17
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Reviu Penelitian Terdahulu (Azizah Rachmanti et al., 2019) melakukan penelitian tentang “Analisis Penyusutan Laporan Keuangan UMKM Batik Jumput Dahlia Berdasarkan SAK- EMKM”. Penelitian tersebut Laporan Keuangan yang di susun UMKM Batik Jumput Dahlia hanya memberikan informasi arus kas, sehingga belum bisa mencerminkan laporan keuangan yang sesungguhnya dengan SAK yang berlaku. (Ismadewi et al., 2017) melakukan penelitian tentang “Penyusunan Laporan Keuangan sesuai dengan Standar Akutansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM) pada Usaha Ternak Ayam Boiler”. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa entitas ternak ayam boiler milik I Wayan Sudiharsa hanya menyusun laporan keuangan dengan sederhana. Selain itu, terdapat kendala dalam penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM yaitu adanya keterbatasan sumber daya manusia. (Ningtiyas, 2017) tentang “Penyusunan Laporan Keuangan UMKM Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM) pada usaha Bintang Malam Pekalongan”. Penelitian tersebut menghasilkan laporan keuangan entitas Bintang Malam Pekalongan yang menyajikan gambaran umum perusahaan. Keterbatasan dalam penelitian ini dalam UMKM Bintang Malam Pekalongan tidak memiliki beban pajak sehingga menimbulkan nilai laba bersih sebelum pajak. (Saragih & Surikayanti, 2015) tentang “Analisis Penerapan Akuntansi dan Kesesuaiannya Dengan SAK ETAP Pada UKM Medan Perjuangan” hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Reviu Penelitian Terdahulu

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Reviu Penelitian Terdahulu

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Reviu Penelitian Terdahulu

(Azizah Rachmanti et al., 2019) melakukan penelitian tentang “Analisis

Penyusutan Laporan Keuangan UMKM Batik Jumput Dahlia Berdasarkan SAK-

EMKM”. Penelitian tersebut Laporan Keuangan yang di susun UMKM Batik

Jumput Dahlia hanya memberikan informasi arus kas, sehingga belum bisa

mencerminkan laporan keuangan yang sesungguhnya dengan SAK yang berlaku.

(Ismadewi et al., 2017) melakukan penelitian tentang “Penyusunan Laporan

Keuangan sesuai dengan Standar Akutansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan

Menengah (SAK EMKM) pada Usaha Ternak Ayam Boiler”. Penelitian tersebut

menunjukkan bahwa entitas ternak ayam boiler milik I Wayan Sudiharsa hanya

menyusun laporan keuangan dengan sederhana. Selain itu, terdapat kendala dalam

penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM yaitu adanya keterbatasan

sumber daya manusia.

(Ningtiyas, 2017) tentang “Penyusunan Laporan Keuangan UMKM

Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah

(SAK EMKM) pada usaha Bintang Malam Pekalongan”. Penelitian tersebut

menghasilkan laporan keuangan entitas Bintang Malam Pekalongan yang

menyajikan gambaran umum perusahaan. Keterbatasan dalam penelitian ini dalam

UMKM Bintang Malam Pekalongan tidak memiliki beban pajak sehingga

menimbulkan nilai laba bersih sebelum pajak.

(Saragih & Surikayanti, 2015) tentang “Analisis Penerapan Akuntansi dan

Kesesuaiannya Dengan SAK ETAP Pada UKM Medan Perjuangan” hasil

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Reviu Penelitian Terdahulu

7

penelitiannya adalah Pelaku UKM masih kurang memahami akuntansi dan

pengelolaan keuangannya, meskipun ada sebagian yang mengetahui. Oleh karena

itu Pelaku UKM menggunakan jasa dari karyawan untuk melakukan pencatatan

keuangan yang ada diperusahaan atau usaha mereka. Akan tetapi mereka tidak lebih

lanjut dalam mengelola pencatatan berdasarkan SAK ETAP karena masih

kurangnya pengetahuan dari pelaku UKM atau karyawan yang dipekerjakan untuk

membuat pencatatan keuangan dalam membuat laporan keuangan yang berstandar

SAK ETAP.

