Upload
nguyentram
View
219
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Variabel atauObjek Hasil Penelitian
(Khoirudin,2013) Corporate
Governance
dan
Pengungkapan
Islamic Social
Reporting
Pada
Perbankan
Syariah di
Indonesia
Variabel dependen :
tingkat pengungkapan
tanggung jawab
Sosial pada laporan
tahunan perbankan
syariah yang diukur
dengan nilai (score)
dari indeks Islamic
Social Reporting
(ISR)
Variabel independent
:DewanKomisaridan
Dewan Pengawas
Syariah
Berdasarkan uji
statistik t diketahui
bahwa probabilitas
ukuran dewan
komisaris yaitu 0,0184
lebih kecil dari 0,05.
Hal ini berarti bahwa
secara parsial Ukuran
Dewan Komisaris
berpengaruh terhadap
pengungkapan ISR
pada perbankan
syariah di Indonesia.
Untuk Pengujian DPS
diperoleh hasil 0,6576
lebih besar dari
0,05. Hal ini berarti
bahwa secara parsial
Ukuran DPS tidak
berpengaruh
terhadappengungkapa
n Islamic
socialreporting
(Ningrum et
al,.2013)
Pengaruh
Kinerja
Keungan,
Kepemilikan
Institusional
dan Ukuran
Dewan
Pengawas
Syariah
Terhadap
Variabel Dependen
:Islamic Social
Reporting
Variabel Independent
:Kinerja Keuangan ,
Kepemilikan
Institusional dan
Ukuran Dewan
Pengawas Syariah
Untuk Ukuran Dewan
Pengawas Syariah
(X3) menunjukkan
nilai probabilitas
sebesar 0,0048 yang
lebih kecil dari 0,05.
Hal ini berarti secara
parsial Ukuran Dewan
Pengawas Syariah
(UDPS) berpengaruh
6
Pengaruh ISR terhadap ISR pada
perbankan syariah di
Indonesia.
(Jannah dan
Asrori,2016)
Pengaruh
GCG, Size,
Jenis Produk
dan
Kepemilikan
Saham Publik
Terhadap
Pengungkapan
ISR
Variabel dependen :
Pengungkapan ISR
Variabel Dependen :
GCG, Jenis Produk
dan Kepemilikan
saham publik
Berdasarkan hasil
uji t, diperoleh nilai
signifikansi 0,742
untuk variabel dewan
komisaris Secara
statistik variabel
dewan komisaris
tidak berpengaruh
terhadap ISR karena
nilai signifikansi di
atas 0,05. Sehingga
hipotesis ditolak.
Berdasarkan hasil uji
t, diperoleh nilai
signifikansi 0,812
untuk variabel komite
audit. Secara statistik
variabel komite audit
tidak
berpengaruh terhadap
ISR karena nilai
signifikansi di atas
0,05.
Terdapat hubungan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
dimana Good Corporate Governance merupakan sebuah konsep yang diajukan demi
peningkatan kinerja perusahaan dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap
stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Good Corporate
Governance membantu menciptakan lingkungan kondusifdemi terciptanya
pertumbuhan yang efisien di sektor perusahaan.Pelaksanaannya sangat diperlukan
untuk membangun kepercayaan masyarakat dan dunia internasional. Sehingga
7
penerapannya sangatlah penting bagi perbankan yang ingin berkembang dengan baik
dan sehat sehingga tercapai pengelolaan bank syariah yang lebih transparan bagi
semua pengguna laporan keuangan (Junusi,2012)
2.2 Kajian Teori
1.2.1 Teori Legitimasi
Teori Legitimasi merupakan satu teori yang mendasari pengungkapan CSR.
