Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB II
KAJIAN HISTORIS DAN ANALISIS REPERTOAR
A. Gitar Di Abad Ke-16
1. Lute
Gitar memiliki perjalanan panjang dalam sejarahnya dari mulai
hanya 4 senar hingga bisa menjadi 6 senar seperti yang sering dipakai
saat ini. Ada banyak instrumen lain yang dianggap masih bersaudara
dengan gitar, Carl Sachs menyebutkan di dalam bukunya Systematik der
Musikinstrumente bahwa gitar merupakan termasuk instrumen
chordophones yaitu instrumen yang menghasilkan suara melalui getaran
dari satu atau dua senar secara bersamaan. Contoh instrumen plucked
chordophone adalah gitar, lute, harpa, dll, sedangkan bowed
chordophones adalah violin, cello dan lainnya.
Terdapat tiga instrumen chordophones yang dipakai pada abad ke-
16 yaitu lute, vihuela, dan gitar empat senar. Lute sudah dikenal sejak
zaman Mesir kuno dan berkembang di Eropa. Instrumen ini memiliki
keunikan dengan bagian belakangnya berbentuk bulat keluar. Banyak
komposer besar yang membuat karya untuk lute termasuk Johann
Sebastian Bach dan Antonio Vivaldi. Pembuat lute disebut sebagai
luthier. Sebutan ini dibawa terus sampai sekarang sehingga pembuat gitar
juga mendapat nama yang sama.
2. Gitar Klasik/Gitar Enam-Senar
Pada pertengahan abad ke-18 muncul lagi salah satu tipe gitar baru
yaitu gitar enam-senar yang dikenal dengan sebutan ‘classical guitar’
atau ‘classic guitar’. Masyarakat mulai meninggalkan gaya
menggandakan senar dan gitar enam-senar tanpa penggandaan menjadi
ketertarikan baru dan menggambarkan gitar pada pertengahan abad ke-
18.
2
Kepopuleran gitar yang menurun membuat para ahli pengrajin gitar
mulai banyak meninggalkan pembuatan gitar, namun ini ternyata menjadi
keuntungan sendiri bagi masyarakat biasa yang ingin membuat gitar
dengan pengetahuan seadanya. Pengrajin pada era ini banyak melakukan
inovasi-inovasi baru dalam membuat gitar, mengingat mereka hanya
menggunakan bahan yang murah sehingga bisa bebas dalam berinovasi.
Di era inilah terdapat salah satu inovasi terbesar bagi sejarah gitar yaitu
penggunaan sistem fan-strutting, hal ini bisa dilihat dari gitar-gitar buatan
Francisco Sanguino, seorang ahli gitar pada era ini.
Perkembangan gitar mulai terasa di awal abad ke-19, baik dari segi
pemainnya maupun repertoar untuk gitar. Gitaris dari awal abad ke-19
tidak hanya berasal dari negara yang mendominasi sebelumnya seperti
Spanyol, Perancis, Italia, dan Inggris namun juga dari Russia dan
Hungaria. Pada awal abad ke-19 gitaris-gitaris memberikan kontribusi
sangat besar untuk instrumen ini seperti Ferdinando Carulli, Matteo
Carcassi, Dionisio Aguado, Luigi Legnani, Mauro Giuliani, dan Fernando
Sor melalui metode-metode pembelajaran untuk gitar. Dua nama terakhir
bahkan memiliki rovalitas yang tinggi di era itu.1
A. Sejarah Periode
1. Barok
Barok merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk
menunjukkan sebuah periode atau gaya musik khususnya di Eropa dalam
kurun waktu tertentu, yaitu mulai pada 1600-1750. Barok berasal dari
bahasa Portugis yaitu barroco, yang berarti sebuah mutiara tak beraturan
yang bulat.2 Gaya musik Barok merupakan perkembangan dari periode
sebelumnya yakni Renaisans. Pada gaya musik Barok mulai bermunculan
pergerakan harmoni yang disonan, perubahan tanda kunci dan tempo,
1 Graham Wade, 1972, A Concise History of Classical Guitar, Missouri, Mel Bay
Publications, halaman 20& 87 2 Randel. Don Michael. “Baroque” The Harvard Concise Dictionary of Music and
Musicians, ed. Don Michael Randel, 53. Edisi ke-2. London: Macmillan Publishers Limited
3
terdapat banyak ornamentasi, serta musik bergerak secara dinamis.
