Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Reviu Penelitian Terdahulu
(Azizah Rachmanti et al., 2019) melakukan penelitian tentang “Analisis
Penyusutan Laporan Keuangan UMKM Batik Jumput Dahlia Berdasarkan SAK-
EMKM”. Penelitian tersebut Laporan Keuangan yang di susun UMKM Batik
Jumput Dahlia hanya memberikan informasi arus kas, sehingga belum bisa
mencerminkan laporan keuangan yang sesungguhnya dengan SAK yang berlaku.
(Ismadewi et al., 2017) melakukan penelitian tentang “Penyusunan Laporan
Keuangan sesuai dengan Standar Akutansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan
Menengah (SAK EMKM) pada Usaha Ternak Ayam Boiler”. Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa entitas ternak ayam boiler milik I Wayan Sudiharsa hanya
menyusun laporan keuangan dengan sederhana. Selain itu, terdapat kendala dalam
penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM yaitu adanya keterbatasan
sumber daya manusia.
(Ningtiyas, 2017) tentang “Penyusunan Laporan Keuangan UMKM
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah
(SAK EMKM) pada usaha Bintang Malam Pekalongan”. Penelitian tersebut
menghasilkan laporan keuangan entitas Bintang Malam Pekalongan yang
menyajikan gambaran umum perusahaan. Keterbatasan dalam penelitian ini dalam
UMKM Bintang Malam Pekalongan tidak memiliki beban pajak sehingga
menimbulkan nilai laba bersih sebelum pajak.
(Saragih & Surikayanti, 2015) tentang “Analisis Penerapan Akuntansi dan
Kesesuaiannya Dengan SAK ETAP Pada UKM Medan Perjuangan” hasil
7
penelitiannya adalah Pelaku UKM masih kurang memahami akuntansi dan
pengelolaan keuangannya, meskipun ada sebagian yang mengetahui. Oleh karena
itu Pelaku UKM menggunakan jasa dari karyawan untuk melakukan pencatatan
keuangan yang ada diperusahaan atau usaha mereka. Akan tetapi mereka tidak lebih
lanjut dalam mengelola pencatatan berdasarkan SAK ETAP karena masih
kurangnya pengetahuan dari pelaku UKM atau karyawan yang dipekerjakan untuk
membuat pencatatan keuangan dalam membuat laporan keuangan yang berstandar
SAK ETAP.
(Fidhina, 2019), tentang “Implementasi Perlakuan Akuntansi Aset Tetap
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah
(SAK EMKM) pada Keripik Tempe Batavia Sanan”. Penelitian ini menggunakan
teknik deskriptif dan kualitatif. Hasil penelitian pada Kripik Tempe Batavia Sanan
pemahaman tentang SAK EMKM sangat rendah. Pencatatan laporan keuangan
yang dibuat masih sangat sederhana dan belum akurat. Dari penelitian tersebut
penulis mencoba membantu membuat perhitungan aset tetap yang sesuai dengan
SAK EMKM walaupun belum sepenuhnya tepat karena keterbatasan data yang
dimiliki UMKM Keripik Tempe Batavia. Kendala yang dihadapi yaitu belum
adanya pekerja khusus untuk menghitung dan membuat perhitungan aset tetap juga
pemilik masih sepenuhnya memperhatikan keluarganya yaitu anak-anaknya yang
masih kecil.
(Salma, 2019), tentang “Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan
Untuk Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM)”. Hasil penelitian pada
By Coffee belum menerapkan SAK EMKM dalam penyusunan laporan
keuangannya. Alasannya karena entitas belum paham mengenai SAK EMKM
8
beserta bagaimana penerapannya. Entitas hanya membuat laporan keuangan
sederhana yang meliputi laporan pengeluaran, laporan penjualan, dan laporan laba
rugi. Menurutnya, laporan keuangan yang sesuai standar terlalu rumit dan susah
untuk di pahami.
(Khairun, 2019), tentang “Pelaporan Keuangan pada UD. Al Amin
Kecamatan Ngajum Berbasis SAK EMKM (Standar Akuntansi keuangan Entitas
Mikro Kecil dan Menengah)”. Hasil penelitian pada UD. Al Amin belum
menerapkan SAK EMKM dalam pelaporan keuangannya. UD. Al Amin hanya
menyusun laporan keuangannya berupa catatan penjualan hasil produksi dan
catatan pengeluaran kas. UD. Al Amin Dalam hal pengakuan,
pengukuran/penilaian serta penyajian laporan keuangannya terdapat beberapa hal
yang tidak sesuai SAK EMKM seperti UD. Al Amin masih belum melakukan
penilaian dan pengukuran untuk penyusutan pada aset tetap selain bangunan, belum
diterapkannya perhitungan HPP, dan masih terdapat beban yang belum dipisahkan.