(Fidhina, 2019), tentang “Implementasi Perlakuan Akuntansi Aset Tetap

Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah

(SAK EMKM) pada Keripik Tempe Batavia Sanan”. Penelitian ini menggunakan

teknik deskriptif dan kualitatif. Hasil penelitian pada Kripik Tempe Batavia Sanan

pemahaman tentang SAK EMKM sangat rendah. Pencatatan laporan keuangan

yang dibuat masih sangat sederhana dan belum akurat. Dari penelitian tersebut

penulis mencoba membantu membuat perhitungan aset tetap yang sesuai dengan

SAK EMKM walaupun belum sepenuhnya tepat karena keterbatasan data yang

dimiliki UMKM Keripik Tempe Batavia. Kendala yang dihadapi yaitu belum

adanya pekerja khusus untuk menghitung dan membuat perhitungan aset tetap juga

pemilik masih sepenuhnya memperhatikan keluarganya yaitu anak-anaknya yang

masih kecil.

(Salma, 2019), tentang “Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan

Untuk Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM)”. Hasil penelitian pada

By Coffee belum menerapkan SAK EMKM dalam penyusunan laporan

keuangannya. Alasannya karena entitas belum paham mengenai SAK EMKM

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Reviu Penelitian Terdahulu

8

beserta bagaimana penerapannya. Entitas hanya membuat laporan keuangan

sederhana yang meliputi laporan pengeluaran, laporan penjualan, dan laporan laba

rugi. Menurutnya, laporan keuangan yang sesuai standar terlalu rumit dan susah

untuk di pahami.

(Khairun, 2019), tentang “Pelaporan Keuangan pada UD. Al Amin

Kecamatan Ngajum Berbasis SAK EMKM (Standar Akuntansi keuangan Entitas

Mikro Kecil dan Menengah)”. Hasil penelitian pada UD. Al Amin belum

menerapkan SAK EMKM dalam pelaporan keuangannya. UD. Al Amin hanya

menyusun laporan keuangannya berupa catatan penjualan hasil produksi dan

catatan pengeluaran kas. UD. Al Amin Dalam hal pengakuan,

pengukuran/penilaian serta penyajian laporan keuangannya terdapat beberapa hal

yang tidak sesuai SAK EMKM seperti UD. Al Amin masih belum melakukan

penilaian dan pengukuran untuk penyusutan pada aset tetap selain bangunan, belum

diterapkannya perhitungan HPP, dan masih terdapat beban yang belum dipisahkan.

UD. Al Amin juga belum menerapkan penyusunan laporan keuangan berdasarkan

SAK EMKM yang seharusnya terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba

rugi dan catatan atas laporan keuangan.

(Setiadi, 2018), tentang “Implementasi Laporan Keuangan Berbasis SAK

EMKM pada PD. Sumber Rejeki Ngantang”. Hasil penelitian PD. Sumber Rejeki

secara keseluruhan belum menerapkan standar pelaporan keuangan berdasarkan

SAK EMKM yang telah dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Laporan

keuangan yang disusun oleh PD. Sumber Rejeki yaitu merupakan catatan

penerimaan kas dan cacatan pengeluaran kas.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Reviu Penelitian Terdahulu

9

2.2 Landasan Teori

1. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Sesuai dengan definisi Undang-undang No.9 Tahun 1995 Usaha Kecil

merupakan usaha produktif dengan skala kecil. Usaha Kecil memiliki kriteria

kekayaan bersih paling tinggi Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah),

kekayaan Usaha Kecil ini tidak termasuk tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha. Usaha Kecil memiliki hasil penjualan paling banyak

Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) per tahun dan memiliki untuk

memperoleh kredit dari bank maksimal di atas Rp50.000.000,- (lima puluh juta

rupiah) sampai maksimal Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No.9 Tahun 1995

tentang Usaha Kecil dinyatakan dalam pasal 1 bahwa : ”Usaha kecil adalah

kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan

bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam

Undang - undang ini”.

Menurut Pasal 5 ayat 1, kriteria usaha kecil adalah :

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 (dua

ratus juta rupiah). Tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp

1.000.000.000 (satu miliar rupiah)

3. Milik WNI

4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Reviu Penelitian Terdahulu

10

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung

maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha

bersama.

5. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan

hukum, badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

2. Laporan Keuangan UMKM

a. Definisi Laporan Keuangan

Pengertian laporan keuangan dalam Standar Akuntansi Keuangan

menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2015: 1) adalah: “Laporan keuangan

adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja

keuangan suatu entitas”. Laporan keuangan merupakan laporan yang

menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu

(Kasmir, 2016). Menurut (Baridwan, 2008), laporan keuangan ialah suatu

ringkasan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang

bersangkutan. Laporan keuangan menurut (Kasmir, 2016) adalah laporan

yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam

suatu jangka waktu tertentu. Selaras dengan pendapat tersebut, menurut

(Harahap, 2013) laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan

hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau dalam jangka waktu

tertentu.

Sedangkan menurut (Fahmi, 2011) laporan keuangan merupakan

suatu informasi yang menggambar kondisi keuangan suatu perusahaan, yang

dimana dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan

tersebut. Sehingga dapat disimpulkan dari paparan beberapa ahli diatas,

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Reviu Penelitian Terdahulu

11

laporan keuangan adalah sebuah gambaran finansial suatu perusahaan dalam

jangka waktu tertentu dan dapat memberikan informasi keuangan

perusahaan secara lengkap. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen yang

bertujuan untuk mempertanggungjawabkan kegiatan yang diberikan

kepadanya oleh para pemilik perusahaan atau pihak-pihak di luar

perusahaan.

b. Analisis Pelaporan Keuangan

Analisis laporan keuangan dimulai dengan pemahaman tentang

laporan keuangan, yaitu neraca, laba rugi, dan laporan arus kas (Prihadi,

2011). Menurut (Kasmir, 2016), terdapat dua metode analisis laporan

keuangan yang digunakan, yaitu analisis horisontal dan analisis

vertikal.Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan hanya pada satu

periode laporan keuangan saja. Analisis dilakukan antara pos-pos yang ada,

dalam satu periode informasi yang diperoleh hanya untuk satu periode saja

dan tidak diketahui perkembangan dari periode ke periode selanjutnya.

Analisis horisontal merupakan analisis yang dilakukan dengan

membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode.Hasil analisis ini

akan terlihat perkembangan perusahaan dari periode yang satu ke periode

yang lain.

c. Komponen Laporan Keuangan

Menurut Surya (2012), komponen laporan yang lengkap terdiri dari:

1. Laporan Laba Rugi dan laporan laba rugi komprehensif selama

periode.

2. Laporan perubahan ekuitas selama periode.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Reviu Penelitian Terdahulu

12

3. Laporan posisi keuangan pada akhir periode.

4. Laporan arus kas selama periode.

5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan

akuntansi penting dan penjelasan informasi lainnya,

6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang

disajikan dengan menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang

membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, yaitu

ketika entitas mereklasifikasikan pos-pos dalam laporan

keuangannya.

3. SAK EMKM (Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil,

Menengah)

Standar Akutansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK

EMKM) yang telah diterbitkan oleh Ikatan Alumni Indonesia kemudian

disahkan oleh Dewan Standar Akutansi pada tanggal 16 Mei 2016 (IAI, 2018).

SAK EMKM ini berlaku secara efektif untuk penyusunan laporan keungan per

tanggal 1 Januari 2018.

Menurut SAK EMKM (2018), komponen laporan keuangan SAK

EMKM terdiri dari: laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, dan catatan atas

laporan keuangan.

SAK EMKM memuat pengaturan akuntansi yang lebih sederhana dari

SAK ETAP karena mengatur transaksi yang umum dan dasar pengukurannya

murni menggunakan biaya historis. SAK EMKM ini juga dilengkapi dengan

dasar kesimpulan dan contoh ilustratif. Dasar Kesimpulan memberikan

penjelasan atas latar belakang pengaturan akuntansi yang ditetapkan dalam SAK

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Reviu Penelitian Terdahulu

13

EMKM. Sedangkan contoh ilustratif memberikan contoh penerapan SAK

EMKM sehingga dapat memudahkan UMKM dalam menerapkan SAK.

Tahap-tahap penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM:

1. Melakukan pencatatan bukti transaksi keuangan yang menjadi

aktivitas pada UMKM ke dalam jurnal umum.