Tujuan perkembangan gaya musik pada periode ini adalah untuk
menunjukkan ekspresi yang lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya, sehingga musik tersebut bisa berdampak dan lebih dapat
dinikmati.
Beberapa komponis yang hidup pada periode ini, antara lain:
Johann Sebastian Bach, Giacomo Carissimi, Henry Purcell, Antonio
Caldara, Antonio Vivaldi, George Frideric Handel, dan sebagainya. Pada
resital ini, penulis membawakan satu buah karya periode Barok, yaitu:
“Prelude, Fugue and Allegro BWV 998” karya dari Johann Sebastian
Bach.
2. Biografi Johann Sebastian Bach
Johann Sebastian Bach adalah anak terakhir dari delapan
bersaudara. Ia lahir pada tanggal 21 Maret 1685 di Kota Eisenach,
Jerman. Ayahnya bernama Johann Ambrosius Bach dan bekerja sebagai
pemain terompet dan dirigen orkes Kota Eisenach. Keluarga Bach sejak
abad ke-16 sampai abad ke-19 telah menghasilkan banyak musisi yang
berkualitas. Bach memulai pendidikan pada sekolah yang dikelola gereja
Lutheran di Eisenach. Pada tahun 1694 kedua orang tua Bach telah
meninggal sehingga ia berpindah ke Ohrdruf dimana Bach diasuh oleh
kakaknya, Johann Christoph Bach. Di Ohrdruf ia melanjutkan sekolah di
Lyceum dan mendapat pelajaran bermain organ dari kakaknya yang
merupakan seorang organis. Bach juga belajar komposisi sendiri dari
buku musik Froberger, Kerl, dan Pachelbel. Ketika Bach berusia 15
tahun, rumah Johann Cristoph Bach menjadi semakin penuh seiring
dengan bertambahnya anggota keluarga sehingga Bach harus pindah.
Melalui perantaraan pemimpin musik di sekolah Lyceum, Bach mendapat
tempat sebagai penyanyi di gereja St. Mikael di Kota Luneburg, Jerman
Utara. Bach mendapat sambutan hangat karena suara soprannya yang
bagus. Setelah suaranya berubah dewasa, ia memulai tugas lain sebagai
organis atau biolis. Ada kemungkinan pada masa itu Bach bertemu
4
dengan komposer besar George Boehm dan belajar komposisi dari
Boehm. Bach juga melakukan kunjungan ke Kota Hamburg untuk
mendengar serta mempelajari permainan organ J.A. Reinecken di gereja
St. Katarina.
Pada tahun 1702, Bach pergi dari Luneberg untuk mencari
pekerjaan. Ia memenangi perlombaan di kota Sangerhausen dan berhak
atas posisi sebagai organis gereja. Namun karena pangeran setempat tidak
setuju, maka ditunjuklah orang yang lebih tua untuk mengambil posisi
ini. Bach mendapat tugas memainkan musik untuk pangeran yang
merupakan wakil pimpinan Kota Weimar pada tahun 1703 dan pada
tahun yang sama mendapat posisi sebagai organis di Kota Arn. Karya-
karya awal Bach diciptakan di kota ini. Selama bekerja di Kota Arn, Bach
mendapatkan beberapa pengalaman yang kurang menyenangkan.
Beberapa diantaranya yaitu ketika ia terlibat konflik dengan pemain
fagot, berselisih paham dengan anggota paduan suara, dan ditegur oleh
dewan gereja. Datangnya teguran dari dewan gereja bermula dari
keterlambatan Bach kembali dari masa cutinya di tahun 1705. Ketika itu
Bach diizinkan cuti untuk mendengar karya Buxtehude di Kota Lubeck.
Ia kembali setelah tiga bulan, terlambat dari waktu cuti yang telah
ditentukan. Selain itu dewan gereja juga menganggap iringan koral yang
diciptakannya terlalu rumit sehingga sulit untuk diikuti jemaat.
Pada tahun 1707, Bach memenangkan perlombaan untuk menjadi
organis gereja St. Blasius yang terletak di Kota Mulhausen. Setelah
memenangkan jabatan baru tersebut, Bach menikah dengan sepupunya
yang bernama Maria Barbara Bach dan dikaruniai delapan anak. Jabatan
tersebut tidak dipertahankan oleh Bach karena ia hanya diperbolehkan
memainkan lagu yang sangat sederhana dalam ibadah. Bach lebih
memilih menerima undangan sebagai organis istana untuk Pangeran
Wilhelm Ernst, pangeran utama Kota Weimar pada tahun 1708.