UD. Al Amin juga belum menerapkan penyusunan laporan keuangan berdasarkan
SAK EMKM yang seharusnya terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba
rugi dan catatan atas laporan keuangan.
(Setiadi, 2018), tentang “Implementasi Laporan Keuangan Berbasis SAK
EMKM pada PD. Sumber Rejeki Ngantang”. Hasil penelitian PD. Sumber Rejeki
secara keseluruhan belum menerapkan standar pelaporan keuangan berdasarkan
SAK EMKM yang telah dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Laporan
keuangan yang disusun oleh PD. Sumber Rejeki yaitu merupakan catatan
penerimaan kas dan cacatan pengeluaran kas.
9
2.2 Landasan Teori
1. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Sesuai dengan definisi Undang-undang No.9 Tahun 1995 Usaha Kecil
merupakan usaha produktif dengan skala kecil. Usaha Kecil memiliki kriteria
kekayaan bersih paling tinggi Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah),
kekayaan Usaha Kecil ini tidak termasuk tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha. Usaha Kecil memiliki hasil penjualan paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) per tahun dan memiliki untuk
memperoleh kredit dari bank maksimal di atas Rp50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah) sampai maksimal Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No.9 Tahun 1995
tentang Usaha Kecil dinyatakan dalam pasal 1 bahwa : ”Usaha kecil adalah
kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan
bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam
Undang - undang ini”.
Menurut Pasal 5 ayat 1, kriteria usaha kecil adalah :
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 (dua
ratus juta rupiah). Tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha.
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp
1.000.000.000 (satu miliar rupiah)
3. Milik WNI
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
10
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung
maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha
bersama.
5. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum, badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
2. Laporan Keuangan UMKM
a. Definisi Laporan Keuangan
Pengertian laporan keuangan dalam Standar Akuntansi Keuangan
menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2015: 1) adalah: “Laporan keuangan
adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu entitas”. Laporan keuangan merupakan laporan yang
menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu
(Kasmir, 2016). Menurut (Baridwan, 2008), laporan keuangan ialah suatu
ringkasan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang
bersangkutan. Laporan keuangan menurut (Kasmir, 2016) adalah laporan
yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam
suatu jangka waktu tertentu. Selaras dengan pendapat tersebut, menurut
(Harahap, 2013) laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan
hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau dalam jangka waktu
tertentu.
Sedangkan menurut (Fahmi, 2011) laporan keuangan merupakan
suatu informasi yang menggambar kondisi keuangan suatu perusahaan, yang
dimana dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan
tersebut. Sehingga dapat disimpulkan dari paparan beberapa ahli diatas,
11
laporan keuangan adalah sebuah gambaran finansial suatu perusahaan dalam
jangka waktu tertentu dan dapat memberikan informasi keuangan
perusahaan secara lengkap. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen yang
bertujuan untuk mempertanggungjawabkan kegiatan yang diberikan
kepadanya oleh para pemilik perusahaan atau pihak-pihak di luar
perusahaan.
b. Analisis Pelaporan Keuangan
Analisis laporan keuangan dimulai dengan pemahaman tentang
laporan keuangan, yaitu neraca, laba rugi, dan laporan arus kas (Prihadi,
2011). Menurut (Kasmir, 2016), terdapat dua metode analisis laporan
keuangan yang digunakan, yaitu analisis horisontal dan analisis
vertikal.Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan hanya pada satu
periode laporan keuangan saja. Analisis dilakukan antara pos-pos yang ada,
dalam satu periode informasi yang diperoleh hanya untuk satu periode saja
dan tidak diketahui perkembangan dari periode ke periode selanjutnya.
Analisis horisontal merupakan analisis yang dilakukan dengan
membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode.Hasil analisis ini
akan terlihat perkembangan perusahaan dari periode yang satu ke periode
yang lain.
c. Komponen Laporan Keuangan
Menurut Surya (2012), komponen laporan yang lengkap terdiri dari:
1. Laporan Laba Rugi dan laporan laba rugi komprehensif selama
periode.
2. Laporan perubahan ekuitas selama periode.
12
3. Laporan posisi keuangan pada akhir periode.
4. Laporan arus kas selama periode.
5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan
akuntansi penting dan penjelasan informasi lainnya,
6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang
disajikan dengan menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang
membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, yaitu
ketika entitas mereklasifikasikan pos-pos dalam laporan
keuangannya.