2. Posting catatan dari jurnal ke dalam rekening buku besar yang ada

pada UMKM.

3. Menguji kebenaran saldo-saldo debit dan kredit rekening buku

besar. Selanjutnya saldo masing-masing dalam buku besar dapat

dihitung dan ditentukan.

4. Membuat jurnal penyesuaian yang digunakan untuk menyesuaikan

jumlah nominal dengan jumlah yang ada pada pencatatan transaksi.

5. Setelah semua ayat jurnal penyesuaian dibuat dan diposting maka

dilakukan penyusunan neraca saldo.

6. Menyesuaikan jumlah-jumlah yang ada pada neraca saldo, yang

belum sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada akhir periode.

7. Menyusun kertas kerja yang berisi laporan laba rugi dan neraca

berdasarkan data neraca saldo yang telah disesuaikan.

8. Kemudian masuk tahap penyusunan laporan keuangan meliputi

laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan catatan atas laporan

keuangan.

4. Siklus Akuntansi

Menurut (Isnawati & Setyorini, 2013) Aktivitas pengumpulan dan

pengolahan data akuntansi secara sistematik dalam satu periode akuntansi

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Reviu Penelitian Terdahulu

14

tersebut seringkali dikenal sebagai proses atau siklus akuntansi (Harnanto, 2007

: 62). Proses atau siklus akuntansi meliputi 11 tahap, dengan 2 tahap yang

bersifat opsional, yaitu :

1. Tahap Pertama, Identifikasi Transaksi

Transaksi adalah suatu kejadian atau peristiwa yang mengakibatkan

terjadinya perubahan pada posisi keuangan suatu perusahaan, dan

suatu kejadian atau peristiwa yang dapat diukur atau dinyatakan ke

dalam unit moneter secara objektif. Sebagai contoh, pembelian suatu

perlengkapan kantor secara kredit adalah suatu transaksi yang

mengakibatkan terjadinya perubahan posisi keuangan perusahaan,

yaitu bertambahnya aktiva berupa perlengkapan kantor dan

bertambahnya kewajiban berupa utang usaha. Transaksi dapat

dibedakan menjadi dua kategori, yaitu :

a. Transaksi Ekstern atau Eksplisit adalah transaksi yang terjadi

antara perusahaan sebagai suatu entitas dengan pihak lain yang

juga sebagai suatu entitas, misalnya penjualan, pembelian,

pinjaman.

b. Transaksi Intern atau Implisit adalah transaksi yang terjadi di

dalam suatu perusahaan sebagai suatu entitas, misalnya

pengoperasian aktiva tetap, pemakaian bahan baku.

2. Tahap Kedua, Analisis Transaksi

Setelah mengidentifikasi, tahap selanjutnya adalah menentukan efek

terhadap posisi keuangan perusahaan dengan mengacu pada

persamaan neraca, yang dinyatakan sebagai berikut Aktiva =

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Reviu Penelitian Terdahulu

15

Kewajiban + Ekuitas. Analisis efek transaksi terhadap posisi

keuangan ini diperlukan untuk memudahkan di dalam mencatat

transaksi di dalam alat-alat pencatatan akuntansi yang digunakan

yaitu rekening pembukuan.

3. Tahap ketiga, Jurnal Transaksi

Setelah informasi transaksi yang terdapat di dalam dokumen sumber

dikumpulkan dan dianalisis, kemudian dicatat secara kronologis di

dalam buku jurnal. Jurnal adalah suatu catatan kronologis tentang

transaksi-transaksi yang terjadi dalam suatu periode akuntansi.

Proses pencatatan transaksi ke dalam jurnal disebut penjurnalan.

Jurnal transaksi seringkali disebut sebagai suatu buku catatan

pertama, karena pencatatan transaksi ke dalam jurnal adalah untuk

pertama kalinya transaksi dicatat kedalam alat-alat pencatatan

format berdasarkan transaksi ke dalam jurnal. Jurnal transaksi

dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Jurnal umum

Jurnal umum dapat digunakan untuk mencatat semua jenis

transaksi yang terjadi.

b. Jurnal khusus

Jurnal khusus diselenggarakan dalam rangka meningkatkan

efisiensi pencatatan terhadap transaksi-transaksi sejenis yang

terjadi secara berulang-ulang.