Pada masa jabatannya di Weimar sampai tahun 1717, Bach banyak
menciptakan komposisi atas dorongan Pangeran Wilhelm. Ia menggubah
5
prelude dan fuga, toccata dan fuga, dan koral prelude. Tugas-tugas Bach
di Weimar termasuk menciptakan karya dan bermain organ, mengajar
organ, membuat komposisi, mengatur konstruksi organ dan harpsichord,
memperbaiki alat musik istana, dan menjadi konsultan organ-organ baru
bagi kota-kota sekitar. Pada tahun 1713, jabatan Bach dinaikkan menjadi
konzertmeister agar tidak berpindah ke tempat lain. Pada akhir tahun
1716, kapelmeister meninggal dan Bach berharap agar jabatan tersebut
diberikan kepadanya. Akhirnya jabatan tersebut diberikan kepada
Telemann sehingga Bach kecewa dan meminta berhenti agar dapat
menerima tawaran sebagai Kapelmeister Pangeran Leopold di Kota
Cothen. Permohonan Bach untuk berhenti tidak dihiraukan sehingga
sekali lagi Bach meminta dengan cara yang dianggap kasar. Atas
perbuatannya ini Bach diberhentikan secara tidak hormat setelah sebulan
dimasukkan ke dalam penjara. Pada masa jabatannya di Cothen, Bach
lebih banyak menggubah lagu hiburan untuk pangeran. Kebanyakan
karyanya adalah lagu-lagu untuk keyboard, biola, dan konserto-konserto
termasuk konserto Brandenburg yang sangat terkenal. Istri pertama Bach
meninggal dunia tahun 1720 ketika Bach sedang melakukan perjalanan
bersama pangeran. Bach kemudin menikah lagi dengan Anna Magdalena
dan menciptakan beberapa buku musik khusus untuk istrinya. Pada tahun
yang sama dengan pernikahan kedua Bach, Pangeran Leopold juga
menikah. Istri pangeran tidak tertarik pada musik sehingga sejak saat itu
Bach tidak dianggap terlalu penting lagi di istana.
Pada tahun 1723, Bach mendapat posisi sebagai cantor atau ketua
musik di Sekolah Santo Thomas, Leipzig. Tugasnya adalah memimpin
kegiatan musik untuk Kota Leipzig, bertanggung jawab untuk musik di
empat gereja yang berpusat di Leipzig, dan mengajar di kelas. Pada masa
ini Bach sangat aktif membuat komposisi, terutama kantata-kantata untuk
seluruh tahun gerejawi. Masa jabatan Bach di Leipzig berlangsung dari
tahun 1723-1750. Masa ini diwarnai dengan banyak perselisihan paham
antara Bach, para pejabat gereja, dan kepala sekolah yang tidak mengerti
6
keinginan Bach untuk memajukan musik. Hubungannya dengan dewan
kota cukup baik. Ia juga mengadakan kegiatan musik di luar gereja
seperti mengadakan makan malam musik di rumahnya. Bach juga
menjadi guru privat, menulis empat buku musik untuk organ dan
harpsichord yang berisi koral prelude, suita-suita, dan lagu untuk
harpsichord. Ia juga memimpin perhimpunan musik Collegium Musicum
di Leipzig dari tahun 1729 sampai 1741.
Perjalanan untuk sebagai konsultan organ dan mengadakan konser
organ masih dilakukannya. Tahun 1747 Bach diundang ke Berlin tempat
anaknya, Carl Phillipp Emanuel Bach, bekerja sebagai pemain keyboard
istana untuk Raja Frederick dari Prussia. Raja Frederick adalah seorang
komposer yang baik dan juga pemain flute. Raja sangat terkesan dengan
kemampuan Bach dalam melakukan improvisasi dan memberi Bach
sebuah tema untuk fuga yang secara spontan diimprovisasikan Bach pada
piano. Bach terkesan dengan koleksi piano Raja Frederick. Pada waktu
Bach kembali ke Leipzig, ia menggubah satu kumpulan lagu berdasar
tema yang diberikan Raja Frederick berisi kanon-kanon, sebuah fuga, dan
dua trio yang diberi judul Musikalische Opfer.
