29
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata pelajaran IPS Kedudukan IPS pada jenjang SD/MI sangat penting karena Pada mata pelajaran IPS siswa mempelajari mengenai kegiatan manusia baik individu maupun kelompok yang sering disebut dengan masyarakat. Karena itu sangat penting untuk diajarkan pada jenjang SD/MI agar siswa lebih dapat hidup bermasyarakat yang diajarkan sejak dini, selain itu IPS di SD/MI merupakan dasar untuk dapat menguasai pembelajaran IPS pada jenjang selanjutnya. Standar isi ( 2006 ) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Ilmu sosial lebih menekankan pada program disiplin ilmu sosial. Program ini banyak dikembangkan di sekolah- sekolah terutama seekolah Dasar, tujuanya agar menjadikan peserta didik yang peduli terhadap lingkungan sosialnya. Untuk membangun generasi muda yang peka terhadap masalah sosial dalam kehidupannya, maka perlu pendidikan yang tidak hanya membekali sekedar pengetahuan secara keilmuan, namun juga aplikasi atas pengetahuan yang diperoleh dalam kehidupan sehari- hari. Oleh karena itu sangat penting di terapkan pendidikan IPS sejak dini. Masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan( KTSP 2006 ).

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Mata pelajaran IPS

Kedudukan IPS pada jenjang SD/MI sangat penting karena Pada mata

pelajaran IPS siswa mempelajari mengenai kegiatan manusia baik individu

maupun kelompok yang sering disebut dengan masyarakat. Karena itu sangat

penting untuk diajarkan pada jenjang SD/MI agar siswa lebih dapat hidup

bermasyarakat yang diajarkan sejak dini, selain itu IPS di SD/MI merupakan dasar

untuk dapat menguasai pembelajaran IPS pada jenjang selanjutnya.

Standar isi ( 2006 ) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu

mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai

SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran

IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata

pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara

Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta

damai.

Ilmu sosial lebih menekankan pada program disiplin ilmu sosial. Program

ini banyak dikembangkan di sekolah- sekolah terutama seekolah Dasar, tujuanya

agar menjadikan peserta didik yang peduli terhadap lingkungan sosialnya. Untuk

membangun generasi muda yang peka terhadap masalah sosial dalam

kehidupannya, maka perlu pendidikan yang tidak hanya membekali sekedar

pengetahuan secara keilmuan, namun juga aplikasi atas pengetahuan yang

diperoleh dalam kehidupan sehari- hari. Oleh karena itu sangat penting di

terapkan pendidikan IPS sejak dini.

Masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat

karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat.

Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan

pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial

masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata

pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses

pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di

masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan

memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang

berkaitan( KTSP 2006 ).

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

9

Standar isi ( 2006 ) Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam

kehidupan sosial

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan

global.

Sejalan dengan tujuan tersebut, Gunawan Rudy ( 2011 : 37 ) juga

menyebutkan bahwa pembelajaran IPS di SD bertujuan membentuk warga negara yang

berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri ditengah- tengah kekuatan

fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan

bertanggung jawab.

Tujuan pembelajaran IPS bertumpu pada tujuan yang lebih tinggi. Secara

hirarki, tujuan pendidikan nasional pada tataran operasional dijabarkan dalam

tujuan institusional tiap jenis dan jenjang pendidikan. Selanjutnya pencapaian

tujuan institusional ini secara praktis dijabarkan dalam tujuan kurikuler atau

tujuan mata pelajaran pada setiap bidang studi dalam kurikulum, termasuk bidang

studi IPS. Akhirnya tujuan kurikuler secara praktis operasional dijabarkan dalam

tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran.

Gunawan Rudy ( 2011 : 40 ) juga memaparkan Tujuan kurikuler IPS yang

merupakan penjabaran lebih lanjut dan tujuan institusional dan tujuan pendidikan

nasional secara keseluruhan ialah :

1. membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna

dalam kehidupan masyarakat;

2. membekali peserta didik dengan kemapuan mengidentifikasi,

menganalisa dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang

terjadi dalam kehidupan di masyarakat.

3. membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan

sesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta

berbagai keahlian.

4. membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif,

dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian

kehidupannya yang tidak terpisahkan.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

10

5. membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan

pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembagan

kehidupan,

perkembangan masyarakat, dan perkembangan ilmu dan teknologi.

Berdasarkan pada tujuan-tujuan yang telah dijelaskan oleh para ahli, dapat

disimpulkan bahwa tujuaan pembelajaran IPS adalah untuk mengenal konsep

yang berkaitan dengan masyarakat, untuk membekali peserta didik dengan

pengetahuan sosial dan memiliki kemampuan untuk berfikir logis, kritis, inkuiri,

rasa ingiun tahu, serta memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi dan

berkomunikasi dengan masyarakat, sehingga dapat membentuk warga negara

yang berkemampuan sosial.

Standar isi (2006) Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek

sebagai berikut:

1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan

2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan

3. Sistem Sosial dan Budaya

4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan

Sesuai dengan Standar Isi (2006), berikut ini disajikan standar kompetensi

dan kompetensi dasar IPS di Sekolah Dasar Kelas 5 Semester 2.

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Menghargai peranan tokoh pejuang

dan masyarakat dalam mempersiapkan

dan mempertahankan kemerdekaan

Indonesia

2.2 Menghargai jasa dan peranan

tokoh perjuangan dalam mem-

persiapkan kemerdekaan

Indonesia .

2.3 Menghargai jasa dan peranan

tokoh perjuangan dalam mem-

proklamasikan kemerdekaan

Indonesia

2.4 Menghargai perjuangan para

tokoh dalam mempertahankan

kemerdekaan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

11

2.1.2 Pendekatan Pembelajaran Inkuiri

Inkuiri merupakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (

student centered ), dalam arti guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator.

Dalam pembelajaran ini, siswa diharapkan mempunyai keberanian untuk

mengajukan pertanyaan, merespon masalah, dan berfikir untuk memecahkan

masalah atau menemukan jawaban melalui penyelidikan.

Menurut Hamruni ( 2011 : 88 ), pembelajaran inkuiri adalah rangkaian

kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan

analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang

dipertanyakan. Sejalan dengan Hamruni, Maylanny Christine (2009 : 28 )

memaparkan bahwa pendekatan inkuiri merupakan pendekatan mengajar yang

mengembangkan cara pikir ilmiah. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih

banyak belajar sendiri dan kreatif. Siswa betul – betul ditempatkan sebagai

pembelajar bukan sebagai pendengar di dalam kelas. Sehingga Iru La, dan La Ode

Safiun Arihi ( 2012 : 15 ) juga menjelaskan melakukan inkuiri berarti melibatkan

diri dalam tanya jawab, mencari informasi dan melakukan penyelidikan.

Pendekatan inkuiri dlam proses pembelajaran merupakan pendekatan yang

melibatkan siswa dalam tanya jawab, mencari informasi dan melakukan

penyelidikan.