3. SAK EMKM (Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil,
Menengah)
Standar Akutansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK
EMKM) yang telah diterbitkan oleh Ikatan Alumni Indonesia kemudian
disahkan oleh Dewan Standar Akutansi pada tanggal 16 Mei 2016 (IAI, 2018).
SAK EMKM ini berlaku secara efektif untuk penyusunan laporan keungan per
tanggal 1 Januari 2018.
Menurut SAK EMKM (2018), komponen laporan keuangan SAK
EMKM terdiri dari: laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, dan catatan atas
laporan keuangan.
SAK EMKM memuat pengaturan akuntansi yang lebih sederhana dari
SAK ETAP karena mengatur transaksi yang umum dan dasar pengukurannya
murni menggunakan biaya historis. SAK EMKM ini juga dilengkapi dengan
dasar kesimpulan dan contoh ilustratif. Dasar Kesimpulan memberikan
penjelasan atas latar belakang pengaturan akuntansi yang ditetapkan dalam SAK
13
EMKM. Sedangkan contoh ilustratif memberikan contoh penerapan SAK
EMKM sehingga dapat memudahkan UMKM dalam menerapkan SAK.
Tahap-tahap penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM:
1. Melakukan pencatatan bukti transaksi keuangan yang menjadi
aktivitas pada UMKM ke dalam jurnal umum.
2. Posting catatan dari jurnal ke dalam rekening buku besar yang ada
pada UMKM.
3. Menguji kebenaran saldo-saldo debit dan kredit rekening buku
besar. Selanjutnya saldo masing-masing dalam buku besar dapat
dihitung dan ditentukan.
4. Membuat jurnal penyesuaian yang digunakan untuk menyesuaikan
jumlah nominal dengan jumlah yang ada pada pencatatan transaksi.
5. Setelah semua ayat jurnal penyesuaian dibuat dan diposting maka
dilakukan penyusunan neraca saldo.
6. Menyesuaikan jumlah-jumlah yang ada pada neraca saldo, yang
belum sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada akhir periode.
7. Menyusun kertas kerja yang berisi laporan laba rugi dan neraca
berdasarkan data neraca saldo yang telah disesuaikan.
8. Kemudian masuk tahap penyusunan laporan keuangan meliputi
laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan catatan atas laporan
keuangan.
4. Siklus Akuntansi
Menurut (Isnawati & Setyorini, 2013) Aktivitas pengumpulan dan
pengolahan data akuntansi secara sistematik dalam satu periode akuntansi
14
tersebut seringkali dikenal sebagai proses atau siklus akuntansi (Harnanto, 2007
: 62). Proses atau siklus akuntansi meliputi 11 tahap, dengan 2 tahap yang
bersifat opsional, yaitu :
1. Tahap Pertama, Identifikasi Transaksi
Transaksi adalah suatu kejadian atau peristiwa yang mengakibatkan
terjadinya perubahan pada posisi keuangan suatu perusahaan, dan
suatu kejadian atau peristiwa yang dapat diukur atau dinyatakan ke
dalam unit moneter secara objektif. Sebagai contoh, pembelian suatu
perlengkapan kantor secara kredit adalah suatu transaksi yang
mengakibatkan terjadinya perubahan posisi keuangan perusahaan,
yaitu bertambahnya aktiva berupa perlengkapan kantor dan
bertambahnya kewajiban berupa utang usaha. Transaksi dapat
dibedakan menjadi dua kategori, yaitu :
a. Transaksi Ekstern atau Eksplisit adalah transaksi yang terjadi
antara perusahaan sebagai suatu entitas dengan pihak lain yang
juga sebagai suatu entitas, misalnya penjualan, pembelian,
pinjaman.
b. Transaksi Intern atau Implisit adalah transaksi yang terjadi di
dalam suatu perusahaan sebagai suatu entitas, misalnya
pengoperasian aktiva tetap, pemakaian bahan baku.
2. Tahap Kedua, Analisis Transaksi
Setelah mengidentifikasi, tahap selanjutnya adalah menentukan efek
terhadap posisi keuangan perusahaan dengan mengacu pada
persamaan neraca, yang dinyatakan sebagai berikut Aktiva =
15
Kewajiban + Ekuitas. Analisis efek transaksi terhadap posisi
keuangan ini diperlukan untuk memudahkan di dalam mencatat
transaksi di dalam alat-alat pencatatan akuntansi yang digunakan
yaitu rekening pembukuan.
