Upload
ledan
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Sistem dan Prosedur
Menurut Hall (2001: 5) menyatakan sistem adalah sekelompok dua atau
lebih komponen-komponen yang saling berkaitan dengan subsistem-subsitem yang
bersatu untuk mencapai tujuan yang sama. Sedangkan menurut Mulyadi (2001:1)
sistem adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya antara satu dengan yang
lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut
Nugroho Wijayanto (2001:2) system adalah sesuatu yang memiliki fungsi-fungsi
yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu melalui tiga tahapan yaitu
input, proses. Dan output.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem adalah
kumpulan dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan, komponen-
komponen tersebut berhubungan erat satu dengan yang lainnya dan tidak dapat
berdiri sendiri, mereka saling berinteraksi dan saling beerhubungan membentuk
satu kesatuan sehingga tujuan atau sasaran suatu system dapat tercapai
Menurut Mulyadi (2001:5) prosedur adalah suatu urutan kegiatan yang
krelikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih
yang dibuat untuk menjamin penangan secara seragam transaksi perusahaan yang
terjadi berulang-ulang. Kegiatan krelikal adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mencatat informasi dalam formulir, buku jurnal, dan buku besar yang terdiri dari
menulis, menghitung, memberi kode,mendaftar, memilih, memindahkan serta
membandingkan.
Menurut Baridwan (2009:3) prosedur adalah suatu urutan-urutan pekerjaan,
biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih, disusun untuk
menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan
yang sering terjadi.
Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan pengertian prosedur adalah
suatu urutan kegiatan yang dilakukan, yang biasanya melibatkan beberapa orang
dalam suatu deapartemen atau lebih, yang disusun untuk menjamin penanganan
secara seragam transaksi-transaksi yang terjadi.
2.1.2 Pengertian sistem Pengendalian Internal
Menurut Romney dan Steinbart (2009:229): “Pengendalian Internal adalah
rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga asset,
memberikan informasi yang akurat dan andal mendorong dan memperbaiki
efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang
telah ditetapkan.”
Menurut penelitian Committee of Sponsoring Organization ( COSO ),
pengendalian internal merupakan sistem, struktur atau proses yang
diimplementasikan oleh dewan komisaris, manajemen dan karyawan dalam
perusahaan yang bertujuan untuk menyediakan jaminan yang memadai bahwa
tujuan pengendalian tersebut dicapai, meliputi efektifitas dan efisiensi operasi,
keandalan pelaporan keuangan, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan dapat tercapai.
Sedangkan menurut Sukrisno Agoes (2008:79), pengendalian internal
adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan
personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang
pencapaian tiga golongan tujuan, seperti keandalan laporan keuangan, efektifitas
dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Berdasarkan ketiga definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sistem
pengendalian internal adalah sistem, struktur atau prosedur yang saling
berhubungan memiliki beberapa tujuan pokok yaitu menjaga kekayaan organisasi,
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi yang dikoordinasikan
sedemikian rupa, dan mendorong dipatuhinya kebijakan hukum dan peraturan yang
berlaku untuk melaksanakan fungsi utama perusahaan.
Sistem pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode, dan
ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi,
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorongdipatuhinya
kebijakan manajemen. Definisi tersebut lebih menekankan pada tujuan yang ingin
dicapai,bukan pada unsur-unsur yang membentuk sistem tersebut. Oleh karena itu
pengertian pengendalian internal diatas berlaku bagi perusahaan yang mengolah
informasinya secara manual dengan mesin pembukuan maupun dengan komputer.
Lebih lanjut Mulyadi menjelaskan, menurut tujuannya sistem pengendalian internal
tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian: pertama pengendalian internal akuntansi
dan yang kedua sistem pengendalian internal administratif. Pengendalian internal
akuntansi bagian dari sistema pengendalian internal meliputi, struktur organisasi,
metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga
kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.
Pengendalian internal akuntansi yang baik untuk menjamin keamanan kekayaan
para investor dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan
menghasilkan laporan keuangan yang dipercaya. Pengendalian internal
administratif meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan
manajemen.
