26
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pelajaran Matematika Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2007), Matematika adalah bahasa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain. Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Pelajaran Matematika

Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2007), Matematika adalah bahasa

simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif ilmu

tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang

tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan

akhirnya ke dalil.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi

informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.

Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan

matematika yang kuat sejak dini.

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik

mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan

bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki

kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk

bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen ini

disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan

tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan

menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan

ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran

matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah

terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

8

penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu

dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika,

menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.

Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai

dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem).

Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap

dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan

pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan

komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.

Dari teori tersebut, matematika dinilai sebagai bahasa simbolis yang

berfungsi untuk mengekspresikan hubungan kuantitatifdan memiliki fungsi

teoritis sebagai upaya untuk memudahkan berpikir.Matematika juga merupakan

ilmu yang universal sebagai dasarperkembangan teknologi modern. Matematika

sebagai ilmu deduktif dengan pola objek tujuan abstrak yang bertumpu pada

kesepakatan, tetapi matematika juga tidak melupakan cara bernalar induktif.

Untuk itumatematika mempunyai peran penting guna memajukan daya pikir

manusia.Berdasarkan beberapa teori tersebut penulis menyimpulkan,matematika

merupakan salah satu mata pelajaran yang dinilai sebagaiilmu universal untuk

dasar perkembangan teknologi modern. Untuk itumatematika memiliki peran

penting guna memajukan daya pikir manusiakarena matematika sebagai dasar

perkembangan teknologi modern.

2.1.1.1 Pembelajaran Matematika di SD

UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan

bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Heruman (20013:1-2)

menyatakan dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan

objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra. Dalam pembelajaran

matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat

peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga

lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran pada fase

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

9

konkret dapat melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak,dan selajutnya

abstrak.

Kegiatan pembelajaran matematika berorientasi pada upaya menerapkan

cara berpikir matematik. Sejalan dengan itu, Dienes (Hudojo, 2003:83)

menyimpulkan bahwa belajar matematika melibatkan suatu struktur hirarki dari

konsep-konsep tingkat lebih tinggi yangdibentuk atas dasar apa yang telah

terbentuk sebelumnya. Menurut Heruman (2013:2) menyatakan bahwa dalam

matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera

diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa,

sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan

inilah,maka di perlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian,

tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah

dilupakan siswa.

Heruman (2013:2), merujuk pada berbagai pendapat para ahli matematika

SD dalam mengembangkan kreativitas dan kompetensisiswa, maka guru

hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien, sesuai dengan

kurikulum dan pola pikir siswa. Dalammengajarkan matematika, guru harus

memahami bahwa pemahamansetiap siswa berbeda-beda, serta tidak semua

menyenangi mata pelajaranmatematika. Heruman menambahkan, konsep-konsep

pada kurikulummatematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar,

yaitupenanaman konsep dasar (penanaman konsep), pemahaman konsep,

danpembinaan ketrampilan. Memang, tujuan akhir pembelajaran matematika SD

yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsepmatematika dalam

kehidupan sehari-hari.

Dari beberapa teori tersebut pembelajaran matematika merupakan proses

interaksi peserta didik menangkap materi matematika yang diajarkan oleh guru

atau melalui sumber belajar lainnya misalnya lingkungan. Kegiatan pembelajaran

yang berupaya menerapkan caraberpikir matematik dengan melibatkan struktur

tingkat hirarki dari konsep-konsep tingkat lebih tinggi yang dibentuknya atas

dasar yang sudah terbentuk sebelumnya.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

10

Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika merupakan proses interaksi peserta didik menangkap materi

matematika yang diajarkan oleh guru atau melalui sumber belajar lainnya.

Pembelajaran matematika yang abstrak atau yang baru dipahami oleh siswa, maka

diperlukan alat peraga untuk memperjelas apa yang dipelajari, dan siswa harus

terlibat dalam proses belajar. Selanjutnya guru perlu melakukan penguatan

sehingga apa yang diperoleh siswa melalui pemahamnaya sendiri dapat dipahami

dengan baik. Untuk itu penulis mencoba menggunakan Team Games Tournament,

yaitu sebuah model pembelajaran berbasis pada kegiata turnamen yang membuat

siswa dapat bekerja sama dengan teman lain nya agar mendapatkan hasil yang

lebih maksimal.

