21
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA Menurut Powler (dalam Samatowa, 2011:3) bahwa “IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur)”. IPA berkenaan dengan berbagai gejala alam yang terjadi di alam semesta yang dapat dipelajari secara sistematis melalui observasi dan eksperimen. Menurut Nash 1993 (dalam Samatowa, 2011:3) menyatakan bahwa: IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Cara IPA dalam mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya. Berdasarkan beberapa definisi IPA menurut ahli, penulis dapat menyimpulkan bahwa IPA adalah ilmu untuk mengamati gejala-gejala alam yang terjadi di alam semesta. Gejala-gejala alam dapat diamati melalui observasi dan eksperimen dengan menghubungkan berbagai fenomena yang ada sehingga dapat membentuk suatu perspektif baru tentang objek atau gejala yang diamati. Samatowa (2011:5) berpendapat bahwa: Pembelajaran yang tepat dilakukan untuk mata pelajaran IPA adalah dengan belajar dengan pengalaman secara langsung (learning by doing), pembelajaran secara langsung ini diharapkan siswa dapat memperkuat daya ingat siswa bersangkutan dengan pemahamannya terhadap pelajaran. Piaget (dalam Samatowa, 2011:5) menyatakan bahwa: Pengalaman langsung yang memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Pengalaman langsung yang terjadi pada anak secara spontan dari kecil (sejak lahir) sampai umur 12 tahun. Hal tersebut menguatkan bahwa IPA akan lebih mudah dipelajari dengan pembelajaran secara langsung dan memberikan contoh

BAB II KAJIAN PUSTAKA...Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. (d) Bumi dan alam semesta meliputi : tata surya, dan

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 6

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Pembelajaran IPA

    Menurut Powler (dalam Samatowa, 2011:3) bahwa “IPA merupakan ilmu

    yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang

    tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi

    dan eksperimen/sistematis (teratur)”. IPA berkenaan dengan berbagai gejala alam

    yang terjadi di alam semesta yang dapat dipelajari secara sistematis melalui

    observasi dan eksperimen.

    Menurut Nash 1993 (dalam Samatowa, 2011:3) menyatakan bahwa:

    IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Cara IPA dalam mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya. Berdasarkan beberapa definisi IPA menurut ahli, penulis dapat

    menyimpulkan bahwa IPA adalah ilmu untuk mengamati gejala-gejala alam yang

    terjadi di alam semesta. Gejala-gejala alam dapat diamati melalui observasi dan

    eksperimen dengan menghubungkan berbagai fenomena yang ada sehingga dapat

    membentuk suatu perspektif baru tentang objek atau gejala yang diamati.

    Samatowa (2011:5) berpendapat bahwa:

    Pembelajaran yang tepat dilakukan untuk mata pelajaran IPA adalah dengan belajar dengan pengalaman secara langsung (learning by doing), pembelajaran secara langsung ini diharapkan siswa dapat memperkuat daya ingat siswa bersangkutan dengan pemahamannya terhadap pelajaran.

    Piaget (dalam Samatowa, 2011:5) menyatakan bahwa:

    Pengalaman langsung yang memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Pengalaman langsung yang terjadi pada anak secara spontan dari kecil (sejak lahir) sampai umur 12 tahun. Hal tersebut menguatkan bahwa IPA akan lebih mudah dipelajari dengan pembelajaran secara langsung dan memberikan contoh

  • 7

    dalah kehidupan sehari-hari siswa terutama untuk menambah pengalaman dan menguatkan daya ingat siswa. Belajar dengan pengalaman secara langsung akan memudahkan siswa dalam

    memahami dan mengingat materi pembelajaran. Selain itu, melalui pengalaman

    yang diperoleh akan memberikan gambaran konkret pada siswa mengenai materi

    pembelajaran IPA. Siswa diharapkan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran

    dalam mengasah potensi yang dimilikinya.

    2.1.1.1 Ruang Lingkup IPA

    Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI menurut BSNP (2006:485)

    meliputi aspek-aspek:

    (a) Mahluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. (b) Benda / materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi : cair, padat, gas. (c) Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. (d) Bumi dan alam semesta meliputi : tata surya, dan benda-benda langit lainya.

    Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup

    IPA meliputi makhluk hidup dan proses kehidupannya, benda/ materi, sifat-sifat

    dan kegunaannya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta. Setiap

    aspek yang dipelajari dalam IPA terbagi atas beberapa materi yang berkaitan

    dengan kehidupan alam semesta.

    2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA

    Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, disebutkan

    bahwa mata pelajaran IPA di SD//MI bertujuan untuk :

    (a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. (b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. (d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. (e) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam

  • 8

    memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. (f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. (g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

    Adanya pembelajaran IPA disekolah bertujuan agar siswa meyakini

    kebesaran Tuhan dan semua ilmu yang didapatkan merupakan ciptaan Tuhan,

    mampu menerapkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep yang berguna

    bagi kehidupan. Selain itu juga dapat memanfaatkan lingkungan dengan

    bertanggung jawab serta menjaga dan melestarikan lingkungan dengan seksama

    serta memecahkan permasalahan di alam sekitar serta membuat keputusan yang

    sesuai dengan kondisi alam.

