19
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kirinyuh (Chormolaena Odarata L.) 2.1.1 Taksonomi Tanaman Kirinyuh (Chormolaena Odarata L.) Menurut Pink dalam Damyanti (2012), tanaman kirinyuh diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom: Plantae Divisio : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Ordo : Asterales Familia : Asteraceae Genus : Chromolaena Species : Chromolaena odorata (L.) R.M. King & H. Rob 2.1.2 Morfologi Tanaman Kirinyuh (Chormolaena Odarata L.) Chromolaena odorata L. adalah spesies semak berbunga yang berasal dari Amerika Utara, digunakan sebagai obat tradisional di Indonesia. Cara menggunakan tanaman kirinyuh sebagai obat luka maka daun muda dihancurkan, dan cairan yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengobati luka kulit. Chromolaena odorata digunakan untuk retensi urin dan daun digunakan tanaman ini kadang-kadang tumbuh sebagai tanaman obat dan tanaman hias. Chromolaena odorata adalah semak abadi yang tumbuh cepat, berasal dari Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Telah diperkenalkan ke daerah tropis di Asia, Afrika dan Pasifik, dimana itu adalah gulma invasif. Ia juga dikenal sebagai gulma Siam (Anup Kumar Chakraborty dkk, 2011).

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Chormolaena Odarata L.eprints.umm.ac.id/62703/2/BAB II.pdfdemikian, gulma ini tumbuh dengan baik di tempat-tempat yang terbuka seperti padang rumput, tanah

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Chormolaena Odarata L.eprints.umm.ac.id/62703/2/BAB II.pdfdemikian, gulma ini tumbuh dengan baik di tempat-tempat yang terbuka seperti padang rumput, tanah

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kirinyuh (Chormolaena Odarata L.)

2.1.1 Taksonomi Tanaman Kirinyuh (Chormolaena Odarata L.)

Menurut Pink dalam Damyanti (2012), tanaman kirinyuh

diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom: Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Classis : Magnoliopsida

Ordo : Asterales

Familia : Asteraceae

Genus : Chromolaena

Species : Chromolaena odorata

(L.) R.M. King &

H. Rob

2.1.2 Morfologi Tanaman Kirinyuh (Chormolaena Odarata L.)

Chromolaena odorata L. adalah spesies semak berbunga yang berasal dari

Amerika Utara, digunakan sebagai obat tradisional di Indonesia. Cara

menggunakan tanaman kirinyuh sebagai obat luka maka daun muda dihancurkan,

dan cairan yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengobati luka kulit.

Chromolaena odorata digunakan untuk retensi urin dan daun digunakan tanaman

ini kadang-kadang tumbuh sebagai tanaman obat dan tanaman hias. Chromolaena

odorata adalah semak abadi yang tumbuh cepat, berasal dari Amerika Selatan dan

Amerika Tengah. Telah diperkenalkan ke daerah tropis di Asia, Afrika dan

Pasifik, dimana itu adalah gulma invasif. Ia juga dikenal sebagai gulma Siam

(Anup Kumar Chakraborty dkk, 2011).

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Chormolaena Odarata L.eprints.umm.ac.id/62703/2/BAB II.pdfdemikian, gulma ini tumbuh dengan baik di tempat-tempat yang terbuka seperti padang rumput, tanah

11

Chromolaena odorata L. merupakan salah satu jenis tumbuhan dari

famili Compositae. Daunnya mengandung beberapa senyawa utama seperti

tannin, fenol, flavonoid, saponin dan steroid. Minyak essensial dari daunnya

memiliki kandungan α-pinene, cadinene, camphora, limonene, β-caryophyllene

dan candinol isomer (Benjamin, 2011). (Chromolaena odorata L.) dikenal juga

dengan nama tekelan atau gulma siam yang mengganggu pertumbuhan

tanaman lain dan mengurangi kesuburan tanah. Ekstrak kasar daun

Chromolaena odorata L. memiliki efek antioksidan. Efek yang dihasilkan ini

disebabkan oleh kandungannya yang tinggi akan flavonoid yang memiliki

aktivitas antioksidan, yang mampu menghambat proses oksidasi (Muhammad

Fitrah, 2016).

