Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu, merupakan salah satu landasan penulis, untuk
melakukan sebuah penelitian , dengan adanya penelitian terdahulu, penulis
dapat membandingkan antara penelitian yang tekah dilakukan , dan yang akan
dilakukan. Berikut merupakan penelitian yang berkaitan dengan judul penulis.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama peneliti Judul Hasil Penelitian Relevansi
Yanti Sri Rejeki,
Jurusan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri
Semarang, Tahun
2011
Objek Wisata
Guci Dan
Perubahan
Sosial
Ekonomi
Masyarakat
Pekandangan
Kelurahan
Rembul
Kecamatan
Bojong
Kabupaten
Tegal
Perkembangan
obyek wisata Guci
yang semakin pesat
secara otomatis
berpengaruh
terhadap kehidupan
sosial ekonomi
masyarakat.
Pengaruh sosial
ekonomi dengan
adanya obyek wisata
pemandian air panas
Guci terhadap
masyarakat sekitar
yaitu adanya
penyediaan lapangan
pekerjaan bagi
masyarakat sekitar
obyek wisata Guci
khususnya
masyarakat dukuh
Pekandangan
Kelurahan Rembul.
Bertambahnya
lapangan pekerjaan
di obyek wisata Guci
juga telah menambah
pendapatan dari
masyarakat sekiar
diantaranya yaitu
dari hasil berdagang
dan pekerjaan-
pekerjaan lain yang
ada kaitannya
dengan obyek wisata
Guci
Persamaan :
penelitian ini
sama-sama
mengakaji
tentang
perubahan
sosial-
ekonomi
Perbedaan :
Lokasi
penelitian ini
berbeda dan
objek wisata
juga berbeda.
16
I Nengah Subadra
Dan Nyoman
Mastiani Nadra,
Jurnal Manajemen
Pariwisata, Tahun
2006
Dampak
Ekonomi,
Sosialbudaya,
Dan
Lingkungan
Pengembangan
Desa Wisata
Di Jatiluwih-
Tabanan
Keindahan alam dan
kebudayaan Bali
yang unik dan
beranekaragam yang
dituntun atau
berpedoman pada
falsafah Hindu dan
keindahan alam
menjadi daya tarik
tersendiri bagi para
wisatawan, baik
wisatawan manca
negara, wisatawan
domestik dan
wisatawan nusantara.
Pembangunan
pariwisata
berkelanjutan
merupakan
pembangunan
pariwisata yang
memperhatikan
usaha-usaha
melestarikan seluruh
kehidupan sosial-
budaya masyarakat
lokal dan lingkungan
hidup yang ada di
daerah tujuan wisata
serta memberikan
manfaat ekonomi
kepada masyarakat
lokal secara
berkelanjutan
sehingga ketiga
aspek (sosial-budaya,
lingkungan hidup
dan ekonomi) dapat
diwariskan ke inter
generasi dan antar
generasi.
Pembanguanan
pariwisata
berkelanjutan di
Desa Wisata
Jatiluwih belum
sepenuhnya
memenuhi aspek-
Persamaan :
penelitian ini
sama-sama
mengakaji
tentang
perubahan
sosial-
ekonomi
Perbedaan :
Lokasi
penelitian ini
berbeda serta
faktor
lingkunganya,
dan juga tidak
mengcakup
budaya.
17
aspek pola
pembangunan
pariwisata
berkelanjutan. Dua
aspek keberlanjutan
yaitu aspek sosial-
budaya dan
lingkungan telah
terpenuhi.
Kehidupan sosial
budaya khususnya
pertanian, gotong
royong, dan
kegiatan-kegiatan
keagamaan masih
tetap terjaga
kelestarianya
walaupun tempat ini
bnayak dikunjungi
wisatawan
Sedangkan aspek
pemberian manfaat
ekonomi kepada
masyarakat lokal
belum terpenuhi
karena kurangya
peran serta
masyarakat dalam
proses perencanaan,
pembangunan,
pelestarian dan
penilaian terhadap
pembangunan
pariwisata di Desa
Wisata Jatiluwih.
Arif Dwi Pradana,
Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas
Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan
Universitas Jember
2018
Perubahan
Sosial
Ekonomi
Masyarakat Di
Kawasan
Makam Bung
Karno Tahun
1979-2017
Penelitian yang
sudah dijelaskan di
atas memiliki suatu
kesamaan dan
perbedaan. Dalam
hal yang sama,
kesemua penelitian
membahas mengenai
kondisi sosial
ekonomi masyakarat.
Dalam penelitian
Adabi Sholik dan
Sujali (2011) lebih
Persamaan : penelitian ini
sama-sama
mengakaji
tentang
perubahan
sosial-
ekonomi
Perbedaan :
Lokasi
penelitian ini
berbeda, serta
objeknya
18
menekankan kepada
taraf hidup
masyarakat pelaku
usaha. Dalam
penelitian ini hanya
berfokus kepada
pedagang yang
berdomisili di sekitar
obyek wisata.
Meskipun setiap
obyek wisata dalam
hal ekonomi tidak
hanya ada pedagang
tetapi masih ada
penjual jasa seperti
transportasi.
Sedangkan dalam
penelitian Listiowati
(2007) mengatakan
bawasannya hanya
pada waktu-waktu
tertentu saja di
sekitar obyek terjadi
kegiatan ekonomi
dari masyarakat
sekitar atau bahkan
luar daerah.
berbeda dan
juga jurusan
peneliti.
19
Juhannis,Staf
Pengajar Jurusan
Teknik Pwk, Uin Alauddin Makassar,
Tahun 2014
Dampak
Perkembangan
Pariwisata Terhadap
Kondisi Sosial
Ekonomi Masyarakat Di
Pulau Liukang
Loe Kabupaten Bulukumba
hasil penelitian ini
adalah
perkembangan
pariwisata Pulau
Liukang Loe
Kabupaten
Bulukumba
memberikan dampak
yang berpengaruh
pada kondisi sosial
dan ekonomi yang
indikatornya berupa
tingkat pendapatan,
mata pencaharian,
dan kondisi suku
masyarakat dengan
masing-masing nilai
bobot.Adapun aspek
yang kurang
berpengaruh pada
kondisi sosial dan
ekonomi Pulau
Liukang Loe
Kabupaten
Bulukumba adalah
berupa tingkat
pendidikan dengan
nilai bobot.