    2.1.1.3 Perlunya Pembelajaran IPA

    Terdapat beberapa alasan perlunya mempelajari IPA yang dikemukakan

    Samatowa (2011:3-4) sebagai berikut:

    (a) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materiil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. (b) Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis. (c) bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka. (d) Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

    Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA

    perlu diajarkan karena IPA bermanfaat dalam kehidupan suatu bangsa. Bila IPA

    diajarkan dengan pembelajaran yang sesuai, maka akan dapat melatih siswa

    berpikir kritis. Selain itu adanya pembelajaran melalui percobaan yang dilakukan

    sendiri oleh siswa dapat memudahkan siswa dalam memahami materi yang

    diajarkan.

  • 9

    2.1.2 Strategi Pembelajaran Inkuiri

    Hartono (2014:61) menyatakan bahwa:

    Strategi pembelajaran inkuiri adalah strategi pembelajaran yang merangsang, mengajarkan, dan mengajak siswa untuk berpikir kritis, analitis, dan sistematis dalam rangka menemukan jawaban secara mandiri dari berbagai permasalahan yang diutarakan. Strategi pembelajaran inkuiri tidak hanya mengajarkan siswa memahami dan mendalami materi pembelajaran, melainkan juga kemampuan berpikir siswa dengan baik. Sanjaya (2007:194), menyatakan bahwa “strategi pembelajaran inkuiri adalah

    rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara

    kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu

    masalah yang dipertanyakan”. Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi

    pembelajaran inkuiri. Pertama, strategi inkuiri menekankan pada aktivitas siswa

    untuk mencari dan menemukan. Kedua, seluruh aktivitas siswa diarahkan untuk

    mencari dan menemukan jawaban dari suatu pertanyaan. Ketiga, tujuan

    penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan

    berpikir secara sistematis, logis, dan kritis.

    Gulo (2004: 84), menyatakan bahwa strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan mengajar pada strategi ini ialah keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secaara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran, serta mengembangkan sikap percaya diri pada diri sendiri (self belief) pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang

    merangsang, mengajarkan, dan mengajak siswa untuk berpikir kritis, analitis, dan

    sistematis agar melihat apa yang terjadi, dan mencari jawabannya sendiri, serta

    memecahkan masalah tentang pengetahuan yang sedang dipelajari. Strategi

    pembelajaran inkuiri menuntut siswa untuk mampu mencari dan menemukan

    sendiri jawaban dari permasalahan yang diperolehnya.

  • 10

    2.1.2.1 Macam-macam Strategi Pembelajaran Inkuiri

    Sund and Trowbridge (dalam Mulyasa, 2011:108-109) membagi strategi

    pembelajaran inkuiri menjadi 3 macam, yaitu :

    (a) Inkuiri terbimbing (Guided inquiry), siswa memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Metode ini digunakan terutama pada siswa yang belum berpengalaman belajar dengan metode inkuiri. (b) Inkuiri bebas (Free inquiry), pada inkuiri bebas siswa melakukan penelitian sendiri. Pada pembelajaran ini siswa harus dapat mengidentifikasi dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang akan diselidiki. (c) Inkuiri bebas yang dimodifikasi (Modified free inquiry), pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan untuk dipecahkan melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.

    Strategi pembelajaran inkuiri terbagi menjadi tiga macam yaitu inkuiri

    terbimbing yang digunakan pada siswa yang belum berpengalaman dalam

    pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran inkuiri, inkuiri bebas dilakukan

    dengan cara siswa mencari tahu sendiri pemecahan masalah yang ada melalui

    penelitian sendiri, inkuiri bebas yang dimodifikasi yang diawali dengan

    pemberian masalah oleh guru untuk dipecahkan siswa melalui pengamatan.

    2.1.2.2 Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Inkuiri

    Langkah-langkah strategi pembelajaran inkuiri dalam Hartono (2014:68-72)

    yaitu:

    a) Orientasi

    b) Merumuskan masalah

    c) Merumuskan hipotesis

    d) Mengumpulkan data

    e) Menguji hipotesis

    f) Merumuskan kesimpulan

    Sedangkan langkah-langkah strategi pembelajaran inkuiri dalam Sanjaya

    (2007:199) yaitu:

    a) Orientasi

    b) Merumuskan masalah

    c) Mengajukan hipotesis

  • 11

    d) Mengumpulkan data

    e) Menguji hipotesis

    f) Merumuskan kesimpulan

    Berdasarkan kajian dari dua sumber di atas, dapat disimpulkan langkah-

    langkah strategi pembelajaran inkuiri sebagai berikut :

    a) Orientasi

    b) Merumuskan masalah

    c) Mengajukan hipotesis

    d) Mengumpulkan data

    e) Menguji hipotesis

    f) Merumuskan kesimpulan

    2.1.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri

    Keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran inkuiri dalam Sanjaya

    (2007:206), keunggulan strategi pembelajaran inkuiri sebagai berikut :

    a) Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang

    menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan

    psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini

    dianggap lebih bermakna.

    b) Strategi pembelajaran inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk

    belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

    c) Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai

    dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap

    belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

    d) Keuntungan lainnya adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani

    kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya,

    siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat

    oleh siswa yang lemah dalam belajar.

