Upload
nguyentuyen
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Mata pelajaran IPS
Kedudukan IPS pada jenjang SD/MI sangat penting karena Pada mata
pelajaran IPS siswa mempelajari mengenai kegiatan manusia baik individu
maupun kelompok yang sering disebut dengan masyarakat. Karena itu sangat
penting untuk diajarkan pada jenjang SD/MI agar siswa lebih dapat hidup
bermasyarakat yang diajarkan sejak dini, selain itu IPS di SD/MI merupakan dasar
untuk dapat menguasai pembelajaran IPS pada jenjang selanjutnya.
Standar isi ( 2006 ) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu
mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai
SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran
IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata
pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara
Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta
damai.
Ilmu sosial lebih menekankan pada program disiplin ilmu sosial. Program
ini banyak dikembangkan di sekolah- sekolah terutama seekolah Dasar, tujuanya
agar menjadikan peserta didik yang peduli terhadap lingkungan sosialnya. Untuk
membangun generasi muda yang peka terhadap masalah sosial dalam
kehidupannya, maka perlu pendidikan yang tidak hanya membekali sekedar
pengetahuan secara keilmuan, namun juga aplikasi atas pengetahuan yang
diperoleh dalam kehidupan sehari- hari. Oleh karena itu sangat penting di
terapkan pendidikan IPS sejak dini.
Masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat
karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat.
Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial
masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata
pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses
pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di
masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan
memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang
berkaitan( KTSP 2006 ).
9
Standar isi ( 2006 ) Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan
global.
Sejalan dengan tujuan tersebut, Gunawan Rudy ( 2011 : 37 ) juga
menyebutkan bahwa pembelajaran IPS di SD bertujuan membentuk warga negara yang
berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri ditengah- tengah kekuatan
fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan
bertanggung jawab.
Tujuan pembelajaran IPS bertumpu pada tujuan yang lebih tinggi. Secara
hirarki, tujuan pendidikan nasional pada tataran operasional dijabarkan dalam
tujuan institusional tiap jenis dan jenjang pendidikan. Selanjutnya pencapaian
tujuan institusional ini secara praktis dijabarkan dalam tujuan kurikuler atau
tujuan mata pelajaran pada setiap bidang studi dalam kurikulum, termasuk bidang
studi IPS. Akhirnya tujuan kurikuler secara praktis operasional dijabarkan dalam
tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran.
Gunawan Rudy ( 2011 : 40 ) juga memaparkan Tujuan kurikuler IPS yang
merupakan penjabaran lebih lanjut dan tujuan institusional dan tujuan pendidikan
nasional secara keseluruhan ialah :
1. membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna
dalam kehidupan masyarakat;
2. membekali peserta didik dengan kemapuan mengidentifikasi,
menganalisa dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang
terjadi dalam kehidupan di masyarakat.
3. membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan
sesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta
berbagai keahlian.
4. membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif,
dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian
kehidupannya yang tidak terpisahkan.
10
5. membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan
pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembagan
kehidupan,
perkembangan masyarakat, dan perkembangan ilmu dan teknologi.
Berdasarkan pada tujuan-tujuan yang telah dijelaskan oleh para ahli, dapat
disimpulkan bahwa tujuaan pembelajaran IPS adalah untuk mengenal konsep
yang berkaitan dengan masyarakat, untuk membekali peserta didik dengan
pengetahuan sosial dan memiliki kemampuan untuk berfikir logis, kritis, inkuiri,
rasa ingiun tahu, serta memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi dan
berkomunikasi dengan masyarakat, sehingga dapat membentuk warga negara
yang berkemampuan sosial.
Standar isi (2006) Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek
sebagai berikut:
1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan
2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan
3. Sistem Sosial dan Budaya
4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan
Sesuai dengan Standar Isi (2006), berikut ini disajikan standar kompetensi
dan kompetensi dasar IPS di Sekolah Dasar Kelas 5 Semester 2.
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Menghargai peranan tokoh pejuang
dan masyarakat dalam mempersiapkan
dan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia
2.2 Menghargai jasa dan peranan
tokoh perjuangan dalam mem-
persiapkan kemerdekaan
Indonesia .
2.3 Menghargai jasa dan peranan
tokoh perjuangan dalam mem-
proklamasikan kemerdekaan
Indonesia
2.4 Menghargai perjuangan para
tokoh dalam mempertahankan
kemerdekaan.
11
2.1.2 Pendekatan Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri merupakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (
student centered ), dalam arti guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator.
Dalam pembelajaran ini, siswa diharapkan mempunyai keberanian untuk
mengajukan pertanyaan, merespon masalah, dan berfikir untuk memecahkan
masalah atau menemukan jawaban melalui penyelidikan.
Menurut Hamruni ( 2011 : 88 ), pembelajaran inkuiri adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan
analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Sejalan dengan Hamruni, Maylanny Christine (2009 : 28 )
memaparkan bahwa pendekatan inkuiri merupakan pendekatan mengajar yang
mengembangkan cara pikir ilmiah. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih
banyak belajar sendiri dan kreatif. Siswa betul – betul ditempatkan sebagai
pembelajar bukan sebagai pendengar di dalam kelas. Sehingga Iru La, dan La Ode
Safiun Arihi ( 2012 : 15 ) juga menjelaskan melakukan inkuiri berarti melibatkan
diri dalam tanya jawab, mencari informasi dan melakukan penyelidikan.
Pendekatan inkuiri dlam proses pembelajaran merupakan pendekatan yang
melibatkan siswa dalam tanya jawab, mencari informasi dan melakukan
penyelidikan.
Berdasarkan penjelasan dari para ahli yang telah dipaparkan, maka dapat
disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran inkuiri adalah pendekatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis, analisis, serta
ilmiah yang melibatkan siswa untuk mencari informasi , melakukan penyelidikan ,
dan menemukan sendiri jawaban dari masalah yang dipertanyakan.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri memiliki langkah-
langkah tertentu, seperti pendapat Hamruni ( 2011 : 95 ) menyebutkan bahwa
Langkah- langkah kegiatan dalam inkuiri adalah :
1. Orientasi, langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang
responsif.
2. Merumuskan masalah, merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka- teki.
3. Mengajukan hipotesis, jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji.
12
4. Mengumpulkan data, menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan.
5. Menguji hipotesis, proses menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data.
6. Merumuskan kesimpulan, proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Menurut hamruni ini langkah awal yaitu dengan orientasi dimana guru
harus mempersiapkan kondisi kelas, agar siswa merasa siap untuk melakukan
proses pembelajaran, selanjutnya siswa diberikan suatu permasalahan yang harus
dipecahkan. Sebelum menuju pengumpulan data, siswa harus merumuskan
hipotesis atau jawaban sementara.Setelah data terkumpul siswa harus menguji
hipotesis yang telah dirumuskan siswa dan terakhir yaitu merumuskan
kesimpulan. Berbeda dengan hamruni, Trianto (2009 : 114 ) menyebutkan
langkah- langkah kegiatan dalam inkuiri adalah :
1. Merumuskan masalah
2. Mengamati atau melakukan observasi
3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, tabel,
dan karya lainnya.
4. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman
sekelas, guru, atau audiensi yang lain.
Menurut Trianto, langkah dalam pembelajaran inkuiri sedikit berbeda
dengan Hamruni. Perbedaannya terletak pada awal kegiatan dan akhir kegiatan.
Dalam awal kegiatan guru tidak melakukan orientasi terlebih dahulu. Dalam
kegiatan pembelajaran, langsung dihadapkan pada suatu permasalahan yang harus
ditanggapi siswa, setelah itu siswa mengamati dan melakukan observasi dan
menyajikannya dalam bentuk tulisan, gambar, laporan, tabel, atau karya lain, dan
dikomunikasikan pada teman sekelas. Sejalan dengan Trianto, Maylanni Christine
( 2009 : 29 ) menjelaskan ada 5 tahap dalam melaksanakan pendekatan inkuiri
adalah :
1. Merumuskan masalah untuk dipecahkan siswa
2. Menetapkan jawaban sementara
3. Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab
hipotesis
13
4. Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi
5. Mengaplikasikan generalisasi dalam situasi baru.
Menurut maylanni, kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa diawali
dengan merumuskan masalah dilanjutkan dengan menetapkan jawaban sementara
dan mencari informasi berupa data atau fakta yanng diperlukan untuk menjawab
hipotesis. Selanjutnya siswa menarik kesimpulan dan mengaplikasikan dalam
situasi yang baru.
Menurut pendapat dari para ahli, dapat disimpulkan langkah- langkah
pendekatan inkuiri adalah :
1. Orientasi, langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang
responsif
2. Merumuskan masalah, merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka- teki.
3. Mengajukan hipotesis, jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji.
4. Mengumpulkan data,menjaring informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan.
5. Menganalisis data dan menyajikan dalam bentuk tulisan, gambar,
laporan, tabel dan karya lainnya.
6. Menarik kesimpulan jawaban
7. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman
sekelas, guru, atau audiensi lainnya.
2.1.3 Metode Pembelajaran Mind Mapping
Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-
an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind mapping
memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar
dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk
memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara ide
tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang
dimiliki. Bentuk diagram dalam metode mind mapping dapat berbentuk diagram
14
pohon dengan percabangannya, yang dapat memudahkan untuk mereferensikan
satu informasi kepada informasi yang lain.
Menurut Suyatno ( 2009 : 99 ) mind mapping adalah metode atau cara
untuk menempatkan informasi kedalam otak dan mengambil informasi keluar dari
otak yang merupakan cara mencatat yang kreatif dan efektif. Sama halnya Toni
Buzan ( 2007 : 4 ) menjelaskan bahwa, mind mapping adalah cara termudah untuk
menempatkan informasi kedalam otak dan mengambil informasi ke luar dari
otak. mind mapp adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah
akan memetakan pikiran- pikiran kita. Sehingga Dananjaya Utomo ( 2010: 71 )
dalam bukunya juga memaparkan bahwa mind mapping dimulai dari sebuah topik
yang berada di tengah kertas, kemudian sub- topik disusun secara acak, tapi wajib
mengelilingi topik utama yang berada di tengah- tengah kertas. Mind mapping
mengikuti pola otak dalam menjabarkan informasi.
Metode mind mapping akan mempermudah dalam mengingat atau mengulang
kembali dalam mengontruksi pengetahuan. Belajar sebagai suatu proses
konstruksi pengetahuan memerlukan teknik untuk meringkas bahan yang
dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi kedalam bentuk mind
mapp agar waktu belajar menjadi lebih efektif dan efisien
Berdasarkan paparan dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa metode
mind mapping adalah cara untuk mendapatkan informasi kedalam otak dan
mengambil informasi keluar otak, yang dimulai dari sebuah topik yang berada di
tengah sebagai topik utama dan sub- topiknya disusun secara acak mengelilingi
topik utama.
Mind Mapping merupakan metode belajar yang sangat tepat untuk
diterapkan pada siswa SD. Teknik ini mencakup 3 strategi dalam belajar yaitu
mencatat, meringkas (merangkum) dan menghafal. Selain itu, pada aplikasinya
dalam mind mapping digunakan gambar- gambar, simbol, atau tulisan dengan
warna- warni sehingga siswa tertarik untuk membuat dan memudahkan siswa
untuk menghafal. Jika dilakukan dengan benar teknik Mind Mapping dapat
menghemat waktu anak dalam belajar.
15
Metode pembelajaran mind mapping memiliki langkah- langkah
pembelajaran. Seperti pendapat Hanafiah ( 2009 : 46 ) Langkah- langkah
penggunaan Metode pembelajaran mind mapping dalam kegiatan pembelajaran
adalah sebagai berikut :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi
oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif
jawaban
3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil
diskusi
5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil
diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan
sesuai kebutuhan guru
6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau
guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru
Menurut Hanafiah, langkah pertama dalam kegiatan pembelajaran ini,guru
menyampaikan kompetensi yang akan dicapai, sehingga siswa tahu tujuan
pembelajaran yang akan didapatkan siswa, selanjutnya guru mengemukakan
konsep atau permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa,dan membentuk siswa
dalam kelompok belajar dimana siswa bersama kelompoknya bersama- sama
menanggapi masalah yang diberikan oleh guru. Selanjutnya siswa mencatat
alternatif jawaban dari hasil diskusi kelompoknya, serta membacakan hasil
diskusinya di depan teman- teman kelompok yang lain. Setelah semua kelompok
membacakan hasil diskusi, maka bersama- sama menyimpulkan konsep yang
telah diberikan oleh guru. Bakharudin ( 2012 ) juga menyebutkan langkah-
langkah metode pembelajaran mind mapping adalah sebagai berikut :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Guru mengemukakan konsep/ permasalahan yang akan ditanggapi oleh
siswa , sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban. 3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-5 orang. 4. Tiap kelompok menginventarisasi/ mencatat alternatif jawaban hasil
diskusi. 5. Tiap kelompok membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan
mengelompokkan sesuai kebutuhan guru. 6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru
memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.
