Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau
pembelajaran tutorial. Model pembelajaran juga dapat memaknai sebagai
perangkat rencana pembelajarn yang mengacu pada pendekatan pembelajaran
yang digunakan, termasuk didalam tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran lingkungan pembelajaran, serta membimbing aktivitas
pembelajaran dikelas atau ditempat lain yang melaksanakan aktivitas-aktivitas
pembelajaran.
Joyce dan Weil (1992 :1) dalam Trianto berpendapat bahwa : “models of
teching are really models of lerning. As we help student acquire information,
ideas, skills, value, ways of thinking and means of expressing themselver, we are
also teaching them how to learn”. Hal ini berarti bahwa model mengajar
merupakan model belajar dengan model tersebut guru dapat membantu siswa
untuk mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir,
dan mengekpresikan ide diri sendiri, selain itu mereka juga mengajarkan
bagaimana mereka belajar. Menurut Agus Suprijono (2013:46) Model
pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang
pembelajaran dikelas.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
adalah suatu perangkat rancangan dalam proses yang digunakan sebagai teknik
untuk mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran.
8
2.1.2 Pengertian Model Pembelajaran Picture and Picture
Menurut Suprijono (2009), mengemukakan bahwa model pembelajaran
Picture and Picture adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh
yang dari kasus atau gambar yang relavan.
Model pembelajaran Picture and Picture merupakan salah satu teknik
pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Strategi ini mirip dengan Example Non Example. Dalam Picture and Picture
komponen yang utama adalah digunakan media gambar dalam mendukung proses
pengajaran. penggunaan model pembelajaran Picture and Picture ini lebih
menekankan pada gambar yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urut logis.
Biasa yang lebih dominan digunakan dikelas tinggi, namun dapat juga digunakan
dekelas rendah dengan menekankan aspek spikologis dan tingkat perkembanagan
siswa kelas rendah seperti kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan
analisis ringan dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya. Model
pembelajaran Picture and Picture menggunakan gambar yang akan ditampilkan
dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta yang berukuran besar. Gambar-
gambar tersebut juga bisa ditampilkan melalui bantuan PowerPoint. Gambar yang
kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehungga anak yang
berada dibelakang dapa juga melihat dengan jelas.
Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian pembelajaran Picture and
Picture, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Picture and Picture adalah
model pembelajaran dengan menggunakan media gambar untuk di pasangkan atau
diurutkan secara logis oleh siswa dan menghasilkan deskripsi singkat dari suatu
materi pelajaran menekankan kemampuan siswa untuk menganalisis sebuah
konsep yaitu materi yang dibahas.
Pengertian model Picture and Picture menurut peneliti adalah suatu
pembelajaran yang dilakukan guru dengan menghadirkan contoh berupa gambar
dari suatu materi yang dipelajari siswa. Sehingga siswa dapat mempelajari materi
9
dengan lebih jeals dan mudah dipahami dan akan membuat siswa tidak menjadi
jenuh dan bosan dalam mengikuti pelajaran.
2.1.3 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Picture and Picture
Langkah-langkah yang dilakukan pembelajaran Picture and Picture dalam
Miftahul (2015) adalah :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Pada tahap ini guru diharapkan untuk menyampaikan apa yang
menjadi kompetensi dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan
demikian siswa dapat mengukur sampai sejauh mana kompetensi yang
mereka kuasainya. Disamping itu guru juga harus mencapaikan indikator-
indikator ketercapaian kompetensi dasar, tersebut untuk mengukur tingkat
keberhasilan dalam mencapainya peserta didik
b. Menyajikan materi sebagai pengantar
Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini.
Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa
yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam
pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh
tentang materi yang dipelajari.
c. Guru menunjukan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan
berkaitan materi
Dalam proses penyajian materi, guru mengajarkan siswa ikut
terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar
yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan gambar kita akan
menghemat energi kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi
yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya guru dapat
nenodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau
dokumentasi kegiatan tertentu.
d. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang atau
mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
10
Pada tahap ini guru harus melakukan inovasi, karena penunjukan
secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa tertekan. Salah
satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus
benar-benar siap menjalankan tugas yang diberikan. Gambar-gambar
yang sudah ada diminta oleh siswa untuk mengurutkan, dibuat atau
modifikasi.
e. Guru menyampaikan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut
Setelah itu ajakan siswa menemukan tuntutan kompetensi dasar
dengan indikator yang akan dicapai. Usahakan agar proses diskusi
berlangsung dengan tertib dan terkendali. Jadi guru harus mampu
mengendalikan situasi yang terjadi sebagai moderator utamanya dengan
memberikan sedikit penjelasan jika terdapat kendala dalam diskusi
sehingga proses diskusi menjadi semakin menarik.
f. Dari alasan atau urutan gambar tersebut
Guru mulai menamkan konsep atau materi sesuai dengan
kompetensi yang akandicapai. Dalam proses diskusi dan pembacaan
gambar ini guru memberikan penekanan-penekanan pada hal yang dicapai
dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan, atau
menjelaskan gambar-gambar tersebut agar siswa mengetahui bahwa hal
tersebut penting dalam mencapai kompetensi dasar dan indikator yang
telah ditetapkan.
g. Kesimpulan atau rangkuman
Diakhir pembelajaran guru dan siswa saling berefleksi mengenai
apa yang telah dicapai dan dilakukan. Guru membantu proses pembuatan
kesimpulan dan rangkuman. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat
materi dan kompetensi dalam ingatan siswa.
2.1.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Picture and Picture
Setiap model pembelajaran pasti mempunya kelebihan dan kelamahan.
Kelebihan model Picture and Picture antara lain :
a. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa
11
b. Siswa dilatih berpikir logis dan sistematis
c. Siswa dibantu dalam belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu
subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik
berpikir
d. Motivasi siswa untuk belajar semakin berkembang
e. Siswa dilibatkan untuk mengemukakan pendapat
Model pembelajaran Picture and Picture menitik beratkan pada gambar.
Model ini mempunyai kelemahan antara lain:
a. Memakan banyak waktu dan banyak siswa yang pasif
b. Munculnya kekhatiran kan terjadi kekacauan dikelas
c. Adanya beberapa siswa tertentu yang terkadang tidak senang jika disuruh
bekerja sama dengan yang lain
d. Gambar yang disajikan dalam ukuran kecil mengakibatkan kurang efektif
untuk proses pengajaran.
2.2 IPA
2.2.1 Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menurut Hendro Darmojo (1992:2)
didefinisikan suatu cara atau metode untuk mengamati alam. IPA juga mengamati
dunia ini yang bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkan anatara
suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk
suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya. Selain itu IPA juga
merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala
alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya
verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukan bahwa hakikat IPA sebagai proses
diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih keterampilan
proses bagaimana cara produk sain ditemukan.
Sain berasal dari kata science yaitu istilah yang mengacu masalah-
masalah kealaman (nature). Secara sederhana sain didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gejala alam. Sain juga merupakan
12
bagian dari ilmu pengetahuan yang terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan teori-teori yang merupakan produk dari proses ilmiah. Selain
itu sain juga merupakan suatu sistem yang saling berhubungan dari metode-
metode atau proses-proses yang digunakan untuk menyelidiki, memahami, dan
menjelaskan alam semesta. ( Science is also an articulated system of methods or
processes used to investigate, understand and explain the natural world). Menurut
Carin dan Sund (1989) menyebutkan bahwa unsur-unsur sain terdiri dari tiga
macam, yaitu proses, produk, sikap.
1) Proses, atau metode yang meliputi pengamatan,m membuat hipotesis,
merancang dan melakukan percobaan, pengukuran dan proses-proses
pemahaman kealaman lainnya.
2) Produk, meliputi prinsip-prinsip, hukum-hukum, teori-teori, kaidah-
kaidah, postulat-postulat, dan sebagainya.
3) Sikap, misalnya mempercayai, menghargai, menanggapi, menerima, dan
sebagainya.