Berdasarkan penjelasan dari para ahli yang telah dipaparkan, maka dapat

disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran inkuiri adalah pendekatan

pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis, analisis, serta

ilmiah yang melibatkan siswa untuk mencari informasi , melakukan penyelidikan ,

dan menemukan sendiri jawaban dari masalah yang dipertanyakan.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri memiliki langkah-

langkah tertentu, seperti pendapat Hamruni ( 2011 : 95 ) menyebutkan bahwa

Langkah- langkah kegiatan dalam inkuiri adalah :

1. Orientasi, langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang

responsif.

2. Merumuskan masalah, merupakan langkah membawa siswa pada suatu

persoalan yang mengandung teka- teki.

3. Mengajukan hipotesis, jawaban sementara dari suatu permasalahan yang

sedang dikaji.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

12

4. Mengumpulkan data, menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji

hipotesis yang diajukan.

5. Menguji hipotesis, proses menentukan jawaban yang dianggap diterima

sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan

pengumpulan data.

6. Merumuskan kesimpulan, proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh

berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Menurut hamruni ini langkah awal yaitu dengan orientasi dimana guru

harus mempersiapkan kondisi kelas, agar siswa merasa siap untuk melakukan

proses pembelajaran, selanjutnya siswa diberikan suatu permasalahan yang harus

dipecahkan. Sebelum menuju pengumpulan data, siswa harus merumuskan

hipotesis atau jawaban sementara.Setelah data terkumpul siswa harus menguji

hipotesis yang telah dirumuskan siswa dan terakhir yaitu merumuskan

kesimpulan. Berbeda dengan hamruni, Trianto (2009 : 114 ) menyebutkan

langkah- langkah kegiatan dalam inkuiri adalah :

1. Merumuskan masalah

2. Mengamati atau melakukan observasi

3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, tabel,

dan karya lainnya.

4. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman

sekelas, guru, atau audiensi yang lain.

Menurut Trianto, langkah dalam pembelajaran inkuiri sedikit berbeda

dengan Hamruni. Perbedaannya terletak pada awal kegiatan dan akhir kegiatan.

Dalam awal kegiatan guru tidak melakukan orientasi terlebih dahulu. Dalam

kegiatan pembelajaran, langsung dihadapkan pada suatu permasalahan yang harus

ditanggapi siswa, setelah itu siswa mengamati dan melakukan observasi dan

menyajikannya dalam bentuk tulisan, gambar, laporan, tabel, atau karya lain, dan

dikomunikasikan pada teman sekelas. Sejalan dengan Trianto, Maylanni Christine

( 2009 : 29 ) menjelaskan ada 5 tahap dalam melaksanakan pendekatan inkuiri

adalah :

1. Merumuskan masalah untuk dipecahkan siswa

2. Menetapkan jawaban sementara

3. Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab

hipotesis

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

13

4. Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi

5. Mengaplikasikan generalisasi dalam situasi baru.

Menurut maylanni, kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa diawali

dengan merumuskan masalah dilanjutkan dengan menetapkan jawaban sementara

dan mencari informasi berupa data atau fakta yanng diperlukan untuk menjawab

hipotesis. Selanjutnya siswa menarik kesimpulan dan mengaplikasikan dalam

situasi yang baru.

Menurut pendapat dari para ahli, dapat disimpulkan langkah- langkah

pendekatan inkuiri adalah :

1. Orientasi, langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang

responsif

2. Merumuskan masalah, merupakan langkah membawa siswa pada suatu

persoalan yang mengandung teka- teki.

3. Mengajukan hipotesis, jawaban sementara dari suatu permasalahan yang

sedang dikaji.

4. Mengumpulkan data,menjaring informasi yang dibutuhkan untuk

menguji hipotesis yang diajukan.

5. Menganalisis data dan menyajikan dalam bentuk tulisan, gambar,

laporan, tabel dan karya lainnya.

6. Menarik kesimpulan jawaban

7. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman

sekelas, guru, atau audiensi lainnya.

2.1.3 Metode Pembelajaran Mind Mapping

Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-

an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind mapping

memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar

dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk

memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara ide

tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang

dimiliki. Bentuk diagram dalam metode mind mapping dapat berbentuk diagram

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

14

pohon dengan percabangannya, yang dapat memudahkan untuk mereferensikan

satu informasi kepada informasi yang lain.

Menurut Suyatno ( 2009 : 99 ) mind mapping adalah metode atau cara

untuk menempatkan informasi kedalam otak dan mengambil informasi keluar dari

otak yang merupakan cara mencatat yang kreatif dan efektif. Sama halnya Toni

Buzan ( 2007 : 4 ) menjelaskan bahwa, mind mapping adalah cara termudah untuk

menempatkan informasi kedalam otak dan mengambil informasi ke luar dari

otak. mind mapp adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah

akan memetakan pikiran- pikiran kita. Sehingga Dananjaya Utomo ( 2010: 71 )

dalam bukunya juga memaparkan bahwa mind mapping dimulai dari sebuah topik

yang berada di tengah kertas, kemudian sub- topik disusun secara acak, tapi wajib

mengelilingi topik utama yang berada di tengah- tengah kertas. Mind mapping

mengikuti pola otak dalam menjabarkan informasi.

Metode mind mapping akan mempermudah dalam mengingat atau mengulang

kembali dalam mengontruksi pengetahuan. Belajar sebagai suatu proses

konstruksi pengetahuan memerlukan teknik untuk meringkas bahan yang

dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi kedalam bentuk mind

mapp agar waktu belajar menjadi lebih efektif dan efisien

Berdasarkan paparan dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa metode

mind mapping adalah cara untuk mendapatkan informasi kedalam otak dan

mengambil informasi keluar otak, yang dimulai dari sebuah topik yang berada di

tengah sebagai topik utama dan sub- topiknya disusun secara acak mengelilingi

topik utama.

Mind Mapping merupakan metode belajar yang sangat tepat untuk

diterapkan pada siswa SD. Teknik ini mencakup 3 strategi dalam belajar yaitu

mencatat, meringkas (merangkum) dan menghafal. Selain itu, pada aplikasinya

dalam mind mapping digunakan gambar- gambar, simbol, atau tulisan dengan

warna- warni sehingga siswa tertarik untuk membuat dan memudahkan siswa

untuk menghafal. Jika dilakukan dengan benar teknik Mind Mapping dapat

menghemat waktu anak dalam belajar.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

