48
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Strategi Manajemen strategis adalah kumpulan keputusan dan tindakan dalam merumuskan, mengimplementasikan serta mengevaluasi rencana yang telah dirancang untuk mencapai tujuan organisasi dan memampukan kinerja jangka panjang organisasi (Pearce & Robinson, 2011: 3; David, 2010: 5). Istilah dari manajemen strategis digunakan untuk merujuk pada perumusan, implementasi dan evaluasi strategi sedangkan perencanaan strategis merujuk hanya pada perumusan strategi. Adapun tujuan dari manajemen strategis adalah untuk mengeksploitasi serta menciptakan berbagai peluang baru dan berbeda untuk waktu mendatang, perencanaan jangka panjang serta mengoptimalkan tren-tren yang terjadi saat ini bagi kelangsungan organisasi di masa yang akan datang (David, 2010: 5) 2.1.1 Perencanaan Strategi Perencanaan atau perumusan strategi adalah suatu proses untuk menetapkan di awal berbagai hasil akhir yang ingin dicapai organisasi di masa

BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Strategi

Manajemen strategis adalah kumpulan

keputusan dan tindakan dalam merumuskan,

mengimplementasikan serta mengevaluasi rencana

yang telah dirancang untuk mencapai tujuan

organisasi dan memampukan kinerja jangka

panjang organisasi (Pearce & Robinson, 2011: 3;

David, 2010: 5).

Istilah dari manajemen strategis digunakan

untuk merujuk pada perumusan, implementasi dan

evaluasi strategi sedangkan perencanaan strategis

merujuk hanya pada perumusan strategi. Adapun

tujuan dari manajemen strategis adalah untuk

mengeksploitasi serta menciptakan berbagai peluang

baru dan berbeda untuk waktu mendatang,

perencanaan jangka panjang serta mengoptimalkan

tren-tren yang terjadi saat ini bagi kelangsungan

organisasi di masa yang akan datang (David, 2010: 5)

2.1.1 Perencanaan Strategi

Perencanaan atau perumusan strategi adalah

suatu proses untuk menetapkan di awal berbagai

hasil akhir yang ingin dicapai organisasi di masa

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

14

mendatang. Hasil akhir yang ingin dicapai ini

dinyatakan dalam bentuk tujuan organisasi dalam

suatu kerangka waktu tertentu (Solihin, 2012: 10).

Dalam konteks sekolah, seorang kepala sekolah

harus mampu merumuskan berbagai rencana

tindakan yang memungkinkan sekolah mencapai

tujuan tersebut dan tindakan inilah yang dinamakan

strategi. Oleh karena itu proses dari sebuah

perencanaan pada dasarnya merupakan suatu

proses pembuatan tujuan sekaligus juga merupakan

proses pembuatan strategi (Jones & George, 2007:

202).

Rencana strategi yang dibuat oleh sekolah

perlu memperhatikan unsur-unsur dalam

perencanaan diantaranya adalah merumuskan visi,

misi, tujuan, strategi, kebijakan, prosedur dan

aturan, program serta anggaran sekolah (Solihin,

2012: 18). Dalam penyusunan rencana strategi ini,

kepala sekolah harus dapat memutuskan strategi

alternatif mana yang paling menguntungkan untuk

sekolah mereka karena tidak ada sekolah yang

memiliki sumber daya yang tak terbatas. Sehingga

keputusan terhadap perumusan strategi akan

mendorong terciptanya suatu komitmen dalam

sebuah sekolah yang akan menentukan keunggulan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

15

kompetitif jangka panjang. Seorang kepala sekolah

yang baik akan memahami sepenuhnya konsekuensi

dari keputusan perumusan strategi yang dibuatnya,

oleh karena itu ia harus memiliki perspektif yang

tepat dan menggunakan otoritas yang ia miliki untuk

mengerahkan sumber daya yang perlu bagi

implementasi dan penerapan strategi tersebut (David,

2010: 6).

Strategi merupakan cara untuk mencapai

tujuan melalui berbagai keputusan strategis yang

dibuat oleh manajemen organisasi yang diharapkan

akan menjamin terpeliharanya keunggulan

kompetitif bagi sekolah. Keputusan strategis ini

merupakan keputusan-keputusan yang akan

mempengaruhi keberlangsungan dari sebuah sekolah

dalam jangka panjang. Strategi perlu dirancang

untuk memastikan tujuan organisasi dapat dicapai

melalui implementasi yang tepat (Solihin, 2012: 24-

25). Substansi strategi pada dasarnya merupakan

rencana, oleh karena itu strategi berkaitan dengan

evaluasi dan pemilihan alternatif yang tersedia bagi

suatu manajemen dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan (Rahayu, 2010: 49). Selanjutnya Rahayu

menjelaskan bahwa guna menjamin kesesuaian

tuntutan lingkungan dan persaingan dengan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

16

kekuatan internal yang dimiliki, maka suatu satuan

pendidikan dituntut untuk senantiasa merevitalisasi

strateginya mengingat jika suatu satuan pendidikan

tidak mampu dalam merespons peluang dan

ancaman eksternal maka akan mengakibatkan

menurunnya daya saing atau terhambatnya

pencapaian kinerja satuan pendidikan itu. Apabila

hal ini terus menerus dibiarkan maka akan

mengancam kelangsungan satuan pendidikan yang

bersangkutan.

Penyusunan strategi untuk mencapai tujuan

organisasi dapat dilakukan salah satunya melalui

model resource based yang menyatakan bahwa

lingkungan internal atau sumber daya internal

merupakan input utama dan penentu strategi untuk

mencapai tujuan organisasi. Dalam hal ini,

lingkungan internal atau sumber daya internal

organisasi lebih penting dalam menentukan strategi

untuk mencapai tujuan organisasi itu daripada

lingkungan eksternal. Model resource-based

mengasumsikan bahwa organisasi dalam suatu

organisasi mengendalikan sumber daya yang berbeda

dan sumber daya ini tidak dapat berpindah antara

organisasi sacara sempurna. Melalui pilihan dan

langkah yang tepat, sumber daya internal organisasi

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

17

dapat dikembangkan ke dalam core competence.

Dalam model resource based, core competence

merupakan dasar dalam memilih strategi untuk

mencapai customer value dan kinerja yang tinggi

(Rahayu, 2010: 49-50).

2.1.2 Implementasi Strategi

Implementasi strategi merupakan suatu

proses tindakan dari seorang pemimpin yang terdiri

dari serangkaian aktivitas yang dipengaruhi oleh

sejumlah faktor internal dan eksternal yang saling

berhubungan dengan tujuan untuk mengubah

rencana strategis menjadi suatu kenyataan untuk

mencapai tujuan organisasi (Li dkk, 2008: 6).

Seorang pemimpin dalam hal ini kepala sekolah

harus mampu menetapkan tujuan tahunan,

membuat kebijakan, memotivasi guru dan staf dan

mengalokasikan sumber daya yang dimiliki sehingga

strategi yang telah dirumuskan sebelumnya dapat

dijalankan dengan baik. Keberhasilan dalam

menerapkan strategi sangat bergantung pada

kemampuan manajerial kepala sekolah dalam

memotivasi, membangun kedisiplinan dan komitmen

dalam diri karyawan untuk bekerja dengan rasa

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

18

bangga dan antusias demi mencapai tujuan yang

telah ditetapkan (David, 2010: 7).

