpustakaan pribadi. Perpustakaan kelembagaan adalah

perpustakaan yang dimiliki dan dikelola oleh lembaga-lembaga atau organisasi-

organisasi tertentu, misalnya perpustakaan masjid, perpustakaan gereja,

perpustakaan bank, dan sebagainya. Perpustakaan pribadi adalah perpustakaan

yang dimiliki dan dikelola oleh perorangan atau keluarga, yang pada umunya

koleksi perpustakaan pribadi dikembangkan sesuai dengan minat, latar belakang

pendidikan, hobi, selera, dan kebutuhan pemiliknya.

d. Standar Nasional Perpustakaan

Standar nasional perpustakaan digunakan sebagai acuan

penyelenggaraan, pengelolaan, dan pengembangan perpustakaan. Menurut

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007, standar nasional perpustakaan terdiri dari

standar koleksi perpustakaan, standar sarana dan prasarana perpustakaan, standar

pelayanan perpustakaan, standar tenaga perpustakaan, standar penyelenggaraaan

perpustakaan, dan standar pengelolaan perpustakaan. Beberapa standar nasional

perpustakaan dijelaskan sebagai berikut :

23

1) Standar koleksi perpustakaan

Koleksi perpustakaan atau library collection diartikan sebagai

keseluruhan bahan-bahan pustaka yang dibina dan dikumpulkan oleh suatu

perpustakaan melalui upaya pembelian, sumbangan, pertukaran, atau membuat

sendiri dengan tujuan untuk disajikan dan didayagunakan oleh seluruh pemakai

perpustakaan. Koleksi perpustakaan harus memberikan kontribusi yang jelas dan

dapat mencerminkan kebutuhan dan tuntutan para pemakai perpustakaan (Sinaga,

2011: 37).

Magrill and Corbin dalam bukunya Qalyubi dkk (2007: 77) mengatakan

bahwa pengembangan koleksi perpustakaan merupakan proses untuk memastikan

bahwa kebutuhan informasi dari para pemakai dapat terpenuhi secara tepat waktu

dan tepat guna dengan memanfaatkan sumber-sumber informasi yang terdapat di

perpustakaan dan telah dikembangkan sebaik-baiknya sesuai dengan kondisi

perpustakaan dan masyarakat yang dilayaninya. Berbagai jenis koleksi

perpustakaan menurut Darmono (2007: 67) adalah sebagai berikut:

a) Buku

Buku merupakan terbitan yang membahas informasi tertentu dan disajikan

secara tertulis sedikitnya 64 halaman tidak termasuk halaman sampul, diterbitkan

oleh penerbit atau lembaga tertentu, serta ada yang bertanggung jawab terhadap

isi yang dikandungnya (pengarang). Buku dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu

: 1) buku teks, yaitu buku wajib yang telah digariskan oleh pemerintah misalnya

buku pelajaran; 2) buku penunjang, yaitu buku pengayaan yang telah mendapat

rekomendasi dari pemerintah untuk digunakan di sekolah, serta buku penunjang

24

untuk kalangan siswa tentang bidang tertentu; 3) buku-buku jenis fiksi serta buku

bergambar yang dapat merangsang rasa ingin tahu dan mengembangkan imajinasi

seperti novel, cerpen dan sebagainya; 4) buku populer yaitu buku yang berisi ilmu

pengetahuan secara umum dan populer misalnya buku tentang cara memasak, cara

merawat komputer, buku tips mendidik anak dan sebagainya.

b) Koleksi referensi

Isi buku koleksi referensi tidak mendalam dan hanya memuat informasi

tertentu, sehingga cara penyusunannya berbeda dengan buku teks. Misalnya

kamus, ensiklopedi, almanak, direktori, dan buku tahunan.

c) Sumber geografi

Sumber geografi berisi tentang daerah, iklim, cuaca, ketinggian tempat, bahan

tambang, hutan, hasil pertanian daerah tertentu, laut, hasil laut, gunung, gurun,

curah hujan untuk daerah tertentu dan sebagainya. Koleksi sumber geografi dapat

berbentuk atlas, globe, peta serta gazetter.

d) Jenis serial (terbitan berkala)

Yang termasuk jenis koleksi terbitan berkala adalah majalah dan koran, pada

umumnya berisi berita aktual yang meliputi berbagai aspek kehidupan manusia.

e) Bahan mikro

Bahan mikro adalah koleksi perpustakaan yang merupakan alih media dari

buku ke dalam bentuk mikro seperti mikro film dan mikro fice. Mikro film pada

umumnya berbentuk rol dan carik mikro berbentuk lembaran.

f) Bahan pandang dengar (audio visual)

25

Bahan padang dengar memuat informasi yang dapat ditangkap secara

bersamaan oleh indera mata dan telinga, oleh sebab itu bahan pandang dengar

merupakan media pembawa pesan yang sangat kuat untuk bisa ditangkap oleh

manusia. Misalnya video, kaset, piringan hitam, Compact Disc-Read Only

Memory (CD-ROM), VCD, DVD, slide, dan film.

Selain buku-buku (printed materials), seperti pendapat Darmono, perpustakaan

yang baik harus menyediakan koleksi bahan-bahan elektronik (electronic

resources). Koleksi bahan elektronik misalnya dapat berwujud CD-Room atau

DVD yang berisi bahan bacaan elektronik yang dapat diakses dengan

menggunakan komputer. Selain itu perpustakaan juga hendaknya memiliki

koleksi untuk menghibur seperti novel populer, musik, mainan, komputer, VCD,

majalah, dan poster (Suherman, 2013: 76).

2) Standar sarana dan prasarana

Dalam memberikan layanan perpustakaan kepada pemustaka diperlukan

sarana perpustakaan dengan harapan akan membantu efisiensi dan efektivitas

pelayanan perpustakaan secara keseluruhan. Oleh karena itu sarana perpustakaan

harus diciptakan sedemikian rupa agar membantu kemudahan para pemakai

perpustakaan. Sinaga (2011: 58) menyebutkan sarana perpustakaan terdiri dari :

a) Ruang perpustakaan

Suasana perpustakaan yang nyaman dan tenang akan membantu konsentrasi

belajar yang mantap, dengan demikian ruangan perpustakaan memberikan andil

yang cukup besar kepada para pemakai dalam pendayagunaan perpustakaan

secara maksimal. Suryana dalam bukunya Sinaga (2011: 59) menyebutkan ruang-

26

ruang yang potensial dan perlu diperhatikan penempatannya adalah ruang buku,

ruang baca, ruang kera pustakawan/petugas lainnya, ruang sirkulasi, dan ruang

referensi.

b) Peralatan/ perabot perpustakaan

Kelancaran pelayanan perpustakaan ditunjang oleh peralatan/perabot

perpustakaan yang memadai. Perabot perpustakaan adalah alat yang digunakan

untuk menunjang pelaksanaan kegiatan perpustakaan yang tidak habis pakai

seperti meja, kursi, lemari, rak buku, papan pengumuman, dan lain sebagainya.

