Upload
trinhnhan
View
232
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini terdiri dari pengertian, ruang lingkup dan tujuan pengajaran Bahasa
Indonesia di sekolah dasar. Pengertian, sintaks, kelebihan dan kekurangan model
pembelajaran VAK (Visual Auditory Kinesthetic), pengertian hasil belajar, serta
pengertian dan indikator sikap yang perlu diperbaiki dalam kegiatan menulis.
2.1 Bahasa Indonesia
2.1.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa merupakan sarana untuk saling berkomunikasi, saling berbagi
pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan
kemampuan intelektual dan kesusasteraan guna menuju suatu pemahaman
(Puskur, 2003:6).
Dan di Indonesia, Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai
bahasa nasional dan bahasa negara. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara ia berfungsi sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga
pendidikan, sebagai pengembang kebudayaan, sebagai pengembang ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta sebagai alat perhubungan dalam
kepentingan pemerintahan dan kenegaraan (Slamet 2008:5)
Berhubungan dengan hal tersebut maka diperlukannya pembelajaran
Bahasa Indonesia. Secara keseluruhan mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar, berkomunikasi, dan
mengungkapkan pikiran dan perasaan, serta persatuan dan kesatuan bangsa.
Hal itu didukung dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(Puskur, 2006:81) yang menyebutkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta didik
dalam berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun
tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia
Indonesia.
Dari beberapa definisi tersebut maka pembelajaran bahasa Indonesia
dapat disimpulkan sebagai sebuah pembelajaran yang mempelajari
7
ketrampilan berkomunikasi secara lisan maupun tulis melalui membaca,
menulis, mendengarkan dan berbicara.
2.1.2 Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Menurut Puskur (2007) pengajaran Bahasa Indonesia di SD meliputi
beberapa ruang lingkup. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia
mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang
meliputi aspek mendengarkan, berbicara , membaca dan menulis. Serta pada
akhir pendidikan di SD/MI, peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya
sembilan buku sastra dan nonsastra
2.1.3 Tujuan Pengajaran Bahasa Indonesia di SD
Sesuai dengan Puskur (2007), mata pelajaran Bahasa Indonesia
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, secara lisan maupun tulis
b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan dan bahasa negara
c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat
dan kreatif untuk berbagai tujuan
d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial
e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa
f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.
8
2.2 Model pembelajaran VAK
2.2.1 Pengertian
Neil Fleming (dalam Huda, 2013: 287) menyatakan terdapat tiga
modalitas preferensi individu dalam proses belajar yaitu visual, auditoris dan
kinestetis yang digunakan untuk pembelajaran, pemprosesan dan komunikasi.
a. Visual, modalitas visual mengakses citra visual yang dilihat
maupun diingat seperti warna, hubungan ruang potret mental dan
gambar. Anak dengan modalitas visual memeliki ciri-ciri berikut:
Teratur, memperhatikan segala hal dan menjaga penampilan
Mengingat dengan gambar dan lebih suka membaca
disbanding dibacakan
Memerlukan gambaran dan tujuan menyeluruh untuk dapat
menangkap detail dan mengingat
b. Auditoris, modalitas auditoris mengakses segala jenis bunyi dan
kata yang diciptakan maupun diingat seperti nada, irama, music,
rima, dialog dan suara. Anak dengan modalitas auditoris memiliki
ciri sebagai berikut:
Perhatian mudah terpecah
Berbicara dengan pola berirama
Belajar dengan mendengarkan
Berdialog secara internal dan eksternal.
c. Kinestetik, modalitas ini mengakses segala gerak dan emosi yang
dicipta maupun diingat seperti irama, kenyamanan, gerakan,
koordinasi dan tanggapan emosional. Anak dengan modalitas
kinestetik memilii ciri seperti berikut:
Menyentuh dan berdiri berdekatan
Banyak bergerak
Belajar sambil bekera, menunjuk tulisan saat membaca
Menanggapi fisik
Mengingat sambil berjalan dan melihat
9
Huda (2013: 289) menyatakan bahwa Model VAK (Visualizationl
Auditory Kinestetic) adalah model pembelajaran yang menggunakan dan
mengombinasikan gaya belajar multi-sensorik yang melibatkan tiga gaya
belajar yaitu penglihatan, pendengaran dan gerakan untuk memberi
kemampuan yang lebih besar dan mengisi kekurangan yang dimiliki siswa.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran VAK
dilaksanakan dengan memanfaatkan potensi yang telah dimiliki siswa dengan
melatih dan mengembangkannya serta memberikan kesempatan kepada siswa
untuk belajar secara langsung dengan bebas menggunakan modalitas yang
dimiliki guna mencapai pemahaman dan pembelajaran yang efektif.
