12
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah, pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar (Sudjana, 2002). Menurut Gagne dalam Dimyati (1999), mengemukakan bahwa belajar adalah kegiatan yang kompleks. Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Sudjana (2002) belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek dan latihan. Menurut Slameto (2003) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sejalan dengan Sudjana (2002) dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku seseorang, yang terjadi karena adanya pengalaman diri sendiri dan interaksi dengan lingkungan sekitar, yang berisifat permanen. B. Prestasi Belajar Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian, sementara prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan mata pelajaran. Prestasi belajar siswa dapat ditunjukan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya (Tu’u, 2004) Pengertian prestasi belajar menurut Winkel (2004) prestasi belajar adalah perubahan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap dalam diri siswa sebagai akibat

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1857/3/T1_202007050_BAB II… · Setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekuranganya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1857/3/T1_202007050_BAB II… · Setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekuranganya

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan

pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan

dalam berbagai bentuk seperti berubah, pengetahuan, pemahaman, sikap dan

tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain

yang ada pada individu yang belajar (Sudjana, 2002).

Menurut Gagne dalam Dimyati (1999), mengemukakan bahwa belajar

adalah kegiatan yang kompleks. Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang

mengubah sifat stimulasi lingkungan melewati pengolahan informasi menjadi

kapabilitas baru. Sudjana (2002) belajar adalah perubahan yang relatif permanen

dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek dan latihan.

Menurut Slameto (2003) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang

dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Sejalan dengan Sudjana (2002) dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

suatu proses perubahan perilaku seseorang, yang terjadi karena adanya

pengalaman diri sendiri dan interaksi dengan lingkungan sekitar, yang berisifat

permanen.

B. Prestasi Belajar

Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas

atau kegiatan tertentu. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari

kegiatan pembelajaran di sekolah yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan

melalui pengukuran dan penilaian, sementara prestasi belajar adalah penguasaan

pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan mata pelajaran. Prestasi belajar

siswa dapat ditunjukan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang

dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang

ditempuhnya (Tu’u, 2004)

Pengertian prestasi belajar menurut Winkel (2004) prestasi belajar adalah

perubahan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap dalam diri siswa sebagai akibat

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1857/3/T1_202007050_BAB II… · Setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekuranganya

6

interaksi aktif dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan itu terjadi secara

sadar, bersifat kontinyu, relatif lama, terarah, dan bersifat positif. Sudiro dalam

Rahaju (2004) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah perubahan perilaku

menuju perkembangan yaitu hasilnya yang dicapai oleh siswa terhadap perubahan

tingkah laku dalam kaitannya dengan bahan yang dipelajari.

Slameto (2003) mendefinisikan prestasi belajar sebagai perfomance dan

dalam kompetisinya dalam mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk

mencapai tujuan pengajaran dalam satuan waktu tertentu yang dapat berupa

semester atau tahun pelajaran. Performance dan kompetensi tersebut meliputi

ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

Pendapat lain mengenai prestasi belajar dikemukakan Sukmadinata (2003)

bahwa prestasi belajar atau achievement merupakan realisasi pemekaran dari

kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimilki siswa. Penguasaan

materi belajar oleh seorang siswa dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam

bentuk pengetahuan, ketrampilan berpikir, maupun ketrampilan motorik. Di

sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari pengusaan siswa akan mata pelajaran

yang ditempuhnya. Tingkat penguasaan pelajaran dalam mata pelajaran tersebut

dilambangkan dalam angka pada pendidikan dasar.

Pengertian prestasi belajar menurut Arikunto (1993) adalah sebagai hasil

usaha, kemampuan dan sikap siswa dalam menyelesaikan tugas dalam bidang

pendidikan yang ditetapkan pada setiap jenjang studi, yng dinyatakan dalam angka.

Prestasi belajar yang dinampakan dalam bidang akademik dinyatakan sebagai

pengetahuan yang dicapai atau ketrampilan yang dikembangkan dalam mata

pelajaran tertentu di sekolah, biasanya ditetapkan atas dasar tes atau ujian yang

dilakukan guru.

Sejalan dengan pendapat Tu’u (2004) pengertian prestasi belajar

Matematika adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti kegiatan

belajar mengajar matematika di sekolah, yang dapat dilihat dari ranah kognitif

siswa yang meliputi aspek pengetahuan yang dibuktikan melalui nilai dari evaluasi

yang dilakukan oleh guru terhadap tes yang diberikan pada siswa.

C. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Pembelajaran Matematika

Berhasil atau tidaknya proses pembelajaran bergantung dari beberapa

aspek, yaitu secara intern dan ekstern. Secara intern adalah meliputi kondisi

jasmani dan psikologis. Kondisi jasmani yang sehat akan mendukung hasil belajar

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1857/3/T1_202007050_BAB II… · Setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekuranganya

7

yang optimal. Kondisi psikologis dapat dilihat dari aspek kecerdasan atau IQ, minat,

bakat, dan motivasi. Secara ekstern adalah meliputi lingkungan sekitar. Lingkungan

yang kurang mendukung proses belajar akan berpengaruh pada pencapaian hasil

belajar Tu’u (2004).

Rendahnya prestasi belajar matematika pada siswa tidak sepenuhnya

bergantung pada diri peserta didik. Faktor yang mempengaruhinya berasal dari

dalam diri peserta didik (intern) dan dari luar diri peserta didik (ekstern). Kemauan

dan kemampuan dari dalam diri siswa untuk belajar tentang sesuatu, akan

berpengaruh pada pencapaian hasil belajar. Selain itu, faktor pendukng lainnya

adalah dari lingkungan terutama lingkungan yang menjadi kunci utama adalah

lingkungan sekolah khususnya kondisi dan suasana belajar di kelas. Berdasarkan

studi yang dilakukan Suharsaputra (2004) dalam Syarifudin (2009) menyimpulkan

banyak guru yang menguasai materi suatu objek dengan baik tetapi tidak dapat

melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik karena hasil belajar mengajar

tidak didasarkan pada suatu model pembelajaran tertentu sehingga

mengakibatakan prestasi belajar menjadi rendah. Rendahnya prestasi belajar siswa

pada mata pelajaran matematika juga terkait erat dengan persoalan metode atau

pun model pembelajaran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ini juga dikemukakan

oleh Sumargo (1997), dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah: guru dan pengajarannya. Selain

mengajarkan ilmu kepada siswa, guru juga melakukan tugas mendidik dan

membimbing siswa untuk belajar maksimal; siswa itu sendiri, terutama yang

berkaitan dengan penguasaan materi prasyarat, kebiasaan atau ketrampilan

belajar, usia, daya tangkap, dan semangat belajar; sekolah, faktor sekolah meliputi

ketersediaan alat peraga dan kualitas bimbingan; dan lingkungan, ditekankan pada

kualitas dukungan orang tua dan lingkungan tempat tinggal siswa.

D. Model Pembelajaran Problem Posing

Problem posing adalah istilah dalam bahasa inggris yaitu dari kata

“problem” artinya masalah, soal atau persoalan dan kata “to pose” yang artinya

mengajukan (Echols dan Shadily, 1995). Problem posing bisa diartikan sebagai

pengajuan soal atau pengajuan masalah. Suryanto (1998) menggunakan

‘pembentukan soal’ sebagai padanan ‘problem posing’.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1857/3/T1_202007050_BAB II… · Setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekuranganya

8

Model pembelajaran ini dikembangkan di tahun 1997 oleh Lyn D. English,

dan pada awalnya diterapkan pada mata pelajaran matematika. Model

pembelajaran ini selanjutnya dikembangkan pada mata pelajaran yang lain. Pada

prinsipnya, model pembelajaran Problem posing adalah suatu model pembelajaran

yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui pelajaran soal

(berlatih soal secara sendiri).

Problem posing mempunyai beberapa arti, (Suharta, 2000) mendefinisikan

problem posing adalah perumusan masalah yang berkaitan dengan syarat-syarat

soal yang telah dipecahkan atau alternatif soal yang masih relevan.

Suryanto (dalam Sukestiyarno, 2001) menjelaskan problem posing adalah

perumusan soal agar lebih sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan

ada peubahan agar lebih sedehana dan dapat dikuasai. Hal ini terjadi pada soal-soal

yang rumit .

Problem posing adalah kegiatan perumusan soal atau masalah siswa. Siswa

hanya diberikan situasi tertentu sebagai stimulus dalam merumuskan soal atau

masalah. Berkaitan dengan situasi yang dipergunakan dalam kegiatan perumusan

masalah atau soal dalam pembelajaran, Walter dan Brown (1990) dalam Kadir

(2003) menyatakan bahwa soal yang dibangun melalui beberapa bentuk, antara lain

gambar, benda manipulatif, permainan, teorema atau konsep, alat peraga, soal,

dan solusi dari soal. English (1998), dalam Nurjanah, (2002) membedakan dua

macam situasi atau konteks, yaitu konteks, yaitu konteks formal bisa dalam betuk

simbol (kalimat) atau dalam kalimat verbal, dn konteks informal berupa permainan

dalam gambar atau kalimat tanpa tujuan khusus.