15

Metode pembelajaran mind mapping memiliki langkah- langkah

pembelajaran. Seperti pendapat Hanafiah ( 2009 : 46 ) Langkah- langkah

penggunaan Metode pembelajaran mind mapping dalam kegiatan pembelajaran

adalah sebagai berikut :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi

oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif

jawaban

3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang

4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil

diskusi

5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil

diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan

sesuai kebutuhan guru

6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau

guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru

Menurut Hanafiah, langkah pertama dalam kegiatan pembelajaran ini,guru

menyampaikan kompetensi yang akan dicapai, sehingga siswa tahu tujuan

pembelajaran yang akan didapatkan siswa, selanjutnya guru mengemukakan

konsep atau permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa,dan membentuk siswa

dalam kelompok belajar dimana siswa bersama kelompoknya bersama- sama

menanggapi masalah yang diberikan oleh guru. Selanjutnya siswa mencatat

alternatif jawaban dari hasil diskusi kelompoknya, serta membacakan hasil

diskusinya di depan teman- teman kelompok yang lain. Setelah semua kelompok

membacakan hasil diskusi, maka bersama- sama menyimpulkan konsep yang

telah diberikan oleh guru. Bakharudin ( 2012 ) juga menyebutkan langkah-

langkah metode pembelajaran mind mapping adalah sebagai berikut :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Guru mengemukakan konsep/ permasalahan yang akan ditanggapi oleh

siswa , sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban. 3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-5 orang. 4. Tiap kelompok menginventarisasi/ mencatat alternatif jawaban hasil

diskusi. 5. Tiap kelompok membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan

mengelompokkan sesuai kebutuhan guru. 6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru

memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

16

Langkah- langkah pembelajaran yang disampaikan oleh Bakhrodin ini,

hampir sama dengan yang dipaparkan oleh Hanafiah, yaitu guru menyampaikan

kompetensi yang ingin dicapai, dilanjutkan dengan pemberian permasalahan yang

akan ditanggapi oleh siswa, membetuk kelompok, siswa bersama dengan

kelompoknya mencatat hasil diskusi dan mempresentasikannya di depan teman-

teman kelompok lain, serta bersama- sama menyimpulkan kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat dari para ahli, dapat di simpulkan langkah- langkah

penerapan metode mind mapping adalah :

1. Guru menyampaikan informasi yang akan dicapai

2. Guru mengemukakan konsep atau permasalahan yang akan ditanggapi

siswa

3. Membentuk kelompok dengan anggota 2- 5orang

4. Tiap kelompok mencatat alternatif jawaban.

5. Tiap kelompok membaca hasil diskusinya dan guru mencatat dipapan tulis

6. Siswa menyimpulkan atau membandingkan hasil presentasi.

Langkah pembelajaran metode mind mapping yang disimpulkan dimulai

dari guru menyampaikan informasi mengenai tujuan pembelajaran, dilanjutkan

pemberian suatu permasalahan yang harus ditanggapi dan dipecahkan oleh peserta

didik secara berkelompok dan setiap kelompok wajib mencatat alternatif jawaban

dengan mind mapp yang nantinya harus di presentasikan didepan teman- teman

satu kelas, serta menarik kesimpulan bersama- sama.

2.1.4 Model Pembelajaran Think Pair Share

Think pair share atau berpikir berpasangan berbagi merupakan model

pembelajaran cooperative yang di rancang untuk mempengaruhi pola interaksi

siswa. Dengan model pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk berinteraksi

dengan teman yang lain.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

17

Suyatno ( 2009 : 54 ) menyatakan banwa think pair share merupakan

pembelajaran kooperatif yang memiliki prosedur ditetapkan secara eksplisit

memberikan waktu lebih banyak kepada siswa untuk memikirkan secara

mendalam tentang apa yang dijelaskan atau dialami ( berfikir, menjawab, dan

saling membantu satu sama lain) begitu pula dengan Trianto ( 2009 : 81 ) juga

menyatakan bahwa think pair share merupakan jenis pembelajaran kooperatif

yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Sehingga Iru La, dan

Arihi la ode Safiun (2012 : 60 ) memaparkan bahwa think pair share merupakan

suatu cara untuk membuat variasi suasana pola diskusi dikelas.Think Pair Share

dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir , untuk merespon dan saling

membantu.

Suprijono Agus ( 2009 : 91 ) menjelaskan bahwa seperti namanya

thinking, pembelajaran di diawali dengan guru memberi pertanyaan dan memberi

kesempatan kepada para siswa untuk memikirkan jawabannya. Selanjutnya

pairing guru meminta siswa berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa

untuk berdiskusi. Selanjutnya hasilnya dibicarakan dengan seluruh kelas.

Dari penjelasan para ahli, dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran

Think Pair Share merupakan model pembelajaran kooperatif yang dirancang dan

memiliki prosedur untuk memengaruhi pola interaksi siswa sehingga dapat

membuat variasi suasana diskusi kelas dengan berpikir berpasangan dan

dilanjutkan dengan diskusi dengan seluruh kelas.

Think pair share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu

tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di

Universitas Maryland.

Trianto ( 2009 : 81 ) menjelaskan langkah- langkah model pembelajaran

Think Pair Share adalah sebagai berikut :

a. langkah 1 : berfikir ( thinking )

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan

pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu kepada siswa untuk

berfikir beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban atau masalah.

b. langkah 2 : berpasangan ( pairing )

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

18

selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa

yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat

menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan

gagasan apabila suatu masalah khusus yang didefinisikan.

c. langkah 3 : Berbagi ( Share )

pada langkah akhir, guru meminta pasangan- pasangan untuk berbagi

dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.

Menurut Trianto, langkah awal yang dilakukan dalam pembelajaran ini

adalah dengan guru memberikan suatu permasalahan yang harus dipecahkan

siswa, dan memberikan siswa kesempatan untuk berfikir secara individual.

Selanjutnya guru meminta siswa secara berpasangan dan mendiskusikan

mengenai apa yang telah mereka peroleh. Dan langkah terakhir yaitu guru

meminta pasangan untuk berbagi atau berdiskusi di depan kelas. Samahalnya

dengan Trianto, Iru La dan Arihi la ode Safiun (2012 : 60 ) juga memaparkan

langkah- langkah pembelajaran think pair share adalah sebagai berikut ;

1. langkah 1 ( Thinking ): Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah

yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu

kepada siswa untuk berfikir beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban

atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau

mengerjakanbukan bagian dari berfikir.

2. Langkah 2 ( Pairing ): Guru meminta siswa untuk berpasangan dan

mendiskusikan apa yang mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang

disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan

atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang

diindentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5

menit untuk berpasangan.

3. Langkah 3 ( Sharing ): pada langkah akhir, guru meminta pasangan-

pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka

bicarakan.

Menurut Iru La dan Arihi la ode Safiun, langkah pembelajaran think pair

share ini sama dengan yang dikemukakan oleh Trianto, yaitu dengan langkah

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

19

awal yang dilakukan dalam pembelajaran ini adalah dengan guru memberikan

suatu permasalahan yang harus dipecahkan siswa, dan memberikan siswa

kesempatan untuk berfikir secara individual. Selanjutnya guru meminta siswa

secara berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah mereka

peroleh. Dan langkah terakhir yaitu guru meminta pasangan untuk berbagi

atau berdiskusi di depan kelas.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan langkah pembelajaran think

pair share adalah :

1. Langkah 1 ( Thinking ): Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah

yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu

kepada siswa untuk berfikir beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban

atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau

mengerjakanbukan bagian dari berfikir.

2. Langkah 2 ( Pairing ): Guru meminta siswa untuk berpasangan dan

mendiskusikan apa yang mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang

disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan

atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang

diindentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5

menit untuk berpasangan.

3. Langkah 3 ( Sharing ): pada langkah akhir, guru meminta pasangan-

pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka

bicarakan.

Langkah pembelajaran ini diawali dengan guru memberikan suatu

permasalahan yang akan ditangapi oleh siswa yang berkaitan dengan pelajaran

dan memberikan kesempatan pada siswa untuk berfikir secara individu yang

selanjutnya didiskusikan secara berpasangan dengan waktu tidak lebih dari 4- 5

menit. Dengan langkah akhir yaitu berbagi dengan keseluruhan kelas.