Perabot tersebut perlu dirancang sedemikian rupa agar menciptakan kenyamanan

dan keamanan kepada pengguna (Lasa Hs, 2009: 205).

3) Standar pelayanan perpustakaan

Hakikat layanan perpustakaan adalah pemberian informasi kepada

pemakai perpustakaan tentang segala bentuk informasi yang dibutuhkan pemakai,

baik untuk dimanfaatkan di tempat atau digunakan di luar ruangan perpustakaan

dan mengenai manfaat berbagai sarana penelusuran informasi yang tersedia di

perpustakaan yangmerujuk pada keberadaan sebuah informasi (Darmono, 2001:

134).

Suherman (2013: 135) menyebutkan beberapa jenis layanan

perpustakaan yaitu sebagai berikut :

a) Layanan peminjaman bahan pustaka, yaitu layanan kepada pemakaiperpustakaan berupa peminjaman bahan pustaka yang dimilikiperpustakaan.

b) Layanan referensi yaitu layanan yang diberikan oleh perpustakaanuntuk koleksi-koleksi khusus seperti kamus, ensiklopedi, almanak,direktori, dan buku tahunan yang berisi informasi singkat.

c) Layanan ruang baca yaitu layanan yang diberikan oleh perpustakaanberupa tempat untuk melakukan kegiatan membaca di perpustakaan.

27

4) Standar tenaga perpustakaan/ sumber daya pustakawan.

Perpustakaan membutuhkan tenaga yang memadai baik dari jumlah

maupun kualitas yang dimilikinya dengan tujuan agar perpustakaan tersebut dapat

memberikan layanan yang baik sesuai dengan fungsinya, oleh karena hal tersebut

tenaga perpustakaan membutuhkan pembinaan, baik pembinaan karir sebagai

tenaga perpustakaan maupun pembinaan terhadap semangat kerja. Pembinaan

karir pustakawan khususnya pustakawan yang berstatus pegawai negeri dan

memangku jabatan fungsional pustakawan telah diatur dalam Keputusan Menteri

Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor

132/KEP/M.PAN/12/2002 tahun 2002 tentang jabatan fungsional pustakawan,

cara kenaikan pangkat serta kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan sebagai

pemangku jabatan fungsional pustakawan (Darmono, 2007: 258).

Pustakawan dituntut untuk memiliki kompetensi yaitu : a) kompetensi

fisik untuk menunjang pelaksanaan tugas-tugas sebagai pustakawan; b)

kompetensi pribadi yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam

mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk melakukan transformasi

diri, identitas diri dan pemahaman diri; c) kompetensi sosial yaitu perangkat

perilaku tertentu yang merupakan dasar dari pemahaman diri sebagai bagian yang

tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial secara

efektif; dan; d) kompetensi spiritual yaitu pemahaman, penghayatan, serta

pengamalan kaidah-kaidah keagamaan dalam kehidupan sehari-hari sebagai nilai-

nilai universal kehidupan untuk penuntun arah kehidupan baik di lingkungan kerja

maupun di lingkungan sosialnya.

28

5) Standar penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan

Setelah perpustakaan selesai didirikan maka selanjutnya perpustakaan

tersebut akan beroperasi melaksanakan tugas dan fungsinya. Setiap perpustakaan

dikelola sesuai dengan standar nasional perpustakaan. Penyelenggaraan

perpustakaan adalah suatu kegiatan dalam rangka pembangunan atau

pembentukan, pengaturan, dan pengurusan perpustakaan agar dapat berjalan

dengan baik. Terdapat tiga kegiatan utama dalam penyelenggaraan perpustakaan

yaitu menghimpun, mengelola, dan menyajikan layanan informasi. Tugas

pengelolaan atau manajemen adalah yang berhubungan dengan hal-hal teknis

operasional yang dimulai dari proses perencanaan atas seluruh kegiatan, termasuk

peralatan, waktu, sumber daya manusia, biaya, dan lain sebagainya yang

keseluruhan kegiatan tersebut harus dikendalikan, diarahkan, diorganisasikan,

serta diberdayakan oleh pemimpin (Sutarno, 2006: 89).

2. Tinjauan tentang Perpustakaan Desa

a. Konsep Perpustakaan Desa

Sutarno (2006: 43) menyebutkan bahwa perpustakaan desa termasuk

dalam kategori jenis perpustakaan umum, yaitu lembaga pendidikan bagi

masyarakat umum dengan menyediakan berbagai informasi, ilmu pengetahuan,

teknologi dan budaya, sebagai sumber belajar untuk memperoleh dan

meningkatkan ilmu pengetahuan bagi seluruh lapisan masyarakat. Dikatakan pula

bahwa perpustakaan umum menjadi lembaga pendidikan yang demokratis karena

menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat tanpa

29

membedakan suku bangsa, agama, jenis kelamin, usia, latar belakang dan tingkat

sosial.

Tujuan didirikannya perpustakaan umum menurut Basuki dalam

bukunya Rahayuningsih (2007: 5) adalah sebagai berikut :

1) Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang

dapat membantu meningkatkan mereka ke arah kehidupan yang lebih baik.

2) Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat, dan murah bagi

masyarakat, terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka

dan yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat.

3) Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya

sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya.

4) Perpustakaan umum merupakan pusat utama kehidupan budaya bagi

masyarakat sekitarnya, sehingga perpustakaan umum bertugas menumbuhkan

apresiasi budaya masyarakat sekitarnya dengan cara menyelenggarakan

pameran budaya, ceramah, pemutaran film, dan penyediaan informasi yang

dapat meningkatkan keikutsertaan, kegemaran, dan apresiasi masyarakat

terhadap segala bentuk seni budaya.

Perpustakaan desa pada hakikatnya merupakan bagian dari sistem

nasional perpustakaan dalam upaya pencapaian tujuan nasional mencerdaskan

kehidupan bangsa. Pembentukan perpustakaan umum termasuk salah satunya

adalah perpustakaan desa di seluruh wilayah Indonesia bertujuan untuk

mendukung upaya pemerintah dalam mengembangkan kehidupan masyarakat.

Perpustakaan desa berada dalam ruang lingkup pengelolaan dan pembinaan

30

pemerintah desa yang dikembangkan dan diharapkan dapat berperan dengan baik

dalam rangka upaya mencerdaskan kehidupan bangsa (Sutarno, 2008: 4).