2.1.1 Model Pembelajaran

2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran mempunyai peran nya tersendiri dan sangat penting

terhadap hasil belajar, sehingga dalam pemilihan model pembelajaran guru harus

tepat serta disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan siswa. Beberapa

pengertian menurut para ahli tentang model pembelajaran Menurut Slavin (2010),

model pembelajaran adalah suatu acuan kepada suatu pendekatan pembelajaran

termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaanya.

Sedangkan menurut Trianto (2009) model pembelajaran merupakan pendekatan

yang luas dan menyeluruh serta dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan

pembelajarannya, sintaks (pola urutannya), dan sifat lingkungan belajarnya.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah Model pembelajaran dapat

diartikan dengan istilah sebagai gaya atau strategi yang dilakukan oleh seorang

guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. dalam penerapannya itu

gaya yang dilakukan tersebut mencakup beberapa hal strategi atau prosedur agar

tujuan yang ingin dikehendaki dapat tercapai.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

11

2.1.2.2 Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

menekankan pada gotong royong dalam pendidikan dan bertujuan untuk

menghasilkan manusia yang bisa berdamai dan bekerja sama dengan sesamanya

Lie (2002).

Menurut Slavin (2010), semua metode pembelajaran kooperatif

menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerjasama dalam belajar dan

bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka

belajar sama baiknya. Diperlukan kerja sama serta kekompakan kelompok dalam

pembelajaran kooperatif, sehingga seluruh anggota kelompok dapat memahami

materi yang sedang dipelajari. Ada lima unsur yang harus dipenuhi agar

pembelajaran kooperatif dapat berlangsung dengan baik, yaitu: Saling

ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi

antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.

Saling ketergantungan positif diartikan para peserta didik yang tergabung

dalam kelompok harus merasa bahwa mereka merupakan bagian dari kelompok

yang mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai. Tanggung jawab

perseorangan mengandung maksud bahwa para peserta didik yang tergabung

dalam kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah

masalah kelompok, dan berhasil atau tidaknya kelompok ditentukan oleh masing-

masing individu dalam kelompok tersebut.

Tatap muka dimaksudkan bahwa setiap kelompok harus diberi kesempatan

untuk bertemu muka dan berdiskusi. Komunikasi antar anggota juga harus terjaga

untuk mencapai hasil yang maksimum, para peserta didik yang tergabung dalam

kelompok harus berbicara atau berinteraksi dalam mendiskusikan masalah yang

dihadapi.

Evaluasi proses kelompok juga harus diterapkan agar pembelajaran

kooperatif dapat sukses. Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi

kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama

mereka agar selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih efektif Lie (2002).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

12

2.1.2.3 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif

Banyak sumber menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memberikan

dampak positif terhadap pencapaian hasil belajar. Lie (2002) mengemukakan

tentang kelebihan dari pembelajaran kooperatif secara inplisit. Kelebihan-

kelebihan tersebut, menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa

membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui proses belajar yang

sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut.

Siswa dapat membangun pengetahuan secara aktif. Penyusunan

pengetahuan secara aktif terus menerus menempatkan siswa sebagai peserta yang

aktif. Kelebihan berikutnya, pengajar berusaha mengembangkan kompetensi dan

kemampuan siswa. Pengajar senantiasa memunculkan inovasi baru dalam

pembelajaran guna mengembangkan kompetensi dan potensi siswa.

Interaksi antara guru dan siswa juga akan sering terjadi dan hal itu

menimbulkan rasa percaya diri siswa dan tidak merasa canggung saat bertanya

mengenai materi yang belum dimengerti. Penanaman nilai gotong royong

merupakan bagian yang paling penting dalam pembelajaran kooperatif mengingat

manusia pada dasarnya adalah makluk sosial yang tidak lepas dari campur tangan

orang lain. Pembelajaran kooperatif juga memberikan kesan saling

ketergantungan positif baik antar siswa maupun siswa dengan guru.

Slavin (2010) secara tidak langsung menunjukkan kekurangan dari

pembelajaran kooperatif. Adanya persaingan dalam kelas merupakan hal yang

paling disorot, sehingga didalam tim siswa cenderung tidak dapat bekerja sama

dan ingin menonjolkan kemampuan individunya. Siswa yang memiliki

kemampuan lemah tentu tidak dapat berkembang.