Menurut Adegbite dan Adesiyan (2005) dalam Mazpupah dkk, (2015)

kirinyuh mempunyai kandungan senyawa aktif yang bersifat sebagai ovisidal

dan juvenilsidal terhadap Meloidogyne spp. maka dari itu peneliti ingin

mengetahui kemampuan senyawa aktif dalam ekstrak kirinyuh terhadap daya

hambat tetas telur dan mortalitas juvenil II Meloidogyne spp. Pembuatan

ekstrak kirinyuh Daun kirinyuh dicuci dengan air, kemudian dipotong kecil

dan ditimbang 20 gram. Daun kirinyuh dimasukkan pada tabung 200 ml dan

ditambahkan alkohol 80% sebagai pelarut. Kemudian digojok selama 24 jam

dengan menggunakan orbital shaker, lalu disaring menggunakan kertas

waltman. Ekstrak kirinyuh dimurnikan dengan destilasi vacum rotary

evaporator. Hasil destilasi dibedakan atas beberapa konsentrasi yaitu 0, 5, 10

dan 20% ekstrak kirinyuh.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Chormolaena Odarata L.eprints.umm.ac.id/62703/2/BAB II.pdfdemikian, gulma ini tumbuh dengan baik di tempat-tempat yang terbuka seperti padang rumput, tanah

12

Gambar 2.1 Tumbuhan kirinyuh(Chromolaena odorata L.)

Sumber: (Dokumen Pribadi, 2019)

Keterangan :

1. Bunga

2. Batang

3. Daun

Daunnya berbentuk oval, bagian bawah lebih lebar, makin ke ujung

makin runcing. Panjang daun 6–10 cm dan lebarnya 3 – 6 cm. Tepi daun

bergerigi, menghadap ke pangkal. Letak daun juga berhadap-hadapan.Karangan

bunga terletak di ujung cabang (terminal).Setiap karangan terdiri atas 20 – 35

bunga.Warna bunga selagi muda kebiru-biruan, semakin tua menjadi coklat

(Prawiradiputra, Bambang R, 2007).

Pada tumbuhan Chromolaena odorata L. memiliki susunan akar berupa

akar tunggang, besar dan dalam.Akar tunggang tersebut adalah akar tunggang

bercabang. Akar ini berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus kebawah, dan

bercabang.Warna akar kekuning- kuningan. Bagian-bagian akar terdiri dari :

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Chormolaena Odarata L.eprints.umm.ac.id/62703/2/BAB II.pdfdemikian, gulma ini tumbuh dengan baik di tempat-tempat yang terbuka seperti padang rumput, tanah

13

Leher akar/ pangkal akar (collum), ujung akar (apex radicis), batang akar (corpus

radicis), cabang-cabang akar (radix lateralis), serabut akar (fibrilla radicalis),

rambut / bulu akar (pilus radicalis) dan tudung akar (calyptra) (Prawiradiputra,

Bambang R, 2007).

2.1.3 Penyebaran

Menurut (vanderwoude dkk. 2005), Kirinyuh berasal dari Amerika

Tengah, tetapi kini telah tersebar di daerah-daerah tropis dan subtropis. Gulma ini

dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah dan akan tumbuh lebih baik lagi

apabila mendapat cahaya matahari yang cukup. Kondisi yang ideal bagi gulma ini

adalah wilayah dengan curah hujan > 1000 mm/tahun (Binggeli, 1997). Dengan

demikian, gulma ini tumbuh dengan baik di tempat-tempat yang terbuka seperti

padang rumput, tanah terlantar dan pinggir-pinggir jalan yang tidak terawat.

Menurut FAO (2006) gulma ini tidak tahan naungan sehingga tidak ditemukan di

hutan-hutan yang tertutup, namun walaupun demikian di Indonesia dan di

berbagai negara lain di Asia, Kirinyuh banyak ditemukan di perkebunan-

perkebunan seperti karet, kelapa sawit, kelapa, jambu mente dan sebagainya

(Muniappan dan Marutani, 1988).

2.1.4 Pemanfaatan

Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada

penggunaan obat modern.Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek

samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern (Lusia Oktora Ruma

Kumala Sar, 2006). Menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, yang

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Chormolaena Odarata L.eprints.umm.ac.id/62703/2/BAB II.pdfdemikian, gulma ini tumbuh dengan baik di tempat-tempat yang terbuka seperti padang rumput, tanah

14

dimaksud dengan obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan berupa bahan

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran

dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan

berdasarkan pengalaman (Ningsih Yulia Indah, 2016).