Teori ini dapat menjelaskan keterkaitan antara struktur Good Corporate Governance
dengan pengugkapan CSR pada bank syariah. Dewan Komisaris dan Dewan
Pengawas Syariah dianggap mampu mendorong manajemen untuk menjalakan
operasional sesuai dengan regulasi BI serta menjalankan fungsi bank syariah yang
turut mengupayakan kesejahteraan masyarakat (Khoirudin,2013). Menurut Magness
(2006) dalam Dharmawan dan Suhardianto (2016) teori legitimasi menyatakan
perusahaan berusaha mendapatkan pengakuan dari seluruh pemangku kepentingan
adalah benar.
Dewan Komisaris dianggap mampu mendorong perusahaan untuk melakukan
kegiatan sesuai ketentuan serta melakukan pengawasan dan bahwa perusahan telah
melakukan pengungkapan pertanggungjawaban sosialnya. Sehingga dengan demikian
perusahaan akan mendapat legitimasi dari stakeholder.
Komite Audit bertugas untuk memastikan apakah perusahaan telah melakukan
tanggungjawabnya terhadap stakeholder, salah satunya adalah laporan
8
pertanggungjawaban sosial. Sehingga dengan demikian perusahaan akan memperoleh
legitimasi.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan jika teori legitimasi dapat
menjelaskan keterkaitan elemen Good Corporate Governance dengan pengungkapan
ISR.
1.2.2 Good Corporate Governance
Semakin ketatnya persaingan di dunia industri menyebabkan banyak
perusahaan termasuk perbankan syariah berlomba-lomba untuk membuat laporan
tentang lingkungan yang merupakan wujud dari pertanggungjawaban perusahaan
kepada lingkungan sekitar, Hal tersebut merupakan wujud dari implementasi dari
penerapan Good Corporate Governance.
Menurut Sutedi (2012:2) Good Corporate Governance secara
definitif.merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk
menciptakan nilai tambah untuk semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan
dalam konsep ini, yang pertama petingnya hak pemegang saham untuk memperoleh
informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya dan, kedua kewajiban
perusahaan untuk melakukan pengungkapan secara akurat, tepat waktu, dan
transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan dan
stakeholder.
9
Penerapan good corporate governance dinilai dapat memperbaiki citra
perbankan yang sempat buruk, melindungi kepentingan stakeholder serta
meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
etika-etika umum pada industri perbankan dalam rangka mencitrakan sistem
perbankan yang sehat. Selain itu penerapan Good Corporate Governance.di dalam
perbankan diharapkan dapat berpengaruh terhadap kinerja perbankan, dikarenakan
penerapan Corporate Governance dapat meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi
risiko akibat tindakan pengelolaan yang cenderung menguntungkan diri sendiri
(Dewayanto,2010).
1.2.3 Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis
untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan
memperhatikan tanggungjawab sosial perusahan dan menitiberatkan pada
keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan
(Budi,2009:1)
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)adalah tanggung jawab sebuah
organisasi terhadap dampak dari keputusandan kegiatan pada masyarakat dan
lingkungan, yangdiwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis, yang sejalan
denganpembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat,
mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang
10
ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan
organisasi secara menyeluruh (Azhar,2014)
Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan
didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi
pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan
serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat
umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik
bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan(Syukron,2015).
1.2.4 Islamic Social Reporting
Islamic Social Reporting merupakan sebuah ketentuan atau standar untuk
pengungkapan laporan pertanggujawaban entitas syariah yang mengedepankan
prinsip – prinsip Islam. Menurut Otham et al (2009) Islamic Social Reporting
merupakan sebuah ketentuan pengungkapan laporan tanggungjawab sosial bagi etitas
syariah.
Konsep CSR dalam Islam ini lebih ditekankan sebagai bentuk ketaqwaan umat
manusia kepada Allah SWT dalam konteks perusahaan.Sesuai dengan ketentuan
syariah dalam Islam telah dikenal konsep khilafah. Dalam hal ini, Islam memandang
perusahaan tidak hanya pengurus bagi pemegang saham atau penanam modal, tetapi
juga bagi masyarakat secara keseluruhan dengan tujuan untuk mendapatkan
berkah dari Allah SWT. Dengan kata lain, bisnis dalam Islam tidak semata-mata
11
berorientasi pada dunia saja tetapi juga harus punya visi akhirat yang jelas. Dan salah
satu lembaga keuangan yang kegiatan operasionalnya berdasarkan prinsip syariah
adalah Perbankan Syariah (Rama dan Meliawati.2014).