Menjelang akhir hidupnya, kesehatan mata Bach menurun sampai ia
buta total di tahun 1749. Dua kali operasi mata yang dijalani Bach gagal.
Bach meninggal tahun 28 Juli 1750 akibat serangan otak.3
3. Analisis Struktural Prelude, Fugue and Allegro BWV 998
Prelude merupakan sebuah repertoar pembuka yang menghantarkan
ke karya selanjutnya, dalam hal ini, adalah Fugue dan ditutup oleh
Allegro. Karya ini berstruktur polifoni tiga suara. Prelude ini diawali oleh
tanda sukat 12/8 yang dimainkan dalam tangga nada D mayor. Birama 1-
5 terdapat tema dalam tonalitas D mayor lalu pengulangan pada
dominannya di A mayor pada birama 6 dan pengulangan lagi pada birama
3 Rhoderick J. McNeill, Sejarah Musik 1 (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1998), hlm.
290-297
7
14 tetapi kali ini di relatif minornya di tonalitas B minor. Adanya
perpindahan frase dalam F# minor pada birama 17-19, E minor pada
birama 21 ke A mayor pada birama 22 dan kembali ke D mayor pada
birama 23. Pada ketukan ke 7 di birama 23, tonalitas modulasi ke C
mayor dan ke dominannya G mayor pada birama 25. Pada birama 30
kembali ke tonalitas awal yaitu D mayor dengan pola ritmik yang sama
pada birama 31-32 dan masuk ke pedal bas pada birama 33-35. Pada
birama 36, dalam D mayor terdapat introduksi bentuk akor hingga
birama 37 dan fermata pada birama 40.Tema melodi dimainkan kembali
pada birama 42-44 dari titik ini melodi mengalir hingga suspensi akor di
D mayor pada birama 48.
Gambar 2. 1 Birama 1-3 Tema Prelude
Tabel 2. 1 Analisis struktural Prelude
Prelude
A
Eksposisi
B
Pengembangan Tema
A’
Rekapitulasi
Birama/ ketukan
1-5 6-41 42-48
Keterangan Tonalitas mulai dalam D mayor
Tonalitas mulai dalam dominannya di A
mayor
Tonalitas kembali ke D mayor ditutup
oleh suspensi akor
Fugue ini berstrukstur polifoni tiga suara, bersukat 4/4, subjek
utamanya pada tonalitas D mayor pada birama 1 hingga birama 3 ketukan
pertama dan dijawab pada suara kedua di dominannya di tonalitas A
8
mayor pada suara tengah di birama ke 3 ketukan kedua sampai birama 5
ketukan pertama. Suara ketiga muncul pada suara bas di birama 7
ketukan kedua hingga birama 9 ketukan pertama.
Gambar 2. 2 Birama 1-3 Subjek di suara atas (suara 1)
Gambar 2. 3 Birama 3-5 Subjek di suara tengah (suara 2)
Gambar 2. 4 Birama 7-9 Subjek di suara bawah (suara 3)
Tabel 2. 2 Analisis struktural Fugue
Fugue
A
Eksposisi
B
Pengembangan
A
Pengulangan
Birama / ketukan
1-17/1 17/2-29/1 29/2-77/2 77/3-103
Keterangan
Pada birama1-9 terdapat
polifoni tema tiga suara
Tonalitas mulai dalam
D mayor
Muncul motif ritme baru.
Interaksi tiap suara menjadi semakin intens dalam tonalitas
D mayor
Bagian tanpa permunculan
tema. Menggunakan kontrapung not
seperenambelas. Tonalitas mulai dalam D mayor
Tema utama muncul kembali
9
Allegro menggunakan sukat 3/8, tonalitas mulai dalam D mayor dan
dimainkan arrpegio dalam not seperenambelasan dengan tempo allegro.
Dalam Allegro ini terdapat dua bagian dan tiap bagiannya diulang dua
kali.
Bagian pertama dari birama 1-32, pada birama 1-18 dimulai dari
suara atas dalam tonalitas D mayor dan modulasi ke A mayor pada
birama 19-23. Pada birama 24-26 kembali ke D mayor, ke A mayor lagi
di birama 27, dan sampai pada kadens sempurna di birama 31-32 dalam
tonalitas A mayor.