16
Langkah- langkah pembelajaran yang disampaikan oleh Bakhrodin ini,
hampir sama dengan yang dipaparkan oleh Hanafiah, yaitu guru menyampaikan
kompetensi yang ingin dicapai, dilanjutkan dengan pemberian permasalahan yang
akan ditanggapi oleh siswa, membetuk kelompok, siswa bersama dengan
kelompoknya mencatat hasil diskusi dan mempresentasikannya di depan teman-
teman kelompok lain, serta bersama- sama menyimpulkan kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan pendapat dari para ahli, dapat di simpulkan langkah- langkah
penerapan metode mind mapping adalah :
1. Guru menyampaikan informasi yang akan dicapai
2. Guru mengemukakan konsep atau permasalahan yang akan ditanggapi
siswa
3. Membentuk kelompok dengan anggota 2- 5orang
4. Tiap kelompok mencatat alternatif jawaban.
5. Tiap kelompok membaca hasil diskusinya dan guru mencatat dipapan tulis
6. Siswa menyimpulkan atau membandingkan hasil presentasi.
Langkah pembelajaran metode mind mapping yang disimpulkan dimulai
dari guru menyampaikan informasi mengenai tujuan pembelajaran, dilanjutkan
pemberian suatu permasalahan yang harus ditanggapi dan dipecahkan oleh peserta
didik secara berkelompok dan setiap kelompok wajib mencatat alternatif jawaban
dengan mind mapp yang nantinya harus di presentasikan didepan teman- teman
satu kelas, serta menarik kesimpulan bersama- sama.
2.1.4 Model Pembelajaran Think Pair Share
Think pair share atau berpikir berpasangan berbagi merupakan model
pembelajaran cooperative yang di rancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa. Dengan model pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk berinteraksi
dengan teman yang lain.
17
Suyatno ( 2009 : 54 ) menyatakan banwa think pair share merupakan
pembelajaran kooperatif yang memiliki prosedur ditetapkan secara eksplisit
memberikan waktu lebih banyak kepada siswa untuk memikirkan secara
mendalam tentang apa yang dijelaskan atau dialami ( berfikir, menjawab, dan
saling membantu satu sama lain) begitu pula dengan Trianto ( 2009 : 81 ) juga
menyatakan bahwa think pair share merupakan jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Sehingga Iru La, dan
Arihi la ode Safiun (2012 : 60 ) memaparkan bahwa think pair share merupakan
suatu cara untuk membuat variasi suasana pola diskusi dikelas.Think Pair Share
dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir , untuk merespon dan saling
membantu.
Suprijono Agus ( 2009 : 91 ) menjelaskan bahwa seperti namanya
thinking, pembelajaran di diawali dengan guru memberi pertanyaan dan memberi
kesempatan kepada para siswa untuk memikirkan jawabannya. Selanjutnya
pairing guru meminta siswa berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa
untuk berdiskusi. Selanjutnya hasilnya dibicarakan dengan seluruh kelas.
Dari penjelasan para ahli, dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran
Think Pair Share merupakan model pembelajaran kooperatif yang dirancang dan
memiliki prosedur untuk memengaruhi pola interaksi siswa sehingga dapat
membuat variasi suasana diskusi kelas dengan berpikir berpasangan dan
dilanjutkan dengan diskusi dengan seluruh kelas.
Think pair share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu
tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di
Universitas Maryland.
Trianto ( 2009 : 81 ) menjelaskan langkah- langkah model pembelajaran
Think Pair Share adalah sebagai berikut :
a. langkah 1 : berfikir ( thinking )
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan
pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu kepada siswa untuk
berfikir beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban atau masalah.
b. langkah 2 : berpasangan ( pairing )
18
selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa
yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat
menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan
gagasan apabila suatu masalah khusus yang didefinisikan.
c. langkah 3 : Berbagi ( Share )
pada langkah akhir, guru meminta pasangan- pasangan untuk berbagi
dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.
Menurut Trianto, langkah awal yang dilakukan dalam pembelajaran ini
adalah dengan guru memberikan suatu permasalahan yang harus dipecahkan
siswa, dan memberikan siswa kesempatan untuk berfikir secara individual.
Selanjutnya guru meminta siswa secara berpasangan dan mendiskusikan
mengenai apa yang telah mereka peroleh. Dan langkah terakhir yaitu guru
meminta pasangan untuk berbagi atau berdiskusi di depan kelas. Samahalnya
dengan Trianto, Iru La dan Arihi la ode Safiun (2012 : 60 ) juga memaparkan
langkah- langkah pembelajaran think pair share adalah sebagai berikut ;
1. langkah 1 ( Thinking ): Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah
yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu
kepada siswa untuk berfikir beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban
atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau
mengerjakanbukan bagian dari berfikir.
2. Langkah 2 ( Pairing ): Guru meminta siswa untuk berpasangan dan
mendiskusikan apa yang mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang
disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan
atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang
diindentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5
menit untuk berpasangan.
3. Langkah 3 ( Sharing ): pada langkah akhir, guru meminta pasangan-
pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka
bicarakan.
Menurut Iru La dan Arihi la ode Safiun, langkah pembelajaran think pair
share ini sama dengan yang dikemukakan oleh Trianto, yaitu dengan langkah
19
awal yang dilakukan dalam pembelajaran ini adalah dengan guru memberikan
suatu permasalahan yang harus dipecahkan siswa, dan memberikan siswa
kesempatan untuk berfikir secara individual. Selanjutnya guru meminta siswa
secara berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah mereka
peroleh. Dan langkah terakhir yaitu guru meminta pasangan untuk berbagi
atau berdiskusi di depan kelas.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan langkah pembelajaran think
pair share adalah :
1. Langkah 1 ( Thinking ): Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah
yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu
kepada siswa untuk berfikir beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban
atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau
mengerjakanbukan bagian dari berfikir.
2. Langkah 2 ( Pairing ): Guru meminta siswa untuk berpasangan dan
mendiskusikan apa yang mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang
disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan
atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang
diindentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5
menit untuk berpasangan.
3. Langkah 3 ( Sharing ): pada langkah akhir, guru meminta pasangan-
pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka
bicarakan.
Langkah pembelajaran ini diawali dengan guru memberikan suatu
permasalahan yang akan ditangapi oleh siswa yang berkaitan dengan pelajaran
dan memberikan kesempatan pada siswa untuk berfikir secara individu yang
selanjutnya didiskusikan secara berpasangan dengan waktu tidak lebih dari 4- 5
menit. Dengan langkah akhir yaitu berbagi dengan keseluruhan kelas.
Berdasarkan langkah- langkah Pendekatan Inkuiri dan metode mind
mapping serta think pair share yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan
langkah- langkah pendekatan inkuiri dengan metode mind mapping dan think pair
share adalah sebagai berikut :
20
1. Orientasi dan guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai
2. Membentuk kelompok berpasangan
3. Merumuskan masalah dengan kelompok pasangan
4. Berbagi ( share ) dengan teman kelas mengenai rumusan masalah
5. Membentuk kelompok yang anggotanya 2- 5 orang
6. Mengajukan hipotesis/ jawaban sementara
7. Mengumpulkan data, menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis
8. Menarik kesimpulan dari data yang telah di dapatkan
9. Menganalisis dan menyajikan hasil karya dalam bentuk mind mapping.
10. Menyajikan hasil didepan teman- teman kelas.
2.1.4 Hasil belajar
Suprijono Agus ( 2009 : 5 ) mengatakan bahwa hasil belajar adalah pola-
pola perbuatan, nilai- nilai, pengertian- pengertian, sikap- sikap, apresiasi dan
keterampilan. Sementara itu sudjana ( 2010 : 22 ) berpendapat hasil belajar
adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Horward kingsley membagi tiga macam hasil belajar,
yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, ( b) pengetahuan dan pengertian, ( c) sikap
dan cita- cita. Berbeda dengan itu Sutratinah Tirtonegoro ( Dalam Ifan Mustika,
2011 ) mengatakan bahwa hasil belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan
belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol- simbol, angka- angka, huruf- huruf,
atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap
peserta didik dalam periode tertentu. Begitupula dengan Sukmadinata ( dalam
Supiyah, 2012 ) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan realisasi atau
pemekaran dari kecakapan- kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki
seseorang. Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya baik
perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir, maupun
motorik.