2.1.3 Penilaian Strategi

Penilaian atau evaluasi strategi merupakan

tahap terakhir dalam manajemen strategis. Seorang

pemimpin perlu mengetahui ketika sebuah strategi

tertentu tidak berjalan dengan baik yang mungkin

dipengaruhi oleh faktor internal maupun ekternal

yang terus berubah. Semua strategi yang telah

dirancang dan diimplementasikan terbuka untuk

dimodifikasi kembali di masa yang akan datang

sehingga dapat terlaksana sesuai dengan tujuan

organisasi. Dalam tahap evaluasi ini terdapat tiga

aktivitas penilaian strategi yang mendasar yaitu (1)

peninjauan ulang faktor-faktor eksternal dan internal

yang menjadi landasan bagi strategi saat ini, (2)

pengukuran kinerja, dan (3) pengambilan langkah

korektif. Penilaian strategi diperlukan karena apa

yang berhasil saat ini bagi organisasi tidak selalu

berhasil kedepannya. Keberhasilan senantiasa

menciptakan persoalan baru dan berbeda karena

bagi organisasi yang mudah untuk berpuas diri akan

mengalami kegagalan dan kesulitan dalam peluang

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

19

untuk terus menciptakan keunggulan kompetitif

jangka panjang bagi organisasinya (David, 2010: 7).

2.2 Keunggulan Kompetitif Berkelanjutan

Keunggulan kompetitif adalah segala sesuatu

yang dapat dilakukan dengan jauh lebih baik oleh

sebuah organisasi bila dibandingkan dengan

organisasi-organisasi saingan. Dalam konteks

sekolah, ketika sebuah sekolah dapat melakukan

sesuatu yang tidak dapat dibuat oleh sekolah

saingan, atau memiliki sesuatu yang amat diinginkan

oleh sekolah saingan maka hal tersebut dapat

mempresentasikan keunggulan kompetitif.

Memperoleh dan mempertahankan keunggulan

kompetitif sangat penting bagi keberhasilan jangka

panjang bagi sebuah sekolah (David, 2010: 11).

Selanjutnya dijelaskan bahwa sebuah sekolah

dapat mempertahankan suatu keunggulan

kompetitifnya selama kurun waktu tertentu saja

sebab para saingan akan segera meniru dan

mendesak keunggulan tersebut. Sebuah sekolah

harus berjuang untuk meraih keunggulan kompetitif

yang berkelanjutan dengan cara (1) terus menerus

beradaptasi pada perubahan dalam tren, kegiatan

eksternal, kemampuan dan kompetensi serta sumber

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

20

daya internal; (2) efektif merumuskan, menerapkan,

dan menilai berbagai strategi yang semakin

menguatkan faktor-faktor tersebut (David, 2010: 13).

Untuk mencapai keunggulan kompetitif

tersebut tidak terlepas dari bagaimana sekolah

merancang dan mengimplementasikan strateginya

guna mempertahankan dan bertahan di dalam

persaingan sekolah yang semakin sengit di zaman

ini. Strategi yang dapat dirancang oleh sekolah untuk

dapat menjaga dan meningkatkan daya saingnya

adalah melalui strategi bersaing sekolah. Strategi

bersaing merupakan upaya mencari posisi bersaing

yang menguntungkan dalam suatu arena

fundamental dimana persaingan berlangsung dengan

menerapkan strategi-strategi manajemen dalam

mencapai misi atau tujuan yang telah ditetapkan

sehingga menghasilkan sebuah keunggulan bersaing

(competitive advantage) bagi sekolah (Porter, 2007:

22; Barney, 2007: 17). Hal ini berarti sekolah harus

mampu merumuskan strategi dan posisi yang tepat

agar dapat memenangkan persaingan.

Strategi bersaing sekolah bertujuan untuk

membina posisi dimana suatu lembaga dapat

melindungi diri sendiri dengan sebaik-baiknya

terhadap kekuatan tekanan persaingan atau dapat

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

21

mempengaruhi tekanan tersebut secara positif. Oleh

karena itu, untuk menciptakan posisi bertahan yang

aman (defendable position) diperlukan adanya

strategi bersaing yang efektif yang mencakup

tindakan-tindakan menyerang ataupun bertahan

(Porter, 2007: 34,65)

Menyelidiki dan menganalisis sumber masing-

masing kekuatan merupakan kunci dari sebuah

sekolah agar dapat mengembangkan sebuah strategi.

Pengetahuan tentang sumber-sumber yang

mendasari tekanan persaingan ini dapat

memperlihatkan kekuatan dan kelemahan sebuah

sekolah, menghidupkan posisi dalam lingkungannya,

menegaskan bidang-bidang di mana perubahan

strategis dapat memberikan manfaat terbesar, serta

menyoroti bidang-bidang dimana kecenderungan

menjanjikan adanya peluang atau ancaman terbesar

(Porter, 2007: 35).

Sekolah harus mampu bersaing dalam konteks

yang kompleks dan menantang yang sedang berubah

oleh banyak faktor seperti globalisasi, perkembangan

teknologi, perubahan teknologi baru yang semakin

pesat yang mempengaruhi pengembangan dan

penggunaan pengetahuan di abad ke dua puluh satu

yang mengharuskan sekolah melakukan sesuatu

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

22

yang berbeda untuk bertahan hidup dan

berkembang. Salah satu pendekatan yang populer

untuk memahami dan mengatasi dinamika

kompetitif ini yaitu melalui pandangan berbasis

sumber daya (Resource Based View). Sebuah sekolah

perlu memahami sumber daya dan kompetensi yang

dimilikinya serta bagaimana masing-masing sumber

daya tersebut dapat memberikan kontribusi terhadap

pembentukan berbagai kekuatan sekolah. Berbagai

kekuatan tersebut pula pada gilirannya nanti akan

berkontribusi terhadap pencapaian keunggulan

kompetitif (Solihin, 2012: 144).

2.3 Resource Based View (RBV)

RBV merupakan sebuah model alternatif untuk

meraih keunggulan kompetitif bagi sebuah organisasi

dengan mempelajari keunikan semua sumber daya

internal yang dimiliki dan dikontrol oleh organisasi.

Keunggulan kompetitif dapat dicapai apabila

sebuah organisasi mempunyai sesuatu yang tidak

dimiliki oleh pesaing lain, dapat melakukan sesuatu

yang lebih baik dibandingkan para pesaing atau

mampu melakukan sesuatu tidak mampu dilakukan

oleh organisasi lain. Oleh karena itu, keunggulan

kompetitif menjadi sebuah kebutuhan yang penting

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

23

bagi sebuah organisasi dalam meraih sukses jangka

panjang dan untuk menjaga kelangsungan hidup

organisasi. Bahkan organisasi nirlaba pun (nonprofit

organization) dalam hal ini sekolah harus mempunyai

keunggulan kompetitif yang dapat membedakan

mereka dengan organisasi lain (Kuncoro, 2006: 14)

Fokus atau perhatian utama dari model RBV

adalah pengembangan sumber daya (resources) dan

kapabilitas (capabilities) internal yang merupakan

core competencies yang dimiliki oleh sebuah

organisasi sebagai aset yang berharga dalam

menciptakan keunggulan kompetitif. Walaupun

model RBV ini berfokus pada analisis internal dari

sebuah organisasi, namun tidak berarti mengabaikan

faktor-faktor eksternal yang penting karena

pendekatan ini mengaitkan kapabilitas internal

organisasi dengan lingkungan eksternal (apa yang

diminta oleh pasar dan apa yang ditawarkan oleh

pesaing) (Barney & Hesterly, 2008: 74; Kuncoro,

2006: 17)..

