Upload
hacong
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. Menurut Ahmad
Susanto (2013: 137) Ilmu pengetahuan sosial, yang sering disingkat dengan IPS
adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan
humanioraserta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka
memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik,
khususnya di tingkat dasar dan menengah.
Kajian IPS ini mencakup berbagai kehidupan yang beraspek majemuk baik
hubungan sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, maupun politik, semuanya
dipelajari dalam ilmu sosial ini.
Ahmad Susanto (2013: 138) mengemukakan hakikat IPS adalah untuk
mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang
ada di lingkungan siswa, sehingga dengan memberikan pendidikan IPS
diharapkan dapat melahirkan warga negara yang baik dan bertanggung jawab
terhadap bangsa dan negaranya.Pendidikan IPS dikembangkan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang nilai dan sikap,
pengetahuan, serta kecakapan dasar siswa yang berpijak pada kehidupan nyata,
khususnya kehidupan sosial masyarakat pada umumnya.Oleh karena itu,
pengajaran IPS yang tidak melibatkan masyarakat sebagai sumber dan objeknya
merupakan suatu bidang ilmu yang tidak berpijak pada kenyataan.
Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup mata pelajaran IPS menurut
Permendiknas No 22 tahun 2006meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1)
manusia, tempat, dan lingkungan, 2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, 3)
sistem sosial dan budaya, dan 4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Mata
pelajaran IPS diramcang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat, hal ini disebabkan karena
7
dimasa yang akan datang siswa akan menghadapi tantangan berat karena
kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan.
Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006, pada dasarnya tujuan
pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar antara lain:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Untuk mencapai tujuan IPS harus memiliki kemampuan standar yang
dinamakan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar
(KD).Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional
harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di
setiap satuan pendidikan.
Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk
membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang
difasilitasi oleh guru.Berdasarkan penjabaran di atas maka Standar Kompetensi
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran IPS untuk siswa kelas 4 adalah
sebagai berikut:
8
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran IPSKelas 4 Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Mengenal sumber daya alam,
kegiatan ekonomi, dan kemajuan
teknologi di lingkungan kabupaten/
kota dan provinsi
2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang
berkaitan dengan sumber daya
alam dan potensi lain di daerahnya
2.2 Mengenal pentingnya koperasi
dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
2.3 Mengenal perkembangan teknologi
produksi, komunikasi, dan
transportasi serta pengalaman
menggunakannya
2.4 Mengenal permasalahan sosial di
daerahnya Sumber :Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi
Di dalam pelaksanaan pembelajaran seoarang guru perlu membuat desain
pembelajaran.Desain pembelajaran sering disebut Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). RPP diatur dalam standar proses, permendiknas No. 41
Tahun 2007. Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai
kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran
pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2.1.2 Model Pembelajaran TPS
Menurut Jumanta Hamdayama (2014: 201) pembelajaran think pair and
share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Menurut
Trianto (2010: 81) bahwa model pembelajaran TPSatau berpikir berpasangan
berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa.
9
Suyatno (2009: 54) mengemukakan bahwa TPSadalah model pembelajaran
kooperatif yang memiliki prosedur ditetapkan secara eksplisit memberikan waktu
lebih banyak kepada siswa untuk memikirkan secara mendalam tentang apa yang
dijelaskan atau didalami (berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama
lain).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran TPSmerupakan model pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa di dalam berpikir, berpasangan, dan
berbagi.