2.2.2 Tujuan IPA
Mata pelajaran IPA di SD/MI menurut (Depdiknas, 2003:3) dalam Trianto
berpendapat agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaraan Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam cipta-Nya
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempergaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta memilihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam.
13
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturan
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagi
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
2.2.3 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan
lingkungan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu
menggutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga
pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut. Guru berkewajiban untuk
meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
IPA. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat IPA sebagi produk, proses dan sikap
ilmiah,. Oleh sebab itu, pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip-prinsip
pembelajaran yang tepat. Menurut Asyari, Muslichah (2006:25) memaparkan
beberapa prinsip pembelajaran IPA di SD sebagai berikut :
1) Empat Pilar Pendidikan Global, yang meliput learning to know, learning
to do, learning to live together , learning to know, artinya dengan
meningkatkan interaksi siswa dengan lingkungan fisik dan sosialnya
diharapkan siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuan
tentang alam sekitarnya. Learning to do artinya pembelajaran IPA tidak
hanya menjadikan siswa sebagai pendengar melainkan siswa diberdayakan
agar mau dan mampu untuk diperkayakan pengalaman belajarnya.
Learning to be, artinya dari hasil interaksi dengan lingkungan siswa
diharapkan dapat membangun rasa percaya diri dengan pada akhirnya
membentuk jati dirinya. Learning to live together, artinya dengan adanya
kesempatan berinteraksi dengan berbagi individu akan membangun
pemahaman sikap positif dan toleransi terhadap kemajemukan dalam
kehidupan bersama.
2) Prinsip Inkuiri, prinsip ini perlu di terapkan dalam pembelajaran IPA
karena pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedangkan
14
alam sekitar penuh dengan fakta atau fenomena yang dapat merangsang
siswa ingin tahu lebih banyak.
3) Prinsip Konstruktivisme, dalam pembelajaran IPA sebaiknya guru dalam
mengajar tidak memindahkan pengetahuan kepada siswa. Melainkan perlu
membangun oleh siswa dengan cara mengaitkan pengetahuan awal yang
mereka miliki dengan struktur kognitifnya.
4) Prinsip Saling temas (sain, lingkungan teknologi, masyarakat). IPA
memiliki prinsip-prinsip yang dibutuhkan untuk mengembangkan
teknologi. Sedangkan perkembangan teknologi akan memacu penemuan
prinsip-prinsip IPA yang terbaru.
5) Prinsip pemecahan masalah. Pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip
ini agar siswa terlatih untuk menyelesaikan suatu masalah.
6) Prinsip pembelajaran bermuatan niali. Pembelajaran IPA perlu dilakukan
secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan atau
kontrakdiksi dengan nilai-nilai yang diperjuangkan masyarakat sekitar.
7) Prinsip pakem (pembelajaran aktif, kreaktif, efektif dan menyenangkan).
Prinsip ini pada dasarnya merupakan prinsip pembelajaran yang
berorientasi pada siswa aktif untuk melakukan kegiatan baik aktif berpikir
maupun kegiatan yang bersifat motorik.
Ketujuh prinsip itu perlu dikembangkan dalam pembelajaran IPA yang
kontekstual di SD. Hal ini bertujuan agar pembelajaran IPA lebih bermakna dan
menyenangkan bagi siswa, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa maksimal.
2.2.4 Ruang Lingkup IPA
Menurut Permendikmas No.22 tahun 2006 ruang lingkup mata pelajaran IPA
meliputi aspek-aspek sebagi berikut :
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat, dan gas.
15
3) Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana.
4) Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya.
2.3 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar didefinisikan sebagai hasil yang memperoleh siswa setelah ia
melakukan proses belajar mengajar tertentu atau setelah ia menerima pengajaran
dari seorang guru. Menurut Sudjana mengatakan bahwa hasil belajar merupakan
akibat dari suatu proses belajar.
Menurut Humalik (2002), hasil belajar adalah tingkat keberhasilan murid
dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk
angka atau skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai jumlah materi pelajaran
tertentu. Menurut Dimyati (2002), hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak dalam belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar.