Berdasarkan langkah- langkah Pendekatan Inkuiri dan metode mind

mapping serta think pair share yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan

langkah- langkah pendekatan inkuiri dengan metode mind mapping dan think pair

share adalah sebagai berikut :

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

20

1. Orientasi dan guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai

2. Membentuk kelompok berpasangan

3. Merumuskan masalah dengan kelompok pasangan

4. Berbagi ( share ) dengan teman kelas mengenai rumusan masalah

5. Membentuk kelompok yang anggotanya 2- 5 orang

6. Mengajukan hipotesis/ jawaban sementara

7. Mengumpulkan data, menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji

hipotesis

8. Menarik kesimpulan dari data yang telah di dapatkan

9. Menganalisis dan menyajikan hasil karya dalam bentuk mind mapping.

10. Menyajikan hasil didepan teman- teman kelas.

2.1.4 Hasil belajar

Suprijono Agus ( 2009 : 5 ) mengatakan bahwa hasil belajar adalah pola-

pola perbuatan, nilai- nilai, pengertian- pengertian, sikap- sikap, apresiasi dan

keterampilan. Sementara itu sudjana ( 2010 : 22 ) berpendapat hasil belajar

adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Horward kingsley membagi tiga macam hasil belajar,

yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, ( b) pengetahuan dan pengertian, ( c) sikap

dan cita- cita. Berbeda dengan itu Sutratinah Tirtonegoro ( Dalam Ifan Mustika,

2011 ) mengatakan bahwa hasil belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan

belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol- simbol, angka- angka, huruf- huruf,

atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap

peserta didik dalam periode tertentu. Begitupula dengan Sukmadinata ( dalam

Supiyah, 2012 ) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan realisasi atau

pemekaran dari kecakapan- kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki

seseorang. Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya baik

perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir, maupun

motorik.

Berdasarkan dari pengertian para ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang merupakan realisasi

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

21

atau pemekaran kecakapan- kecakapan potensial, pola- pola perbuatan,

pengertian- pengertian, sikap- sikap, serta kempuan yang dimiliki seseorang

setelah ia menerima pengalaman belajarnya yang dinyatakan dalam bentuk

simbol- simbol, angka- angkat, huruf- huruf, atau kalimat yang mencangkup

kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotorik.

Guru harus memiliki pedoman untuk dijadikan pegangan ketika guru akan

memberikan soal untuk mengetahui hasil belajar. Yang harus guru lakukan yaitu

dengan menggunakan perinsip evaluai pembelajaran. Perinsip tersebut antara lain:

Menurut Wardani Naniek Sulistya,dan Slameto ( 20012 : 7- 8 ) menjelaskan

bahwa prinsip evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Komprehensif ( menyeluruh )

Evaluasi hasil belajar peserta didik hendaknya dilaksanakan secara

menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup seluruh domain aspek

kognitif, psikomotorik, dan afektif, atau nilai dan keterampilan, serta

materi secara representatif, sehingga hasilnya dapai di integrasikan

dengan baik.

2. Berorientasi pada kompetensi

Dalam Kurikulum Satuan Pendidikan ( KTSP ), evaluasi harus

berorientasi pada pencapaian kompetensi ( rangkaian kemempuan ),

bukan pada penguasaan materi.

3. Terbuka, Adil, dan Obyektif

Prosedur evaluasi , kriteria evaluasi, dan penganbilan keputusan

hendaknya diketahui oleh pihak yang berkepentingan, sehingga terbuka

bagi berbagai kalangan ( stakeholders ) baik langsung maupun tidak

langsung.

4. Berkesinambungan

Evaluasi yang berikan oleh guru didalam kelas secara terus

menerus mulai dari memberi PR, latihan, ulangan, ulangan umum

bersama, dan ujian akhir secara berkesinambungan, direncanakan melalui

penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ), bertahap dari

minggu ke minggu, bulan dan semester, teratur dari waktu ke waktu,

yang kesemuanya itu untuk mengetahui secara menyeluruh

perkembangan kemajuan belajar peserta didik.

5. Bermakna

Evaluasi diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi

semua pihak. Untuk itu, evaluasi hendaknya dapat ditindaklanjuti oleh

pihak- pihak yang berkepentingan.

6. Terpadu, sistematis, dan menggunakan acuan kriteria

Pelaksanaan evaluasi merupakan komponen yang tidak terpisahkan

dari kegiatan pembelajaran dan dilakukan secara berencana dan bertahap

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

22

dengan mengikuti langkah- langkah yang baku, serta mendasarkan pada

ukuran kompetensi yang ditetapkan.

7. Mendidik dan akuntabel

Evaluasi dilakukan untuk mendeferensiasi peserta didik, sehingga

dapat diketahui kemajuan tingkat kompetensi peserta didik. Evaluasi

yang mendidik mampu memberikan sumbangan positif setiap motivasi

peningkatan pencapaian hasil belajar. Pada akhirnya, proses dan hasil

evaluasi dapat dijadikan dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran

bagi guru, meningkatkan kwalitas belajar dan membina peserta didik

agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Pelaksanaan evaluasi dapat

dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun

hasilnya.

Tujuan untuk melakukan suatu penilaian hasil belajar, dapat dilihat melalui

3ranah. Seperti yang dijelaskan oleh Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin

Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi 3 ranah, yaitu ranah kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Ella (2004: 59)

1. Ranah Kognitif

Pada ranah kognitif terdapat enam aspek, yaitu :

a. Pengetahuan (C1), didefinisikann sebagai ingatan terhadap hal-hal

yan telah dipelajari sebelumnya. Hal ini termasuk mengingat

bahan-bahan, benda-benda, fakta, gejala, dan teori. Hasil belajar

dari pengetahuan merupakan tingkatan rendah.

b. Pemahaman (C2), didefinisikan sebagai kemampuan untuk

memahami materi bahan. Hasil belajar dari pemahaman lebih maju

dari ingatan sederhana, hafalan, atau pengetahuan tingkat rendah.

c. Penerapan (C3), merupakan kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari dan dipahami ke dalam situasi konkret,

nyata, atau baru. Hasil belajar untuk kemampuan menerapkan ini

tingkatannya lebih tinggi dari pemahaman.

d. Analisis (C4), merupakan kemampuan untuk menguraikan lebih

materi ke dalam bagian-bagian atau yang lebih terstruktur dan

mudah dimengerti. Hasil belajar analisis merupakan tingkatan

kognitif yang lebih tinggi dari kemampuan memahami dan

menerapkan.

e. Sintensis (C5), merupakan kemampuan untuk mengumpulkan

bagian-bagian menjadi suatu bentuk yang utuh dan menyeluruh.

