33
Rahmawati sakinah, 2012 Pengaruh Implementasi program percepatan belajar (Akselerasi) terhadap perubahan sikap dan perilaku sosial siswa di SMP Negeri 1 Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar / Akselerasi 1. Pengertian Program Percepatan Belajar / Akselerasi Program akselerasi adalah suatu sistem pendidikan yang dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional dengan mempersingkat atau mempercepat masa studi.Pada program sekolah dasar yang seharusnya 6 tahun menjadi 5 tahun dan pada sekolah lanjutan yang seharusnya 3 tahun menjadi 2 tahun. Depdiknas menyatakan bahwa kemampuan setiap siswa tidaklah sama sehingga para siswa yang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang lain diberikan suatu media untuk mendidik mereka secara khusus sesuai dengan potensi yang dimilikinya (Depdiknas:2004). Colangelo dalam Hawadi(2006:5-6) mengartikan istilah akselerasi menjadi dua, yaitu sebagai model pelayanan dan sebagai model kurikulum. Sebagai model pelayanan, akselerasi diartikan sebagai meloncat kelas, dan mengikuti pelajaran tertentu pada kelas di atasnya.Sedangkan sebagai model kurikulum, akselerasi berarti mempercepat bahan ajar dari yang seharusnya dikuasai oleh siswa saat itu. Dalam hal ini, akselerasi dapat dilakukan dalam kelas regular, ruang sumber, ataupun kelas khusus dan bentuk akselerasi yang diambil bisa telescoping dan siswa dapat menyelesaikan dua tahun atau lebih kegiatan belajarnya menjadi satu tahun atau dengan cara self-paced studies, yaitu siswa mengatur belajarnya sendiri. Berdasarkan pedoman penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik cerdas istimewa Departemen Pendidikan Nasional (2009), dijelaskan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

  • Upload
    hathien

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

Rahmawati sakinah, 2012

Pengaruh Implementasi program percepatan belajar (Akselerasi) terhadap perubahan

sikap dan perilaku sosial siswa di SMP Negeri 1 Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Program Percepatan Belajar / Akselerasi

1. Pengertian Program Percepatan Belajar / Akselerasi

Program akselerasi adalah suatu sistem pendidikan yang dikembangkan

oleh Departemen Pendidikan Nasional dengan mempersingkat atau mempercepat

masa studi.Pada program sekolah dasar yang seharusnya 6 tahun menjadi 5 tahun

dan pada sekolah lanjutan yang seharusnya 3 tahun menjadi 2 tahun. Depdiknas

menyatakan bahwa kemampuan setiap siswa tidaklah sama sehingga para siswa

yang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang lain diberikan

suatu media untuk mendidik mereka secara khusus sesuai dengan potensi yang

dimilikinya (Depdiknas:2004).

Colangelo dalam Hawadi(2006:5-6) mengartikan istilah akselerasi menjadi

dua, yaitu sebagai model pelayanan dan sebagai model kurikulum.

Sebagai model pelayanan, akselerasi diartikan sebagai meloncat kelas,

dan mengikuti pelajaran tertentu pada kelas di atasnya.Sedangkan sebagai

model kurikulum, akselerasi berarti mempercepat bahan ajar dari yang

seharusnya dikuasai oleh siswa saat itu. Dalam hal ini, akselerasi dapat

dilakukan dalam kelas regular, ruang sumber, ataupun kelas khusus dan

bentuk akselerasi yang diambil bisa telescoping dan siswa dapat

menyelesaikan dua tahun atau lebih kegiatan belajarnya menjadi satu

tahun atau dengan cara self-paced studies, yaitu siswa mengatur belajarnya

sendiri.

Berdasarkan pedoman penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik

cerdas istimewa Departemen Pendidikan Nasional (2009), dijelaskan bahwa

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

21

penyelenggaraan akselerasi sebagai pendidikan khusus bagi peserta didik yang

memiliki kecerdasan dan/atau bakat istimewa (selanjutnya disingkat menjadi

pendidikan khusus bagi peserta didik CI/BI) di Indonesia menggunakan landasan

hukum sebagai berikut.

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional:

1) Pasal 3, “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggungjawab;

2) Pasal 5 ayat 4, yang menjelaskan bahwa “warga negara yang memiliki

potensi kecerdasan dan kemampuan istimewa berhak memperoleh

pendidikan khusus”;

3) Pasal 32 ayat 1, “pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta

didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses

pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan atau

memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

b. UU no. 23/2002 tentang Perlindungan Anak pasal 52, “anak yang memiliki

keunggulan diberikan kesempatan dan aksebilitas untuk memperoleh

pendidikan khusus”.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

22

c. PP. no 72/1991, tentang Pendidikan Luar Biasa.

d. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan.

e. Peraturan Mendiknas nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Mendiknas no.23 tahun

2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah.

f. Khusus untuk SMP, aturan mengenai akselerasi diatur dalam PP nomor 29

tahun 1990 yang ditindaklanjuti dengan keputusan Mendikbud Nomor

054/U/1993, pasal 16 ayat 1 yang menyebutkan bahwa “siswa yang memiliki

kemampuan istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat menyelesaikan program

belajar lebih awal dari waktu yang telah ditentukan, dengan ketentuan telah

mengikuti pendidikan SLTP sekurang-kurangnya dua tahun”.

g. Permendiknas No.34/2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta didik yang

memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa.

h. Selain itu, pernyataan mengenai program akselerasi juga tertuang dalam

Garis-garis besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1998, yang menyatakan

bahwa sasaran bidang pembangunan lima tahun ketujuh adalah „memberi

perhatian dan pelayanan khusus bagi peserta didik yang mempunyai

kemampuan dan kecerdasan luar biasa, agar dapat dipacu perkembangan

prestasi dan kemampuannya dengan tidak mengabaikan potensi peserta didik

lainnya”.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

23

Program akselerasi adalah salah satu perwujudan pendidikan yang

ditunjukkan bagi anak-anak cerdas dan berbakat istimewa. Secara praktis,

akselerasi adalah memberikan materi dan tugas-tugas di kelas yang lebih tinggi

kepada siswa yang berada di kelas yang lebih muda (Delacy, 1996). Misalnya

memberikan tugas-tugas kepada siswa kelas VIII dengan kurikulum yang

biasanya dipakai di kelas IX.

Pengertian akselerasi secara konseptual yang diberikan oleh Pressey dalam

Hawadi(2004: 31) sebagai suatu kemajuan yang diperoleh dalam program

pengajaran, pada waktu yang lebih cepat atau usia yang lebih muda daripada yang

konvensional. Sementara itu, Colangelo dalam Hawadi(2004:5) menyebutkan

bahwa istilah akselerasi mencakup dua model yang menunjuk pada pelayanan

yang diberikan (service delivery) dan kurikulum yang disampaikan (curriculum

delivery).Sebagai model pelayanan, akselerasi termasuk juga mengikuti pelajaran

tertentu pada kelas di atasnya.Kedua, sebagai model kurikulum akselerasi berarti

mempercepat bahan ajar dari yang seharusnya dikuasai oleh siswa saat itu.