2.1.3 Tujuan dan Unsur – Unsur Sistem Pengendalian Internal
1. Tujuan Pengendalian Internal
Menurut Hall (2007:19) tujuan sistem pengendalian internal adalah :
1) Mengamankan aktiva perusahaan
2) Memastikan akurasi dan keandalan berbagai catatan dan informasi
akuntansi
3) Menyebarluaskan efisiensi dalam operasi perusahaan
4) Mengukur ketaatan dengan berbagai kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan oleh manajemen.
2. Unsur- unsur Pengendalian Internal
Pengendalian internal yang baik harus memenuhi beberapa kriteria atau
unsur-unsur. Menurut Sukrisno Agoes (2008:80), pengendalian
internalterdiri dari lima Unsur yang saling berkaitan. Lima Unsur
pengendalian internal tersebut adalah:
1) Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Merupakan suatu suasana organisasi, yang mempengaruhi
kesadaran akan suatu pengendalian dari sikap orang-orangnya.
Lingkungan pengendalian merupakan suattu fondasi dari semua
komponen pengendalian internal lainnya yang bersifat disiplin
dan berstruktur.
Mengidentifikasikan 7 faktor penting untuk sebuah lingkungan
pengendalian, antara lain :
a) Komitmen kepada intergritas dan nilai etika
b) Filosofi dan gaya operasi manajemen
c) Struktur organisasi
d) Komite audit
e) Metode penerapan wewenang dan tanggung jawab
f) Praktik dan kebijakan tentang sumber daya manusia
g) Pengaruh eksternal
2) Penilaian Resiko (Risk Assessment)
Merupakan suatu kebijakan dan prosedur yang dapat membantu
suatu perusahaan dalam meyakinkan bahwa tugas dan perintah
yang diberikan oleh manajemen telah dijalankan.
3) Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Merupakan suatu kebijakan dan prosedur yang dapat membantu
suatu perusahaan dalam meyakinkan bahwa tugas dan perintah
yang diberikan oleh manajemen telah dijalankan.
4) Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Merupakan pengidentifikasian, penangkapan dan pertukaran
informasi dalam suatu bentuk dan kerangka waktu yang membuat
orang mampu melaksanakan tanggung jawabnya.
5) Pemantauan (Monitoring)
Merupakan suatu proses yang menilai kualitas kerja
pengendalian internal pada suatu waktu. Pemantauan melibatkan
penilaian rancangan dan pengoperasian pengendalian dengan
dasar waktu dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.
Sedangkan Menurut Mulyadi (2001:180) mengemukakan unsur-unsur SPI sebagai
berikut :
1. Struktur Organisasi Memisahkan Tanggung Jawab Fungsional Secara
Tegas.
Struktur organisasi merupakan kerangka (framework) pembagian tanggung
jawab fungsional pada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk
melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. Struktur organisasi perusahaan
menggambarkan adanya pemisahan tugas dan wewenang yang jelas
mengindikasikan perusahan telah memenuhi salah satu unsur SPI.
Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada
prinsip-prinsip berikut
1) Harus dipisahkan fungsi-fungsi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi.
Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang
untukmelaksanakan suatu kegiatan. Fungsi penyimpanan adalah fungsi
yang memiliki wewenang untuk menyimpan aktiva perusahaan. Fungsi
akuntansi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk mencatat
peristiwa keuangan perusahaan.
2) Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk
melaksanakan tahap suatu akuntansi.
2. Sistem Wewenang dan Prosedur Pencatatan yang Memberikan
Perlindungan yang cukup terhadap Kekayaan, Utang, Pendapatan, dan
Biaya.
Dalam organisasi setiap transaksi hanya atas dasar otorisasi dari
pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi
tersebut. Oleh karena itu, dalam organisasi harus dibuat sistem yang
mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya transaksi
tersebut. Prosedur pencatatan yang baik akan menjamin data yang direkam
dalam formulir dicatat dalam catatan akuntansi dengan tingkat keandalan
yang tinggi. Oleh karena itu penggunaan formulir harus diawasi sedemikian
rupa guna mengawasi pelaksanaan otorisasi. Selanjutnya, prosedur
pencatatan yang baik juga menghasilkan informasi yang teliti dan cepat
dipercaya mengenai kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya suatu
organisasi.