Berdasarkan dari pengertian para ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang merupakan realisasi
21
atau pemekaran kecakapan- kecakapan potensial, pola- pola perbuatan,
pengertian- pengertian, sikap- sikap, serta kempuan yang dimiliki seseorang
setelah ia menerima pengalaman belajarnya yang dinyatakan dalam bentuk
simbol- simbol, angka- angkat, huruf- huruf, atau kalimat yang mencangkup
kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotorik.
Guru harus memiliki pedoman untuk dijadikan pegangan ketika guru akan
memberikan soal untuk mengetahui hasil belajar. Yang harus guru lakukan yaitu
dengan menggunakan perinsip evaluai pembelajaran. Perinsip tersebut antara lain:
Menurut Wardani Naniek Sulistya,dan Slameto ( 20012 : 7- 8 ) menjelaskan
bahwa prinsip evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Komprehensif ( menyeluruh )
Evaluasi hasil belajar peserta didik hendaknya dilaksanakan secara
menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup seluruh domain aspek
kognitif, psikomotorik, dan afektif, atau nilai dan keterampilan, serta
materi secara representatif, sehingga hasilnya dapai di integrasikan
dengan baik.
2. Berorientasi pada kompetensi
Dalam Kurikulum Satuan Pendidikan ( KTSP ), evaluasi harus
berorientasi pada pencapaian kompetensi ( rangkaian kemempuan ),
bukan pada penguasaan materi.
3. Terbuka, Adil, dan Obyektif
Prosedur evaluasi , kriteria evaluasi, dan penganbilan keputusan
hendaknya diketahui oleh pihak yang berkepentingan, sehingga terbuka
bagi berbagai kalangan ( stakeholders ) baik langsung maupun tidak
langsung.
4. Berkesinambungan
Evaluasi yang berikan oleh guru didalam kelas secara terus
menerus mulai dari memberi PR, latihan, ulangan, ulangan umum
bersama, dan ujian akhir secara berkesinambungan, direncanakan melalui
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ), bertahap dari
minggu ke minggu, bulan dan semester, teratur dari waktu ke waktu,
yang kesemuanya itu untuk mengetahui secara menyeluruh
perkembangan kemajuan belajar peserta didik.
5. Bermakna
Evaluasi diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi
semua pihak. Untuk itu, evaluasi hendaknya dapat ditindaklanjuti oleh
pihak- pihak yang berkepentingan.
6. Terpadu, sistematis, dan menggunakan acuan kriteria
Pelaksanaan evaluasi merupakan komponen yang tidak terpisahkan
dari kegiatan pembelajaran dan dilakukan secara berencana dan bertahap
22
dengan mengikuti langkah- langkah yang baku, serta mendasarkan pada
ukuran kompetensi yang ditetapkan.
7. Mendidik dan akuntabel
Evaluasi dilakukan untuk mendeferensiasi peserta didik, sehingga
dapat diketahui kemajuan tingkat kompetensi peserta didik. Evaluasi
yang mendidik mampu memberikan sumbangan positif setiap motivasi
peningkatan pencapaian hasil belajar. Pada akhirnya, proses dan hasil
evaluasi dapat dijadikan dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran
bagi guru, meningkatkan kwalitas belajar dan membina peserta didik
agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Pelaksanaan evaluasi dapat
dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun
hasilnya.
Tujuan untuk melakukan suatu penilaian hasil belajar, dapat dilihat melalui
3ranah. Seperti yang dijelaskan oleh Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin
Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi 3 ranah, yaitu ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Ella (2004: 59)
1. Ranah Kognitif
Pada ranah kognitif terdapat enam aspek, yaitu :
a. Pengetahuan (C1), didefinisikann sebagai ingatan terhadap hal-hal
yan telah dipelajari sebelumnya. Hal ini termasuk mengingat
bahan-bahan, benda-benda, fakta, gejala, dan teori. Hasil belajar
dari pengetahuan merupakan tingkatan rendah.
b. Pemahaman (C2), didefinisikan sebagai kemampuan untuk
memahami materi bahan. Hasil belajar dari pemahaman lebih maju
dari ingatan sederhana, hafalan, atau pengetahuan tingkat rendah.
c. Penerapan (C3), merupakan kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari dan dipahami ke dalam situasi konkret,
nyata, atau baru. Hasil belajar untuk kemampuan menerapkan ini
tingkatannya lebih tinggi dari pemahaman.
d. Analisis (C4), merupakan kemampuan untuk menguraikan lebih
materi ke dalam bagian-bagian atau yang lebih terstruktur dan
mudah dimengerti. Hasil belajar analisis merupakan tingkatan
kognitif yang lebih tinggi dari kemampuan memahami dan
menerapkan.
e. Sintensis (C5), merupakan kemampuan untuk mengumpulkan
bagian-bagian menjadi suatu bentuk yang utuh dan menyeluruh.
Hasil belajar sintesis menekankan pada perilaku kreatif denagn
mengutamakan perumusan pola atau struktur baru dan unik.
f. Penilaian (C6), merupakan kemampuan untuk memperkirakan dan
menguji nilai suatu materi untuk tujuan tertentu. Hasil belajar
penilaian merupakan tingkatan kognitif paling tinggi sebab berisi
unsur-unsur dari semua kategori, termasuk kesadaran untuk
melakukan pengujian yang sarat nilai dan kejelasan kriteria.