Slavin (2010) juga mengemukakan bahwa jika pembelajaran kooperatif

tidak dirancang secara baik dan benar dapat memicu munculnya pengendara

bebas. Dimana sebagian anggota kelompok melakukan sebagian besar pekerjaan

sementara yang lainnya tinggal mengendarainya. Tentu saja siswa yang bertindak

sebagai pengendara bebas tidak akan mendapatkan pengalaman belajarnya atau

dalam hal ini keberadaanya di dalam kelas adalah sia-sia. Pembelajaran kooperatif

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

13

yang membutuhkan tahap-tahap yang panjang terkadang juga tidak sejalan dengan

waktu yang ada, sehingga pembelajaran kooperatif tidak berjalan dengan efektif.

Sebelum melakukan pembelajaran kooperatif guru dituntut untuk

mempersiapkannya dengan baik agar dapat meminimalisir kekurangan yang ada.

2.1.3 Model Pembelajaran Team Games Tournament

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran TGT

Menurut Nur dan Wikandari (2000), TGT telah digunakan dalam berbagai

macam mata pelajaran dan paling cocok digunakan untuk mengajar pembelajaran

yang dirumuskann dengan tajam dengan satu jawaban benar seperti perhitungan,

dan penerapan berarti matematika dan fakta-fakta serta konsep IPA.

Menurut Slavin (2005), (TGT) merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang menempatkan siswa dalam tim belajar yang terdiri atas empat

orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang

etniknya.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa salah

satu tipe pembelajaran kooperatif,TGT adalah model pembelajaran yang

menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-6 siswa

yang memiliki kemampuan berbeda-beda,melibatkan seluruh siswa, melibatkan

siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan.

2.1.3.2 Kelebihan dan Kekuangan Model Pembelajaran TGT

Metode pembelajran Kooperatif Team Games Tournament (TGT), ini

mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Suarjana (2000:10) dan

Istiqomah (2006) yaitu sebagai berikut:

a) Kelebihan model TGT,

1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas.

2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu.

3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam.

4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa.

5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

14

6) Motivasi belajar lebih tinggi.

7) Hasil belajar lebih baik.

8) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

b) Kekurangan model TGT

1) Bagi Guru

Sulitnya pengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen

dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak

sebagai pemegang kendali, teliti dalam menentukan pembagian kelompok. Dan

waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga

melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru

mampumenguasai kelas secara menyeluruh.

2) Bagi siswa

Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit

memberikan penjelasan kepada siswa yang lainnya. Untuk mengatasi kelemahan

ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai

kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya

kepada siswa yang lain.

C) Solusi

1. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing

dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar

dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.

2. Untuk mengatasi kelemahan ini, agar waktunya memungkinkan TGT bisa

dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangka

mengisi waktu ketika materi pembelajaran sudah disampaikan

semuanya oleh guru.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

15

2.1.3.3Sintaks untuk Team Games Tournament

Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah

tahapan, yaitu tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok

(teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan perhargaan

kelompok (team recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin,

maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki langkah-langkah

(sintaks) sebagai berikut :

1. Tahap penyajian kelas (class precentation)

Penyajian materi dalam TGT diperkenalkan melalui presentasi

kelas.Presentasi kelas dilakukan oleh guru pada saat awal pembelajaran. Guru

menyampaikan materi kepada siswa terlebih dahulu yang biasanya dilakukan

dengan pengajaran langsung melalui ceramah. Selain menyajikan materi,

pada tahap ini guru juga menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang

harus dilakukan siswa, serta memberikan motivasi.

Pada tahap ini, siswa juga dapat diikutsertakan saat penyajian

materi.Bahkan agar lebih menarik, penyajian materi bisa disajikan dalam

bentuk audiovisual yang dikemas dalam CD interaktif seperti yang dilakukan

dalam penelitian ini.

Pada saat penyajian materi, siswa harus benar-benar memperhatikan

serta berusaha untuk memahami materi sebaik mungkin, karena akan

membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok, Games dan

saat turnamen akademik. Selain itu, siswa dituntut berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran seperti mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan yang

diajukan guru, dan mempresentasikan jawaban di depan kelas.

2. Belajardalam kelompok (teams)

Setelah penyajian materi oleh guru, siswa kemudian berkumpul

berdasarkan kelompok yang sudah dibagi guru. Setiap tim atau kelompok

terdiri dari 3 sampai 5 siswa yang anggotanya heterogen. Dalam

kelompoknya siswa berusaha mendalami materi yang telah diberikan guru

agar dapat bekerja dengan baik dan optimal saat turnamen.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

16

Guru kemudian memberikan LKS untuk dikerjakan. Siswa lalu

mencocokkan jawabannya dengan jawaban teman sekelompok. Bila ada

siswa yang mengajukan pertanyaan, teman sekelompoknya bertanggung

jawab untuk menjawab dan menjelaskan pertanyaan tersebut. Apabila teman

sekelompoknya tidak ada yang bisa menjawabnya, maka pertanyaan tersebut

bisa diajukan kepada guru.