Bagian kedua dari birama 33-96 di mulai di dominannya yaitu A
mayor dan kembali ke tonika D mayor pada birama 36, pada ketukan
ketiga di birama 37 di modulasi ke subdominant nya di G mayor. Terjadi
modulasi ke relatif minornya ke E minor di birama 41-56 dan E minor ini
di modulasi ke paralel mayornya di E mayor di birama 57 dan kembali ke
dominan dari D mayor yaitu A mayor di birama 60 agar dapat kembali ke
tonika D mayor pada birama 64 ditutup oleh kadens sempurna dari akor
V- I pada birama 95-96.
Gambar 2.5 Bentuk arpeggio seperenambelasan
Tabel 2.3 Analisis struktural Allegro
Allegro
Birama / ketukan 1-32 33-96
Keterangan
Dimulai dari tonalitas D
mayor dan modulasi dan
ditutup kadens di A
mayor
Dimulai dari dominan A
mayor dan ditutup kadens
sempurna di D mayor
10
4. Analisis teknik Prelude, Fugue and Allegro BWV 998
Komposisi ini memiliki gaya barok yang berati dimainkan ringan,
dengan ornamentasi khas tanpa rubato dan vibrato yang berlebihan. Pada
bagian Fugue memiliki tingkat kesulitan yang berbeda dibandingkan
dengan Prelude dan Allegro. Kesulitannya ialah memilah melodi utama
yaitu subjek yang harus terdengar kontras dibandingkan konter-
subjeknya, dengan begitu kerja jari-jari tangan kanan perlu kerja ekstra
untuk memilahnya. Sementara pada Allegro selain tempo yang cepat
yang menjadi perhatian ialah posisi jari tangan kiri yang membutuhkan
perenggangan ekstra untuk mencapai nada-nada dengan posisi yang
susah.Penalaan senar keenam untuk karya ini, dari E diturunkan ke D.
C. Sejarah Periode
1. Klasik
Periode Klasik berlangsung antara 1720-1800, dalam jeda waktu 70
tahun dalam periode ini membuat banyak perubahan besar dalam musik,
seperti ekspresi melodi dan warna instrumental.4 Karakter utama yang
menjadi ciri khas periode klasik adalah: kesederhanaan, bentuk yang
simetris, musik yang anggun, ornamentasi teratur, dan kejernihan suara
yang tinggi. Musik pada periode ini lebih bersifat universal. Pada periode
Klasik ini praktik moral dianggap lebih penting dibandingkan dengan hal-
hal yang bersifat ketuhannan, sikap natural dalam perilaku sosial lebih
dihargai daripada kemewahan atau perilaku formal yang megah. Musik
pada periode klasik tidak dibatasi oleh ras atau kenegaraan. Pada periode
ini orang-orang lebih menyukai musik alamiah, ekspresif dan sifatnya
menghibur.
2. Biografi Fernando Sor
Josep Ferrando Sor adalah seorang komposer dan gitaris klasik
Spanyol pada era klasik pada tahun 1778 - 1839. Sementara ia terkenal
4 Joseph Kerman, Gary Tomlison, dan Vivian Kerman, Listen: Brief Fourth Edition
(Boston: Bedford/St.Martins 2000), hlm 224 - 225
11
karena komposisi gitarnya, ia juga menggubah musik untuk berbagai
genre, termasuk opera, orkestra, kuartet string, piano, suara, dan
balet.keseriusan Sor dalam instrument gitar dimulai pada saat ia berada di
Barcelona. Ia terinspirasi oleh Frederico Morreti yang juga merupakan
seorang komposer dan gitaris yang bertugas di Royal “Walloon Guards of
The Queen of Spain”. Dengan pengaruhnya Morreti, Komponis –gitaris
berikutnya seperti Sor, Dinisio Aguado dan Mauro Giula sangat ingin
meningkatkan instrument gitar sebagai instrument solo. Pengaruh
musikalitas Morreti terhadap Sor, juga mempengaruhi komponis-gitaris
Itali dalam memandang Morreti sebagai “Obor yang meyakinkan
langkah para gitaris lainnya”.