Hal tersebut juga di jelaskan dalam firman Allah :
“ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya
aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya
aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S Al Baqarah:30)
Dalam pengungkap tanggujawab sosial versi syariah digunakanlah index ISR.
Index ISR sendiri merupakan sebuah indikator penilaian tanggungjawab sosial
institusi bisnis syariah.Menurut Haniffah (2002:137) ISR mampu membantu orang-
orang didalam perusahaan dalam memenuhi kewajibannya tidak hanya terhadap
masyarakat tetapi juga tanggungjawab terhadap Allah. Oleh Haniffah index ISR
dikelompokkan menjadi Pendanaan dan Investasi, Produk dan Jasa, Karyawan ,
Masyarakat dan Lingkungan Hidup.
Tujuan dari ISR adalah sebagai bentuk akuntabilitas kepada Allah dan
masyarakat serta meningkatkan transparansi kegiatan bisnis, menyampaikan
informasi secara relevan dengan memperhatikan kebutuhan investor muslim
(Haniffah,2002).
12
Oleh Othman et al (2009) index ISR kemudian ditambahkan satu kelompok
pengungkapan yaitu tata kelola. Dimana tata kelola tidak dapat dipisahkan dari
perusahaan guna memastika pengawasan aspek syariah diperusahaan.Corporate
Governance dapat diartikan sebagai sebuah proses, sistem atau control yang
ditetapkan secara internal dan eksternal oleh manajemen guna melindungi
kepentingan stakeholder.
Tema yang diungkapkan dalam aspek tata kelola yaitu status kepatuhan
terhadap syariah, rincian nama dan profil direksi, DPS dan komisaris, laporan kinerja
komisaris, DPS, dan direksi, kebijakan remunerasi komisaris, DPS, dan direksi,
laporan pendapatan dan penggunaan dana non halal, laporan perkara hukum, struktur
kepemilikan saham, kebijakan anti korupsi, dan anti terorisme.
1.2.5 Dewan Pengawas Syariah
Dewan Pengawas Syariah yang selanjutnya disingkat DPS adalah dewan yang
bertugas memberikan nasehat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan
agar sesuai dengan Prinsip Syariah (Syariah,2009).
Dewan Pengawas Syariah merupakan salah satu bagian pemegang
kepentingan yang perannya sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup
bank syariah.Sebagai bagian dari good corporate governance, dewan pengawas
syariah berperan menyatukan kepentingan bank syariah, baik kepentingan sosial
maupun kepentingan pada pemegang saham.
13
Peranan Dewan Pengawas Syariah sangat strategis dalam penerapan prinsip
syariah di lembaga perbankan syariah. Mekanisme pengawasan dewan pengawas
syariah bertugas untuk mengadakan analisis operasional Bank Syariah dan
mengadakan penilaian kegiatan maupun produk dari bank tersebut yang pada
akhirnya dewan pengawas syariah dapat memastikan bahwa kegiatan operasional
Bank Syariah telah sesuai fatwa yang dikeluarkan oleh dewan syariah nasional,
memberikan opini dari aspek syariah terhadap pelaksanaan operasional bank dan
produk yang dikeluarkan secara keseluruhan dalam laporan publikasi bank
(Sunarto,2016)
Dengan adanya dewan pengawas syariah yang berperan sebagai pengawas,
diharapakan lembaga syariah mampu menjalankan kegiatan bisnisnya sesuai dengan
ketentuan syariah (patuh terhadap ketentuan syariah ), begitupun dengan pelaporan
keuangan, sosial dan juga lingkungan. Sehingga kepentingan sosial maupun
pemegang saham dapat disatukan.