2. Tujuan Program Percepatan Belajar / Akselerasi

Secara umum tujuan dari penyelenggaraan program percepatan belajar

menurut Hawadi (2004: 21) adalah:

a. Memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki

karakteristik khusus dari aspek kognitif dan afektifnya;

b. Memenuhi hak asasinya selaku peserta didik sesuai dengan kebutuhan

pendidik dirinya;

c. Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik;

d. Menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

24

Lebih lanjut secara khusus tujuan dari penyelenggaraan akselerasi ini

menurut Hawadi (2004: 21) adalah:

a. Menghargai peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan

luar biasa untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat.

b. Memacu kualitas/mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan

spiritual, intelektual dan emosional secara berimbang.

c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran peserta

didik.

Program akselerasi sangat esensial dalam menyediakan kesempatan

pendidikan yang tepat bagi siswa yang cerdas. Proses belajar yang terjadi di

dalam program akselerasi akan memungkinkan siswa untuk memelihara semangat

dan gairah belajarnya. Program akselerasi membawa siswa pada tantangan yang

berkesinambungan yang akan menyiapkan mereka menghadapi kekakuan

pendidikan selanjutnya dan produktivitas selaku orang dewasa. Melalui program

akselerasi juga diharapkan siswa akan memasuki dunia professional pada usia

yang lebih muda dan memperoleh kesempatan lebih untuk bekerja secara

produktif (Hawadi, 2004: 8).

3. Model Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar

Berdasarkan Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Khusus bagi Peserta

Didik Cerdas Istimewa Departemen Pendidikan Nasional (2009), bahwa

penyelenggaraan program percepatan belajar dapat dibagi menjadi tiga, yakni

sebagai berikut:

a. Pelayanan Khusus, yaitu kelas yang memberikan layanan kepada peserta

didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa dalam proses

pembelajaran bergabung dengan peserta didik kelas program reguler.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

25

b. Kelas khusus, yaitu kelas yang dibuat untuk kelompok peserta didik yang

memiliki potensi kecerdasan istimewa dalam satuan pendidikan reguler

pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

c. Satuan pendidikan khusus, yaitu lembaga pendidikan formal (sekolah)

pada jenjang pendidikan dasar (SD/MI, SMP/MTs) dan menengah

(SMA/MA, SMK/MAK) yang semua peserta didiknya memiliki potensi

kecerdasan istimewa dan/atau bakat istimewa.

Namun kebijakan pemerintah Tahun Pelajaran 2001/2002 adalah

pendiseminasikan program percepatan belajar yang dititikberatkan pada model

khusus. Akibatnya, pesrta didik yang memenuhi persyaratan untuk masuk kelas

percepatan belajar dikelompokkan dalam satu kelas khusus dengan penambahan

aktivitas pengayaan belajar, seperti studi bahasa asing, studi lapangan,

kompetisiakademis, pelayanan masyarakat, ceramah dengan mengundang expert

di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, dan mengundang tokoh masyarakat

setempat. Hawadi(2004:22)

4. Manfaat dan Kelemahan Program Percepatan Belajar / Akselerasi

Southern dan Jones dalam Hawadi(2004:7) menyebutkan beberapa

manfaat dari dijalankannya program akselerasi bagi anak berbakat, antara lain:

a. Meningkatkan efisiensi

Siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran dan menguasai

kurikulum pada tingkat sebelumnya akan belajar lebih baik dan lebih

efisien.

b. Meningkatkan efektivitas

Siswa yang terkait belajar pada tingkat kelas yang dipersiapkan siswa yang

paling efektif.

c. Penghargaan

Siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu sepantasnya

memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapainya.

d. Meningkatkan waktu untuk karier

Dengan adanya pengurangan waktu belajar akan meningkatkan

produktivitas siswa, penghasilan dan kehidupan pribadinya pada waktu

yang lain.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

26

e. Membuka siswa pada kelompok barunya

Dengan program akselerasi, siswa dimungkinkan untuk bergabung dengan

siswa lain yang memiliki kemampuan intelektual dan akademis yang

sama.

f. Ekonomis

Keuntungan bagi sekolah ialah tidak perlu mengeluarkan banyak biaya

untuk mendidik guru khusus bagi siswa berkemampuan.Dan bagi orangtua

juga tidak perlu mengeluarkan banyak biaya pendidikan untuk anak

mereka.

Selain mempunyai manfaat,menurut Southem dan Jones (Hawadi, 2004:8-

11) program akselerasi mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya:

a. Segi akademik, antara lain:

1) Bahan ajar yang terlalu tinggi, sehingga anak berbakat akademik

menjadi siswa dengan yang sedang-sedang saja diantara kelompoknya

bahkan menjadi siswa akseleran yang gagal.

2) Meskipun memenuhi persayaratan dalam bidang akademis, anak

berbakat akademik kemungkinan imatur secara sosial, fisik dan

emosional dalam tingkatan kelas tertentu.

3) Pengalaman-pengalaman yang sesuai untuk anak seusianya tidak

dialami oleh siswa kelas akseleran karena tidak merupakan bagian dari

kurikulum.

4) Bisa jadi kemampuan siswa akseleran yang terlihat melebihi teman

sebayanya hanya bersifat sementara. Dengan bertambah usianya,

kecepatan prestasi siswa menjadi biasa-biasa saja dan sama dengan

teman sebayanya. Hal ini menyebabkan kebutuhan akselerasi menjadi

tidak perlu lagi dan siswa akseleran lebih baik dilayani dalam

kelompok kelas reguler.

5) Proses akselerasi menyebabkan siswa akseleran terikat pada keputusan

karir lebih dini. Agar siswa dapat berprestasi baik, dibutuhkan

pelatihan yang mahal dan tidak efesien untuk dirinya sebagai pemula.

Bisa jadi kemungkinan buruk yang terjadi adalah karir tersebut tidak

sesuai bagi dirinya.

6) Siswa akseleran mungkin mengembangkan kedewasaan yang luar

biasa tanpa adanya pengalaman yang dimiliki sebelumnya (cepat

dewasa sebelum waktunya).

7) Tuntutan sebagai siswa sebagai besar pada produk akademik

konvergen sehingga siswa akseleran akan kehilangan kesempatan

mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan divergen.

b. Segi penyesuaian sosial, diantaranya:

1) Siswa didorong untuk berprestasi sehingga kekurangan waktu

beraktivitas dengan teman sebayanya.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

27

2) Siswa akan kehilangan aktivitas sosial yang penting dalam usia

sebenarnya sehingga mengalami hambatan dalam bergaul dengan

teman sebayanya.

c. Berkurangnya kesempatan kegiatan ekstrakulikuler.

d. Penyesuaian emosional, diantaranya:

1) Siswa kelas akseleran akan mengalami burnout di bawah tekanan yang

ada dan kemungkinan menjadi underachiever.

2) Mudah frustasi dengan adanya tekanan dan tuntutan berprestasi.

3) Adanya tekanan untuk berprestasi membuat siswa akseleran

kehilangan kesempatan mengembangkan hobi.