2.2.2 Sintaks Model Pembelajaran VAK
a. Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)
Pada kegiatan pendahuluan guru memberikan motivasi untuk
membangkitkan minat siswa dalam belajar, memberikan perasaan
positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang kepada siswa,
dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk menjadikan
siswa lebih siap dalam menerima pelajaran.
b. Tahap Penyampaian (kegiatan inti pada eksplorasi)
Pada kegiatan inti guru mengarahkan siswa untuk menemukan
materi pelajaran yang baru secara mandiri, menyenangkan, relevan,
melibatkan pancaindera, yang sesuai dengan gaya belajar VAK. Tahap
ini biasa disebut eksplorasi.
c. Tahap Pelatihan (kegiatan inti pada elaborasi)
Pada tahap pelatihan guru membantu siswa untuk mengintegrasi
dan menyerap pengetahuan serta keterampilan baru dengan berbagai
cara yang disesuaikan dengan gaya belajar VAK.
d. Tahap penampilan hasil (kegiatan inti pada konfirmasi)
Tahap penampilan hasil merupakan tahap seorang guru membantu
siswa dalam menerapkan dan memperluas pengetahuan maupun
10
keterampilan baru yang mereka dapatkan, pada kegiatan belajar
sehingga hasil belajar mengalami peningkatan.
2.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran VAK
a. Kelebihan Model Pembelajaran VAK
Kelebihan model pembelajaran VAK (Visual Auditori Kinestetik)
adalah sebagai berikut.
i. Pembelajaran akan lebih efektif, karena mengkombinasikan
ketiga gaya belajar.
ii. Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah
dimiliki oleh pribadi masing-masing.
iii. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
iv. Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan
dan memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik seperti
demonstrasi, percobaan, observasi, dan diskusi aktif.
v. Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran siswa.
vi. Siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terhambat
oleh siswa yang lemah dalam belajar karena model ini mampu
melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas
rata-rata.
b. Kelemahan Model Pembelajaran VAK
Kelemahan dari model pembelajaran VAK (Visual Auditori
Kinestetik) yaitu kurangnya kemampuan untuk mengkombinasikan
ketiga gaya belajar tersebut. Sehingga orang yang hanya mampu
menggunakan satu gaya belajar, hanya akan mampu menangkap materi
jika menggunakan metode yang lebih memfokuskan kepada salah satu
gaya belajar yang didominasi.
11
2.3 Hasil Belajar
2.3.1 Pengertian Hasil Belajar
Terdapat beberapa definisi mengenai hasil belajar. Dimyati dan
Mudjiono (2009) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Sedangkan Sudjana (2011:22)
mengemukakan hasil belajar juga bisa didefinisikan sebagai kemampuan
yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Demikian pula
dengan Susanto (2013:5) menyatakan hasil belajar sebagai perubahan-
perubahan yang terjadi baik menyangkut aspek kognitif, afektif dan
psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.
Pada umumnya hasil belajar dapat dinilai melalui tes, baik tes yang
disajikan dalam bentuk uraian maupun pilihan ganda (Sudjana, 2011: 55). Hal
ini dipertegas oleh Nawawi (dalam Susanto, 2013: 5) yang mengemukakan
hasil belajar sebagai tingkatan keberhasilan siswa dalam pempelajari materi
pelajaran yang dinyatakan dalam skor dari hasil tes mengenai materi
pelajaran tersebut.
DEPDIKNAS (2008:51) menyatakan bahwa salah satu prinsip penilaian
hasil belajar siswa adalah menggunakan acuan kriteria, tertentu dalam
menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan
peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM), yang ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil
musyawarah guru mata pelajaran disatuan pendidikan atau beberapa satuan
pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil
yang diperoleh peserta didik melalui sebuah tes baik berupa tes langsung mau
pun tidak setelah terjadi proses pembelajaran mengenai suatu pokok
pembahasan dengan acuan ketuntasan hasil belajar yang telah ditetapkan
dalam bentuk KKM.