3. Analisis Struktural Grand Solo op.14
Newman berpendapat bahwa Sor hanya menulis tiga sonata antara
lain Sonata Prima atau Grand Solo, op. 14, Sonata Seconda in C mayor
(Sonate, op 15b) dan Grande Sonata in C mayor, op .22. Brian Jeffery
yang adalah seorang Komposer dan Gitaris (1994) mengatakan dalam
bukunya Grand Solo Op. 14 ini merupakan "fantasi bebas dimana tema
muncul kembali”. Grand Solo Op.14 adalah karya tunggal/Single
movement yang merupakan contoh atau gambaran setelah pembukaan
opera Italia pada 1780- 90’an. Gaya ini paling banyak diwakili pada saat
itu oleh tokoh-tokoh seperti Spontini, Paisiello dan komponis lainnya di
era klasik.
Tabel 2.4 Analisis struktural Grand Solo
T
Grand Solo Op.14
Introduksi Eksposisi Codeta Development Rekapitulasi
Birama / ketukan
1-25 26-102 103-121 125-169 171-238
Keterangan Introduksi dimulai dalam
tonalitas D minor.
Dengan tempo
Tonalitas mulai
dalam D mayor
Dengan tempo
Allegro
Tonalitas mulai
dalam A mayor
Tonalitas dimulai dalam F mayor 7
Tonalitas mulai dalam
D mayor
12
abel 2.5
Gambar 2.6 Main Theme
Pada tema utama terdiri dari 2 frase yang ketika dipilah terdapat 4
semi frase. Frase ini ditandai dua percakapan dramatis yang kuat dan
dibangkitkan dengan acelaration/percepatan dengan irama yang kontras
dan juga merupakan ciri khas di era klasik. Pada birama ke 41 diakhiri
oleh half cadence.
Bridge
Gambar 2.7 Bridge
Bridge/Jembatan pada gambar diatas tidak menghasilkan modulasi
yang efektif yang hanya merupakan pengulangan.
Grand Solo Op.14
Codeta Coda
Birama /
ketukan 239-262 263-268
Keteranga
n Tonalitas dalam D mayor Tonalitas dalam D mayor
13
Gambar 2.8 Transisi
Birama 59-78 merupakan transisi yang dimulai dengan A mayor.
Gambar 2.9 Italianate Passagework
Dalam gaya khas overture, proses ini melalui beberapa bagian yang
termasuk didalamnya yaitu ritme yang tinggi dan mudah diikuti.
Gambar 2.10 Codeta
Birama 103-121 Merupakan codetta sebagai penutup yang juga
merupakan pengembangan dari tema A.
Gambar 2.11. Development
Pengembangan/Development dengan tonika sebagai Des Mayor.
Gambar 2.12 Rekapitulasi
Tema utama muncul lagi pada birama ke 171
14
4. Analisis teknik Grand Solo Op.14
Ciri dari musik klasik antara lain adalah beberapa elemen yang
kontras, akselerasi, deselerasi, stabilitas dan ketegangan yang ditujukan
sebagai dasar dalam memahami setiap frase pada suatu karya. Hubungan
tonal dan kontrasnya sebuah ritme adalah kekuatan utama dari suatu
karya yang tidak dapat diabaikan. Beberapa perubahan tekstur atau
kejutan tonalitas, kepadatan, kriteria warna, fleksibilitas dalam perubahan
tempo dan karakter musik pada Grand Solo Op.14 menggambarkan
sebuah karya yang cukup sulit untuk dimainkan, karena kecepatan dan
kestabilan yang dibutuhkan memerlukan pelatihan yang seimbang pada
penjarian tangan kiri dan kanan.
D. Sejarah Periode
1. Romantik
Awal mula munculnya periode Romantik berkisar 1800-1900.
Prinsip utama musik instrumental pada jaman romantik adalah: musik
dapat menyampaikan emosi yang jelas tanpa menggunakan kata-kata.
Musik pada periode romantik, lebih berkesan ekspresif dan personal.
Struktural, bentuk dan tonalitas yang dulunya dianggap masuk akal dan
baku, di periode ini batasan-batasannya menjadi tidak jelas dan meluas.
Contoh nyata perkembangan musik pada periode Romantik ini adalah
harmoni yang semakin kaya, perkembangan alat musik yang semakin
beragam, banyaknya karya-karya solo untuk instrumen, dan banyaknya
karya orkestra dengan komposisi instrumen yang lebih luas dan variatif
dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Komponis periode Romantik yang karyanya dipilih penulis untuk
dibawakan dalam resital ini, yaitu: Isaac Albeniz dengan kedua karyanya
“Sevilla (Sevillanas) no. 3 aus Suite Espanola dan Cadiz”.