Belajar dalam kelompok sangat bermanfaat, karena dapat

mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial memupuk

keterampilan kerja sama siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud adalah

berbagi tugas dengan anggota kelompoknya, saling bekerja sama, aktif

bertanya, menjelaskan dan mengemukakan ide, menanggapi

jawaban/pertanyaan dari teman, dan sebagainya.

3. Permainan (Games)

Apabila siswa telah selesai mengerjakan LKS bersama anggota

kelompoknya, tugas siswa selanjutnya adalah melakukan game. Games

dimainkan oleh perwakilan dari tiap-tiap kelompok pada meja yang telah

dipersiapkan. Di meja tersebut terdapat kartu bernomor yang berhubungan

dengan nomor pertanyaan-pertanyaan pada lembar permainan yang harus

dikerjakan peserta. Siswa yang tidak bermain juga berkewajiban mengerjakan

soal-soal Games beserta teman sekelompoknya.

4. Pertandingan (Tournament)

Tujuan dari turnamen ini adalah untuk mengetahui apakah semua

anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan – pertanyaan

yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam

kegiatan kelompok.Turnamen biasanya dilakukan tiap akhir pekan atau akhir

subbab. Turnamen diikuti oleh semua siswa. Tiap-tiap siswa akan

ditempatkan di meja turnamen dengan siswa dari kelompok lain yang

kemampuan akademiknya setara. Jadi, dalam satu meja turnamen akan diisi

oleh siswa-siswa homogen (kemampuan setara) yang berasal dari kelompok

yang berbeda.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

17

Tabel 1 Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain

Pemain dengan Poin Bila Jumlah Kartu Yang Diperoleh

Top Scorer 40

High Middle Scorer 30

Low Middle Scorer 20

Low Scorer 10

Tabel 2 Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain

Pemain dengan Poin Bila Jumlah Kartu Yang Diperoleh

Top scorer 60

Middle scorer 40

Low scorer 20

Dengan keterangan sebagai berikut:

a. Top Scorer (skor tertinggi),

b. High Middle scorer ( skor tinggi ),

c. Low Middle Scorer ( skor rendah ),

d. Low Scorer ( skor terendah)

Tabel 3 Kriteria Penghargaan Kelompok

Kriteria ( Rerata Kelompok ) Predikat

30 sampai 39 Tim Kurang baik

40 sampai44 Tim Baik

45 sampai 49 Tim Baik Sekali

50< Tim Istimewa

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

18

2.1.3.4 Sintak Model Pembelajaran Sesuai Standar Proses

Berdasarkan hal tersebut maka pelaksanaan pembelajaran yang

dilaksanakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam

pembelajaran Matematika sesuai dengan standar proses dapat dijabarkan sebagai

berikut :

Tabel 4

Sintak Pelaksanaan Model Pembelajaran TGT Sesuai Standar Proses

No. Tahap Penerapan sesuai standar proses

1 Pendahuluan Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk

mengikuti proses belajar mengajar.

1. Guru memberikan apersepsi dan menyampaikan

tujuan pembelajaran.

2. Memberikan motivasi siswa supaya aktif dalam

proses pembelajaran.

2. Kegiatan Inti Eksplorasi

1. Guru menggali pengetahuan siswa dan membuat

interaksi dengan siswa dengan bertanya jawab

mengenai materi yang ingin disampaikan.

2. Melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan

pembelajaran.

Elaborasi

1. Guru menyajikan materi kepada siswa dengan

membagikan bacaan.

2. Memberi kesempatan untuk berpikir dan bertindak

tanpa rasa takut.

3. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

19

kecil secara heterogen.

4. Guru memulai turnamen dan membacakan peraturan

permainan serta membagi perlengkapan turnamen

kepada setiap kelompok.

5. Permainan dimulai dengan siawa dalam kelompok

menarik kartu untuk menentukan tugas masing–

masing dalam putaran pertama.

6. Siswa memperoleh angka tertinggi ditugaskan sebagai

reader 1, Siswa yang memperoleh nomor tertinggi ke

dua menjadi penantang 1, Siswa yang memperoleh

nomor tertinggi ke tiga menjadi penantang ke 2, Siswa

yang memperoleh nomor tertinggi ke empat menjadi

penantang ke 3, Siswa yang memperoleh angka

terendah menjadi reader 2.

