Upload
lythuan
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Vihara
2.1.1. Pengertian Vihara
Menurut Subalaratano dan Samanera (tanpa tahun) dalam Yoyoh (2008)
bahwa Vihara atau asrama pertama dalam sejarah Buddha terletak diatas tanah yang
dinamakan Isipatana Migadaya (taman rusa Isipatana), dekat kota Banarasi. Tempat
yang sangat indah ini mengandung makna sejarah yang sangat penting bagi umat
Buddha yang tidak mungkin dilupakan.
Pengertian Vihara seperti yang diuraikan oleh Suwarno (1999) dalam Yoyoh
(2008) bahwa pada awalnya pengertian Vihara sangat sederhana, yaitu pondok atau
tempat tinggal atau tempat penginapan para bhikku dan bhikkuni, samanera,
samaneri. Namun kini pengertian Vihara mulai berkembang, yaitu : Vihara adalah
tempat melakukan segala macam bentuk upacara keagamaan menurut keyakinan,
kepercayaan dan tradisi agama Buddha, serta tempat umat awam melakukan ibadah
atau sembahyang menurut keyakinan, kepercayaan dan tradisi masing-masing baik
secara perseorangan maupun berkelompok. Di dalam Vihara terdapat satu atau lebih
ruangan untuk penempatan altar.
2.1.2. Sejarah Vihara
Suwarno T. (1999) mengatakan bahwa dulu sebelum dikenal Vihara, tempat
tinggal para bhikku adalah goa-goa dibawah pohon, di kuburan, diatas bukit,
Universitas Sumatera Utara
6
ditumpukan jerami dan ditempat penduduk yang menyediakan tempat untuk
menginap. Setelah banyak orang yang mendengarkan ajaran Sang Buddha dan
berlindung kepada Sang Tri Ratna, mereka bermaksud untuk menyediakn tempat
tinggal bagi para bikkhu yang layak. Sang Buddha kemudian memperbolehkan umat
berada di Vihara.
Pada umumnya umat Buddha belum mempunyai Vihara secara khusus.
Gagasan untuk membangun sebuah Vihara pertama kali dilakukan oleh Raja
Bimbisara dari Kerajaan Rajagaha. Suatu ketika Raja Bimbisara mendengarkan
ajaran Sang Buddha dan mencapai sottapati (tingkat kesucian pertama) maka beliau
memberikan persembahan kepada Sang Buddha dan para bhikku. Atas pemberian
tersebut, Sang Buddha memberikan persyaratan sebagai berikut :
Tempat tersebut tidak jauh, dekat dan ada jalan untuk lewat.
Tidak terlalu banyak suara di siang hari maupun malam hari.
Tempat tersebut tidak banyak gangguan serangga, angin, terik matahari
dan pohon menjalar.
Orang yang tinggal disana mudah mendapat jubah, makanan, tempat
tinggal, obat-obatan sebagai pengobatan bagi orang sakit.
Ditempat tersebut ada bhikku yang lebih tua (senior) yang mempunyai
pengetahuan tentang kitab suci (Dhamma-Vinaya).
Sejak saat itu pengurusnya menerima Dana Vihara. Dengan semakin
banyaknya penganut ajaran Sang Buddha, maka Vihara bukan hanya sebagai tempat
singgah para bhikku, tetapi juga digunakan oleh para upasaka dan upasika untuk
belajar Dhamma.
Universitas Sumatera Utara
7
Pada saat ini, umat Buddha terutama di Indonesia datang ke Vihara untuk
melakukan puja bhakti bersama-sama pada hari yang telah mereka tentukan. Selain
puja bakti umat juga mengadakan berbagai kegiatan lain yang sesuai dengan
Dhamma dan Vihara.
2.1.3. Fungsi dan Makna Vihara
Fungsi Vihara seperti yang diuraikan oleh Yayasan Vihara Jakarta
Dhammacakka Jaya (1983) dalam bukunya yang berjudul “Pembangunan Vihara
Jakarta Dhammacakka Jaya” menyatakan bahwa Vihara adalah sebagai tempat
singgah atau tempat tinggal bagi para bhikku dan sebagai sarana ibadah umat
Buddha. Sedangkan jika dilihat dari fungsi Vihara, adalah sebagai berikut :
a. Tempat tinggal para bhikku dan samanera.
b. Tempat pendidikan putera-puteri bangsa agar menjadi warga masyarakat yang
berguna.
c. Tempat yang memberikan rasa aman bagi semua umat Buddha.
d. Tempat pendidikan moral, sopan santun dan kebudayaan.
e. Tempat untuk berbuat kabajikan dan kebaikan.
f. Tempat menyebarkan dhamma.
g. Tempat menunjukkan jalan kebebasan.
h. Tempat latihan meditasi dalam usaha merealisasi cita-cita kehidupan suci.
Universitas Sumatera Utara
8
i. Tempat kegiatan-kegiatan sosial yang bersifat keagamaan.
Menurut Korda IV MAPANBUMI (2001) dalam buku “Keluhuran Sebuah
Vihara” menyatakan bahwa adapun makna Vihara yang keberadaannya sangat
dikuduskan adalah sebagai berikut :
a. Vihara adalah tempat memuliakan Tuhan dan para Buddha-Bodhisatva.
b. Vihara adalah tempat diturunkannya Inisiasi Suci pembebas samsara.
c. Vihara adalah tempat berlindung dari bencana dan malapetaka.
d. Vihara adalah tempat kita mendekatkan diri kepada Tuhan.
e. Vihara adalah tempat kita bertobat dan memperbaiki diri.
f. Vihara adalah tempat memohon ilham kearifan dan lindungan.
g. Vihara sebagai tempat beramal pahala melunasi ikrar.
h. Vihara adalah tempat kita mengemban misi suci Tuhan.
i. Vihara sebagai tempat mengasah kearifan dan welas asih.
j. Vihara adalah tempat kita menemukan kemukjizatan Tuhan.
2.1.4. Kegiatan dalam Vihara
Menurut Lindsey (2005) dalam bukunya “Chinese Indonesian :
Remembering, Distorting, Forgeting” menyatakan bahwa beberapa kegiatan yang
berlangsung dalam vihara adalah :
1. Tempat beribadah ataupun penyampain sumpah
Universitas Sumatera Utara
9
2. Dapat dijadikan sebagai tempat melangsungkan acara pernikahan bagi umat
Buddha
3. Sebagai tempat melangsungkan acara untuk pengadopsian anak
4. Tempat dalam melaksanakan organisasi social dalam melestarikan budaya
tradisional Cina
2.1.5. Aliran dalam Vihara
Menurut Moerthiko dalam Tonny (1996) bahwa tempat suci Vihara
merupakan suatu wadah toleransi antar umat Confucius, Buddhis dan Taois dalam
melaksanakan sembahyang. Aliran-aliran agama yang ada pada Vihara :
1. Aliran “Konghucu”
Agama Konghucu diturunkan Tuhan di tanah Tiongkok dengan Nabi
Khongcu. Nabi Khongcu adalah keluarga Raja Seng Thong dari dinasti Siang.
Agama Konghucu dalam istilah aslinya memiliki makna agama bagi yang lembut
hati, yang terbimbing dan yang terpelajar. Ajaran Konghucu mengacu pada filsafat
Konfusianisme.
2. Aliran “Buddha”
Agama Buddha berkembang dari tanah India, yaitu ditandai dengan kelahiran
seorang pangeran Shidharta. Pangeran Shidharta meninggalkan keluarga dan istrinya
untuk mencari kebenaran sejati bagi kebahagiaan alam semesta, yaitu dengan jalan
menjadi seorang pertapa dan berguru. Pangeran Shidartha mencapai apa yang ingin
Universitas Sumatera Utara
10
didapatkannya pada usia genap 35 tahun, yaitu dengan menjadi Buddha yang maha
sempurna, guru yang agung sekalian alam, umat manusia dan para Dewa.
3. Aliran “Taois”
Aliran Taois dibawa oleh seorang filsafat Tiongkok jaman kuno bernama Lao
Tse, yang oleh penganutnya dianggap sebagai Nabi dari Taois. Nabi Lao Tse dikenal
juga sebagai seorang yang mengajarkan tentang perhitungan alam, yaitu manusia
hidup selaras dengan alam. Didalam masyarakat Tionghoa dikenal pula dengan
istilah Hong Shui / Feng Shui, yaitu salah satu cara untuk menselaraskan alam
dengan kehidupan manusia.
Secara tipologi bentuk arsitektur Vihara adalah sama (bangunan dengan
budaya tradisional Cina), yang membedakannya hanyalah aliran dan kegiatan yang
berlangsung didalamnya.