Organisasi yang memiliki aset atau kapabilitas

yang khas akan memperoleh keunggulan yang

kompetitif, oleh karena itu sebuah organisasi perlu

mengetahui jenis, jumlah, sumber daya dan

kapabilitas yang ada karena inilah yang akan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

24

menentukan efektivitas dan efisiensi setiap pekerjaan

yang dilakukan dan mungkin beberapa aset atau

sumber daya tersebut dapat menjadi kunci tertentu

dalam memberikan sebuah keunggulan kompetitif

yang berkelanjutan bagi organisasi (Kuncoro, 2006:

17-18)

Sumber daya (resources) adalah aset yang

dimiliki oleh sebuah organisasi meliputi aset

berwujud (tangible asset), aset tak berwujud

(intangible asset), dan kapabilitas atau kemampuan

yang dapat dikontrol dan digunakan dalam

implementasi strategi. Aset atau sumber daya

berwujud adalah aset yang paling mudah

diidentifikasi dan sering ditemukan pada neraca

suatu organisasi. Sumber daya berwujud ini terdiri

dari: (1) Sumber daya finansial, meliputi kapasitas

peminjaman organisasi, kemampuan untuk

menghasilkan dana internal, rasio utang atau

ekuitas, rasio kas bersih terhadap belanja modal (2)

Sumber daya fisik, meliputi sarana dan prasarana,

akses, lokasi, (3) Sumber daya manusia, meliputi

pendidikan, pelatihan, pengalaman, kualifikasi,

kemampuan adaptasi, hubungan, tingkat upah

relatif terhadap rata-rata industri, komitmen dan

loyalitas terhadap organisasi, (4) Sumber daya

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

25

organisasional: struktur pelaporan formal dan sistem

perencanaan organisasi, sistem pengendalian

organisasi, sistem koordinasi formal organisasi.

Aset yang tak telihat atau sumber daya tak

berwujud merupakan aset yang tidak bisa dilihat

dengan mata telanjang atau disentuh. Sumber daya

yang tak berwujud ini meliputi: (1) Sumber daya

teknologi: persediaan teknologi seperti paten, merek

dan hak cipta, pengetahuan yang dibutuhkan untuk

menerapkannya dengan sukses, (2) Sumber daya

untuk inovasi: pekerja teknis, fasilitas riset, (3)

Reputasi dari suatu organisasi: reputasi dengan

konsumen yaitu persepsi mengenai kualitas produk,

reputasi dengan pemasok yaitu interaksi dengan

hubungan yang efisien, efektif, mendukung.

Walaupun tidak bisa dilihat dan disentuh, aset-aset

ini sering memberi sumbangan yang penting

terhadap keunggulan kompetitif .

Selanjutnya, kapabilitas atau kemampuan

organisasi merupakan hasil dari kombinasi unik atau

integrasi antara sumber daya yang berwujud

maupun tidak berwujud mengenai apa yang

dilakukan organisasi untuk mencapai tujuan.

Kapabilitas ini dapat berupa kemampuan organisasi

dalam menaikkan dana internal, kemampuan dalam

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

26

melaksanakan pelayanan pelanggan yang unggul

(outstanding), kemampuan pengembangan produk

unggul organisasi, kemampuan menghasilkan

produk inovasi, kemampuan dalam menggaji,

memotivasi, dan mempertahankan sumber daya

manusia. Kemampuan (capability) dan sumber daya

internal organisasi mencerminkan dasar bagi

pengembangan strategi penciptaan nilai. Sumber

daya dan kemampuan yang merupakan sumber

keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core

competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

penentu utama yang sesungguhnya dalam strategi

organisasi (Barney & Hesterly, 2008: 74; Grant, 2010

: 121-127).

2.4 Analisis VRIO (VRIO Analysis)

Sebuah organisasi dikatakan memiliki sumber

daya yang berharga dan dapat dijadikan keunggulan

kompetitif yang berkelanjutan apabila organisasi

tersebut memiliki sumber daya yang bernilai (Value),

langka (Rare), sukar ditiru (Imitability) dan mampu

dimanfaatkan (Organization).

Analisis VRIO adalah sebuah kerangka kerja

(framework) untuk menganalisis keanekaragaman

sumber daya (resource heterogeneity) dan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

27

kemenetapan sumber daya (resource immobility)

dalam sebuah organisasi apakah sumber daya

tersebut bermanfaat untuk menciptakan keunggulan

kompetitif berkelanjutan dalam organisasi dan

apakah sumber daya tertentu dari organisasi

merupakan kekuatan atau kelemahan.

Keanekaragaman sumber daya adalah sekumpulan

sumber daya produktif dan beragam antar

organisasi, sedangkan kemenetapan sumber daya

adalah sumber daya yang sangat mahal atau susah

untuk ditiru oleh para pesaing (Barney, 2007: 138).

Analisis VRIO yang dijelaskan oleh Barney

terdiri dari empat pertanyaan terhadap aktivitas

dalam organisasi, yaitu: (1) pertanyaan mengenai

value (nilai), (2) pertanyaan mengenai rarity (langka),

(3) pertanyaan mengenai imitability / costly to imitate

(mahal untuk ditiru), (4) pertanyaan mengenai

organization (dimanfaatkan oleh organisasi). Jawaban

dari keempat pertanyaan ini akan menentukan

apakah sumber daya tertentu atau kapabilitas

tertentu dari sebuah organisasi merupakan sebuah

kekuatan atau sebuah kelemahan.

Berikut adalah keempat pertanyaan yang

menentukan kekuatan atau pun kelemahan dalam

sebuah organisasi: (1) The question of Value: Do a

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

28

firm’s resources and capabilities enable the firm to

respond to environment threats or opportunities?

(Apakah sebuah sumber daya dan kapabilitas sebuah

organisasi dalam hal ini sekolah memampukan

sekolah untuk merespon ancaman atau peluang yang

ada di lingkungannya?) Sumber daya dapat

dikatakan bernilai atau menambah nilai apabila

sumber daya tersebut dapat digunakan untuk

memanfaatkan kondisi eksternal yang dapat

memberikan penghasilan untuk sekolah, atau

sumber daya tersebut dapat digunakan untuk

menetralisasikan faktor-faktor eksternal yang tidak

menguntungkan. Dalam hal ini sumber daya dan

kapabilitas sekolah harus bisa merespon peluang

dan meminimalisasi ancaman dari lingkungan.

Sekolah juga harus bisa mengeksploitasi sumber

daya dan kapabilitasnya untuk dapat dijadikan

sebagai kekuatan organisasi dan mengatasi

kelemahannya.

Sebagian besar sekolah akan menjawab

pertanyaan ini dengan jawaban “ya” dikarenakan

kebanyakan sekolah memiliki sumber daya dan

kapabilitas yang digunakan untuk memanfaatkan

peluang dan mengatasi ancaman yang ada. Namun,

perlu diingat bahwa sumber daya dan kapabilitas

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

29

sekolah yang bernilai dimasa lampau belum tentu

dapat menjamin bahwa akan dapat bernilai terus

dikarenakan adanya perubahan akan keinginan

pelanggan, struktur atau teknologi dapat membuat

sumber daya dan kapabilitas sekolah menjadi kurang

bernilai. Oleh karena itu sekolah yang tidak lagi

memiliki sumber daya dan kapabilitas yang berharga

diperhadapkan pada dua pilihan yaitu, pertama,

mengembangkan sumber daya dan kapabilitas yang

baru dan bernilai dan kedua, menerapkan kekuatan

tradisional di dalam cara baru (Wandrial, 2011: 630-

631)

(2) The Question of Rarity: Is a resource currenty

controlled by only a small number of competing firms?