  • 12

    Kelemahan strategi pembelajaran inkuiri sebagai berikut :

    a) Jika strategi pembelajaran inkuiri digunakan sebagai strategi

    pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan

    siswa.

    b) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur

    dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

    c) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu

    yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu

    yang telah ditentukan.

    d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa

    menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran inkuiri akan sulit

    diimplementasikan oleh setiap guru

    2.1.3 Bahan Ajar

    National Centre for Competency Based Training (2007) (dalam Prastowo,

    2014:16), mengemukakan bahwa “bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang

    digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses

    pembelajaran di kelas”. Sedangkan Pannen (2001) (dalam Prastowo, 2014:17)

    menyatakan bahwa “bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran yang disusun

    secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran”.

    Berdasarkan kajian dari dua sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan

    ajar adalah segala bentuk bahan atau materi pelajaran berisikan materi

    pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang disusun

    secara sistematis, yang digunakan untuk membantu guru dan siswa dalam proses

    pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Bahan ajar harus

    mencakup berbagai pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dipelajari

    siswa untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Bahan ajar akan

    membantu guru dan siswa dalam pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang

    diharapkan.

  • 13

    2.1.3.1 Jenis-jenis Bahan Ajar

    Heinich, dkk (1996) (dalam Setiawan, dkk., 2007:1.6) mengelompokkan jenis

    bahan ajar berdasarkan cara kerjanya, yaitu :

    (a) Bahan ajar yang tidak diproyeksikan (foto, diagram, display, model), (b) Bahan ajar yang diproyeksikan (slide, filmstrips, overhead transparencies, proyeksi komputer), (c) Bahan ajar audio ( kaset dan compact disc), (d) Bahan ajar video dan film, (e) Bahan ajar (media) komputer (Computer Mediated Intruction (CMI), Computer based Multimedia atau Hypermedia). Ellington dan Race (1997) (dalam Setiawan, dkk., 2007:1.7) mengelompokan

    jenis bahan ajar berdasarkan bentuknya, yaitu :

    (a) Bahan ajar cetak dan duplikatnya, misalnya handout, lembar kerja siswa, bahan ajar mandiri, bahan untuk belajar kelompok. (b) Bahan ajar display yang tidak diproyeksikan, misalnya flipchart, poster, model dan foto. (c) Bahan ajar display diam yang diproyeksikan, misalnya slide, filmstrips dan lain- lain. (d) Bahan ajar video, misalnya audiodiscs, audio tapes, dan siaran radio. (e) Bahan ajar audio yang dihubungkan dengan bahan visual diam, misalnya program slide suara, program flimstrips bersuara , tape model, dan tape realia. (f) Bahan ajar video, misalnya siaran televisi, dan rekaman videotape. (g) Bahan ajar komputer, misalnya Computer Assiated Intruction (CAI) dan Computer Based Tutorial (CBT). Berdasarkan sifatnya, Rowntree (1994) (dalam Setiawan, dkk., 2007:1.7)

    mengelompokkan bahan ajar menjadi 4, yaitu :

    (a) Bahan ajar berbasis cetak (buku, panflet, panduan belajar siswa, bahan tutorial, buku kerja siswa, peta, charts, foto, bahan dari majalah dan koran, dan lain-lain). (b) Bahan ajar yang berbasiskan teknologi (audiocassette, siaran radio, slide, filmsftrips, film, video cassette, siaran televisi, video interaktif, Computer Based Tutorial (CBT) dan multimedia). (c) Bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek (KIT sains, lembar observasi, lembar wawancara, dan lain-lain). (d) Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia terutama dalam pendidikan jarak jauh (telepon dan video conferencing). Secara umum jenis-jenis bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

    a) Bahan ajar cetak, seperti handout, lembar kerja siswa, flipchart, poster,

    model foto, peta.

  • 14

    b) Bahan ajar non cetak, seperti slide, filmstrips, overhead transparencies,

    proyeksi komputer, audiodiscs, audio tapes, dan siaran radio, siaran

    televisi, dan rekaman videotape.