2.1.6. Ciri - Ciri Vihara
Menurut Khol (1984) dalam Tonny (1996) mengatakan bahwa ciri - ciri
vihara selain ditunjukkan dengan bangunan yang berarsitektur tradisional Cina, ada
juga ciri khas lain yang mendominasi vihara, yaitu :
a. Warna : Warna pada umumnya : - Merah (mendominasi bangunan vihara) yang
berarti kegembiraan dan bersifat mengundang. - Emas, berarti tertinggi
b. Interior bercorak budaya Cina
Universitas Sumatera Utara
11
c. Penonjolan struktur : Konstruksi atap menggunakan balok kayu, sambungan
diekspos / diperlihatkan dengan ukiran yang menggambarkan symbol-simbol
tertentu.
d. Suasana ruangan tempat penyembahan berkesan religious dengan bau asap Hio
yang dibakar.
e. Elemen pembentuk ruang : Dinding pada umumnya digambar / direlief berupa
dewa-dewa yang disembah atau gambar lain yang mempunyai symbol / makna.
f. Elemen estetika : Terdapat patung-patung hewan yang disimbolkan mempunyai
kekuatan penolak bala (patung naga, patung singa dll)
2.1.7. Pembagian Fisik Bangunan Vihara
Menurut Handinoto (1990) bahwa secara fisik bangunan vihara pada
umumnya terdiri dari empat bagian, yaitu: halaman depan, ruang suci utama,
bangunan samping dan bangunan tambahan.
Yang pertama adalah halaman depan yang cukup luas. Halaman ini
digunakan untuk upacara keagamaan berlangsung. Lantai halaman depan ini kadang-
kadang dilapisi dengan ubin, tapi tidak jarang hanya berupa tanah yang diperkeras.
Menurut Lombard dan Salmon (1985) dalam Nandita (2008) bahwa pada umumnya,
pada bagian depan halaman terdapat satu atau sepasang patung Cina dan tempat
pembakaran kertas / dupa. Tempat pembakaran kertas mempunyai bentuk yang
beragam, bentuk tersebut mengadopsi dari bentuk pagoda.
Universitas Sumatera Utara
12
Gambar 2.1. Berbagai Macam Bentuk Dupa / Pembakaran Kertas (Sumber : Kohl, 1984)
Pagoda dihubungkan dengan konsep alam yaitu Gunung Meru, yang
merupakan tempat tinggal para Dewa dalam kosmologi India. Pagoda yang sangat
tinggi memiliki area yang luas dan dilindungi pada bagian bawahnya. Di Cina,
pagoda memiliki dua tipe, yaitu tipe T’ing dan atap diatas atap (Kohl, 1984).
Gambar 2.2. Tipe T’ing dan “Atap diatas Atap” Pagoda (Sumber : Kohl, 1984)
Yang kedua, adalah ruang suci utama, merupakan bagian utama dari sebuah
vihara. Ukuran besar dan kecilnya ruang suci utama ini berbeda pada setiap vihara.
Universitas Sumatera Utara
13
Tapi pada umumnya berbentuk segi empat. Di vihara-vihara besar terdapat semacam
courtyard ditengahnya yang digunakan sebagai tempat pemasukan cahaya alami,
serta menampung air hujan dari atap. Sebuah altar utama terdapat pada dinding
belakang ruang suci utama ini. Dewa utama terletak disini. Di depan altar paling
tidak terdapat sebuah meja . Kadang-kadang lebih dari satu. Sering juga diapit
dengan dua altar samping.
Yang ketiga, adalah bangunan tambahan, bangunan ini sering dibangun
kemudian setelah ’ruang suci utama berdiri’. Bahkan tidak jarang dibangun setelah
vihara berdiri selama bertahun-tahun. Hal Ini disebabkan karena adanya kebutuhan
yang terus meningkat dari vihara yang bersangkutan.
Yang keempat adalah bangunan samping. Bangunan ini biasanya dipakai
untuk menyimpan peralatan yang sering digunakan pada upacara atau perayaan
keagamaan.
2.2. Arsitektur Cina
2.2.1. Pengertian Arsitektur Cina
G. Lin (1989) menyatakan bahwa Filosofi arsitektur Cina sangat dipengaruhi
oleh filosofi kepercayaan dan ajaran Konfusianisme, Taoisme dan Buddhisme.
Konfusianisme :
Ajaran Konfusianisme dibawa oleh seorang Confusius. Ajaran tersebut
mengajarkan tentang tata cara menjalani kehidupan dan bagaimana berfikir bijak.
Confucianisme tidak dianggap sebagai satu agama yang berunsurkan ketuhanan
tetapi merupakan ajaran yang mengajarkan tentang prinsip-prinsip hidup yang lebih
Universitas Sumatera Utara
14
baik. Confucianisme berasaskan ajaran Confucius yang menekankan perasaan peri
kemanusiaan terhadap masyarakat lain dan harga diri.
Pola penataan ruang yang seimbang dan simetris merupakan dasar tata letak
ruang yang dipengaruhi oleh factor serta dasar ajaran Confusius yang telah biasa
digunakan oleh masyarakat sejak ratusan tahun lalu (Widiastuti,dkk, 2012).
Taoisme :
Ajaran-ajaran Taoisme adalah gabungan anarkisme dan kepercayaan bahwa
kebenaran di luar pemahaman manusia dapat diperoleh dengan cara bersemadi atau
tasawuf. Taoisme mengajarkan tentang perhitungan alam, yaitu manusia hidup
selaras dengan alam.
Pada ajaran Taoisme dikenal pula dengan istilah Hong Shui atau Feng Shui,
yaitu salah satu cara untuk menselaraskan alam dengan kehidupan manusia. Feng
shui adalah metode pengaturan tata letak bangunan yang berpedoman pada
keseimbangan lingkungan dan alam. Feng shui merupakan ilmu untuk menganalisa
sifat, bentuk, kondisi dan situasi bumi yang menjadi lokasi/tempat manusia berada.
(Dian, 1996).
Beberapa hal yang mempengaruhi Feng Shui menyangkut : kondisi tanah
pada lokasi (tapak), arah bangunan, ukuran dan bentuk lahan bangunan (Too, 1995).
Kondisi tanah :
Tanah yang terlalu datar dipercaya memiliki unsur negatif, maka untuk
mencapai keseimbangan sebaiknya dibuat gundukan tanah yang mewakili unsur
positif. Oleh karena itu, bentuk tanah yang naik dan turun mewakili keseimbangan
yang sangat penting bagi keselarasan alam (Feng Shui).
Universitas Sumatera Utara
15
Arah bangunan :
1. Menghadap jalan : Suatu lokasi dimana terdapat garis lurus dan sudut yang
mengarah pada lokasi bangunan harus dihindari karena mengandung unsur Sha-Chi .
Sha-Chi (hawa pembunuh) bisa berupa garis lurus, sudut tajam, atau apapun yang
berbentuk simetri. Prinsip yang disetujui para ahli Feng Shui adalah orang harus
berusaha keras untuk menghindari lokasi yang menghadap ke jalan lurus, seperti
simpang T.
Gambar 2.3. Bangunan Menghadap Jalan
(Sumber : Too, 1995)
2. Menghadap saluran air, sungai dan kolam : Air melambangkan kekayaan dan
ruang. Aliran air yang deras atau menyembur sebaiknya dihindari karena akan
menghalangi datangnya Ch’I (energy positif). Sebaliknya aliran air yang tidak deras
dan seimbang akan menyebabkan Ch’I berkumpul dan menumpuk. Bangunan yang
dibangun didekat lokasi yang dipenuhi aliran air akan selalu makmur. Bangunan
yang menghadap lurus ataupun menghadap kearah kelokan sungai memiliki Feng
Shui yang baik, karena merupakan tempat berkumpulnya Ch’i.
Universitas Sumatera Utara
16
Gambar 2.4. Bangunan Menghadap Aliran Sungai
(Sumber : Too, 1995)
3. Menghadap benda alami dan buatan : Tempat yang mengandung benda alami atau
benda buatan yang langsung mengarah kearah bangunan sebaiknya dihindari, karena
dapat mengirim unsur negatif pada bangunan.
Gambar 2.5. Bangunan Menghadap Benda Alami dan Buatan
(Sumber : Too, 1995)
4. Menghadap arah mata angin : Arah utara dihindari dan dianggap arah yang penuh
dengan kegelapan oleh masyarakat Cina, sedangkan sebaliknya arah selatan
Universitas Sumatera Utara
17
merupakan arah yang penuh rahmat dan keberuntungan. Arah timur digambarkan
sebagai posisi yang dinamis dan penuh kekuatan, sedangkan arah barat
melambangkan tempat yang tenang dan penuh kekuatan. Idealnya, vihara dibangun
dengan poros utara-selatan karena mengandung makna sumber kehangatan, terang
dan hidup (Lip, 1986). Posisi bangunan yang baik menghadap ke selatan, hal ini
didasarkan pada geografi Cina, yang dimana arah selatan merupakan sumber
kehangatan, karena merupakan jalan masuknya sinar matahari. Sedangkan arah utara
merupakan sumber angin yang keras dan dingin.
Ukuran dan bentuk lahan bangunan :
Untuk tujuan Feng Shui, tanah yang berbentuk segi empat atau bujur sangkar
adalah bentuk tanah terbaik. Pada umumnya bentuk lahan yang lebih beraturan dan
seimbag, Feng Shui nya akan lebih baik.
Gambar 2.6. Bentuk Lahan Yang Baik
(Sumber : Too, 1995)
Tanah berbentuk segitiga dianggap sukar untuk dibangun. Apabila kondisi
tanah yang dibangun memiliki sudut, maka sebaiknya bagian belakang bangunan
Universitas Sumatera Utara
18
dibangun lebih tinggi daripada bagian depan. Hal ini bertujuan agar Ch’I (energy
positif) dapat mengalir dari bagian belakang ke depan bangunan.