Persamaan :
penelitian ini
sama-sama
mengakaji
tentang
perubahan
sosial-
ekonomi
Perbedaan :
Lokasi
penelitian ini
berbeda, dan
juga jurusan
peneliti
berbeda serta
tidak meneliti
tentang
pendidikan
Sri Rahayu
Rahmah Nasir,
Skripsi, Jurusan
Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik
Universitas
Hasanuddin
Makassar 2014
Perubahan
Sosial
Masyarakat
Lokal Akibat
Perkembangan
Pariwisata
Dusun Wakka
Kab. Pinrang
pantai Dusun Wakka
di jadikan sebagai
tempat permandian
dan memancing.
Selain itu, tempat ini
juga biasa di jadikan
sirkuit balapan cross,
dan dengan
bertambahnya
pembangunan seperti
mushollah yang
dulunya tidak ada
sekarang ada, tempat
mandi pengunjung/
WC, dan pondokkan
buat pengunjung
tempati makan ikan
juga sudah
bertambah.
Bertambahnya
Persamaan : penelitian ini
sama-sama
mengakaji
tentang
perubahan
sosial-
ekonomi
Perbedaan :
Lokasi
penelitian ini
berbeda.
Dan juga
objek yang
berbeda.
Serta waktu
penelitian
yang berbeda.
20
pengunjung yang
datang juga sangat
berpengaruh buat
masyarakat setempat
yang tinggal di
kawasan Dusun
Wakka ini. Seperti
banyaknya
pengunjung
mengakibatkan
keuntungan atau
pemasukan
masyarakat
bertambah juga. Sumber : Data diolah tahun 2019
2.2 Tinjauan Pustaka
2.2.1 Perubahan Sosial Ekomomi
Perubahan sosial , setiap masyarakat mengalami perubahan.
Perubahan bagi masyrakat yang bersangkutan maupun tidak
bersangkutan. Segala perubahan pada lembaga-lembaga Masyarakat
mempenggaruhi system sosialnya, termasuk nilai-nilai, sikap-sikap,
pola-pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat
(Soerjono,2011:261).
Burker (2003) mengatakan istilah perubahan sosial dipandang
sebagai istilah yang taksa (ambigius). Kadang kala istilah ini digunakan
dalam pengertian yang sempit, yang mengacu kepada perubahan-
perubahan struktur sosial, tapi juga kadangkadang digunakan pula dalam
pengertian yang sangat luas yang mencakup organisasi politik,
perekonomian dan kebudayaan (Miswanto, Mat Safaat 2018:48).
a. Ekonomi
Ekonomi secara umum mengkaji mengenai pemenuhan
kebutuhan manusia dan kemakmuran manusia, dua hal pokok dari
permasalahan ekonomi tersebut yaitu kebutuhan dan pencapaian
kemakmuran merupakan salah satu dasar di dalam pelapisan sosial
di dalam masyarakat bila dihubungkan dengan permasalahan mikro
tingkat ekonomi masyarakat, dengan kata lain semakin makmur
seseorang dan semakin mampu untuk memenuhi kebutuhannya
21
dengan berbagai tingkatannya maka semakin tinggi pula tingkat
ekonomi seseorang di dalam struktur sosial kemasyarakatan
(Rosyidi, 2009 : 39 ).
b. Pembangunan Ekonomi
Pengertian pembangunan ekonomi adalah upaya
meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah
kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi real dengan
melakukan penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan
pengetahuan, peningkatan keterampilan, penambahan kemampuan
berorganisasi, dan manajemen. (Sadono Sukirno, 2003: 75)
c. Perubahan Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang
dalam kelompok masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas
ekonomi, pendidikan serta pendapatan. Dalam pembahasannya
sosial dan ekonomi sering menjadi objek pembahasan yang berbeda.
Dalam konsep sosiologi manusia sering disebut dengan makhluk
sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya
bantuan dari orang lain, sehingga arti sosial sering diartikan sebagai
hal yang berkanaan dengan masyarakat (Soerjono Soekanto,
2002:75).
2.2.2 Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial
Perubahan sosial dan budaya dapat dibedakan kedalam beberapa
bentuk, Menurut (Soerjono,2010:269 )
a. Perubahan Lambat (Evolusi)
Perubahan secara lambat memerlukan waktu yang lama dan
biasanya merupakan rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti
dengan lambat. Pada evolusi, perubahan terjadi dengan sendirinya
tanpa rencana atau kehendak tertentu. Masyarakat hanya berusaha
menyesuaikan dengan keperluan, keadaan, dan kondisi baru yang
timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Perubahan ini terjadi
melalui tahapan-tahapan dari yang sederhana menjadi maju.
22
b. Perubahan Cepat (Revolusi)
Revolusi, perubahan yang terjadi ada yang direncanakan
terlebih dahulu dan ada yang tidak direncanakan. Selain itu ada yang
dijalankan tanpa kekerasan dan dengan kekerasan. Dalam perubahan
cepat, kemungkinan timbulnya sifat anarki dan tindakan kekerasan
sangat besar terjadi. Adapun ukuran kecepatan suatu perubahan
sebenarnya relative karena revolusi pun dapat memakan waktu lama
Pada umumnya, suatu perubahan dianggap sebagai perubahan
cepat karena mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat,
seperti sistem kekeluargaan, politik, ekonomi, dan hubungan antar
manusia. Suatu revolusi dapat juga berlangsung dengan didahului
suatu pemberontakan. Misalnya revolusi bangsa Indonesia dalam
mencapai kemerdekaannya.
c. Perubahan Kecil
Perubahan kecil adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada
unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung
atau berarti bagi masyarakat. Misalnya perubahan mode pakaian,
bentuk rumah, dan mainan anak yang tidak akan membawa pengaruh
yang berarti bagi masyarakat dalam keseluruhannya.
d. Perubahan Besar
Perubahan besar adalah suatu perubahan yang berpengaruh
terhadap masyarakat dan lembaga-lembaganya, seperti dalam system
kerja, sistem hak milik tanah, hubungan kekeluargaan, dan stratifikasi
masyarakat.
e. Perubahan yang Dikehendaki
Perubahan bentuk ini merupakan perubahan-perubahan yang
diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-
pihak yang hendak mengadakan perubahan dalam masyarakat. Pihak-
pihak itu disebut sebagai agent of change, yaitu seseorang atau
sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat sebagai
pemimpin dalam perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Misalnya pejabat pemerintah, tokoh masyarakat, atau mahasiswa.