23
2. Ranah afektif
Menurut Ella(2004: 62) ada 5 tingakatan dalam ranah afektif ini,
yaitu:
a. Penerimaan, yaitu kesadaran atau kepekaan yang disertai keinginan
untuk bertoleransi terhadap suatu gagasan, benda, atau gejala. Hasil
belajar penerimaan merupakan pemilikan kemampuan untuk
membedakan dan menerima perbedaan.
b. Respon atau jawaban, merupakan kemampuan menerima
tanggapan terhadap suatu gagasan, benda, bahan, atau gejala
tertentu. Hasil belajar penanggapan merupakan suatu komitmen
untuk berperan serta berdasarkan penerimaan.
c. Penilaian, merupakan kemampuan memberikan penilaian terhadap
gagasan, benda, bahan, atau gejala. Hasil belajar penilaian
merupakan keinginan untuk diterima, diperhitugkan, dan dinilai
orang lain.
d. Pengelolaan atau pengaturan, merupakan kemampuan mengelola
berhubungan dengan tindakan penilaian dan perhitungan yang telah
dimiliki. Hasil belajarnya merupakan kemampuan mengatur dan
mengelola sesuatu secara harmonis dan konsisten berdasarkan
pemilikan filosofi yang dihayati.
e. Bermuatan nilai, merupakan tindakan puncak dalam perwujudan
perilaku seseorang yang secara konsisten sejalan dengan nilai atau
seperangkat nilai-nilai yang dihayatinya secara mendalam. Hasil
belajarnya merupakan perilaku seimbang, harmonis dan
bertanggung jawab dengan standar nilai yang tinggi.
3. Ranah Psikomotorik
Ella (2004: 63), hasil belajar psikomorik tampak dalam bentuk
ketrampilan (skill). Tingkatan ranah psikomotorik yaitu :
a. Gerakan refleks, merupakan tindakan yang ditunjukkan tanpa
belajar dalam menanggapi stimulus.
b. Gerakan dasar, merupakan pola gerakan yang diwarisi yang
terbentuk berdasarkan campuran gerakan refleks dan gerakan yang
lebih kompleks.
c. Gerakan tanggapan (perceptual), merupakan penafsiran terhadap
segala rangsang yang membuat seseorang mampu menyesuaikan
diri terhadap lingkungan.
d. Kegiatan fisik,merupakan kegiatan yang memerlukan kekuatan
otot, kekuatan mental, ketahanan, kecerdasan, kegesitan, dan
kekuatan suara.
e. Komunikasi tidak berwacana, merupakan komunikasi melalui
gerakan tubuh. Gerakan tubuh ini meretang dari ekspresi mimik
muka sampai dengan gerakan koreografi yang rumit.
Berdasarkan uraian yang di jelaskan, Hasil belajar siswa meliputi tiga
aspek, yaitu aspek kognitif, aspek aspek afektif dan aspek psikomotorik. Aspek
24
kognitif, kemampuan kognitif yang meliputi : pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Sementara Aspek afektif, kemempuan
afektif meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap,
organisasi, dan pembentukan pola hidup. Dan aspek psikomotorik, kemampuan
psikomotorik meliputi : persepsi, persiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa,
gerakan kompleks, gerakan penyesuaian dan kreatifitas.
Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria
dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh
dari aktivitas pengukuran. Dalam dunia pendidikan, instrumen yang sering
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dapat di bedakan menjadi 2 teknik
yaitu teknik tes dan non tes seperti lembar soal tes, lembar observasi, panduan
wawancara, skala sikap, dan angket.
1. Teknik test
Wardani Naniek Sulistya, dan Slameto ( 2012 : 10 ) menjelaskan
tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk
memperolehinformasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang
setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang
dianggap benar ( Suryanto Adi, dkk.,2009 ).
Menurut Sudijono Anas ( 1995 : 67 ) secara umum ada dua macam
fungsi yang dimiliki oleh tes :
b. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini
tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang
telah dicapai oleh peserta didik setelah menempuh proses belajar
mengajar dalam jangka waktu tertentu.
c. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab
melalui tes akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program
pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.
Tes merupakan alat ukur yang dirancang oleh guru untuk
mengukur kemampuan siswa setelah melakukan kegiatan belajar mengajar
didalam kelas. Dengan teknik ini guru akan dapat mengetauhui bagaimana
25
penguasaan yang dimiliki siswa dalam pembelajaran yang diberikan oleh
guru.
Menurut Wardani Nanik Sulistya ( 2012 : 144- 145 ) Tes dalam
cara mengerjakannya dibedakan menjadi 3, yaitu tes tertulis, tes lisan, dan
tes tindakan.
1. Tes tertulis
Tes yang soalnya harus dijawab peserta didik dengan
memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara umum dapat
dikelompokkan menjadi 2 :
a. Tes obyektif, ada pilihan ganda, jawaban singkat, atau isian,
benar salah, dan bentuk menjodohkan.
b. Tes uraian, yang terbagi atas tes uraian objektif ( penskorannya
dapat dilakukan secara objektif ) dan tes uraian non objektif(
penskorannya sulit dilakukan secara objektif )
2. Tes lisan
Tes lisan adalah tes yang pelaksanannya dilakukan dengan
tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik
dengan tujuan untuk melakukan pengukuran atau skor.
3. Tes perbuatan
Tes perbuatan adalah tes yang penugasannya disampaikan
dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya
dinyatakan dalam perbuatan atau unjuk kerja.
Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil
belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan
penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pengajaran, bukan hanya itu saja tes dapat pula digunakan untuk
mengukur atau menilai hasil belajar bidang afektif dan psikomotoris yang
dapat dilakukan dalam bentuk tertulis, lisan, ataupun perbuatan.
2. Teknik nontes
Wardani Naniek Sulistya, dan Slameto ( 2012 : 11- 12 )
menjelaskan bahwa teknik nontes berisi pertanyaan atau pernyataan yang
tidak memiliki jawaban benar atau salah. Selain teknik tes, teknik ini juga
penting untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam ranah afektif dan
psikomotorik. Ada beberapa macam teknik non tes menurut sudijono Anas
( 1995 : 76 ), yaitu :
26
1. Pengamatan ( observasi )
Observasi adalah cara menghimpun bahan- bahan
keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena- fenomena yang
sedang dijadikan sasaran pengamatan.
2. Wawancara ( interview )
Cara menghimpun bahan- bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak,
berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah
dilakukan.
3. Menyebarkan angket ( quetionnaire )
Berbeda dengan wawancara dimana penilai berhadapan
secara langsung dengan peserta didik atau dengan pihak lainnya,
maka dengan penggunaan angket, pengumpulan data sebagai
penilaian hasil belajar jauh lebih praktis, menghemat waktu dan
tenaga.
4. Meneliti dokumen- dokumen ( documentary analysis )
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan, atau keberhasilan
belajar peserta didik tanpa menguji, juga dapat dilengkapi atau
diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-
dokumen.
Sementara menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk ( 2012 : 73) ada
beberapa macam teknik non tes, beberapa diantaranya dalah :
1. Unjuk kerja adalah suatu penilaian atau pengukuran yang dilakukan
melalui pengamatan aktivitas peserta didik dalam melakukan sesuatu
yang berupa tingkah laku atau interaksinya seperti berbicara,
berpidato, membaca puisi, dan berdiskusi ; kemampuan peserta didik
dalam memecahkan masalah dalam kelompok- kelompok; partisipasi
peserta didik dalam berdiskusi ; keterampilan menari; keterampilan
memainkan alat musik; kemampuan berolah raga; keterampilan
menggunakan peralatan laboratorium; praktek sholat; bermain peran;
bernyanyi; dan keterampilan mengoperasikan suatu alat.