Kirinyuh (Chromolaena odorata (L.) merupakan tumbuhan yang bersifat

allelopati yang dapat dijadikan herbisida alami. Kirinyuh sangat cepat tumbuh

dan berkembang biak. Karena cepatnya perkembangbiakan dan pertumbuhannya,

tumbuhan ini juga membentuk komunitas yang rapat sehingga dapat menghalangi

tumbuhnya tumbuhan lain melalui persaingan. Berbagai senyawa yang bersifat

alelopati berupa minyak atsiri, Flavonoid, Alkaloid, Fenolik, Saponin,

Tanin.Senyawa tersebut terkandung dalam berbagai jenis tumbuhan termasuk

tumbuhan kirinyuh (Chromolaena odorata (L.)) (Suwastika Nengah I, 2017).

2.1.5 Senyawa Kimia Tumbuhan Kirinyuh

Kandungan kimia ekstrak etanol daun kirinyuh positif terhadap flavonoid,

tannin dan saponin sesuai dengan hasil yang ditunjukkan oleh (Benjamin, 1987).

1. flavonoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan jalan merusak

permiabilitas dinding sel bakteri, mikrosom dan lisosom sebagai hasil dari

interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri dan juga mampu

melepaskan energi tranduksi terhadap membran sitoplasma bakteri serta

menghambat motilitas bakteri (Robinson, 1995 dalam Yenti dkk, 2011).

2. Tannin dapat menyebabkan penciutan pori-pori kulit, memperkeras kulit,

menghentikan eksudat dan pendarahan yang ringan, sehingga mampu

menutupi luka dan mencegah pendarahan yang biasa timbul pada luka

(Robinson, 1995 dalam Yenti dkk, 2011).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Chormolaena Odarata L.eprints.umm.ac.id/62703/2/BAB II.pdfdemikian, gulma ini tumbuh dengan baik di tempat-tempat yang terbuka seperti padang rumput, tanah

15

3. Saponin memiliki kemampuan sebagai antimikroba dan berfungsi

membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang biasa

timbul pada luka sehingga luka tidak mengalami infeksi yang berat

(Robinson, 1995 dalam Yenti dkk, 2011).

4. Steroid dikenal untuk mempercepat proses penyembuhan luka karena

dapat menurunkan peradangan, yang memiliki peran dalam penyusutan

luka dan peningkatan laju epitelisasi (Barku dkk, 2013).

2.2 Luka Bakar

2.2.1 Definisi

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang dapat

disebabkan oleh panas (Api, cairan/lemak panas, uap panas), radiasi, listrik,

kimia. Luka bakar merupakan jenis trauma yang merusak dan merubah berbagai

sistem tubuh luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh

dengan dengan benda-benda yang menghasilkan panas baik kontak secara

langsung maupun tidak langsung. Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi

otot dan memiliki peran homeostasis (Anggowarsito L Jose, 2014).

Luka bakar merupakan luka yang unik karena luka tersebut meliputi sejumlah

besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang

lama. Luka bakar paling sering terjadi di rumah dan paling banyak ditemukan adalah

luka bakar derajat II. Oleh karena itu, perawatan luka bakar memegang peranan penting

dalam proses penyembuhan luka. Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha

untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi pada kulit. Fisiologi penyembuhan luka

secara alami akan melewati beberapa fase, yaitu fase haemostasis, fase inflamasi, fase

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Chormolaena Odarata L.eprints.umm.ac.id/62703/2/BAB II.pdfdemikian, gulma ini tumbuh dengan baik di tempat-tempat yang terbuka seperti padang rumput, tanah

16

proliferasi, dan fase maturasi. Pada fase proliferasi, terjadi proses kontraksi luka,

epitelisasi, dan pembentukan jaringan granulasi. Jaringan granulasi adalah pertumbuhan

jaringan baru yang terjadi ketika luka mengalami proses penyembuhan, terdiri atas

pembuluh-pembuluh kapiler yang baru dan sel-sel fibroblas yang mengisi rongga

tersebut. Pembentukan jaringan granulasi adalah tahap yang penting dalam fase

proliferasi dan penyembuhan luka. Jadi, peran perawat dalam perawatan luka seperti

pemilihan balutan hingga pemilihan larutan pembersih luka menjadi sangat penting

untuk mempercepat proses penyembuhan luka (Negara Kusuma Fitra Reza dkk, 2014).