2. Biografi Isaac Albeniz
Isaac Albeniz lahir di Barcelona pada tahun 1860 dan wafat 1909.
Albeniz adalah anak yang jenius dimana saat usianya yang keempat, ia
sudah bermain dalam konser piano pertamanya yang membuat para
15
penontonnya takjub. Talenta berharga Albeniz ini membawa perjalanan
hidupnya untuk belajar di Madrid Conservatory.5 Keinginannya yang
mendalam untuk bermain dalam konser musik membuatnya kabur dari
rumah dan melakukan perjalanan konser ke Argentina, Uruguay, Brasil,
Kuba, Puerto Rico, Amerika Serikat, Inggris, Wiemar, Paraguay, Vienna,
Budapest dan Brussels.
Sekitar tahun 1890 Albeniz mundur dari konser dan fokus dalam
mengkomposisi karya. Ia belajar di Paris dan bertemu teman-temannya
Paul Abraham Dukas, Faure dan Debussy. Ketika kematian ibu
kandungnya pada 1900, Albeniz kembali ke Barcelona dan membuat
opera Merlin disana. Pada akhir masa hidupnya, ia mengerjakan karya
pianonya seperti Suite Iberia, Zarzuelas dan karya lainya. Sungguh ironis
bahwa pada masa itu transkripsi karya gitarnya kurang terkenal
dibandingkan dengan karya pianonya, dimungkinkan karena karya
gitarnya tidak dimainkan didepan umum pada semasa hidupnya.6
3. Historis dan analisis Struktural Sevilla (Sevillanas) no.3 aus Suite
Espanola
Disepanjang masa hidupnya sebagai komponis, Albeniz memulai
komposisinya dengan ide-ide musik Spanyol yang luas, memiliki budaya
dan musik yang kuat. Teknik bermain pianonnya yang luar biasa
memungkinkan dia untuk menciptakan efek-efek suara yang meniru
permainan gitar atau kastanyet.
Di Sevilla ini dapat terdengar ritmik dansa asal kota Andalucia,
sebuah provinsi yang dikenal dari agrikulturnya, pertarungan banteng,
iklim yang hangat dan kultural yang beragam. Karya ini memiliki
gambaran suasana kota Seville, Ibu kota Andalucia yang kontras, tertulis
dalam bentuk ABA yang merupakan tipikal dari gaya nasionalistik
5 Elias Barreiro, 4, Sevilla arranged for four guitars(United States of America: Mel Bay
Publications, 1999). 6 Claude v. Palisca.1995.The New Grove Dictionary of Music and Musicians, ed. Stanley
Sadie, 751. Edisi ke-2. Jilid 1. London: Macmillan Publishers Limited
16
Spanyol milik Albeniz. Perlu digaris bawahi yaitu ritme pada bagian A
yang riang dan pada bagian B yang melankolis, karya ini bersukat ¾.
Gambar 2.13 Tema bagian A
Tabel 2.6 Sevilla (Sevillanas) no.3 aus Suite Espanola
Sevilla (Sevillanas) no.3 aus Suite Espanola
A B A
Birama/ ketukan 1-52 53-92 2-23, 93-95
Keterangan
Tonalitas mulai dalam G mayor
Dengan tempo Vivo Energico
Tonalitas mulai dalam C minor
Pengulangan bagian A hingga coda
4. Analisis Teknik Sevilla (Sevillanas) no.3 aus Suite Espanola
Komposisi ini memiliki gaya bermain Flamenco, menghindari
penggunaan rubato yang berlebihan (khususnya pada bagian A). Bagian
A dimainkan dalam tempo cepat dan dinamikanya forte. Bagian B
dimainkan agak sedikit lambat, dinamika piano dan legato. Penalaan
senar kelima dari A diturunkan ke G dan senar keenam dari E diturunkan
ke D.
5. Kajian Historis dan analisis Struktural Cadiz
Cadiz merupakan salah satu bagian karya dari Suite Espanola.
Karya ini menrcirikan patriotisme, serta mempertahankan gaya musik
Eropa dari penggunaan melodi dan lirik yang rumit. Dengan sukat ¾
allegro ma non toppo. Introduksi dimulai pada birama 1-4. Frase
Anteseden terdapat pada birama 5-12 dan frase konsekuen pada birama
17
13-28. Pengulangan motif triul seperenambelas selalu terdengar dan
berulang yang dikontraskan pada tangan kiri. Subordinat terdapat pada
birama 29-36 dan diakhiri dengan pengulangan introduksi. Karya ini
berstruktur ABA dan menampilkan bentuk pertama Rondo.