3. Tahap ketiga, Jurnal Transaksi
Setelah informasi transaksi yang terdapat di dalam dokumen sumber
dikumpulkan dan dianalisis, kemudian dicatat secara kronologis di
dalam buku jurnal. Jurnal adalah suatu catatan kronologis tentang
transaksi-transaksi yang terjadi dalam suatu periode akuntansi.
Proses pencatatan transaksi ke dalam jurnal disebut penjurnalan.
Jurnal transaksi seringkali disebut sebagai suatu buku catatan
pertama, karena pencatatan transaksi ke dalam jurnal adalah untuk
pertama kalinya transaksi dicatat kedalam alat-alat pencatatan
format berdasarkan transaksi ke dalam jurnal. Jurnal transaksi
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Jurnal umum
Jurnal umum dapat digunakan untuk mencatat semua jenis
transaksi yang terjadi.
b. Jurnal khusus
Jurnal khusus diselenggarakan dalam rangka meningkatkan
efisiensi pencatatan terhadap transaksi-transaksi sejenis yang
terjadi secara berulang-ulang.
4. Tahap keempat, Posting Transaksi
16
Tahap berikutnya setelah transaksi dicatat dalam jurnal, maka tahap
berikutnya adalah posting. Posting adalah proses pencatatan
transaksi dari jurnal ke dalam rekening-rekening pembukuan terkait.
Proses posting meliputi:
a. Menuliskan tanggal dan nilai moneter transaksi ke sisi debit atau
kredit rekening terkait.
b. Menuliskan nomor halaman jurnal ke dalam kolom referensi.
c. Menuliskan nomor kode rekening ke dalam kolom referensi
pada jurnal umum.
Rekening pembukuan dapat dibedakan, sebagai berikut:
a. Buku Besar
Buku besar adalah kumpulan rekening-rekening pembukuan,
yang masing-masing digunakan untuk mencatat informasi
tentang aktiva tertentu, misalnya: kas, piutang dagang,
kewajiban tertentu (utang usaha, utang wesel), Ekuitas tertentu
(modal saham, laba ditahan), Pendapatan tertentu (penjualan,
pendapatan bunga), dan beban tertentu (beban gaji dan upah,
beban komisi penjualan).
b. Buku Pembantu
Selain buku besar, pada umumnya perusahaan juga
menyelenggarakan satu atau lebih buku besar pembantu. Tujuan
penyelenggaraan buku besar pembantu:
1. Mengumpulkan atau menyimpan rincian informasi yang
dicatat atau terdapat di dalam suatu rekening buku besar.
17
2. Mengurangi jumlah atau banyaknya rekening-rekening
pembukuan yang harus diselenggarakan di dalam buku
besar.
5. Tahap kelima, Penyusunan Neraca Saldo sebelum Penyesuaian
Neraca saldo sebelum penyesuaian adalah daftar saldo rekening-
rekening buku besar pada tanggal atau saat tertentu. Neraca saldo
sebelum penyesuaian merupakan ikhtisar tentang informasi yang
terdapat di dalam buku besar perusahaan. Disusun pada setiap akhir
periode akuntansi, sebelum dilakukan penyesuaian saldo rekening.
Neraca saldo sebelum penyesuaian merupakan suatu alat
pengendalian untuk menganalisis kesalahan-kesalahan akuntansi,
jika jumlah saldo debit rekening-rekening buku besar tidak sama
dengan jumlah saldo kreditnya, neraca saldo sebelum penyesuaian
dikatakan tidak menunjukkan keseimbangan. Di lain pihak, neraca
saldo sebelum penyesuaian yang menunjukkan keseimbangan tidak
menjamin bahwa proses akuntansi bebas dari kesalahan. Maka,
harus terlebih dahulu dikoreksi sebelum laporan keuangan disusun.
Neraca saldo sebelum penyesuaian disusun dengan dua tujuan
pokok, yaitu:
a. Untuk mengetahui atau membuktikan apakah jumlah saldo debit
rekening-rekening buku besar sama dengan jumlah saldo
kreditnya.
18
b. Menyediakan informasi yang dapat membantu akuntan dalam
membuat penyesuaian saldo rekening-rekening buku besar
untuk tujuan penyajiannya di dalam laporan keuangan.
6. Tahap keenam, Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian membantu untuk menetapkan efek financial dari
transaksi-transaksi implisit kepada periode akuntansi yang terkait.
Oleh karena itu, penyesuaian dilakukan secara periodik atau dalam
interval waktu yang sama, biasanya pada saat laporan keuangan akan
disusun.