Otorisasi terjadinya transaksi dilakukan dengan pembubuhan tanda
tangan oleh pihak yang berwewenang, pada dokumen sumber atau dokumen
pendukung setiap transaksi yang terjadi dicatat dalam catatan akuntansi
melalui prosedur pencatatan tertentu. Dengan demikian, karena setiap
transaksi terjadi dengan otorisasi dari yang berwewenang dan dicatat
melalui prosedur pencatatan tertentu, maka kekayaan perusahaan akan
terjamin keamanannya dan data akuntansi yang dicatat terjamin ketelitian
keandalanya.
Formulir atau dokumen yang dibuat harus menjelaskan kegunaan,
pembuatan, jumlah salinan atau rangkap, yang dituju yang menyetujui, serta
informasi yang tertulis didalamnya. Selain itu, setiap dokumen atau formulir
harus mempunyai ciri-ciri khusus.
3. Praktik yang Sehat dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsi Setiap Unit
Organisasi
Pembagian tanggung jawab fungsional, dan sistem wewenang dan prosedur
pencatatan yang telah ditetapkan dengan baik jika tidak diciptakan cara
untuk menjaminpraktik yang sehat dalam pelaksanaanya.adapun cara-cara
yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktik yang
sehat adalah sebagai berikut:
1) Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaianya harus
dipertanggung jawabkan oleh phak yang berwewenang
2) Pemeriksaan mendadak (spot check). Hal ini akan mendorong
kaaryawan melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan
3) Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh
satu orang atau satu unit organisasi tanpa campur tangan atau unit
organisasi lain
4) Perputaran jabatan
5) Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak
6) Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya
7) Pembentukan unit organisasi yang bertugas mengecek unsur unsur SPI
yang lain.
4. Karyawan yang Mutunya Sesuai dengan Tanggung Jawabnya.
Untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya
ada beberapa cara yang dapat ditempuh yaitu :
1) Seleksi calon karyawan berdasarkan yang dituntut oleh
pekerjaannya.
2) Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan
perusahaan, sesuai dengan tuntutan pengembangan
pekerjaannya
2.1.4 Pengertian Kas dan Sistem Penerimaan Kas
2.1.4.1 Pengertian Kas
Kas adalah aktiva yang paling liquid dan merupakan standar alat
pembayaran serta sebagai dasar ukuran dari seluruh komponen laporan
keuangan (Kieso,2007:314)
Menurut IAI, seperti pada Standar Akuntansi Keuangan (2011, pasal
2), “Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro. Setara kas
(cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka
pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu
tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan.”
Kas merupakan alat pembayaran yang sah. Memiliki 2 kriteria, yaitu
1. Tersedia, berarti kas harus ada dan dimiliki serta dapat digunakan sehari-
hari sebagai alat pembayaran untuk kepentingan perusahaan.
2. Bebas, setiap item dapat diklasifikasikan sebagai kas, jika diterima umum
sebagai alat pembayaran sebesar nilai nominalnya.
2.1.4.2 Sistem Penerimaan Kas
Menurut Mulyadi (2008:439), sistem akuntansi penerimaan kas
adalah suatu catatan yang dibuat untuk melaksanakan kegiatan penerimaan
uang dari penjualan tunai atau dari piutang yang siap dan bebas digunakan
untuk kegiatan umum perusahaan. Penerimaan kas perusahaan berasal dari
dua sumber utama, yaitu penerimaan kas dari penjualan tunai dan
penerimaan kas dari piutang.
1. Sistem Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai
Menurut Mulyadi (2008:440) Penjualan tunai dilaksanakan oleh
perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli melakukan pembayaran harga
barang terlebih dahulu sebelum barang diserahkan oleh perusahaan kepada
pembeli, setelah uang diterima oleh perusahaan, barang kemudian
diserahkan kepada pembeli dan transaksi penjualan tunai kemudian dicatat
oleh perusahaan.