    2.1.3.2 Prinsip-prinsip Pengembangan Bahan Ajar

    Menurut Depdiknas (2008), prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar adalah

    sebagai berikut :

    (a) Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak, (b) Pengulangan akan memperkuat pemahaman. (c) Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa. (d) Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar. (e) Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu. (f) Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan. Bahan ajar dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada. Bahan ajar

    dikembangkan mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit hingga

    mempelajari yang konkret untuk memahami yang abstrak. Pengembangan bahan

    ajar dilakukan untuk memperkuat pemahaman akan suatu pembelajaran sehingga

    diperoleh umpan balik positif dari siswa sehingga motivasi belajar siswa menjadi

    lebih baik. Selain itu, dengan meningkatnya motivasi belajar siswa akan

    mempermudah pencapaian kompetensi yang telah ditentukan. Meningkatnya

    motivasi belajar siswa akan mendorong siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan

    pembelajaran sehingga semakin siswa aktif akan semakin kuat pemahamannya

    tentang suatu konsep pembelajaran tertentu.

    2.1.3.3 Prosedur Pengembangan Bahan Ajar

    Dalam pembelajaran diperlukan adanya bahan ahar sebagai acuan guru dan

    siswa untuk memahami materi pembelajaran yang diajarkan, namun guru saat ini

    lebih sering menggunakan bahan ajar yang sudah ada. Guru sebenarnya dapat

    mengembangkan sendiri bahan ajar yang digunakannya agar sesuai dengan

    kebutuhan siswa dan lingkungan sekitar sehingga siswa akan lebih mudah dalam

    memahami materi pembelajaran yang diajarkan. Bahan ajar yang sudah tersedia

    terkadang kurang mudah dipahami oleh siswa karena tingkat kebutuhan siswa dan

  • 15

    lingkungan siswa yang berbeda-beda pada masing-masing daerah, sehingga guru

    perlu untuk melakukan pengembangan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan

    siswa dan lingkungan sekitar agar siswa lebih mudah dalam memahami materi

    pembelajaran yang diajarkan. Berikut adalah prosedur pengembangan bahan ajar

    dalam Setiawan, dkk (2007:1.24-1.36) :

    a) Analisis

    Pada tahap ini dilakukan identifikasi perilaku siswa yang berkaitan

    dengan tingkat penguasaan dan kemampuan siswa dalam pembelajaran

    yang akan diberikan, serta ciri-ciri dan data demografi siswa.

    b) Perancangan

    Pada tahap perancangan ini, dilakukan perumusan tujuan pembelajaran,

    pengembangan peta konsep, dan pengembangan garis besar pembelajaran.

    c) Pengembangan

    Pada tahap ini, lengkapi materi, media dan strategi yang diperlukan dalam

    pembelajaran.

    d) Evaluasi dan Revisi

    Evaluasi merupakan proses memperoleh tanggapan dari berbagai pihak

    terhadap bahan ajar yang telah dibuat untuk mengetahui efektivitas bahan

    ajar yang telah dibuat yang kemudian sebagai bahan pertimbangan dalam

    perbaikan bahan ajar agar menjadi bahan ajar yang baik. Secara umum ada

    4 cara untuk mengevaluasi bahan ajar, yaitu telaah oleh ahli materi, uji

    coba satu-satu, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan.

    2.1.4 Modul

    Diknas (2004) (dalam Prastowo, 2014:104), “modul diartikan sebagai sebuah

    buku yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa

    atau dengan bimbingan guru”. Penggunaan modul dalam pembelajaran dapat

    membantu siswa belajar mandiri. Modul yang disusun dengan sistematis dapat

    membantu siswa belajar dengan atau tanpa bimbingan guru.

    Menurut Surahman (2010) (dalam Prastowo, 2014:105), menyatakan bahwa

    “modul adalah satuan program pembelajaran terkecil yang dapat dipelajari oleh

  • 16

    siswa secara perseorangan”. Pembelajaran dalam modul dilakukan secara

    bertahap, setelah siswa telah menyelesaikan satu satuan modul maka siswa dapat

    mempelajari bagian selanjutnya dalam modul. Modul memuat tujuan

    pembelajaran, pembaran petunjuk pembelajaran, materi pembelajaran, lembaran

    kerja siswa, lembaran evaluasi, serta lembaran kunci jawaban lembaran kerja

    siswa dan lembaran evaluasi.

    Prastowo (2014:106) menyimpulkan bahwa:

    Modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri dengan bantuan atau bumbungan yang minimal dari pendidik. Penggunaan modul dapat melatih siswa belajar secara mandiri dan

    mengetahui tingkat pemahamannya sendiri. Jika siswa sudah memahami materi

    yang dipelajari, maka siswa dapat melanjutkan pada materi selanjutnya,

    sedangkan jika siswa belum memahami maka siswa dapat mempelajari kembali.

    Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

    modul merupakan bahan ajar yang ditulis dan disusun secara sistematis dengan

    bahasa yang mudah dipahami oleh siswa sesuai tingkat pengetahuan dan usia

    mereka, agar siswa dapat belajar secara mandiri dengan bantuan atau bimbingan

    guru. Modul yang disusun secara sistematis dapat membantu siswa belajar

    mandiri dengan atau tanpa bantuan guru. Siswa dapat mengetahui tingkat

    pemahamannya sendiri dan dapat melakukan menperdalam pemahamannya

    terhadap materi yang dipelajari.

    2.1.4.1 Jenis-jenis Modul

    Modul pembelajaran dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan siswa,

    Prastowo (2014 :110-111) mengemukakan jenis modul menurut penggunaannya

    dan menurut tujuan penyusunannya:

    (a) Menurut penggunaannya modul dibagi menjadi dua jenis, yaitu modul untuk siswa yang berisi kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dan modul untuk pendidik yang berisi petunjuk pendidik, tes akhir modul, dan kunci jawaban tes akhir modul. (b) Menurut tujuan penyusunannya, modul dibagi menjadi dua jenis yaitu modul inti dan modul pengayaan.

  • 17

    Sesuai dengan penggunaannya, isi modul disesuaikan dengan penggunanya.

    Modul siswa yang berisi kegiatan belajar siswa diberikan kepada siswa sedangkan

    modul pendidik yang berisi petunjuk pendidik, tes akhir modul, dan kunci

    jawaban diberikan kepada pendidik atau guru. Berdasarkan penyusunannya,

    modul inti disusun dari unit-unit program pembelajaran yang berdasarkan

    penjabaran dari kurikulum dasar sesuai dengan kelas dan bidang studinya masing-

    masing. Modul pengayaan disusun berdasarkan unit-unit program pengayaan

    untuk memperdalam materi sehingga siswa yang proses belajarnya cepat tidak

    akan terhambat.

    2.1.4.2 Langkah-langkah Penyusunan dan Pengembangan Modul

    Menurut Prastowo (2014:118-131) dalam penyusunan modul terdapat empat

    tahapan yaitu :

    a) Analisis kurikulum.

    Analisis kurikulum bertujuan untuk menentukan materi-materi yang

    memerlukan bahan ajar berdasarkan inti materi yang diajarkan serta

    kompetensi dan hasil belajar kritis yang harus dimiliki siswa.

    b) Menentukan judul modul.

    Penentuan judul modul, didasarkan pada kompetensi dasar atau materi

    pokok yang ada dalam kurikulum.

    c) Pemberian kode modul.

    Kode modul adalah angka-angka yang diberi makna, misalnya angka satu

    (1) untuk mata pelajaran IPA, angka dua (2) untuk mata pelajaran IPS, dan

    seterusnya.

    d) Penulisan modul.

    Dalam penulisan modul terdapat lima tahapan yang perlu dijadikan acuan,

    yaitu perumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai, penentuan alat

    evaluasi, penyusunan materi, urutan pengajaran, dan struktur bahan ajar.

  • 18

    Selain langkah-langkah penyusunan modul, terdapat juga langkah-langkah

    pengembangan modul menurut Rowntree (dalam Prastowo, 2014:133-163) yaitu:

    a) Mengidentifikasi tujuan pembelajaran, untuk mencermati secara

    mendalam mengenai tujuan pembelajaran yang hedak dicapai dalam

    modul yang akan dikembangkan.

    b) Memformulasikan garis besar materi. Materi yang dipilih harus

    disesuaikan dengan pembaca (contohnya: umur dan tingkat pendidikan),

    tingkah laku pembaca yang diharapkan dikuasai setelah mempelajari

    modul (contohnya: pembaca dapat membuat instrumen penilaian

    pembelajaran), serta kondisi tingkah laku dan tingkat kemampuan yang

    diharapkan akan dicapai.

    c) Menuliskan materi. Pada tahap ini terdapat empat hal penting yang harus

    diperhatikan yaitu menentukan materi yang akan ditulis, menentukan

    gaya penulisan, menentukan banyaknya kata yang digunakan, serta

    menentukan format dan tata letak (layout).

    d) Menentukan format dan tata letaknya. Dalam penulisan modul ada

    beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pemilihan tata letak yaitu,

    ukuran halaman dan format modul, kolom dan margin, serta penempatan

    tabel, gambar, dan diagram.

    2.1.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Modul

    Tjipto (1991) (dalam www.kajianpustaka.com, 2013) mengemukakan

    kelebihan penggunaan modul dalam pembelajaran, yaitu:

    a) Motivasi siswa dipertinggi karena setiap kali siswa mengerjakan tugas

    pelajaran dibatasi dengan jelas dan yang sesuai dengan kemampuannya.

    b) Sesudah pelajaran selesai guru dan siswa mengetahui benar siswa yang

    berhasil dengan baik dan mana yang kurang berhasil.

    c) Siswa mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuannya.

    d) Beban belajar terbagi lebih merata sepanjang semester.

    e) Pendidikan lebih berdaya guna.