Gambar 2.7. Bentuk Lahan Yang Kurang Baik
(Sumber : Too, 1995)
Ruang yang dipengaruhi oleh Feng Shui, yang selalu menguraikan suatu
penataan ruang dengan beberapa unsur yaitu adanya unsur tanah, api, air dan kayu
yang berfungsi untuk menetralisir unsur-unsur jahat.
Untuk mencapai keselarasan ini biasanya pada bagian belakang rumah Cina
terdapat taman yang dilengkapi dengan sebuah kolam. Taman dan kolam
disimbolkan sebagai surga kecil (lengkap dengan unsur tanah, air, api, kayu, besi dan
udara) yang berfungsi untuk menetralisir unsur-unsur buruk atau jahat yang terbawa
dari depan atau luar.
Buddhisme :
Menurut Suzuki (2009) dalam Wayan (2014) bahwa agama Buddha ialah
agama dan falsafah yang berasaskan ajaran Sakyamuni. Dalam Agama Buddha ada
ritual dan juga tempat yang dianggap sakral yang dikenal dengan Vihara. Umat
Buddha menganggap tempat sakral (Vihara) sebagai pusat kegiatan keagamaan yang
dapat meningkatkan moral dan budi pekerti yang luhur dalam kehidupan beragama
bagi umat beragama, bagi umat Buddha, baik dalam lingkungan
Universitas Sumatera Utara
19
Di Vihara umumnya umat Buddha menyimpan arca Buddha. Arca Buddha
adalah alat bantu visual yang membantu seseorang untuk mengenang Sang Buddha
dan sifat-sifat luhurnya yang mengilhami jutaan orang dari generasi ke generasi
sepanjang peradaban dunia. Umat Buddha menggunakan arca sebagai suatu lambang
dan sebagai objek konsentrasi untuk memperoleh kedamaian pikiran
(Dhammananda, 2004: 308-309). Arca Buddha ini pada umumnya banyak ditemukan
di vihara-vihara yang ada di Asia Timur dan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Dewa – dewa utama Buddhisme adalah Randengfo (Buddha Cahaya Lentera),
Milofo (Maitreya, penyelamat kaum Buddhis yang ditunggu-tunggu), Omituofo
(Amitabha atau Amita, penunjuk jalan yang menuntut para pemngikutnya ke Surga
Barat), Yue Shifo (Buddha Tabib Utama), Dashizi Pusa (Mahastama, pendamping
Amitabha), Pilufo (Vairotchana, yang tertinggi dan perwujudan Tiga Serangkai),
Guan Yin (Dewi Welas Asih), Dizangwang (Dewa Neraka), Weituo (Viharapala,
Dewa pelindung Dharma Buddha dan Vihara Buddhis), Empat raja intan langit,
Boddhidharma (Werner,2008).
Universitas Sumatera Utara
20
Diagram 2.1. Pengaruh Filosofi Cina Terhadap Arsitektur
(Sumber : Analisa Peneliti)
Dari filosofi arsitektur yang dijelaskan sebelumnya maka prinsip-prinsip
dasar dalam arsitektur Cina adalah sebagai berikut:
1. Memfokuskan pada bumi bukan langit, yang merupakan bentuk ideal dan
keharmonisan dalam masyarakat dimana langit bundar dan bumi persegi. Persegi
melambangkan keteraturan, intelektualitas manusia sebagai manifestasi penerapan
keteraturan atas alam. Bundar melambangkan ketidakteraturan sifat alam.
Universitas Sumatera Utara
21
Eksplorasi prinsip tersebut dalam arsitektural yaitu :
• Adanya dinding sebagai penutup dan pembagi ruang
• Penonjolan (ekspose) individualitas bangunan
• Adanya susunan CourtYard
• Adanya permainan tinggi lantai
• Bangunan dibatasi taman
• Pintu dan jendela menjadi elemen penunjang yang penting dalam tatanan
permukaan bangunan.
2. Hirarki dan status : Dicirikan oleh jumlah courtyard, 1-3 courtyard (bangunan
biasa), 5-10 courtyard (bangunan istana).
3. Pola penataan ruang bangunan yang simetri.
4. Struktur dan konstruksi : Adanya rangka atap , kolom sebagai pendukung beban
atap, dinding sebagai pembatas non structural.
5. Estetika : Seluruh permukaan bangunan penuh dengan dekorasi.
2.2.2. Tipologi Bangunan Arsitektur Cina
Typologi bangunan dalam Arsitektur Cina dapat dibagi kedalam beberapa
jenis (Zhong,2012) :
• Bangunan rumah bata dengan ruang terbuka persegi di sebelah utara China
(siheyuan) (I)
• Arsitektur subterranean di wilayah loess seperti Shanxi, Shaanxi dan provinsi
Henan (II)
• Arsitektur dengan konstruksi kayu dan bata di sebelah barat dan barat daya
China(III)
Universitas Sumatera Utara
22
• Konstruksi kayu di sebelah timur china (IV)
• Arsitektur tanah liat dan kayu di Hakka (Fujian), Guangdong dan Jiangxi (V)
• Batu bata, kayu dan bangunan batu sepanjang selatan China (VI)
Gambar 2.8. Tipologi Bangunan Arsitektur Cina
(Sumber : Zhong, 2012)
Tipikal Bangunan di China Bagian Utara ( Northern China)
• Tipe bangunan yang memiliki halaman tengah atau dikenal dengan sebutan
siheyuan (Courtyard house)
• Adanya hutong (gang sempit sebagai frontage dari rumah )
• Gerbang yang berornamen menuju ke court yard yang disebut dengan chuihuamen (
hanging flower gate)
• Pada tipe dasar hanya terdapat satu court yard, sedangkan jumlah court yard
bergantung pada besar rumah.
Universitas Sumatera Utara
23
Gambar 2.9. Tipologi Bangunan China Utara (Sumber : www.cultural-china.com)
Tipikal bangunan di Loess Region
• Bangunan berbentuk gua (Cave Dwelling)
•Desa gua di Gansu yang menunjukkan masing-masing bangunan memiliki courtyard
• Pintu masuk (Entriway) berbentuk vault (lengkung)
• Satu bangunan biasanya terdiri atas dua atau tiga ruang
• Frontage rumah berada pada sisi sebuah tebing
• Adanya close courtyard
• Lebih banyak bukaan untuk sirkulasi udara
Gambar 2.10. Tipologi Bangunan Loess Region (Sumber : www.depts.washington.edu)
Universitas Sumatera Utara
24
Tipikal Bangunan di Cina Bagian Timur (Eastern Cina)
Terbagi atas dua geografi :
• Terbagi atas dua geografi : Dataran landai (Jiangsu dan sebelah utara Zhejiang) dan
Berbukit (sebelah selatan Anhui dan Zhejiang)
• Sepanjang sungai Yangtze, sebagai area paling subur di china
• Courtyard dibatasi dinding batu
• Bangunan tersusun berderetan (Flat Roof House)
Gambar 2.11. Tipologi Bangunan China Timur
(Sumber : www.wikipedia.com)
Tipikal Bangunan di Cina Bagian Barat dan Barat Daya (Western and South-
Western Cina)
• Bangunan dengan konstruksi batu
• Bentuk atap berundak atau bertingkat-tingkat
• Terdapat courtyard yang kecil
Universitas Sumatera Utara
25
Gambar 2.12. Tipologi Bangunan China Barat dan Barat Daya (Sumber : www.amazingsphere.com)
Tipikal Bangunan di Wilayah Hakka
• Bentuk bangunan besar, berbentuk persegi dan lingkaran
• Terbuat dari bata (brick)
• Tipikal bangunan tertutup
Gambar 2.13. Tipologi Bangunan China Hakka (Sumber : www.wikipedia.com)
Tipikal Bangunan Dataran Pantai Selatan (The Southern Coast)
• Bangunan memiliki courtyard
• Material bangunan granite block, bata merah dan juga kayu
• Dekorasi biasanya pada bagian atap yang terbuat dari kayu
• Konstruksi atap : kayu dan genteng
• Menggunakan modul atau standar dimensi ruang adalah jian
Universitas Sumatera Utara
26
• Jian adalah ruang yang berada pada interval kolom yang memiliki ukuran tertentu
(lebar dan panjang)
• Banyaknya jian mulai dari satu, tiga dan lima. Jumlah jian yang genap dihindarkan
karena mewakili bentuk asimetri dan bentuk yang tidak tentu.
Gambar 2.14. Tipologi Bangunan China Pantai Selatan (Sumber : www.cultural-china.com)
2.2.3. Jenis Vihara Pada Arsitektur Cina
Menurut Tan (1981) dalam Titiek (tanpa tahun) bahwa peradaban Cina mulai
terbangun sejak 4000 hingga 5000 tahun yang lampau. Secara garis besar Wilayah
Cina terbagi atas Huabei ( China Utara) dan Huanan (China Selatan). Di Cina secara
umum terdapat Vihara Tao, Budha dan Konfusius. Di Beijing terdapat Vihara Budha
dan Vihara Tao, tetapi sangat sedikit ditemui Vihara Konfusius. Di Cina Utara dan
Cina Tengah terdapat pemisahan yang jelas antara Vihara Budha dan Vihara Tao.