Sumber penerimaan kas terbesar suatu perusahaan dagang berasal
dari penjualan tunai. Berdasarkan sistem pengendalian internal yang baik,
sistem penerimaan kas dari penjualan tunai mengharuskan :
Penerimaan kas dalam bentuk tunai harus segera disetor ke
bank dalam jumlah penuh dengan cara melibatkan pihak lain
selain kasir untuk melakukan internal check.
Penerimaan kas dari penjualan tunai dilakukan melalui
transaksi kartu kredit, yang melibatkan bank penerbit kartu
kredit dalam pencatatan transaksi penerimaan kas.
1) Sistem penerimaan kas dari penjualan tunai di bagi menjadi tiga prosdur
yaitu :
a. Prosedur Penerimaan kas dari Over-the Counter Sale
Dalam penjualan tunai ini pembeli dating ke perusahaan melakukan
pemilihan barang atau produk yang akan di beli, melakukan pembayaran d
kasir dan kemudian menerima barang yang dibeli. Penerimaan Kas dari
Over-The Counter Sale dilakukan melalui prosedur berikut ;
- Pembeli memesan barang langsung kepada wiraniaga (sales
person) di bagian penjualan.
- Bagian penjualan memerintahkan bagian pengiriman untuk
menyerahkan barang kepada pembeli.
- Bagian penjualan memerintahkan bagian pengiriman untuk
menyerahkan barang kepada pembeli.
- Bagian pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli.
- Bagian kasa menyetorkan kas yang diterima ke bank
- Bagian akuntansi mencatat pendapatan penjualan dalam
jurnal penjualan.
- Bagian akuntansi mencatat penerimaan kas dari penjualan
tunai dalam jurnal penerimaan kas.
b. Prosedur Penerimaan Kas dari COD sale
Cash-On-Delevery sale (COD sale) adalah transaksi penjualan yang
melibatkan kantor pos, perusahaan angkutan umum, atau angkutan sendiri
dalam penyerahan dan penerimaan kas dari hasil penjualan. COD sale
melalui pos dilaksanakan dengan prosedur berikut :
- Pembeli memesan barang lewat surat yang dikirim melalui
kantor pos
- Penjual mengirimkan barang melalui kantor pos pengirim
dengan cara mengisi formulir COD sale di kantor pos
- Kantor pos mengirim barang dan formulir COD sale sesuai
dengan intruktri penjual kepada kantor pos penerima
- Kantor pos penerima,pada saat di terimanya barang dan
formulir COD sale memberitahukan kepada pembeli tentang
diterimanya kiriman barang COD sale
- Pembeli membawa surat panggilan ke kantor pos penerima
dan melakukan pembayaran sejumlah yang tercantum dalam
formulir COD sale. Kantor pos penerima menyerahkan
barang kepada pembeli, dengan diterimanya kas dari
pembeli
- Kantor pos penerima memberitahukan kantor pos pengirim
bahwa COD sale telah dilksanakan
- Kantor pos pengirim memberitahukan penjual COD sale
telah selesai dilaksanakan, sehingga penjual dapat
menggambil kas yang diterima dari pembeli
c. Penerimaan Kas dari Credit Card Sale
Sebenarnya Credit Card bukan merupakan suatu tipe penjualan namun satu
cara pembayaran bagi pemberi dan sarana penagihan bagi penjual, yang
memberikan kemudahan baik bagi pembeli maupun bagi penjual. Credit
card dapat merupakan sarana pembayran bagi pembeli, baik dalam
over=the-counter sale maupun dalam penjualan yang pengiriman
barangnya dilaksanakan melalui jasa pos atau angkutan umum. Credit Card
atau yang biasa disebut dengan kartu kredit dapat digolongkan menjadi tiga
kelompok yaitu :
- Kartu kredit bank (bank card)
- Kartu kredit perusahaan (company card)
- Kartu kredit bepergian dan hiburan (travel dan entertaiment
card)
2) Fungsi yang terkait
Fungsi yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari penjualan tunai
adalah:
a. Fungsi penjualan
b. Fungsi kas
c. Fungsi gudang
d. Fungsi pengiriman
e. Fungsi akuntansi
Fungsi Penjualan. Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai,
fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima order dari pembeli, mengisi
faktur penjualan tunai, dan menyerahkan faktur tersebut kepada pembeli
untuk kepentingan pembayaran harga barang ke fungsi kas.