Siskadalam Hawadi(2004: 11) menyebutkan beberapa ciri yang

diatribusikan pada diri siswa akseleran, yaitu bosan, fobia sekolah, dan

kekurangan hubungan dengan teman sebaya.

5. Karakteristik Siswa Akselerasi

Pada umumnya, anak cerdas dan berbakat akademik oleh masyarakat

disebut sebagai anak pandai atau anak unggul.Anak unggul sering disebut sebagai

anak berbakat.Anak berbakat menurut Renzulli dalam Sholeh(1988:11) adalah

anak yang mempunyai kreativitas yang sangat tinggi terhadap tugas, dan

mempunyai kreativitas yang sangat tinggi.Istilah anak berbakat (gifted children)

pertama kali digunakan pada tahun 1869 oleh Francis Galton. Galton merujuk

pada seseorang dengan banyak kemampuan di berbagai bidang yang tidak dimiliki

oranglain. Lewis Terman memperluas pendapat Galton dengan mensyaratkan IQ

yang tinggi.

Individu yang masuk kedalam kategori akselerasi adalah individu yang

memiliki kemampuan tinggi dalam segala hal, atau yang sering kita sebut dengan

anak berkemampuan khusus.Keberkemampuan yang mereka miliki bukankah

sekedar berkemampuan dalam bidang keterampilan saja, tetapi berkemampuan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

28

yang dimaksud adalah berkemampuan dari segi intelektual. Coleman dalam

Lismaniar(2005:34) mengungkapkan: “Anak berkemampuan adalah mereka yang

tingkat intelegensinya jauh diatas rata-rata anggotan kelompoknya, yaitu sekitar

IQ 120 keatas”.

Sedangkan Marland dalam Lismainar(2005:34) mengartikan anak

berkemampuan sebagai: “Anak diidentifikasi sebagai anak yang mampu mencapai

prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul”.

Berdasarkan kedua definisi inilah, Pemerintah (Dikdasmen, 2004)

membatasi karakteristik siswa program akselerasi pada hal-hal berikut:

“Siswa yang diterima sebagai peserta program akselerasai adalah siswa

yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa sesuai kriteria yang

telah ditetapkan, yakni mempunyai taraf intelegensi atau IQ di atas 140;

mereka yang diidentifikasi oleh psikolog atau guru sebagai peserta didik

yang telah mencapai prestasi yang memuaskan, dan memiliki kemampuan

intelektual umum yang berfungsi pada taraf cerdas, dan keterkaitan

terhadap tugas yang tergolong baik serta kreativitas yang memadai; dan

yang tak kalah penting adalah adanya persetujuan dari orang tuanya”.

Untuk lebih jelas, berikut ini ciri-ciri siswa berkemampuan cerdas

berbakat di kelas akselerasi menurut Atkinson dalam Lismainar(2005: 36):

a. Keranjingan membaca (cepat menyerap dan terbiasa membaca pada usia

muda).

b. Memahami materi lebih cepat dan lebih banyak.

c. Memiliki perbendaharaan kata yang luas.

d. Memiliki rasa ingin tahu yang kuat.

e. Memiliki minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa.

f. Mempunyai inisiatif yang tinggi dan mampu bekerja sendiri.

g. Menunjukkan keorisinilan dalam ungkapan verbal.

h. Memberi jawaban-jawaban yang baik.

i. Dapat member banyak gagasan.

j. Luwes dalam berpikir.

k. Mempunyai pengamatan yang tajam.

l. Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu yang lama terutama terhadap

tugas atau bidang yang diminatinya.

m. Berfikir kritis, juga terhadap diri sendiri.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

29

n. Senang mencoba hal-hal baru.

o. Mempunyai daya abstraksi dan konseptualisasi yang tinggi.

p. Senang pada pengamatan intelektual dan pemecahan masalah.

q. Cepat menangkap hubungan sebab-akibat.

r. Berperilaku terarah pada lingkungan.

s. Memiliki daya imajinasi yang kuat.

t. Banyak kegemaran.

u. Mempunyai daya ingat yang kuat.

v. Tidak cepat puas dengan prestasinya.

w. Sensitif dan banyak berpikir secara intvintif.

x. Senantiasa mengingatkan kebebasan dalam gerakan dan tindakannya.

B. Tinjauan Mengenai Perubahan Sikap Sosial

1. Pengertian Perubahan Sikap

Sikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata

dalam kegiatan-kegiatan sosial.Maka sikap sosial adalah kesadaran individu yang

menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial.Hal

ini terjadi bukan saja pada orang-orang lain dalam satu masyarakat (Caray, 2010).

Adapun tiap-tiap sikap mempunyai 3 aspek yaitu sebagai berikut:

a. Aspek Kognitif yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal pikiran.

Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman, dan keyakinan serta

harapan-harapan individu tentang objek atau kelompok objek tertentu.

b. Aspek Afektif berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan

tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipati, dan sebagainya

yang ditujukan kepada objek-ojek tertentu.

c. Aspek Konatif berwujud proses tendensi/kecenderungan untuk berbuatu

sesuatu objek, misalnya kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan

diri dan sebagainya. Di samping sikap sosial yang terdapat sikap

individual, yaitu sikap yang hanya dimiliki oleh perseorangan, misalnya:

Sikap atau kesukaan seseorang terhadap burung-burung tertentu, seperti

perkutut, parkit, merpati, dan sebagainya.

Sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif

yang berhubungan dengan objek psikologi. Objek psikologi di sini meliputi:

simbol, káta kata, slogan, orang, lembaga, ide, dan sebagainya. Orang dikatakan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

30

memiliki sikap positif terhadap suatu objek psikologi apabila ia suka (like) atau

memiliki sikap yang favorable, sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap

yang negatif terhadap objek psikologi bila ia tidak suka (dislike) atau sikapnya

unfavorable terhadap objek psikologi. Harvey dan Smith dalam Caray(2010: 34)

mendefinisikan sikap sebagai kesiapan merespons secara konsisten dalam bentuk

positif atau negatif terhadap objek atau situasi.

Sedangkan Genmgan dalam Caray(2010: 35) mendefinisikan bahwa:

Attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek

tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan atau sikap perasaan,

tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai

dengan sikap terhadap objek tadi itu.Jadi attitude itu lebih diterjemahkan

sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal.

Dengan demikian, sikap adalah konsep yang membantu untuk memahami

tingkah laku siswa. Sejumlah perbedaan tingkah laku dapat merupakan

pencerminan atau manifestasi dari sikap yang sama dan merupakan aspek psikis

yang dipelajari, maka sikap itu dapat berubah. Perubahan itu sudah barang tentu

tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi oleh faktor- faktor tertentu. Mc

Guire dalam Yusuf(2002:45) mengemukakan tentang teorinya mengenai

perubahan sikap itu sebagai berikut:

a. Learning Theory Approach (pendekatan teori belajar)

Pendekatan teori ini berarti bahwa sikap itu berubah disebabkan oleh

karena proses belajar atau materi yang dipelajari.

b. Perceptual Theory Approach (pendekatan teori persepsi)

Pendekatan teori ini berarti bahwa sikap itu berubah bila persepsinya

tentang objek itu berubah.

c. Consistency Theory Approach (pendekatan teori konsistensi)

Pendekatan teori ini berarti bahwa setiap orang akan berusaha untuk

memelihara harmoni internal, yaitu keserasian atau keseimbangan

(kenyamanan) dalam dirinya. Apabila keserasiannya terganggu, maka

ia akan menyesuaikan sikap dan perilakunya demi kelestarian

harmoninya itu.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

31

d. Functional Theory Approach (pendekatan teori fungsional)

Pendekatan teori ini berarti bahwa sikap seseorang itu akan berubah

atau tidak, amat tergantung kepada hubungan fungsional

(kemanfaatan) objek itu bagi dirinya atau pemenuhan kebutuhan

(need) dirinya.

