Upload
hakien
View
220
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pendidikan Karakter Kerja Keras
a. Pengertian Karakter
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), karakter
berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain. Salahudin (2013:42),
menyatakan bahwa karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu
nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan
berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan
terwujud dalam perilaku. Menurut Samani (2012:43), menjelaskan
bahwa karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun
pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun
pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta
diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Karakter dapat terbentuk dengan adanya dorongan pendidikan,
sehingga pendidikan karakter sangat penting untuk diterapkan.
Yaumi (2014:7), mendefinisikan bahwa karakter merupakan
kulminasi dari kebiasaan yang dihasilkan dari pilihan etik, perilaku,
dan sikap yang dimiliki individu yang merupakan moral yang prima
walalupun ketika tidak seorang pun melihatnya. Karakter mencangkup
6 Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015
7
keinginan seseorang untuk melakukan yang terbaik, kepedulian
terhadap kesejahteraan orang lain, kognisi dari pemikiran kritis dan
alasan moral, dan pengembangan keterampilan interpersonal dan
emosional yang menyebabkan kemampuan individu untuk bekerja
secara efektif dengan orang lain dalam situasi setiap saat.
Berdasarkan dari pendapat mengenai karakter tesebut dapat
disimpulkan bahwa karakter adalah sikap-sikap dan perilaku
seseorang dalam bertindak mempraktikkan dan mengajarkan nilai-
nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungan
kehidupan dengan sesama manusia menuju proses yang lebih baik
dalam berinteraksi dengan manusia lain.
b. Kerja Keras
Menurut Yaumi (2014:94), mendefinisikan bahwa kerja keras
adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan
tugas dengan sebaik-baiknya. Menurut Elfindri (2012:102),
mengatakan bahwa kerja keras adalah sifat seorang yang tidak mudah
putus asa yang disertai kemauan keras dalam berusaha dalam
mencapai tujuan dan cita-citanya. Menurut Kesuma (2012:17), kerja
keras adalah suatu istilah yang melingkupi suatu upaya yang terus
dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam menyelesaikan
pekerjaan/yang menjadi tugasnya lalu berhenti.
Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015
8
Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kerja keras yaitu
usaha sungguh-sungguh yang terus dilakukan dalam penyelesaian
suatu tugas atau pekerjaan, sehingga dapat mengetahui karakteristik
seseorang. Perilaku kerja keras sangat menunjang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
Karakteristik kerja keras, bisa dikatakan sebagai perilaku
seseorang yang dicirikan oleh beberapa kecenderungan.
Kecenderungan tersebut dicirikan sebagai berikut:
1) Merasa risau jika pekerjaannya belum terselesaikan sampai tuntas.
2) Mengecek atau memeriksa terhadap apa yang harus dilakukan atau
apa yang menjadi tanggungjawabnya dalam suatu jabatan atau
posisi.
3) Mampu mengelola waktu yang dimilikinya.
4) Mampu mengorganisasi sumber daya yang ada untuk
menyelesaikan tugas dan tanggungjawabnya. (Kesuma, 2012:19)
Karakteristik nilai kerja keras dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Selalu mencari jenis pekerjaan yang disenangi, kemudian
melakukannya tanpa disuruh atau dikontrol oleh orang lain.
2) Menghargai hadiah yang diperoleh dari hasil kerja kerasnya.
3) Tidak terlalu berlebihan bekerja, hanya menjadi rutinitas dan
kebiasaan, tetapi menghargai waktu untuk sesuatu yang lain dalam
hidup.
4) Senang bekerja hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat.
Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015
9
5) Menghindari pekerjaan yang tidak menarik dan tidak bermanfaat
bagi banyak orang. (Yaumi, 2014:95)
c. Pendidikan Karakter
Menurut Saptono (2011:23), menyatakan bahwa pendidikan
karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk
mengembangkan karakter yang baik (good character) berlandaskan
kebijakan-kebijakan ini (core virtues) yang secara objektif baik bagi
individu maupun masyarakat. Menurut Kementerian Pendidikan
Nasional (2011:5) pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan
nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak
yang bertujuan mengembangkan kemampuan seluruh warga sekolah
untuk memberikan keputusan baik-buruk, keteladanan, memelihara
apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-
hari dengan sepenuh hati.
Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan pendidikan
karakter merupakan sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar
dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan
kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Menurut Samani
(2012:43), pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang
dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang
diajarkan. Menurut Adisusilo (2014:70), menjelaskan bahwa
pendidikan karakter sering disamakan dengan pendidikan budi pekerti,
Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015
10
yaitu sebagai proses pembelajaran di sekolah yang bertujuan untuk
mengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara melatih
menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan
moral dalam kehidupan siswa.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut disimpulkan
bahwa pendidikan karakter yaitu upaya yang dilakukan untuk
membentuk watak siswa dan mewujudkan kebaikan dalam kehidupan
sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter dapat mendidk
anak-anak menjadi bertanggung jawab secara moral dan warga negara
disiplin.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Karakter
Menurut Zubaedi (2013:177), keberhasilan pendidikan karakter
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1) Faktor naluri, yaitu faktor corak dari refleksi sikap, tindakan, dan
perbuatan manusia dimotivasi oleh potensi kehendak yang dimotori
oleh naluri seseorang.
2) Faktor adat/kebiasaan, yaitu setiap tindakan dan perbuatan
seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam perbuatan
seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk
yang sama sehingga menjadi kebiasaan.
3) Faktor keturunan, yaitu sifat yang diturunkan orang tua terhadap
ananknya itu bukan sifat yang tumbuh dengan matang karena
Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015
11
pengaruh lingkungan, adat dan pendidikan melainkan sifat-sifat
bawaan sejak lahir.
4) Faktor lingkungan, yaitu segala sesuatu yang mengelilingi manusia
yang turut mempengaruhi tingkah laku seseorang berada.
2. Prestasi Belajar
a. Hakikat belajar
1) Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2013:2), belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Pendapat lain mengenai belajar, menurut Gagne (dalam
Sagala, 2011:17), belajar adalah perubahan yang terjadi setelah
belajar secara terus-menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses
pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus
bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa
sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami
situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi. Menurut
Sagala (2011:11), belajar merupakan komponen ilmu pendidikan
Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015
12
yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik
yang bersifat ekplisit maupun implisit (tersembunyi).
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat
pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah
perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek
organisme atau pribadi. (Djamarah, 2010:10)
Dari pendapat di atas disimpulkan belajar adalah perubahan
tingkah laku dalam diri seseorang dengan tujuan berinteraksi
langsung dengan lingkungan yang menyangkut aspek organisme
secara terus menerus sehingga terjadi pengalaman dan ada hasil
yang dapat diperlihatkan.
2) Ciri-ciri Tingkah Laku dalam Belajar
Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar menurut
pendapat Slameto (2013:3), diantaranya:
a) Perubahan terjadi secara sadar. Ini berarti bahwa seseorang
yang belajar akan menyadari perubahan itu atau sekurang-
kurangnya ia merasakan telah terjadi suatu perubahan pada
dirinya.
b) Perubahan dalam belajar bersifat kelanjutan dan fungsional.
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang berlangsung secara kesinambungan, tidak statis.
Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan
Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015
13
berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses
belajar berikutnya.
c) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Dalam
perubahan belajar, perubahan-perubahan tersebut senantiasa
bertambah dan bertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih
baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak dan
makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang
bersifat aktif artinya perubahan tersebut tidak terjadi dengan
sendirinya melainkan karena usaha individu itu sendiri.
d) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap
atau permanen. Ini berarti tingkah laku yang terjadi setelah
belajar akan bersifat menetap.
e) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Ini berarti
perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang
akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan
tingkah laku yang benar-benar disadari.
f) Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku.
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui sebuah
proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku.
Jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan
mengalami perubahan tingkah laku secaya menyeluruh dalam
sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015
14
3) Prinsip-prinsip Belajar
Slameto (2013:27) mengemukakan beberapa prinsip-
prinsip belajar, yaitu:
a) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
(1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi
aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk
mencapai tujuan instruksional.
(2) Belajar harus dapat menimbulkan penguatan dan motivasi
yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan
instruksional.
(3) Belajar perlu lingkungan yang menentang dimana anak
dapat mengembangkan kemampuannya berekplorasi dan
belajar dengan efektif.
(4) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
b) Sesuai hakikat belajar
(1) Belajar itu proses kelanjutan, maka harus tahap demi
tahap menurut perkembangannya.
(2) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan
discovery.
(3) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antar
pengertian yang satu dengan pengertian yang lain)
sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan.
Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015
15
c) Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari
(1) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki
struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa
mudah menangkap pengertiannya.
(2) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu
sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
d) Syarat keberhasilan belajar
(1) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa
dapat belajar dengan tenang.
(2) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali
agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada
siswa.
b. Pengertian Prestasi Belajar
1) Pengertian Prestasi
Arifin (2013:12), mengemukakan bahwa kata prestasi
berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam
Bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah
prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar
(learning outcome).
Prestasi belajar adalah hasil yang dapat dicapai oleh
seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dalam kurun waktu
tertentu yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap. Seorang siswa yang
Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015
16
telah melakukan kegiatan belajar, dapat diukur prestasinya setelah
melakukan kegiatan belajar tersebut dengan menggunakan suatu
alat evaluasi.
Arifin (2013:12), mengemukakan bahwa prestasi belajar
mempunyai fungsi utama antara lain :
a) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai siswa.
b) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
Para ahli psikologi menyebut hal ini sebagai “tendensi
keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum
manusia”.
c) Sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong
bagi siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan berperan sebagai umpan balik dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
d) Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar
dapat dijadikan indikator tingkat produktifitas suatu institusi
pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan
relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik.
Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi
belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan siswa di
Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015
17
masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan
relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.
e) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap
(kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, siswa
menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta
didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi
pelajaran.
2) Indikator Prestasi Belajar
Menurut Syah (2011:216), mengungkapan prestasi belajar
meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat
pengalaman dan proses belajar siswa. Indikator prestasi belajar
ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 2.1
Jenis dan Indikator Prestasi Belajar
Ranah/Jenis Prestasi Indikator Ranah Kognitif: 1. Pengamatan
1. Dapat menunjukkan 2. Dapat membandingkan 3. Dapat menghubungkan
2. Ingatan 1. Dapat menyebutkan 2. Dapat menunjukkan kembali
3. Pemahaman
1. Dapat menjelaskan 2. Dapat mendefinisikan
dengan lisan sendiri
4. Aplikasi/penerapan
1. Dapat menjelaskan 2. Dapat mendefinisikan
dengan lisan sendiri
5. Analisis (Pemeriksaan dan pemilihan secara teliti)
1. Dapat menguraikan 2. Dapat mengklasifikasikan
Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015
18
6. Sintesis (Membuat panduan baru dan utuh)
1. Dapat menghubungkan materi-materi, sehingga menjadi kesatuan baru
2. Dapat menyimpilkan 3. Dapat menggeneralisasikan
(Syah, 2011:217)
c. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
Menurut Slameto (2013:54), faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar yaitu:
1) Faktor Internal
(a) Faktor jasmani
Faktor jasmani meliputi faktor kesehatan dan faktor cacat
tubuh. Faktor kesehatan berarti keadaan yang sehat, proses
belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang
terganggu. Faktor cacat tubuh adalah sesuatu yang
menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai
tubuh/badan.
(b) Faktor psikologis
Ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis
yang mempengaruhi belajar antara lain : inteligensi,
perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kelelahan.
2) Faktor Eksternal
(a) Faktor keluarga
Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015
19
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga.
(b) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencangkup
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi
siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu
sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar
dan tugas rumah.
(c) Faktor masyarakat
Faktor masyarakat yang mempengaruhi belajar mencangkup
kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman
bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. (Slameto,
2013:60)
3. Pembelajaran IPA SD Berdasarkan KTSP
a. Pengertian IPA
Menurut H.W Fowler (dalam Trianto, 2010:136), IPA adalah
pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan
dengan gelaja-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas
pengamatan dan deduksi. Pendapat tersebut dikuatkan lagi oleh
Trianto (2010:136), menjelaskan IPA adalah suatu kumpulan yang
sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala
alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi
Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015
20
dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,
terbuka, jujur, dan sebagainya.
Mulyasa (2009:111), pembelajaran IPA sebaiknya
dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya
sebagia aspek penting kecakapan hidup. Pembelajaran IPA di SD/MI
menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung
melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan
sikap ilmiah.
Beberapa pendapat di atas mengenai IPA disimpulkan IPA
merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang berkaitan dengan
alam yang dapat diketahui melalui metode ilmiah dan sikap ilmiah
secara sistematik.
b. Hakikat IPA
Menurut Trianto (2010:137) selaras dengan pendapat Laksmi
Prihantoro mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu
produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan
sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep.
Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan
untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan
produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan
melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi
kehidupan.
Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015
21
Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan
berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah,
penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui ekperimen,
penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Menurut
Trianto (2010:141), hakikat IPA adalah ilmu yang mempelajari
gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses
ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud
sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting
berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal.
b. Nilai-nilai IPA
Nilai-nilai yang terkandung dalam IPA menurut Trianto
(2010:138) antara lain sebagai berikut:
1) Nilai Praktis
Nilai praktis yaitu sesuatu yang bermanfaat dan berharga
dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan dari penemuan-
penemuan IPA telah melahirkan teknologi yang secara langsung
dapat dimanfaatkan masyarakat.
2) Nilai Intelektual
Metode ilmiah telah melatih keterampilan, ketekunan, dan
melatih mengambil keputusan dengan pertimbangan yang
rasional dan menuntut sikap-sikap ilmiah bagi penggunaannya,
inilah yang dimaksud dengan nilai intelekrual.
Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015
22
3) Nilai Sosial Budaya Ekonomi Politik
IPA mempunyai nilai-nilai sosial budaya ekonomi politik
berarti kemajuan IPA dan teknologi suatu bangsa, menyebabkan
bangsa tersebut memperoleh kedudukan yang kuat dalam
percaturan sosial ekonomi politik internasional.
4) Nilai Kependidikan
Pelajaran IPA memiliki nilai-nilai kependidikan antara
lain sebagai berikut:
a) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan
sistematis menurut metode ilmiah.
b) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan
pengamatan, dan mempergunakan peralatan untuk
memecahkan masalah.
c) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan
masalah.
5) Nilai keagamaan
Secara empiris orang yang mendalami mempelajari IPA,
makin sadarlah dirinya akan adanya kebenaran hukum-hukum
alam, sadar akan adanya keterkaitan di dalam alam dengan
Maha Pengaturnya.
c. Tujuan mata pelajaran IPA
Menurut Trianto (2010:143) hakikat dan tujuan pembelajaran
IPA diharapkan dapat dapat memberikan antara lain sebagai berikut:
Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015
23
1) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk
meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan
konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling
ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi.
3) Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan,
memecahkan masalah dan melakukan observasi.
4) Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitive, obyektif, jujur
terbuka, benar, dan dapat bekerjasama.
5) Kebiasaan mengembangkan kemampuan berfikir analitis
induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip
sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam.
6) Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari
keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam
teknologi.
d. Ruang lingkup IPA
Menurut Mulyasa (2009:112), ruang lingkup bahan kajian IPA
untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi cair, padat
dan gas.
Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015
24
3) Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4) Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya.
4. Materi Pokok Energi Panas dan Energi Bunyi
a. Standar Kompetensi
Standar kompetensi 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara
penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar 8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang
terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya.
c. Materi Pembelajaran
1. Energi Panas
Panas merupakan salah satu bentuk energi. Energi yang
dihasilkan oleh panas disebut energi panas.
1) Sumber Enegi Panas
Segala sesuatu yang dapat menghasilkan panas disebut
sumber panas. Energi panas dapat diperoleh dari berbagai
sumber, antara lain:
a) Matahari
Matahari merupakan sumber utama di bumi yang
digunakan oleh makhluk hidup. Energi yang dihasilkan
dapat digunakan untuk alat pemanas yang diletakkan di
Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015
25
atap rumah, untuk menjemur pakaian yang kita cuci, juga
digunakan oleh petani untuk menjemur hasil panennya.
b) Energi panas yang dihasilkan karena gesekan benda
Selain matahari, energi panas juga dapat dihasilkan
dari gesekan antara dua buah benda. Gesekan tangan dan
gesekan dua batu menimbulkan panas. Gesekan adalah
suatu gerakan, maka perubahan energi gerak merupakan
sumber energi panas.
2. Energi Bunyi
Semua benda yang dapat mengeluarkan bunyi disebut sumber
bunyi.
1) Sumber bunyi yang terdapat di lingkungan kita
Sumber bunyi yang paling mudah adalah alat musik.
Untuk menghasilkan bunyi yang diinginkan masing-masing
alat musik tersebut memiliki cara tersendiri.