23
f. Perubahan yang Tidak Dikehendaki
Perubahan ini terjadi di luar jangkauan pengawasan masyarakat
dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak
diharapkan oleh masyarakat. Misalnya rusaknya berbagai fasilitas
umum, serta banyak orang yang kehilangan rumah, keluarga, dan
sanak saudara. Pada umumnya sangat sulit untuk meramalkan tentang
terjadinya perubahan yang tidak dikehendaki ini.
2.2.3 Faktor-Faktor Perubahan Sosial
Faktor-faktor berasal dari dalam masyarakat itu sendiri menurut
(Soerjono,2011:275) :
1. Bertambah atau berkurangnya penduduk
Bertambahnya penduduk yang sangat cepat di dunia
menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat,
terutama yang menyangkut lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Berkurangnya penduduk mngkin disebabkan karena
pindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari daerah ke daerah lain.
Perpindahan penduduk tersebut mengakibatkan kekosongan,
misalnya dalam bidang pembagian kerja, stratifikasi sosial dan
selanjutnya yang mempengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.
2. Penemuan-penemuan baru
Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar tetapi yang
terjadi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama adalah inovasi.
Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsur
kebudayaan baru tersebar ke lain-lain bagian dari masyarakat dan
cara-cara unsur kebudayaan baru diterima, dipelajari dan akhirnya
dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan.
3. Pertentangan
Masyarakat mungkin menjadi pola sebab daripada terjadinya
perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan. Pertentangan-
pertentangan tersebut mungkin terjadi antara orang perorangan
dengan kelompoknya atau pertentangan antar kelompok-kelompok.
4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi
24
Revolusi yang terjadi pada bulan Oktober 1917 di rusia
menyebabkan terjadinya perubahan besar di sana. Negara tersebut
yang mula-mula mempunyai bentuk kerajaan yang absolut, berubah
menjadi diktator proletariat yang di dasarkan pada doktrin Marxisme.
Segenap lembaga-lembaga kemasyarakatan,
Suatu perubahan sosial dan budaya dapat pula bersumber pada
sebab-sebab dari luar masyarakat itu sendiri antara lain :
a. Peperangan.
b. Sebab-sebab dari lingkungan alam fisik yang ada disekitar
manusia.
c. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Perubahan
Didalam Masyarakat dimana terjadi suatu proses peubahan
terdapat faktor-faktor yang mendorong proses perubahan Sosialmenurut
(soerjono,2011:283 ) :
1. Faktor-faktor yang mendorong jalannya proses perubahan :
a. Kontak dengan kebudayaan lain
Penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu
kepada individu lain, dan dari satu masyarakat kemasyarakat lain.
Proses ini merupakan salah satu pendorong perubahan.
b. Sistem pendidikan formal yang maju
Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu dalam
masyarakat, terutama dalam membuka pikiranannya menerima
hal-hal baru dan juga berpikir secara ilmiah.
c. Sikap menghargai hasil karya orang lain
Merupakan pendorong manusia-manusia untuk usaha
penemuan baru. seperti nobel, untuk menciptakan hasil karya
baru.
d. Sistem terbuka lapisan masyarakat(open stratification)
25
Memberi kesempatan kepada individu-individu untuk maju
atas kemapuan sendiri, tanpa memanda golongan atas atau
golongan bawah.
e. Penduduk yang heterogen
Masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok yang
latar belakang berbeda, seperti budaya, ras dan ideologi, karena
ini sering terjadi pertentangan yang mengundang goncangan-
goncangan yang mendorong perubahan.
2. Faktor-faktor yang menghalangi terjadinya perubahan Sosial
a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lambat
Salah satu aspek pendorong terjadinya perubahan sosial
budaya adalah majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek). Majunya perkembangan iptek menjadi
indikator pula majunya taraf perkembangan budaya suatu
masyarakat. Sementara maju dan tingginya taraf peradaban suatu
masyarakat menyebabkan masyarakat tersebut akan cepat atau
mudah mengadakan adaptasi (penyesuaian) terhadap munculnya
perubahan-perubahan yang datang dari luar masyarakat yang
bersangkutan.
b. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
Kehidupan masyarakat yang tertutup, hingga menyebabkan
setiap warganya sulit untuk melakukan kontak atau hubungan
dengan masyarakat lain, menyebabkan warga masyarakat
tersebut terasing dari dunia luar. Jika hal tersebut tetap
berlangsung, maka akan menyebabkan kemunduran bagi
masyarakat yang bersangkutan, faktor ketertutupan atau
kurangnya hubungan dengan masyarakat atau kebudayaan lain,
menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat atau
menghalangi bagi proses perubahan sosial dan budaya di dalam
masyarakat.
c. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan
26
Adanya kekhawatiran di kalangan masyarakat akan
terjadinya kegoyahan seandainya terjadi integrasi di antara
berbagai unsur-unsur kebudayaan, juga menjadi salah satu faktor
lain terhambatnya suatu proses perubahan sosial budaya.
Memang harus diakui bahwa tidak mungkin suatu proses
integrasi di antara unsur-unsur kebudayaan itu akan berlangsung
secara damai dan sempurna, sebab biasanya unsur-unsur dari luar
dapat menggoyahkan proses integrasi tersebut, serta dapat
menyebabkan pula terjadinya perubahan-perubahan pada aspek-
aspek tertentu dalam masyarakat.
d. Adat dan kebiasaan
Setiap masyarakat di manapun tempatnya, pasti memiliki
adat serta kebiasaan tertentu yang harus ditaati dan diikuti oleh
seluruh anggotamasyarakat. Adat dan kebiasaan adalah
seperangkat norma-norma (aturan tidak tertulis) yang berfungsi
sebagai pedo-man bertingkah laku bagi seluruh anggota
masyarakat. Adat biasanya berisi pola-pola perilaku yang telah
diyakini dan diterima oleh masyarakat secara turun-temurun,
bersifat kekal (abadi), dan oleh karena itu harus ditaati oleh
seluruh anggota masyarakat, serta bersifat mengikat.maka
kebiasaan menjadi perilaku yang diulang-ulang dari generasi
terdahulu ke generasi berikutnya (secara turun-temurun) sehingga
menjadi semacam aturan (norma) yang harus diikuti oleh setiap
anggota masyarakat. Meskipun tidak sekuat adat, norma
kebiasaan juga memiliki daya pengikat tertentu yang dapat
menyebabkan setiap anggota berperilaku sesuai dengan
kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.
