14
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan esensial dalam pengajaran, juga terkait dengan berbagai faktor yang dapat memberikan perubahan pada siswa. Faktor siswa, guru serta faktor lingkungan secara menyeluruh merupakan faktor-faktor yang berpengaruh. Menurut T. Raka Joni (1998) bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh matangnya seseorang atau perubahan yang bersifat temporer. Selanjutnya Sardiman A.M (2010) Belajar merupakan peubah tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Belajar tidak untuk mengubah tingkah laku tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah mempelajari sesuatu menjadi keterampilan dan pengetahuan (Bruner dalam Daryanto, 2010). Sedangkan menurut Slameto (2003) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri yaitu berinteraksi dengan lingkungan . Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan individu dan menyebabkan adanya perubahan tingkah laku sebagai responden terhadap lingkungan, baik langsung ataupun tidak langsung. 2.1.1.2 Pengertian Hasil Belajar Menurut Nana Sudjana (2011) hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan guru mengajar dan keberhasilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/876/3/T1_292008125_BAB II.pdf2.1.1.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/876/3/T1_292008125_BAB II.pdf2.1.1.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hasil Belajar

2.1.1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan esensial dalam pengajaran, juga terkait

dengan berbagai faktor yang dapat memberikan perubahan pada siswa. Faktor

siswa, guru serta faktor lingkungan secara menyeluruh merupakan faktor-faktor

yang berpengaruh. Menurut T. Raka Joni (1998) bahwa belajar adalah perubahan

tingkah laku yang disebabkan oleh matangnya seseorang atau perubahan yang

bersifat temporer.

Selanjutnya Sardiman A.M (2010) Belajar merupakan peubah tingkah laku

atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,

mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

Belajar tidak untuk mengubah tingkah laku tetapi untuk mengubah

kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih

banyak dan mudah mempelajari sesuatu menjadi keterampilan dan pengetahuan

(Bruner dalam Daryanto, 2010).

Sedangkan menurut Slameto (2003) Belajar adalah suatu proses usaha

yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri yaitu

berinteraksi dengan lingkungan .

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah usaha sadar yang

dilakukan individu dan menyebabkan adanya perubahan tingkah laku sebagai

responden terhadap lingkungan, baik langsung ataupun tidak langsung.

2.1.1.2 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (2011) hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan guru mengajar dan keberhasilan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/876/3/T1_292008125_BAB II.pdf2.1.1.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

7

siswa dalam belajar, setiap akhir pelajaran diadakan evaluasi belajar yang

bertujuan untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar. Indikator

kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik dalam proses belajar

mengajar disebut juga dengan hasil belajar. Hasil adalah penilaian pendidikan

tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenan dengan penguasaan

bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di

dalam kurikulum. Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan

hasil belajar siswa yang dibimbingnya. Karena itu guru harus memiliki hubungan

dengan siswa yang dapat terjadi melalui proses belajar mengajar. Setiap proses

belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang

dicapai siswa.

Sedangkan pengertian hasil belajar yang dikemukakan Oemar Hamalik

(2005) yaitu hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada

diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan sikap dan

keterampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan

pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari

tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan

kurikuler maupun tujuan instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari

Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2011) yang secara garis besar membaginya

menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.

a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama tersebut kognitif tingkat rendah

dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris yakni gerakan

refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/876/3/T1_292008125_BAB II.pdf2.1.1.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

8

atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan

interpretatif.

Berdasarkan pengertian menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar suatu bukti keberhasilan setelah melakukan usaha yang maksimal

dalam kegiatan belajar. Untuk mengetahui kegiatan itu berhasil atau tidak, maka

harus dilakukan pengukuran dalam upaya penilaian.

2.1.1.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Aktivitas belajar siswa tidak selamanya berlangsung wajar, kadang-kadang

lancar dan kadang-kadang tidak, kadang-kadang cepat menangkap apa yang

dipelajari, kadang-kadang terasa sulit untuk dipahami. Dalam hal semangat pun

kadang-kadang tinggi dan kadang-kadang sulit untuk bisa berkosentrasi dalam

belajar. Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap siswa dalam

kehidupannya sehari-hari di dalam aktivitas belajar mengajar.