Hasil belajar menurut Blom (Agus Suprijono,2011:7) mencakup
kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah
knowlwedge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,
meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan,
menentukan, merencanakan, membentuk, membangun baru), dan evaluation
(memberikan respon), valuing (nilai), organizations (organisasi), characterization
(karakterisasi). Domain psikomotorik meliputi initiatory, pre-routine, dan
rountinized. Psikomotorik juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik,
sosial, manajerial, dan intelektual. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
suatu hal yang diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam
rumusan prilaku tertentu sebagai akibat dari proses belajarnya.
Hasil belajar adalah kemampuan seseorang yang telah berhasil
menemukan sesuatu atau mempelajari pelajaran dari orang lain dan melakukannya
sendiri tanpa bantuan orang lain.
16
2.4 Hasil Belajar IPA
Menurut Dimyati dan Mudjiono (Slameto 2011), hasil belajar merupakan
hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, efektif, dan spikomotorik. Sedangkan
dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
Abdulrahman (Slameto 2011), hasil belajar adalah kemampuan yang memperoleh
anak setelah melalui kegiatan belajar mengajar. Menurut nana Sudjana (2010),
hasil belajar adalah kemampua-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya. Sudjana (2010), dalam sistem pendidikan nasional
rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis
besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu :
1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni pengetahuan atau ungatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, ada evaluasi.
Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat
aspek berikutnaya termasuk kognitif tingkat tinggi ; 2) Ranah afektif
berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek , yakni penerimaan,
jawaban, atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi ; 3) Ranah
psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni
gerakan reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan komplek, dan gerakan
ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian
hasil belajar. Dianatara tiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling
banyak nilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan
kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Dari
berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA adalah
17
perubahan tingkat perkembangan mental yang baik dari sebelumnya akibat
dari suatu proses pembelajaran yang diukur dengan pemberian evaluasi
oleh guru sehingga akan diketahui hasil belajar dan mengajar yang
dilakukan oleh siswa dan guru pada pembelajaran IPA. Hasil belajar IPA
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa
setelah diberikan treatmen atau perlakuan berupa model pembelajaran
Picture and picture
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempergaruhi Hasil Belajar
Dalam pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem
lingkungan belajar yang kondusif, hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar
siswa. Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah mendapat pengetahuan,
penanaman, konsep, keterampilan, dan pembentukan sikap.
Menurut Slameto 1988:56-74) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor-
faktor yang termasuk dalam faktor internal antara lain :
a) Faktor Jasmaniah
Faktor jasmaniah yang mempergaruhi hasil belajar siswa terdiri
dari dua, yaitu faktor (kesehatan dan cacat tubuh).
1) Faktor Kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya
terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat,
mudah pusing, ngantuk jika badan lemah, dan kelainan-kelainan
fungsi alat indera lainnya.
2) Faktor Cacat Tubuh
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi hasil belajar, siswa yang
cacat makanya belajarnya juga akan terganggu. Jika hal ini terjadi,
hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus.
b) Faktor Fsikologis
18
Ada tujuh faktor yang termasuk kedalam faktor fsikologis yang
mempengaruhi hasil belajar, yaitu:
1) Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang
baru dengan cepat dan efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya.
Dalam situasi yang sama siswa yang mempunyai tingkat intelegensi
yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang mempunyai
tingkat intelegensi yang rendah.
2) Perhatian
Untuk menjamin hasil belajar yang baik, siswa harus mempunyai
perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran
tidak menjadi perhatian, maka timbullah kebosanan sehingga siswa
tidak suka lagi belajar.
3) Bakat
Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai bakatnya, maka
hasil belajar lebih baik karena ia belajar dan pastinya selanjutnya ia
lebih giat lagi dan pada akhirnya akan mencapai hasil belajar yang
memuaskan.
4) Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa
tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik
baginya.
5) Motif
Dalam proses belajar mengajar, haruslah diperhatikan apa yang
dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya
mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian,
merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang menunjang
belajarnya.