Vihara yang terdapat di wilayah Cina Selatan terutama di daerah Hokkian di
provinsi Fujian (Fukien) dan daerah-daerah di provinsi Guangdong (Kwantung)
memiliki kesamaan dengan Vihara yang ada di Indonesia yang memfokuskan
pemujaan kepada Budha, Tao dan leluhur. Hal ini dikarenakan orang-orang Cina
Universitas Sumatera Utara
27
yang paling awal datang ke Indonesia adalah orang-orang yang Hokkian. Setelah
menetap di Indonesia mereka melanjutkan tradisi keagamaan dan budaya mereka.
Jenis Vihara Tao, Buddha dan Konfius (Konghucu) dibedakan berdasarkan kategori
penamaan (Wikipedia) :
1. Vihara Tao : Gong, Guan
2. Vihara Buddha : Si, An
3. Vihara Konghucu : Litang, Ci, Miao, Bio
Jenis Vihara dibedakan berdasarkan Dewa-Dewi yang disembah (Harryono,1994):
1. Vihara Tao : Beberapa Dewa yang disembah pada Vihara Taoisme antara lain
Lao-Zi, Guang Gong, Toa Pekong dan lainnya. Tidak semua Dewa Tao yang dipuja
di Tiongkok (Cina) dipuja pada Vihara yang terdapat di Indonesia.
2. Vihara Buddha : Beberapa Dewa yang disembah seperti Buddha Sakhyamuni,
Avalokitesvara, Guan Yin, dan Shi Yin.
3. Vihara Konghucu : Beberapa Dewa yang disembah seperti Dewa Kong Hu Cu,
Hok Tek Ceng Sin (Dewa Bumi), Kwan Sheng Te Kun (Panglima Perang), dan
Kwan She In.
2.2.4. Karakteristik Arsitektur Cina
Karakteristik Arsitektur China yang perlu dibahas dan dikenali, seperti yang
diuraikan oleh G. Lin (1989) dalam Naniek (2004) adalah:
# Organisasi ruang (spatial organization )
Organisasi ruang pada Arsitektur China didasarkan pada kebutuhan hidup
sehari-hari yang dipadukan dengan persyaratan-persyaratan estetika yang dianut
Universitas Sumatera Utara
28
masyarakat China, seperti yang tampak pada pembentukkan unit-unit standarisasi
yang digunakan untuk membentuk ruangruang interior dan eksterior bangunan.
# The Jian
Jian adalah unit dari organisasi ruang. Pengorganisasian ruang pada arsitektur
klasik Cina adalah sangat sederhana. Konsep dasarnya meliputi penggunaan Jian,
atau bay room, sebagai standar unit dan dapat dikembangkan atau dibuat secara
berulang menjadi suatu massa bangunan atau beberapa kelompok bangunan.
Gambar 2.15. Konsep Jian
(Sumber : www.slideshare.net/chineseartcharacteristic)
Jian adalah sebuah ruang persegi empat atau suatu ruang yang diberi
pembatas dinding atau hanya dibatasi oleh kolom sehingga secara psikologis juga
membentuk sebuah ruang. Jian juga dapat ditambahkan untuk membentuk suatu
ruang (hall) atau ting dengan menggunakan unit standar sepanjang sumbu
longitudinal (berulang memanjang secara menerus) dan sumbu horizontal. Sumbu-
sumbu yang panjang dapat digunakan untuk menghubungkan ruang-ruang (hall)
untuk membentuk suatu kelompok bangunan bahkan sebuah kota. Kadang - kadang
Universitas Sumatera Utara
29
ruang-ruang (hall) dikelompokkan di sekeliling courtyard untuk menghasilkan
kombinasi bangunan yang berbeda. Konsep Jian adalah sebuah konsep orisinal yang
dipakai pada masa Dinasti Shang.
Gambar 2.16. Unit Jian
(Sumber : www.andrew.cmeu.edu)
Pada umumnya unit Jian disusun pada kelipatan ganjil dan bertujuan untuk
menghasilkan bentang lebar agar dapat memberikan penekanan pada sumbu
longitudinal. Aksis/sumbu yang seringkali hadir pada sebuah Jian adalah 3X6 meter,
tetapi setelah Dinasti Tang standard bentang ini diperluas. Ruang –ruang pada
bangunan penting seperti istana dan kuil menggunakan bentang 5 sampai 10 meter
untuk satu ruang (hall) (bukan hanya tiga meter).
Disini dapat dilihat bahwa organisasi ruang arsitektur Cina berasal dari
sebuah sel (bagian terkecil) kemudian menjadi kelompok atau mikro kosmos menjadi
makro kosmos yang beradaptasi dengan lingkungan regional.
Konsep organisasi ruang ini dapat diterapkan baik pada bangunan pribadi
ataupun bangunan publik dengan membuat variasi pada hall, courtyard, jumlah unit
ruang atau bentuk dan dekorasi. Jian dapat digunakan untuk berbagai maksud.
Universitas Sumatera Utara
30
Sebuah ruang (hall) dapat menjadi ruang tamu, kantor, ruang belajar, tempat
sembahyang, dan lain-lain. Walaupun dua hall terpisah dan masing-masing berdiri
sendiri, kedua hall tersebut selalu dihubungkan dengan serambi beratap atau jalur
pejalan yang beratap (koridor).
# Axial planning
Karakteristik berikut dari arsitektur Cina klasik adalah bentuk struktur yang
simetri dan orthogonal. Hal ini merupakan sumber dari kosmologi Cina. Pada
Arsitektur Cina hall dan courtyard ditempatkan sepanjang suatu axis longitudinal
atau suatu jalan setapak (path).
Ruang-ruang tersebut terpisah satu dengan lainnya dengan adanya courtyard
yang pada akhirnya dianggap sebagai ruang utama dalam komposisi secara
keseluruhan daripada hanya sekedar bangunan penghubung yaitu:
1). Sumbu longitudinal adalah sumbu utama sedangkan sumbu horizontal adalah
sumbu sekunder.
2). Ada kalanya dalam suatu komposisi hanya ada satu sumbu atau tidak ada sumbu
sama sekali.
Gambar 2.17. Simetri Pada Arsitektur Cina
(Sumber : Handinoto, 2008)
Universitas Sumatera Utara
31
Selanjutnya ada tiga aturan yang digunakan pada perencanaan aksial pada
Arsitektur Cina:
1). Menempatkan ruang utama pada pusat axis utama dan ruang-ruang lainnya
ditempatkan pada sisi kiri dan kanan atau depan belakang dari susunan keseluruhan.
2). Yang kedua disebut susunan bangunan pusat/utama (Central Building Layout).
Komposisinya berdasarkan axis/sumbu tegak lurus, dengan penempatan bangunan
pada perpotongan dua sumbu tersebut dan bangunan tersebut dikelilingi dengan
ruang-ruang yang kecil, serambi dan bangunan-bangunan lain pada semua sudut.
Dengan demikian maka akan terjadi sebuah kompleks bangunan yang simetris secara
longitudinal dan horizontal.
3). Susunan ketiga digunakan pada kelompok bangunan yang lebih luas. Susunan ini
adalah pola pengembangan kelompok bangunan dengan tiga cara, antara lain:
Gambar 2.18. Pola Aksial Pada Arsitektur Cina
(Sumber : www.andrew.cmeu.edu)
Universitas Sumatera Utara
32
a). Pengembangan longitudinal (Longitudinal Extention).
Apabila sebuah susunan kelompok bangunan courtyard menghasilkan ruang yang
tidak efisien untuk memenuhi fungsinya, maka sumbu bangunan diperpanjang agar
dapat membentuk sebuah kompleks bangunan yang lebih besar.
b). Pengembangan Paralel (Parallel extention).
Pada pola ini penambahan ruang dilakukan dengan menambahkan axis atau sumbu
longitudinal sekunder secara parallel terhadap sumbu utama.
c). Pengembangan Silang (Cross Extention).
Pada tipe ini pengembangan terjadi pada dua sumbu vertikal dan horizontal. Bentuk
ini sangat sesuai untuk pengaturan atau layout bangunan-bangunan besar.
Pada Arsitektur Cina pengertian istilah kontras sangat berbeda dengan
arsitektur Barat. Pada arsitektur Cina apabila seseorang memasuki ruang utama dan
melangkah menuju courtyard, sebagai ruang transisi, akan terlihat bahwa kompleks
bangunan secara keseluruhan disusun berdasarkan permainan ruang solid & void
(ruang massif dan ruang yang berlubang). Axis diterjemahkan sebagai menjadi
sebuah jalur sirkulasi (path) sedangkan courtyard pada arsitektur Cina adalah
sebagai pusat aktivitas. Pemisahan courtyard dengan lingkungan di luar bangunan
adalah karakter khusus arsitektur Cina.
Penggunaan sumbu simetri pada perencanaan bangunan berarsitektur Cina
digunakan pada setiap bangunan, mulai dari kompleks istana, tempat beribadah
hingga rumah-rumah pertanian yang sederhana (Khaliesh, 2014). Penggunaan sumbu
ini juga digunakan dalam perencanaan sebuah kota (Naniek, 2004).