Langkah-langkah model pembelajaran TPS.Menurut Jumanta (2014: 202)
Model pembelajaran tipe TPS terdiri atas lima langkah, dengan tiga langkah
utama sebagai ciri khas, yaitu tahap pendahuluan think, pair, dan share,
penghargaan. Penjelasan dari setiap langkah-langkah adalah sebagai berikut:
a. Tahap Pendahuluan
Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus
memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran.Pada tahap ini,
guru juga menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu
untuk setiap langkah kegiatan.
b. Tahap Think (berpikir secara individual)
Proses think pair share dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi
untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini, siswa diberi batasan
waktu (think time) oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara
individual terhadap pertanyaan yang diberikan. Dalam penentuannya, guru
harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan.
c. Tahap Pairs (berpasangan dengan teman sebangku)
Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru
menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya. Hal
ini dimaksudkan agar siswa tidak pindah mendekati siswa lain yang pintar
dan meninggalkan teman sebangkunya. Kemudian, siswa mulai bekerja
dengan pasangannya untuk mendiskusikan mengenai jawaban atas
10
permasalahan yang telah diberikan oleh guru.Setiap siswa memiliki
kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara
bersama.
d. Tahap Share (berbagai jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)
Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban secara perseorangan
atau secara kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok.Setiap
anggota dari kelompok dapat memperoleh nilai dari hasil pemikiran
mereka.
e. Tahap Penghargaan
Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun
kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap think,
sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair dan share,
terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan terhadap seluruh
kelas.
Menurut Wardani Naniek Sulistya (2010: 36), langkah-langkah model
pembelajaran TPSadalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang
disampaikan guru
3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang)
dan mengutarakan hasil pemikirannya masing-masing
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil
diskusinya
5. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok
permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa
6. Guru memberi kesimpulan
Agus Suprijono (2009: 91) mengemukakan langkah-langkah model
pembelajaran TPSadalah sebagai berikut:
11
1. Thinking (berpikir)
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran untuk
dipikirkan oleh peserta didik dan guru memberikan kesempatan untuk
memikirkan jawabannya.
2. Pairing (berpasangan)
Guru meminta peserta didik berpasang-pasang, memberi kesempatan
pasangan-pasangan untuk berdiskusi serta diharapkan diskusi dapat
memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkan melalui
intersubjektif dengan pasangannya.
3. Sharing (berbagi)
Pada tahap ini, hasil diskusi intersubjektif tiap-tiap pasangan hasilnya
dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas serta diharapkan terjadi tanya
jawab yang mendorong pada pengontruksian pengetahuan secara integratif.
Berdasarkan pandangan dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah TPSadalah sebagai berikut:
1. Menyimak tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan inti materi.
2. Berfikir untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru
secara individu.
3. Membentuk kelompok secara berpasangan.
4. Berdiskusi berpasangan untuk membuat solusi dan memadukan
gagasannya.
5. Tiap kelompok mensharingkan hasil diskusidi depan kelas.
6. Melakukan diskusi untuk penarikan kesimpulan.
2.1.3 Motivasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Motivasi merupakan salah satu prasyarat yang paling penting dalam belajar
(Slavin :1991) dalam Wardani Naniek Sulistya (2015 :2). Bila tidak ada motivasi,
tidak akan terjadi proses belajar. Siswa yang memiliki motivasi tinggi akan giat
berusaha, tampak gigih dan tidak mau menyerah. Siswa hadir dan mengikitu
dengan baik pelajaran di sekolah karena adanya motivasi.Motivasi yang ada di
12
lingkungan sekolah atau pada saat pembelajaran terfokus dalam motivasi untuk
belajar, dan disebut dengan motivasi belajar.
A.M. Sardiman (2014: 75) mengemukakan bahwa motivasi belajar dapat
diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu,
sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka,
maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
Menurut Sumiati, dkk (2012: 59) motivasi belajar adalah sesuatu yang
mendorong siswa untuk berperilaku yang langsung menyebabkan munculnya
perilaku dalam belajar. Uno (2010: 23) mengemukakan motivasi belajar adalah
dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk
mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator
yang mendukung.
Agus Suprijono (2009: 163) mengemukakan motivasi belajar adalah proses
yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku
yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energy, terarah dan bertahan
lama.Perubahan perilaku nampak pada seseorang mau dan ingin melakukan
sesuatu sehingga tercapai tujuan belajar yang diharapkan.
Dari penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
merupakan suatu dorongan pada siswa untuk melakukan aktivitas belajar sehingga
tercapai tujuan belajar.