7. Pada putaran pertama reader 1 mengocok kartu nomor

mengambil satu kartu soal sesuai dengan kartu nomor

yang diambilnya.Reader 1 membacakan soal

kemudian menjawab soal yang dibaca.

8. Apabila ada anggota kelompokyang tidak setuju

dengan jawaban reader 1 maka penantang 1 diberikan

hak untuk menjawab atau melewatinya, jika jawaban

penantang 1 juga tidak disetujui maka penantang 2

berhak menjawab. Reader 2 membacakan kunci

jawaban.

9. Pada putaran kedua posisi reader 1 ditempati

penantang 1 posisi penantang 1 ditempati penantang ,

penantang 2 ditempati reader 2 dan posisi reader 2

ditempti reader 1

10. Setiap pergantian nomor soal posisi tempat duduk

berpindah searah jarum jam.Permainanberlanjut

seperti yang telah ditentukan oleh guru, sampai

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

20

periode kelas berakhir atau jika seluruh soal terambil.

11. Apabiala permainan sudah berakhir, para siswa

mencatat/ merekap total skor yang telah mereka

dapatkan. Penskoran didasarkan pada jumlah

perolehan kartu yang diperoleh siswa.

12. Setelah siswa dalam kelompok merekap skor yang

diperoleh pada lembar penilaian guru mengumpulkan

lembar tersebut kemudian mengemukakan perolehan

skor untuk setiap kelompok dan memberikan

penghargaan pada kelompok dan individu yang

memperoleh skor tertinggi.

Konfirmasi

1. Guru memberikan kesimpulan.

2. Guru memberikan evaluasi kepada siswa.

3. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan

terhadap materi pembelajaran yang sudah

disampaikan.

3. Penutup 1. Guru memberikan penghargaan pada kelompok dan

individu yang memperoleh skor tertinggi.

2.1.4 Model Pembelajaran Problem Base Learning

2.1.4.1Pengertian Problem Base Learning

Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John

Dewey. Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah

adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah

belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada peserta

didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi

menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat

diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

21

Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-

based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan

menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta

didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.

2.1.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran PBL

Model pembelajaran PBL memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai

berikut:

a) Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah

memiliki beberapa kelebihan, diantaranya :

b) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih

memahami isi pelajaran.

c) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta

memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta

didik.

d) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta

didik.

e) Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer

pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

f) Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan

pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang

mereka lakukan.

g) Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan

disukai peserta didik.

h) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta

didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk

menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

i) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta

didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam

dunia nyata.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

22

j) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk

secara terus menerus belajar.

Kekurangan model pembelajaran PBL

Selain memiliki kelebihan, PBL juga memiliki kekurangan, diantaranya:

a) Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai

kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka

mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

b) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving

membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah

yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka

ingin pelajari.

Solusi

a) Guru harus dapat membangkitkan minat siswa agar mau mencoba.

b) Guru harus melakukan persiapan yang matang untuk melaksanakan

pembelajaran PBL.

2.1.4.3Sintaks Pembelajaran Problem Based Learning

Tahap TingkahLaku guru

Tahap-1

Orientasi peserta

didik pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang dibutuhkan,

mengajukan fenomena atau demonstrasi atau

cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi

peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan

masalah yang dipilih.

Contoh

Guru menjelaskan tentang materi macam-macam

bangun ruang dan

1. Memberi masalah untuk mencari bangun

ruang yang ada dalam kehidupan sehari-hari

Tahap-2

Mengorganisasi

peserta didik untuk

belajar

Guru membantupeserta

didikuntukmendefinisikandanmengorganisasitug

asbelajar yang

berhubungandenganmasalahtersebut

Contoh:

Guru memberi tahu tentang sifat-sifat masing-

masing bangun

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

23

Tahap-3

Membimbing

penyelidikan

individual maupun

kelompok

Guru mendorongpeserta

didikuntukmengumpulkaninformasi yang sesuai,

melaksanakaneksperimenuntukmendapatkanpenj

elasandanpemecahanmasalah.

Contoh:

Peserta didik mulai berfikir dan mencari apa

sajakah benda-benda di kehidupan sehari-hari

yang merupakan bangun ruang

Tahap-4

Mengembangkan dan

menyajikan hasil

karya

Guru membantupeserta

didikdalammerencanakandanmenyiapkankarya

yang sesuaisepertilaporan, video, dan model

sertamembantumerekauntukberbagitugasdengant

emannya.