Lebih lanjut Sutarno (2008: 9) mengatakan konsep dasar perpustakaan

desa yaitu sebagai berikut :

1) Perpustakaan desa adalah lembaga layanan publik yang berada di desa, yang

dikembangkan dari, oleh dan untuk masyarakat. Tujuannya adalah untuk

memberikan layanan dan memenuhi kebutuhan warga yang berkaitan dengan

informasi, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan rekreasi kepada semua lapisan

masyarakat.

2) Masyarakat yang dilayani terdiri atas semua penduduk yang beraneka ragam

latar belakangnya, dan bermukim di desa yang bersangkutan. Perpustakaan

desa akan ramai dikunjungi masyarakat jika mempunyai daya tarik, misalnya

memenuhi kebutuhan, memenuhi selera, memberikan sesuatu yang

bermanfaat dan nilai tambah.

3) Perpustakaan desa termasuk jenis perpustakaan umum yang berada di wilayah

pedesaan, bersifat universal dan berlaku untuk umum. Perpustakaan tersebut

memiliki karakteristik sesuai dengan konsep aslinya dan mengikuti desa yang

bersangkutan dan membedakannya dengan perpustakaan lainnya.

4) Perpustakaan desa menyimpan beberapa koleksi pustaka yang memuat ciri

khas, adat istiadat, norma, tata nilai dan tatanan sosial desa tempat

perpustakaan tersebut berdiri. Masyarakat yang ingin mempelajarinya dapat

membaca berbagai informasi yang telah didokumentasikan di dalam koleksi

bahan pustaka perpustakaan.

31

5) Perpustakaan desa memiliki tugas pokok dan fungsi yaitu menghimpun dari

berbagai sumber (to collect), memelihara, merawat, melestarikan (to

preserve) dan memberdayakan (to make available) koleksi bahan pustaka

(informasi).

6) Pada hakikatnya perpustakaan desa adalah hasil swadaya, swasembada, dan

swakelola masyarakat setempat dengan mengembangkan inisiatif, keinginan,

dan kemauan bersama dan kesadaran bersama akan pentingnya kemudahan

akses informasi merupakan salah satu faktor kemajuan desa.

Berdasarkan pendapat Sutarno mengenai konsep dasar perpustakaan

desa, dapat ditarik kesimpulan bahwa perpustakaan desa menjadi salah satu

lembaga pendidikan yang mampu menyelenggarakan pendidikan universal yaitu

pendidikan yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa

membedakan umur, jenis kelamin, status sosial, dan sebagainya serta dapat

menyelenggarakan pendidikan sepanjang hayat tidak lain adalah pendidikan yang

terus dapat berlangsung sejalan dengan perkembangan zaman, sehingga

keberadaannya menjadi sangat strategis dalam rangka menciptakan masyarakat

pembelajar dan masyarakat yang memiliki kegemaran membaca yang tinggi.

b. Nilai Dasar Perpustakaan Desa

Pada dasarnya perpustakaan mempunyai peran dan posisi strategis

dalam kehidupan masyarakat dan merupakan sumber kekuatan, imajinasi,

inspirasi untuk berpikir, belajar, bekerja, berkarya, dan berprestasi. Perpustakaan

merupakan refleksi budaya dan cerminan peradaban bangsa seperti pada

32

masyarakat yang sudah maju biasanya ditandai oleh kemajuan perpustakaan yang

representatif (Sutarno, 2008: 47).

Nilai-nilai dasar Perpustakaan Desa menurut Sutarno (2008: 48)

disebutkan antara lain :

1) Sejarah Kehidupan dan Pelestarian Budaya

Perpustakaan desa menyediakan koleksi bahan pustaka yang berisi data,

informasi, dan pengetahuan serta karya umat masa lalu yang telah ditemukan dan

diciptakan sejak masa lalu. Semuanya direkam, disimpan, dipelihara, dan

dilestarikan di perpustakaan dengan tujuan yaitu untuk kepentingan

pengembangan budaya lokal dan budaya nusantara melalui pendidikan, penelitian

dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam kehidupan di masa depan yang lebih

baik.

2) Layanan Masyarakat

Perpustakaan desa yang dikelola dengan baik dapat dikembangkan menjadi

pusat pelayanan informasi dan ilmu pengetahuan bagi penduduk di wilayah desa

tersebut. Keberhasilan perpustakaan dalam mengembangkan sistem layanan

tergantung pada beberapa faktor yaitu : a) mutu dan jumah serta jenis koleksi; b)

sikap, cara pendekatan, pengetahuan dan pengelaman petugas pelaksana; c) sarana

dan prasarana layanan; d) kerja sama dengan pemakai/pemustaka; e) manfaat

yang dirasakan oleh masyarakat. Setiap infornasi dan ilmu pengetahuan harus

dikemas dengan baik. Informasi yang dapat disajikan dan dilayankan yaitu : a)

peta yang memuat kondisi geografi wilayah; b) jumlah penduduk disertai data

lengkap tentang jenis kelamin, tingkat pendidikan, mata pencaharian dan

33

sebagainya; c) objek-objek tertentu yang dapat dikembangkan, misalnya objek

tujuan wisata, industri rumah tangga dan sebagainya; d) aset dan kekayaan

pemerintah desa yang dapat dimanfaatkan oleh umum seperti tempat ibadah dan

benda sejarah, budaya tradisional, situs-situs unik dan sebagainya; e) upacara adat

atau kehidupan adat istiadat, benda pusaka, kesenian dan nilai-nilai kedaerahan

yang menjadi ciri khas.

3) Sarana Belajar Masyarakat

Perpustakaan desa menyediakan berbagai bahan koleksi yang dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai salah satu sarana belajar untuk menggali

dan mengembangkan ilmu pengetahuan juga untuk menambah wawasan dan

keterampilan warganya. Perpustakaan desa sebagai pusat kegiatan dan sumber

belajar adalah dalam lingkup pendidikan nonformal dan otodidak yaitu belajar

sendiri atau berdiskusi dengan teman. Perpustakaan desa juga berperan untuk

menambah waktu belajar di sekolah yang sangat terbatas bagi anak-anak yang

berada di bangku sekolah, karena pada dasarnya perpustakaan merupakan sumber

belajar yang tak pernah kering informasi dan ilmu pengetahuan.