12
2.4 Sikap
2.4.1 Pengertian Sikap
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sikap diartikan sebagai
kesiapan untuk bertindak. Sementara Sardiman (dalam Susanto, 2013:11)
menyatakan sikap sebagai kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan
cara, metode, pola maupun teknik tertentu terhadap dunia sekitar individu-
individu maupun objek tertentu yang merujuk pada perbuatan, perilaku atau
tindakan. Azwar (dalam Susanto, 2013:10) mengungkapkan sikap tidak hanya
merupakan aspek mental melainkan mencakup aspek respon fisik. Sehingga
struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu
kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai, afektif merupakan
perasaan menyangkut emosional dan konatif yang merupakan kecenderungan
berperilaku tertentu.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan suatu bentuk
evaluasi perasaan untuk bereaksi secara positif maupun negatif terhadap
objek tertentu yang dibentuk dari interaksi antara komponen kognitif, afektif,
dan konatif.
Dalam penelitian ini sikap yang dimaksud adalah perilaku siswa dalam
mengikuti pembelajaran terutama sikap siswa dalam menghadapi dan
melakukan tugas dalam kegiatan menulis dengan harapan sikap yang
diinginkan adalah sikap mandiri, disiplin dan bertanggung jawab yang terurai
dalam indikator penentunya sebagai berikut:
a. Kedisiplinan
Disiplin menurut kamus bahasa Indonesia adalah latihan batin dan
watak agar menaatitata tertib atau kepatuhan terhadap aturan. Senada,
Imron (2011:173) mengemukakan bahwa disiplin siswa merupakan
suatu ssikap tertib dan teratur yang dimiliki siswa, tanpa ada
pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung
maupun tidak terhadap siswa dan sekolah.
13
Berdasarkan H.A.S Moenir (2010:96) beberapa indikator yang
dapat digunakan untuk mengukur kedisiplinan siswa adalah dengan
ketentuan disiplin waktu dan perbuatan. Yang meliputi:
Disiplin Waktu:
1) Tepat waktu dalam belajar, mencakup dating dan pulang
sekolah tepat waktu, mulai dari selesai belajar dirumah dan
disekolah tepat waktu.
2) Tidak meninggalkan kelas/ membolos
3) Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang telah ditetapkan.
Disiplin Perbuatan:
1) Patuh dan tidak menentang peraturan
2) Tidak malas belajar
3) Tidak menyuruh oranglain bekerja untuk dirinya
4) Tidak berbohong
5) Tingkah laku menyenangkan mencakup tidak menyontek,
membuat keributan, dann mengganggu oranglain yang
sedang belajar.
Adapun indikator kedisiplinan yang digunakan pada penelitian ini
adalah:
Menempati tempat duduk dengan tenang
Perhatian siswa terhadap materi pelajaran
Mengangkat tangan ketika hendak mengajukan atau menjawab
pertanyaan atau beropini
b. Bertanggungjawab
Sikap bertanggungjawab berdasarkan kamus besar bahasa
Indonesia (2008) adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab,
menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan
menanggung akibatnya. Namun pada penelitian ini bertanggung jawab
yang dimaksut adalah sikap siswa dalam menerima dan mengerjakan
instruksi guru tanpa membuat sebuah pelanggaran. Adapun indikator
sikap bertanggungjawab pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
14
Antusias dalam mengikuti pebelajaran
Berani melaporkan atau mempresentasikan tugas kelompok
maupun mandiri
Melakukan kegiatan sesuai dengan instruksi guru
Melakukan kegiatan menulis dengan tenang
Mendengarkan dengan serius ketika guru menerangkan
c. Kemandirian
Menurut Syufarman (2003), indikator orang –orang mandiri adalah
sebagai berikut:
1) Progresif dan ulet,
2) Berinisiatf, mampu berpikir dan bertindak secara original,
kreatif dan penuh inisiatif,
3) Pengendalian diri dalam mengatasi masalah
4) Percaya pada kemampuan diri sendiri
5) Memperoleh kepuasan atas usahanya sendiri
Adapun indikator kemandirian pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Keaktifan siswa membuat rangkuman
Mampu membuat kesimpulan dengan tepat
Mandiri dalam menyelesaikan tugas
Tepat waktu dalam menyelesaikan tugas
Melakukan kegiatan sesuai instruksi guru
2.5 Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya
adalah penelitian dari I Kadek Dian Adi, dkk. (2012) yang melakukan penelitian
tindakan kelas, dengan judul peningkatan keterampilan berbicara Bahasa
Indonesia siswa kelas VB semester I SD No 2 Banyuasri melalui implementasi
model pembelajaran Quantum Learning dengan Gaya Belajar VAK (visual,
auditorial, dan kinestetik) berbantuan media Film Pendek. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran VAK (visual, auditorial,
15
dan kinestetik) pada pembelajaran Bahasa Indonesia siswa Kelas VB SD No 2
Banyuasri. Penelitian menunjukan bahwa keterampilan berbicara Bahasa
Indonesia siswa dengan implementasi model embelajaran Quantum Learning
dengan gaya belajar VAK (visual, auditorial, dan kinestetik) berbantuan media
film pendek dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Terjadi
peningkatan persentase pada siklus I sebesar 65 % mengalami peningkatan
sebesar 90 % pada siklus II.