2. Penugasan adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang
mengandung penyelidikan yang harus selesai dalam waktu tertentu. 3. Tugas Individu adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas
kepada peserta didik yang dilakukan secara individu. 4. Tugas kelompok sama halnya dengan individu, namun dikerjakan
dengan berkelompok. Tugas ini diberikan untuk menilai kompetensi
kerja kelompok. 5. Laporan adalah penilaian yang berbentuk laporan atas tugas atau
pekerjaan yang diberikan seperti laporan diskusi, laporan kerja
praktik, laporan praktikum dan laporan pemantapan praktik lapangan.
6. Responsi atau ujian praktik adalah suatu penilaian yang dipakai
untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya.
27
7. Portofolio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan
peserta didik dalam satu periode tertentu.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat di simpulkan bawa
teknik non tes terdiri dari pengamatan, wawancara, angket, dokumen, unjuk
kerja, penugasan, laporan, responsi,dan portofolio. Dalam rangka
mengevaluasi hasil belajar peserta didik, dapat dilakukan bukan hanya
menggunakan teknik tes saja, namun teknik non tes juga penting dalam
rangka mengevaluasi hasil belajar, terutama dalam aspek afektif dan
psikomotorik.
2.2 Penelitian yang relevan
Hasil penelitian yang relevan dalam penelitian yang dapat peneliti
rangkum antara lain :
Wahyuningsih ( 2009 ) dengan judul “Penerapan Pendekatan Inkuiri
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa kelas 5 SDN 1 Badegan Kabupaten
Ponorogo oleh Wahyuningsih”. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Badegan
Kabupaten Ponorogo. Hasil observasi awal ditemukan bahwa pembelajaran IPA
materi pokok cahaya dansifat-sifatnya guru masih menggunakan metode ceramah.
Hasil belajar siswa rata-rata masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari
rata-rata hasil pratindakan,yaitu 45,74. belum mencapai ketuntasan belajar
individu yang ditetapkan yaitu75%. Berdasarkan hal tersebut maka dilaksanakan
pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan inkuiri melalui penelitian
tindakan kelas (PTK). Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan
penerapan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA materi pokok cahaya dan
sifat-sifatnya kelas 5 SDN 1 Badegan Kabupaten Ponorogo. (2) mendeskripsikan
aktivitas siswa dalam penerapan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA
materi pokok cahaya dan sifat-sifatnya kelas 5 SDN 1Badegan Kabupaten
Ponorogo, (3) mendeskripsikan penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi pokok cahaya dan sifat-
sifatnya kelas 5 SDN 1Badegan Kabupaten Ponorogo.
Rancangan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Langkah penelitian
28
tindakan kelas ini meliputi 2 siklus. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 5
SDN 1 Badegan Kabupaten Ponorogo sebanyak 30 siswa. Materi yang dibahas
adalah cahaya dan sifat-sifatnya. Instrumen yang digunakan adalah observasi,
wawancara, tes dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini terbukti
bahwa siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu siswa
dapat belajar mengalami langsung melalui percobaan. Selain itu penerapan
pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat
perolehan skor yang meningkat dari rata- rata sebelumnya yaitu 45,74 pada siklus
I meningkat menjadi 55,77 pada siklus II meningkat menjadi 71,6. Kelebihan
pada penelitian ini penelitian ini sudah dapat meningkatkan hasil belajar siswa
terbukti dengan perolehan nilai rata- rata siswa yang meningkat., namun
pendekatan pembelajaran ini dapat dikolaborasi dengan metode atau pembelajaran
yang variatif , contohnya mind mapping, sehingga hasil belajar siswa dapat lebih
meningkat lagi. Kelemahan dalam penelitian ini adalah standar KKM siklus
masih rendah terbukti dengan nilai rata- rata pada siklus II hanya 71, 16.
Sahaka, Danan Kholid ( 2008 ) juga melakukan penelitian dengan judul
“Penerapan Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa
Menggambar Ilustrasi Dengan Tema Benda Alam Pada Siswa Kelas IV SD Islam
Kota Blitar Kecamatan Kepanjen Kidul Kota Blitar” Pendekatan Inkuiri adalah
suatu proses penemuan dan penyelidikan masalah-masalah, menyusun hipotesa,
merencanakan eksperimen, mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan tentang
hasil pemecahan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang penerapan pendekatan inkuiri untuk meningkatkan kemampuan siswa
menggambar ilustrasi dengan tema benda alam pada siswa kelas IV SD Islam
Kota Blitar, kecamatan Kepanjenkidul kota Blitar. Desain Penelitian yang
digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari empat tahap yaitu (1)
perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Subjek penelitian adalah
siswa kelas IV SD Islam Kota Blitar. Instrumen pengumpulan data adalah
observasi, angket dan nilai hasil karya siswa.Hasil penelitian dari siklus I ke siklus
II menunjukkan adanya peningkatan dalam kemampuan siswa menggambar
29
ilustrasi dengan tema benda alam, dari 88,5% pada siklus I meningkat menjadi
93,2% pada siklus II. Dari hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa dengan
penerapan pendekatan Inkuiri dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menggambar ilustrasi dengan tema benda alam pada siswa kelas IV di SD Islam
Kota Blitar. Selanjutnya diharapkan guru dalam pembelajaran menerapkan
pendekatan inkuiri untuk meningkatan kualitas pembelajaran baik mata pelajaran
SBK atau yang lainnya. Kelebihan pendekatan inkuiri yang digunakan dalam
pembelajaran ini yaitu meningkatnya hasil belajar yang tinggi sebelum siklus
hingga siklus I ( 88,5 % ), namun pada siklus II hanya menjadi 93,2 %, itu artinya
peningkatan dari siklus I dan II hanya 4,7%, seharusnya dapat diterapkan lagi
pembelajaran pada siklus III, sehingga peningkatan belajar dapat 100 %.
Soliat, Fina Qorison ( 2011 )juga melaksanakan penelitian dengan judul
“Penggunaan Metode Mind Mapping Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Siswadalam Pembelajaran IPS Di Kelas IV SDN Sanggarwinaya” Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran IPS di kelas IV SDN Sanggarwinaya kec. Purwadadi Kab. Subang.