Universitas Sumatera Utara
33
2.2.5. Arsitektur Cina Pada Bangunan
Menurut Yao yi (tanpa tahun) dalam Naniek (2004) bahwa hal-hal pokok
yang perlu dibahas dalam arsitektur bangunan Cina adalah sebagai berikut:
- Pola Penataan ruang
- Langgam dan Gaya
- Struktur Rangka Kayu yang Terbuka
- Ragam Hias
1. Pola Penataan Ruang
Pola penataan ruang yang membentuk ruang bangunan berarsitektur Cina
terletak pada tata ruang dalam yang dikenal dengan istilah “inner court” atau
“courtyard” sebagai suatu catatan dari pemikiran Confusius. Bentuk geometris
berperan dalam organisasi ruang, dengan bentuk sederhana dapat menghadirkan
courtyard segi empat.
Semua bangunan yang berlantai satu besar atau kecil akan direncanakan atau
dibangun dengan aturan-aturan tertentu di sekeliling courtyard. Hal ini sesuai dengan
pandangan hidup masyarakat Cina “dekat dengan tanah/bumi” (close to the earth)
atau apabila manusia dekat dengan tanah atau bumi maka kesehatannya terjamin.
Dalam perencanaan bangunan berarsitektur Cina, bangunan yang paling
penting selalu ditempatkan di daerah yang paling utama yang merupakan bagian
terakhir dari tapak. Ukuran dan tinggi bangunan di sekelilingnya ditentukan setelah
bangunan utama. Courtyard, sebagai fokus dan pusat dari seluruh kegiatan yang ada
Universitas Sumatera Utara
34
juga merupakan tempat yang sangat diperlukan untuk sirkulasi dan untuk saling
berhubungan /bertemu. Courtyard juga berfungsi sebagai pemisah kegiatan.
Gambar 2.19. Courtyard Pada Bangunan
(Sumber : Qinghua, 2002)
Pola penataan ruang pada bangunan berarsitektur Cina pada umumnya
cenderung simetris dengan courtyard yang berulang dan bertahap. Hal ini juga
menunjukkan bahwa makin tinggi bangunan (ruang), maka semakin penting artinya
dan berfungsi sebagai bangunan (ruang) utama.
Gambar 2.20. Penataan Ruang
(Sumber : Knapp, 2000)
Universitas Sumatera Utara
35
Pola penataan ruang yang seimbang simetris merupakan dasar tata letak
ruang yang dipengaruhi oleh dasar pemikiran ajaran filsuf Confusius yang telah biasa
digunakan oleh masyarakat sejak ratusan tahun yang lalu.
2. Langgam dan Gaya
Langgam dan gaya bangunan berarsitektur Cina dapat dijumpai pada bagian
atap bangunan yang umumnya dilengkungkan dengan cara ditonjolkan agak besar
pada bagian ujung atapnya yang disebabkan oleh struktur kayu dan juga pada
pembentukkan atap sopi-sopi. Selain bentukan atapnya juga ada unsur tambahan
dekorasi dengan ukiran atau lukisan binatang atau bunga pada bubungannya sebagai
komponen bangunan yang memberikan ciri khas menjadi suatu gaya atau langgam
tersendiri.
Ada 6 macam bentuk atap bangunan berarsitektur Cina yaitu:
(1). Atap Pelana dengan struktur penopang atap gantung atau Overhanging gable
roof (Hsuan Shan)
(2). Atap pelana dengan dinding sopi-sopi atau Flush gable roof (Ngang Shan)
(3). Atap perisai (membuat sudut) atau Hip roof (Wu Tien)
(4). Gabungan atap pelana dan perisai atau Gable and hip roofs (Hsuan Shan dan
Ngang Shan)
(5). Atap pyramid atau Pyramidal roof (Tsuan Tsien)
(6). Atap Double Eaved
Universitas Sumatera Utara
36
Gambar 2.21. Bentukan Atap Arsitektur Cina
(Sumber : Handinoto, 1990)
Terdapat tiga jenis utama atap pada Arsitektur Cina, yaitu :
1. Atap lurus satu tingkatan : Jenis atap yang hanya memiliki satu tingkatan. Atap ini
adalah jenis yang paling ekonomis dan paling lazim dalam Arsitektur Cina biasa.
2. Atap bertingkat : Jenis atap dengan dua atau lebih tingkatan. Atap ini digunakan
dalam kelas konstruksi yang lebih tinggi. Biasanya digunakan untuk rumah tinggal
rakyat biasa hingga istana.
3. Atap dengan lengkungan : Jenis atap dengan lengkungan yang naik/meninggi pada
bagian sudut atap. Jenis konstruksi atap ini biasanya digunakan untuk bangunan kuil
ataupun istana. Pada bagian atas atap biasanya dihiasi dengan patung-patung keramik
(Wikipedia).
Universitas Sumatera Utara
37
3. Struktur Rangka Kayu yang Terbuka
Karakteristik bangunan berarsitektur Cina tampak jelas pada system struktur
dan konstruksinya, contohnya yaitu lengkungan atap yang menonjol sebagai suatu
akibat dari system struktur rangka yang umumnya terbuat dari kayu. Ukir-ukiran
serta konstruksi kayu sebagai bagian dari struktur bangunan pada arsitektur
Tionghoa, dapat dilihat sebagai ciri khas pada bangunan Tionghoa. Detail-detail
konstruktif seperti penyangga atap, atau pertemuan antara kolom dan balok, bahkan
rangka atapnya dibuat sedemikian indah, sehingga tidak perlu ditutupi.
4. Ornamen / Ragam Hias
Ornamen merupakan salah satu bentuk ekspresi kreatif manusia zaman dulu.
Ornamen dipakai untuk mendekorasi badan, dipahat pada kayu, pada tembikar-
tembikar, hiasan pada baju, alat-alat perang, bangunan, serta benda bangunan seni
lainnya. Jenis maupun peletakan ornamen vihara pada umumnya sudah ditentukan
sesuai dengan maknanya. Seperti bagian atas altar terkadang digantungkan panji-
panji pujian bagi dewa yang bersangkutan, di sisi kanan kiri digantungkan
papan/kain bertuliskan puji-pujian. Di depan altar biasanya ditutup oleh secarik kain
sutra merah yang disulam aneka pola misalnya: naga, delapan Hyang Abadi, burung
hong dan sebagainya.
Ornamen pada dinding dan pintu seringkali menggambarkan bunga, bambu
yang dikombinasikan dengan binatang seperti kijang, kilin, burung bangau dan
kelelawar. Kelelawar bagi orang Tionghoa melambangkan rejeki atau berkah karena
kelelawar dalam bahasa Tionghoa dialek Hokkian adalah Hok yang berarti rejeki.
Gambar-gambar lambang Pat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan
Universitas Sumatera Utara
38
kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan
kemakmuran. Dewa-dewa dari Pat Sian juga diang-gap pelindung berbagai profesi,
misalnya: Han Siang Cu melambangkan pelindung tukang ramal, Co Kok Kiu
melambangkan pelindung pemain sandiwara dan lain-lain. Pada dinding sering
dijumpai lukisan dewa-dewa atau cerita bergambar pendek seperti: cerita Sam Kok,
novel Hong Sin, pengadilan Siam Lo Ong di akherat dan lain-lain.
Di atas atap selalu ditempatkan sepasang naga yang dibentuk dari pecahan
porselin dalam kedudukan saling berhadapan untuk berebut sebuah mutiara alam
semesta menyala, lambang matahari (Cu). Pada bagian atap bangunan yang lain
kadang dihiasi sepasang naga mengapit Houw Lo, yaitu buah labu yang telah kering
sebagai tempat air/arak. Houw Lou tidak dapat dipisahkan dari bekal para dewa,
sehingga dianggap punya kekuatan gaib untuk menjaga keseimbangan Hong Shui
dan menangkal hawa jahat.
Naga/Liong (bahasa Hokkian) adalah suatu makhluk mitos yang
melambangkan kekuatan, keadilan, dan penjaga burung suci. Naga adalah hasil
paduan khayalan dari berbagai hewan seperti: berkepala unta, bermata kelinci,
berbadan ular, bertanduk rusa, berpaha harimau, bercakar rajawali, bersisik ikan.
Selain itu hiasan naga kadang digantikan oleh sepasang ikan naga di atas atap
tersebut. Ikan ini berkepala dengan bentuk Liong yang melambangkan keberhasilan
setelah mengalami percobaan.
Ornamen pada tiang dan balok penyangga sering berupa dewa, panglima
perang, tumbuh-tumbuhan, bunga, gajah, kilin, naga, dan lain-lain. Gajah biasa-nya
digunakan untuk melambangkan roh para dewa binatang. Tubuhnya tampak berat
tapi belalainya lincah dan kecil berwatak ramah, lambang kekuatan. Ragam hias
Universitas Sumatera Utara
39
tetumbuhan dan bunga yang paling sering menjadi hiasan untuk bubungan /
pinggiran atap dan tiang adalah bunga botan, bambu, anggrek, dan seruni yang mana
melambangkan ulet dalam melawan iklim yang kejam di Cina (Sriti
Mayang,dkk.2008)
Bangunan berarsitektur Cina umumnya dilengkapi dengan ragam hias sebagai
elemen dari detail estetika setiap bangunan. Ukir-ukiran kayu umumnya dapat
dijumpai pada struktur konstruksi struktur penopang atap, balustrade tangga, pagar
balkon, bagian dari kusen pintu jendela, konsolkonsol tembok atau kayu, juga pada
ujung sopi-sopi bangunan.