4) Pengembangan Budaya Baca dan Tulis

Minat dan kebiasaan membaca seharusnya dibentuk dan dididik sejak usia

dini, karena anak-anak biasanya memiliki jiwa dan pembawaan untuk dan ingin

mengetahui segala sesuatu dan banyak hal. Perpustakaan desa dapat dimanfaatkan

sebagai tempat mengembangkan minat, hobi dan kebiasaan membaca serta belajar

bagi anak-anak, remaja dan mereka yang berminat. Kebiasaan membaca tidak

tumbuh dengan sendirinya tetapi perlu dipupuk dan diusahakan. Kebiasaan

34

membaca yang berkembang menjadi budaya membaca harus dipelihara agar terus

berkembang. Perpustakaan desa merupakan sarana yang penting dalam

mempersiapkan generasi muda dan anak-anak calon pemimpin bangsa.

5) Referensi dan Penelitian Sederhana

Perpustakaan desa sebaiknya memiliki koleksi rujukan yang dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber referensi untuk menambah ilmu

pengetahuan dan membantu memecahkan masalah yang dihadapi. Yang

dimaksud dengan koleksi referensi adalah : a) publikasi pemerintah yang penting

bagi masyarakat seperti peraturan perundang-undangan, kependudukan, serta

pengurusan akta kelahiran; b) peta wilayah, direktori, alamat dan nomor telepon

rumah sakit, alamat dan instansi tempat pengurusan surat-surat pertanahan, izin

usaha, buku pegangan dan sebagainya; c) kalender kegiatan pemerintah yang

menyangkut masyarakat banyak seperti projek nasional pembuatan akta kelahiran,

bantuan tunai langsung, pembagian beras miskin, kartu keluarga miskin dan

sebagainya; d) pranata mangsa sebagai pegangan bagi kaum petani dalam

menggarap lahan dan bercocok tanam, buku-buku keagamaan, kitab suci dan

ajaran tuntunan agama, kamus umum, dan sebagainya; e) surat kabar, majalah

populer, buletin, dan terbitan berkala yang diterbitkan di pusat dan daerah.

6) Pengayaan dan Perluasan Ilmu Pengetahuan

Masyarakat desa yang telah mengerti dan memahami pentingnya

perpustakaan diharapkan akan sering berkunjung ke perpustakaan, dengan

memanfaatkan koleksi yang tersedia mereka akan memperoleh pengetahuan,

pengalaman dan keterampilan tambahan. Orang yang rajin berkunjung ke

35

perpustakaan dan membaca buku, menimba ilmu dan pengetahuan serta

pengalaman dapat mengikuti perkembangan yang terjadi di sekitarnya dan

memanfaatkannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga

keberlangsungan hidupnya tetap terjaga.

c. Pengelolaan Perpustakaan Desa

Setelah perpustakaan desa selesai didirikan maka selanjutnya

perpustakaan tersebut akan beroperasi melaksanakan tugas dan fungsinya.

Pengelolaan perpustakaan desa dilakukan oleh pengurus perpustakaan dengan

penanggung jawab kepala desa/lurah dan susunan kepengurusan yang terdiri atas

ketua, wakil ketua, sekretaris, dan beberapa seksi menurut kebutuhan dan kondisi

setempat. (Sutarno, 2008: 63).

Sutarno (2008: 65) mengatakan bahwa tugas utama perpustakaan desa

sebagai sarana belajar untuk masyarakat adalah berperan aktif melaksanakan tugas

dan fungsi perpustakaan desa yang dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :

1) Menyediakan, menyiapkan, mengolah, dan memelihara koleksi bahan

pustaka yang siap pakai dan sarana informasi lainnya sesuai dengan

keperluan pemerintahan desa dan masyarakat.

2) Mendayagunakan koleksi, berupa penyediaan sistem layanan, penyiapan

tenaga kerja, penyediaan sarana dan prasarana serta

menginformasikan/mempromosikan koleksi dan jasa perpustakaan kepada

masyarakat.

3) Melaksanakan layanan kepada masyarakat pemakai dan pengunjung.

36

4) Bekerja sama dengan perpustakaan lain dalam pemanfaatan koleksi, sarana

prasarana perpustakaan secara bersama-sama untuk kepentingan masing-

masing.

5) Menjalin hubungan baik dengan pihak pimpinan pembina, mitra kerja dan

unit kerja terkait untuk kelancaran pelaksanaan tugas layanan.

6) Melakukan pemasyarakatan atau sosialisasi, publikasi, dan promosi

perpustakaan.

7) Melakukan pengkajian dan pengembangan perpustakaan.

8) Melakukan hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan profesi.

9) Melaksanakan pendidikan pemakai agar dapat dengan cepat, mudah, dan

tepat memanfaatkan perpustakaan.

10) Melaksanakan pengelolaan atau manajemen dan administrasi, tata usaha,

termasuk pengembangan staf dan pegawai atau petugas serta peningkatan

sarana dan prasarana perpustakaan.

Perpustakaan desa dalam melaksanakan program pengembangan

terpadu bagi terbangunnya perpustakaan yang bersahabat dengan masyarakat

harus memiliki konsep dan rumusan mengenai program pelayanan prima, karena

perpustakaan dalam menjalankan roda kelembagaannya pasti membutuhkan

dukungan terutama adalah pemustaka dalam melayani masyarakat yang

membutuhkan pelayanan secara baik dan menyenangkan. Selain itu perpustakaan

desa juga harus berusaha memperbanyak pendukung (mitra) dan memberi

kesempatan yang panjang kepada orang yang akan memberi simpati (Kalida dan

Nursyid, 2015: 49).

37

3. Tinjauan tentang Minat Baca

a. Konsep membaca

Membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta

memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis, dalam kegiatan

tersebut terdapat proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalu media kata-kata

atau bahan tulis (Somadayo, 2011: 4). Lebih lanjut dijelaskan bahwa membaca

adalah suatu kegiatan penerjemahan simbol atau huruf ke dalam kata dan kalimat

yang memiliki makna bagi seseorang. Aktivitas membaca bagi seseorang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, belajar melakukan sesuatu, hiburan,

dan pembentukan budi pekerti (Depdikbud, 1997: 5). Pada saat seseorang

membaca terdapat suatu usaha dari pembaca untuk memahami apa yang

disampaikan oleh penulis melalui bahan bacaan yang disajikan.

Sareb (2008: 36) menyebutkan terdapat tiga poin penting yang

berkaitan dengan aktivitas membaca, yaitu 1) bahwa ketrampilan membaca pada

anak penting dikuasai oleh anak sebagai kunci untuk meraih kesuksesan baik di

sekolah maupun di lapangan ketika memasuki dunia kerja; 2) Membaca dapat

memberikan kesenangan bagi anak, mengasah imajinasi, dan membuka pintu bagi

anak untuk memasuki dunia baru yang lebih dari sebelumnya; 3) Dengan

membaca seseorang meretas jalan bagi penguasaan bahasa dan komunikasi.