Fungsi kas. Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini
bertanggung jawab sebagai penerima kas dari pembeli.
Fungsi Gudang. Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai,
fungsi ini bertanggung jawab untuk menyiapkan barang yang dipesan oleh
pembeli, serta menyerahkan barang tersebut kebagian pengiriman.
Fungsi Pengiriman. Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai,
fungsi ini bertanggung jawab untuk membungkus barang dan menyerahkan
barang yang telah dibayar harganya kepada pembeli.
Fungsi Akuntansi. Dalam transaksi penerimaan kas, fungsi ini bertanggung
jawab sebagai pencatat transaksi penjualan dan penerimaan kas dan
pembuat laporan penjualan.
3) Informasi yang Diperlukan oleh Manajemen
Informasi yang umunya diperlukan oleh manajemen dari penerimaan kas
dari penjualan tunai adalah:
a. Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk atau kelompok
produk selama jangka waktu tertentu.
b. Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai.
c. Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu tertentu.
d. Nama dan alamat pembeli. Informasi ini diperlukan dalam penjualan
produk tertentu, namun pada umunya informasi nama dan alamat
pembeli ini tidak diperlukan oleh manajemen dari kegiatan penjualan
tunai.
e. Kuantitas produk yang dijual
f. Nama wiraniaga yang melakukan penjualan
g. Otorisasi pejabat yang berwenang
4) Dokumen yang Digunakan
Dokumern yang digunakan dalam sistem penerimaan kas dari penjualan
tunai adalah:
a. Faktur penjualan tunai
b. Pita register kas (cash register tape)
c. Credit card sale slip
d. Bill of lading
e. Faktur penjualan COD
f. Bukti setor bank
g. Rekapitulasi harga pokok penjualan
Faktur Penjualan Tunai. Dokumen ini digunakan untuk merekam berbagai
informasi yang diperlukan oleh manajemen mengenai transaksi penjualan
tunai. Faktur penjualan tunai diisi oleh fungsi penjualan yang berfungsi
sebagai pengantar pembayaran oleh pembeli kepada fungsi kas dan sebagai
dokumen sumber untuk pencatatan transaksi penjualan ke dalam jurnal
penjualan.
Pita Register Kas ( Cash Register Tape). Dokumen ini dihasilkan oleh
fungsi kas dengan cara mengoprasikan mesin register kas. Pita register kas
ini merupakan bukti penerimaan kas yang dikeluarkan oleh fungsi kas dan
merupakan dokumen pendukung faktur penjualan tunai yang dicatat dalam
jurnal penjualan.
Credit Card Sales Slip. Dokumen ini dicetak oleh credit card center bank
yang menerbitkan kaertu kredit dan diserahkan kepada perusahaan.
Bill Of Lading. Dokumen ini merupakan bukti penyerahan barang dari
perusahaan penjualan barang kepada perusahaan angkutan umum.
Dokumen ini digunakan oleh fungsi pengiriman dalam penjualan COD yang
penyerahan barangnya dilakukan oleh perusahaan angkutan umum.
Faktur Penjualan COD. Dokumen ini digunakan untuk merekam penjualan
COD. Tebusan faktur penjualan COD diserahkan kepada pelanggan melalui
bagian angkutan perusahaan, kantor pos, atau perusahaan angkutan umum
dan dimintakan tanda tangan penerimaan barang dari pelanggan.
Bukti Setor Bank. Dokumen ini dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti
penyetoran kas ke bank. Bukti setor dibuat 3 lembar dan diserahkan oleh
fungsi kas ke bank, bersamaan dengan hasil penjualan tunai ke bank .
Rekap Harga Pokok Penjualan. Dokumen ini digunakan oleh fungsi
akuntansi untuk meringkas harga pokok produk yang dijual selama satu
periode (misalnya satu bulan). Dokumen ini digunakan oleh fungsi
akuntansi sebagai dokumen pendukung bagi pembuatan bukti memorial
untuk mencatat harga pokok produk yang dijual.