Syariah compliance merupakan salah satu indicator yang cukup berpengaruh
terhadap penerapan shariah governace, sehingga dalam penerapannya peneglola bank
syariah harus benar-benar merujuk pada ketentuan syariah, agar bank syariah
memperoleh kepercayaan dari masyarakat maupun stakeholder
14
1.2.6 Dewan Komisaris
Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta
memberi nasihat kepada Direksi (Terbatas,2007). Dewan komisaris harus mampu
melaksanakan fungsi , wewenang dan tanggungjawabnya sesuai dengan pedoman
yang sudah ditetapkan yang sesuai dengan kepentingan perusahaan.
Selain sebagai langkah penentuan keputusan yang strategis bagi perusahaan,
rapat dewan komisari yang dilakuakan secara teratur dimaksudkan untuk melakukan
pengawasan dan memberikan nasehat serta penilaian terhadap kinerja Direksi serta
masing-masing anggota direksi.
Setidaknya dewan komisaris harus memiliki 3 komite, diantaranya komite
audit, komite remunerasi dan nominasi, serta komite pemantauan risiko. Setiap
komite melaporakan hasil keputusan komite kepada dewan komisaris, apabila
keputusan tersebut dipandang perlu disampaikan kepada direksi maka dewan
komisaris akan melakukannya sebagai wujud dari pengawasan serta memberi
nasehat. Sementara penilaian kinerja direksi menjadi tanggung jawab komite
remunerasi dan nominasi dengan keputusan dewan komisaris.
Penilaian Dewan Komisaris mengenai kinerja masing‐masing anggota Direksi
dilaporkan dalam RUPS sebagai bagian dari keputusan RUPS dalam menetapkan
remunerasi dan bonus masing‐masing anggota Direksi yang bersangkutan.
(Governance,2013)
15
1.2.7 Komite Audit
Komite Audit merupakan pihak yang dibentuk dewan komisaris yang fungsinya
membantu dewan komisari dalam melakukan pengawasan, serta memastikan
bahwasannya prinsip–prinsip tata kelola yang baik telah diterapkan.
Komite Audit bertugas membantu Dewan Komisaris untuk memastikan bahwa
laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum, struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik,
pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit
yang berlaku, dan tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen
(KNKG,2006 )
Aspek penting dalam menilai keefektifan komite audit dapat diindikasikan dari
jumlah komite audit. Jumlah anggota Komite Audit harus disesuaikan dengan
kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikanefektifitas dalam pengambilan
keputusan. Semakin besar jumlah anggota komite audit, maka diharapkan
pengungkapan ISR dan GRI dapat meningkat, karena peran komite audit harus
mampu memberikan gambaran hasil pemeriksaan perusahaan pada operasionalnya
dengan memperhatikan aspek-aspek syariah di dalamnya (Sunarto,2016)
1.2.8 Hubungan Good Corporate Governance dengan Islamic Social Reporting
Good Corporate Governance merupakan sistem tata kelola yang baik. Terdapat
beberapa prisip Good Corporate Governance yaitu transparency (Keterbukaan
Informasi)accountability (Akuntabilitas), responsibility (Tanggung Jawab),
Independency (Kemandirian), Fairness (Kesetaraan dan kewajaran) Dengan
16
diterapkannya lima prinsip Good Corporate Governance tersebut diharapkan mampu
meningkatkan kinerja lingkungan perusahaan serta memberikan pengarahan dan
pengendalian terhadap perusahaan dalam memberikan laporan pertanggungjawaban
bagi stakeholder
Kinerja Lingkungan berpengaruh terhadap ISR dan berpola positif sehingga
semakin bertambah Kinerja Lingkungan maka semakin tinggi ISR. Kinerja
lingkungan yang baik pada awalnya dibentuk dengan adanya tata kelola entitas lewat
elemen-epemen Good Corporate Governance (Purnasanti,2014)
2.3 Perumusan Hipotesis
Seiring perkembangan bank syariah sebagaimana tampak pada beragamnya
produk dan jasa yang diberikan, maka penerapan tata kelola perusahaan yang baik
sangat diperlukan. Implementasi GCG di bank syariah berlandaskan lima prinsip,
yaitu transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, profesional dan kewajaran.