e. Kepentingan-kepentingan yang telah tertanam kuat
(vestedinterests)
27
Setiap organisasi sosial yang mengenal sistem berlapis-
lapisan, pasti akan ada sekelompok orang-orang yang menikmati
kedudukan dalam suatu proses perubahan. Pada masyarakat-
masyarakat yang sedang mengalami masa transisi, misalnya saja
dari otoritarianisme ke sistem demokrasi biasanya terdapat
segolongan orang-orang yang merasa dirinya berjasa atas
terjadinya perubahan-perubahan. Hal inilah yang juga dirasa
menjadi salah satu faktor penghalang berikutnya bagi jalannya
suatu proses perubahan.
f. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap tertutup
Sebut saja misalnya pada masyarakat-masyarakat yang
dahulunya pernah mengalami proses penjajahan oleh bangsa lain,
seperti bangsa-bangsa di kawasan Asia dan Afrika oleh
penjajahan bangsa Barat. Mereka tidak akan melupakan begitu
saja atas berbagai pengalaman pahit yang pernah diterimanya
pada masa lalu, dan hal tersebut ternyata berdampak pada
munculnya kecurigaan di kalangan bangsa-bangsa yang pernah
dijajah itu terhadap sesuatu atau apa-apa yang datang dari barat.
Selanjutnya, karena secara kebetulan unsur-unsur baru yang
masuk itu juga kebanyakan berasal dari negara-negara barat,
maka prasangka-prasangka (negatif) juga tetap ada, terutama
akibat rasa kekawatiran mereka akan munculnya penjajahan
kembali yang masuk melalui unsur-unsur budaya tersebut.
Dengan demikian munculnya prasangka serta adanya sikap
menolak terhadap kebudayaan asing juga akan menjadi salah satu
faktor penghambat lain bagi jalannya proses perubahan sosial
budaya suatu masyarakat.
g. Nilai bahwa hidup ini buruk dan tidak mungkin dapat diperbaiki
Di kalangan masyarakat terdapat kepercayaan bahwa
hidup di dunia itu tidak perlu ngoyo (terlalu berambisi) sebab baik
buruknya suatu kehidupan (nasib/takdir) itu sudah ada yang
mengatur, oleh karena itu harus dijalaninya secara wajar.
28
Sementara jika manusia diberikan kehidupan yang jelek, maka
harus diterimanya pula apa adanya (nrimo ing pandum) serta
dengan penuh kepasrahan karena memang nasib yang harus
diterimanya demikian. Adanya pemahaman yang keliru tentang
nasib manusia itulah, sehingga di dalam masyarakat tidak muncul
dinamisasi, yang berarti tidak ada perubahan, atau jika ada
perubahan maka hal tersebut akan berjalan secara lambat.
h. Hambatan yang bersifat ideologis
Adanya faktor penghambat yang bersifat ideologis, karena
biasanya setiap usaha mengadakan perubahan-perubahan pada
unsur-unsur kebudayaan rohaniah, akan diartikan sebagai suatu
usaha yang berlawanan dengan ideologi masyarakat yang
merupakan dasar bagi terciptanya integrasi dari masyarakat yang
bersangkutan. Oleh karena itu faktor-faktor yang bersifat
ideologis akan tetap menjadi perintang bagi jalannya perubahan-
perubahan.
i. Sikap masyarakat yang sangat tradisional
Apabila di dalam masyarakat muncul suatu sikap
mengagung-agungkan akan tradisi masa lampau serta
menganggap bahwa tradisi tersebut secara mutlak tak dapat
dirubah, maka sudah dapat dipastikan `bahwa pada masyarakat
tersebut akan mengalami hambatan-hambatan dalam proses
perubahan sosial budayanya. lebih parah lagi apabila golongan
yang berkuasa dalam masyarakat juga berasal dari golongan yang
bersifat konservatif, yakni suatu golongan yang notabenenya
adalah penentang atau anti terhadap perubahan-perubahan.
2.2.5 Proses Perubahan Sosial
29
Perubahan sosial terjadi pada setiap masyarakat.Perubahan sosial
dapat terjadi melalui difusi, akulturasi, asimilasi, dan akomodasi.
Menurut (Koentjaraningrat, 2010:78 ).
1. Difusi
Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan (ide-
ide, keyakinan, hasil-hasil kebudayaan, dan sebagainya) dari individu
kepada individu lain, dari satu golongan ke golongan lain dalam suatu
masyarakat atau dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Dari
pengertian tersebut dapat dibedakan dua macam difusi, yaitu difusi
intra masyarakat dan difusi antarmasyarakat :
a. Difusi intramasyarakat ( intrasociety diffusion ), aitu difusi unsur
kebudayaan antarindividu atau golongan dalam suatu masyarakat.
Difusi intramasyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut
ini:(1)Adanya suatu pengakuan bahwa unsur baru tersebut
mempunyai banyak kegunaan. (2) Ada tidaknya unsur
kebudayaan yang memengaruhi diterima atau tidaknya unsur yang
lain. (3) Unsur baru yang berlawanan dengan unsur lama
kemungkinan besar tidak akan diterima. (4) Kedudukan dan
peranan sosial dari individu yang menemukan sesuatu yang baru
tadi akan dengan mudah diterima atau tidak.(5)Pemimpin atau
penguasa dapat membatasi proses difusi tersebut.
b. Difusi antar masyarakat ( intersociety diffusion ), yaitu difusi
unsur kebudayaan dari satu masyarakat ke masyarakat lain.
Faktor-faktor yang memengaruhi difusi antarmasyarakat adalah
sebagai berikut :(1) Adanya kontak antara masyarakat yang satu
dengan masyarakat yang lain. (2) Kemampuan untuk
mendemonstrasikan manfaat penemuan baru tersebut. (3)
Pengakuan akan kegunaan penemuan baru tersebut. (4) Ada
tidaknya unsur kebudayaan lain yang menyaingi unsur penemuan
baru tersebut.(5) Peranan masyarakat dalam menyebarkan
penemuan baru tersebut. (6) Paksaan untuk menerima unsur baru
tersebut.