Dekorasi ragam hias sebagai detail ornamen dijumpai pula pada dinding
tembok, plafond dan kolom. Juga sering dijumpai kaligrafi pada dinding diatas pintu,
selain gambar-gambar dari ragam hias yang umumnya digambarkan dalam bentuk
tumbuh-tumbuhan (pohon, bunga, buah), binatang dewa sebagai symbol (naga,
barong/chilin, burung phoenix, singa dan lain-lain), binatang (ikan, bangau, rusa,
gajah dan lain-lain). Unsur dekorasi atau detail estetika umumnya mempunyai
makna atau symbol terutama pada bangunan-bangunan yang masih asli dipengaruhi
oleh arsitektur Cina.
Menurut Ling Yu (2001) dalam Sriti,dkk (2008) bahwa peletakan ornamen
umumnya pada dinding, atap, pilar, dan elemen interior lainnya sesuai dengan sifat
dan maknanya. Secara umum jenis ornamen yang biasa digunakan di Vihara dibagi
menjadi tiga, yaitu ornamen hewan, tumbuhan dan manusia. Selain ketiga hal
tersebut, simbol-simbol religi dan meander juga digunakan.
Ornamen hewan, antara lain Naga, Phoenix/ Burung Api, Kura-kura, Singa
(Ciok Say), Rusa, Kelelawar, Bangau, Chi Lin, dan sebagainya. Setiap ornamen
Universitas Sumatera Utara
40
mempunyai banyak jenis yang memiliki makna yang berbeda. Sebagai contoh, Naga
cina merupakan simbol kebijaksanaan, kekuatan dan keberuntungan dalam
kebudayaan Cina.”Naga merupakan makhluk yang tertinggi dan raja segala binatang
di alam semesta”. Memiliki bagian tubuh yang menunjukkan dapat hidup di tiga
alam, yaitu kepala seperti buaya, badan seperti ular (bersisik dan berkelok-kelok),
lengan dan cakar seperti burung. Naga melambangkan penolak roh jahat, menjaga
keseimbangan Hong Sui, kekuasaan, dipercaya dapat mengeluarkan kekuatan hebat
dan melimpahkan kebahagiaan Ornamen ini biasanya banyak dipakai pada atap,
pilar, lukisan, dinding, pintu, dan altar.
Gambar 2.22. Ornamen Binatang
(Sumber : Lillian Too,1995)
Naga :
Naga atau Lung melambangkan kekuatan dan kebaikan, keberanian dan
pendirian teguh, keberanian dan daya tahan. Makhluk ini menunjukkan semangat
perubahan, mengembalikan kehidupan. Naga membawa hujan yang memberikan
Universitas Sumatera Utara
41
kehidupan, dengan demikian, Naga melambangkan kekuatan produktif dari alam. (
Lillian Too,1995:150).
Beberapa macam naga pada tradisi Cina adalah (1) Naga surga yang paling
sempurna Tian Lung, yang menjaga dan melindungi tempat tinggal Dewa sehingga
terhindar dari bahaya; (2) Naga Shen Lung yang dipercaya mampu mendatangkan
angin dan hujan; (3) Ti Lung, naga bumi yg membantu aliran air sungai; (4) Fu tsang
Lung, naga yang selalu memantau dan dipercaya sebagai sumber kekayaan; (5) Lung
sebagai naga yang paling kuat dan tinggal di awan-awan; (6) Li, naga yang hidup
dalam lautan; (7) Chiao naga yang hidup di rawa-rawa dan bersarang di gunung,
ukurannya lebih kecil, panjangnya sekitar 13 kaki. Aplikasi Lung sebagai simbol
yang populer pada budaya Cina adalah (1) P’u lao diukirkan pada bagian atas dari
bel dan gong; (2) Ch’iu niu, diukir pada alat musik agar bunyi yang dihasilkan enak
didengar; (3) Pa-hsia, diukirkan pada bagian bawah monumen batu; (4) Chao-feng,
ornamen pada tepi atap, gambaran dari lung yang melindungi terhadap bahaya; (5)
Chih-wen, diukir pada balok penyangga jembatan dan pada atap rumah, untuk
menjauhkan dari kebakaran; (6) Suan-ni, diukirkan pada tahta singgasana Budha; (7)
Yai tzu, diukir pada pedang pembunuh; (8) Pi-kan, diukir pada gerbang rumah
tahanan, sebagai kekuatan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Ragam hias
naga banyak dijumpai pada bagian tiang pilar penyangga bangunan (Tatt, 1993).
Universitas Sumatera Utara
42
Gambar 2.23. Ornamen Naga
(Sumber : Lillian Too, 1995)
Singa :
Singa melambangkan keadilan dan kejujuran hati. Bentuk singa lebih
menyerupai anjing Pekingese. Singa merupakan salah satu simbol hewan yang
banyak dijumpai pada klenteng. Simbol ini biasa diletakkan pada sisi kanan-kiri
pintu masuk utama sebuah bangunan dan dipercaya dapat menjaga bangunan tersebut
dari marabahaya. Simbol singa yang banyak dijumpai dalam bentuk karya tiga
dimensi, digambarkan dalam posisi duduk sambil memegang bola. Bola merupakan
lambang matahari sebagai simbol dari Yin Yang. Pada simbol ini, singa jantan
digambarkan sedang bermain dengan bola, sedang singa betina digambarkan duduk
sambil menjaga anak singa. Simbol ini memiliki makna yang sama dengan simbol
naga yang memegang mutiara dan terbang di awan-awan. Simbol ini melambangkan
keberuntungan, berkat serta dipercaya dapat melindungi dari hal-hal yang buruk
(Tatt,1993).
Singa adalah lambang energy dan keberanian. Singa batu sering diletakkan
dijalan masuk sebuah bangunan. Pasangan singa dianggap sebagai pelindung
penghuni dan tempat umum, terutama dari setan dan roh jahat. Dalam Budhisme,
Universitas Sumatera Utara
43
singa dianggap sebagai hewan suci. Orang Cina sering merayakan festival dengan
tarian singa disertai music yang keras. Singa dipercaya dapat menakuti roh jahat dan
nasib buruk serta menarik keberuntungan (Lillian Too,1995:156).
Gambar 2.24. Ornamen Singa
(Sumber : Lillian Too, 1995)
Kelelawar :
Di dalam dekorasi Tiongkok, kelelawar yang ditampilkan seringkali dalam
rupa yang penuh ornamen sehingga mirip sekali dengan seekor kupu-kupu. Sayapnya
digambarkan melengkung dan seringkali diberi warna merah (warna kebahagiaan).
Binatang kelelawar biasanya digunakan sebagai elemen dekoratif bangunan.
Dekorasi yang me-nampilkan lima ekor kelelawar melambangkan usia senja,
kekayaan, kesehatan, cinta kebajikan, dan kematian alami. Semua ini dianggap nasib
yang paling diharapkan semua orang. Dalam bahasa Tiongkok kelelawar disebut fu,
berarti nasib baik. Fu juga berarti kebahagiaan, sehinggga kelelawar melambangkan
nasib baik di tradisi Tiongkok. (Williams, 1974:34).
Kelelawar melambangkan kebahagiaan dan panjang umur. Asal mula
kepercayaan ini terletak pada kata Cina untuk kelelawar, yaitu “Fu” yang kedengaran
seperti kata “kebahagiaan”. Bila akan digunakan sebagai lambang untuk nasib baik,
kelelawar sering dicat warna merah, warna untuk kegembiraan. Kelelawar sering
Universitas Sumatera Utara
44
digambarkan pada jubah Cina yang dipakai pejabat pengadilan. Pada keramik lantai,
kelekawar digambar berkelompok (lima kelelawar) untuk menggambarkan lima
berkat, yaitu panjang umur. Kemakmuran, kesehatan, kbajikan dan kematian alami
(Lillian Too,1995:153).
Gambar 2.25. Ornamen Kelellawar
(Sumber : Lillian Too, 1995)
Kili :
Kili termasuk dalam 4 binatang yang dianggap penting. Kili (unicorn)
merupakan simbol yang dapat mendatangkan kebahagiaan, keberuntungan dan
berkat. Unicorn dalam kebudayaan Cina, memiliki tubuh mirip rusa jantan, kuku
kuda, dahi serigala, dan satu tanduk pada dahinya (pada unicorn jantan). Unicorn
betina tidak memiliki tanduk. Unicorn jantan disebut chi, dan Unicorn betina disebut
li sehingga dikombinasikan menjadi kili dan merupakan simbol hewan yang identik
dengan kemurahan hati. Mahluk ini digambarkan memiliki beberapa warna kulit
sebagai simbol dari warna-warna kekaisaran, yaitu merah, kuning, biru, putih dan
hitam. Kili dapat berjalan di atas air dan memiliki suara indah seperti phoenix.