5) Catatan Akutansi yang Digunakan
Catatn akuntansi yang digunakan dalam sistem penerimaan kas penjualan
tunai adalah :
a. Jurnal penjualan
b. Jurnal penerimaan kas
c. Jurnal umum
d. Kartu persediaan
e. Kartu gudang
6) Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem
Jaringan prosedur yang membentuk sistem penerimaan kas dari penjualan
tunai adalah:
a. Prosedur order penjualan
b. Prosedur penerimaan kas
c. Prosedur penyerahan barang
d. Prosedur pencatatan penjualan tunai
e. Prosedur penyetoran kas ke bank
f. Prosedur pencatatan penerimaan kas
g. Prosedur pencatatan harga pokok penjualan
7) Unsur Pengendalian Internal Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai
Unsur pengendalian iternal yang seharusnya ada dalam sistem penerimaan
kas dari penjualan tunai adalah:
a. Organisasi
- Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kas
- Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi
- Transaksi penjualan tunai harus dilaksanakan oleh fungsi
penjualan, fungsi kas, fungsi pengiriman dan fungsi
akuntansi.
b. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
- Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi
penjualan dengan menggunakan formulir faktur penjualan
tunai.
- Penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi kas dengan cara
membubuhakan cap “lunas” pada faktur penjualan tunai dan
penempelan pita register kas pada faktur tersebut.
- Penjualan dengan kartu kredit bank didahului dengan
permintaan otorisasi dari bank penerbit kartu kredit
- Penyerahan barang diotorisasi oleh fungsi pengiriman
dengan cara membubuhkan cap “sudah diserahkan” pada
faktur penjualan tunai.
- Pencatatan kedalam buku jurnal dotorisasi oleh fungsi
akuntansi dengan cara memberikan tanda pada faktur
penjualan tunai.
c. Praktik yang Sehat
- Faktur penjualan tunai bernomor urut tercetak dan
pemakaianya dipertanggung jawabkan oleh fungsi
penjualan.
- Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor
seluruhnya ke bank pada hari yang sama dengan transaksi
penjualan tunai atau hari kerja berikutnya
- Penghitungan saldo kas yang ada ditangan fungsi secara
periodik dan secara mendadak oleh fungsi pemeriksa
internal.
2. Penerimaan Kas dari Piutang
1) Pengertian
Menurut Mulyadi (2008:449) Sumber penerimaan kas suatu perusahaan
manufaktur dan jasa biasanya berasal dari pelunasan piutang dari debitur, karena
sebagian besar produk dari perusahaan tersebut dijual melalui penjualan kredit.
Dalam perusahaan tersebut penerimaan kas dari penjualan tunai biasanya sumber
penerimaan kas yang relatif kecil. Dalam perusahaan dagang, seperti toko pengecer,
sumber penerimaan kas terbesar berasal dari transaksi penjualan tunai. Berdasarkan
sistem pengendalian internal yang baik. Sistem penerimaan kas dari piutang harus
menjamin diterimanya kas dari debitur oleh perusahaan, bukan oleh karyawan yang
tidak berhak menerimanya. Untuk menjamin diterimanya kas oleh perusahaan,
sistem penerimaan kas dari piutang mengharuskan:
- Debitur melakukan pembayaran dengan cek atau dengan cara pemindah
bukuan melalui rekening bank (giro bilyet), juka perusahaan hanya
menerima kas dalam bentuk cek dari debitur, yang ceknya atas nama
perusahaan (bukan atas unjuk), akan menjamin kas yang diterima oleh
perusahaan akan masuk ke rekening giro bank perusahaan. Pemindah
bukuan juga akan memberikan jaminan penerimaan kas masuk ke
rekening giro bank perusahaan.
- Kas yang diterima dalam bentuk cek dari debitur harus segera disetor ke
bank dalam jumlah penuh.