30
Mengenai masuknya unsur-unsur baru ke dalam suatu masyarakat
dapat terjadi melalui perembesan secara damai, perembesan dengan
kekerasan, dan simbiotik.
1) Perembesan damai ( penetration passifique ), yaitu masuknya unsur
baru ke dalam suatu masyarakat tanpa kekerasan dan paksaan,
namun justru mengakibatkan masyarakat yang menerima semakin
maju. Contohnya masuknya internet ke sekolah-sekolah.
2) Perembesan dengan kekerasan ( penetration violente ), yaitu
masuknya unsur baru ke dalam suatu masyarakat yang diwarnai
dengan kekerasan dan paksaan, sehingga merusak kebudayaan
masyarakat penerima. Contohnya masuknya budaya asing pada
masa penjajahan kolonial Belanda.
3) Simbiotik, yaitu proses masuknya unsur-unsur kebudayaan ke atau
dari dalam masyarakat yang hidup berdampingan. Ada tiga macam
proses simbiotik, yaitu mutualistik, komensalistik, dan parasitistik.:
(1) Mutualistik, yaitu simbiose yang saling menguntungkan (2)
Komensalistik, yaitu simbiose di mana satu pihak mendapatkan
keuntungan, tetapi pihak lain tidak untung namun juga tidak rugi. (3)
Parasitistik, yaitu simbiose di mana satu pihak mendapatkan
keuntungan dan pihak lain menderita kerugian.
2. Akulturasi
Akulturasi merupakan proses sosial yang timbul apabila suatu
kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan
dengan unsur-unsur kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga
unsur-unsur kebudayaan itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam
kebudayaannya, tanpa menghilangkan sifat khas kepribadian
kebudayaan asli.
Proses akulturasi dapat berjalan sangat cepat atau lambat
tergantung persepsi masyarakat setempat terhadap budaya asing yang
masuk. Apabila masuknya melalui proses pemaksaan, maka akulturasi
memakan waktu relatif lama. Sebaliknya, apabila masuknya melalui
proses damai, akulturasi tersebut akan berlangsung relatif lebih cepat.
31
3. Asimilasi
Asimilasi adalah proses sosial tingkat lanjut yang timbul apabila
terdapat golongan-golongan manusia yang mempunyai latar belakang
kebudayaan yang berbeda-beda, saling berinteraksi dan bergaul secara
langsung dan intensif dalam waktu yang lama, dan kebudayaan-
kebudayaan golongan-golongan tadi masingmasing berubah sifatnya
yang khas menjadi unsur-unsur kebudayaan yang baru, yang berbeda
dengan aslinya.
Asimilasi terjadi sebagai usaha untuk mengurangi perbedaan
antarindividu atau antarkelompok guna mencapai satu kesepakatan
berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Menurut
Koentjaraningrat, proses asimilasi akan timbul apabila ada kelompok-
kelompok yang berbeda kebudayaan saling berinteraksi secara
langsung dan terusmenerus dalam jangka waktu yang lama, sehingga
kebudayaan masing-masing kelompok berubah dan saling
menyesuaikan diri.
4. Akomodasi
Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang
menunjuk terciptanya keseimbangan dalam hubungan-hubungan
sosial antarindividu dan kelompok-kelompok sehubungan dengan
norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Sebagai
suatu proses, akomodasi menunjuk kepada usaha-usaha manusia
untuk meredakan pertentangan-pertentangan atau usaha-usaha untuk
mencapai kestabilan interaksi sosial.
2.2.6 Pariwisata
Pariwisata merupakan sebuah kegiatan perjalanan yang dilakukan
secara berhari-haridan berkali-kali. Tujuan melakukan pariwisata yaitu
dengan mendapatkan kepuasan batindan kesengan yang diinginkan.
Secara etimologis, istilah pariwisata berasal dari bahasasansekerta yang
terdiri dari dua suku kata yaitu “pari” dan “wisata”. Pari merupakan
pemaknaan kata yang berulang-ulang atau berkali-kali, sedangkan wisata
32
merupakan sebuah perjalanan yang dilakukan lebih dari sehari
(Munsanef, 1996 : 34 ).
Menurut Undang-Undang RI No. 10 tahun 2009 Bab 1 Pasal 1
pariwisata adalahberbagai macam-macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas-fasilitas sertalayanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Hunziker dan Krapf yang
merupakan Bapak Ilmu Pariwisata menyatakan bahwa pendapatnya
tentang pariwisata adalah sebuah hasil dari hubungan dan gejala yang
dihasilkan dari tinggalnya orang-orang asing, asalkan tinggalnya mereka
tidak menyebabkan timbulnya suatu tempat tinggal dan serta usaha yang
bersifat sementara. Pariwsata juga dapat dilihat dimana adanya hubungan
yang terjalin dari adanyainteraksi antara wisatawan yang datang ke
tempat wisata, serta masyarakat yang memiliki penginapan untuk
menarik para wisatawan untuk menginap ditempat wisata.
Wisata yaitu merupakan sebuah perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang denganlebih satu orang yang mempunyai tujuan atau
keinginan untuk mendapatkan kenikmatantersendiri dan memenuhi
hasrat yang diinginkan. Menurut Robinson, Pariwisata akan berkembang
karenan adanya keinginan manusia yang sangat besar unttuk
mencarisesuatu yang belum mengetahui tempat-tempat yang baru, dan
mempunyai keinginan untuk mendapatkan perjalanan yang baru (Pitana,
2005:40).
1. Tujuan dan manfaat wisata
Adapun tujuan dari pariwisata menurut (Vina, 2018:20) sebagai
berikut :
a. Sebagai pengganti waktu luang atau senggang yang digunakan untuk
berlibur yang berguna untuk memenuhi kepuasan batin,
pengetahuan baru dan kesehatan.
b. Untuk meningkatkan kedekatan antar keluarga karena dalam
berpariwisata yanglebih dari 24 jam akan banyak waktu untuk
berkumpul dengan berkeluarga.