  • 19

    Suparman (1993) (dalam www.kajianpustaka.com, 2013) mengemukakan

    beberapa kekurangan penggunaan modul dalam pembelajaran, yaitu:

    a) Biaya pengembangan bahan tinggi dan waktu yang dibutuhkan lama.

    b) Menentukan disiplin belajar yang tinggi yang mungkin kurang dimiliki

    oleh siswa pada umumnya dan siswa yang belum matang pada khususnya.

    c) Membutuhkan ketekunan yang lebih tinggi dari fasilitator untuk terus

    menerus mamantau proses belajar siswa, memberi motivasi dan konsultasi

    secara individu setiap waktu siswa membutuhkan.

    2.1.4.4 Struktur Modul

    Menurut Vembriarto dalam Prastowo (2014:114-118) unsur-unsur modul

    yaitu sebagai berikut:

    a) Rumusan tujuan pembelajaran yang eksplisit dan spesifik

    b) Petunjuk untuk pendidik

    c) Lembaran kegiatan siswa

    d) Lembaran kerja bagi siswa

    e) Kunci lembaran kerja

    f) Lembaran evaluasi

    g) Kunci lembaran evaluasi

    2.1.4.5 Format Penulisan Modul

    Format penulisan modul dalam Prastowo (2014:142-162) adalah sebagai

    berikut:

    a) Judul

    Dalam penulisan modul, gunakanlah judul yang mencerminkan isi modul.

    judul untuk masing-masing bab disesuaikan dengan isi materi pokoknya.

    b) Kata Pengantar

    Kata pengantar, berisi ucapan terimakasih atasterselesaikannya modul,

    alasan penulisan modul serta manfaat yang diperoleh setelah membaca

    modul.

  • 20

    c) Daftar Isi

    Daftar isi, menginformasikan kepada pembaca tentang topik-topik yang

    ditampilkan dalam modul.

    d) Latar Belakang

    Latar belakang berisi alasan dan dasar penyusunan modul yang dapat

    berupa dasar teoritis maupun regulatoris.

    e) Deskripsi Singkat

    Bagian ini berisi penjelasan singkat tentang materi apa saja yang akan

    dibahas dalam modul tersebut.

    f) Standar Kompetensi

    Bagian ini berisi standar kompetensi yang ingin dicapai setelah siswa

    membaca modul tersebut sesuai dengan silabus yang digunakan.

    g) Peta Konsep

    Peta konsep memberikan gambaran tentan ghubungan antar topik yang

    akan dibahas.

    h) Manfaat

    Bagian ini menjelaskan tentang manfaat yang akan diperoleh setelah

    membaca modul tersebut.

    i) Tujuan Pembelajaran

    Tujuan pembelajaran berisi tujuan yang akan dicapai setelah membaca

    modul tersebut juga sebagai acuan pembaca dalam mempelajari modul.

    j) Petunjuk Penggunaan Modul

    Bagian ini berisi cara menggunakan modul, apa saja yang harus dilakukan

    pembaca ketika membaca modul.

    k) Kompetensi Dasar

    Kompetensi dasar, menjadi tujuan pencapaian akhir yang diharapkan

    diperoleh pembaca setelah mempelajari modul tersebut.

    l) Materi Pokok

    Materi pokok berisi sejumlah materi pokok yang akan dibahas agar

    pembaca menguasai kompetensi dasar yang hendak dicapai.

  • 21

    m) Uraian Materi

    Uraian materi merupakan penjabaran dari materi pokok secara lebih

    terperinci dan mendetail.

    n) Heading

    Heading berfungsi untuk membatasi awal atau akhir materi/ bagian,

    memberikan posisi topik, serta memperkirakan topik mana yang penting

    dan mana yang kurang penting dari jumlah halamannya.

    o) Ringkasan

    Ringkasan memuat rangkuman materi dalam setiap bab.

    p) Latihan atau Tugas

    Tugas yang diberikan kepada pembaca perlu dinyatakan secara eksplisit

    dan spesifik.

    q) Tes Mandiri

    Tes mandiri perlu diberikan pada setiap akhir bab untuk mengukur tingkat

    penguasaan materi yang dicapai siswa pada setiap kegiatan belajarnya.

    r) Post Test

    Post test diberikan pada akhir modul untuk mengetahui tingkat penguasaan

    siswa terhadap materi yang sudah dipelajari dalam satu modul.

    s) Tindak Lanjut

    Tindak lanjut berisi umpan balik kepada pembaca. Bagi yang sudah

    menguasai materi dapat mengembangkan pengetahuan yang telah

    diperoleh, sedangkan bagi yang belum menguasai materi disarankan untuk

    mengulangi bagian yang belum dipahami.

    t) Harapan

    Bagian ini berisi sejumlah saran dan pengharapan bagi pembaca agar lebih

    meningkatkan kompetensinya.

    u) Glosarium

    Glosarium berisi definisi operasional kata yang digunakan dalam modul

    v) Daftar Pustaka

    Daftar pustaka berisi sejumlah referensi yang digunakan sebagai bahan

    rujukan dalam penyusunan modul.