Sedangkan menurut Ogburn dalam Santoso(2010: 67) menggunakan

istilah perubahan sosial dengan:

“Cultural lag, is to design out in ability to develop new values and

social arrangement which would make it possible to assimilate inventions

and technological change”.(keterbatasan budaya adalah menunjukkan kita

dalam kecakapan mengembangkan nilai-nilai baru dan penyusunan sosial

di mana memungkinkan akan membuat hal itu mencampur penemuan-

penemuan dan perubahan teknologi).

Hasil-hasil perubahan sosial yang sekaligus isi perubahan sosial menurut

Sargent dalam Santoso(2010: 67-68) yakni:

a. Values/nilai

Menjelaskan Valuessebagai berikut: “…thus indicates clesrly thst socially

accepted and observed norms are set up in the coerce of social

interaction. The describles a basic process operating in the formation of

the commonly accepted standard of judgment and behavior which we call

by such name as value…” (… jadi menunjukkan dengan jelas bahwa

norma-norma yang diterima dan diamati secara sosial berada dalam aliran

interaksi sosial. Menjelaskan dasar proses pelaksanaan dalam

pembentukan dari uluran keputusan dan tingkah laku yang diterima pada

umumnya, yang mana menyebut seperti nama sebagai nilai-nilai…).

Misalnya, nilai yang berhubungan dengan penghormatan pada orang yang

lebih tua.

Nilai ini diawali dan diterima secara umum dalam berinteraksi sosial

dengan sesamanya serta diterapkan sebagai keputusan dan tingkah laku

orang tersebut, seperti saat orang itu berjalan di muka orang yang lebih tua

usianya, maka orang itu sedikit membungkukkan badannya.

b. Mores/aturan

Mendefinisikan: “Mores center about our most touchy and vitas social

relationsship. Mores is then silt. They make up the moral standard of a

group and are considered assential to social preservation.”(Mores pusat

hubungan sosial yang paling positif dan pertama.Mores adalah engkau

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

32

harus.Mereka membuat standar moral kelompok dan dipandang sebagai

inti keadaan sosial).

Misalnya: jujur menyatakan ukuran moral orang/kelompok. Bila orang-

orang telah dapat bertingkah laku dengan jujur maka kelompok itu

menggambarkan keadaan yang lebih baik.

c. Institutional role/Peran kelembagaan

Menjelaskan: “institutional role exist in each culture, for example

expected pattern of behavior for parents and children for minister,

teachers, political, and social leader, doctors and others. Institusional role

is subject to stick sanctions, legal or other wise.(Institusional role ada

dalam tiap kebudayaan seperti pola-pola tingkah laku yang diharapkan

untuk orang-orang tua dan anak-anak sebagai menteri, para guru, politisi,

pemimpin sosial/masyarakat, para dokter, dan lain-lain.Institusional

roleadalah sesuatu pokok yang member sanksi tegas, resmi dan

kebijaksanaan). Misalnya: orang tua mengharapkan anak-anak mereka

menjadi dokter.

d. Social behavior/tingkah laku sosial

Menjelaskan, social behavior is the include two or more person as why

stimulate and response to each other. (Tingkah laku sosial adalah meliputi

dua orang atau lebih sebagaimana mereka mendorong dan mereaksi satu

sama lain). Misal, si ibu menyuruh anak untuk belajar.Tingkah laku itu

(menyuruh) disebut tingkah laku sosial.

Tingkah laku sosial juga dapat didasarkan pada hal-hal yang bersifat

biologis ataupun kondisi sosial.Misalnya, si ibu memberi selimut pada

anaknya yang sedang tidur dalam cuaca dingin (dasar biologis); si ibu

mambantu anak untuk memecahkan masalah anak (dasar kondisi sosial).

Dari teori-teori tersebut di atas, dapat diidentifikasi bahwa pada dasarnya

sikap individu dapat berubah-ubah diakibatkan oleh banyak hal seperti

lingkungan, kebutuhan, serta individu lain. Perubahan tersebut akan terjadi,

tergantung kepada individu tersebut dalam mempersiapkan sesuatu rangsangan

(stimulus). Perubahan sikap tentu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi

dirangsang oleh rangsangan (stimulus) yang berasal dari lingkungan kebutuhan

serta individu lain.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

33

2. Sikap Sosial dan sikap Individual

Manusia tidak dilahirkan dengan sikap pandangan ataupun sikap perasaan

tertentu, tetapi attitude-attitude tersebut dibentuk sepanjang perkembangannya.

Peran attitude dalam kehidupan manusia berperan besar, sebab apabila sudah

dibentuk pada diri manusia, maka attitude-attitudeitu akan turut menentukan

tingkah lakunya terhadap objek-objek attitude-nya. Adanya attitude-

attitudemenyebabkan bahwa manusia akan bertindak secara khas terhadap objek-

objeknya.

Attitude dapat dibedakan ke dalam attitude social danattitude

individual.Attitude sosial pernah dirumuskan sebagai berikut: Suatu attitudesocial

dinyatakan dengan cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap

objek sosial. Attitudesocial menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang

dinyatakan berulang-ulang terhadap suatu objek sosial, dan biasanya

attitudesocial dinyatakan tidak hanya oleh seseorang, tetapi juga oleh orang lain

yang sekelompok atau semasyarakat. Misalnya, penghormatan yang berkali-kali

dinyatakan dengan cara khidmat oleh sekelompok orang terhadap bendera,

menunjukkan adanya attitude kelompok tersebut terhadap benderanya. Perayaan-

perayaan hari nasional seperti 17 Agustus bagi bangsa Indonesia menunjukkan

pula adanya attitude tertentu hari istimewa itu.

Attitudeindividual berbeda dengan attitudesosial, yaitu:

a. Attitudeindividual dimiliki oleh seorang demi seorang saja, misalnya kesukaan

terhadap binatang-binatang tertentu.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

34

b. Attitudeindividual berkenaan dengan objek-objek yang bukan merupakan

objek perhatian sosial.

Attitudeindividual terdiri atas kesukaan dan ketidaksukaan pribadi atas

objek, orang, binatang, dan hal-hal tertentu.Lambat-laun seseorang mungkin saja

memperoleh sikap suka atau tidak suka kepada seorang kawan atau pesaing, dan

terhadap peristiwa-peristiwa penting dalam hidup.Attitude-attitudeindividual itu

turut pula dibentuk karena sifat-sifat pribadi diri sendiri.