4. Tahap keempat, Posting Transaksi

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Reviu Penelitian Terdahulu

16

Tahap berikutnya setelah transaksi dicatat dalam jurnal, maka tahap

berikutnya adalah posting. Posting adalah proses pencatatan

transaksi dari jurnal ke dalam rekening-rekening pembukuan terkait.

Proses posting meliputi:

a. Menuliskan tanggal dan nilai moneter transaksi ke sisi debit atau

kredit rekening terkait.

b. Menuliskan nomor halaman jurnal ke dalam kolom referensi.

c. Menuliskan nomor kode rekening ke dalam kolom referensi

pada jurnal umum.

Rekening pembukuan dapat dibedakan, sebagai berikut:

a. Buku Besar

Buku besar adalah kumpulan rekening-rekening pembukuan,

yang masing-masing digunakan untuk mencatat informasi

tentang aktiva tertentu, misalnya: kas, piutang dagang,

kewajiban tertentu (utang usaha, utang wesel), Ekuitas tertentu

(modal saham, laba ditahan), Pendapatan tertentu (penjualan,

pendapatan bunga), dan beban tertentu (beban gaji dan upah,

beban komisi penjualan).

b. Buku Pembantu

Selain buku besar, pada umumnya perusahaan juga

menyelenggarakan satu atau lebih buku besar pembantu. Tujuan

penyelenggaraan buku besar pembantu:

1. Mengumpulkan atau menyimpan rincian informasi yang

dicatat atau terdapat di dalam suatu rekening buku besar.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Reviu Penelitian Terdahulu

17

2. Mengurangi jumlah atau banyaknya rekening-rekening

pembukuan yang harus diselenggarakan di dalam buku

besar.

5. Tahap kelima, Penyusunan Neraca Saldo sebelum Penyesuaian

Neraca saldo sebelum penyesuaian adalah daftar saldo rekening-

rekening buku besar pada tanggal atau saat tertentu. Neraca saldo

sebelum penyesuaian merupakan ikhtisar tentang informasi yang

terdapat di dalam buku besar perusahaan. Disusun pada setiap akhir

periode akuntansi, sebelum dilakukan penyesuaian saldo rekening.

Neraca saldo sebelum penyesuaian merupakan suatu alat

pengendalian untuk menganalisis kesalahan-kesalahan akuntansi,

jika jumlah saldo debit rekening-rekening buku besar tidak sama

dengan jumlah saldo kreditnya, neraca saldo sebelum penyesuaian

dikatakan tidak menunjukkan keseimbangan. Di lain pihak, neraca

saldo sebelum penyesuaian yang menunjukkan keseimbangan tidak

menjamin bahwa proses akuntansi bebas dari kesalahan. Maka,

harus terlebih dahulu dikoreksi sebelum laporan keuangan disusun.

Neraca saldo sebelum penyesuaian disusun dengan dua tujuan

pokok, yaitu:

a. Untuk mengetahui atau membuktikan apakah jumlah saldo debit

rekening-rekening buku besar sama dengan jumlah saldo

kreditnya.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Reviu Penelitian Terdahulu

18

b. Menyediakan informasi yang dapat membantu akuntan dalam

membuat penyesuaian saldo rekening-rekening buku besar

untuk tujuan penyajiannya di dalam laporan keuangan.

6. Tahap keenam, Jurnal Penyesuaian

Jurnal penyesuaian membantu untuk menetapkan efek financial dari

transaksi-transaksi implisit kepada periode akuntansi yang terkait.

Oleh karena itu, penyesuaian dilakukan secara periodik atau dalam

interval waktu yang sama, biasanya pada saat laporan keuangan akan

disusun.