  • 22

    w) Kunci Jawaban

    Bagian ini berisi jawaban-jawaban dari pertanyaan atau soal-soal yang

    digunakan untuk menguji penguasaan materi pembaca.

    2.1.4.6 Kriteria Modul yang Baik

    Menurut Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara nomor 5 tahun

    2009 (dalam abengblog.wordpress.com, 2013), modul yang baik disusun sesuai

    dengan kebutuhan belajar siswa dalam pembelajaran, yang memiliki ciri-ciri

    sebagai berikut:

    a. Self instructional, yaitu dapat dipelajari oleh siswa secara mandiri, tanpa

    bantuan atau seminimum mungkin bantuan dari guru.

    b. Self contained, yaitu mencakup deskripsi dan tujuan mata diklat, batasan-

    batasan, standar kompetensi yang harus dicapai, kompetensi dasar,

    indikator keberhasilan siswa, metode, rangkuman, latihan-latihan, yang

    secara keseluruhan ditulis dan dikemas dalam satu kesatuan yang utuh.

    c. Independent, yaitu dapat dipelajari secara tuntas, tidak tergantung pada

    media yang lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media

    lain.

    d. Self assessed, yaitu memuat alat evaluasi pembelajaran untuk mengukur

    tingkat kecakapan siswa terhadap modul.

    e. User friendly, yaitu memiliki sistematika penyusunan yang mudah

    dipahami dengan bahasa yang mudah dan lugas, sehingga dapat

    dipergunakan sesuai dengan tingkat pengetahuan siswa.

    2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

    Penelitian yang dilakukan Sugiyanto, dkk (2013) yang berjudul

    “Pengembangan Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing disertai Multimedia pada

    Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup di SMPN 1 Kendal Kabupaten Ngawi”,

    dengan hasil perolehan rata-rata penilaian hampir semua tahapan, yaitu pada uji

    coba ahli adalah 3,6 dalam skala empat, nilai tersebut termasuk kategori “sangat

    baik”. Pada uji coba oleh praktisi total rata-rata keseluruhan adalah 3,8 dalam

  • 23

    skala empat (“sangat baik”). Pada uji coba skala kecil total rata-rata keseluruhan

    adalah kategori 3,7 dalam skala empat (“sangat baik”). Pada uji coba lapangan

    total rata-rata keseluruhan adalah 3,7 dalam tabel skala empat (“sangat baik”);

    efektivitas produk dilihat melalui skor rata-rata post test kelompok yang diberi

    perlakuan adalah 84,96 dan skor rata-rata post test kelompok yang menggunakan

    modul tanpa multimedia adalah 79,21. Hasil uji coba dengan menggunakan uji t

    menunjukkan perbedaan yang signifikan nilai yang diperoleh siswa yang

    menggunakan modul disertai multimedia dan siswa yang menggunakan modul

    tanpa multimedia.

    Indriana Afif pada tahun 2013 melakukan penelitian dengan judul

    “Penyusunan Modul IPA Terpadu Berbasis Inkuiri dengan Tema Rokok dan

    Kesehatan untuk Siswa SMP/MTs Kelas VIII Semester Ganjil Berdasarkan

    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan”, dengan hasil penelitian yaitu tersusunnya

    modul IPA terpadu berbasis inkuiri denga tema “Rokok dan Kesehatan” untuk

    siswa SMP/MTs kelas VIII semester ganjil berdasarkan Kurikulum Tingkat

    Satuan Pendidikan. Kualitas modul yang disusun dinyatakan sangat baik (SB)

    berdasarkan penilaian oleh tiga guru IPA dengan persentase kualitas produk

    sebesar 98,4%. Sedangkan kualitas modul menurut 20 siswa SMP Negeri 1

    Ponjong dinyatakan sangat baik (SB) dengan persentase kualitas produk sebesar

    97,27%.

    2.3 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

    2.3.1 Asumsi Pengembangan

    Pengembangan modul IPA berbasis strategi pembelajaran inkuiri dengan

    materi perubahan lingkungan dan pengaruhnya dapat digunakan sebagai bahan

    ajar dalam pembelajaran IPA secara mandiri maupun berkelompok pada siswa

    kelas IV Sekolah Dasar Semester II.

  • 24

    2.3.2 Keterbatasan Pengembangan

    Pengembangan modul IPA berbasis strategi pembelajaran inkuiri hanya

    membahas materi pokok tentang perubahan lingkungan dan pengaruhnya pada

    siswa kelas IV Sekolah Dasar Semester II.