Setiap siswa memang tidak ada yang sama, perbedaan individual inilah

yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan siswa, sehingga

menyebabkan perbedaan dalam hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari

suatu proses yang di dalamnya terdapat sejumlah faktor yang saling

mempengaruhi, tinggi rendahnya hasil belajar siswa tergantung pada faktor-faktor

tersebut.

Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar baik itu

menurut Muhibbin Syah, Slamet, Sumardi Suryabrata dapat digolongkan menjadi

tiga macam, sebagai mana yang dikatakan oleh Abu Ahmadi dalam Saminanto

(2010) yaitu:

1. Faktor-faktor stimulasi belajar.

Segala sesuatu diluar individu yang merangsang individu untuk mengadakan

reaksi atau perbuatan belajar dikelompokan dalam faktor stimulasi belajar

antara lain: panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya

bahan pelajaran, berat ringannnya tugas, suasana lingkungan eksternal.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/876/3/T1_292008125_BAB II.pdf2.1.1.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

9

2. Faktor-faktor metode belajar.

Metode belajar yang dipakai guru sangat mempengaruhi metode belajar yang

dipakai oleh si pelajar, faktor-faktor metode belajar menyangkt hal berikut:

kegiatan berlatih atau praktek, everlearning dan drill, resitasi belajar,

pengenalan tentang hasil-hasil belajar, belajar dengan keseluruhan dan dengan

bagian-bagian, penggunaan modalited indera, bimbingan dalam belajar,

kondisi-kondisi intensif.

3. Faktor-faktor individual.

Faktor-faktor individual meliputi: kematangan, faktor usia kronologis,

perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi

kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani, dan motivasi.

2.1.1.4 Cara Pengukuran Hasil Belajar

Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa.

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar

yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek

yang dinilai adalah hasil belajar siswa. Sedangkan penilaian proses belajar adalah

upaya memberi nilai terhadap belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan

guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Dalam penilaian ini dilihat seajuh

mana keefetifan dan efesiensinya dalam mencapai tujuan pengajaran atau

perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar

saling berkaitan satu sama lain sebab hasil merupakan akibat dari proses (Nana

Sudjana, 2011)

Pada penelitian ini, untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar

siswa digunakan alat penilaian untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah

ditetapkan tercapai atau tidak. Alat penilaian yang digunakan untuk mengukur

hasil belajar menggunakan evaluasi. Tes evaluasi tersebut menggunakan tes

objektif dimana jawaban yang diharapkan adalah tertentu yang tidak dipaparkan

dianggap salah. Hasil belajar ini, diambil dari skor yang diperoleh siswa dari tes

objektif disetiap akhir siklus. Sedangkan untuk mengukur keberhasilan proses

belajar menggunakan lembar observasi guru dan siswa.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/876/3/T1_292008125_BAB II.pdf2.1.1.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

10

2.1.2 Pembelajaran Matematika

Menurut Suyitno dalam Saminanto (2010) Pembelajaran adalah upaya

untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat,

bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal anatara

guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.

Pembelajaran adalah siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan

konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah dan guru

berfungsi sebagai motivator bagi siswa mendapatkan pengalaman yang

memungkinkan mereka menemukan dan memecahkan masalah (Bruner dalam

Saminanto, 2010).

Pembelajaran matematika adalah proses membantu siswa mempelajari

matematika dengan menggunakan perencanaan yang tepat, mewujudkannya

sesuai kondisi yang tepat pula sehingga tercapai hasil yang memuaskan. Hasil

tersebut merupakan tujuan yang telah dirumuskan yang merupakan akibat dari

interaksi antara guru yang mengajar dan murid yang belajar matematika (Nana

Sudjana, 1998).

Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika secara tuntas guru harus

bisa merencanakan pembelajaran dengan tepat, mewujudkannya dalam kondisi

yang tepat, metode mengajar yang tepat, serta didukung oleh media pembelajaran

yang tepat pula.

Berdasarkan pengertian pembelajaran matematika tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dapat diartikan sebagai proses

belajar matematika oleh siswa dengan perencanaan yang tepat sehingga akan

tercapai hasil yang memuaskan.