6) Kematangan
19
Kematangan adalah suatu tingkat fase dalam pertumbuhan
seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru. Belajar akan lebih berhasil jika anak siap (matang).
Jadi, kemajuan untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari
kematangan siswa.
7) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.
Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, jika siswa
belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan
lebih baik.
c. Faktor Kelelahan
Faktor kelelahan ada dua, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan
rohani. Kelelahan jasmani dapat terlihat dengan lemah lunglainya tubuh
dan timbulnya kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan
kelemahan rohani dapat dilihat dengan adanya kebosanan, sehingga
minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
a) Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa yang berasal dari luar diri siswa, yaitu faktor keluarga, faktor
sekolah, dan faktor masyarakat.
1) Cara Orang Tua Mendidik
Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya,
misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anak-anak mereka, tidak
memperhatikan sama sekali kepentingan dan kepentingan dan kebutuhan
anak dalam belajar, tidak menyediakan kelengkapan belajar anak, dan
lain-lain yang dapat menyebabkan anak tidak/kurang dalam belajar.
2) Relasi Anatar Anggota Keluarga
Wujud relasi itu misalnya, apakah hubungan dalam keluarga penuh
kasih sayang dan pengertian, atau diliputi oleh kebencian, sikap yang
20
terlalu keras, bersikap acuh tak acuh. Demi kelancaran dan keberhasilan
anak, perlu diusahakan relasi yang lebih baik didalam keluarga.
3) Suasana Rumah Tangga
Suasana rumah yang tegang, ribut, sering cekcok, pertengkaran
antaranggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan anak bosan
dirumah, suka keluar rumah, akibat anak malas belajar.
4) Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan keberhasilan
belajar anak. Anak yang sedang belajar, selain harus terpenuhi kebutuhan
pokoknya seperti makan, pakaian perlindungan, kesehatan, juga
membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar , alat-alat tulis, buku-
buku, penerangan dan lain-lain. Fasilitas tersebut hanya dapat terpenuhi
jika keluarga memiliki cukup uang.
b) Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang meliputi keberhasilan belajar siswa, meliputi:
Metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran,
diatas ukuran, gedung sekolah, dan metode pengajaran guru.
c) Faktor Masyarakat
Faktor masyarakat yang mempengaruhi hasil belajar siswa
meliputi: kesiapan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul,
dan bentuk kehidupan masyarakat.
2.6 Kajian Hasil Penelitian Yang Relavan
Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian yang dilakukan yang
dilakukan oleh beberapa penulis yang menggunakan model pembelajaran
Picture and picture untuk memecahkan masalah pembelajaran di Sekolah
Dasar. Peneliti yang dilakukan oleh Nugraheni, Arry. (2012) “Peningkatan
hasil belajar IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture Siswa Kelas V SDN 2
21
Bangsri Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Semester Genap Tahun Ajaran
2011/2012. Program Studi PGSD Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Peneliti sebagai pemberi ide dan untuk observer dilakukan guru kelas VI,
sedangkan guru kelas yang melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pada PTK
ini terdiri dari dua siklus, pada siklus I dilakukan dalam tiga kali pertemuan
dan pada siklus II dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Kriteria keberhasilan
dalam penelitian ini yaitu 80% dari jumlah siswa kelas V yang mencapai atau
melebihi Kriteria Ketuntasan Minimum (62,50) Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe picture and
picture dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V. Hal ini
ditunjukkan dengan peningkatan nilai siswa pada kondisi awal, siklus I dan
siklus II. Pada kondisi awal terdapat 14 siswa yang tuntas dalam KKM (62,50)
atau sebesar 41,1% dan yang belum tuntas terdapat 20 siswa atau sebesar
58,9%. Pada siklus I terdapat 25 siswa yang tuntas atau sebesar 73,6%, dan
yang belum tuntas terdapat 9 siswa atau sebesar 26,4%, sedangkan pada siklus
II terdapat 34 siswa yang tuntas atau sebesar 100%, dan yang belum tuntas
dalam belajar terdapat 0 siswa atau sebesar 0 %. Dari analisis data tersebut
dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
picture and picture dapat meningkat hasil belajar IPA siswa kelas V.