Membaca merupakan salah satu dari empat kemampuan bahasa pokok,

yaitu menyimak (mendengarkan), berbicara, membaca dan menulis yang

merupakan satu bagian dari komunikasi tulisan. Dalam komunikasi tulisan,

38

lambang-lambang bunyi bahasa diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau

huruf-huruf, sehingga dapat dipahami bahwa membaca merupakan proses

pengenalan huruf-huruf sebagai lambang bunyi-bunyi bahasa yang harus dibina

dan dikuasai terutama oleh anak-anak sejak usia dini. Membaca merupakan

sebuah proses transfer informasi yang diperoleh melalui buku yang dibaca

kemudian diproses sehingga menjadi pengetahuan baru bagi pembaca. Membaca

juga dapat meningkatkan daya nalar melalui proses pemahaman informasi yang

diperoleh melalui buku kemudian pembaca akan mengetahui cara-cara pengarang

dalam menyajikan pikirannya (Tampubolon, 1987: 5).

Membaca merupakan aktivitas yang semakin penting sejalan dengan

perkembangan zaman yang terjadi di era global sekarang ini. Setiap aspek

melibatkan kegiatan membaca mulai dari transportasi seperti adanya tanda-tanda

jalan yang berfungsi mengarahkan orang yang berpergian agar sampai pada

tujuannya, tanda pengingat bahaya dan aturan-aturan yang harus dipatuhi, dalam

bidang teknologi yang pada semua alat memiliki Standar Operasional Prosedur

yang harus diketahui oleh pengguna alat.

b. Pengertian minat baca

Sinambela dalam buku Sudarsana dan Bastiano (2010: 4.27)

mengartikan minat membaca yaitu sikap positif dan adanya rasa ketertarikan

dalam diri anak terhadap aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku bacaan.

Minat membaca adalah kekuatan yang mendorong anak untuk memperhatikan,

merasa tertarik dan senang terhadap aktivitas membaca sehingga mereka mau

melakukan aktivitas membaca dengan kemauan sendiri. Keinginan dan perilaku

39

seseorang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengembangan suatu

kebiasaan yang tumbuh dari hari ke hari, bulan ke bulan serta tahun ke tahun,

sehingga perilaku senang membaca merupakan hasil dari pembentukan kebiasaan

yang hanya dapat terwujud melalui pembinaan yang lama (Sudarsana dan

Bastiano: 2010: 4.27).

Minat baca merupakan hasil proses sosial budaya, yang berarti bahwa

minat baca tidak akan tumbuh secara alami, melainkan membutuhkan pembinaan

yang positif agar dapat tumbuh dalam diri individu. Minat baca akan tumbuh

dengan baik apabila didukung dengan bahan-bahan bacaan yang memadai dan

diminati oleh pembacanya (Sinaga, 2011: 95).

Bafadal (1992: 191) mengatakan bahwa

Minat sering pula oleh orang-orang disebut “interest”. Minat bisadikelompokkan sebagai sifat atau sikap (traits or attitude) yangmemiliki kecenderungan-kecenderungan atau tendensi tertentu. Minatdapat merepresentasikan tindakan-tindakan (represent motives). Minat tidak bisa dikelompokkan sebagaipembawaan, tetapi sifatnya bisa diusahakan, dipelajari dandikembangkan.”

Marksheffel dalam Bafadal (1992: 192) menjelaskan mengenai minat

baca sebagai berikut

“Summarizing our discussion of interest thus far indicates that : 1)interest are not in born but are learned, acquired, and developed; 2)interest are related to meaning; 3) interest are closely associated witha person’s social and emotional health; and 4) interest are in somemanner, capable of initiating and directing human behavior.”

40

Berdasarkan pada penjelasan Marksheffel mengenai minat membaca,

Bafadal mengartikan bahwa :

1) Minat bukan hasil pembawaan manusia, tetapi dapat dibentuk atau

diusahakan, dipelajari dan dikembangkan.

2) Minat itu bisa dihubungkan untuk maksud-maksud tertentu untuk bertindak.

3) Secara sempit, minat itu diasosiasikan dengan keadaan sosial seseorang dan

emosi seseorang.

4) Minat itu biasanya membawa inisiatif dan mengarah kepada kelakukan atau

tabiat manusia.

Dalam rangka mengembangkan minat baca seseorang tidak bisa

terlepas dari pembinaan kemampuan membacanya, sebab seseorang yang

memiliki kegemaran membaca tentu sebelumnya harus memiliki kemampuan

membaca. Tanpa memiliki kemampuan membaca tidak mungkin seseorang akan

merasa senang terhadap aktivitas membaca mengingat membaca merupakan

sebuah aktivitas yang secara umum adalah mengenali simbol-simbol kata atau

huruf yang terdapat di dalam bahan bacaan kemudian ditransfer oleh si pembaca

sehingga pembaca dapat memahami apa maksud bacaan tersebut.

c. Tujuan dan fungsi pembinaan minat baca

Pembinaan minat baca bertujuan untuk mengembangkan minat baca

masyarakat melalui layanan perpustakaan dengan penekanan pada penciptaan

lingkungan membaca untuk semua jenis bacaan (Sudarsana dan Bastiano, 2010:

41

4.31). Lebih lanjut lagi dalam buku tersebut disebutkan tujuan khusus pembinaan

minat baca yaitu sebagai berikut :

1) Mewujudkan suatu sistem penumbuhkembangan minat baca yang sesuai

dengan kebutuhan pembangunan.

2) Menyelenggarakan program penumbuhkembangan minat baca sesuai

dengan kebutuhan pembangunan.

3) Menumbuhkembangkan minat baca semua lapisan masyarakat untuk

mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

4) Menyediakan berbagai jenis koleksi perpustakaan sebagai bahan bacaan

sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa perpustakaan.

5) Mengembangkan minat dan selera dalam membaca.

6) Terampil dalam menyeleksi dan menggunakan buku.

7) Mampu mengevaluasi materi bacaan dan memiliki kebiasaan efektif dalam

membaca informasi.

8) Memiliki kesenangan membaca.

Berdasarkan atas tujuan pembinaan minat baca, maka dapat dirumuskan

fungsi utama pembinaan minat baca adalah menolong masyarakat pemakai

perpustakaan atau dalam hal ini adalah masyarakat termasuk di dalamnya anak-

anak untuk menafsirkan apa yang dibacanya dan bagaimana reaksinya terhadap

bacaan tersebut. Masyarakat harus didorong dan dibimbing dalam

mengekspresikan reaksi mereka terhadap apa yang dibacanya dan diberi

kebebasan untuk memilih pengertian dari ekspresinya sendiri. Selain itu menurut

42

Sudarsana dan Bastiano (2010: 4.32) fungsi pembinaan minat baca yang lain

adalah :

1) Sumber terhadap pelaksanan kegiatan penumbuhkembangan minat baca.