Hal menjadi anggota yang baik atau anggota yang buruk dari sebuah

kelompok bergantung pula kepada terdapatnya attitude-attitudepositif atau

negative orang tersebut terhadap kelompok yang bersangkutan.Attitudeitu akan

dinyatakannya dalam situasi-situasi ketika berbicara mengenai kelompok tersebut.

Jadi, attitude mempunyai peranan yang penting dalam interaksi manusia. Apa

yang disebut “sosialisasi” dari manusia itu sebagian besar terdiri atas

pembentukan attitude-attitude khas yang dimiliki orang Prancis, termasuk

attitude-attitudeterhadap nilai-nilai dan norma-norma sosial kelompok Prancis.

Attitudesosial menyebabkan terjadinya tingkah laku yang khas dan

berulang-ulang terhadap objek sosial, dan karenanya maka attitudesosial turut

merupakan suatu faktor penggerakan dalam pribadi individu untuk bertingkah

laku secara tertentu sehingga attitudesosial dan attitudepada umumnya itu

mempunyai sifat-sifat dinamis yang sama seperti sifat motif dan motivasi; yaitu

merupakan salah satu penggerak internal di dalam pribadi orang yang

mendorongnya berbuat sesuatu dengan cara tertentu (Gerungan, 2010: 161-163).

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

35

3. Pembentukan Sikap

Sertain (Yusuf, 2002:44) mengemukakan pendapat bahwa “ada empat

faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap yaitu faktor pengalaman

khusus(specific experience), faktor komunikasi dengan orang lain (communication

with other people), faktor Model, faktor lembaga-lembaga sosial (institusional)”.

Faktor-faktor tersebut diilustrasikan sebagai berikut:

a. Faktor pengalaman khusus (specific experience). Hal ini berarti bahwa

sikap terhadap suatu objek itu terbentuk melalui pengalaman khusus.

Misalnya: para mahasiswa yang mendapatkan perlakuan baik

dosennya, baik pada waktu belajar maupun diluar jam pelajaran, maka

akan terbentuk pada dirinya sikap yang positif terhadap dosen tersebut.

Sebaiknya apabila perlakuan dosen tersebut sering marah-marah,

menghukum, atau kurang simpati dalam penampilannya, maka pada

diri mahasiswa akan terbentuk sikap negatif terhadap dosen tersebut.

b. Faktor komunikasi dengan orang lain (communication with other

people). Banyak sikap terbentuk disebabkan oleh adanya komunikasi

dengan orang lain. Komunikasi itu baik langsung (face to face)

maupun tidaklangsung, yaitu melalui media massa, seperti: TV, radio,

film, koran, dan majalah.

c. Fakor Model. Banyak sikap terbentuk terhadap sesuatu itu dengan

melalui jalan mengimitasi (meniru) suatu tingkah laku yang menjadi

model dirinya, seperti perilaku orang tua, guru, pemimpin, bintang

film, biduan, dan sebagainya. Seorang anak merasa senang membaca

koran karena melihat ayahnya suka membaca koran

d. Faktor lembaga-lembaga sosial (instutusional). Suatu lembaga dapat

juga menjadi sumber yang mempengaruhi terbentuknya sikap, seperti:

lembaga keagamaan, organisasi kemasyarakatan, partai politik, dan

sebagainya.

Dari keempat faktor terbentuknya sikap diatas, dapat diambil penegasan

secara menyeluruh bahwa hubungan pembentukan sikap dengan faktor

pengalaman khusus (specific experience), factor komunikasi dengan orang lain

(communication with other people), faktor Model, faktor lembaga-lembaga sosial

(instutusional) sangat erat dan merupakan elemen penting dalam membentuk

sikap individu.Individu tidak bisa bersikap tanpa adanya aspek-aspek yang

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

36

membentuk sikap tersebut.Dari faktor-faktor di atas, ada faktor yang tidak dapat

dipisahkan dalam membentuk sikap individu, yaitu faktor lingkungan sebagai

tempat (locus) yang merupakan media munculnya faktor-faktor diatas.

4. Ciri-ciri dan Fungsi Sikap

Sikap menentukan jenis atau tabiat tingkah laku dalam hubungannya

dengan perangsang yang relevan, orang-orang atau kejadian-kejadian.Oleh karena

itu, dapat dikatakan bahwa sikap merupakan faktor internal, tetapi tidak semua

faktor internal adalah sikap. Adapun ciri-ciri sikap menurut Caray (2010) adalah

sebagai berikut:

a. Sikap itu dipelajari (learnability)

Sikap merupakan hasil belajar ini perlu dibedakan dari motif-motif

psikologi lainnya.Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja dan tanpa kesadaran

kepada sebagian individu. Barangkali yang terjadi adalah mempelajari sikap

dengan sengaja bila individu mengerti bahwa hal itu akan membawa lebih

baik (untuk dirinya sendiri), membantu tujuan kelompok, atau memperoleh

sesuatu nilai yang sifatnya perseorangan.

b. Memiliki kestabilan (Stability)

Sikap bermula dan dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap, dan

stabil, melalui pengalaman.

c. Personal (Societal significance)

Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga

antara orang dan barang atau situasi. Jika seseorang merasa bahwa orang lain

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

37

menyenangkan, terbuka serta hangat, maka ini akan sangat berarti bagi

dirinya, ia merasa bebas, dan favorable.

d. Berisi kognisi dan afeksi

Komponen cognisi daripada sikap adalah berisi informasi yang faktual,

misalnya: objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.

Sedangkan fungsi dari sikap (tugas) sikap dapat dibagi menjadi empat

golongan, yaitu:

1) Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikandiri.

2) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku.

3) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman.

4) Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian

Attitudedapat merupakan suatu sikap pandangan tetapi dalam hal itu masih

berbeda dengan suatu pengetahuan yang dimiliki orang. Pengetahuan mengenai

suatu objek tidak sama dengan attitude terhadap objek itu. Pengetahuan saja

belum menjadi penggerak, sebagaimana pada attitude.Pengetahuan mengenai

suatu objek baru menjadi attitude terhadap objek tersebut apabila pengetahuan itu

disertai dengan kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap

objek.

Attitudemempunyai segi motivasi, berarti segi dinamis menuju ke suatu

tujuan, berusaha mencapai suatu tujuan.Attitudedapat merupakan suatu

pengetahuan, tetapi pengetahuan yang disertai kesediaan dan kecenderungan

bertindak sesuai dengan pengetahuan itu.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

38

Attitude juga berbeda dari kebiasaan tingkah laku.Kebiasaan tingkah laku

itu hanya merupakan kelangsungan tingkah laku yang otomatis yang berlangsung

dengan sendirinya dan yang bermaksud untuk melancarkan atau mempermudah

hidup saja.