(Apakah sebuah sumber daya yang ada saat ini

hanya dikuasai oleh sebagian kecil organisasi

pesaing?) Langka dalam hal ini adalah apabila

sumber daya dan kapabilitas yang dimiliki sekolah

tidak dimiliki juga oleh para sekolah saingan atau

dengan kata lain jika tidak ada pesaing yang

memiliki sumber daya dan kapabilitas yang sama.

Semakin banyak sekolah yang memiliki sumber daya

atau kapabilitas yang sama, semakin kecil sumber

daya atau kapabilitas tersebut menjadi sumber

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

30

keunggulan kompetitif yang berkelanjutan bagi

sekolah;

(3) The question of Imitability: Do firms without a

resource face a cost disadvantage in obtaining or

developing it? (Apakah organisasi lain yang tidak

mempunyai sebuah sumber daya tersebut

menghadapi biaya yang sangat mahal dalam

memperoleh atau mengembangkannya?) Peniruan

oleh pesaing dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

duplikasi dan subtitusi. Duplikasi terjadi ketika

pesaing menciptakan sumber daya yang sama,

sedangkan subtitusi terjadi ketika pesaing

menggantikan beberapa sumber daya dengan sumber

daya alternatif untuk mendapatkan keunggulan

kompetitif dan hasil yang sama. Namun yang

menjadi permasalahan bagi para pesaing adalah

ketika sekolah memiliki keunggulan sumber daya

dan kapabilitas yang tidak mudah ditiru atau bersifat

mahal untuk diduplikasi (costly to imitate). Sehingga

dalam hal ini para pesaing akan mulai berpikir

untuk mengabaikan keunggulan tersebut dan mulai

menjalankan organisasi sekolahnya seperti biasa.

Selanjutnya para pesaing dapat berupaya untuk

memahami keberhasilan keunggulan sekolah

tersebut kemudian mulai meniru sumber daya dan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

31

kapabilitas yang dimiliki, dan jika dalam upaya

tersebut pesaing ini tidak mengalami cost

disadvantage (biaya yang sangat mahal), maka

strategi untuk meniru tadi akan memberikan

kesetaraan kompetitif bagi sekolah karena akan

dilakukan juga oleh banyak sekolah di

lingkungannya.

(4) The question of Organization: Are firm’s other

policies and procedures organized to support the

exploitation of its valuable, rare and costly to imitate

resources? (Apakah kebijakan-kebijakan dan

prosedur-prosedur dari organisasi dikelola untuk

mendukung pemanfaatan terhadap sumber daya

yang bernilai / berharga, langka dan mahal untuk

ditiru?) Potensi organisasi dalam hal ini organisasi

sekolah untuk menciptakan sebuah keunggulan

kompetitif tidak hanya dilihat dari aspek apakah

sekolah memiliki sumber daya dan kapabilitas yang

valuable, rare, imitability, namun juga sekolah harus

mampu mengelola dan memanfaatkannya (ability to

exploit). Ada beberapa komponen yang relevan

dengan hal ini diantaranya adalah (1) struktur

pelaporan formal sekolah berupa penjelasan

mengenai kepada siapa pelaporan dibuat. Pelaporan

ini dapat berupa hasil kegiatan yang dilakukan oleh

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

32

sekolah, pelaporan penilaian kinerja guru, pelaporan

dana, dan lain sebagainya ; (2) sistem kontrol

manajemen yang meliputi mekanisme formal dan

informal dalam menjamin bahwa setiap guru atau

karyawan menjalankan strategi organisasi dengan

konsisten. Kontrol manajemen formal dapat berupa

supervisi kinerja guru dan pengontrolan penggunaan

anggaran belanja sekolah berupa RABS dan aktivitas

pelaporannya sedangkan kontrol manajemen

informal berupa budaya sekolah yang sudah tercipka

seperti halnya kemauan dari para guru dan staf

untuk mengamati atau pun mengawasi tingkah laku

karyawan yang lain; (3) Kebijakan kompensasi,

merupakan cara bagaimana sekolah membayar

karyawannya. Kebijakan seperti ini menciptakan

dorongan bagi karyawan dalam berperilaku dengan

cara tertentu. Komponen-komponen ini biasa juga

disebut dengan complementary resources ability atau

kemampuan sumberdaya komplementer (Barney

2007: 138-150). Pertanyaan mengenai value,rarity,

imitability dan organization dapat dimasukkan

kedalam sebuah kerangka kerja (framework) untuk

memahami potensi unggul yang berhubungan

dengan pemanfaatan dari sumber daya dan

kapabilitas organisasi.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

33

Tabel 2.1 Kerangka kerja VRIO

(Barney & Hesterly, 2008: 92)

Is a resource or capability? (Apakah sebuah sumber daya atau kapabilitas?

Valuable (Bernilai)

Rare (Langka)

Costly to Imitate (Mahal untuk ditiru)

Exploited by organization

(Mampu dimanfaatkan

oleh organisasi)

Competitive Implication (Implikasi Kompetitif)

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Ketidakunggulan kompetitif

Ya

Tidak

Tidak

Kesetaraan kompetitif

Ya

Ya

Tidak

Keunggulan kompetitif sementara

Ya Ya Ya Ya

Keunggulan

kompetitif berkelanjutan

Tabel 2.2 Hubungan antara Kerangka Kerja VRIO dan Kekuatan serta

Kelemahan Organisasi

(Barney & Hesterly, 2008: 93)

Is a resource or capability? (Apakah sebuah sumberdaya atau kapabilitas?

Valuable (Bernilai)

Rare (Langka)

Costly to Imitate (Mahal

untuk ditiru)

Exploited by organization

(Mampu dimanfaatkan

oleh organisasi)

Strenght or weakness

(Kekuatan atau kelemahan)

Tidak Tidak Tidak Tidak Kelemahan

Ya Tidak Tidak

Kekuatan

Ya

Ya

Tidak

Kekuatan dan kompetensi

khas

Ya

Ya

Ya

Ya

Kekuatan dan kompetensi

khas

berkelanjutan

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

34

Jika sebuah sumber daya atau kapabilitas dari

organisasi tidak bernilai (valuable), maka sumber

daya ini tidak akan memampukan sebuah organisasi

untuk memilih atau mengimplementasikan strategi-

strateginya dalam memanfaatkan peluang dan

mengatasi ancaman dari lingkungan eksternal.

Organisasi yang terus menggunakan sumber daya ini

hanya akan menghabiskan dana atau menurunkan

minat dari pelanggan. Tipe dari sumber daya ini

digolongkan ke dalam kelemahan dari organisasi.

Sebuah organisasi diharapkan memilih untuk

memperbaiki kelemahan ini atau segera menghindari

penggunaan sumber daya ini dalam penerapan

strategi-strategi organisasi. Jika organisasi terus

menggunakan sumber daya ini maka organisasi

tersebut menempatkan diri ke dalam sebuah

competitive disadvantage (kerugian kompetitif).

Apabila sebuah sumber daya dan kapabilitas

bernilai (valuable) tapi tidak langka (not rare), maka

penggunaan sumber daya dalam implementasi

strategi-strategi organisasi akan menghasilkan

competitive parity atau kesetaraan kompetitif.