7. Tahap ketujuh, Neraca Saldo Setelah Penyesuaian

Setelah jurnal penyesuaian dibuat dan dibukukan ke dalam rekening-

rekening buku besar terkait, akuntan menyusun neraca saldo yang

kedua, yang biasa disebut neraca saldo setelah penyesuaian karena

rekening-rekening yang terdapat di dalamnya menunjukkan saldo

setelah penyesuaian. Neraca saldo setelah penyesuaian mempunyai

peran sebagai berikut:

a. Membuktikan bahwa setelah penyesuaian, jumlah saldo debit

rekening-rekening buku besar tetap sama dengan jumlah saldo

kreditnya. Dengan demikian memberikan keyakinan akan

kebenaran proses penyesuaian.

b. Memungkinkan untuk menentukan jumlah laba atau rugi

sebelum pajak, sehingga penyesuaian untuk mencatat beban

pajak penghasilan dapat dilakukan.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Reviu Penelitian Terdahulu

19

c. Membuat saldo rekening-rekening buku besar siap untuk

disajikan di dalam laporan keuangan pokok (Laporan Laba

Rugi, Laporan Laba Ditahan, Neraca, dan Laporan Arus Kas).

8. Tahap delapan, Penyusunan laporan Keuangan

Berdasarkan informasi yang terdapat di dalam neraca saldo setelah

penyesuaian, selanjutnya dapat menyusun laporan keuangan pokok,

yang terdiri dari Laporan Laba-Rugi, Laporan Laba Ditahan, Neraca,

dan Laporan Arus Kas. Laporan keuangan ini merupakan output dari

sistem informasi akuntansi, dan merupakan input untuk membuat

keputusan investasi, kredit, dan keputusan-keputusan lain sejenis.

Oleh karena itu, penyusunan laporan keuangan merupakan tahap

yang krusial dalam keseluruhan siklus atau proses akuntansi.

9. Tahap Sembilan, Jurnal Penutup

Saldo akun-akun nominal (sementara) ditutup ke akun laba ditahan

atau akun perubahan modal. Proses penutupan ini mengakibatkan

semua akun nominal bersaldo nol (0) pada awal periode berikutnya.

10. Tahap sepuluh, Neraca Saldo Setelah Penutupan (Opsional)

Neraca saldo setelah penutupan adalah daftar saldo rekening-

rekening buku besar setelah dibukukannya ayat-ayat jurnal penutup.

Oleh karena itu, neraca saldo setelah penutupan hanya memuat saldo

rekening-rekening permanen. Tujuan penyusunan neraca saldo

setelah penutupan adalah untuk memperoleh keyakinan bahwa

setelah tutup buku dilakukan, rekening-rekening buku besar

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Reviu Penelitian Terdahulu

20

menunjukkan keseimbangan atau saldo debit berjumlah sama

dengan saldo kreditnya.

11. Tahap sebelas, Jurnal Pembalik (Opsional)

Langkah terakhir dari proses atau siklus akuntansi adalah

penyusunan jurnal pembalik dan pembukuannya ke dalam rekening-

rekening buku besar. Disebut jurnal pembalik karena pada dasarnya

merupakan kebalikan dari jurnal-jurnal tertentu yang dibuat pada

tahap penyesuaian yang dilakukan pada akhir periode akuntansi.

5. Pengguna Laporan Keuangan

Menurut IAI (2007) pengguna laporan keuangan meliputi investor

sekarang dan investor potensial, karyawan, perbankan, pemasok dan

kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya,

dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi

beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan tersebut

meliputi:

a. Investor

Investor dan konsultan berkepentingan dengan risiko yang melekat

serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka

membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus

membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham

juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai

kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Reviu Penelitian Terdahulu

21

b. Karyawan.

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik

pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan.

Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka

untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa,

imbalan pascakerja. dan kesempatan kerja.

c. Perbankan.

Pihak perbankan tertarik dengan informasi keuangan yang

memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta

bunganya dibayar pada saat jatuh tempo.

d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya.

Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang

memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang

terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha

berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih

pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan

utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.

e. Pelanggan.

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai

kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam

perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung pada perusahaan.

f. Pemerintah.

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya

berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Reviu Penelitian Terdahulu

22

berkepentingan dengan aktifitas perusahaan. Mereka juga

membutuhkan informasi untuk mengatur aktifitas perusahaan,

menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun

statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

g. Masyarakat.

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.

Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada

perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan

perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan

dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi dan

perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian

aktifitasnya.

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum.

Dengan demikian tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi

setiap pengguna. Berhubung para investor merupakan penanam modal

berisiko ke perusahaan, maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi

kebutuhan mereka juga akan memenuhi sebagian besar kebutuhan pengguna

lain.