Setelah peneliti melakukan observasi awal, yakni dengan melakukan wawancara
dengan guru dan siswa, diperoleh data bahwa dalam pembelajaran IPS, pada
umumnya menuntut siswa untuk banyak mencatat dan menghafal yang
menyebabkan kurangnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS di kelas,
yang akhirnya akan berdampak pada menurunnya prestasi belajar siswa. Untuk
mengatasi permasalahan dalam penelitian ini, dilakukan penelitian tindakan kelas
model Kemmis dan Mc. Tagart, yang dimulai dari perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi tindakan yang kemudian akan
dijadikan pijakan perbaikan untuk siklus berikutnya. Yang dilakukan sebanyak
empat siklus. Siklus pertama diawali dengan kegiatan belajar mengajar, dalam
tahap ini, siswa dituntut untuk bekerja kelompok dalam pembuatan metode Mind
Mapping, dan berdiskusi dalam menentukan simbol atau gambar yang sesuai
dengan kata kunci yang terdapat pada cabang Mind Mapping, setelah kegiatan
belajar mengajar selesai, kemudian dilajutkan dengan kegiatan pengisian Posttest
dan angket siswa yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
30
pembelajaran. Sedangkan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan pada siklus
II, III dan IV, pada dasarnya menggunakan tahapan yang sama pada siklus
pertama, yakni tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi, hanya
saja ada hal-hal yang kurang, maka akan diperbaiki pada siklus berikutnya.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar melalui
Posttest, lembar observasi siswa dan guru, Pedoman penilain Mind Mapping,
lembar wawancara dan angket siswa yang diisi pada setiap siklusnya. Dari
pengolahan nilai Posttest siklus IV, diperoleh peningkatan prestasi belajar bila
dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya yakni sebagai berikut: terdapat 30
(93,7 %) siswa dikategorikan Baik Sekali, dan 2 siswa (6,3 %) siswa
dikategorikan Baik, dan tidak ada siswa yang dikategorikan Cukup, Kurang,
maupun Kurang Sekali. Peningkatan tersebut, diperoleh siswa setelah mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan metode Mind Mapping.
Kelebihan dri penelitian ini, penggunaan metode mind mapping yang dilakukan,
sudah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatannya sangat bagus,
hingga tidak ada siswa yang mendapat nilai kurang. Kekurangan dalam penelitian
ini adalah yang di upayakan yaitu prestasi belajar, seharusnya hasil belajar karena
mengukur prestasi belajar seharusnya bukan hanya melalui beberapa siklus,
namun dengan nilai- nilai yang siswa dapatkan setiap semester nya.
Pohwainyaan, Yanti Adriana ( 2012 ) juga melakukan penelitian dengan
judul “Meningkatkan hasil belajar melalui metode mind mapping pada
pembelajaran IPS siswa kelas IV di SDN Bendo 02 Kota Blitar oleh Yanti Adriana
Pohwainyaan” Hasil Observasi di lapangan, pembelajaran IPS dengan materi
perkembangan teknologi komunikasi pada kelas IV di SDN Bendo 2 masi bersifat
konvensional. Guru mendominasi kegiatan pembelajaran dengan metode ceramah
dan tidak memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi
pelajaran.sehingga siswa cenderung pasif saat pembelajaran. Aspek afektif
maupun psikomotor kurang dikembangkan. Sehingga hasil belajar kurang baik
dari 37 siswa yang nilai diatas KKM hanya 9 siswa jadi 28 siswa belum
tuntas.Tujuan penelitian ini untuk: (1) mendeskripsikan pembelajaran IPS melalui
metode pembelajaran Mind Mapping kelas IV SDN Bendo 02 Kota Blitar, (2)
31
mendeskripsikan peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Bendo 02
dengan menggunakan metode pembelajaran Mind Mapping. Metode Penelitian
ini menggunakan Penelitian Tindakan kelas. Subyek penelitian ini adalah 37
siswa. Instrumen penelitian ini meliputi lembar observasi, dan lembar tes. Teknik
analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data secara kualitatif.
Penelitian ini dilakukan 2 siklus dengan tahapan penelitian meliputi perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukan
adanya peningkatan dilihat pada siklus I ke siklus, dan siklus II, aktifitas siswa
meningkat sebesar 80% dengan kualifikasi baik. Buktinya siklus untuk pra
tindakan naik dari siklus I ke II naik. Hasil belajar siswa, siklus I ke siklus 2
meningkat sebesar 89% (33 siswa tuntas belajar) dan 4 siswa tidak tuntas belajar
karena kemampuan kurang. Kesimpulan penelitian bahwa penerapan metode
pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada
siswa pada pelajaran IPS. Dari 37 siswa, 33 siswa yang tuntas belajar dan 4 siswa
tidak tuntas karena kemampuan kurang. Kelebihan penelitian ini adalah
berhasilnya metode mind mapping dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa, namun masih terdapat 4 siswa yang tidak tuntas dalam belajar. Kelemahan
penelitian ini adalah tidak kondusifnya situasi belajar karena banyaknya peserta
didik yaitu 37 siswa, sehingga dalam penelitian terakhir yaitu siklus II, masih
terdapat siswayang tidak tuntas.
Herawan, Ivandra Bagus ( 2012 ) dengan judul “Upaya Meningkatkan
Minat dan Hasil Belajar Menggunakan Metode Pembelajaran Mind Mapping pada
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 09
Kutowinangun Salatiga Tahun 2011/2012.” Penelitian ini berangkat dari masalah
bahwa minat dan hasil belajar IPS sangat rendah. Hal ini disebabkan karena siswa
menganggap bahwa mata pelajaran ini susah karena bersifat hafalan, dan siswa
kurang memperhatikannya. Pelajaran IPS dipandang kurang penting, karena
selama ini metode pembelajaran masih bersifat konvensional dimana guru masih
dominan dan siswa dikondisikan untuk menghafal mata pelajaran. Padahal mata
pelajaran IPS memerlukan metode pembelajaran yang kreatif dan variatif yang
dapat memicu motivasi dan prestasi belajar siswa. Berdasar pada kenyataan
32
tersebut, maka peneliti menawarkan metode pembelajaran yang berbeda, dimana
harapannya adalah dengan metode ini dapat meningkatkan minat dan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPS. Karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah penggunaan metode mind mapping dapat meningkatkan minat
belajar dan hasil belajar pada siswa kelas IV SDN Kutowinangun 09 Salatiga
Tahun Pelajaran 2011/2012 sehingga mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM). Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2012 di SDN
Kutowinangun 09 Salatiga di kelas IV sebagai subjek penelitian. Pendekatan yang
digunakan ialah metode penelitian tindakan kelas (PTK), berlangsung 2 siklus
yang setiap siklusnya melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi,
metode observasi, dan metode tes. Metode analisis data penelitian menggunakan
analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan metode
mind mapping, ternyata dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Hal ini
dibuktikan dengan hasil penelitian tindakan yang menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan di setiap tindakan. Pada tindakan sebelum siklus terdapat 37,5% atau
9 anak yang tuntas, setelah dilakukan tindakan siklus I terjadi peningkatan
sebanyak 50% atau 12 anak. Peningkatan ini belum mencapai yang diharapkan
yaitu 70% dari jumlah siswa harus tuntas. Maka dilakukan tindakan siklus II dan
hasilnya terjadi peningkatan hasil belajar 100% atau 24 siswa. Berdasarkan hasil
penelitian ini disimpulkan bahwa metode mind mapping yang menekankan pada
pemaksimalan otak kiri dan otak kanan, terbukti dapat meningkatkan minat dan
hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Kutowinangun 09 Salatiga. Dengan
demikian, dapat disarankan bahwa metode ini dapat digunakan sebagai metode
pembelajaran yang dapat membantu menggali informasi siwa dan menunjang
keberhasilan belajar siswa. Kelebihan pada penelitian ini, bahwa metode
pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan minat siswa, sehingga hasil
belajar siswa tuntas 100% dalam arti penggunaan metode mind mapping dapat
merangsang seluruh siswa untuk meningkatkan minat belajar siswa, sehingga
hasil belajar siswa meningkat pula. Kelemahan dalam penelitian ini hanya
dilakukan dua siklus saja, seharusnya perlu dilakukan saju siklus tambahan untuk
33
memperkuat bahwa metode mind mapping benar- benar dapat meningkatkan hasil
belajar siswa jika di siklus yang terakhir mendapat hasil yang lebih tinggi dari
siklus selanjutnya.