Menurut Keller (1983) dalam Wardani Naniek Sulistya (2015: 86)
mengatakan bahwa ada empat faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya
motivasi belajar seseorang, yaitu: minat, kesesuaian, harapan, dan kepuasan.
Minat berkaitan dengan ketertarikan seseorang terhadap sesuatu: topik,
orang, bidang, atau aktivitas. Kesesuaian berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan,
seperti kebutuhan mempelajari fenomena sosial, tentu seseorang akan
bersemangat untuk mempelajarinya. Harapan berkaitan dengan sikap seseorang
terhadap keberhasilan dan kegagalan.Kepuasan mengacu pada perasaan senang
terhadap hasil yang dicapai.
13
Mc. Donald dalam (Sardiman 2014: 74) juga mengemukakan tiga elemen
penting dalam motivasi belajar:
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri
individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa
perubahan energy di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada
organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia
(walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya
akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/”feeling”, afeksi seseorang.
Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,
afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini
sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi
memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena
terangsang/terdorong adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.
Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa motivasi akan menyebabkan
terjadinya suatu perubahan energy yang ada pada diri manusia, sehingga akan
bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk
kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya
tujuan, kebutuhan, atau keinginan.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli mengenai faktor yang dapat
mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi belajar dan elemen penting dalam
motivasi belajar dapat disimpulkan bahwa ada empat indikator penting dari
motivasi belajar yakni (1) Minat, (2) Kesesuaian, (3) Harapan, dan (4) Kepuasan.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan Anita Puji Lestari (2013) yang berjudul
“Peningkatan Motivasi Belajar Siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TPS (think pair share) Dalam Pembelajaran IPS Kelas IV
Sekolah Dasar”.Teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dan
14
kuantitatif.Subjek penelitian adalah kelas IV SDN Jeruk I/469 Surabaya.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa meningkat. Pada siklus I
persentase yang diperoleh sebesar 58,25%, siklus II sebesar 74,64%, dan siklus
III sebesar 87,78%. Selain itu, dari hasil penelitian juga menunjukkan adanya
peningkatan aktivitas guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. Kelebihan dari
model pembelajaran think pair sharedapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Kelemahan pada penelitian ini masih ada beberapa siswa yang belum tuntas
mencapai KKM.Maka pada penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan perbaikan
lagi, supaya mencapai hasil yang maksimal.
Denny Prasetya (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan
Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery Pada
Peserta Didik Kelas IV SD Negeri 02 Ngombak Kecamatan Kedungjati
Kabupaten Grobogan Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014,
menyimpulkan bahwa hasil penelitian ini dapat dilihat dari peningkatan yang
dicapai peserta didik pada siklus I dan siklusII. Pada siklus I, sebanyak 12 peserta
didik telah mencapai KKM dan 15 peserta didik belum mencapai KKM (65)
dengan rata-rata 59,7. 1 orang peserta didik memiliki motivasi belajar IPA sangat
rendah, 18 peserta didik motivasi belajarnya tinggi, dan 8 peserta didik memiliki
motivasi belajar sangat tinggi. Pada siklus II, 25 peserta didik telah mencapai
KKM dan 2 peserta didik belum mencapai KKM dengan rata-rata 75,2. 12 peserta
didik memiliki motivasi belajar IPA tinggi dan 15 peserta didik memiliki motivasi
belajar IPA sangat tinggi.Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran discovery dapat meningkatkan motivasi dan hasil
belajar IPA peserta didik kelas IV SD Negeri 02 Ngombak Kecamatan Kedungjati
Kabupaten Grobogan semester genap tahun pelajaran 2013/2014.Kelebihan pada
penelitian ini dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, sedangkan
kelemahannya belum 100% siswa mencapai KKM.Untuk penelitian selanjutnya
dapat melakukan perbaikan dengan mengadakan siklus III.