Problem posing dapat juga diartikan membangun atau membentuk

masalah. Suryanto dalam Yansen (2005) menjelaskan, problem posing adalah

perumusan soal ulang yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana

sehingga soal tersebut dapat diselasaikan.

Menurut Brown dan Walker (1990), dalam Nurjanah, (2009) terdiri dua

aspek penting, yaitu accepting dan challenging. Accepting berkaitan dengan

kemampuan siswa memahami situasi yang diberikan oleh guru atau situasi yang

sudah ditentukan. Challenging berkaitan dengan sejauh mana siswa merasa

tertantang dari situasi yang diberikan sehingga melahirkan kemampuan

mengajukan masalah atau soal.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1857/3/T1_202007050_BAB II… · Setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekuranganya

9

Setiawan (2004) mengatakan pembentukan soal atau pembentukan

masalah mencakup dua kejadian yaitu: Pembentukan soal baru atau pembentukan

soal dari situasi atau dari pengalaman siswa dan Pembentukan soal yang sudah ada.

Menurut Menon dalam Sukarno (2001), langkah-langkah pengajuan soal

dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: Berikan kepada siswa soal cerita tanpa

pertanyaan, tetapi semua informasi yang diperlukan untuk memecahkan soal

tersebut ada, tugas siswa adalah membuat pertayaan-pertanyaan berdasarkan

informasi yang ada pada soal, Guru menyeleksi sebuah topik dan meminta siswa

membentuk kelompok dan diberi tugas untuk membuat soal cerita sekaligus

jawabannya, sebelum tugas itu didiskusikan di masing-masing kelompok dan kelas,

dan Siswa diberi soal dan diminta untuk mendaftar sebuah pertanyaan yang

berhubungan dengan masalah, sebuah permasalahan diseleksi dari daftar untuk

diselesaikan.

Problem posing juga merupakan pembentukan soal atau pembentukan

masalah yang di buat siswa dengan cara menyusun soal yang serupa dengan soal

yang diberikan guru atau dari situasi dan pengalaman siswa itu sendiri.

Tiga tipe model pembelajaran Problem Posing yang dapat dipilih guru,

(Usmanto, 2007). Pemilihan tipe ini dapat disesuaikan dengan tingkat kecerdasan

para siswa (peserta didik).

1. Problem Posing tipe Pre-Solution Posing

Siswa membuat pertanyaan dan jawaban berdasarkan pernyataan yang

dibuat oleh guru. Jadi, yang diketahui pada soal itu dibuat guru, sedangkan siswa

membuat pertanyaan dan jawabannya sendiri.

2. Problem Posing tipe Within Solution Posing

Siswa memecah pertanyaan tunggal dari guru menjadi sub-sub pertanyaan

yang relevan dengan pertanyaan guru.

3. Problem Posing tipe Post Solution Posing

Siswa membuat soal yang sejenis dan menantang seperti yang dicontohkan

oleh guru. Jika guru dan siswa siap maka siswa dapat diminta untuk mengajukan

soal yang menantang dan variatif pada pokok bahasan yang diterangkan guru.

Siswa harus bisa menemukan jawabannya. Tetapi ingat, jika siswa gagal

menemukan jawabannya maka guru merupakan narasumber utama bagi siswanya.

Guru harus benar-benar menguasai materi.

Kelebihan model pembelajaran problem posing menurut (Suyitnio, dalam

Sukistiyarno 2001) yaitu: Memberi penguatan terhadap konsep yang diterima atau

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1857/3/T1_202007050_BAB II… · Setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekuranganya

10

memperkuat konsep-konsep dasar, Diiharapkan mampu melatih siswa

meningkatkan kemampuan dalamm belajar, dan Orientasi pembelajaran adalah

investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.

Setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekuranganya.

Begitupula dengan model pembelajaran problem posing. Norman & Bakar (2011)

menguraikan bahwa kelebihan model problem posing adalah : Kemampuan

memecahkan masalah / mampu mencari berbagai jalan dari suatu kesulitan yang

dihadapi, Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa/ terampil

menyelesaikan soal tentang materi yang diajarkan, Mengetahui proses bagaimana

cara siswa memecahkan masalah, Meningkatkan kemampuan mengajukan soal,

dan Sikap yang positif terhadap matematika.

Menurut Rahayuningsih (dalam Sutisna, 2002), kelebihan Problem Posing

diantaranya adalah: Kegiatan pembelajaran tidak terpusat pada guru, tetapi

dituntut keaktifan siswa, Minat siswa dalam pembelajaran matematika lebih besar

dan siswa lebih mudah memahami soal karena dibuat sendiri, Semua siswa terpacu

untuk terlibat secara aktif dalam membuat soal, dengan membuat soal dapat

menimbulkan dampak terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah,

dan Dapat membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada dan yang baru

diterima sehingga diharapkan mendapatkan pemahaman yang mendalam dan lebih

baik.