2.1.2.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin

memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi

informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/876/3/T1_292008125_BAB II.pdf2.1.1.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

11

Untuk menguasai teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika

yang kuat sejak dini.

Kata “matematika” berasal dari kata “mathema” dalam bahasa Yunani

yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar”, juga

“mathematikos” yang diartikan sebagai “suka belajar”. Matematika secara umum

ditegaskan sebagai penelitian pola-pola dari struktur, perubahan dan ruang,

seorang mungkin mengatakan matematika adalah penelitian bilangan dan angka.

Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang

menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi

matematika. Ada pendapat yang terkenal yang memandang matematika sebagai

pelayan dan sekaligus raja dari ilmu-ilmu lain. Sebagai pelayan, matematika

adalah ilmu dasar yang melandasi dan melayani berbagai ilmu pengetahuan lain

atau Wikipedia Indonesia (Siti Aslikah, 2009).

Matematika yaitu pengkajian logis mengenai bentuk, susunan, besaran dan

konsep-konsep yang berkaitan, matematika sering kali dikelompokkan ke dalam

tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri, walaupun demikian tidak dibuat

pembagian yang jelas karena cabang-cabang ini telah bercampur baur. Pada

dasarnya aljabar melibatkan bilangan dan pengabstrakannya analisis melibatkan

kekontinuan dan limit, sedangkan geometri membahas bentuk dan konsep-konsep

yang berkaitan.

Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-

aspek bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengolahan data. Sedangkan

tujuan pembelajaran matematika adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai

berikut:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, evisien, dan

tepat dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/876/3/T1_292008125_BAB II.pdf2.1.1.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

12

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang di peroleh.

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah. (Tim MkPBM, 2001).

Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika,

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Sesuai dengan hakekat pendidikan metematika maka tujuan pendidikan

matematika tidaklah hanya sekedar agar siswa dapat memiliki kemampuan

berhitung, melainkan juga melalui pendidikan matematika diharapkan dapat

menimbulkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan, serta membentuk

sikap logis, kritis, cemat, kreatif dan disiplin, sekaligus juga mempersiapkan siswa

agar dapat menggunakan matematika dalam menyelesaikan soal-soal dan

pemecahan masalah dengan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari hari

serta dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

2.1.3 Konsep Pembagian

Secara matematika konsep yang berlaku untuk pembagian dapat

didefinisikan berikut ini : a : b = ... artinya adalah ada sekumpulan benda

sebanyak a dibagi rata (sama banyak) dalam b kelompok. Maka cara membaginya

dilakukan dengan pengambilan berulang sebanyak b sampai habis dengan setiap

kali pengambilan dibagi rata ke semua kelompok. Banyaknya pengambilan

ditunjukkan dengan hasil yang didapat masing-masing kelompok. Hasil bagi

adalah banyaknya pengambilan/banyaknya anggota yang dimuat oleh masing-

masing kelompok.

Akibat dari definisi (aturan membagi sama banyak) tersebut adalah :

1. Dari sebuah kumpulan benda sebanyak a tersebut jika pengambilan berulang

yang dilakukan untuk dibagi rata itu setiap kalinya sebanyak b anggota, dan

jika banyaknya kali pengambilan sampai habis itu adalah c kali, maka kalimat

matematika yang bersesuaian dengan pembagian tersebut adalah a : b = c.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/876/3/T1_292008125_BAB II.pdf2.1.1.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

13

Contoh : 30 : 6 = 5 artinya adalah ada 5 kali pengambilan enaman sampai

habis pada bilangan 30, dengan setiap kali pengambilan dibagi rata ke dalam

6 kelompok.

2. Suatu hal yang amat penting dan jarang dilakukan oleh guru di awal

pembelajaran pembagian adalah “memberi pengalaman membagi kepada

siswanya” menggunakan beberapa soal sederhana sehingga siswa dapat

“memahami dan menghayati makna pembagian yang dimaksud dalam

matematika” padahal pengalaman seperti ini diperlukan dalam penanaman

konsep pada pembagian lanjut.