2.2.2 Klasifikasi luka

Derajat kedalaman luka bakar kedalaman kerusakan jaringan akibat luka

bakar tergantung dari derajat sumber, penyebab, dan lamanya kontak dengan

permukaan tubuh. Luka bakar terbagi dalam 3 derajat.

1. Luka bakar derajat I

Kerusakan jaringan terbatas pada lapisan epidermis

(superfisial)/epidermal burn. Kulit hiperemik berupa eritema, sedikit edema,

tidak dijumpai bula, dan terasa nyeri akibat ujung saraf sensoris teriritasi. Pada

hari keempat paska paparan sering dijumpai deskuamasi. Salep antibiotika dan

pelembab kulit dapat diberikan dan tidak memerlukan pembalutan.

2. Luka bakar derajat II

Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis berupa reaksi

inflamasi disertai proses eksudasi. Pada derajat ini terdapat bula dan terasa

nyeri akibat iritasi ujung-ujung saraf sensoris.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Chormolaena Odarata L.eprints.umm.ac.id/62703/2/BAB II.pdfdemikian, gulma ini tumbuh dengan baik di tempat-tempat yang terbuka seperti padang rumput, tanah

17

a. Dangkal/superfisial/superficial partial thickness

b. Dalam/deep partial thickness Pada luka bakar derajat II dangkal/superficial

partial thickness, kerusakan jaringan meliputi epidermis dan lapisan atas

dermis. Kulit tampak kemerahan, edema, dan terasa lebih nyeri daripada luka

bakar derajat I. luka sangat sensitif dan akan lebih pucat jika kena tekanan.

Masih dapat ditemukan folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea.

Penyembuhan terjadi secara spontan dalam 10-14 hari tanpa sikatrik, namun

warna kulit sering tidak sama dengan sebelumnya. Perawatan luka dengan

pembalutan, salep antibiotika perlu dilakukan tiap hari. Penutup luka sementara

(xenograft, allograft atau dengan bahan sintetis) dapat diberikan sebagai

pengganti pembalutan.

Pada luka bakar derajat II dalam/deep partial thickness, kerusakan

jaringan terjadi pada hampir seluruh dermis.Bula sering ditemukan dengan

dasar luka eritema yang basah. Permukaan luka berbecak merah dan sebagian

putih karena variasi vaskularisasi. Luka terasa nyeri, namun tidak sehebat

derajat II dangkal. Folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea

tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama, sekitar 3-9 minggu dan

meninggalkan jaringan parut. Selain pembalutan dapat juga diberikan penutup

luka sementara (xenograft, allograft atau dengan bahan sintetis).

3. Luka bakar derajat III

Kerusakan jaringan permanen yang meliputi seluruh tebal kulit hingga

jaringan subkutis, otot dan tulang. Tidak ada lagi elemen epitel dan tidak dijumpai

bula, kulit yang terbakar berwarna keabu-abuan pucat hingga warna hitam kering

(nekrotik). Terdapat eskar yang merupakan hasil koagulasi protein epidermis dan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Chormolaena Odarata L.eprints.umm.ac.id/62703/2/BAB II.pdfdemikian, gulma ini tumbuh dengan baik di tempat-tempat yang terbuka seperti padang rumput, tanah

18

dermis. Luka tidak nyeri dan hilang sensasi akibat kerusakan ujung-ujung saraf

sensoris. Penyembuhan lebih sulit karena tidak ada epitelisasi spontan. Perlu

dilakukan eksisi dini untuk eskar dan tandur kulit untuk luka bakar derajat II

dalam dan luka bakar derajat III. Eksisi awal mempercepat penutupan luka,

mencegah infeksi, mempersingkat durasi penyembuhan, mencegah komplikasi

sepsis dan secara kosmetik lebih baik (Anggowarsito L Jose, 2014).

Gambar 2.2 Derajat kedalaman luka bakar

http://www.faqs.org/health/Sick-V1/Burns-andScalds-Treatment.html

2.2.3 Fisiologi Penyembuhan Luka bakar

Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karena

adanya kegiatan bioseluler dan biokimia yang terjadi secara berkesinambungan.