    2.4 Kerangka Berpikir

    Pada tingkatan usia Sekolah Dasar siswa lebih senang dengan pembelajaran

    yang mengajak mereka untuk bereksperimen mencari tahu sendiri pemahaman-

    pemahaman berdasarkan bahan ajar yang ada untuk mendapatkan pengalaman

    belajar yang lebih optimal. Bahan ajar yang menarik akan membuat siswa lebih

    tertarik dalam mempelajari suatu materi. Modul merupakan bahan ajar yang dapat

    dikembangkan sesuai dengan karakteristik dan membantu siswa dalam belajar

    mandiri. Penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran IPA

    tentang materi perubahan lingkungan dan pengaruhnya akan memudahkan siswa

    dalam memahami materi pembelajaran dan memperoleh pengalaman belajar yang

    lebih baik.

    Bahan ajar berupa modul memudahkan siswa dalam memahami materi

    pembelajaran. Modul memuat rumusan tujuan pembelajaran yang diuraikan secara

    eksplisit dan spesifik terhadap materi yang dibahas, petunjuk untuk pendidik,

    lembaran kegiatan, lembaran kerja, dan lembar evaluasi bagi siswa, serta kunci

    lembaran kerja dan lembaran evaluasi. Modul dapat membuat siswa aktif dalam

    pembelajaran serta membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga siswa akan

    lebih mudah memahami materi yang diajarkan serta bagaimana penerapannya

    dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu penerapan strategi pembelajaran inkuiri

    yang meliputi orientasi, perumusan masalah, mengajukan hipotesis, pengumpulan

    data, pengujian hipotesis, serta perumusan kesimpulan dalam modul dapat

    membantu siswa dalam memecahkan masalah sesuai dengan materi yang

    diajarkan untuk kemudia di kaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

    Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk bahan ajar berupa

    modul dengan strategi pembelajaran inkuiri untuk mata pelajaran IPA kelas IV

    SD.

  • 25

    Gambar 1 Kerangka Berpikir

    2.5 Pertanyaan Penelitian

    Berdasarkan perumusan masalah, kajian teori, dan kerangka berpikir, maka

    pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah:

    a. Bagaimana Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dalam modul IPA

    materi perubahan lingkungan dan pengaruhnya?

    b. Bagaimana penerapan latihan soal dalam modul IPA materi perubahan

    lingkungan dan pengaruhnya?

    c. Bagaimana evaluasi yang digunakan dalam modul IPA materi perubahan

    lingkungan dan pengaruhnya?

    d. Bagaimana penerapan strategi pembelajaran inkuiri dalam modul IPA

    materi perubahan lingkungan dan pengaruhnya?

    e. Apakah materi yang dimuat dalam modul IPA materi perubahan

    lingkungan dan pengaruhnya sudah sesuai dengan Standar Kompetensi

    dan Kompetensi Dasar yang digunakan?

    1. Rumusan tujuan pembelajaran yang eksplisit dan spesifik

    2. Petunjuk untuk pendidik 3. Lembaran kegiatan peserta

    didik 4. Lembaran kerja bagi siswa 5. Kunci lembaran kerja 6. Lembaran evaluasi 7. Kunci lembaran evaluasi

    STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI MODUL

    1. Orientasi 2. Merumuskan masalah

    3. Mengajukan hipotesis/ melakukan observasi

    4. Mengumpulkan data/ menganalisis dan menyajikan hasil observasi

    5. Menguji hipotesis

    6. Merumuskan kesimpulan

    Siswa aktif dalam pembelajaran

    Membangkitkan motivasi belajar siswa.

    Siswa memahami benar bahan pelajaran.

    Menimbulkan rasa puas bagi siswa dan menambah kepercayaan diri.

    Melatih siswa belajar mandiri

    Siswa akan dapat mentransfer pengetahuannya dalam berbagai konteks.

  • 26

    f. Apakah bahasa yang digunakan dalam modul IPA materi perubahan

    lingkungan dan pengaruhnya mudah dimengerti sesuai dengan tingkat

    pemahaman siswa?

    g. Apakah modul IPA materi perubahan lingkungan dan pengaruhnya yang

    dikembangkan dapat dipelajari siswa secara mandiri?

    BAB IIKAJIAN PUSTAKA2.1.2.1 Macam-macam Strategi Pembelajaran InkuiriStrategi pembelajaran inkuiri terbagi menjadi tiga macam yaitu inkuiri terbimbing yang digunakan pada siswa yang belum berpengalaman dalam pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran inkuiri, inkuiri bebas dilakukan dengan cara siswa mencari tahu sendiri pemecahan masalah yang ada melalui penelitian sendiri, inkuiri bebas yang dimodifikasi yang diawali dengan pemberian masalah oleh guru untuk dipecahkan siswa melalui pengamatan.2.1.2.2Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Inkuiri2.1.2.3Kelebihan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran InkuiriGambar 1 Kerangka Berpikir