Penerimaan kas dari piutang dapat dilakukan melalui berbagai cara sepert :
- Melalui penagihan perusahaan
- Melalui pos
- Melalui lock-box collection plan
Diantara berbagai cara penagihan piutang tersebut, penerimaan kas dari
piutang seharusnya mewajibkan debitur melakukan pembayaran dengan
menggunakan cek atas nama, yang secara jelas mencantumkan nama perusahaan
yang berhak menerima pembayaran diatas cek. Dengan atas nama ini perusahaan
akan menjamin menerima kas dari debitur, sehingga akan kecil kemungkinan orang
yang tidak berhak tidak dapat menggunakan cek yang diterima dari debitur untuk
kepentingan pribadi.
2) Fungsi yang Terkait
Fungsi yang terkai dalam penerimaan kas dari piutang adalah:
a. Fungsi sekretariat
b. Fungsi penagihan
c. Fungsi kas
d. Fungsi akuntansi
e. Fungsi pemerikasa internal
Fungsi Sekretariat. Dalam [enerimaan kas dari piutang, fungsi sekretariat
bertanggung jawab dalam penerimaan cek dan surat pemberitahuan
(remittence-ad vice) melalui pos para debitur perusahaan. Fungsi akuntansi
bertugas daftar surat pemberitahuan yang diterima bersama cek dari bagian
debitur.
Fungsi Penagihan. Jika perusahaan melakukan penagihan piutang langsung
kepada debitur melalui penagihan perusahaan,fungsi penagihan bertanggung
jawab untuk melakukan penagihan kepada para debitur perusahaan
berdasarkan daftar piutang yang di tagih yang dibuat oleh fungsi akuntansi.
Fungsi Kas. Fungsi ini bertanggung jawab atas penerimaan cek dari fungsi
sekretariat (jika penerimaan kas dari piutang melalui pos) atau dari fungsi
penagihan (jika penerimaan kas dari piutang dilaksanakan melalui penagih
perusahaan). Fungsi kas bertanggung jawab untuk menyetorkan kas dari
berbagai fungsi tersebut segera ke bank dalam jumlah penuh.
Fungsi Akuntansi. Fungsi akuntansi bertanggung jawab dalam pencatatan
penerimaan kas dari piutang ke dalam jurnal penerimaan kas dan
berkurangnya piutang di dalam kaertu piutang.
Fungsi Pemeriksa Internal. Dalam penerimaan kas dari piutang pemeriksa
internal bertanggung jawab dalam melaksanakan penghitungan kas yang ada
di tangan fungsi kas secara periodik. Disamping itu fungsi pemeriksaan
internal bertanggung jawab dalam melakukan rekonsiliasi bank, untuk
mengecek ketelitian catatan kas yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi.
3) Dokumen yang Digunakan
Dokumen yang digunakan dalam sistem penerimaan kas dari piutang
adalah:
a. Surat pemberitahuan
b. Daftar surat pemberitahuan
c. Bukti setor bank
d. Kuitansi
Surat Pemeberitahuan. Dokumen ini dibuat oleh debitur untuk
memberitahukan maksud pembayaran yang dilakukannya. Surat
pemberitahuan biasanya berupa tebusan bukti kas keluar yang dibuat oleh
debitur, yang disertakan dengan cek yang dikirimkan oleh debitur melalui
penagih perusahaan atau pos. Bagi perusahaan yang menerima kas dari
piutang, surat pemberitahuan ini digunakan sebagai dokumen sumber dalam
pencatatan berkurangnya piutang pada kartu piutang.
Daftar Surat Pemberitahuan. Daftar surat pemberitahuan merupakan
rekapitulasi penerimaan kas yang dibuat olef fungsi sekretariat atau fungsi
penagih. Jika penerimaan kas dari piutang perusahaan dilakukan melalui
pos, fungsi sekretariat bertugas membuka amplop surat memisahkan surat
pemberitahuan dengan cek dan membuat daftar surat pemberitahuan yang
diterima setiap hari. Jika penerimaan kas dari piutang dilakukan oleh fungsi
penagih perusahaan, pembuatan daftar surat pemberitahuan dilakukan oleh
fungsi penagih.