Penggabungan respon vaskuler, aktivitas seluler, dan terbentuknya senyawa kimia

sebagai substansi mediator di daerah luka merupakan komponen yang saling

terkait pada proses penyembuhan luka. Ketika terjadi luka, tubuh memiliki

mekanisme untuk mengembalikan komponen-komponen jaringan yang rusak

dengan membentuk struktur baru dan fungsional. Proses penyembuhan luka tidak

hanya terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga dipengaruhi

oleh faktor endogen, seperti umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat - obatan,

dan kondisi metabolik. Proses penyembuhan luka dibagi ke dalam lima tahap,

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Chormolaena Odarata L.eprints.umm.ac.id/62703/2/BAB II.pdfdemikian, gulma ini tumbuh dengan baik di tempat-tempat yang terbuka seperti padang rumput, tanah

19

meliputi tahap homeostasis, inflamasi, migrasi, proliferasi, dan maturasi (Purnama

Handi dkk, 2015).

1. Tahap homeostasis memiliki terbagi dua, yaitu fase inflamasi awal atau fase

haemostasis dan fase inflamasi akhir. Pada saat jaringan terluka, pembuluh

darah yang terputus pada luka akan menyebabkan pendarahan, reaksi tubuh

pertama sekali adalah berusaha menghentikan pendarahan dengan

mengaktifkan faktor koagulasi intrinsik dan ekstrinsik, yang mengarah ke

agregasi platelet dan formasi clot vasokontriksi, pengerutan ujung pembuluh

darah yang putus (retraksi) dan reaksi haemostasis. Reaksi haemostasis akan

terjadi karena darah yang keluar dari kulit yang terluka akan mengalami

kontak dengan kolagen dan matriks ekstraseluler, hal ini akan memicu

pengeluaran platelet atau dikenal juga dengan trombosit mengekspresi

glikoprotein pada membran sel sehingga trombosit tersebut dapat beragregasi

menempel satu sama lain dan membentuk massa (clotting). Massa ini akan

mengisi cekungan luka membentuk matriks provisional sebagai scaffold

untuk migrasi sel-sel radang pada fase inflamasi (Landén, Li, & Ståhle, 2016

dalam Primadina Nova, 2019).

2. Tahap inflamasi dimulai segera setelah terjadinya trauma sampai hari ke-5

pasca trauma. Tujuan utama fase ini adalah menyingkirkan jaringan yang

mati, dan pencegahan kolonisasi maupun infeksi oleh agen mikrobial patogen

(Gutner GC, 2007 dalam Primadina Nova, 2019).

3. Tahap migrasi, yang merupakan pergerakan sel epitel dan fibroblas pada

daerah yang mengalami cedera untuk menggantikan jaringan yang rusak atau

hilang. Sel ini meregenerasi dari tepi, dan secara cepat bertumbuh di daerah

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Chormolaena Odarata L.eprints.umm.ac.id/62703/2/BAB II.pdfdemikian, gulma ini tumbuh dengan baik di tempat-tempat yang terbuka seperti padang rumput, tanah

20

luka pada bagian yang telah tertutup darah beku bersamaan dengan

pengerasan epitel.

4. Tahap proliferasi berlangsung mulai hari ke-3 hingga 14 pasca trauma,

ditandai dengan pergantian matriks provisional yang didominasi oleh platelet

dan makrofag secara bertahap digantikan oleh migrasi sel fibroblast dan

deposisi sintesis matriks ekstraselular (TVelnar. 2009). Fase proliferasi ini

adalah untuk membentuk keseimbangan antara pembentukan jaringan parut

dan regenerasi jaringan (Primadina Nova, 2019).

5. Tahap maturasi berlangsung mulai hari ke-21 hingga sekitar 1 tahun yang

bertujuan untuk memaksimalkan kekuatan dan integritas struktural jaringan

baru pengisi luka, pertumbuhan epitel dan pembentukan jaringan parut (T

Velnar, 2009 dalam Primadina Nova, 2019).

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka salah satunya

status nutrisi, diperlukan asupan protein, vitamin A dan C. protein mensuplai

asam amino, yang dibutuhkan untuk perbaikan jaringan dan degenarasi. Diet yang

baik juga mempertahankan tubuh terhadap infeksi (Johnson & Wendy, 2004

dalam Darmawati,Ia Sastra, 2013 ).

Penyembuhan luka juga dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: usia,

anemia, penyakit penyerta, vaskularisasi, nutris, kegemukaan, obat-obatan,

merokok, mobilisasi dini, personal hygine, dan stres (Nurani. 2015 dalam

Sihotang Maria Hetty, Hernita Yulianti, 2018).