33
c. Ingin mencari suasana baru yang tidak pernah dirasakan atau
ditemukansebelumnya.
d. Mendapatkan pengalaman baru dari tempat wisata yang dikunjungi
danmendapatkan teman baru.
2. Jenis – Jenis Wisata
Jenis pariwisata menurut ( Vina, 2018: 20) sebagai berikut :
a. Wisata Religi
Wisata Religi adalah merupakan tempat-tempat wisata yang
mengandung unsurreligious dan tempat wisata yang dimana sebagain
besar wisatawan memeprcayaitempat wisata itu harus dikunjungi.
Wisata religi mempunyai tujuan untuk memperkaya wawasan
keagamaan dan memperdalam rasa spiritual. Sebuah gambaran saja
wisatareligi yang ada di wisata Makam Bung Karno, wisata religi
disini yaitu setiappengunjung yang melakukan tabur bunga ikut
melakukan pengajian yang dipimpin olehtokoh agama yang ada di
wisata tersebut, dan juga di wisata Makam Bung Karno
inimengadakan pengajian-pengajian di hari besar kelahiran atau
peringatan Bung Karno.Contoh wisata religi yaitu Wisata Makam
Bung Karno , Ziarah Wali Songo , WisataMakam Gus Dur dll.
b. Wisata Budaya
Wisata budaya adalah merupakan kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseoranguntuk mengunjungi tempat-tempat rekreasi
yang mengjarkan tentang budaya atau memperlihatkan peninggalan
budaya yang harus diletraikan. Contoh wisata budayayaitu Istana
Gebang , Candi Penataran , Candi Borobudr dll
c. Wisata Bahari
Wisata bahari adalah suatu bentuk kegiatan wisata yang
berkaitan dengan air, laut dandanau. Wisata bahari merupakan wisata
yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahun tentang kelautan dan
mengetahui secara langsung kondisi laut itu seperti apa. Contoh dari
wisata bahari ini yaitu, Pantai Tambak Rejo, Pantai Pasir Putih, Pantai
PehPulo, kepulauan Derawan dan Raja Empat.
34
d. Wisata Cagar Alam
Wisata cagar alam merupakan wisata yang memiliki ciri khas
yaitu wisata yang semuanya mengandung tumbuhan dan ekosistem
yang harus dilindungi dan berkembangnnya berlangsung secra alami.
Dalam wisata cagar alam adanya flora danfauna yang harus dilindungi
dan diperkembangbiakkan. Contoh wisata cagar alam yaitu Kebun
Raya Bogor, Kebun Raya Bon Rojo, Kebun Raya Cibodas dll.
e. Wisata Pertanian (Agrowisata)
Wisata pertanian (agrowisata) merupakan tempat wisata yang
menggunakan lahanpertanian yang betujuan untuk memberikan ilmu
pengetahuan untuk para pengunjung mengenali tumbuhan, cara
merawat tumbuhan dan meikmati tumbuhan yang sudah berkembang.
Wisata ini memang bertujuan untuk mengembangkan alam pada suatu
daerah yang memiliki bidang dalam pertanian. Contoh dari wisata
pertanian (agrowisata) yaitu wisata petik apel , wisata kebun teh,
wisata kebun jeruk dll.
2.2.7 Desa Wisata
Desa Wisata adalah desayang memiliki potensi keunikan dan
daya tarik wisata yang khas, baik berupa karakter fisik lingkungan alam
pedesaan maupun kehidupan sosial budaya kemasyarakatanyang
dikelola dan dikemas secara menarik dan alami dengan pengembangan
fasilitas pendukung wisatanya, dalam suatu tata lingkungan yang
harmonis dan pengelolaan yang baik dan terencana sehingga siap untuk
menerima dan menggerakkan kunjungan wisatawan ke desa
tersebut,serta mampu menggerakkan aktifitas ekonomi pariwisata yang
dapat meningkatkan kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat
setempat (Prasetyo Hadi,2014 : 147).
Salah satu yang menjadi suatu bentuk kegiatan ekowisata pada
kawasan tertentu yang melibatkan masyarakat lokal setempat adalah desa
wisata. Menurut Priasukmana & Mulyadin (2001), Desa Wisata
merupakan suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan
suasana yang mencerminkan keaslian pedesaaan baik dari kehidupan
35
sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki
arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan
perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk
dikembangkanya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya atraksi,
akomodasi, makanan-minuman, cindera-mata, dan kebutuhan wisata
lainnya ( kurniati, 2015 : 6 ).
Menurut Priasukmana dan Mulyadin (2001), penetapan suatu
desa dijadikan sebagai desa wisata harus memenuhi persyaratan-
persyaratan ( Erdi,2016 : 2 ), antara lain sebagai berikut :
1. Aksesibilitasnya baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawandengan
menggunakan berbagai jenis alat transportasi.
2. Memiliki obyek-obyek menarik berupa alam, seni budaya, legenda,
makanan lokal, dan sebagainya untuk dikembangkan sebagai obyek
wisata.
3. Masyarakat dan aparat desanya menerima dan memberikan
dukungan yang tinggi terhadap desa wisata serta para wisatawan yang
datang kedesanya.
4. Keamanan di desa tersebut terjamin.
5. Tersedia akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang memadai.
6. Beriklim sejuk atau dingin.
7. Berhubungan dengan obyek wisata lain yang sudah dikenal oleh
masyarakat luas.
Pembangunan desa wisata juga memiliki manfaat ganda bagi
berbagai macam bidang yaitu :
1. Ekonomi, meningkatkan perekonomian nasional, ragional, dan
masyarakat lokal.
2. Sosial, membuka lapangan kerja dan lapangan berusaha bagi
masyarakat di desa.
3. Politik, dari sisi internasional adalah menjembatani perdamaian antar
bangsa didunia dan dari sisi nasional untuk memperkokoh persatuan
bangsa, mengatasi disintegrasi.
36
4. Pendidikan, keberadaan desa wisata dapat memperluas wawasan dan
cara berpikir orang-orang desa, mendidik cara hidup bersih dan sehat.
5. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek), meningkatkan ilmu dan
teknologi bidang kepariwisataan.
6. Sosial budaya, keberadaan desa wisata dapat menggali dan
mengembangkan kesenian serta kebudayaan asli daerah yang hamper
punah untuk dilestarikan kembali.