Contoh:

Guru membantu/ membimbing siswa untuk

menuangkan hasil pemikiran mereka kedalam

bentuk gambar (menggambarkan bentuk-bentuk

bangun ruang dalam kehidupan sehari-hari)

untuk di presentasikan

Tahap-5

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantupeserta

didikuntukmelakukanrefleksiatauevaluasiterhada

ppenyelidikanmerekadan proses-proses yang

merekagunakan.

Contoh:

Membahas kembali hasil presentasi untuk

mengetahui benar atau salah

Guru mengevaluasi proses dan penyelidikan

siswa, apa siswa memilih benda tersebut dan

menggambarkannya benda tersebut

Tabel 5

2.1.4.4 Sintak Pelaksanaan Model Pembelajaran PBL Sesuai Standar Proses

No Aktivitas Guru

1. Kegiatan

Pendahuluan

a. Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik

untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

b. Guru memberikan apersepsi dan motivasi.

c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

24

dicapai.

d. Guru menyampaikan cakupan materi dan menjelaskan

uraian kegiatan yang akan dilakukan.

2. Kegiatan Inti Tahap-tahap pelaksanaan model pembelajaran PBL

Eksplorasi a. Guru membentuk kelas menjadi beberapa kelompok.

Masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang.

b. Guru menjelaskan materi yang akan diajarkan kepada

siswa.

c. Guru mefasilitasi siswa selama proses pembelajaran

berlangsung.

d. Guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses

pembelajaran.

Elaborasi a. Guru memberikan lembar tugas kepada masing-

masing kelompok untuk dikerjakan.

b. Siswa saling berdiskusi di dalam kelompoknya untuk

menyelesaikan tugas yang diberikan.

c. Siswa yang bisa menjawab soal mengajari siswa lain

yang belum bisa sehingga semua siswa dalam anggota

kelompok mengerti.

d. Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh

siswa, pada saat menjawab kuis/pertanyaan siswa

harus mengeluarkan opsi jawaban dari masalah yang

telah di berikan guru.

e. Siswa bersama dengan guru membahas

kuis/pertanyaan yang diberikan guru kepada siswa.

Konfirmasi a. Guru memberikan umpan balik dan penguatan kepada

peserta didik.

b. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

bertanya tentang materi yang belum dipahami.

c. Guru memberikanReward untuk kelompok terbaik.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

25

3. Kegiatan

Penutup

a. Guru melakukan refleksi dengan melibatkan siswa.

b. Guru memfasilitasi siswa untuk membuat rangkuman

dari materi yang telah disampaikan.

c. Guru memberikan tindak lanjut (evaluasi).

2.1.5 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan

belajar. Pengertian hasil belajar menurut Sudjana (2005) adalah kemampuan –

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) hasil belajar merupakan hasil dari suatu

interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar adalah hasil yang dapat

diukur, seperti tertuang dalam rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan

meloncat setelah latihan (Dimyati dan Mudjiono, 2006). Hasil belajar meliputi

beberapa aspek. Kingsley dalam Sudjana (2005) mengemukakan 3 aspek

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya yaitu;

keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan citacita.

Penggunaan hasil belajar terutama menyangkut kemampuan yang

diperoleh siswa di bidang studi yang bersangkutan khususnya sejumlah

kemampuan kognitif (Winkel, 2004). Hasil belajar di bidang kognitif lebih sering

menjadi patokan guru dalam menentukan kriteria kenaikan kelas bahkan sebagai

kriteria kelulusan. Menurut Winkel (2004) tidak perlu disangkal bahwa tugas

sekolah yang utama adalah terletak dibidang belajar kognitif.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa menurut Dimyati dan Mudjiono (2006)

dibedakan menjadi 2 yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

2.1.6 Hubungan Model Pembelajaran TGT dan PBL dengan Hasil Belajar

Matematika

Model pembelajaran TGT dan PBL dirasa sangat cocok untuk

meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran Matematika. Karena model

Pembelajaran TGT dan PBL terkandung unsur kooperatif yang artinya kerjasama.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

26

Hal tersebut sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar yang suka

berkelompok.

Melalui pembelajaran dengan sistem kerjasama atau secara berkelompok,

siswa akan dimudahkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Dari setiap

anggota kelompok dapat membantu anggotanya yang lain sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Hasil belajar akan meningkat jika tujuan

pembelajaran tercapai.