Sebagaimana telah diterangkan, terdapat perbedaan antaraattitude

individual dan attitude sosial, dan bahwa attitude-attitudesosial itu dimiliki oleh

sekelompok orang.Sedangkan attitude sosial dinyatakan oleh tingkah laku khas

yang berulang-ulang dilakukan terhadap objek sosial. Untuk sekedar lebih jelas

lagi bagaimana rupanya attitude sosial yang dinyatakan oleh tingkah laku

berulang-ulang itu, misalnya suatu kelompok dapat memiliki attitude-

attitudesosial yang dapat dirumuskan sebagai berikut: “Kau harus menghormati

benderamu” atau “kau harus solider terhadap kawan-kawanmu sekelompok di

tengah kesulitan-kesulitan yang dihadapi kelompok”, “Kau harus merealisasikan

norma-norma kelompokmu”, “kau harus bekerja guna kepentingan umum”, dan

seterusnya. Attitudetersebut menyatakan dirinya di dalam tindakan-tindakan

anggotanya (Gerungan, 2010: 164-165).

5. Memahami Attitude

Untuk dapat memahami attitude sosial atau nonsosial, biasanya tidak

mudah seperti juga tidak mudah untuk mengetahui struktur motif orang dalam

segala tingkah lakunya.Untuk dapat memahami attitude-attitudeitu terdapat

beberapa metode yang dapat digolongkan ke dalam metode-metode langsung dan

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

39

motode-metode tidak langsung, dan terdapat pula metode yang memakai tes

tersusun atau tes tidak tersusun.

Metode langsung adalah metode di mana orang secara langsung diminta

pendapat atau anggapannya mengenai objek tertentu.Metode ini lebih mudah

pelaksanaannya, tetapi hasil-hasilnya kurang dapat dipercaya daripada metode

tidak langsung.

Pada metode tidak langsung, orang diminta agar menyatakan dirinya

mengenai objek attitudeyang diteliti tetapi secara tidak langsung, misalnya dengan

menggunakan tes psikologi (tes proyeksi) yang dapat mendaftarkan sikap-sikap

dan attitude-attitude yang biasanya tidak dinyatakan atau di embunyikan dapat

ditemukan.Cara ini lebih sulit dilaksanakan tetapi lebih mendalam.

Yang dimaksudkan dengan tes tersusun adalah skala attitude (attitude

scale) yang dikonstruksikan terlebih dahulu menurut prinsip-prinsip tertentu

seperti yang dilakukan dengan metode Thurstone, Likert, atau Guttman.

Nyata bahwa attitudeseseorang sesungguhnya tidak mudah diketahui

dengan begitu saja, tetapi terdapat metode-metode tertentu untuk memahaminya

masing-masing dengan kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangannya

(Gerungan, 2010: 165-166).

6. Pengukuran Sikap Secara langsung dan Tidak Langsung

Para ahli Psikologi Sosial telah berusaha untuk mengukur sikap dengan

berbagai cara. Beberapa bentuk pengukuran sudah mulai dikembangkan sejak

diadakannya penelitian sikap yang pertama yaitu pada tahun 1920. Kepada subjek

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

40

diminta untuk merespons objek sikap dalam berbagai cara (Caray, 2010).

Pengukuran sikap ini dapat dilakukan secara:

a. Langsung (Direct measures of attitudes)

Pada umumnya digunakan tes psikologi yang berupa sejumlah item

yang telah disusun secara hati-hati, seksama, selektif sesuai dengan kriteria

tertentu.Tes psikologi ini kemudian dikembangkan menjadi skala sikap. Dan

skala sikap ini diharapkan mendapat jawaban atas pertanyaan dengan berbagai

cara oleh responden terhadap suatu objek psikologi.

b. Pengukuran sikap secara tidak langsung (Indirect measures ofattitudes)

Teknik pengukuran sikap secara langsung yang telah dibicarakan di

muka bertumpu pada kesadaran subjek akan sikap dan kesiapannya untuk

dikomunikasikan secara lisan (verbal). Dengan teknik demikian, subjek juga

tahu bahwa sikapnya sedang diukur, dan pengetahuan atas ini mungkin akan

mempengaruhi jawabannyaWhittaker (dalam Caray, 2010).

Dalam suatu teknik tidak langsung, seorang peneliti memberikan

gambar-gambar kepada subjek, subjek diminta untuk menceritakan apa-apa

yang ia lihat dari gambar itu subjek kemudian di-score yang memperlihatkan

sikapnya terhadap orang atau situasi di dalam gambar ini. Seperti yang pernah

dilakukán oleh Proshansky (dalam Caray, 2010) yang menyelidiki tentang

sikap terhadap buruh.Di sini pengukuran sikap dilakukan secara tidak

langsung, yaitu kepada subjek dliperlihatkan gambar-gambar dan para pekerja

dalam berbagai konflik situasi.Subjek diminta untuk menceritakan tentang

gambar-gambar itu dalam suatu karangan atau cerita.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

41

7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Sikap Sosial

Banyak faktor yang menentukan perubahan sikap.Manusia hidup dalam

dunia di mana semua faktor yang mempengaruhi perubahan sikap sama-sama

aktif, bekerja bersama-sama atau bersilang arah.Hasil akhirnya perubahan sikap

merupakan produk interaksi yang kompleks antara berbagai faktor penentu.Demi

kejelasan pembahasannya, telah memperlakukan faktor-faktor penentu tersebut

sebagai terpisah antara satu dengan lainnya.Tetapi sesungguhnya terdapat

interaksi di antara faktor-faktor tersebut.Orang terekspos pada informasi baru

yang dapat mendukung ataupun bertentangan dengan sikap yang ada; tujuan

mereka mungkin bervariasi dan bertentangan; kelompok-kelompok di mana

individu berafiliasi mungkin menuntut loyalitas yang antagonistik.Perubahan

sikap merupakan hasil akhir dari interaksi yang kompleks antara bermacam-

macam kekuatan ini, yang sering saling bertentangan (Tarsidi, 2008).

C. Tinjauan Mengenai Perubahan Perilaku Sosial

1. Pengertian Perubahan Perilaku

Perilaku mempunyai peranan penting yang menentukan dalam kehidupan

dan pergaulan yang bersifat umum.Seseorang yang mempunyai perilaku buruk

selalu dikucilkan dalam pergaulan, sehingga mempersempit ruang geraknya

sendiri dan selalu dibenci orang, yang berarti dari segi duniawi saja sudah

merugikan dirinya.Sebaliknya, orang yang berperilaku baik dimana-mana mudah

diterima dalam kehidupan masyarakat, disenangi oleh lingkungannya dan mudah

dipercaya oleh setiap orang yang berhubungan dengannya. Oleh karena itu, orang

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

42

yang berperilaku baik akan mudah mendapatkan rizki dan mudah segala

urusannya karena kehadirannya menentramkan lingkungan. Dalam hal ini,

Kasumajana dalam Koetjaraningrat(1990:6) mengemukakan bahwa:

Perilaku adalah tingkah laku tiap orang ketika sendirian maupun

sedang bergaul dengan sesamanya dalam segala bentuk, pada sembarang

tempat, waktu dan keadaan sehingga hal ini yang menyebabkan setiap

orang mempunyai kepribadian yang berbeda antara manusia yang satu

dengan yang lainnya.