3. Dengan mengacu pada 3 falsafah Cina: (1) saya mendengar dan saya lupa, (2)

saya melihat dan saya ingat, (3) saya mempraktikkan dan saya mengerti, maka

mustahil bagi siswa/anak untuk dapat memahami makna pembagian (baik

pembagian dasar maupun pembagian lanjut) tanpa pernah diberikan

pengalaman membagi secara nyata. Pengalaman membagi yang paling tepat

adalah diberikan di awal pembelajaran (di kelas II semester 2), yakni di awal

penanaman konsep setelah pelajaran perkalian selesai secara tuntas (mulai dari

penanaman konsep, pemahaman konsep, hingga pembinaan keterampilan).

4. Kebiasaan umum yang sangat tidak dibenarkan menurut kaidah-kaidah

pembelajaran matematika adalah “Guru hanya memberikan pengumuman

seperti misalnya dari pertanyaan “berapakah 4 . 7?” Setelah dijawab 4 . 7 = 28

guru kemudian menerangkan, jika 4 . 7 = 28 maka 28 : 4 = 7 dan 28 : 7 = 4.

Pertanyaan berikutnya misal “berapakah 8 . 5?” Setelah dijawab 8 . 5 = 40

guru kemudian menerangkan, jika dari 8 . 5 = 40 maka 40 : 5 = 8 dan 40 : 8 =

5

5. Demikianlah seterusnya hingga dirasa cukup. Dari pengumuman itulah

selanjutnya siwa didril pembagian dasar (pembagian yang berkait langsung

dengan perkalian dasar, yakni perkalian 2 bilangan 1 angka) hingga mereka

lancar.

6. Pembelajaran awal pembagian yang dibenarkan adalah (1) diberikan

pengalaman membagi (yang benar menurut konsep matematika), (2) anak

diajak mengamati hasil-hasil praktek membagi tersebut untuk melihat pola

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/876/3/T1_292008125_BAB II.pdf2.1.1.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

14

yang menghubungkan antara bilangan yang dibagi, pembagi, dan hasil

baginya, (3) anak diberi kesempatan untuk menyimpulkan apa hubungannya

antara bilangan depan, tengah, dan belakang (bilangan yang dibagi, pembagi,

dan hasil baginya).

Dengan mengacu pada kesimpulan tersebut dan hafal perkalian dasar,

maka pelajaran pembagian dasar dapat berlangsung secara lebih efektif (tujuan

pembelajaran tercapai secara efisien/lebih cepat dan lebih bermakna).

2.1.4 Metode Bermain Peran

2.1.4.1 Pengertian Metode Bermain Peran

Metode sosiodrama dan bermain peran dapat dikatakan sama artinya dan

dalam pemakaiannya sering disilihgantikan. Metode sosiodrama pada dasarnya

mendramatisasikan tingkah laku seseorang dalam hubungan sosial antar manusia

dan metode bermain peran pada dasarnya juga sama yakni siswa dapat berperan

atau memainnkan perannan dalam mendramatisasikan masalah sosial/psikologis

(Roestiyah, 2008)

Menurut Hamzah B. Uno (2009) bermain peran sebagai suatu model

pembelajaran bertujuan utuk membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di

dalam lingkungan sosial dan memecahkan dilemma dengan bantuan kelompok.

Artinya, melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran,

menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan

perilaku orang lain.

Martinis Yamin (2003) Metode bermain peran adalah metode yang

melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi.

Metode ini dapat dipergunakan dalam praktik isi pelajaran yang baru, mereka

diberi kesempatan seluas-luasnya untuk memerankan sehingga menemukan

kemungkinan masalah yang akan dihadapi dalam pelaksanaan sesungguhnya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode bermain peran adalah

permainan pembelajaran yang seolah-olah siswa dihadapkan pada situasi tertentu

untuk mengetahui pemahaman suatu konsep pembelajaran yang dilakukan dengan

melibatkan siswa bermain sendiri perannya masing-masing dalam materi

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/876/3/T1_292008125_BAB II.pdf2.1.1.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

15

pembelajaran. Metode bermain peran merupakan proses interaksi antar siswa dan

antara siswa dengan guru dalam kegiatan pembelajaran yang lebih aktif,

komunikasi berjalan dua arah dari guru ke siswa dan dari siswa ke guru. Dengan

demikian, siswa tidak hanya menerima penjelasan materi secara teoritis tetapi juga

ikut mengamati dan menganalisa masalah yang sedang diperankan yang

merupakan ilustrasi dari materi yang akan disampaikan.