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Chormolaena Odarata L.eprints.umm.ac.id/62703/2/BAB II.pdfdemikian, gulma ini tumbuh dengan baik di tempat-tempat yang terbuka seperti padang rumput, tanah

21

Menurut (Johnson & Taylor. 2005 dalam Yuristin Devina, Apriza,

2018), ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka yaitu;

penambahan usia yang dianggap berpengaruh terhadap semua fase penyembuhan

luka sehubungan dengan adanya gangguan sirkulasi dan koagulasi, respon

inflamasi yang lebih lambat dan penurunan aktivitas fibrolas. Selain penambahan

usia, status gizi juga dapat mempengaruhi penyembuhan luka, dimana untuk

penyembuhan luka diperlukan asupan protein, vitamin A dan C, tembaga, zinkum.

dan zat besi yang adekuat. Protein mensuplai asam amino, yang dibutuhkan untuk

perbaikan jaringan dan regenerasi.Vitamin A dan zinkum diperlukan untuk

epiteliasasi, dan vitamin C serta zinkum diperlukan untuk sintesis kolagen dan

integrafi kapiler.

2.3 Tikus Putih (Rattus norvegicus)

2.3.1 Klasifikasi

Klasifikasi Tikus putih (Rattus norvegicus) sebagai berikut (Budi akbar,

2010).

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Subordo : Odontoceti

Familia : Muridae

Genus : Rattus

Spesies : Rattus norvegicus

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Chormolaena Odarata L.eprints.umm.ac.id/62703/2/BAB II.pdfdemikian, gulma ini tumbuh dengan baik di tempat-tempat yang terbuka seperti padang rumput, tanah

22

2.3.2 Deskripsi

Tikus putih dan mencit dibudidayakan untuk berbagai keperluan antara

lain: hewan percobaan, pakan reptil, dan pakan burung predator. Bahkan kulit

tikus telah dimanfaatkan sebagai bahan baku dompet dan jaket oleh Koperasi Unit

Desa Tani Mukti, Karangampel, Indramayu pada tahun 1995 (Mulyadi, 1995).

Tikus putih dan mencit merupakan hewan laboratorium yang sering digunakan

karena kemampuan reproduksi tinggi (sekitar 10-12 anak/kelahiran), harga dan

biaya pemeliharaan relatif murah, serta efisien dalam waktu karena sifat genetik

dapat dibuat seragam dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan ternak

besar (Arrington , 1972 dalam Kartika .A. A, 2013).

Tikus (Rattus sp) termasuk binatang pengerat yang merugikan dan termasuk

hama terhadap tanaman petani. Selain menjadi hama yang merugikan, hewan ini juga

membahayakan kehidupan manusia. Sebagai pembawa penyakit yang berbahaya,

hewan ini dapat menularkanpenyakit seperti wabah pes dan leptospirosis.Hewan ini,

hidup bergerombol dalam sebuah lubang satu gerombol dapat mencapai 200 ekor. Di

alam tikus ini dijumpai di perkebunan kelapa, selokan dan padang rumput. Tikus ini

mempunyai indera pembau yang sangat tajam (Budi akbar, 2010).

Perkembangbiakan tikus sangat luar biasa.Sekali beranak tikus dapat

menghasilkan sampai 15 ekor, namun rata-rata 9 ekor. Nama lain hewan ini di

berbagai daerah di Indonesia, antara lain di Minangkabau orang menyebutnya

mencit, sedangkan orang Sunda menyebutnya beurit. Tikus yang paling terkenal

ialah tikus berwarna coklat, yang menjadi hama pada usaha-usaha pertanian dan

pangan yang disimpan di gudang. Tikus albino (tikus putih) banyak digunakan

sebagai hewan percobaan di laboratorium (Budi akbar, 2010).

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Chormolaena Odarata L.eprints.umm.ac.id/62703/2/BAB II.pdfdemikian, gulma ini tumbuh dengan baik di tempat-tempat yang terbuka seperti padang rumput, tanah

23

Gambar 2. 3 Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Sprague Dawley

Sumber: (Dokumen pribadi, 2019)

Tikus putih yang digunakan untuk percobaan laboratorium yang dikenal

ada tiga macam galur yaitu Sprague Dawley, Long Evans dan Wistar. Tikus

galur Sprague-Dawley dinamakan demikian, karena ditemukan oleh seorang ahli

Kimia dari Universitas Wisconsin, Dawley. Tikus putih memiliki beberapa sifat

yang menguntungkan sebagai hewan uji penelitian di antaranya

perkembangbiakan cepat, mempunyai ukuran yang lebih besar dari mencit, mudah

dipelihara dalam jumlah yang banyak. Tikus putih juga memiliki ciri-ciri

morfologis seperti albino, kepala kecil, dan ekor yang lebih panjang dibandingkan

badannya, pertumbuhannya cepat, temperamennya baik, kemampuan laktasi

tinggi, dan tahan terhadap arsenik tiroksid (Budi akbar, 2010).