Model pembelajaran TGT dan PBL tidak hanya memudahkan siswa untuk

menyelesaikan suatu permasalahan secara berkelompok, tetapi juga untuk

menumbuhkan kemampuan berfikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman.

Dalam pembelajaran TGT dan PBL siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran

sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi

siswa. Hal tersebut dapat membantu memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil

belajarnya terutama dalam mata pelajaran Matematika.

2.2Kajian Penelitian Hasil Yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan terhadap penelitian yang dilaksanakan

peneliti saat ini.

Fauzi (2011) mengemukakan bahwa dengan penerapan pendekatan

pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan kompetensi kognitif dan

sosial lebih mudah akan tercapai. Pembelajaran dengan pendekatan kooperatif

model TGT secara empiris terbukti mampu meningkatkan prestasi belajar dan

keaktifan pada mahasiswa Pendidikan fisika FKIP Universitas Sebelas Maret.

Sinambela (2009) mengemukakan hasil belajar mahasiswa jurusan biologi

Universitas Negeri Medan pada mata kuliah toksikologi yang diajar dengan model

TGT memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan pembelajaran

konvensional yang menggunakan metode ceramah dan resitasi. Dari 32

mahasiswa hanya 4 orang (12,5%) yang kurang mampu dengan nilai sekitar 60.

Bila ditinjau dari ketuntasan hasil belajar, maka jumlah mahasiswa yang

memperoleh nilai tuntas sebanyak 28 orang (77,5%).

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

27

Harmandar (2008) mengemukakan bahwa TGT lebih efektif diterapkan

pada mahasiswa mata kuliah tehnik mengajar. TGT memberikan hasil yang positif

berdasarkan karakteristik afektif siswa serta meningkatkan kompetensi akademik

mahasiswa. Hal serupa juga dikemukakan Tanner (1998) bahwasannya TGT

memberikan hasil yang positif terhadap hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah

ekonomi akuntansi. Sikap siswa terhadap mata kuliah ekonomi akuntansi juga

lebih baik karena siswa dituntut untuk aktif dalam kelompoknya.

Tabel 6

Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan

No Nama Tahun Variabel Penelitian Hasil Penelitian

X Y

1. Fauzi

2012

Model

kooperatif

tipe TGT

prestasi

belajar

dan

keak-

tifan

Penerapan model

pembelajaran

kooperatif tipe

TGT dapat

meningkatkan

hasil belajar

mahasiswa dalam

pendidikan fisika.

2. Sinambela

2009

Model

kooperatif

tipe TGT

Hasil

Belajar

Hasil belajar siswa

pada mata kuliah

toksikologi dengan

menggunakan

model

pembelajaran TGT

lebih baik dari

pada pembelajaran

dengan

menggunakan

pembelajaran

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

28

konvensional.

3. Harmandar

2008

Model

kooperatif

TGT

Prestasi

belajar

TGT lebih efektif

diterapkan pada

mahasiswa mata

kuliah tehnik

mengajar. TGT

memberikan hasil

yang positif

berdasarkan

karakteristik

afektif siswa serta

meningkatkan

kompetensi

akademik

mahasiswa.

4. Muji Kuwati, Tri

Saputri Susiani,

Imam Suyanto

2012

Model

kooperatif

tipe TGT

Prestasi

belajar

Model

pembelajaran

kooperatif tipe

TGT rata-rata skor

prestasi yang

diperoleh lebih

baik daripada tipe

Clasical.

5. Dio Dwi

Indriasro

2016

Model

pembelajaran

TGT dan

model

pembelajaran

PBL

Hasil

belajar

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

29

2.3 Kerangka Berfikir

Masalah yang ada pada pembelajaran Matematika adalah Matematika

dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan selalu ditakuti oleh siswa. Hal ini

disebabkan guru kurang kreatif dalam menggunakan media dan model

pembelajaran dan dalam pembelajaran guru cenderung lebih aktif sedangkan

siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang diterangkan oleh guru.

Pembelajaran dengan metode Clasiscal biasanya Teacher Center seperti itu

membuat siswa kurang tertarik dan kesulitan dalam memahami materi yang

dipelajari, sehingga hasil belajar yang dicapai siswa kurang maksimal. Untuk

meningkatkan hasil belajar siswa ada beberapa faktor yang mempengaruhinya

yaitu, model pembelajaran. Keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan

model pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar akan mendorong

siswa untuk aktif dan kritis selama dalam proses belajar mengajar, sehingga siswa

tidak merasa malas dan takut belajar Matematika.