Berbeda dengan yang diungkapkan oleh Syamsudin (2004:21) bahwa

“perilaku itu pada hakikatnya merupakan interaksi individu dengan

lingkungannya sebagai manifestasi bahwa ia makhluk hidup”.Dari beberapa

pengertian dapat disimpulkan bahwa lingkungan merupakan aspek yang paling

utama dalam membentuk perilaku individu.Baik buruknya perilaku individu, salah

satunya diakibatkan oleh faktor lingkungan. Sebaliknya, baik atau buruknya

lingkungan akan mempengaruhi perilaku individu secara keseluruhan.

Sebagai mahluk sosial, individu senantiasa mengadakan hubungan

interpersonal dengan individu lainnya.Di dalam aktivitas-aktivitasnya,

ditampilkan individu dalam mewujudkan hubungan interpersonalnya yang disebut

perilaku sosial. Yusuf (2002:29) mengemukakan bahwa: “perilaku sosial adalah

suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang untuk berkomunikasi dengan

lingkungannya”.

Senada dengan hal tersebut, Gerungan (2004:12) menyatakan bahwa:

“perilaku sosial merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk

berkomunikasi dengan orang lain (lingkungannya)”. Pendapat lain yang hampir

senada dikemukakan oleh Syamsudin (2004:29) sebagai berikut: “perilaku sosial

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

43

adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang untuk berkomunikasi sengan

lingkungan sosialnya”.

Dari pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku sosial

adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau individu untuk

berkomunikasi atau melakukan interaksi dan mengadakan hubungan interpersonal

dengan lingkungan sekitar atau masyarakat. Sedangkan perubahan sosial

merupakan cara bagaimana disuatu lingkungan atau masyarakat dapat mengalami

perubahan-perubahan secara berinteraksi bagaimana individu itu sendiri yang

bersosialisasi.

2. Teori-teori Perubahan Perilaku

Adapun teori-teori perubahan perilaku menurut Mahyuliansyah (2009)

yakni sebagai berikut:

a. Teori S-O-R:

1) Perubahan perilaku didasari oleh: Stimulus-Organisme-Respons

2) Perubahan perilaku terjadi dengan cara meningkatkan atau

memperbanyak rangsangan (stimulus).

3) Oleh sebab itu perubahan perilaku terjadi melalui proses pembelajaran

(learning process).

4) Materi pembelajaran adalah stimulus. Proses perubahan perilaku

menurut teori S-O-R.:

a) Adanya stimulus (rangsangan): Diterima atau ditolak

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

44

b) Apabila diterima (adanya perhatian) mengerti (memahami)

stimulus.

c) Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya:

Kesediaan untuk bertindak terhadap stimulus (attitude)

Bertindak (berperilaku) apabila ada dukungan fasilitas

(practice).

b. Teori “Dissonance” : Festinger

1) Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanyakeseimbangan

antara sebab atau alasan dan akibat atau keputusan yang diambil

(conssonance).

2) Apabila terjadi stimulus dari luar yang lebih kuat, maka dalam diri

orang tersebut akan terjadi ketidak seimbangan (dissonance).

3) Kalau akhirnya stilmulus tersebut direspons positif (menerimanya dan

melakukannya) maka berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan),

dan akhirnya kembali terjadi keseimbangan lagi (conssonance).

c. Teori fungsi: Katz

1) Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu

stimulus atau obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang

(subyek).

2) Prinsip teori fungsi:

a) Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan

subyek)

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

45

b) Perilaku merupakan pertahanan diri dalam mengahadapi lingkungan

(bila hujan, panas)

c) Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons

terhadap gejala sosial)

d) Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab

situasi.(marah, senang).

d. Teori “Driving forces”: Kurt Lewin

1) Perilaku adalah merupakan keseimbangan antara kekuatan pendorong

(driving forces) dan kekuatan penahan (restraining forces).

2) Perubahan perilaku terjadi apabila ada ketidak seimbangan antara

kedua kekuatan tersebut.

3) Kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan perilaku:

a) Kekuatan pendorong meningkat, kekuatanpenahan tetap.

b) Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun.

c) Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun

(Mahyuliansyah, 2009).

3. Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku

Bentuk-bentuk perubahan perilaku Mahyuliansyah (2009) yakni sebagai

berikut:

a. Perubahan alamiah (natural change): Perubahan perilaku karena terjadi

perubahan alam (lingkungan) secara alamiah.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

46

b. Perubahan terencana (planned change): Perubahan perilaku karena

memang direncanakan oleh yang bersangkutan.

c. Kesiapan berubah (Readiness to change): Perubahan perilaku karena

terjadinya proses internal (readiness) pada diri yang bersangkutan, dimana

proses internal ini berbeda pada setiap individu.

4. Strategi Perubahan Perilaku

Strategi Perubahan PerilakuMahyuliansyah (2009) yakni sebagai berikut:

a. Inforcement:

1) Perubahan perilaku dilakukan dengan paksaan, dan atau menggunakan

peraturan atau perundangan.

2) Menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, tetapi untuk sementara

(tidak langgeng).

b. Education:

1) Perubahan perilaku dilakukan melalui proses pembelajaran, mulai dari

pemberian informasi atau penyuluhan-penyuluhan.

2) Menghasilkan perubahan perilaku yang langgeng, tetapi makan waktu

lama.

5. Cara-cara Perubahan Perilaku

Untuk mencapai perubahan perilaku, ada beberapa cara yang bisa

ditempuh, yaitu :

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

47

a. Dengan Paksaaan.

1) Mengeluarkan instruksi atau peraturan, dan ancaman hukuman kalau

tidak mentaati instruksi atau peraturan tersebut. Misalnya : instruksi

atau peraturan tidak membuang sampah disembarang tempat, dan

ancaman hukuman atau denda jika tidak mentaati.

2) Menakut-nakuti tentang bahaya yang mungkin akan diderita kalau

tidak mengerjakan apa yang dianiurkan.

b. Dengan memberi imbalan.

lmbalan bisa berupa materi seperti uang atau barang, tetapi bisa juga

imbalan yang tidak berupa materi, seperti pujian, dan sebagainya.

c. Dengan membina hubungan baik

Kalau mempunyai hubungan yang baik dengan seseorang atau dengan

masyarakat. Biasanya orang tersebut atau masyarakat akan mengikuti anjuran kita

untuk berbuat sesuatu, karena ingin memelihara hubungan baiknya dengan kita.

d. Dengan menunjukkan contoh-contoh

Salah satu sifat manusia ialah ingin meniru karena itu usahakanlah agar

Puskesmas dengan lingkungannya bersih, para petugas nampak bersih, rapi dan

ramah.Selain itu, para petugas juga berperilaku sehat.misalnya tidak merokok,

tidak meludah disembarang tempat, tidak membuang sampah sembarangan, dan

sebagainya. Dibeberapa tempat disediakan tempat sampah agar orang juga tidak

membuang sampah sembarangan. Dengan contoh seperti ini biasanya orangakan

ikut berbuat yang serupa yaitu berperilaku sehat.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