2) Pedoman atau referensi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan demi

menumbuhkembangkan minat baca.

3) Tolok ukur atau parameter terhadap keberhasilan penumbuhkembangan

minat baca.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca

Minat baca seseorang tidak dapat timbul dalam diri seseorang begitu

saja, tetapi perlu dipupuk dan dibina agar dapat tumbuh dengan baik. Faktor yang

mempengaruhi minat baca seseorang terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Sudarsana dan Bastiano (2010: 5.3) menyebutkan faktor internal

atau faktor yang berasal dari dalam perpustakaan adalah sebagai berikut :

1) Kurangnya tenaga pengelola perpustakaan

Kurangnya tenaga dalam pengelolaan perpustakaan menyebabkan kegiatan

pembinaan minat baca masyarakat kurang diperhatikan sementara pembinaan

minat baca merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab yang harus

dilaksanakan.

2) Kurangnya dana pembinaan minat baca

Kegiatan pembinaan minat baca membutuhkan dana yang cukup besar,

antara lain untuk menambah koleksi bahan pustaka, untuk mencetak brosur-

brosur, poster-poster, dan sebagainya yang bertujuan untuk meningkatkan

ketertarikan pengunjung terhadap perpustakaan.

43

3) Terbatasnya bahan pustaka

Keterbatasan bahan pustaka yang dimaksud bukan hanya sekedar jumlah

dan variasinya yang belum memenuhi kebutuhan pengguna perpustakaan, akan

tetapi juga terbatasnya layanan mutu bahan pustaka di dalam perpustakaan.

Karena dana yang tersedia terbatas, maka akan sulit bagi perpustakaan untuk

menyediakan bahan pustaka yang bermutu yang dibutuhkan oleh masyarakat.

4) Kurangnya variasi jenis layanan perpustakaan

Kurangnya variasi pemberian layanan peminajaman seperti layanan

referensi, layanan pemutaran film, layanan bercerita, layanan penelusuran

informasi dan sebagainya banyak yang belum disajikan, sehingga layanan

perpustakaan menjadi membosankan dan pasif yang berakibat menyebabkan

berkurangnya minat masyarakat untuk mengunjungi perpustakaan dan

memanfaatkan koleksi yang tersedia.

5) Terbatasnya ruang perpustakaan

Perpustakaan yang belum memiliki ruang penunjang kenyamanan

perpustakaan seperti ruang baca, ruang pemutaran film (ruang audio visual),

ruang cerita, ruang serba guna dan sebagainya menyebabkan pengunjung tidak

merasa nyaman membaca buku di perpustakaan.

6) Terbatasnya perabot dan peralatan perpustakaan

Perpustakaan yang baik seharusnya memiliki peralatan yang dapat

mendukung pembinaan minat baca seperti berbagai macam proyektor (proyektor

film, proyektor untuk slide film stripe ataupun proyektor untuk transparansi),

mesin fotokopi, mesin pembaca bentuk mikro dan sebagainya.

44

7) Kurangnya lokasi perpustakaan

Perpustakaan yang letaknya tidak strategis dapat menyebabkan pengunjung

kurang berminat untuk mengunjungi perpustakaan.

8) Kurangnya pemasyarakatan perpustakaan

Kurangnya promosi perpustakaan dapat menyebabkan kurangnya anggota

masyarakat dalam memanfaatkan jasa layanan perpustakaan, sehingga masyarakat

menjadi kurang tertarik pada perpustakaan.

Adapun faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar adalah sebagai

berikut :

1) Kurangnya partisipasi pihak-pihak yang terkait dengan pembinaan minat

baca

Ada beberapa pihak yang terkait dengan pembinaan minat baca, yang utama

adalah keluarga. Banyak orang tua yang kurang memperhatikan pengembangan

minat baca anaknya. Selain itu di lingkungan lembaga atau organisasi sosial,

pimpinan lembaga atau organisasi tersebut kurang menaruh perhatian terhadap

pengembangan minat baca anggotanya.

2) Kurang terbinanya jaringan kerja sama pembinaan minat baca

antarperpustakaan

Belum banyak upaya yang dilakukan untuk menggiatkan jaringan kerja

sama pembinaan minat baca antarperpustakaan, bahkan banyak perpustakaan yang

belum melakukan pembinaan minat baca.

3) Sektor swasta belum banyak menunjang pembinaan minat baca

45

Sektor swasta seperti industri, perusahaan serta usaha bisnis lainnya belum

banyak berpartisipasi dan melibatkan diri dalam pembinaan minat baca, baik bagi

pegawainya maupun masyarakat sekitarnya.

4) Belum semua penerbit berpartisipasi dalam pembinaan minat baca

Banyak penerbit yang orientasi penerbitannya berdasarkan perhitungan

keuntungan semata dan kurang memenuhi kebutuhan masyarakat. Jumlah karya

cetak, khususnya buku, yang diterbitkan sangat terbatas baik jumlah maupun

judulnya.

5) Belum semua penulis berpartisipasi dalam pembinaan minat baca

Para penulis seperti pengarang, penyadur, maupun penerjemah belum

banyak berpartisipasi dalam pembinaan minat baca, karena yang dipikirkan adalah

bagaimana agar buku tersebut laku di pasaran, tanpa memperhatikan kebutuhan

masyarakat yang beragam.

e. Upaya menumbuhkan minat membaca

Program pembudayaan kegemaran membaca tercantum dalam Undang-

Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan yaitu pada pasal 48-51.

Rahmawati dan Sudarsono (2012: 103) menyimpulkan 5 poin penting berkaitan

dengan pembudayaan kegemaran membaca pada pasal 48-51 Undang-Undang

Perpustakaan yaitu sebagai berikut :

1) Ada gerakan nasional gemar membaca yang pelaksanaannya menjadi

tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

2) Perpustakaan dan Taman Bacaan Masyarakat adalah pemeran utama dalam

gerakan tersebut.

46

3) Perpustakaan dan Taman Bacaan Masyarakat harus difasilitasi oleh

Pemerintah dan Pemerintah Daerah seperti :

a) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyediakan sarana perpustakaan di

tempat-tempat umum yang mudah dijangkau, murah dan bermutu.

b) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat mendorong tumbuhnya

Taman Bacaan Masyarakat dan rumah baca untuk menunjang pembudayaan

kegemaran membaca.

4) Salah satu bentuk fasilitasi dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah adalah

dengan menyediakan bahan bacaan bermutu, murah, dan terjangkau serta

menyediakan sarana dan prasarana perpustakaan yang mudah diakses.