Bahkan, kegagalan dalam menggunakan sumber

daya ini akan membawa organisasi ke dalam sebuah

competitive disadvantage atau ketidakunggulan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

35

kompetitif. Dalam kategori ini, jika sumber daya dan

kapabilitas bernilai namun tidak langka (valuable but

not rare), dapat diperhitungkan sebagai kekuatan

internal organisasi.

Selanjutnya, jika sebuah sumber daya atau

kapabilitas itu bernilai (valuable) dan langka (rare)

namun tidak mahal untuk ditiru (not costly to

imitate), maka penggunaan sumber daya ini akan

menghasilkan sebuah temporary competitive

advantage (keunggulan kompetitif sementara) bagi

organisasi. Sebuah organisasi yang menggunakan

sumber daya ini akan menghasilkan sebuah

penggerak awal keunggulan karena organisasi

tersebut memiliki sumber daya tertentu yang dapat

dimanfaatkan. Jika sumber daya ini telah berhasil

dimanfaatkan dalam menerapkan strategi-strategi

dalam organisasi, maka yang menjadi permasalahan

adalah mudah bagi organisasi lain untuk meniru

strategi ini karena biaya dalam meniru sumber daya

tersebut tidak mahal. Sehingga seiring dengan

berjalannya waktu akan muncul organisasi-

organisasi lain yang dapat menciptakan strategi yang

sama yang berkompetisi melalui imitasi.

Konsekuensinya, tipe dari sumber daya atau

kapabilitas ini digolongkan ke dalam sebuah

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

36

kekuatan organisasi dan kompetensi khas/pembeda

(organizational strength and distinctive competence)

Apabila sebuah sumber daya atau kapabilitas

itu bernilai (valuable), langka (rare) dan mahal untuk

ditiru (costly to imitate), maka penggunaan sumber

daya ini akan menghasilkan sebuah keunggulan

kompetitif berkelanjutan (sustained competitive

advantage). Dalam kasus ini para pesaing akan

menghadapi sebuah kelemahan biaya yang signifikan

jika ingin meniru keberhasilan sumber daya atau

kapabilitas dari sebuah organisasi sehingga mereka

akan sulit untuk meniru keunggulan tersebut.

Bagaimana pun juga, usaha untuk menyaingi

keunggulan dari sebuah organisasi yang telah

memiliki sumber daya dan kapabilitas yang bernilai,

langka dan mahal untuk ditiru tidak akan

menghasilkan kinerja yang unggul dan akan

menempatkan para pesaing ke dalam posisi

competitive disadvantage atau kerugian kompetitif.

Sumber daya dan kapabilitas ini digolongkan ke

dalam kekuatan organisasi dan kompetensi

khas/pembeda berkelanjutan (sustainable distintive

competence) (Barney, 2007: 150-153).

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

37

Hubungan antara sumber daya (resource

based) dan uji VRIO untuk memperoleh kekuatan

organisasi dan kompetensi khas/pembeda

berkelanjutan (sustainable distintive competence)

dalam menciptakan keunggulan kompetitif

berkelanjutan bagi organisasi digambarkan dalam

kerangka di bawah ini:

Sumber Daya Organisasi (Resource Based)

Sumber daya berwujud (Tangible resources)

Sumber daya tidak berwujud (Intangible resources)

Keanekaragaman & Kemenetarapan Sumber Daya (Resource Heterogeneity & Immobility)

Uji VRIO (Valuable, Rare, Imitable, Organizational )

Ketidak unggulan

kompetitif

Kesetaraan

kompetitif

Keunggulan kompetitif

sementara

Keunggulan kompetitif

berkelanjutan

Kelemahan Kekuatan Kekuatan dan

kompetensi khas

Kekuatan dan kompetensi khas

berkelanjutan

Perumusan Strategi

(Strategy Formulation)

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

38

2.5 Research and Development (R&D)

Research and Development atau Penelitian dan

Pengembangan adalah sebuah cara ilmiah untuk

meneliti, merancang, memproduksi dan menguji

validitas produk yang telah dihasilkan. Penelitian

dan pengembangan berfungsi untuk memvalidasi

dan mengembangkan produk. Memvalidasi produk

berarti peneliti menguji efektivitas atau validitas

produk tersebut sedangkan mengembangkan produk

berarti memperbarui produk yang telah ada sehingga

dapat menjadi lebih praktis, efektif dan efisien atau

menciptakan produk yang baru yang sebelumnya

belum pernah ada (Sugiyono, 2015: 28-30). Terdapat

beberapa model yang dapat digunakan dalam

melakukan penelitian dan pengembangan

diantaranya adalah:

1. Model Borg and Gall

Model dalam penelitian dan pengembangan Borg

and Gall mengemukakan sepuluh langkah

dalam R&D yang terdiri dari:

1) Research and Information Collecting atau Penelitian dan Pengumpulan informasi yang meliputi analisis kebutuhan, review literatur, penelitian dalam skala kecil dan persiapan membuat laporan yang terkini.

2) Planning atau Perencanaan yang meliputi pendefinisian keterampilan yang harus dipelajari, perumusan tujuan, penentuan

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

39

urutan pembelajaran dan uji coba kelayakan dalam skala kecil.

3) Develop Preliminary Form a Product atau Mengembangkan Produk Awal yang meliputi penyiapan materi pembelajaran, prosedur/penyusunan buku pegangan dan

instrumen evaluasi. 4) Preliminary Field Testing atau Pengujian

Lapangan Awal yang dapat dilakukan di satu sampai dengan tiga sekolah dengan menggunakan enam sampai dengan dua belas subjek. Data dapat dikumpulkan melalui wawancara, observasi, kuesioner yang hasilnya kemudian dianalisis.

5) Main Product Revision atau Revisi Utama Produk yang didasarkan pada saran-saran pada uji coba

6) Main Field Testing yaitu Uji Coba Lapangan yang dilakukan pada lima sampai dengan lima belas sekolah dengan tiga puluh hingga seratus subjek. Hasilnya kemudian dinilai sesuai dengan tujuan dan bila memungkinkan datanya dibandingkan dengan kelompok kontrol.

7) Operational Product Revision atau Revisi Produk yang siap di operasionalkan

berdasarkan saran-saran dan uji coba. 8) Operational Field Testing atau Melakukan Uji

Coba Operasional yang dilakukan pada sepuluh sampai dengan tiga puluh sekolah dengan empat puluh hingga empat ratus subjek. Data dapat dikumpulkan melalui wawancara, observasi, kuesioner yang hasilnya kemudian dianalisis.

9) Final Product Revision atau Revisi Produk Akhir berdasarkan saran dan uji lapangan.

10) Dissemination and Implementation atau Menyebarluaskan dan mengimplementasikan produk. Selanjutnya pembuatan laporan mengenai produk pada pertemuan profesional dan pada jurnal-jurnal. Dapat

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

40

Research and

Information Collecting

Planning

Develop Preliminary

Form a Product

Preliminary Field

Testing

Main Product Revision

Main Field Testing

Operational Product Revision

Operational Field

Testing

Final Product Revision

Dissemination and

Implementation

juga bekerjasama dengan penerbit untuk melakukan distribusi secara komersial, memonitor produk yang telah didistribusikan guna membantu kendali mutu (Sugiyono, 2015: 35).