Oleh sebab itu Peran Dewan Pengawas Syariah dalam penerapan tata kelola
perusahaan yang baik pada bank syariah menjadi sangat penting untuk mengawasi
dan menjamin bahwa operasional bank telah sesuai dengan prinsip Islam yang
tentunya memenuhi 5 prinsip GCG
Faozan (2013:11) meyatakan peran Dewan Pengawas Syariah dalam
implementasi prinsip-prinsip GCG di bank syariah adalah
17
1. Memberikan pengarahan, pemikiran, saran dan nasehat kepada direksi bank
syariah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan aspek syariah,
2. Mencermati, memeriksa, mengkaji dan menilai implementasi fatwa Dewan
Syariah Nasional pada operasional bank syariah,
3. Melaksanakan tugas pengawasan baik secara aktif maupun secara pasif atas
implementasi fatwa Dewan Syariah Nasional pada operasional bank syariah,
yaitu melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang bank
syariah melalui media-media yang sudah berjalan di masyarakat, seperti
khutbah, majelis ta’lim, pengajian-pengajian.
Dengan adanya peran-peran tersebut DPS dinalai mampu mendorong
manajemen agar melaksanakan kegiatan perusahaan sesuai dengan prinsip-prinsip
islam, salah satunya adalah laporan pertanggungjawaban sosial.
Menurut Sunarto (2016:43) dalam penelitiannya menyatakan bahwa jumlah
dewan pengawas syariah berpengaruh terhadap pengungkapan Global Reporting
Index, dikarenakan DPS memiliki peran penting dalam pengendalian aspek syariah,
sehingga dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Dewan Pengawas Syariah berpengaruh terhadap pengungkapan Islamic Social
Reporting
Menurut UU no 40 tahun 2007 tentang Perseroaan terbatas, dewan komisaris
adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau
18
khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi Dewan
Komisaris bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab direksi .
Dewan Komisari mampu mendorong manajemen untuk melakukan kegiatan
sesuai ketentuan serta melakukan pengawasan dan bahwa perusahan telah melakukan
pengungkapan pertanggungjawaban sosialnya, dengan demikian perusahaan dapat
memperoleh legitimasi dari stakeholder. Sehingga jumlah dewan komisaris yang
memadai dianggap mampu meningkatkan kinerja perusahaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Khoirudin (2013) diperoleh hasil jika
Ukuran Dewan Komisaris (UKOM) berpengaruh terhadap pengungkapan ISR pada
perbankan syariah di Indonesia. Dari penelitian tersebut dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
H2 : Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan Islamic Social
Reporting
Komite Audit bertugas membantu Dewan Komisaris untuk memastikan bahwa
laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum, struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik,
pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit
yang berlaku, dan tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen
(KNKG,2006)
19
Komite Audit mampu mendorong manajemen untuk melakukan praktik
pengungkapan pertanggungjawaban sosial sebagai media komunikasi perusahaan
dengan stakeholder dalam rangka memperolah legitimasi melauo pelaksanaan GCG.
Melakukan evaluasi atas pelaksanaan audit internal dalam rangka menilai
kecukupan pengendalian internal termasuk kecukupan proses pelaporan keuangan
dan melakukan koordinasi dengan Kantor Akuntan Publik dalam rangka efektivitas
pelaksanaan audit eksternal merupakan salah satu tugas komite audit dalam
perbankan syariah. Menurut penelitian Fatimah dan Makhdalena (2016) komite audit
berpengaruh positif terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
H3 : Komite Audit berpengaruh terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting
Gambar 2.1. Rerangka berfikir
Dewan Pengawas Syariah:
jumlah anggota dewan Pengawas
Syariah
Dewan Komisaris:
jumlah anggota dewan komisaris
Komite Audit:
jumlah anggota komite audit
Islamic Social
Reporting
INDEX ISR