5) Perpustakaan wajib mendukung dan memasyarakatkan gerakan nasional

gemar membaca, melalui kerja sama dengan pemangku kepentingan.

Salah satu tugas pustakawan dalam memfungsikan perpustakaan

sebagai pusat sumber belajar adalah menumbuhkan rasa senang membaca pada

murid-murid, sebab apabila pada diri murid-murid tersebut terdapat perasaan

senang terhadap aktivitas membaca maka pemanfaatan perpustakaan sebagai

pusat sumber belajar akan dapat terlaksana dengan baik (Bafadal, 2006: 203).

Dalam hal ini karena yang dimaksud dengan perpustakaan adalah perpustakaan

umum, maka yang menjadi objek sasarannya adalah masyarakat secara umum,

terutama pada anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah. Bafadal (2006:

203) menyebutkan bahwa beberapa cara yang dapat dilakukan untuk

menumbuhkan rasa senang membaca yaitu sebagai berikut :

47

1) Memperkenalkan buku-buku terutama yang tersedia di perpustakaan melalui

cerita-cerita, kisah perjuangan para nabi, isi novel, cerpen atau membacakan

puisi yang cukup menarik, dengan begitu anak-anak akan tertarik dengan

keseluruhan cerita yang disampaikan.

2) Memperkenalkan riwayat hidup tokoh-tokoh dengan hal-hal yang positif

meliputi kegigihan, semangat, dan perjuangan tokoh tersebut dalam rangka

belajar untuk menambah pengetahuan sehingga menjadi tokoh yang besar.

3) Memperkenalkan hasil-hasil karya sastrawan dengan menyebutkan hasil

karya sastranya seperti misalnya W.S Rendra dengan sastranya dan

sebagainya.

4) Mengadakan “display” atau pameran buku terutama pada buku-buku baru

yang sedang diburu masyarakat. Hal tersebut selain bertujuan untuk

memperkenalkan buku-buku baru juga dapat memberikan stimulus kepada

masyarakat untuk membaca buku tersebut.

Secara lebih umum Aliyatin Nafisah (2014: 75) mengatakan bahwa

dalam rangka meningkatkan minat baca masyarakat ada empat elemen penting

yang harus diperhatikan yaitu pemerintah, perpustakaan, pustakawan, dan

masyarakat. Keberadaan perpustakaan dalam rangka meningkatkan minat baca

masyarakat dimulai dari usaha perpustakaan untuk meningkatkan layanannya

tidak hanya terbatas pada peminjaman buku, akan tetapi juga mendorong para

calon pengunjung untuk secara intens menyerap informasi melalui diskusi-

diskusi, bedah buku, pameran dan sebagainya.

48

Membiasakan membaca terutama pada anak, tidak dapat dilakukan

dalam waktu yang singkat. Terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan yaitu

minat sebagai perpaduan antara keinginan, kemauan dan motivasi serta

ketrampilan membaca yaitu ketrampilan mata dan penguasaan teknik-teknik

membaca. Apabila minat membaca seseorang tidak berkembang, maka kebiasaan

membaca sudah tentu tidak akan berkembang, dapat pula terjadi suatu keadaan

dimana minat membaca seseorang berkembang, akan tetapi ketrampilan membaca

yang efisien tidak berkembang (Tampubolon, 1987: 228). Untuk memupuk anak

agar memiliki minat membaca atau kegemaran membaca dapat dilakukan dengan

menyediakan bahan-bahan bacaan. Penyediaan bahan bacaan yang praktis adalah

dengan membuat perpustakaan (Rosidi, 2016: 83).

4. Tinjauan tentang Pendidikan Dasar dan Menengah

a. Pengertian Pendidikan Dasar dan Menengah

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan pendidikan yang akan

dicapai, dan kemampuan peserta didik yang akan dikembangkan. Jenjang

pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan

pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan formal yang

paling dasar yang mendasari jenjang pendidikan berikutnya. Pendidikan dasar

dapat berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk

lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah

Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.

49

Pendidikan menengah adalah pendidikan formal yang merupakan

kelanjutan dari pendidikan sebelumnya yaitu pendidikan dasar. Pendidikan

menengah terdiri dari pendidikan menengah umum yang berbentuk Sekolah

Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA) atau bentuk lain yang sederajat,

dan pendidikan menengah kejuruan yang berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lainnya yang sederajat

(Rohman, 2009: 224)

b. Karakteristik Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

Pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya sembilan

tahun diselengggarakan selama enam tahun di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

(SD/MI) dan tiga tahun di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah

(SMP/MTs). Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyatakan bahwa pendidikan dasar diselenggarakan untuk

mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan

ketrampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta

mempersipkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti

pendidikan tingkat menengah.

Pendidikan menengah merupakan pendidikan formal sebagai kelanjutan

dari pendidikan dasar, mengacu kepada tujuan umum pendidikan memiliki tujuan

yaitu : 1) tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri

dan mengikuti pendidikan lebih lanjut; 2) tujuan pendidikan menengah kejuruan

adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

50

ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai

dengan kejuruannya (BSNP, 2006 dalam jurnal Sa’ud berjudul Pendidikan Dasar

dan Menengah)

c. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah

Anak-anak jenjang sekolah dasar yaitu rata-rata usia 6-12 tahun

memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak di bawah usia tersebut.

Mereka menyukai aktivias bermain, bekerja dalam kelompok dan senang

merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Desmita (2012: 35)

menyebutkan perkembangan anak usia sekolah dasar yaitu diantaranya adalah

belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam

masyarakat serta mencapai kemandirian pribadi.

Adapun anak jenjang sekolah menengah pertama yaitu rata-rata usia 10-

14 tahun memiliki karakteristik yang menonjol diantaranya adalah memiliki

kecenderungan ambivalensi antara keinginan menyendiri dengan keinginan

bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan

dan bantuan orang tua, mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap

perilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia sosial. Lebih lanjut karakteristik

anak jenjang sekolah menengah atas yaitu usia 12-21 tahun yang disebut dengan

usia dewasa diantaranya adalah dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai

pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat dan

mengembangkan ketrampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan

sebagai warga negara (Desmita, 2012: 36-37).