Sejalan kedua pendapat diatas bahwa kelebihan model pembelajaran

problem posing yaitu : Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, minat yang positif

terhadap matematika, membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada

sehingga meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, memunculkan ide

yang kreatif dari dalam mengajukan soal, dan mengetahui proses bagaimana cara

siswa memecahkan masalah.

Kekurangan model problem posing yaitu pembelajaran model problem

posing membutuhkan waktu yang lama, dan agar pelaksanaan kegiatan dalam

membuat soal dapat dilakukan dengan baik perlu ditunjang oleh buku yang dapat

dijadikan pemahaman dalam kegiatan belajar terutama membuat soal.

Potensi siswa sebenarnya dapat dioptimalkan dengan memberikan

pembelajaran inovatif yang tentunya banyak menuntut (melatih) kreatifitas siswa

hingga akhirnya siswa terampil dalam mengungkap fakta yang berkaitan dengan

masalah dan menyelesaikan masalah tersebut berdasarkan fakta yang didapat.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1857/3/T1_202007050_BAB II… · Setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekuranganya

11

Maka problem posing dapat membantu siswa untuk mengembangkan proses nalar

mereka.

Adapun langkah-langkah pembelajaran model problem possing dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut: Langkah Accepting (menerima), pada tahap ini

adalah dimana guru memberikan stimulus terhadap kemampuan siswa dalam

memahami situasi yang diberikan; Langkah challenging (menantang), pada tahap ini

siswa dibimbing untuk memberikan respon terhadap situasi yang diberikan yaitu

dengan pertanyaan; Berdialog, guru membimbing siswa mengenai langkah-langkah

yang akan ditempuh siswa dalam penyelesaian masalah; Guru bersama siswa

melaksanakan rencana penyelesaian, yaitu Tanya jawab; Guru dan siswa

menyelesaikan masalah bersama-sama.

E. PTK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS)

PTK merupakan paparan gabungan definisi dari tiga kata ”penelitian,

tindakan, dan kelas”. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek,

menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi

yang bermanfaat bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka

peningkatan kualitas diberbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang

sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam pelaksanaannya berbentuk

rangkaian periode / siklus kegiatan. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang

dalam waktu yang sama dan tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari

seorang guru yang sama. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan terjemahan

dari classroom action research yaitu suatu action research (penelitian tindakan)

yang dilakukan di kelas (Arikunto, 2007).

Kemmis (dalam Wiriaatmadja, 2005), penelitian tindakan ialah sebuah

bentuk inkuiri relatif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial

tertentu meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari kegiatan praktik sosial

pendidikan mereka dan pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktik

pendidikan ini dan situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktik ini.

Penelitian tindakan kelas mempunyai beberapa model diantaranya model

Kurt Lewin, model Kemmis Mc Taggart, model John Elliot, model Hopkins, dan

model McKernan (Sutama, 2011). Model-model tersebut bertujuan untuk

mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam kelas.

Model Kurt Lewin merupakan dasar atau acuan pokok dari adanya berbagai

model penelitian tindakan lainnya, khususnya PTK. Kurt Lewin adalah orang yang

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1857/3/T1_202007050_BAB II… · Setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekuranganya

12

pertama kali memperkenalkan konsep pokok penelitiannya terdiri dari empat

komponen, yaitu : perencanaan/planning, tindakan/acting, pengamatan/observing,

dan refleksi/reflecting. Hubungan keempat komponen tersebut merupakan suatu

siklus. Berikut ini design PTK model Kurt Lewin:

Gambar 1. Model PTK Kurt Lewin

Penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Taggart (1998) dilaksanakan

melalui empat langkah utama yaitu perancangan (planning),tindakan (action),

observasi (observing), dan refleksi (reflect). Empat langkah yang saling berkaitan itu

dalam pelaksanaan tindakan kelas sering disebut dengan istilah satu siklus.

Satu siklus sesudah selesai diimplementasikan, khususnya sesudah adanya

refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan

dalam bentuk siklus tersendiri. Demikian seterusnya, atau dengan beberapa kali

siklus. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. PTK Model Kemmis dan Mc Taggart

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1857/3/T1_202007050_BAB II… · Setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekuranganya

13

Model PTK dari John Elliot ini lebih rinci jika dibandingkan dengan model

Kurt Lewin dan model Kemmis-Mc Taggart. Dikatakan demikian, karena di dalam

setiap siklus terdiri dari beberapa aksi, yaitu antara tiga sampai lima aksi (tindakan).