2) Bunyi dihasilkan dari benda yang bergetar
Contoh benda yang bergetar menghasilkan bunyi yaitu
angklung, balon yang ada pada kaleng serta pada saat kita
berbicara pita suara yang ada di dalam tenggorokan juga
bergetar.
3) Perambatan bunyi
(a) Bunyi merambat melalui zat padat
(b) Bunyi merambat melalui zat cair
Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015
26
(c) Bunyi merambat melalui udara.
5. Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran kolaboratif berarti belajar melalui kerja kelompok
bukan belajar dengan bekerja sendiri. Menurut Barkley, Cross dan Major
(2012:6) pembelajaran kolaboratif adalah perpaduan dua atau lebih
pelajar yang bekerja bersama-sama dan berbagi beban kerja secara setara
sembari, secara berlahan, mewujudkan hasil-hasil pembelajaran yang
diinginkan. Siswa bekerja dalam kelompok sehingga setiap siswa dapat
saling membantu dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Apabila saat
mengerjakan tugas kelompoknya ada satu siswa yang mengerjakannya
maka pembelajaran tersebut tidak bisa dikatakan sebagai pembelajaran
kolaboratif.
Pembelajaran kolaboratif memiliki banyak manfaat. Menurut
Warsono (2012:78), para ahli mengungkapkan manfaat yang dapat
dipetik dari implementasi pembelajaran kolaboratif, antaranya:
a. Mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi,
b. Meningkatkan daya ingat siswa,
c. Membangun rasa percaya diri pada siswa,
d. Meningkatkan kepuasan murid karena bertambahnya pengalaman,
e. Mengembangkan kecakapan interaksi sosial,
f. Meningkatkan pemahaman tentang adanya berbagai perbedaan,
g. Pembelajaran kolaboratif membangun lingkungan komunitas yang
baik dari para siswa dalam kelas dan lain-lain.
Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015
27
Berdasarakan manfaat di atas apabila pembelajaran kolaboratif
dapat dilaksanakan dengan baik maka dapat mengembangkan nilai-nilai
karakter salah satunya yaitu kerja keras. Pembelajaran kolaboratif yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran dimana siswa saling
bekerja sama untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
6. Strategi Pembelajaran PDEODE
PDEODE (Predict–discuss–explain–observe–discuss-explain)
adalah strategi pembelajaran yang banyak dikembangkan dalam
pendidikan sains (pada pembelajaran kimia khususnya). Strategi ini
merupakan salah satu implementasi dari pembelajaran kolaboratif dan
merupakan modifikasi dan pengembangan dari strategi POE (Custu
dalam Warsono 2012:95). Strategi POE dilandasi oleh teori pembelajaran
kontruktivisme yang beranggapan bahwa melalui kegiatan melakukan
prediksi, observasi, dan menerangkan sesuatu hasil pengamatan maka
struktur kognitifnya akan terbentuk dengan baik.
Pembelajaran kolaboratif dengan strategi PDEODE meliputi enam
langkah (Warsono, 2012:96):
a. Memprediksikan (predict), yaitu siswa membuat dugaan fenomena yang diamati dari situasi nyata sesuai dengan kemampuan siswa secara individu, misalnya memprediksi apakah suatu logam jika dimasukkan ke dalam air akan berkarat atau tidak.
b. Berdiskusi (disciss), yaitu siswa berdiskusi dalam sejumlah kelompok kolaboratif untuk saling tukar menukar gagasan tentang apa sesungguhnya yang terjadi terkait dengan fenomena alam tersebut.
c. Siswa dalam setiap kelompok diminta untuk memberikan penjelasan (explain) terkait latar belakang atau solusi fenomena tersebut, memaparkannya kepada kelompok lain dalam diskusi kelas. siswa
Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015
28
bekerja secara kelompok dalam suatu percobaan langsung dan mencatat hasil pengamatannya secara individu.
d. Pengamatan (observe), yaitu siswa mengamati perubahan fenomena, guru bertugas memandu siswa dalam melakukan pengamatan agar pengamatannya valid dan relevan sehingga dapat mencapai sasaran konsep.
e. Siswa berdiskusi kembali (discuss), siswa mempertemukan antara prediksi awal yang dibuatnya dengan hasil pengamatan nyata dari percobaan langsung tersebut. Siswa menganalisis dan saling tukar pendapat dengan para temannya dalam kelompok.
f. Penjelasan baru (explain), yaitu penjelasan dihadapan seluruh kelompok dalam kelas sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat memperoleh suatu informasi menyeluruh tentang konsep yang benar.