51

Berdasarkan pernyataan mengenai perkembangan karaktersitik anak,

dapat disimpulkan bahwa pada jenjang sekolah dasar dan sekolah menengah, anak

memiliki karakteristik pada umumnya yang berkaitan dengan proses belajar. Pada

jenjang sekolah dasar, karakteristik anak yang berkaitan dengan aktivitas atau

proses belajar berupa karakteristik untuk belajar membaca, menulis, dan

berhitung, sedangkan pada jenjang sekolah menengah ditunjukkan oleh

karakteristik berupa mengembangkan ketrampilan intelektualnya. Perpustakaan

desa memiliki peran penting untuk dapat mewujudkan karakteristik tersebut

dengan menyediakan buku dan sumber informasi lainnya yang dapat

dimanfaatkan oleh anak-anak sebagai sarana belajar dan melakukan aktivitas dan

proses belajar yang diharapkan.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Latifa Ain, mahasiswa Prodi Studi

Manajemen Pendidikan Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta pada Desember 2012 dengan judul

Pelayanan Perpustakaan Sekolah dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa di SD

Negeri Giwangan, Golo dan Ungaran I.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kondisi koleksi bahan pustaka di

perpustakaan SD Giwangan, Golo dan Ungaran diketahui sangat baik. Kondisi

ruang baca di perpustakaan tersebut juga diketahui sangat baik, begitupun dengan

layanan sirkulasinya tergolong sangat baik menurut guru dan siswa. Pembinaan

minat baca yang dilaksanakan oleh pustakawan dan guru di SD tersebut diketahui

sangat baik. Pelayanan perpustakaan yang dimaksud meliputi ketersediaan ruang

52

baca, layanan sirkulasi, dan pembinaan minat baca. Berbagai pelayanan yang

diberikan tergolong dalam kondisi yang sangat baik, dan berpengaruh terhadap

peningkatan minat baca siswa di SD Giwangan, Golo dan Ungaran.

2. Penelitian Makhsun Baidlowi, mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan

Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga 2016

dengan judul Peranan Perpustakaan Kreatif dalam Meningkatkan Minat Baca

Masyarakat di Desa Mudal Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung.

Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa Perpustakaan Kreatif Desa

Mudal telah melaksanakan perannya dalam meningkatkan minat baca masyarakat,

dilihat dari berbagai upaya yang dilakukan dengan cara mengadakan sosialisasi

perpustakaan kepada masyarakat untuk memperkenalkan dan memanfaatkan

koleksi yang disediakan, melakukan kerjasama perpustakaan, memberikan

motivasi kepada masyarakat, mengadakan kegiatan perlombaan guna menarik

kunjungan masyarakat. Adanya apresiasi, tanggapan, kesadaran dan antusiasme

warga masyarakat sehingga perpustakaan dapat menjalankan peranannya serta

diharapkan dari pihak pemerintah desa setempat dapat mengalokasikan dana

pengembangan perpustakaan untuk Perpustakaan Kreatif tersebut..

3. Penelitian Deni Arifin, mahasiswa Program studi Manajemen Pendidikan

Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Yogyakarta pada Mei 2014 dengan judul Fungsi Perpustakaan dalam Membina

Minat Baca Siswa di SD Negeri Krapyak Wetan, Kecamatan Sewon, Kabupaten

Bantul. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; 1) pelaksanaan fungsi

perpustakaan di SD Negeri Krapyak Wetan (edukatif, informatif, rekreasi, riset,

53

dan tanggung jawab administrasi) sudah terlaksana dengan baik; 2) pembinaan

minat baca siswa di SD Negeri Krapyak Wetan sudah berjalan dengan baik; 3)

terdapat dampak pelaksanaan fungsi perpustakaan dengan minat baca siswa di

perpustakaan SD Negeri Krapyak Wetan, Sewon, Bantul yang dapat dibuktikan

dengan banyaknya siswa yang berkunjung ke perpustakaan. Mereka mengatakan

bahwa mereka merasa nyaman untuk membaca dan belajar di perpustakaan karena

didukung oleh koleksi yang banyak serta lingkungan perpustakaan yang nyaman.

C. Kerangka Pikir

Perpustakaan, buku, dan ilmu merupakan tiga hal yang sangat

berhubungan satu sama lainnya. Perpustakaan menyediakan buku yang menjadi

akses informasi dari penulis kepada pembaca. Seseorang dapat dengan mudah

menemukan buku yang berisi banyak informasi yang dibutuhkannya dalam

perpustakaan, oleh sebab itu keberadaan perpustakaan sangat penting bagi

masyarakat untuk kepentingan akses informasi. Perpustakaan khususnya

perpustakaan desa melayani masyarakat tanpa memandang status sosial, jenis

kelamin, usia, dan tingkat stratifikasi dan diferensiasi sosial, atau disebut

perpustakaan universal, karena dalam suatu masyarakat sudah pasti terdapat

beberapa golongan yang semuanya memiliki kesamaan yaitu membutuhkan

informasi. Peran perpustakaan tidak hanya terbatas pada pelayanan informasi

yang dibutuhkan oleh masyarakat, tetapi bagaimana menumbuhkan kesadaran

masyarakat akan pentingnya membaca. Pengelola perpustakaan berkewajiban

untuk mengadakan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk membangun

54

kesadaran akan pentingnya membaca dan meningkatkan minat baca masyarakat

sebagai tujuan pokoknya.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pemanfaatan perpustakaan

desa, faktor yang mempengaruhi minat baca, serta berbagai upaya yang dilakukan

pengelola Perpustakaan Asmaina di Dusun Plumbon Tengah, Mororejo, Tempel,

Sleman.

Gambar1. Bagan Kerangka Pikir

D. Pertanyaan Penelitian

Minat baca masyarakat

rendah

Keberadaan Perpustakaan

Asmaina

Upaya meningkatkan

minat baca

Faktor yang dapat

mempengaruhi minat baca

minat baca

Peningkatan minat baca

Pengelolaan Perpustakaan

Asmaina

55

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka pertanyaan penelitian secara garis

besar dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengelolaan koleksi di Perpustakaan Asmaina?

2. Bagaimana pengelolaan layanan di Perpustakaan Asmaina?

3. Bagaimana pengelolaan sarana dan prasarana di Perpustakaan Asmaina?

4. Bagaimana pengelolaan tenaga pengelola perpustakaan di Perpustakaan

Asmaina?

5. Bagaimana pengelolaan penyelenggaraan perpustakaan di Perpustakaan

Asmaina?

6. Apa saja faktor yang mendorong minat baca anak-anak di Dusun Plumbon

Tengah untuk membaca di Perpustakaan Asmaina?

7. Apa saja faktor yang menghambat minat baca anak-anak Dusun Plumbon

Tengah untuk membaca di Perpustakaan Asmaina?

8. Bagaimana upaya pengelola Perpustakaan Asmaina dalam meningkatkan

minat baca anak-anak di Dusun Plumbon Tengah?

9. Apa saja rencana program kerja yang akan dilakukan untuk meningkatkan

minat baca anak-anak di Dusun Plumbon Tengah?