Penelitian yang dilakukan Arista Trisnawati (2012) “Penerapan Metode
Pembelajaran Kooperatif Model think pair sharesebagai Upaya Peningkatan
Aktivitas Belajar Siswa Kelas 4 Pada Pelajaran IPS di SD Negeri Tanjungrejo 5
15
Malang.Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keaktifan belajar
siswa mengalami peningkatan.Hal ini dapat dilihat bahwa rata-rata hasil belajar
siswa pada siklus I sebesar 53,2% dan ketuntasan klasikal 44,1% menjadi sebesar
70,8% dan pada siklus II ketuntasan klasikal 85,2% sedangkan rata-rata keaktifan
siswa pada siklus I pertemuan 1 dan 2 sebesar 56,7% dan 65,8%, pada siklus II
pertemuan 1 dan 2 sebesar 74,6% dan 83,4%.Kelebihan dari model pembelajaran
think pair sharedapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Kelemahan pada
penelitian ini tidak dilakukan penilaian saat proses pembelajaran, penilaian hanya
dilihat dari hasil belajar siswa. Untuk penelitian selanjutnya dapat melaukan
penilaian pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi.
Tabel 2.2
Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
No Nama
Peneliti Tahun
Variabel Hasil Penelitian
Pengaruh Terpengaruh
1 Anita Puji
Lestari
2013 Model
Pembelajaran
Kooperatif
Tipe TPS
(think pair
share)
Motivasi
Belajar IPS
Penelitian motivasi belajar
dengan penerapan model
pembelajaran Kooperatif
Tipe TPS (think pair share)
menunjukkan bahwa
motivasi belajar siswa
meningkat. Pada siklus I
persentase yang diperoleh
sebesar 58,25%, siklus II
sebesar 74,64%, dan siklus
III sebesar 87,78%.
2 Denny
Prasetya
2013 Model
Pembelajaran
Discovery
Motivasi dan
Hasil Belajar
Penelitian motivasi belajar
dan hasil belajar melalui
model Discovery dapat
meningkatkan motivasi dan
16
hasil belajar IPA. Pada
siklus I sebanyak 12 peserta
didik telah mencapai KKM
dan 15 peserta didik belum
mencapai KKM (65) dengan
rata-rata 59,7. 1 orang
peserta didik memiliki
motivasi belajar IPA sangat
rendah, 18 peserta didik
motivasi belajarnya tinggi,
dan 8 peserta didik memiliki
motivasi belajar sangat
tinggi. Pada siklus II, 25
peserta didik telah mencapai
KKM dan 2 peserta didik
belum mencapai KKM
dengan rata-rata 75,2. 12
peserta didik memiliki
motivasi belajar IPA tinggi
dan 15 peserta didik
memiliki motivasi belajar
IPA sangat tinggi.
3 Arista
Trisnawati
2012 Metode
Pembelajaran
Kooperatif
Model think
pair share
Upaya
Peningkatan
Aktivitas
Belajar
Berdasarkan hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa
keaktifan belajar siswa
mengalami peningkatan.
Hal ini dapat dilihat bahwa
rata-rata hasil belajar siswa
pada siklus I sebesar 53,2%
dan ketuntasan klasikal
17
44,1% menjadi sebesar
70,8% dan pada siklus II
ketuntasan klasikal 85,2%
sedangkan rata-rata
keaktifan siswa pada siklus
I pertemuan 1 dan 2 sebesar
56,7% dan 65,8%, pada
siklus II pertemuan 1 dan 2
sebesar 74,6% dan 83,4%.
2.3 Kerangka Berpikir
PembelajaranIPS siswa kelas 4 SD Negeri 1 Potronayan Boyolali
menunjukkan bahwa pembelajaran IPS guru masih menggunakan pembelajaran
konvensional dengan metode ceramah, sehingga siswa cenderung jenuh,
mengantuk, bermain sendiri, dan bosan. Siswa kurang termotivasi untuk
mengikuti pembelajaran IPS. Siswa yang tidak termotivasi dalam belajar tidak
akan pernah memperoleh hasil yang maksimal karena tidak adanya dorongan yang
membuat siswa untuk melakukan perubahan perilaku dalam belajar.