Bukti Setor Bank. Dokumen ini dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti
penyetoran kas yang diterima dari piutang ke bank. Bukti setor dibuat 3
lembar dan diserahkan oleh fungsi kas ke bank, bersama dengan penyetorsn
kas dari piutang ke bank. Bukti setor bank di serahkan oleh fungsi kas
kepada fungsi akuntansi, dan dipakai oleh fungsi akuntansi sebagai
dokumen sumber untuk pencatatan transaksi penerimaan kas dari piutang ke
dalam jurnal penerimaan kas.
Kuitansi. Dokumen ini merupakan bukti penerimaan kas yang dibuat oleh
perusahaan bagi para debitur yang telah melakukan pembayaran utang
mereka.
4) Unsur Pengendalia Internal Penerimaan kas dari Piutang
Unsur pengendalian internal dalam penerimaan kas dari piutang adalah
a. Organisasi
- Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penagihdan
fungsi penerimaan kas.
- Fungsi penerimaan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi
b. Sistem otorisasi dan Prosedur Pencatatan
- Debitur diminta untuk melakukan pembayaran dalam bentuk
cek atas nama atau dengan cara pemindah bukuan (giro
bilyet)
- Fungsi penagihan melakukan penagihan hanya atas dasar
daftar piutang yang harus ditagih yang dibuat oleh fungsi
akuntansi.
- Pengkreditan rekening pembantu piutang oleh fungsi
akuntansi (bagian piutang) harus didasarkan atas surat
pemberitahuan yang berasal dari debitur.
c. Praktik yang Sehat
- Hasil perhitungan kas harus direkam dalam berita acara
perhitungan kas dan disetor ke bank dengan segera
- Para penagih dan kasir harus diasuransikan
- Kas dalam perjalanan ke bank (baik yang ada ditangan
bagian kasa maupun ditangan penagih perusahaan) harus
diasuransikan.
2.1.5 Pengertian Rekening Berjalan
Rekening berjalan adalah rekening pelanggan yang tidak mempunyai
tunggakan (rutin) yang periode pembayarannya tidak melebihi tanggal 20 yaitu
pada tanggal 06 samapai 20 setiap bulanya
2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang penulis lakukan mengacu pada penelitian yang
dilakukan oleh Octaviani sefti fadjariya “ Evaluasi Sistem Pengendalian
Intern Penerimaan Kas dari Rekening Berjalan Pada PT. PLN (Persero) UPJ
Sumberlawang” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi sistem
pengendalian intern penerimaan kas dari pembayaran rekening berjalan
pada PT. PLN (Persero) UPJ Sumberlawang, serta mengevaluasi kelebihan
dan kelemahan siatem pengendalian intern penerimaan kas dari rekening
berjalan pada PT. PLN (Persero) UPJ Sumberlaawang. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitin ini adalah teknik analisis deskriptif.
Adapun hasil penelitian dari octaviani sefti fadjariya, bahwa sistem
pengendalian intern penerimaan kas dari pembayaran rekening berjalan
pada PT. PLN (Persero) UPJ Sumberlawang sudah cukup baik.
Antara penelitian yang dilakukan oleh octaviani sefti fadjariya dan
penelitian ini, memiliki persamaan dan perbedaan yang dapat dikaji.
Perbedaanya terletak pada lokasi penelitian dan obyek penelitian yang
diteliti. Pada penelitian yang dilakukan oleh octaviani sefti fadjariya lokasi
penelitian di PT. PLN (Persero) UPJ Sumberlawang, objek penelitiannya
menekankan pada kelebihan dan kelemahan dari sistem pengendalian intern
penerimaan kas dari pembayaran rekening berjalan. Sedangkan pada
penelitian ini lokasi penelitian di PT. PLN (Persero) Area Bali Selatan yang
beralamat di Jl. PB Sudirman No. 2 Denpasar objek penelitiannya
mengevaluasi pengendalian internal penerimaan kas dari pembayaran
rekening berjalan. Sedangkan persamaan antara penelitian diatas dengan
penelitian ini adalah terletak pada teknik analisis data yang digunakan yaitu
teknis analisis deskriptif dengan memaparkan atau menjelaskan masalah
yang diteliti.