Peningkatan aktifitas dan hasil belajar siswa juga terjadi pada penelitian
tindakan kelas yang dilakukan oleh Dewi Yuliana, dkk (2013) yang dilaksanakan
di kelas IV SD Negeri Loano yang beralamat di jalan Magelang km 5 Loano,
Purworejo pada semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 dengan judul penelitian
“Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model
Pembelajaran Vak (Visualization, Auditory, Kinestetic)”. Hasil penelitian
menunjukan adanya peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa.
Aktivitas siswa pada siklus I 69,1% dan pada siklus II 73,4%. Hasil belajar
meningkat yaitu sebelum siklus siswa yang tuntas 35,5%, pada siklus I 67,75 dan
pada siklus II 80,6%.
Demikian pula pada penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Puspasari
(2010) terhadap siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Muntilan pada mata pelajaran
matematika dengan judul penelitian “Meningkatkan Sikap Positif Siswa SMA
Negeri 1 Muntilan Terhadap Matematika Melalui Pembelajaran Berbasis
Masalah”. Hasil penelitian yang diperoleh dari analisis hasil angket menunjukkan
bahwa persentase sikap positif siswa pada aspek kognitif meningkat dari 64,11%
pada pra tindakan dengan kualifikasi sedang menjadi 66,73% pada siklus I dengan
kualifikasi tinggi dan meningkat kembali menjadi 71,58% pada siklus II dengan
kualifikasi tinggi. Aspek afektif meningkat dari 53,94% pada pra tindakan dengan
kualifikasi sedang menjadi 59,09% pada siklus I dengan kualifikasi sedang dan
meningkat menjadi 71,59% pada siklus II dengan kualifikasi tinggi, Aspek konatif
meningkat dari 55,76% pada pra tindakan dengan kualifikasi sedang menjadi
63,14% pada siklus I dengan kualifikasi sedang dan meningkat menjadi 73,06%
pada siklus II dengan kualifikasi tinggi.
16
2.7 Kerangka Berpikir
Model penelitian tindakan meliputi tahapan-tahapan, diantaranya
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subiyantoro (2010), adapun
model dan penjelasan untuk masing-masing tahapan adalah sebagai berikut
Gambar 2.1 Model PTK design Kemmis dan Teggart
Penjelasan alur PTK tersebut adalah sebagai berikut:
a. Rancangan atau rencana awal, sebelum mengadakan penelitian, peneliti
menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,
termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
b. Pelaksanaan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh
peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta
mengamati hasil atau dampak dari penerapan isi rancangan. Pengamat
adalah guru kelas, sedangkan peneliti bertindak dalam melaksanakan
perbaikan pembelajaran.
c. Refleksi, yakni peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil
atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar
pengamatan yang diisi oleh pengamat.
d. Rancangan atau rencana yang direvisi berdasarkan hasil refleksi dari
pengamat, membuat rencana yang direvisi untuk melaksanakan siklus
berikutnya.
SIKLUS I SIKLUS II
17
2.8 Hipotesis Tindakan
Model pembelajaran VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic) diduga dapat
meningkatkan hasil belajar dan memperbaiki sikap siswa Kelas III dalam kegiatan
menulis pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD Negeri Banyubiru 01 Tahun
Ajaran 2013/2014.