Penelitian dari Ela (2013) yang berjudul “Penerapan Model Picture
and Picture Pembelajaran IPA Materi Perubahan Lingkungan dan
Pengaruhnya Untuk Meningkatkan Hasil Bealajar Siswa Keals IV SDN 4
Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran
2012/2013 yang berjumlah 30 orang siswa, keberhasilan penelitian yang
diamati berdasarkan persentase ketuntasan hasil belajar siswa yang diperoleh
dari nilai ujian setiap akhir siklus. Hasil penelitian menujukan terjadinya
peningkatan siklus I nilai rata-rata siswa 56,43 dengan persentase ketuntasan
30%, pada siklus II nilai rata-rata mencapai 62,5 dengan persentase
ketuntasan 46,67% dan terakhir pada siklus III nilai rat-rata 91,0 dengan
persentase 95,83%. Setelah melaksanakan penelitian tindakan kelas,
22
disimpulkan bahwa model pembelajaran Picture and Picture dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 4 Cibodas.
2.7 Kerangka Berpikir
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur sistematik dalam mengkoordinasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar, yang berfungsi sebagai pedoman guru
dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola
lingkungan pembelajaran dan mengelola kelas. Dengan model pembelajaran
diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubung dengan
kegiatan mengajar guru, dengan kata lain terciptalah interaksi antara guru
dengan siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa terhadap
pelajaran IPA salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam
mengajarkan suatu pokok bahasan adalah pemilihan model pembelajaran
yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
Untuk itu guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang optimal
dengan menerapkan berbagai model pembelajaran. Menurut Ibrahim
(2007:10) pembelajaran Picture and Picture memiliki prosedur yang
ditetapkan secara eksplisit untuk memberikan siswa waktu yang lebih banyak
untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
Dalam pembelajaran Picture and picture guru hanya sebagai fasilitator
dan pendamping siswa serta membantu siswa yang kurang paham. Langkah-
langkah dalam pembelajaran menggunakan pembelajaran Picture and picture
yakni dimulai dengan memberikan soal kemudian siswa diminta secara
mandiri menjawab soal dan tidak terlepas dari arahan dan bimbingan dari
guru selanjutnya siswa diminta untuk berpasangan dengan teman yang
memiliki soal yang sama. Kemudian dari hasil perpaduan jawaban yang
ditemukan, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil dari diskusi yang
telah dilakukan didepan kelas.Tahap akhir, setelah melakukan presentasi
siswa diberikan lembar evaluasi.
23
Dengan pembelajaran Picture and Picture siswa aktif dalam
pembelajaran baik secara individu maupun kelompok hal inilah yang
mempengaruhi hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar siswa
merupakan tingkat penguasaan terhadap suatu nilai yang berbeda-beda yakni
ada yang memperoleh nilai yang tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan
uraian diatas diduga dengan menerapkan model pembelajaran Picture and
Picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan beberapa teori mengenai penggunaan Model Pembelajaran
Picture and Picture maka terdapat suatu gagasan atau pendapat dari penulis.
Gagasan tersebut bila disajikan akan tampak seperti pada bagan 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Kondisi
Awal
Tindakan
Kondisi
Akhir
Guru: Belum
Menggunakan
model pembelajaran
picture and picture
Pembelajaran
dengan
menggunakan model
pembelajaran
picture aand picture
Siswa : Hasil
belajar IPA masih
rendah > KKM 65
Pembelajaran
Siklus I
menggunakan
model picture and
picture
Pembealajaran Siklus
II menggunakan
model Picture and
Picture
Meningkat hasil belajar
siswa diatas KKM 65
dengan menggunakan
model picture and picture
24
1.8 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori dan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis tindakan
penelitian ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran picture and
picture dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 3 SD Negeri Gedangan
01, Kecamatan Tuntang Kabupaten semarang semester II tahun ajaran
2015/2016.