Hasil belajar sintesis menekankan pada perilaku kreatif denagn

mengutamakan perumusan pola atau struktur baru dan unik.

f. Penilaian (C6), merupakan kemampuan untuk memperkirakan dan

menguji nilai suatu materi untuk tujuan tertentu. Hasil belajar

penilaian merupakan tingkatan kognitif paling tinggi sebab berisi

unsur-unsur dari semua kategori, termasuk kesadaran untuk

melakukan pengujian yang sarat nilai dan kejelasan kriteria.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

23

2. Ranah afektif

Menurut Ella(2004: 62) ada 5 tingakatan dalam ranah afektif ini,

yaitu:

a. Penerimaan, yaitu kesadaran atau kepekaan yang disertai keinginan

untuk bertoleransi terhadap suatu gagasan, benda, atau gejala. Hasil

belajar penerimaan merupakan pemilikan kemampuan untuk

membedakan dan menerima perbedaan.

b. Respon atau jawaban, merupakan kemampuan menerima

tanggapan terhadap suatu gagasan, benda, bahan, atau gejala

tertentu. Hasil belajar penanggapan merupakan suatu komitmen

untuk berperan serta berdasarkan penerimaan.

c. Penilaian, merupakan kemampuan memberikan penilaian terhadap

gagasan, benda, bahan, atau gejala. Hasil belajar penilaian

merupakan keinginan untuk diterima, diperhitugkan, dan dinilai

orang lain.

d. Pengelolaan atau pengaturan, merupakan kemampuan mengelola

berhubungan dengan tindakan penilaian dan perhitungan yang telah

dimiliki. Hasil belajarnya merupakan kemampuan mengatur dan

mengelola sesuatu secara harmonis dan konsisten berdasarkan

pemilikan filosofi yang dihayati.

e. Bermuatan nilai, merupakan tindakan puncak dalam perwujudan

perilaku seseorang yang secara konsisten sejalan dengan nilai atau

seperangkat nilai-nilai yang dihayatinya secara mendalam. Hasil

belajarnya merupakan perilaku seimbang, harmonis dan

bertanggung jawab dengan standar nilai yang tinggi.

3. Ranah Psikomotorik

Ella (2004: 63), hasil belajar psikomorik tampak dalam bentuk

ketrampilan (skill). Tingkatan ranah psikomotorik yaitu :

a. Gerakan refleks, merupakan tindakan yang ditunjukkan tanpa

belajar dalam menanggapi stimulus.

b. Gerakan dasar, merupakan pola gerakan yang diwarisi yang

terbentuk berdasarkan campuran gerakan refleks dan gerakan yang

lebih kompleks.

c. Gerakan tanggapan (perceptual), merupakan penafsiran terhadap

segala rangsang yang membuat seseorang mampu menyesuaikan

diri terhadap lingkungan.

d. Kegiatan fisik,merupakan kegiatan yang memerlukan kekuatan

otot, kekuatan mental, ketahanan, kecerdasan, kegesitan, dan

kekuatan suara.

e. Komunikasi tidak berwacana, merupakan komunikasi melalui

gerakan tubuh. Gerakan tubuh ini meretang dari ekspresi mimik

muka sampai dengan gerakan koreografi yang rumit.

Berdasarkan uraian yang di jelaskan, Hasil belajar siswa meliputi tiga

aspek, yaitu aspek kognitif, aspek aspek afektif dan aspek psikomotorik. Aspek

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

24

kognitif, kemampuan kognitif yang meliputi : pengetahuan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Sementara Aspek afektif, kemempuan

afektif meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap,

organisasi, dan pembentukan pola hidup. Dan aspek psikomotorik, kemampuan

psikomotorik meliputi : persepsi, persiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa,

gerakan kompleks, gerakan penyesuaian dan kreatifitas.

Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria

dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh

dari aktivitas pengukuran. Dalam dunia pendidikan, instrumen yang sering

digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dapat di bedakan menjadi 2 teknik

yaitu teknik tes dan non tes seperti lembar soal tes, lembar observasi, panduan

wawancara, skala sikap, dan angket.

1. Teknik test

Wardani Naniek Sulistya, dan Slameto ( 2012 : 10 ) menjelaskan

tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk

memperolehinformasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang

setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang

dianggap benar ( Suryanto Adi, dkk.,2009 ).

Menurut Sudijono Anas ( 1995 : 67 ) secara umum ada dua macam

fungsi yang dimiliki oleh tes :

b. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini

tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang

telah dicapai oleh peserta didik setelah menempuh proses belajar

mengajar dalam jangka waktu tertentu.

c. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab

melalui tes akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program

pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.

Tes merupakan alat ukur yang dirancang oleh guru untuk

mengukur kemampuan siswa setelah melakukan kegiatan belajar mengajar

didalam kelas. Dengan teknik ini guru akan dapat mengetauhui bagaimana

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

25

penguasaan yang dimiliki siswa dalam pembelajaran yang diberikan oleh

guru.

Menurut Wardani Nanik Sulistya ( 2012 : 144- 145 ) Tes dalam

cara mengerjakannya dibedakan menjadi 3, yaitu tes tertulis, tes lisan, dan

tes tindakan.

1. Tes tertulis

Tes yang soalnya harus dijawab peserta didik dengan

memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara umum dapat

dikelompokkan menjadi 2 :

a. Tes obyektif, ada pilihan ganda, jawaban singkat, atau isian,

benar salah, dan bentuk menjodohkan.

b. Tes uraian, yang terbagi atas tes uraian objektif ( penskorannya

dapat dilakukan secara objektif ) dan tes uraian non objektif(

penskorannya sulit dilakukan secara objektif )

2. Tes lisan

Tes lisan adalah tes yang pelaksanannya dilakukan dengan

tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik

dengan tujuan untuk melakukan pengukuran atau skor.

3. Tes perbuatan

Tes perbuatan adalah tes yang penugasannya disampaikan

dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya

dinyatakan dalam perbuatan atau unjuk kerja.

Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil

belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan

penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan

pengajaran, bukan hanya itu saja tes dapat pula digunakan untuk

mengukur atau menilai hasil belajar bidang afektif dan psikomotoris yang

dapat dilakukan dalam bentuk tertulis, lisan, ataupun perbuatan.

2. Teknik nontes

Wardani Naniek Sulistya, dan Slameto ( 2012 : 11- 12 )

menjelaskan bahwa teknik nontes berisi pertanyaan atau pernyataan yang

tidak memiliki jawaban benar atau salah. Selain teknik tes, teknik ini juga

penting untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam ranah afektif dan

psikomotorik. Ada beberapa macam teknik non tes menurut sudijono Anas

( 1995 : 76 ), yaitu :

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

26

1. Pengamatan ( observasi )

Observasi adalah cara menghimpun bahan- bahan

keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan

pencatatan secara sistematis terhadap fenomena- fenomena yang

sedang dijadikan sasaran pengamatan.

2. Wawancara ( interview )

Cara menghimpun bahan- bahan keterangan yang

dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak,

berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah

dilakukan.

3. Menyebarkan angket ( quetionnaire )

Berbeda dengan wawancara dimana penilai berhadapan

secara langsung dengan peserta didik atau dengan pihak lainnya,

maka dengan penggunaan angket, pengumpulan data sebagai

penilaian hasil belajar jauh lebih praktis, menghemat waktu dan

tenaga.

4. Meneliti dokumen- dokumen ( documentary analysis )

Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan, atau keberhasilan

belajar peserta didik tanpa menguji, juga dapat dilengkapi atau

diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-

dokumen.