Suatu pembelajaran akan lebih efektif apabila siswa aktif dan berpartisipasi
langsung dalam proses belajar mengajar. Untuk memperbaiki pembelajaran diberi
tindakan dengan menggunakan model pembelajaran TPS.Dalam pembelajaran IPS
siswa kelas 4 SD Negeri 1 Potronayan Boyolali dengan KD 2.3 Mengenal
perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman
menggunakannya diterapkan dengan model pembelajaran TPS.
Langkah model pembelajaran TPSdiawali dengan siswa menyimak tujuan
dan materi pembelajaran tentang perkembangan teknologi komunikasi.Setelah itu
siswa berpikir untuk menyelesaikan masalah kesenjangan teknologi
komunikasi.Kemudian membentuk 15 kelompok berpasangan yang tiap kelompok
terdiri dari 2 siswa.Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah
kesenjangan teknologi komunikasi.Selanjutnya tiap kelompok mensharingkan
masalah kesenjangan teknologi komunikasidi depan kelas. Setelah itu guru dan
18
siswa melakukan diskusi untuk penarikan kesimpulan.Setelah pembelajaran
selesai, masing-masing siswa dibagi angket motivasi belajar IPS yang terdiri dari
4 aspek yaitu minat, kesesuaian, harapan, dan kepuasan. Masing-masing aspek
terdiri dari 4 indikator.Jadi ada 16 butir pernyataan angket motivasi belajar IPS
yang dapat digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya motivasi belajar yang
dimiliki oleh siswa. Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran
TPSdapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi
mengenal perkembangan teknologi komunikasi pada siswa kelas 4 SD Negeri 1
Potronayan Boyolali.
19
1. Senang dengan guru pengajar
perkembangan teknologi komunikasi
2. Senang membawa buku IPS ke sekolah
3. Senang berteman dengan teman sekelas
4. Senang memakai pakaian seragam
Kepuasan
Mensharingkan masalah kesenjangan
teknologi komunikasi
Guru dan siswa melakukan diskusi untuk
penarikan kesimpulan.
Membentuk 15 kelompok berpasangan Berdiskusi tentang masalah kesenjangan
teknologi komunikasi
Motivasi belajar siswa rendah
Langkah-langkah Model
pembelajaran TPS
Pembelajaran Konvensional
KD 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi,
dan transportasi serta pengalaman menggunakannya
Menyimak tujuan dan pembelajaran
perkembangan teknologi komunikasi
Berpikir menyelesaikan masalah
kesenjangan teknologi komunikasi
Angket Motivasi
Minat
1. Tertarik dengan tujuan & materi
perkembangan teknologi komunikasi
2. Tertarik membahas penjelasan masalah
kesenjangan teknologi komunikasi
3. Tertarik berkomunikasi melalui HP
4. Tertarik pada guru IPS pengajar
perkembangan teknologi komunikasi
1. Kebutuhan membaca cara mengatasi
kesenjangan teknologi komunikasi
2. Kebutuhan menulis kesimpulan
kesenjangan teknologi komunikasi
3. Kebutuhan menyimak kesimpulan
kesenjangan teknologi komunikasi
4. Kebutuhan berdiskusi tentang
kesenjangan teknologi komunikasi
1. Harapan untuk naik kelas
2. Harapan untuk menjadi juara
3. Harapan untuk memperoleh skor tinggi
4. Harapan untuk menjadi lebih unggul dari
teman lainnya
Skor Motivasi
Belajar IPS
Aspek
Kesesuaian
Harapan
Gambar 2.1
Skema Peningkatan Motivasi Belajar Melalui
Model Pembelajaran TPS
20
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir maka hipotesis
penelitianyang dirumuskan adalah peningkatan motivasi belajar IPS diduga
dapat diupayakan melalui model pembelajaran TPSsiswa kelas 4 SD Negeri 1
Potronayan Boyolalisemester 2 tahun pelajaran 2014/2015.