Kesepuluh tahapan penelitian dan

pengembangan ini digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 2.1. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Menurut Borg and Gall

2. Adaptasi model Borg and Gall oleh Sugiyono

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan

dari Sugiyono ini diadaptasi dari model Borg and

Gall. Tahapan dari proses penelitian dan

pengembangan untuk menghasilkan sebuah

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

41

produk tertentu dalam penelitian dan

pengembangan ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Menurut Sugiyono

Model penelitian dan pengembangan ini dimulai

dari tahap analisis mengenai potensi dan masalah

yang ada di suatu objek penelitian sebagai

pertimbangan dalam pembuatan rancangan suatu

produk. Selanjutnya dilakukan pengumpulan data

pada tahap kedua sebagai dasar dalam membuat

Potensi dan Masalah

Studi Literatur

Pengumpulan

Informasi

Rancangan Produk

Validasi

Desain

Revisi

Desain

Pembuatan Produk

Uji Coba Terbatas

Revisi

Produk 1

Uji Coba Lap.Utama

Revisi

Produk 2

Uji Coba Lap.

Operasional

Revisi Produk 3

Diseminasi dan Implementasi

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

42

draft rancangan suatu produk untuk memecahkan

permasalahan yang ditemukan. Pada tahap ketiga

dilakukan uji rancangan atau desain produk. Pada

tahap ini peneliti meminta pendapat, komentar,

saran-saran ahli dan praktisi terhadap rancangan

produk yang telah dibuat. Pada tahap ke empat,

data-data dari para ahli dan praktisi tersebut

dianalisis yang selanjutnya digunakan untuk

merevisi desain. Tahap selanjutnya yaitu tahap

kelima yaitu pembuatan produk yang masih

bersifat prototipe atau model dan tahap keenam

yaitu uji lapangan terbatas (preliminary field

testing) terhadap produk yang telah dibuat. Tahap

ketujuh adalah revisi produk yang didasarkan

pada analisis data hasil uji coba terbatas. Setelah

produk diperbaiki, selanjutnya melangkah ke

tahap kedelapan yaitu pengujian kembali produk

yang telah direvisi yang disebut uji lapangan

utama (main field testing). Selama pengujian ini

dilakukan juga pengumpulan data yang

selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan

kesimpulan. Tahap kesembilan adalah revisi

produk dari data hasil analisis uji lapangan

utama. Tahap berikutnya adalah pengujian

lapangan operasional produk (operational field

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

43

testing). Bila kesimpulan hasil pengujian

operasional menunjukkan bahwa produk itu

belum selesai dan belum siap untuk diproduksi

massal, maka masih perlu direvisi kembali.

Namun, apabila sudah sesuai dengan spesifikasi,

maka dapat diproduksi massal, dan semua orang

yang berkepentingan dapan menggunakannya

(Sugiyono, 2015: 205-207).

3. Model Thiagarajan

Model penelitian dan pengembangan ini terdiri

dari empat langkah penelitian yaitu Define,

Design, Development dan Dissemination atau

biasa disingkat dengan 4D. Keempat langkah

penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1) Define atau Pendefinisian berisi kegiatan

untuk menetapkan produk apa yang akan

dikembangkan beserta spesifikasinya.

Tahap ini merupakan kegiatan analisis

kebutuhan yang dilakukan melalui

penelitian dan studi literatur.

2) Design atau Perancangan berisi kegiatan

untuk membuat rancangan terhadap

produk yang telah ditetapkan.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

44

3) Development atau Pengembangan berisi

kegiatan membuat rancangan menjadi

produk dan menguji validitas produk

secara berulang-ulang sampai dihasilkan

produk sesuai dengan spesifikasi yang

ditetapkan.

4) Dissemination atau Diseminasi berisi

kegiatan menyebarluaskan produk yang

telah teruji untuk dimanfaatkan orang lain.

Model penelitian dan pengembangan 4D ini

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.3. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Menurut Thiagarajan

4. Model Robert Maribe Branch

Model penelitian dan pengembangan dari Maribe

Branch terdiri dari lima tahapan penelitian yang

terdiri dari Analysis, Design, Development,

Implementation, Evaluation atau biasa disingkat

dengan sebutan model ADDIE.

Define Design Development Dissemination

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

45

Tahapan dari model ADDIE ini terdiri dari:

1) Analysis, merupakan kegiatan analisis terhadap

situasi kerja dan lingkungan sehingga dapat

ditemukan produk apa yang perlu dikembangkan.

2) Design, merupakan kegiatan perancangan produk

sesuai dengan yang dibutuhkan.

3) Development, merupakan kegiatan pembuatan dan

pengujian produk.

4) Implementation, merupakan kegiatan

menggunakan produk, dan

5) Evaluation, merupakan kegiatan menilai apakah

setiap langkah kegiatan dan produk yang telah

dibuat sudah sesuai dengan spesifikasi atau

belum.

Model penelitian dan pengembangan ADDIE ini

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.4. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan

Menurut Robert Maribe Branch

Implemen-tatiion

Revision

Develop-ment

Design

Analysis

Evaluation

Revision

Revision

Revision

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

46

5. Richey and Klein

Model penelitian dan pengembangan dari Richey

and Klein terdiri dari tiga langkah penelitian

yaitu Planning, Production, Evaluation atau

disingkat dengan PPE. Tahapan dari model PPE

ini adalah:

1) Planning atau Perancangan merupakan

kegiatan membuat rencana produk

berdasarkan tujuan tertentu. Analisis

kebutuhan yang dilakukan melalui penelitian

dan studi literatur merupakan awal dari

tahap perencanaan.

2) Production atau Memproduksi adalah kegiatan

untuk membuat produk berdasarkan

rancangan yang telaj disusun.

3) Evaluation atau Evaluasi merupakan kegiatan

menguji, menilai seberapa tinggi produk telah

memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.

Model penelitian dan pengembangan PPE ini

digambarkan sebagai berikut:

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

47

Planning Production Evaluation

Gambar 2.5. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Menurut Richey and Klein

Berdasarkan beberapa model penelitian dan

pengembangan yang telah dijelaskan tersebut, maka

model yang digunakan dalam penelitian ini

mengikuti model penelitian dan pengembangan oleh

Sugiyono. Pemilihan model ini didasarkan pada

pemikiran bahwa model penelitian dan

pengembangan Thiagarajan dan Robert Maribe

Branch adalah model yang digunakan untuk

pengembangan media ataupun sistem pembelajaran

sehingga kurang tepat digunakan di dalam

pengembangan rencana strategis pada penelitian ini.

Begitu pula dengan model pengembangan Richey dan

Klein dimana model ini ditujukan untuk

pengembangan desain pembelajaran sehingga kurang

tepat digunakan di dalam penelitian ini. Selanjutnya,

Model Borg and Gall dan juga model dari Sugiyono

adalah model yang dapat digunakan untuk

memenuhi tujuan dari penelitian ini. Namun, model

yang dihasilkan dari adaptasi model Borg and Gall

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

48

oleh Sugiyono adalah model yang dipilih untuk

digunakan. Pemilihan terhadap model penelitian dan

pengembangan ini dilandaskan dengan asumsi

ataupun pemikiran bahwa langkah-langkah

penelitian dan pengembangan yang dijelaskan oleh

Sugiyono lebih sistematis, terperinci dan lebih

mudah untuk diimplementasikan dalam penelitian

ini.

2.6 Penelitian Relevan

Beberapa penelitian mutakhir yang relevan

dengan penelitian ini antara lain penelitian yang

dilakukan oleh Widiasto, dkk (2014) dengan judul

Analisis Perumusan Strategi Keunggulan Kompetitif

Bisnis Pakan Ternak melalui Pendekatan Resource

Based View (Studi Kasus PT Mabar Feed Indonesia).