7. Lingkungan, dapat menggugah sadar lingkungan yaitu menyadarkan
masyarakat akan arti pentingnya memelihara dan melestarikan
lingkungan bagi kehidupan manusia kini dan di masa datang.
2.3 Landasan Teori
Teori perubahan sosial
Sosial change dapat terjadi karena keseimbangan suatu masyarakat
dipengaruhi oleh unsur-unsur didalamnya, misalnya ekonomi, biologis,
geografis, dan lain sebagainya. Adapaun teori perubahan sosial adalah sebagai
berikut :
1. Evolusi
Teori evolusi sosial dam kebudayaan mempunyai empat anggapan
dasaryaitu: (1) umat manusia itu adalah bagian dari pada alam, dan bekerja
sesuai dengan hukum alam pula, (2) hukum alam itu yang menguasai
perkembangan, tidak mengalami perubahan sepanjang zaman (3) proses
alamiah itu bergerak secara progresif dari yang sederhana menuju kearah
yang lebih kompleks, dari yang tidak terorganisasi akan menuju kepada
yang diorganisasikan secara lengkap, (4) manusia di seluruh dunia
mempunyai potensi yang sama akan tetapi berbeda secara fundamental
dalam perkembangan kuantitatif mengenai inteligensi dan
pengalamannya(Jacobos Ranjabar, 2015 : 18).
Pandang evolusi, bahwa masyarakat yang masih sederhana
kebudayaan nya dan masyarakat yang sudah berkebudayaan yang kompleks
tidak berbeda secara kualitatif. hanya berbeda secara gradual, terutama
dalam alam pikirannya. Kaum evolusi ingin menggunakan prinsip-prinsip
ilmu pengetahuan alam dalam menyusun teorinya tentang perkembangan
37
masyarakat dan kebudayaan. Dengan keberhasilan mereka menyusun psiko-
historik manusia secara kronologi, maka dapatlah diikuti sejarah manusia
yang merupakan lanjutan dari pada sejarah alam. Dengan demikian menurut
anggapan kaum evolusi terdapatlah landasan yang kuat bagi teori tentang
perkembangan masyarakat dan suatu kebudayaan. Semua teori evolusi
menilai bahwa perubahan masyarakat dan kebudayaan melalui urutan
penahapan yang sama dan bermula dari tahap perkembangan awal menuju
ke tahap perkembangan terakhir. Teori-teori evolusi menyatakan bahwa
perubahan masyarakat dan kebudayaan memiliki arah tetap yang dilalui
oleh semua masyarakat. dan mana kala tahap terakhir telah dicapai maka
pada saat itu perubahan evolusi pun berakhir (Jacobos Ranjabar, 2015 : 19
).
Teori evolusi masih mengacu pada teori evolusi yang dicetuskan
oleh Darwin dan dipengaruhi pemikiran Herbert Spencer. Menurut teori
evolusi, proses perubahan terjadi secara perlahan dalam waktu yang panjang
dan harus melalui berbagai tahapan hingga titik perubahan yang diharapkan
dapat terwujud.
2. Siklus
Teori siklus adalah cara yang lebih umum dalam menerangkan arah
perubahan umat manusia adalah dengan membayangkan sebagai siklus atau
lingkaran. Para penganut teori siklus melihat apa yang mungkin nampak
sebagai arah perubahan meningkat atau menurun sebenernya hanyalah satu
fase dari satu lingkaran, yang pada akhirnya akan berbalik dengan
sendirinya untuk peralihan selanjutnya Di samping itu, para penganut teori
siklus juga melihat adanya sejumlah tahap yang harus dilalui oleh
masyarakat, tetapi mereka berpandangan bahwa proses peralihan
masyarakat bukannya berakhir pada tahap terakhir yang sempurna,
melainkan berputar kembali kearah awal untuk peralihan selanjutnya
(Jacobos Ranjabar, 2015 : 39 ).
Sorokin menunjukkan kemanfaatan pendekatan historis dalam studi
perubahan sosial, dan Ia Iebih membicarakan perubahan sebagai sesuatu
yang normal ketimbang sebagai sejenis penyimpangan.Pemikiran Sorokin
38
menunjukkan bahwa pemikirannya bener benar bersifat siklus. Menurutnya,
sejarah adalah ayunan antara tiap supra sistem sosiokultural (Jacobos
Ranjabar, 2015 : 40 ).
Teori ini disebutkan bahwa perubahan di masyarakat tidak dapat
dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun karena di dalam masyarakat
terdapat siklus yang harus diikuti. Perubahan sosial ini bagaikan roda yang
sedang berputar, artinya perubahan zamam merupakan sesuatu yang tidak
dapat dihindari oleh manusia dan tidak dapat dikendalikan oleh siapapun.
3. Fungsional,
Fungsionalisme, Teori ini dicetuskan pertama kali oleh William
Ogburn. Menurut teori fungsionalis, kecepatan perubahan terjadi tidak sama
meskipun unsur-unsur masyarakat saling berhubungan satu sama lainnya.
Dalam teori ini dijelaskan bahwa perubahan yang terjadi hanya mengambil
hal yang baik, bermanfaat, dan menguntungkan bagi masyarakat.
Teori perubahan sosial dari William F. Ogburn dalam menganalisis
masalah. Menurut William F. Ogburn perubahan sosial adalah perubahan
yang mencakup unsur-unsur kebudayaan baik material maupun immaterial
yang menekankan adanya pengaruh besar dari unsurunsur kebudayaan
material terhadap unsur-unsur immaterial. Kebudayaan materiil adalah
sumber utama kemajuan. Aspek kebudayaan non-materiil harus
menyesuaikan diri dengan perkembangan kebudayaan material, dan jurang
pemisah antara keduanya akan menjadi masalah sosial.
Menurut Ogburn, teknologi adalah mekanisme yang mendorong
perubahan, manusia selamnaya berupaya memelihara dan meyesuaikan diri
dengan alam yang senantiasa diperbaharui oleh teknologi. Ogburn
memusatkan perhatian pada perkembangan teknologi dan ia menjadi
terkenal karena mengembangkan ide mengenai ketertinggalan budaya dan
penyesuaian tak terelakkan dari faktor-faktor kebudayaan terhadap
teknologi. Teori Materialis yang disampaikan oleh William F. Ogburn pada
intinya mengemukakan bahwa :
39
1. Penyebab dari perubahan adalah adanya ketidak puasan masyarakat
karena kondisi sosial yang berlaku pada masa yang mempengaruhi
pribadi mereka.