Sementara menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk ( 2012 : 73) ada

beberapa macam teknik non tes, beberapa diantaranya dalah :

1. Unjuk kerja adalah suatu penilaian atau pengukuran yang dilakukan

melalui pengamatan aktivitas peserta didik dalam melakukan sesuatu

yang berupa tingkah laku atau interaksinya seperti berbicara,

berpidato, membaca puisi, dan berdiskusi ; kemampuan peserta didik

dalam memecahkan masalah dalam kelompok- kelompok; partisipasi

peserta didik dalam berdiskusi ; keterampilan menari; keterampilan

memainkan alat musik; kemampuan berolah raga; keterampilan

menggunakan peralatan laboratorium; praktek sholat; bermain peran;

bernyanyi; dan keterampilan mengoperasikan suatu alat.

2. Penugasan adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang

mengandung penyelidikan yang harus selesai dalam waktu tertentu. 3. Tugas Individu adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas

kepada peserta didik yang dilakukan secara individu. 4. Tugas kelompok sama halnya dengan individu, namun dikerjakan

dengan berkelompok. Tugas ini diberikan untuk menilai kompetensi

kerja kelompok. 5. Laporan adalah penilaian yang berbentuk laporan atas tugas atau

pekerjaan yang diberikan seperti laporan diskusi, laporan kerja

praktik, laporan praktikum dan laporan pemantapan praktik lapangan.

6. Responsi atau ujian praktik adalah suatu penilaian yang dipakai

untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

27

7. Portofolio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada

kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan

peserta didik dalam satu periode tertentu.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat di simpulkan bawa

teknik non tes terdiri dari pengamatan, wawancara, angket, dokumen, unjuk

kerja, penugasan, laporan, responsi,dan portofolio. Dalam rangka

mengevaluasi hasil belajar peserta didik, dapat dilakukan bukan hanya

menggunakan teknik tes saja, namun teknik non tes juga penting dalam

rangka mengevaluasi hasil belajar, terutama dalam aspek afektif dan

psikomotorik.

2.2 Penelitian yang relevan

Hasil penelitian yang relevan dalam penelitian yang dapat peneliti

rangkum antara lain :

Wahyuningsih ( 2009 ) dengan judul “Penerapan Pendekatan Inkuiri

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa kelas 5 SDN 1 Badegan Kabupaten

Ponorogo oleh Wahyuningsih”. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Badegan

Kabupaten Ponorogo. Hasil observasi awal ditemukan bahwa pembelajaran IPA

materi pokok cahaya dansifat-sifatnya guru masih menggunakan metode ceramah.

Hasil belajar siswa rata-rata masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari

rata-rata hasil pratindakan,yaitu 45,74. belum mencapai ketuntasan belajar

individu yang ditetapkan yaitu75%. Berdasarkan hal tersebut maka dilaksanakan

pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan inkuiri melalui penelitian

tindakan kelas (PTK). Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan

penerapan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA materi pokok cahaya dan

sifat-sifatnya kelas 5 SDN 1 Badegan Kabupaten Ponorogo. (2) mendeskripsikan

aktivitas siswa dalam penerapan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA

materi pokok cahaya dan sifat-sifatnya kelas 5 SDN 1Badegan Kabupaten

Ponorogo, (3) mendeskripsikan penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan

hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi pokok cahaya dan sifat-

sifatnya kelas 5 SDN 1Badegan Kabupaten Ponorogo.

Rancangan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Langkah penelitian

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

28

tindakan kelas ini meliputi 2 siklus. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 5

SDN 1 Badegan Kabupaten Ponorogo sebanyak 30 siswa. Materi yang dibahas

adalah cahaya dan sifat-sifatnya. Instrumen yang digunakan adalah observasi,

wawancara, tes dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini terbukti

bahwa siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu siswa

dapat belajar mengalami langsung melalui percobaan. Selain itu penerapan

pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat

perolehan skor yang meningkat dari rata- rata sebelumnya yaitu 45,74 pada siklus

I meningkat menjadi 55,77 pada siklus II meningkat menjadi 71,6. Kelebihan

pada penelitian ini penelitian ini sudah dapat meningkatkan hasil belajar siswa

terbukti dengan perolehan nilai rata- rata siswa yang meningkat., namun

pendekatan pembelajaran ini dapat dikolaborasi dengan metode atau pembelajaran

yang variatif , contohnya mind mapping, sehingga hasil belajar siswa dapat lebih

meningkat lagi. Kelemahan dalam penelitian ini adalah standar KKM siklus

masih rendah terbukti dengan nilai rata- rata pada siklus II hanya 71, 16.

Sahaka, Danan Kholid ( 2008 ) juga melakukan penelitian dengan judul

“Penerapan Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa

Menggambar Ilustrasi Dengan Tema Benda Alam Pada Siswa Kelas IV SD Islam

Kota Blitar Kecamatan Kepanjen Kidul Kota Blitar” Pendekatan Inkuiri adalah

suatu proses penemuan dan penyelidikan masalah-masalah, menyusun hipotesa,

merencanakan eksperimen, mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan tentang

hasil pemecahan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran

tentang penerapan pendekatan inkuiri untuk meningkatkan kemampuan siswa

menggambar ilustrasi dengan tema benda alam pada siswa kelas IV SD Islam

Kota Blitar, kecamatan Kepanjenkidul kota Blitar. Desain Penelitian yang

digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari empat tahap yaitu (1)

perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Subjek penelitian adalah

siswa kelas IV SD Islam Kota Blitar. Instrumen pengumpulan data adalah

observasi, angket dan nilai hasil karya siswa.Hasil penelitian dari siklus I ke siklus

II menunjukkan adanya peningkatan dalam kemampuan siswa menggambar

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

29

ilustrasi dengan tema benda alam, dari 88,5% pada siklus I meningkat menjadi

93,2% pada siklus II. Dari hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa dengan

penerapan pendekatan Inkuiri dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

menggambar ilustrasi dengan tema benda alam pada siswa kelas IV di SD Islam

Kota Blitar. Selanjutnya diharapkan guru dalam pembelajaran menerapkan

pendekatan inkuiri untuk meningkatan kualitas pembelajaran baik mata pelajaran

SBK atau yang lainnya. Kelebihan pendekatan inkuiri yang digunakan dalam

pembelajaran ini yaitu meningkatnya hasil belajar yang tinggi sebelum siklus

hingga siklus I ( 88,5 % ), namun pada siklus II hanya menjadi 93,2 %, itu artinya

peningkatan dari siklus I dan II hanya 4,7%, seharusnya dapat diterapkan lagi

pembelajaran pada siklus III, sehingga peningkatan belajar dapat 100 %.

Soliat, Fina Qorison ( 2011 )juga melaksanakan penelitian dengan judul

“Penggunaan Metode Mind Mapping Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar

Siswadalam Pembelajaran IPS Di Kelas IV SDN Sanggarwinaya” Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam

pembelajaran IPS di kelas IV SDN Sanggarwinaya kec. Purwadadi Kab. Subang.