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan

menilai sumber daya dan kepabilitas organisasi yang

berpotensi menghasilkan keunggulan kompetitif

berkelanjutan melalui analisis resources based view,

serta menghasilkan alternatif strategi dalam rangka

mengeskploitasi sumber daya dan kapabilitas

tersebut untuk menciptakan keunggulan kompetitif

bagi organisasi. Metode penelitian yang digunakan

adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus.

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

49

Analisis yang digunakan dalam metode ini adalah

Analisis Value Chain & Analisis VRIO.

Hasil dari penelitian ini adalah sumber daya

(resources) yang dimiliki perusahaan pada

keseluruhan rantai nilai diperoleh bahwa

perusahaan memiliki 22 sumber daya yang

berpotensi sebagai keunggulan kompetitif dan hasil

identifikasi kapabilitas (capabilities) yang dimiliki

perusahaan diperoleh bahwa perusahaan memiliki

24 kapabilitas yang berpotensi sebagai keunggulan

kompetitif. Berdasarkan hasil pengujian

menggunakan kerangka VRIO diperoleh hasil bahwa

sebagian besar sumber daya dan kapabilitas yang

dimiliki perusahaan hanya mampu memberikan

keunggulan kompetitif yang sifatnya sama dengan

kompetitornya, namun terdapat beberapa sumber

daya dan kapabilitas yang mampu memberikan

keunggulan kompetitif setidaknya untuk sementara

waktu bagi perusahaan (temprorary competitive

advantage) yaitu loyalitas karyawan, ide karyawan,

budaya kerja kekeluargaan, kemampuan dalam

inovasi mesin secara berkelanjutan, kemampuan

dalam pengambilan keputusan pembelian bahan

baku.

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

50

Alternatif strategi yang dihasilkan adalah (1)

mempersiapkan program initial public offering (IPO)

untuk menjadi perusahaaan yang profesional

sehingga mampu mendapatkan sumber pendanaan

eksternal, (2) meningkatkan pengelolaan keuangan

melalui perencanaan anggaran secara periodik

(tahunan) sebagai dasar pengendalian operasional

usaha (3) memperbaharui dan memelihara fasilitas

dan mesin yang dimiliki untuk meningkatkan

produktivitas, (4) meningkatkan pengelolaan

penyimpanan bahan baku, (5) meningkatkan

pengelolaan sistem perekrutan karyawan, (6)

meningkatkan pengelolaan program pengembangan

karyawan, (7) menetapkan sistem reward pada

karyawan, (8) meningkatkan gubungan kerjasama

yang baik dengan pemasok, (9) memperketat proses

produksi dan pemeliharaan kestabilan kualitas, (10)

membangun hubungan kerjasama dengan pihak

ketiga dalam distribusi, (11) meningkatkan layanan

purna jual perusahaan, (12) melalukan perencanaan

inovasi teknologi perusahaan, (13) melakukan

pengembangan produk melalui penggunaan bahan

baku alternatif, (14) meningkatkan informasi dan

melakukan pemetaan tren harga dan pasokan bahan

baku, dan (15) memanfaatkan media internet sebagai

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

51

bentuk promosi perusahaan dan memanfaatkan

penggunaan media internet untuk memperbesar

jangkauan pemasaran produknya.

Persamaan penelitian mutakhir dengan

penelitian ini adalah keduanya menggunakan konsep

RBV dengan analisis VRIO framewok untuk menilai

sumber daya dan kapabilitas organisasi serta

menghasilkan strategi-strategi keunggulan

kompetitif. Sedangkan yang membedakan penelitian

mutakhir dengan sekarang adalah penelitian yang

dilakukan Widiasto dkk menghasilkan penelitian

kualitatatif dengan pendekatan studi kasus yang

menghasilkan strategi alternatif bagi PT Mabar Feed

Indonesia sedangkan penelitian sekarang adalah

penelitian dan pengembangan yang akan

menghasilkan rencana strategi sekolah melalui

identifikasi kompetensi inti dalam menciptakan

keunggulan kompetitif berkelanjutan bagi SMP

Kristen 2 Eben Haezer

Penelitian oleh Madhani (2009) dengan judul

Resource Based View (RBV) of Competitive Advantage:

Importance, Issues and Implications. Penelitian ini

menghasilkan temuan bahwa Resource Based View

(RBV) digunakan untuk menganalisis dan

menginterpretasikan sumber daya internal organisasi

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

52

dan menekankan sumber daya dan kapabilitas

organisasi dalam membuat strategi untuk mencapai

keunggulan kompetitif berkelanjutan. Sumber daya

dipertimbangkan sebagai input yang memampukan

organisasi dalam menjalan kegiatan-kegiatannya.

Sumber daya dan kapabilitas internal menentukan

pilihan strategi yang dibuat oleh organisasi ketika

bersaing dengan para pesaing di lingkungan

eksternalnya. Tidak semua sumber daya itu

merupakan sumber daya strategik karena

keunggulan kompetitif hanya dihasilkan ketika

organisasi memiliki sumber daya heterogeneity

(sumber daya yang berbeda dengan organisasi lain)

dan sumber daya immobility (ketidakmampuan

organisasi lain untuk mendapatkan sumber daya

tersebut).

Perbedaan penelitian mutakhir dengan

sekarang adalah penelitian mutakhir merupakan

studi literatur yang dianalisis secara kualitatif

sedangkan penelitian sekarang adalah penelitian dan

pengembangan yang akan menghasilkan strategi-

strategi yang tertuang dalam rencana strategi

sekolah guna menciptakan keunggulan kompetitif

berkelanjutan. Sedangkan persamaan penelitian

mutakhir dengan penelitian sekarang adalah

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

53

keduanya memiliki konsep yang sama bahwa

Resource Based View (RBV) merupakan sebuah

metode yang digunakan untuk menganalisis sumber

daya internal organisasi untuk melihat kompetensi

inti yang dimiliki, yang dapat dijadikan landasan

dalam menciptakan strategi-strategi keunggulan

bersaing berkelanjutan.

Penelitian yang dilakukan oleh Absah (2008)

dengan judul Kompetensi: Sumber Daya Pendorong

Keunggulan Bersaing Perusahaan. Penelitian ini

melahirkan temuan bahwa pendekatan Resource

Based View menekankan pentingnya sumberdaya

internal untuk mencapai keunggulan bersaing yang

berkelanjutan. Perspektif RBV menyatakan bahwa

kinerja perusahaan adalah fungsi dari seberapa baik

manajer membangun organisasinya dalam

menangani sumberdaya yang bernilai, langka, sulit

ditiru dan sulit digantikan. Perusahaan dengan

kompetensi yang bernilai dan langka akan

menghasilkan keunggulan bersaing yang lebih besar

dibandingkan pesaingnya, yang selanjutnya

menghasilkan kinerja keuangan superior.

Perusahaan harus memiliki kemampuan untuk

mengkoordinasikan sumberdaya strategis dengan

baik, sebab merupakan kunci dalam membangun

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

54

kompetensi dan pada akhirnya pencapaian kinerja

yang tinggi.

Persamaan penelitian mutakhir dengan

penelitian sekarang adalah keduanya memiliki

konsep yang sama bahwa Resource Based View (RBV)

merupakan sebuah pendekatan yang dapat

digunakan untuk menganalisis sumber daya internal

organisasi sehingga ditemukan kompetensi inti

organisasi yang selanjutnya akan dijadikan acuan

dalam menciptakan strategi-strategi keunggulan

bersaing berkelanjutan. Sedangkan perbedaan

penelitian mutakhir dengan sekarang adalah

penelitian mutakhir merupakan studi literatur

dengan analisis deskriptif kualitatif sedangkan

penelitian sekarang adalah merupakan penelitian

dan pengembangan yang akan menghasilkan

strategi-strategi berupa rencana strategi sekolah

dalam meraih keunggulan kompetitif berkelanjutan.