2.4 Hasil dan Pemanfaatan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah segala hal yang memfasilitasi seseorang untuk

mendapatkan pengalaman. Sumber belajar berasal dari dua kata yakni sumber dan

belajar, sumber berarti asal atau awal mula, sedangkan belajar adalah proses

mencari pengalaman (Satrianawati, 2018). Sumber belajar adalah segala sesuatu

(benda, data, fakta, ide, orang, dan lain sebagainya) yang bisa menimbulkan

proses belajar (Prastowo, 2018).

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Chormolaena Odarata L.eprints.umm.ac.id/62703/2/BAB II.pdfdemikian, gulma ini tumbuh dengan baik di tempat-tempat yang terbuka seperti padang rumput, tanah

24

Penelitian yang dilakukan peneliti menghasilkan informasi baru yang

dapat dijadikan sumber belajar oleh peserta didik. Materi yang dapat

dikembangkan sesuai penelitian yang dilakukan yakni, pemanfaatan

keanekaragaman hayati Indonesia. Materi tersebut memiliki indikator pencapaian

yakni siswa mampu menganalisis dan menjelaskan pemanfaatan keanekaragaman

hayati terutama di lingkungan sekitarnya dengan menerapkan sikap ilmiah. Hasil

penelitian menjadi informasi baru bagi siswa dan sikap ilmiah didapatkan dari

langkah-langkah yang telah dilakukan peneliti untuk memperoleh hasil dalam

penelitian.

2.5 Kerangka Berfikir

Ekstrak Daun kirinyuh merupakan salah satu jenis tumbuhan dari famili

asteraceae. Daunnya mengandung beberapa senyawa utama seperti tannin, fenol,

flavonoid, saponin dan steroid yang dibutuhkan oleh hewan, sehingga ekstrak

daun kirinyuh bermanfaaat sebagai obat untuk penyembuhan luka.Cara

menggunakan tanaman kirinyuh sebagai obat luka maka daun muda dihancurkan,

dan cairan yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengobati luka kulit.

Fungsi kandungan daun kirinyuh flavonoid dapat menghambat pertumbuhan,

Tannin dapat menyebabkan penciutan pori-pori kulit, memperkeras kulit,

menghentikan eksudat dan pendarahan yang ringan, sehingga mampu menutupi

luka dan mencegah pendarahan yang biasa timbul pada luka, Saponin memiliki

kemampuan sebagai antimikroba dan berfungsi membunuh atau mencegah

pertumbuhan mikroorganisme yang biasa timbul pada luka sehingga luka tidak

mengalami infeksi yang berat dan Steroid dikenal untuk mempercepat proses

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Chormolaena Odarata L.eprints.umm.ac.id/62703/2/BAB II.pdfdemikian, gulma ini tumbuh dengan baik di tempat-tempat yang terbuka seperti padang rumput, tanah

25

penyembuhan luka karena dapat menurunkan peradangan, yang memiliki peran

dalam penyusutan luka dan peningkatan laju epitelisasi.

Luka bakar adalah bentuk kerusakan dan kehilangan jaringan yang disebabkan

oleh sumber daya yang memiliki suhu yang sanggat tinggi yaitu api, air panas, zat

kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar dapat menyebabkan kerusakan dan

peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler, kerusakan jaringan kulit, dalam

keadaan yang parah dapat menyebabkan gangguan serius pada paru-paru, ginjal,

dan Luka bakar tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap

berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, perawatan

luka bakar memegang peranan penting dalam proses penyembuhan luka.

Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk memperbaiki

kerusakan yang terjadi pada kulit. Fisiologi penyembuhan luka secara alami akan

melewati beberapa fase, yaitu fase haemostasis, fase inflamasi, fase proliferasi,

dan fase maturasi. Pada fase proliferasi, terjadi proses kontraksi luka, epitelisasi,

dan pembentukan jaringan granulasi. Jaringan granulasi adalah pertumbuhan

jaringan baru yang terjadi ketika luka mengalami proses penyembuhan, terdiri atas

pembuluh-pembuluh kapiler yang baru dan sel-sel fibroblas yang mengisi rongga

tersebut. Pembentukan jaringan granulasi adalah tahap yang penting dalam fase

proliferasi dan penyembuhan luka. Jadi, peran perawat dalam perawatan luka

seperti pemilihan balutan hingga pemilihan larutan pembersih luka menjadi sangat

penting untuk mempercepat proses penyembuhan luka.

Tikus putih (Rattus norvegicus) banyak digunakan sebagai hewan percobaan

pada berbagai penelitian. Tikus putih tersertifikasi diharapkan lebih

mempermudah para peneliti dalam mendapatkan hewan percobaan yang sesuai

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Chormolaena Odarata L.eprints.umm.ac.id/62703/2/BAB II.pdfdemikian, gulma ini tumbuh dengan baik di tempat-tempat yang terbuka seperti padang rumput, tanah

26

dengan kriteria yang dibutuhkan. Tikus yang digunakan dalam penelitian adalah

tikus jantan dengan umur 2 bulan dan berat badanya mencapai 150-200 gram,

bukan tikus betina, alasannya kriteria yang dibutuhkan oleh peneliti dalam

menentukan tikus putih sebagai hewan percobaan yang memenuhi keriteria

penelitian seperti kontrol (recording) pakan, kontrol (recording) kesehatan,

recording perkawinan, jenis (strain), umur, bobot badan, jenis kelamin, silsilah

genetik. Terdapat tiga galur tikus putih yang memiliki kekhususan untu digunakan

sebagai hewan percobaan antara lain Wistar, long evans dan Sprague dawley. Hal

ini disebabkan karena secara genetik mempunyai kemiripan dengan manusia.

Pemberian ekstrak daun kirinyuh teradap penyembuhan luka sayat dengan konsentrasi

12,5% memerikan efek penyembuhan luka lebih cepat. Oleh karena itu, pada penelitian ini

penulis ingin menggunakan ekstrak daun kirinyuh untuk penyembuhan luka bakar dengan

menggunakan konsentrasi yang berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu menggunakan

konsentrasi 7,5 %, 10% dan 12,5%. Pemilihan konsentrasi tersebut dilatarbelakngi karena

perbedaan perlakuan yang digunakan sehingga konsentrasi ekstrak daun kirinyuh yang

dibutuhkan perlakuan tentunya akan berbeda dan penulis ingin mengetahui pada

konsentrasi berapakah pemberian ekstrak daun kirinyuh memiliki lebih cepat terhadap

penyembuhan luka bakar.

Proses penyembuhan luka bakar terdiri dari 3 fase yaitu fase inflamsi

inflamasi, fase proliferasi, dan fase penyembuhan. Fase inflamasi yang ditandai

dengan adanya pembengkakan, fase proliferasi ditandai dengan adanya

pembentukan eksudat dan fibroblas yang terlihat seperti kerak pada bagian atas

luka, dan fase penyembuhan yang ditandai dengan terbentuknya jaringan baru

yang berarti luka sudah mengecil atau sembuh, sehingga dapat diketahui pada

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Chormolaena Odarata L.eprints.umm.ac.id/62703/2/BAB II.pdfdemikian, gulma ini tumbuh dengan baik di tempat-tempat yang terbuka seperti padang rumput, tanah

27

konsentrasiekstrak daun kirinyuh berapakah yang paling berpengaruh untuk

penyembuhan luka bakar. Penggunaan ekstrakdaun kirinyuh dengan berbagai

konsentrasi diharapkan dapat berpengaruh untuk penyembuhan luka bakar

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan secara sistematis,

seperti berikut.

2.6 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang ada, maka kerangka konsep yang digunakan dapat

dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Chormolaena Odarata L.eprints.umm.ac.id/62703/2/BAB II.pdfdemikian, gulma ini tumbuh dengan baik di tempat-tempat yang terbuka seperti padang rumput, tanah

28

2.7 Hipotesis

Berdasarakan rumusan masalah dan tujuan penelitian diatas, maka

hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada pengaruh pemberian ekstrak daun kirinyuh (Chromolaena

odorata L.) terhadap penyembuhan luka bakar pada tikus putih

(Rattus norvegicus).