Setelah peneliti melakukan observasi awal, yakni dengan melakukan wawancara

dengan guru dan siswa, diperoleh data bahwa dalam pembelajaran IPS, pada

umumnya menuntut siswa untuk banyak mencatat dan menghafal yang

menyebabkan kurangnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS di kelas,

yang akhirnya akan berdampak pada menurunnya prestasi belajar siswa. Untuk

mengatasi permasalahan dalam penelitian ini, dilakukan penelitian tindakan kelas

model Kemmis dan Mc. Tagart, yang dimulai dari perencanaan tindakan,

pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi tindakan yang kemudian akan

dijadikan pijakan perbaikan untuk siklus berikutnya. Yang dilakukan sebanyak

empat siklus. Siklus pertama diawali dengan kegiatan belajar mengajar, dalam

tahap ini, siswa dituntut untuk bekerja kelompok dalam pembuatan metode Mind

Mapping, dan berdiskusi dalam menentukan simbol atau gambar yang sesuai

dengan kata kunci yang terdapat pada cabang Mind Mapping, setelah kegiatan

belajar mengajar selesai, kemudian dilajutkan dengan kegiatan pengisian Posttest

dan angket siswa yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

30

pembelajaran. Sedangkan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan pada siklus

II, III dan IV, pada dasarnya menggunakan tahapan yang sama pada siklus

pertama, yakni tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi, hanya

saja ada hal-hal yang kurang, maka akan diperbaiki pada siklus berikutnya.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar melalui

Posttest, lembar observasi siswa dan guru, Pedoman penilain Mind Mapping,

lembar wawancara dan angket siswa yang diisi pada setiap siklusnya. Dari

pengolahan nilai Posttest siklus IV, diperoleh peningkatan prestasi belajar bila

dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya yakni sebagai berikut: terdapat 30

(93,7 %) siswa dikategorikan Baik Sekali, dan 2 siswa (6,3 %) siswa

dikategorikan Baik, dan tidak ada siswa yang dikategorikan Cukup, Kurang,

maupun Kurang Sekali. Peningkatan tersebut, diperoleh siswa setelah mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan metode Mind Mapping.

Kelebihan dri penelitian ini, penggunaan metode mind mapping yang dilakukan,

sudah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatannya sangat bagus,

hingga tidak ada siswa yang mendapat nilai kurang. Kekurangan dalam penelitian

ini adalah yang di upayakan yaitu prestasi belajar, seharusnya hasil belajar karena

mengukur prestasi belajar seharusnya bukan hanya melalui beberapa siklus,

namun dengan nilai- nilai yang siswa dapatkan setiap semester nya.

Pohwainyaan, Yanti Adriana ( 2012 ) juga melakukan penelitian dengan

judul “Meningkatkan hasil belajar melalui metode mind mapping pada

pembelajaran IPS siswa kelas IV di SDN Bendo 02 Kota Blitar oleh Yanti Adriana

Pohwainyaan” Hasil Observasi di lapangan, pembelajaran IPS dengan materi

perkembangan teknologi komunikasi pada kelas IV di SDN Bendo 2 masi bersifat

konvensional. Guru mendominasi kegiatan pembelajaran dengan metode ceramah

dan tidak memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi

pelajaran.sehingga siswa cenderung pasif saat pembelajaran. Aspek afektif

maupun psikomotor kurang dikembangkan. Sehingga hasil belajar kurang baik

dari 37 siswa yang nilai diatas KKM hanya 9 siswa jadi 28 siswa belum

tuntas.Tujuan penelitian ini untuk: (1) mendeskripsikan pembelajaran IPS melalui

metode pembelajaran Mind Mapping kelas IV SDN Bendo 02 Kota Blitar, (2)

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

31

mendeskripsikan peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Bendo 02

dengan menggunakan metode pembelajaran Mind Mapping. Metode Penelitian

ini menggunakan Penelitian Tindakan kelas. Subyek penelitian ini adalah 37

siswa. Instrumen penelitian ini meliputi lembar observasi, dan lembar tes. Teknik

analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data secara kualitatif.

Penelitian ini dilakukan 2 siklus dengan tahapan penelitian meliputi perencanaan,

pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukan

adanya peningkatan dilihat pada siklus I ke siklus, dan siklus II, aktifitas siswa

meningkat sebesar 80% dengan kualifikasi baik. Buktinya siklus untuk pra

tindakan naik dari siklus I ke II naik. Hasil belajar siswa, siklus I ke siklus 2

meningkat sebesar 89% (33 siswa tuntas belajar) dan 4 siswa tidak tuntas belajar

karena kemampuan kurang. Kesimpulan penelitian bahwa penerapan metode

pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada

siswa pada pelajaran IPS. Dari 37 siswa, 33 siswa yang tuntas belajar dan 4 siswa

tidak tuntas karena kemampuan kurang. Kelebihan penelitian ini adalah

berhasilnya metode mind mapping dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

siswa, namun masih terdapat 4 siswa yang tidak tuntas dalam belajar. Kelemahan

penelitian ini adalah tidak kondusifnya situasi belajar karena banyaknya peserta

didik yaitu 37 siswa, sehingga dalam penelitian terakhir yaitu siklus II, masih

terdapat siswayang tidak tuntas.

Herawan, Ivandra Bagus ( 2012 ) dengan judul “Upaya Meningkatkan

Minat dan Hasil Belajar Menggunakan Metode Pembelajaran Mind Mapping pada

Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 09

Kutowinangun Salatiga Tahun 2011/2012.” Penelitian ini berangkat dari masalah

bahwa minat dan hasil belajar IPS sangat rendah. Hal ini disebabkan karena siswa

menganggap bahwa mata pelajaran ini susah karena bersifat hafalan, dan siswa

kurang memperhatikannya. Pelajaran IPS dipandang kurang penting, karena

selama ini metode pembelajaran masih bersifat konvensional dimana guru masih

dominan dan siswa dikondisikan untuk menghafal mata pelajaran. Padahal mata

pelajaran IPS memerlukan metode pembelajaran yang kreatif dan variatif yang

dapat memicu motivasi dan prestasi belajar siswa. Berdasar pada kenyataan

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

32

tersebut, maka peneliti menawarkan metode pembelajaran yang berbeda, dimana

harapannya adalah dengan metode ini dapat meningkatkan minat dan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran IPS. Karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui apakah penggunaan metode mind mapping dapat meningkatkan minat

belajar dan hasil belajar pada siswa kelas IV SDN Kutowinangun 09 Salatiga

Tahun Pelajaran 2011/2012 sehingga mencapai kriteria ketuntasan minimal

(KKM). Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2012 di SDN

Kutowinangun 09 Salatiga di kelas IV sebagai subjek penelitian. Pendekatan yang

digunakan ialah metode penelitian tindakan kelas (PTK), berlangsung 2 siklus

yang setiap siklusnya melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan

refleksi. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi,

metode observasi, dan metode tes. Metode analisis data penelitian menggunakan

analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan metode

mind mapping, ternyata dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Hal ini

dibuktikan dengan hasil penelitian tindakan yang menunjukkan bahwa terdapat

peningkatan di setiap tindakan. Pada tindakan sebelum siklus terdapat 37,5% atau

9 anak yang tuntas, setelah dilakukan tindakan siklus I terjadi peningkatan

sebanyak 50% atau 12 anak. Peningkatan ini belum mencapai yang diharapkan

yaitu 70% dari jumlah siswa harus tuntas. Maka dilakukan tindakan siklus II dan

hasilnya terjadi peningkatan hasil belajar 100% atau 24 siswa. Berdasarkan hasil

penelitian ini disimpulkan bahwa metode mind mapping yang menekankan pada

pemaksimalan otak kiri dan otak kanan, terbukti dapat meningkatkan minat dan

hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Kutowinangun 09 Salatiga. Dengan

demikian, dapat disarankan bahwa metode ini dapat digunakan sebagai metode

pembelajaran yang dapat membantu menggali informasi siwa dan menunjang

keberhasilan belajar siswa. Kelebihan pada penelitian ini, bahwa metode

pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan minat siswa, sehingga hasil

belajar siswa tuntas 100% dalam arti penggunaan metode mind mapping dapat

merangsang seluruh siswa untuk meningkatkan minat belajar siswa, sehingga

hasil belajar siswa meningkat pula. Kelemahan dalam penelitian ini hanya

dilakukan dua siklus saja, seharusnya perlu dilakukan saju siklus tambahan untuk

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

33

memperkuat bahwa metode mind mapping benar- benar dapat meningkatkan hasil

belajar siswa jika di siklus yang terakhir mendapat hasil yang lebih tinggi dari

siklus selanjutnya.