Penelitian oleh Halawi dkk (2005) dengan judul

Resource Based View of Knowledge Management for

Competitive Advantage. Penelitian menghasilkan

temuan bahwa keunggulan kompetitif berkelanjutan

dari sebuah perusahaan atau organisasi bergantung

pada pengembangan dan pengeksploitasian core

competence atau kompetensi inti organisasi. Resource

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

55

Based View merupakan sebuah model yang dapat

digunakan oleh organisasi untuk menentukan

strategi-strategi yang dihasilkan dari sumber daya

yang langka, bernilai, tidak mudah ditiru dan tidak

tergantikan. Knowledge Management merupakan

sebuah aset strategi potensial yang dapat merupakan

sumber dari keunggulan kompetitif organisasi.

Dalam penelitian ini dihasilkan sebuah model yang

menguji bagaimana dan mengapa knowlede

management dapat digunakan untuk menghasilkan

keunggulan kompetitif berdasarkan model RBV.

Persamaan penelitian mutakhir dengan

penelitian yang sekarang adalah keduanya

menggunakan konsep resource based view (RBV)

dalam menentukan kompetensi inti organisasi

sebagai landasan dalam menghasilkan strategi

keunggulan kompetitif berkelanjutan. Sedangkan

perbedaannya adalah dari temuan yang dihasilkan.

Pada penelitian mutakhir menghasilkan sebuah

model knowledge management yang diinterasikan

dengan RBV dalam menghasilkan keunggulan

kompetitif sedangkan penelitian ini akan

menghasilkan strategi-strategi yang dituangkan

menjadi rencana strategi sekolah dalam meraih

keunggulan kompetitif berkelanjutan.

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

56

Penelitian yang dilakukan oleh Wandrial (2011)

dengan judul Analisis Internal Perusahaan (strength

& weakness), menggunakan konsep ‘resource-based

view of the firm’ dengan kerangka vrio: studi kasus di

Bank Mandiri. Tujuan dari penelitian ini adalah

menganalisis sumber daya yang ada di bank mandiri

yang sungguh layak menjadi kekuatan dan

kelemahan perusahaan. Penelitian ini adalah

penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.

Analisis yang digunakan adalah pendekatan analisis

Value Chain & analisis VRIO berbasis RBV. Hasil dari

penelitian ini adalah Bank Mandiri memiliki

kekuatan (strength) yang bersifat strategis yaitu: (1)

sentralisasi back office (operation); (2) scoring credit

(IT); (3) budaya perusahaan (HRM); (4) rekrutmen

(HRM); (5) performance appraisal (HRM); (6) 4-eyes

principle (management); (7) cabang yang banyak

(operation); (8) ketersediaan mesin ATM (operation);

(9) performance management system (IT); (10) ESOP

(HRM); (11) brand awareness (marketing); (12)

struktur permodalan (finance); (13) good corporate

governance (management). Sedangkan kelemahan

(weakness) dari Bank Mandiri antara lain: (1) debit

card; (2) Banking; (3) phone banking; (4) fitur ATM; (5)

fitur e-Banking; (6) fitur call banking; (7)

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

57

produktivitas; (8) career path; (9) advertising; (10)

funding mix.

Persamaan penelitian mutakhir dengan

penelitan ini adalah keduanya mengunakan konsep

RBV dengan analisis VRIO dalam menganalisis

sumber daya yang menjadi kekuatan dan kelemahan

perusahaan. Sedangkan perbedaan penelitian

mutakhir dengan penelitian ini adalah dalam

penelitian mutakhir bertujuan untuk mengevaluasi

sumber daya perusahaan untuk menentukan sumber

daya yang menjadi kekuatan dan kelemahan

perusahaan yang sebenarnya, sedangkan penelitian

ini bertujuan untuk menghasilkan strategi-strategi

dalam bentuk rencana strategi dalam menciptakan

keunggulan kompetitif berkelanjutan bagi SMP

Kristen 2 Eben Haezer.

Melalui penelitian-penelitian mutakhir

tersebut, maka diharapkan hasil penelitian ini dapat

menambah referensi dalam pengembangan ilmu

manajemen pendidikan khususnya dalam

pengembangan rencana strategi sekolah berbasis

RBV dengan menggunakan analisis VRIO.

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

58

2.7 Kerangka Berpikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian ini diawali dengan

permasalahan yang terjadi yaitu belum ada rencana

strategi yang terkonsep dengan baik sebagai

pedoman sekolah tiap tahunnya, jumlah siswa baru

yang bersifat fluktuatif tiap tahun dan pencapaian

prestasi siswa dan keikutsertaan dalam kegiatan

lomba-lomba akademik maupun non akademik

menurun tiap tahun. Selanjutnya akan dilakukan

tindakan dengan menganalisis sumber daya yang

dimiliki sekolah yang meliputi sumber daya berwujud

(tangible asset), sumber daya tidak berwujud

(intangible asset) dan kapabilitas (capability) sekolah.

Kemudian sumber daya tersebut akan dievaluasi dan

diberikan penambahan nilai di dalamnya untuk

mendapatkan kompetensi inti dari sekolah.

Selanjutnya kompetensi inti inilah yang akan

menjadi acuan dalam menentukan perencanaan

strategis yang tepat bagi sekolah dalam mencapai

keunggulan kompetitif berkelanjutan.

Teknik analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis Resource Based View

dengan VRIO framework dan juga

mempertimbangkan tinjauan literatur tentang

strategi-strategi untuk mencapai keunggulan

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

59

kompetitif sekolah. Selanjutnya perencanaan strategi

tersebut akan dituangkan ke dalam bentuk dokumen

rencana strategis sekolah. Untuk menyempurnakan

produk ini maka anak dilakukan uji validasi desain

dari pakar dan uji tebatas berupa uji kelayakan dari

praktisi dan stakeholder. Berdasarkan uraian

tersebut, maka kerangka berpikir penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 12. 13. · daya dan kemampuan yang merupakan sumber keunggulan bersaing disebut kompetensi inti (core competence). Kompetensi inti inilah yang merupakan

60

Gambar 2.6 Kerangka Berpikir Penelitian Pengembangan Strategi Berbasis Resource Based View (RBV) SMP Kristen 2

Eben Haezer Salatiga

Tangible asset &

Intangible Asset Pengumpulan Data Capability

Permasalahan: Belum ada rensta sekolah

Penurunan jumlah murid baru yang fluktuatif tiap tahunnya

Penurunan prestasi siswa dalam bidang akademik maupun non

akademik tiap tahunnya

Tindakan:

Menyusun rencana strategi berbasis Resource Based View (RBV)

Analisis RBV Uji VRIO

Wawancara, Observasi, studi dokumen

Kompetensi Inti, Kekuatan, Kelemahan

Desain Produk

Validasi Desain

Revisi Desain

Uji Coba Produk

Rencana Strategis Berbasis Resource Based View (RBV)

SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga

Uji Ahli oleh pakar desain, renstra dan

manajemen strategik Uji Kelayakan melalui

FGD oleh praktisi, stakeholder dan pakar

pendidikan

Revisi Produk

Wawancara, Observasi, studi dokumen