2.1.4.2 Kelebihan dan Kelemahan Metode Bermain Peran

Menurut Roestiyah (2008) mengemukakan kebaikan-kebaikan atau

kelebihan metode bermain peran yakni dimana dengan metode ini, siswa lebih

tertarik perhatiannya pada pelajaran. Bagi siswa dengan berperan seperti orang

lain, maka siswa dapat menempatkan diri seperti watak orang lain. Siswa dapat

merasakan perasaan orang lain, sehingga menumbuhkan sikap saling pengertian,

tenggang rasa, toleransi dan cinta kasih, akhirnya siswa dapat berperandan

menimbulkan diskusi yang hidup. Disamping itu penontonpun tidak pasif tetapi

aktif mengamati dan mengajukan saran dan kritik.

Seperti metode-metode yang lain, metode bermain peran juga memiliki

kekurangan. Kekurangan Metode ini yaitu metode ini memerlukan waktu yang

relatif panjang/banyak, memerlukan kreatifitas dan kreasi yang tinggi dari pihak

guru maupun siswa, kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa

malu untuk memerankan suatu adekan tertentu, tidak semua materi pelajaran tidak

dapat disajikan melalui metode ini dan apabila pelaksanaan bermain peran

mengalami kegagalan, bukan saja memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus

berati tujuan pengajaran tidak tercapai dan waktu menjadi sia-sia.

2.1.4.3 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Bermain Peran

Sebelum menerapkan metode pembelajaran bermain peran, guru

hendaknya menyusun skenario sesuai kebutuhan. Hal ini perlu agar kegiatan

pembelajaran dapat menarik, mencapai sasaran dan tidak melebihi alokasi yang

ditentukan.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/876/3/T1_292008125_BAB II.pdf2.1.1.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

16

Langkah-langkah pelaksanaan metode bermain peran agar berhasil dengan

baik menurut Roestiyah (2008), yaitu :

a. Guru harus mengajarkan dan memperkenalkan kepada siswa tentang teknik

pelaksanaan metode bermain peran ini, bahwa dengan metode ini siswa

dapat memecahkan masalah sesuai hubungan social yang actual di

masyarakat.

b. Guru menunjuk beberapa siswa yang lain menjadi penonton dengan tugas-

tugas tertentu pula.

c. Guru harus memilih masalah yang urgen sehingga menarik minat siswa.

d. Guru harus dapat menceritakan peristiwa yang akan diperankan sambil

mengatur adegan yang pertama agar siswa memahami peristiwanya.

e. Bila ada kesediaan sukarela dari siswa untuk berperan, guru harus

memberikan tanggapan dan harus mempertimbangkan apakah siswa yang

memiliki kemampuan dan pengetahuan serta pengalaman sesuai dengan

peran yang akan dimainkan.

f. Guru memberikan penjelasan kepada pemeran dengan baik sebaik-baiknya,

agar mengetahui tugas perannya, menguasai masalahnya dan pandai

berekspresi maupun berdialog.

g. Siswa yang tidak bermain peran menjadi penonton yang aktif, disamping

mendengar dan melihat, siswa harus memberikan saran dan kritik kepada

siswa yang telah bermain peran.

h. Bila siswa belum terbiasa, perlu dibantu guru dalam menimbulkan kalimat

pertama dalam dialog.

i. Setelah bermain peran mencapai situasi klimaks, maka harus dihentikan agar

kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat didiskusikan secara

umum. Sehingga para penonton ada kesempatan untuk berpendapat, menilai

permainan dan sebagainya. Bermain peran juga dapat dihentikan bila sedang

menemui jalan buntu

j. Sebagai tindak lanjut sebagai diskusi, dilakukan tanya jawab, diskusi atau

membuat karangan yang berbentuk sandiwara.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/876/3/T1_292008125_BAB II.pdf2.1.1.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

17

Sejalan dengan pendapat diatas, langkah-langkah metode bermain peran

menurut Saminanto (2010) adalah sebagai berikut :

a. Guru menyusun/ menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.

b. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum

KBM

c. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang

d. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.

e. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario

yang sudah dipersiapkan.

f. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil

memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan.

g. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai

lembar kerja untuk membahas.

h. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya

i. Guru memberikan kesimpulan secara umum

j. Evaluasi

k. Penutup

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan Rianta Agus Prabawa (2010) dengan judul

penelitian “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Bermain Peran Pada

Pokok Bahasan Operasi Hitung Campuran Untuk Siswa Kelas II SD N Winong

Semester II Tahun Ajaran 2009/2010”, pada 37 siswa menghasilkan rata-rata

kelas prasiklus 58,4, pada siklus I nilai rata-rata kelas adalah 65,4 dengan

ketuntasan klasikal 56,7% sedangkan pada siklus II nilai rata-rata kelas adalah

75,1 dengan ketuntasan klasikal 100%, sehingga metode bermain peran tersebut

berhasil meningkatkan prestasi siswa.

Temuan penelitian Krisna Nugraha (2009) dengan judul penelitian

“Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Sub Pokok Bahasan Pembagian

Menggunakan Metode Bermain Peran Pada Siswa Kelas II SD Negeri Bringin 1

Kecamatan Beringin Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2008/2009”, pada 30

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/876/3/T1_292008125_BAB II.pdf2.1.1.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

18

siswa menghasilkan nilai rata- rata siswa 5,5 pada post test I nilai rata-rata siswa

6,8 sedangkan tes ke II nilai rata-rata siswa 8,0 sehingga metode bermain tersebut

berhasil meningkatkan prestasi siswa.

2.3 Kerangka Berfikir

Penerapan pembelajaran pada penelitian ini berdasarkan skema kerangka

berpikir. Adapun skema itu adalah sebagai berikut:

Pada skema di atas dapat dijelaskan bahwa kondisi awal dalam proses

pembelajaran masih konvensional dan dalam membagikan dua angka siswa masih

kesulitan. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

matematika pembagian dua angka rendah. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari

nilai ulangan harian siswa dari siswa yang berjumlah 29 siswa terdapat 18 siswa

yang mendapatkan KKM di bawah 65, sedangkan 11 siswa lainnya mendapat nilai

KONDISI AWAL

TINDAKAN

KONDISI AKHIR

75% kemampuan dalam membagikan dua angka siswa meningkat. 75% dari hasil belajar siswa meningkat berdasarkan hasil evaluasi tertulis siswa. 75% dari jumlah siswa memperoleh nilai ≥ 65 sesuai dengan KKM.

Metode bermain peran adalah permainan pembelajaran yang seolah-olah siswa dihadapkan pada situasi tertentu untuk mengetahui pemahaman suatu konsep.

Kemampuan belajar siswa dalam membagikan dua angka rendah Hasil belajar materi Pembagian Bilangan Dua Angka dari 29 siswa terdapat 18 siswa mendapat nilai dibawah KKM sedangkan 11 siswa diatas KKM. ( KKM = 65 )

SIKLUS II

SIKLUS I

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/876/3/T1_292008125_BAB II.pdf2.1.1.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

19

di atas KKM atau di atas nilai 65. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan dalam

proses pembelajaran yang dapat meningkatkan ketrampilan membagikan dua

angka sehingga dapat meningkatkan juga terhadap hasil belajar siswa dalam mata

pelajaran matematika pembagian dua angka. Tindakan ini dilakukan dalam dua

siklus yaitu siklus I dan siklus II melalui pembelajaran dengan menerapkan

metode bermain peran yaitu permainan pembelajaran yang seolah-olah siswa

dihadapkan pada situasi tertentu untuk mengetahui pemahaman suatu konsep.

Setelah dilakukan suatu tindakan maka, diperoleh kondisi akhir yang merupakan

hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan melalui penerapan metode

pembelajaran bermain peran. Kondisi akhir menunjukan 75% kemampuan dalam

membagikan dua angka siswa meningkat. Dan 75% dari hasil belajar siswa

meningkat berdasarkan hasil evaluasi tertulis siswa. sedangkan ketuntasan belajar

siswa 75% memperoleh nilai ≥65 sesuai dengan KKM.

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah pembelajaran

menggunakan metode bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran matematika pembagian dua angka kelas II SD

Muhammadiyah Ambarketawang 3 Gamping Sleman Tahun Ajaran 2011/ 2012.