Mahluk ini merupakan binatang tunggal, hasil alam imajinasi manusia. Biasanya
unicorn digambarkan dengan latar belakang api atau awan-awan. Dewi kesuburan
selalu digambarkan menunggangi unicorn dengan menggendong seorang anak.
Universitas Sumatera Utara
45
Unicorn digunakan sebagai simbol pada pakaian seseorang yang memiliki
kedudukan tertinggi pada militer. Nilai-nilai yang terkandung pada simbol ini adalah
kebahagiaan yang sempurna, panjang umur, kemegahan, kemuliaan, kesuburan dan
kebijaksanaan. Mahluk ini melambangkan nilai-nilai kebaikan, kelembutan dalam
tiap aspek kehidupan dan semua kebaikan pada hewan mamalia. Unocorn
diaplikasikan pada meja altar, dimana meja altar merupakan salah satu fasilitas
pemujaan, yang mencerminkan hubungan manusia dengan penciptanya (Tatt, 1993).
Kili dianggap sebagai kuda naga, dikatakan bersifat halus, bertikad baik dan
dermawan terhadap semua makhluk hidup.. Ornamen kili / unicorn sering diterapkan
pada beberapa furniture, seperti meja, lukisan dan terkadang sebagai arca. (Lillian
Too,1995:152).
Gambar 2.26. Ornamen Killi
(Sumber : Lillian Too, 1995)
Harimau :
Harimau merupakan pimpinan tertinggi dewa binatang dalam kebudayaan
Cina dan merupakan simbol alami dari keagungan, kemuliaan, keberanian dan
kekuatan. Harimau dilambangkan selalu duduk di depan pintu, sehingga menentukan
letak pintu depan sebuah bangunan. Apabila pintu berada di sebelah timur, maka
Universitas Sumatera Utara
46
sang Naga akan datang dan memberi mutiara (berkat), namun apabila pintu utama
meng-hadap ke barat, ini berarti akan ada marabahaya yang mengintai rumah
tersebut (Dian, 1999).
Harimau disini dianggap menunggu seorang mangsa dari penghuni rumah.
Gambar harimau yang diletakkan pada dinding dan pintu dipercaya mampu mengusir
roh jahat. Terkadang harimau diletakkan sebagai elemen dekoratif. Harimau identik
dengan kejayaan masa panen dan dipercaya dapat mengusir roh jahat yang
menyebabkan kegagalan panen. Selain itu, Harimau dianggap sebagai dewa
pelindung anak-anak. Para orang tua percaya harimau mampu melindungi anak-anak
mereka dari roh jahat. Mereka juga berharap bahwa anak-anak mereka dapat tumbuh
sekuat harimau. Harimau memiliki kedudukan tertinggi diantara hewan lainnya.. Roh
Harimau yang terkenal yaitu Lin chun, dengan jimatnya yang mampu memberikan
perlindungan terhadap roh-roh jahat. Harimau dipercaya hanya akan memangsa
manusia yang berdosa dan patut dihukum , menurut perintah dewa-dewi (Tatt, 1993).
Gambar 2.27. Ornamen Harimau
(Sumber : Lillian Too, 1995)
Universitas Sumatera Utara
47
Kuda :
Kuda merupakan salah satu zodiac yang penting dalam astrologi Tiongkok.
Kuda merupakan simbol dari kecepatan, keberanian, kekuatan dan juga mere-
presentasikan kalangan menengah keatas. Sering kali makhluk ini digunakan sebagai
elemen dekorasi. Makhluk anggun yang dianggap perkasa ini juga melambangkan
kegoyahan dalam hidup. Dalam kepercayaan orang Tionghoa, kuda juga merupakan
mahluk yang melambangkan jalan dari sebuah kehidupan lama ke sebuah kehidupan
yang baru (Tatt, 1993).
Kuda merupakan salah satu dari Tujuh Kakayaan Budhisme. Binatang ini
melambangkan kecepatan dan ketekunan. Meskipun bukan hewan langit, tapi kuda
merupakan lambang yang popular karena sifat kebangsawanannya (Lillian
Too,1995:154).
Gambar 2.28. Ornamen Kuda
(Sumber : Lillian Too, 1995)
Burung Bangau :
Burung bangau juga merupakan burung yang digemari oleh masyarakat
Tionghoa selain burung phoenix. Burung ini adalah lambang umum dari panjang
umur dan seringkali digambarkan dibawah pohon pinus, sebagai simbol kehidupan.
Universitas Sumatera Utara
48
Masyarakat Tionghoa pernah mengatakan bahwa ada empat jenis burung bangau,
yaitu bangau hitam, kuning, putih dan biru, di mana bangau hitam yang paling
panjang umurnya. Bangau dipercaya dapat hidup hingga 600 tahun dan saat
menjejaki usia tersebut, mahluk ini tidak lagi makan dan hanya minum air. Manusia
telah berulang kali berubah menjadi bangau untuk melambangkan panjang umur
yang sejahtera (Williams, 1974:101-102).
Burung bangau dipercaya mempunyai sifat mistis. Makhluk ini merupakan
salah satu makhluk yang mampu hidup lama. Sebenarnya burung bangau adalah
salah satu dari lambang yang paling umum dan popular atas panjang umur (Lillian
Too,1995:154).
Gambar 2.29. Burung Bangau
(Sumber : Lillian Too, 1995)
Menurut Lillian Too dalam bukunya “Feng Shui” bahwa ornamen tumbuhan
juga memiliki jenis yang cukup banyak, antara lain Bunga Teratai yang biasa dipakai
sebagai lambang kesucian dan kesuburan, karena sesuai dengan warnanya yaitu
putih. Jenis tumbuhan yang lain adalah Bunga Seruni, Botan, dan Plum, ornamen ini
digunakan untuk melambangkan kekuatan dan keteguhan hati dalam menghadapi
kehidupan, ornamen ini biasanya digunakan pada dinding ,partisi dan untuk dekorasi.
Universitas Sumatera Utara
49
Bunga Peony, digunakan untuk melambangkan perhatian, kasih, kekayaan, dan
kehormatan. Bunga Chrysanthemum digunakan untuk melambangkan sukacita dan
penolakan dari hal-hal tidak diinginkan. Pohon Bambu, Cemara digunakan untuk
melambangkan umur yang panjang, kekuatan, dan keuletan dalam menjalani
kehidupan. Pohon Pinus digunakan untuk melambangkan kekuatan dan tekad.
Gambar 2.30. Ornamen Tumbuhan
(Sumber : Lillian Too, 1995)
Jenis ornamen manusia yang biasa digunakan antara lain Men Sin, yaitu
sepasang perwira penjaga pintu masuk bernama Cin Siok Poo/Perwira Muka Putih di
daun pintu kiri, dan Oei Tie Kiong/Perwira Muka Hitam di daun pintu kanan; Pat
Sian merupakan delapan dewa dalam kisah Tang Yu (kisah perjalanan ke Timur)
yang dianggap sebagai dewa-dewa pelindung profesi pekerjaan. Ornamen ini
biasanya dipakai pada meja altar atau lukisan di dinding. Selain hal tersebut ada pula
cuplikan Kisah Sam kok tentang tiga negara yang berperang. Cuplikan kisah ini
biasanya dijadikan sebagai ornamen yang diletakkan di dinding. Dan cuplikan Kisah
See Yu ornamen pada ruang-ruang pemujaan untuk dewa-dewa, biasanya diletakkan
pada dinding dan balok tarik kuda-kuda.
Universitas Sumatera Utara
50
Gambar 2.31. Ornamen Dewa / Manusia
(Sumber : www.english.com/eightimmortals)
Dalam agama Buddha, dikenal beberapa Buddha dengan julukan Bodhisatva :
1. Boddhisatva Maitreya
Bodhisattwa yang akan datang dan mencapai pencerahan, sebagai
penerus Buddha Gautama di masa yang akan datang. Dikenal akan kebajikannya.
Gambar 2.32. Boddhisatva Maitreya
(Sumber : www.wikipedia.com)
Universitas Sumatera Utara
51
Buddha Maitreya dipercayai lahir di provinsi Zhejiang sebagai bhiksu gendut
yang disebut Pu Tai He Sang atau Bhiksu Berkantong Kain. Legenda mengatakan
bahwa bhiksu ini sering berkelana membawa kantong kain pada permulaan abad ke-
10. Dia juga dijulukiBuddha Ketawa, Buddha Mi Le, atau Ju Lai Fo (Buddha yang
akan datang).
2. Boddhisatva Avalokitesvara (Kwan Im)
Bodhisatva yang paling dikenal secara universal dalam tradisi Mahayana. Di
Asia Timur dikenal dengan nama Kwan Im. Kwan Im sebagai seorang Bodhisatva
yang melambangkan kewelas-asihan dan penyayang.