Strategi PDEODE merupakan modifikasi dan pengembangan dari
strategi POE, sedangkan menurut Warsono (2012:93), manfaat yang
dapat diperoleh dari implementasi strategi POE antara lain:
a. Dapat digunakan untuk mengungkapkan gagasan awal siswa, b. Memberikan informasi kepada guru tentang pemikiran siswa, c. Membangkitkan diskusi, d. Memotivasi siswa agar berkeinginan untuk melakukan ekplorasi
konsep, e. Membangkitkan keinginan untuk menyelidiki.
Kekurangan dari strategi ini yaitu tidak cocok diterapkan untuk
semua pokok bahasan. Pokok bahasan yang tidak bersifat pengalaman
langsung (hand-on) sulit atau tidak dapat menggunakan strategi ini
(Warsono, 2012:95).
Berdasarkan uraian diatas, diharapkan strategi ini baik dan cocok
untuk diterapkan pada mata pelajaran IPA khususnya bagi sekolah dasar.
Manfaat dari PDEODE dalam penilitian ini yaitu dijadikan sebagai
strategi dalam melakukan pembelajaran IPA khususnya kelas IV pada
materi energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan.
Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015
29
B. Penelitian Yang Relevan
Keberhasilan pembelajaran yang dicapai dengan menggunakan
strategi PDEODE ini telah dibuktikan oleh beberapa peneliti, diantaranya:
1. Penelitian yang dilakukan oleh N. L. Juni Sekartini, Dsk. Putu Permiti
dan I Gd. Margunayasa, 2013, yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran Predict–discuss–explain–observe–discuss-explain terhadap
pemahaman Konsep IPA siswa kelas IV SD Gugus XII Kecamatan
Buleleng”. Subjek penelitian kelas IV. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA yang
signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran PDEODE dan kelompok yang dibelajarkan dengan
pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD gugus XII
Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian
menggunakan penelitian eksperimen.
2. Penelitian oleh Nym. Sudarmi, Ni Kt. Suarni dan I Kt. Dibia, 2013, yang
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran PDEODE terhadap Hasil
Belajar IPA siswa Kelas IV SD di Gugus V Kecamatan Seririt”. Subjek
penelitian siswa kelas IV. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran PDEODE dan siswa yang
dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Jenis
penelitian menggunakan penelitian eksperimen.
Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015
30
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan latar belakang diketahui bahwa kondisi siswa SD Negeri
1 Peguyangan sebelum belajar menggunakan strategi PDEODE prestasi
belajarnya masih rendah.. Sikap kerja keras siswa rendah sehingga prestasi
belajarnya menurun. Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran
yang dapat mendorong siswa agar selalu mencari berbagai hal yang belum
diketahui. Guru juga harus dapat membuat suasana pembelajaran di kelas
lebih nyaman agar sikap kerja keras siswa meningkat, serta pembelajaran
menggunakan model yang menarik dan efisien. Strategi PDEODE diharapkan
dapat memecahkan masalah dalam proses pembelajaran serta meningkatkan
sikap kerja keras siswa dan prestasi belajar IPA materi energi panas dan
bunyi yang terdapat di lingkungan kelas IV SD Negeri 1 Peguyangan.
Strategi PDEODE yang akan dilaksanakan dalam penelitian rencana
penggunaannya seperti berikut:
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Pikir Penelitian
D.
Kondisi awal Belum menggunakan metode pembelajaran
yang bervariatif
Rendahnya prestasi belajar
Melalui strategi PDEODE dapat meningkatkan sikap kerja keras
dan prestasi belajar IPA kelas IV SD Negeri 1 Peguyangan
Siklus II
Tindakan Siklus I Menggunakan
strategi PDEODE Refleksi
Kegiatan akhir
Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015
31
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dapat dirumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Melalui strategi PDEODE dapat meningkatkan sikap kerja keras siswa
pada mata pelajaran IPA materi energi panas dan bunyi yang terdapat di
lingkungan kelas IV SD Negeri 1 Peguyangan.
2. Melalui strategi PDEODE dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran IPA materi energi panas dan bunyi yang terdapat di
lingkungan kelas IV SD Negeri 1 Peguyangan.
Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015