Purwanti, Meilinda ( 2012 ) dengan judul “Penggunaan pembelajaraan

kooperatif model think pair share pada mata pelajaran IPS pokok bahasan

peristiwa proklamasi kemerdekaan indonesia untuk meningkatkan hasil belajar

siswa” Penelitian ini dilatarbelakangi dari rendahnya hasil nilai ulangan harian

IPS pada pokok bahasan Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia, hal

ini terbukti ketuntasan belajar baru mencapai 44% artinya rata-rata kelas masih

dibawah KKM yaitu 65, selain itu guru melaksanakan pembelajaran masih dengan

cara konvensional yaitu menggunakan metode ceramah dan siswa mencatat.

Penelitian ini ditujukan pada penggunan pembelajaran kooperatif model Think

Pair Share pada mata pelajaran IPS pokok bahasan peristiwa proklamasi

kemerdekaan Indonesia. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan

penelitian yang hendak dicapai adalah: (1) mengungkap bagaimana penerapan

pembelajaraan kooperatif model Think Pair Share dapat meningkatkan aktivitas

belajar siswa pada pokok bahasan Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

(2) mengungkap apakah model Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada pokok bahasan Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

dengan mengadaptasi model Kemmis & Mc. Taggart dengan dua siklus, dan

setiap siklusnya dilakukan satu tindakan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas

5 semester 2 SDN Cisalasih Lembang Kabupaten Bandung Barat yang berjumlah

28 orang. Hasil penelitian dengan menggunakan enam fase pembelajaran

kooperatif dan tiga tahap model Think Pair Share menunjukkan adanya

peningkatan aktivitas siswa, terlihat siswa sangat aktif dan senang belajar secara

individu maupun dalam kelompoknya masing-masing. Pada penelitian ini hasil

belajar siswa mengalami peningkatan. Tes akhir pada siklus I nilai rata-rata siswa

mencapai 64,64 dengan ketuntasan belajar 60,71%. Pada siklus II mengalami

peningkatan nilai rata-rata siswa menjadi 73,33 dengan ketuntasan belajar 88,88%

siswa yang mencapai KKM. Selain itu dari sikap dan kemampuan sosial siswa

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

34

mengalami peningkatan sebagian besar siswa menjadi lebih respon, lebih

perhatian, lebih antusias dan lebih kerjasama. Berdasarkan hasil penelitian di atas

dapat disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif model Think Pair

Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pokok

bahasan Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Adapun saran yang

hendak disampaikan, diharapkan guru-guru dapat mencoba menerapkan dan

mengembangkan model ini pada pelajaran IPS dalam pokok bahasan yang lainnya

sehingga siswa selalu termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran IPS selanjutnya.

Kelebihan dari penelitian ini adalah bukan hanya hasil belajar siswa yang

mengalami peningkatan, namun juga kemampuan sosial siswa dimana siswa

menjadi lebih respon, lebih perhatian, lebih antusias dan bekerjasama dalam suatu

pembelajaran. Sedangkan yang menjadi kelemahan penelitian ini adalah hasil

rata- rata akhir penelitian hanya mencapai 73,33. Seharusnya dapat dilakukan satu

siklus tambahan untuk membuktikan bahwa nilai siswa benar- benar meningkat

tinggi.

2.3 Kerangka Berpikir

Penggunaan pendekatan pembelajaran merupakan salah satu kunci

keberhasilan siswa untuk meraih hasil belahar yang memuaskan. Dalam

menggunakan pendekatan dan metode pembelajaran dalam mengajar akan

memacu siswa untuk lebih senang dan aktif di dalam kelas.

Hasil belajar siswa yang tinggi tidak akan tercapai bila siswa merasa bosan

dan tidak semangat untuk mengikuti pembelajaran didalam kelas. Siswa yang

cenderung tidak semangat dan kurangnya daya tarik dalam mengikuti

pembelajaran disebabkan karena cara mengajar guru yang tidak menggunakan

metode pembelajaran yang menarik dan melibatkan siswa dalam mengajar

didalam kelas.

Berdasarkan hal tersebut, di bawah ini disampaikan bentuk kerangka

pemikiran perbaikan bahan ajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada

siswa kelas 5 SD Negeri 02 Kupen Pringsurat Temanggung semester 2 tahun

ajaran ajaran 2012/ 2013.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

35

Gambar 2.1

Kerangka Berfikir Pembelajaran IPS Melalui Pendekatan inkuiri

dengan metode mind mapping dan model TPS

Pembelajaran IPS:

KD 2.1 Perjuangan para tokoh pada masa penjajahan

Belanda dan Jepang

Pembelajaran tanpa pendekatan dan model pembelajaran.

Hanya digunakan metode ceramah

Tidak berorientasi kepada siswa

Hasil belajar belum

maksimal

Penggunaan pendekatan inkuiri-

metode mind mapping- model TPS

Menyimak materi KD 2.2

menghargai para tokoh dalam

mempersiapkan kemerdekaan

secara individu.( think )

Merumuskan masalah

berpasangan mengenai usaha-

usaha para tokoh dalam

mempersiapkan kemerdekaan

( pair )

Mengajukan hipotesis

mengenai usaha- usaha para

tokoh dalam mempersiapkan

kemerdekaan

Mengumpulkan data

mengenai usaha- usaha para

tokoh dalam mempersiapkan

kemerdekaan

Menarik kesimpulan mengenai

usaha- usaha para tokoh dalam

mempersiapkan kemerdekaan

Menyusun laporan dan membuat

mind mapping mengenai usaha-

usaha para tokoh dalam

mempersiapkan kemerdekaan

RUK Menyimak

RUK Berpasangan

RUK kelompok

Prosedur

penilaian

Penilaian proses

Skor akhir

Hasil belajar

meningkat

Penilaian hasil belajar

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8155/2/T1_292009197_BAB II.pdf · IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

36

2.4 Hipotesis tindakan

Hipotesis dimaksudkan sebagai jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang

terkumpul. Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir. Hipotesa

tindakan yang diajukan dalam skripsi ini adalah“ Melalui pendekatan inkuiri

dengan metode mind mapping dan model Think Pair Share diduga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas 5 di SD

Negeri 02 Kupen Temanggung semester 2 tahun ajaran 2012/ 2013”.