Sementara itu, setiap tindakan kemungkinan terdiri dari beberapa langkah yang

terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar.

Gambar 3. PTK Model Eliot

F. Pembelajaran Tentang Sudut

Kata Sudut itu sendiri dilihat dari bahasa Latin, yaitu angulus yang berarti

pojok. Sedangkan dari bahasa Yunani yaitu ankylοs yang berarti bengkok,

melengkung. Keduannya dihubungkan dengan Pro-Indo-Eropa yang berarti

membungkuk atau busur. Secara matematis, sudut dapat didefinisikan sebagai

sutau daerah yang terbentuk dari pertemuan/perpotongan dua sinar atau garis

lurus pada satu titik. Dalam memberikan pengertian tentang sudut, dapat

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1857/3/T1_202007050_BAB II… · Setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekuranganya

14

disimpulkan bahwa kaki sudut adalah garis-garis pembentuk sudut, titik sudut

adalah titik perpotongan atau pertemuan kedua kaki sudut, dan daerah sudut

adalah daerah yang dibatasi oleh kedua kaki sudut.

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sudut

Standar Kompetensi Kompetensi dasar

5. Memahami hubungan garis dengan

garis, garis dengan sudut, sudut

dengan sudut, serta menentukan

ukurannya

5.1 Menentukan hubungan antara dua garis, serta

besar dan jenis sudut

5.2 Memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika

dua garis berpotongan atau dua garis sejajar

berpotongan dengn garis lain

5.3 Melukis sudut

5.4 Membagi sudut

Berikut ini adalah peta konsep materi sudut yang akan digunakan peneliti.

Peneliti menggunakan materi geometri untuk penelitian ini. Peta konsep materi

sudut dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Peta Konsep Materi Sudut

G. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian pendahulu yang menggunakan model

Problem Posing, yaitu :

Penelitian yang telah dilakukan oleh Intan (2007) yang dilakukan di SMP

Negeri I Balapulang Tegal menyebutkan bahwa dalam meningkatkan hasil belajar

Sudut

Satuan Sudut

Mengukur Sudut

Jenis Sudut

Hubungan Antarsudut

Hubungan Sudut pada Dua Garis Sejajar

Melukis Sudut

Membagi Sudut i Sudut

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1857/3/T1_202007050_BAB II… · Setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekuranganya

15

siswa dengan penerapan model pembelajaran Problem posing lebih baik daripada

model pembelajaran konvensional atau ceramah.

Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan oleh

Nurjanah (2007) dengan objek penelitian siswa kelas 7B SMPN 4 Adiwerna

Kabupaten Tegal menyebutkan bahwa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa

dengan penerapan model pembelajaran Problem Posing lebih baik daripada model

pembelajaran konvensional atau ceramah.

Sejalan dengan dua penelitian sebelumnya penelitian yang telah dilakukan

oleh Surtini, dkk (2003) yang melakukan penelitian pada siswa SD kelas 4 di Salatiga

menyebutkan bahwa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dengan penerapan

model pembelajaran Problem Posing lebih baik daripada model pembelajaran

konvensional atau ceramah.

Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fitrianti

(2009) dengan objek penelitian di SMP Negeri 8 Malang, Feriani (2010) yang

dilakukan di SMP Negri 2 Juwana menyebutkan bahwa prestasi belajar siswa yang

pembelajarannya menggunakan metode Problem Posing sama dengan siswa yang

pembelajarannya menggunakan metode ceramah.

H. Kerangka Pemikiran

Alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengaktifkan

siswa adalah model pembelajaran problem posing. Model pembelajaran problem

posing merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa dilatih untuk dapat

membuat soal dan menyelesaikan soal dari informasi yang diberikan oleh guru.

Model problem posing juga akan membiasakan siswa berpikir dengan

menganalisis beberapa pendapat dan akhirnya menemukan suatu solusi terbaik

sehingga siswa dapat menguasai pelajaran secara tuntas agar hasil yang diperoleh

dapat meningkat.

Berdasarkan pemikiran diatas maka model pembelajaran problem posing

akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1857/3/T1_202007050_BAB II… · Setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekuranganya

16

Gambar 5. Kerangka Pemikiran

PBM

Pembelajaran konvesional

Siswa bosan dan kurang dilibatkan dalam prosos pembelajaran

Hasil prestasi belajar rendah

PTK

Siswa aktif dan dilibatkan dalam

proses pembelajaran

Model problem posing

Prestasi

siswa

meningkat