7. Tahap ketujuh, Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Setelah jurnal penyesuaian dibuat dan dibukukan ke dalam rekening-
rekening buku besar terkait, akuntan menyusun neraca saldo yang
kedua, yang biasa disebut neraca saldo setelah penyesuaian karena
rekening-rekening yang terdapat di dalamnya menunjukkan saldo
setelah penyesuaian. Neraca saldo setelah penyesuaian mempunyai
peran sebagai berikut:
a. Membuktikan bahwa setelah penyesuaian, jumlah saldo debit
rekening-rekening buku besar tetap sama dengan jumlah saldo
kreditnya. Dengan demikian memberikan keyakinan akan
kebenaran proses penyesuaian.
b. Memungkinkan untuk menentukan jumlah laba atau rugi
sebelum pajak, sehingga penyesuaian untuk mencatat beban
pajak penghasilan dapat dilakukan.
19
c. Membuat saldo rekening-rekening buku besar siap untuk
disajikan di dalam laporan keuangan pokok (Laporan Laba
Rugi, Laporan Laba Ditahan, Neraca, dan Laporan Arus Kas).
8. Tahap delapan, Penyusunan laporan Keuangan
Berdasarkan informasi yang terdapat di dalam neraca saldo setelah
penyesuaian, selanjutnya dapat menyusun laporan keuangan pokok,
yang terdiri dari Laporan Laba-Rugi, Laporan Laba Ditahan, Neraca,
dan Laporan Arus Kas. Laporan keuangan ini merupakan output dari
sistem informasi akuntansi, dan merupakan input untuk membuat
keputusan investasi, kredit, dan keputusan-keputusan lain sejenis.
Oleh karena itu, penyusunan laporan keuangan merupakan tahap
yang krusial dalam keseluruhan siklus atau proses akuntansi.
9. Tahap Sembilan, Jurnal Penutup
Saldo akun-akun nominal (sementara) ditutup ke akun laba ditahan
atau akun perubahan modal. Proses penutupan ini mengakibatkan
semua akun nominal bersaldo nol (0) pada awal periode berikutnya.
10. Tahap sepuluh, Neraca Saldo Setelah Penutupan (Opsional)
Neraca saldo setelah penutupan adalah daftar saldo rekening-
rekening buku besar setelah dibukukannya ayat-ayat jurnal penutup.
Oleh karena itu, neraca saldo setelah penutupan hanya memuat saldo
rekening-rekening permanen. Tujuan penyusunan neraca saldo
setelah penutupan adalah untuk memperoleh keyakinan bahwa
setelah tutup buku dilakukan, rekening-rekening buku besar
20
menunjukkan keseimbangan atau saldo debit berjumlah sama
dengan saldo kreditnya.
11. Tahap sebelas, Jurnal Pembalik (Opsional)
Langkah terakhir dari proses atau siklus akuntansi adalah
penyusunan jurnal pembalik dan pembukuannya ke dalam rekening-
rekening buku besar. Disebut jurnal pembalik karena pada dasarnya
merupakan kebalikan dari jurnal-jurnal tertentu yang dibuat pada
tahap penyesuaian yang dilakukan pada akhir periode akuntansi.
5. Pengguna Laporan Keuangan
Menurut IAI (2007) pengguna laporan keuangan meliputi investor
sekarang dan investor potensial, karyawan, perbankan, pemasok dan
kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya,
dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi
beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan tersebut
meliputi:
a. Investor
Investor dan konsultan berkepentingan dengan risiko yang melekat
serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka
membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus
membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham
juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
21
b. Karyawan.
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik
pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan.
Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa,
imbalan pascakerja. dan kesempatan kerja.
c. Perbankan.
Pihak perbankan tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta
bunganya dibayar pada saat jatuh tempo.
d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya.
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang
terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha
berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih
pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan
utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
e. Pelanggan.
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam
perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung pada perusahaan.
f. Pemerintah.
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu
22
berkepentingan dengan aktifitas perusahaan. Mereka juga
membutuhkan informasi untuk mengatur aktifitas perusahaan,
menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun
statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
g. Masyarakat.
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.
Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada
perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan
perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan
dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi dan
perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian
aktifitasnya.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum.
Dengan demikian tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi
setiap pengguna. Berhubung para investor merupakan penanam modal
berisiko ke perusahaan, maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi
kebutuhan mereka juga akan memenuhi sebagian besar kebutuhan pengguna
lain.