Purwanti, Meilinda ( 2012 ) dengan judul “Penggunaan pembelajaraan
kooperatif model think pair share pada mata pelajaran IPS pokok bahasan
peristiwa proklamasi kemerdekaan indonesia untuk meningkatkan hasil belajar
siswa” Penelitian ini dilatarbelakangi dari rendahnya hasil nilai ulangan harian
IPS pada pokok bahasan Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia, hal
ini terbukti ketuntasan belajar baru mencapai 44% artinya rata-rata kelas masih
dibawah KKM yaitu 65, selain itu guru melaksanakan pembelajaran masih dengan
cara konvensional yaitu menggunakan metode ceramah dan siswa mencatat.
Penelitian ini ditujukan pada penggunan pembelajaran kooperatif model Think
Pair Share pada mata pelajaran IPS pokok bahasan peristiwa proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan
penelitian yang hendak dicapai adalah: (1) mengungkap bagaimana penerapan
pembelajaraan kooperatif model Think Pair Share dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa pada pokok bahasan Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
(2) mengungkap apakah model Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada pokok bahasan Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan mengadaptasi model Kemmis & Mc. Taggart dengan dua siklus, dan
setiap siklusnya dilakukan satu tindakan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
5 semester 2 SDN Cisalasih Lembang Kabupaten Bandung Barat yang berjumlah
28 orang. Hasil penelitian dengan menggunakan enam fase pembelajaran
kooperatif dan tiga tahap model Think Pair Share menunjukkan adanya
peningkatan aktivitas siswa, terlihat siswa sangat aktif dan senang belajar secara
individu maupun dalam kelompoknya masing-masing. Pada penelitian ini hasil
belajar siswa mengalami peningkatan. Tes akhir pada siklus I nilai rata-rata siswa
mencapai 64,64 dengan ketuntasan belajar 60,71%. Pada siklus II mengalami
peningkatan nilai rata-rata siswa menjadi 73,33 dengan ketuntasan belajar 88,88%
siswa yang mencapai KKM. Selain itu dari sikap dan kemampuan sosial siswa
34
mengalami peningkatan sebagian besar siswa menjadi lebih respon, lebih
perhatian, lebih antusias dan lebih kerjasama. Berdasarkan hasil penelitian di atas
dapat disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif model Think Pair
Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pokok
bahasan Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Adapun saran yang
hendak disampaikan, diharapkan guru-guru dapat mencoba menerapkan dan
mengembangkan model ini pada pelajaran IPS dalam pokok bahasan yang lainnya
sehingga siswa selalu termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran IPS selanjutnya.
Kelebihan dari penelitian ini adalah bukan hanya hasil belajar siswa yang
mengalami peningkatan, namun juga kemampuan sosial siswa dimana siswa
menjadi lebih respon, lebih perhatian, lebih antusias dan bekerjasama dalam suatu
pembelajaran. Sedangkan yang menjadi kelemahan penelitian ini adalah hasil
rata- rata akhir penelitian hanya mencapai 73,33. Seharusnya dapat dilakukan satu
siklus tambahan untuk membuktikan bahwa nilai siswa benar- benar meningkat
tinggi.
2.3 Kerangka Berpikir
Penggunaan pendekatan pembelajaran merupakan salah satu kunci
keberhasilan siswa untuk meraih hasil belahar yang memuaskan. Dalam
menggunakan pendekatan dan metode pembelajaran dalam mengajar akan
memacu siswa untuk lebih senang dan aktif di dalam kelas.
Hasil belajar siswa yang tinggi tidak akan tercapai bila siswa merasa bosan
dan tidak semangat untuk mengikuti pembelajaran didalam kelas. Siswa yang
cenderung tidak semangat dan kurangnya daya tarik dalam mengikuti
pembelajaran disebabkan karena cara mengajar guru yang tidak menggunakan
metode pembelajaran yang menarik dan melibatkan siswa dalam mengajar
didalam kelas.
Berdasarkan hal tersebut, di bawah ini disampaikan bentuk kerangka
pemikiran perbaikan bahan ajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
siswa kelas 5 SD Negeri 02 Kupen Pringsurat Temanggung semester 2 tahun
ajaran ajaran 2012/ 2013.
35
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir Pembelajaran IPS Melalui Pendekatan inkuiri
dengan metode mind mapping dan model TPS
Pembelajaran IPS:
KD 2.1 Perjuangan para tokoh pada masa penjajahan
Belanda dan Jepang
Pembelajaran tanpa pendekatan dan model pembelajaran.
Hanya digunakan metode ceramah
Tidak berorientasi kepada siswa
Hasil belajar belum
maksimal
Penggunaan pendekatan inkuiri-
metode mind mapping- model TPS
Menyimak materi KD 2.2
menghargai para tokoh dalam
mempersiapkan kemerdekaan
secara individu.( think )
Merumuskan masalah
berpasangan mengenai usaha-
usaha para tokoh dalam
mempersiapkan kemerdekaan
( pair )
Mengajukan hipotesis
mengenai usaha- usaha para
tokoh dalam mempersiapkan
kemerdekaan
Mengumpulkan data
mengenai usaha- usaha para
tokoh dalam mempersiapkan
kemerdekaan
Menarik kesimpulan mengenai
usaha- usaha para tokoh dalam
mempersiapkan kemerdekaan
Menyusun laporan dan membuat
mind mapping mengenai usaha-
usaha para tokoh dalam
mempersiapkan kemerdekaan
RUK Menyimak
RUK Berpasangan
RUK kelompok
Prosedur
penilaian
Penilaian proses
Skor akhir
Hasil belajar
meningkat
Penilaian hasil belajar
36
2.4 Hipotesis tindakan
Hipotesis dimaksudkan sebagai jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul. Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir. Hipotesa
tindakan yang diajukan dalam skripsi ini adalah“ Melalui pendekatan inkuiri
dengan metode mind mapping dan model Think Pair Share diduga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas 5 di SD
Negeri 02 Kupen Temanggung semester 2 tahun ajaran 2012/ 2013”.