Team Games Tournament (TGT) merupakan pembelajaran kooperatif

yang cocok untuk meningkatkan minat usia sekolah dasar yang sangat masih ingin

berkomprtisi yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk

saling memotivasi dan membantu dalam memahami suatu materi pelajaran

(Robert Slavin, 2005). Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Team Games Turnamen (TGT) diharapka siswa akan lebih mudah menemukan

dan memahami materi yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan

masalahmasalah tersebut dengan anggota kelompoknya. Dengan melalui diskusi

ini akan terjalin dimana siswa saling berbagi pengetahuan dan pendapat yang

dimiliki sehingga terjadi pemahaman yang sama mengenai hal yang mereka

diskusikan. Dengan penerapan model pembelajaran ini diharapkan siswa menjadi

lebih tertarik dan fokus dalam memahami materi yang diberikan sehingga hasil

belajar siswa akan meningkat.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2010:22). Nana Sudjana,

2010:22) membagi tiga macam hasil belajar, yaitu (a) keterampilan dan kebiasaan,

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

30

(b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita, yang masing-masing

golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Dalam

penelitian ini yang menjadi hasil belajar siswa adalah nilai matematika siswa hasil

tes atau evaluasi yang diberikan oleh guru untuk mengetahui sebarapa besar

pengetahuan yang telah diperoleh siswa melalui proses belajar mengajar.

Berdasarkan alur kerangka berfikir di atas, maka langkah pertama yang

dilakukan penulis adalah memilih dua kelas untuk menjadi sampel penelitian

yaitu, kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen merupakan kelas

yang diberikan perlakuan tertentu atau treatment dalam kegiatan pembelajan.

Perannya, sementara kelas kontrol merupakan kelas yang tidak diberikan

perlakuan/treatment dalam kegiatan pembelajarannya. Sebelum melakukan

penelitian, kedua kelas tersebut harus diketahui terlebih dahulu tingkat

homogenitasnya yaitu dengan menguji kemampuan berfikir siswa menggunakan

pertest. Apabila hasil pretest sudah menunjukan hasil yang homogen.

Maka penelitian dapat dilakukan dengan memberi perlakuan/treatment

terhadap kelas eksperimen. Dalam penelitian ini perlakuan/treatment yang

diberikaan kepada kelas eksperimen adalah model pembelajaran kooperatif tipe

Team Games Tournament (TGT) Langkah selanjutnya yaitu memberikan posttest

kepada ke Kelas Kontrol Pretest PembelajaranProblem Base Learning Posttest

Hasil Pretest tidak boleh ada perbedaan yang signifikan Uji beda rata-rata hasil

posttest apakah ada pengaruh yang signifikan antara pembelajaran Problem Base

Learning dengan Pembelajaran Kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)

untuk melihat tingkat keberhasilan belajar siswa melalui hasil belajar yang

diperoleh siswa melalui posttest tersebut, sehingga peneliti dapat mengambil

sebuah kesimpulan.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

31

yang diperoleh melalui pengumpulan data. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan hipotesis statistik untuk menguji apakah hipotesis penelitian yang

hanya diuji dengan data sampel dapat diberlakukan untuk populasi atau tidak,

sehingga dalam pembuktiannya menggunakan istilah “signifikan” artinya

hipotesis penelitian yang telah terbukti pada sampel itu dapat diberlakukan ke

populasi. Dalam hipotesis terdapat hipotesis nihil dan hipotesis alternatif yaitu

sebagai berikut:

1. Hipotesis nihil atau nol hipotesis (Ho) adalah hipotesis yang menyatakan tidak

adanya hubungan antarvariabel.

2. Hipotesis alternatif atau hipotesis kerja (Ha) adalah hipotesis yang menyatakan

adanya hubungan antarvariabel.

Berdasarkan kajian teori di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan dalam pembelajaran Cooperative

LearningtipeTeam Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar matematika

siswa kelas 5 SD Negeri Kalikayen 02 Ungaran Kab Semarang.

Ha: Ada pengaruh yang signifikan dalam pembelajaran Cooperative

Learning tipe Team Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar matematika

siswa kelas 5 SD Negeri Kalikayen 02 Ungaran Kab Semarang.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13016/2/T1_292012120_BAB II...komunikasi seperti komputer ... agar mengendap dan bertahan

32