Gambar 2.33. Boddhisatva Avalokitesvara
(Sumber : www.wikipedia.com)
Dalam sejumlah kitab Budhisme Tiongkok klasik, disebutkan ada beberapa
rupa perwujudan Kwan Im Pho Sat, antara lain :
1. Kwan Im Berdiri Menyeberangi Samudera;
2. Kwan Im Menyebrangi Samudera sambil Berdiri di atas Naga;
3. Kwan Im Duduk Bersila Bertangan Seribu;
4. Kwan Im Berbaju dan Berjubah Putih Bersih sambil Berdiri;
Universitas Sumatera Utara
52
5. Kwan Im Berdiri Membawa Anak;
6. Kwan Im Berdiri di atas Batu Karang/Gelombang Samudera;
7. Kwan Im Duduk Bersila Membawa Botol Suci & Dahan Yang Liu;
8. Kwan Im Duduk Bersila dengan Seekor Burung Kakak Tua.
3. Boddhisatva Sakyamuni (Shiddarta Gautama)
Buddha Gautama dilahirkan dengan nama Siddhārtha Gautama, dia
kemudian menjadi Buddha (secara harfiah: orang yang telah mencapai Penerangan
Sempurna). Dia juga dikenal sebagai Boddhisatva Shakyamuni ('orang bijak dari
kaum Sakya'). Siddhartha Gautama adalah guru spiritual dari wilayah timur laut
India yang juga merupakan pendiri Agama Buddha.
Gambar 2.34. Boddhisatva Sakyamuni
(Sumber : www.wikipedia.com)
Siddhartha Gautama merupakan figur utama dalam agama Buddha,
keterangan akan kehidupannya, khotbah-khotbah, dan peraturan keagamaan yang
dipercayai oleh penganut agama Buddha dirangkum setelah kematiannya dan
dihafalkan oleh para pengikutnya. Berbagai kumpulan perlengkapan pengajaran akan
Universitas Sumatera Utara
53
Siddhartha Gautama diberikan secara lisan, dan bentuk tulisan pertama kali
dilakukan sekitar 400 tahun kemudian.
4. Boddhisatva Satyakalama (Guan Yu)
Guan Yu adalah seorang jenderal terkenal dari Zaman Tiga Negara. Guan Yu
dikenal juga sebagai Kwan Kong, Guan Gong, atau Kwan Ie, dilahirkan di kabupaten
Jie, wilayah Hedong (sekarang kota Yuncheng, provinsi Shanxi), ia bernama
lengkap Guan Yunchang atau Kwan Yintiang.
Gambar 2.35. Boddhisatva Satyakalama
(Sumber : www.wikipedia.com)
Guan Yu digambarkan sebagai panglima gagah, tinggi dan berwibawa.
senjatanya adalah guan dao bernama "Blue Dragon Spike" atau "Green Dragon
Halbred".
5. Boddhisatva Ksitigarbha
Ksitigarbha dikenal dalam Buddhisme di Asia Timur sebagai
seorang Bodhisattva Mahasattva, biasanya dimanifestasikan dalam bentuk rupa
seorang Bhikkhu. Namanya dapat diartikan sebagai "Bendahara Bumi", "Simpanan
Bumi", atau "Rahim Bumi".
Universitas Sumatera Utara
54
Gambar 2.36. Boddhisatva Ksitigarbha
(Sumber : www.wikipedia.com)
Ksitigarbha dikenal sebagai Bodhisattva yang senantiasa menolong semua
jiwa manusia yang terjatuh dalam alam neraka. Dalam wihara Mahayani biasanya ia
memanifestasikan dirinya sebagai seorang bhikkhu dengan lingkaran
cahaya mengelilingi kepalanya, ia membawa tongkat pembuka pintu alam neraka dan
sebuah mutiara / permata pengabul permohonan untuk menerangi jalan kegelapan
alam neraka.
Simbol-Simbol Religi dan geometri yang biasa digunakan adalah Yin dan
Yang dan Pakua (Bagua). Yin dan Yang merupakan simbol yang dipakai dalam
masyara-kat Cina karena dianggap mewakili prinsip-prinsip kekuatan di alam, Yin
dihubungkan dengan bulan (kegelapan, air, dan prinsip feminin) sedangkan Yang
dihubungkan dengan matahari (terang, api, dan prinsip maskulin). Keharmonisan
dapat dicapai apabila keduanya dalam keadaan yang seimbang. Sedangkan Pakua
yang biasa disebut juga dengan trigrams karena terdiri dari tiga garis pada kedelapan
sisinya. Tiap garis mewakili tingkat kenyataan yang berbeda, garis terluar (atas)
menunjukkan aspek fisik, garis di tengah mengarah pada isi pokok atau tingkat
Universitas Sumatera Utara
55
berpikir dan garis terdalam lebih mengarah pada intisari Tao dan simbol ukuran
spiritual. Simbol ini merupakan perwakilan tenaga atau kekuatan dari yin dan yang.
Garis putus-putus ( - - ) mewakili yin (energi wanita), sedangkan garis solid ( - )
mewakili yang (energi laki-laki). Simbol-simbol geometri banyak diterapkan pada
dinding ataupun partisi sebagai celah untuk pencahayaan dan pengudaraan (Lingyu,
2001).
Gambar 2.37. Ornamen Geometri dan Yin Yang
(Sumber : www.wikipedia.com)
Swastika (hanya 卐 tidak diperbolehkan 卍) merupakan salah satu simbol
yang paling disucikan dan merupakan contoh nyata tentang sebuah simbol religious.
Kata Swastika terdiri dari kata Su yang berarti baik, kata Asti yang
berarti adalah dan akhiran Ka yang membentuk kata sifat menjadi kata benda.
Sehingga lambang Swastika merupakan bentuk simbol atau gambar dari terapan kata
Swastyastu (Semoga dalam keadaan baik).
Universitas Sumatera Utara
56
Swastika juga banyak mengandung arti, bila searah dengan arah jarum jam
berarti mengandung hal - hal yang bersifat atau mengandung kebaikan. sedangkan
bila berlawanan dengan arah jarum jam maka merupakan suatu bentuk kejelekan
(Wikipedia).
Roda Dhamma seringkali digunakan sebagai lambang Jalan Utama Berunsur
Delapan. Jalan Utama Berunsur Delapan (bahasa Pali: Ariyo aṭ ṭ haṅ giko
maggo; bahasa Sanskerta: Ārya 'ṣ ṭ āṅ ga mārgaḥ ) merupakan ajaran utamaagama
Buddha yang menjelaskan "Jalan" menuju lenyapnya Penderitaan (Dukkha) dan
mencapai pencerahan.
Jalan Utama Berunsur Delapan ditemukan kembali oleh Siddharta
Gautama dalam upayanya mencapai pencerahan. Sutta menggambarkannya sebagai
sebuah jalan tua yang dilalui dan diteladani olah para buddha sebelumnya. Jalan
Utama Berunsur Delapan membantu pemeluk agama Buddha menuju ke kehidupan
yang mulia (Wikipedia).
Jenis, Letak dan Makna Ornamen
1. Jenis : Naga
Perletakan : Atap, elemen dekorasi, tiang, gerbang, dinding, pintun,altar dan
monumen batu.
Makna : Menjaga keseimbangan, kekuatan, kebijaksanaan, keberuntungan,
keadilan, kebaikan, keberanian, pendirian teguh, dayabtahan dan
kekuatan produktif dari alam.
2. Jenis : Singa
Perletakan : Depan pintu masuk dan jalan masuk.
Universitas Sumatera Utara
57
Makna : Keadilan, kejujuran, energy dan kebaikan.
3. Jenis : Kelelawar
Perletakan : Elemen dekoratif dan keramik lantai.
Makna : Usia senja, kekayaan, kesehatan, cinta, kebajikan, nasib baik,
panjang umur, kemakmuran, kesehatan dan kematian alami.
4. Jenis : Kilin / Unikorn
Perletakan : Dinding dan furniture.
Makna : Kebahagiaan, keberuntungan, berkat, kemurahan hati, kebaikan,
kelembutan, panjang umur, kemegahan, kemuliaan, kesuburan dan
kebijaksanaan.
5. Jenis : Harimau
Perletakan : Depan pintu, dinding, pintu dan elemen dekoratif.
Makna : Pemimpin tertinggi hewan, keagungan, kemuliaan, keberanian,
kekuatan, pelindung dan pengusir roh jahat.
6. Jenis : Kuda
Perletakan : Dinding dan elemen dekoratif
Makna : Kecepatan, keberanian, ketekunan, kebangsawanan, kekuatan,
kegoyahan hidup, jalan kehidupan dan lambang kalangan menegah
atas.
7. Jenis : Burung bangau
Perletakan : Dinding dan pintu
Makna : Panjang umur dan lambang kehidupan
8. Jenis : Dewa / Manusia
Universitas Sumatera Utara
58
Perletakan : Daun pintu, altar, dinding dan elemen dekoratif
Makna : Keharmonisan, panjang usia, pelindung, kemakmuran dan
menggambarkan kisah para Dewa
9. Jenis : Bunga / Tumbuhan
Perletakan : Dinding, partisi, pintu dan elemen dekorasi, balok penyangga, pilar
dan pinggiran atap
Makna : Keuletan, kesucian, kesuburan, kekuatan, keteguhan hati, sukacita,
perhatian, kasih sayang, kekayaan, kehormatan dan panjang umur.
10. Jenis : Religi dan Geometri
Perletakan : Dinding, partisi dan elemen dekorasi
Makna : Prinsip kekuatan alam, tenaga, kekuatan, kebaikan keburukan dan
mencapai pencerahan.
Universitas Sumatera Utara