2. Meskipun unsur-unsur sosial satu sama lain terdapat hubungan yang
berkesinambungan, namun dalam perubahan ternyata masih ada
sebagian yang mengalami perubahan tetapi sebagian yang lain masih
dalam keadaan tetap (statis).
Hal ini juga disebut dengan istilah cultural lag, ketertinggalan
menjadikan kesenjangan antar unsur-unsur yang berubah sangat cepat dan
yang berubah lambat. Kesenjangan ini akan menyebabkan kejutan sosial
pada masyarakat. Ketertinggalan budaya menggambarkan bagaimana
beberapa unsur kebudayaan tertinggal di belakang perubahan yang
bersumber pada penciptaan, penemuan dan difusi. Teknologi, menurut
Ogburn, berubah terlebih dahulu, sedangkan kebudayaan berubah paling
akhir. Dengan kata lain kita berusaha mengejar teknologi yang terus
menerus berubah dengan mengadaptasi adat dan cara hidup kita untuk
memenuhi kebutuhan teknologi. Teknologi menyebabkan terjadinya
perubahan sosial cepat yang sekarang melanda dunia.
Perubahan teknologi akan lebih cepat dibanding dengan perubahan
pada perubahan budaya, pemikiran, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma
yang menjadi alat untuk mengatur kehidupan manusia. Oleh karena itu,
perubahan seringkali menghasilkan kejutan sosial yang yang pada
gilirannya akan memunculkan pola-pola perilaku baru, meskipun terjadi
konflik dengan nilai-nilai tradisional.
4. Konflik
Masalah konflik tidak lagi sekompleks integrasi masyarakat
sebagaimana diketahui bahwa untuk mengecilkan kenyataan konflik yang
terjadi antara kelompok-kelompok terhadap suatu prinsip yang umum,
seperti kelas misalnya, seringkali dianggap steril. Ada tipe dan
keanekaragaman konflik sosial, ada perang dan ada konflik antar partai
40
politik, yaitu dua jenis perjuangan. Dan kategori tersebut adalah analitik
serta dapat dibedakan dengan tepat. Apapun kriteria yang digunakan untuk
mengklasifikasikannya. isi atau asal struktural dari kelompok-kelompok
yang berkonflik, ataupun bentuk-bentuk konflik, semuanya menghasilkan
tipe-tipe yang jelas (Jacobos Ranjabar, 2015 : 48 ).
Teori konflik juga tidak menggunakan istilah sistem sosial bagi
masyarakat dan satuan-satuannya, melainkan menggunakan himpunan
lndividu yang digabungkan oleh pihak yang berwenang. Masyarakat itu
dipandang sebagai himpunan para individu yang secara paksa ditempatkan
ke dalam suatu orde. Sedangkan konflik adalah situasi yang menyangkut hal
tentang terbaginya status atau kedudukan-kedudukan sosial. (Jacobos
Ranjabar, 2015 : 49 ).
Penganut teori konflik mengikuti pola perubahan evolusioner nya
Marx, namun demikian teori konflik itu sendiri tidak memiliki teori
perubahan tersendiri.Teori konflik menilai bahwa yang konstan adalah
konflik sosial, bukannya perubahan perubahan hanyalah merupakan akibat
dari adanya konflik tersebut. Karena konflik berlangsung secara terus
menerus, maka perubahan pun demikian adanya. perubahan menciptakan
kelompok baru dan kelas sosial baru. Konflik antar kelompok dan antar
kelas sosial melahirkan perubahan berikutnya. Setiap perubahan tertentu
menunjukkan keberhasilan kelompok atau kelas sosial pemenang dalam
memaksakan kehendak nya terhadap kelompok atau kelas sosial lainnya.
Perbedaan antara teori fungsional dengan teori konflik hanya terletak pada
penekanan masalahnya, dan diantara keduanya tidak terdapat pertentangan
yang mendasar (Jacobos Ranjabar, 2015 :49 ).
Teori konflik disebutkan bahwa suatu perubahan dapat terjadi
sebagai akibat adanya pertentangan di dalam masyarakat. Pertentangan ini
diawali perselisihan antara kelompok yang merasa tertindas dengan
kelompok penguasa atau pemerintah sehingga akhirnya menimbulkan
perubahan.
Peneliti juga menggunakan teori fungsionalisme, Teori ini
dicetuskan pertamakali oleh William Ogburn. Menurut teori fungsionalis,
41
kecepatan perubahan terjadi tidak sama meskipun unsur-unsur masyarakat
saling berhubungan satu sama lainnya. Dalam teori ini dijelaskan bahwa
perubahan yang terjadi hanya mengambil hal yang baik, bermanfaat, dan
menguntungkan bagi masyarakat.
Kampung pelangi yang saat ini mengalami perubahan dalam segi
sosial ekonomi dan kebudayaan karena adanya alih fungsi lahan yang
mengakibatkan rumah dan kampung mereka menjadi tempat wisata,
Perubahan sosial berasal dari masyarakat itu sendiri dan berasal dari luar.
Dibalik perubahan yang terjadi di masyarakat pasti ada pelopor perubahan
di dalamnya. Proses-proses perubahan dapat di klasifikasikan sesuai dengan
bidang kehidupan seperti ekonomi, politik, agama, sosial, hukum dan
seterusnya.
Perubahan sosial dalam masyarakat bermula dari kehidupan mereka
yang sederhana dan menuju pada kesejahteraan melalui salah satu
perkembangan wisata di daerahnya sebagai daerah tujuan wisata. bukanya
obyek wisata di daerah mereka ini, masyarakat akan mengalami proses
adaptasi dimana masyarakat harus menyesuaikan dengan kondisi
lingkungannyasaat ini, peneliti tertarik karena ingin mengetahui lebih lanjut
lagi tujuan atau dampak dari wisata ini untuk masyarakat, dan cara
memelihara atau memperbarui pola-pola sistem sosial dimasyarakat itu
sendiri, karna kita tahu bahwa setiap proses ini pasti ada yang namanya
kendala atau tantangan.