48

e. Dengan memberikan kemudahan

Misalnya kita ingin agar masyarakat memanfaatkan Puskesmas, maka

Puskesmas didekatkan kepada masyarakat, pembayarannya dibuat sedemikian

hingga masyarakat.mampu membayar pelayanannya yang baik dan ramah, tidak

usah menunggu lama dan sebagainya. Semua ini merupakan kemudahan bagi

masyarakat, maka diharapkan masyarakat akan tergerak untuk memanfaatkan

Puskesmas. ltulah sebabnya mengapa Puskesmas berlokasi dekat dengan

masyarakat, ditambah pula dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling.

f. Dengan menanamkan kesadaran dan motivasi

Dalam hal ini individu, kelompok, maupun masyarakat, diberi

pengertian yang benar tentang kesehatan. Kemudian ditunjukkan kepada mereka

baik secara langsung ataupun tidak langsung, yaitu misalnya melalui film, slide,

photo, gambar, atau ceritra, bagaimana bahayanya perilaku yang tidak sehat , dan

apa untungnya kalau berperilaku sehat. Hal ini diharapkan akan bisa

membangkitkan keinginan mereka untuk berperilaku hidup sehat. Selanjutnya

berkali-kalidisampaikan ataupun ditunjukkan kepada mereka bahwa telah makin

banyak orang yang berperilaku sehat tersebut dan sekaligus ditunjukkan atau

disampaikan pula keuntungan-keuntungannya, hingga mereka akan tergerak untuk

berperilaku sehat.Cara ini memang memakan waktu lama untuk bisa dilihat

hasilnya, tetapi sekali berhasil. Maka akan bertahan lebih lama dibandingkan

dengan cara cara lainnya.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

49

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku Sosial

a. Faktor Personal :

1) Faktor Biologis

Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan

berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson (dalam

Asriza: 2009), perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah

diprogram secara genetis dalam jiwa manusia.

2) Faktor Sosiopsikologis,yakni mengklasifikasikannya ke dalam tiga

komponen sebagai berikut:

a) Komponen Afektif

Merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis,

didahulukan karena erat kaitannya dengan pembicaraan

sebelumnya.

b) Komponen Kognitif

Aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui

manusia.

c) Komponen Konatif

Aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan

kemauan bertindak.

b. Faktor Situsional

Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku manusia adalah faktor

situasional.Menurut pendekatan ini, perilaku manusia dipengaruhi oleh

lingkungan/situasi. Faktor-faktor situasional ini berupa:

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

50

1) Faktor ekologis, misal kondisi alam atau iklim.

2) Faktor rancangan dan arsitektural, misal penataan ruang.

3) Faktor temporal, misal keadaan emosi.

4) Suasana perilaku, misal caraberpakaian dan cara berbicara.

5) Teknologi.

6) Faktor sosial, mencakup sistem peran, struktur sosial dan karakteristik

sosial individu.

7) Lingkungan psikososial yaitu persepsi seseorang terhadap

lingkungannya.

8) Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku.

D. Program Percepatan Belajar /Akselerasi Terhadap Perubahan Sikap Dan

Perilaku Sosial Siswa

Akselerasi dalam Kamus Besar Indonesia secara singkat diartikan sebagai

percepatan (Kamus Bahasa Indonesia 2008: 29).Sedangkan Colangelo (dalam

Hawadi, 2004: 5-6) menyebutkan bahwa istilah akselerasi menunjuk pada

pelayanan yang diberikan (service delivery), dan kurikulum yang disampaikan

(curriulum delivery).

Keputusan Mendikbud Nomor 0487/U/1992 untuk Sekolah Dasar, SMP

dan SMA, pasal 15 ayat (2) menyatakan bahwa: Pelayanan pendidikan bagi siswa

yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat melalui jalur

pendidikan sekolah dengan menyelenggarakan program percepatan dengan

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

51

ketentuan telah mengikuti pendidikan SD sekurang-kurangnya 5 tahun, SMP dan

SMA sekurang-kurangnya 2 tahun (Hartati, 2010).

Dalam hal ini program akselerasi diselenggarakan melalui jalur pendidikan

sekolah.Dalam melaksanakan kegiatannya, sekolah memiliki berbagai

garapan.Oleh karena itu diperlukan keteraturan dalam melaksanakan kegiatannya,

sekolah memiliki berbagai garapan. Oleh karena itu, diperlukan keteraturan dalam

melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut sehingga kegiatan itu termasuk ke dalam

bidang garapan sesuai (seperti: Manajemen kurikulum, kesiswaan, personil/

anggota, sarana dan prasarana, keuangan, hubungan sekolah dan masyarakat,

manajemen layanan khusus. Rohiat(2008:21).

Program akselerasi dituntut untuk terus mengembangkan aspek kognitif,

dengan terus menerus belajar dan mengejar nilai agar tidak tertinggal dalam

pelajaran. Pemacu aspek kognitif tersebut akan membuat terabaikannya aspek

psikososial anak. Padahal keberhasilan anak tidak ditentukan oleh aspek kognitif

saja, melainkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan, berempati

kepada orang lain, menghargai orang lain dan sebagainya adalah kemampuan

yang diharapkan dimilik anak untuk berhasil dan mampu menyesuaikan diri

dalam kehidupan bermasyarakat (Sholeh: 2007).

Terabaikannya aspek psikososial siswa akan menimbulkan beberapa

dampak negatif bagi kehidupan sosial siswa menurut Irza dalam Gunarsa(2004)

diantaranya sebagai berikut:

1) Karena siswa didorong untuk berprestasi secara akademis, maka hal ini

akan mengarungi waktu untuk aktivitas yang sesuai bagi usianya.

Siswa yang didorong untuk belajar lebih cepat akan mengorbankan

masa kanak-kanaknya demi kemajuan akademis.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Percepatan Belajar ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0800531_chapter2(2).pdfyang memiliki perkembangan kecerdasan lebih tinggi dari yang

52

2) Siswa tidak memiliki kesempatan untuk melakukan kegiatan sosial

penting yang tepat untuk usianya.

3) Program akselerasi akan mengurangi jumlah dan frekuensi hubungan

dengan teman-teman.

4) Siswa akan memiliki kesempatan yang lebih sedikit untuk

mengembangkan keterampilan memimpin, karena berada di antara

teman-teman yang berusia lebih tua. Secara lebih serius, hal ini dapat

mengakibatkan penyesuaian sosial yang buruk saat dewasa.

E. Penelitian Terdahulu

Berikut adalah data-data mengenai penelitian terdahulu yang berkaitan

dengan permasalahan siswa berbakat di program akselerasi.Stress dan Perilaku

coping pada Siswa SMU Program Percepatan Belajar. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui gambaran stress dan perilaku coping pada siswa SMU program

percepatan belajar. Sampel penelitian ini terdiri dari 35 orang siswa SMU

program percepatan belajar kelas 1 dan 2. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa dari ketiga jenis stress yang ada, yaitu konflik, frustasi, dan tekanan, jenis

stress yang lebih menonjol adalah konflik. Sedangkan dari kedua jenis tekanan

perilaku coping tersebut merupakan jenis coping yang cenderung dipergunakan

siswa program percepatan siswa program percepatan belajar dalam menghadapi

situasi atau kondisi sekolah yang menimbulkan stress.