Tabel 2.7 analisis struktural Cadiz
Cadiz no.4 aus Suite Espanola
A B A
Birama/ ketukan
5-28 41-56 1-40, 73-76
Keterangan
Tonalitas dimulai dalam A mayor
Dengan tempo Allegro ma non
troppo
Tonalitas dalam A minor
Pengulangan bagian A dan
diakhiri dengan coda
Gambar 2.14.Tema
Subjek melodi berada pada suara sopran dan diselingi pola triul
yang berulang.
Gambar 2.15.Transisi
18
Pada birama 29-36 terjadi perpindahan tonalitas ke C Mayor dan
dilanjutkan pada birama berikutnya dengan kembali pada tonalitas A
mayor dan di akhiri dengan half cadence.
Gambar 2.16 Tema B
Tema B dimulai dengan relatif minor dari tonalitas tema A dan
menggunakan motif yang sama. Pada birama ke 57, terjadi
pengembangan tema yang dimulai dengan E mayor dan diakhiri oleh
Codeta pada birama 68-72.
Gambar 2.17 Coda
Setelah tema B diakhiri dengan codetta, tema A diulang kembali
hingga birama ke 40 dan diakhiri dengan coda.
6. Analisis teknik Cadiz
Teknik yang dibutuhkan pada karya ini adalah pelatihan slur tangan
kiri, karena motif dan tema pada karya ini selalu berulang dan harus
dikontraskan pada penjarian tangan kiri. Melodi, ritme serta dinamika
juga menuntut kerja keras penjarian tangan kanan dengan teknik
arpeggio, sehingga alur frase tanya dan jawab dapat dibedakan
19
E. Periode Abad XX
1. Sekilas mengenai Periode Abad XX
Pada periode musik abad XX para seniman atau komponis-
komponis mengembangkan dan menerapkan berbagai macam idiomatika
baru dalam karya-karya mereka. Karya komponis di periode ini sudah
tidak terikat lagi dengan pemahaman dan struktur bentuk seni yang baku.
Dalam bidang musik para komponis abad XX awal mengembangkan
pemahaman yang berbeda-beda tentang hubungan antara nada ke nada
satunya yang pada periode-periode sebelumnya komponis dituntut untuk
memenuhi apa yang ingin didengar para pendengarnya, maka pada abad
XX awal justru sebaliknya7.
2. Biografi Komponis
2.1 Biografi Heitor Villa-Lobos
Heitor Villa-Lobos lahir pada 5 Maret 1887 dan wafat pada 17
November 1959 di Rio de Janeiro, Brasil. Villa-Lobos ialah seorang
komponis asal Brasil yang digambarkan sebagai sosok yang kreatif
dan paling menonjol pada Abad ke-20 dalam perkembangan musik
Brasil. Ia juga seorang komponis yang sangat produktif, banyak
karyanya untuk orkestra, musik kamar, instrumental dan vokal,
hingga lebih dari 2000 karya sebelum tutup usia. Musiknya
dipengaruhi oleh musik rakyat Brasil dan gaya musik Eropa lama.
Seperti Bachianas Brasileiras dan Prelude-preludenya untuk
perbendaharaan karya untuk instrumen gitar.
Pada masa tumbuh kembang Villa-Lobos, Brasil sedang
menjalani masa revolusi sosial dan modernisasi, penghapusan
perbudakan, dan turunnya kekaisaran pada tahun 1889. Masa
perkembangan Brasil terlihat jelas dalam kehidupan musik dan
7Andik Sutanto. (2012). Musik Abad Modern. (Online). Tersedia:
http://www.majalahpraise.com/musik-abad-modern-%281900-2000%29-517.html.(12 Desember 2012)
20
karya-karyanya. Ia sempat mengikuti kursus pelajaran musik
tradisional dan harmoni di Conservatorio de Musica. Villa-lobos
menguasai instrumen cello, gitar dan klarinet.
Masa mudanya berubah ketika ayah kandungnya meninggal
dunia pada 1899 dan ia menjadi tulang punggung keluarganya
dengan menjadi pemain musik di teater orkestra di Rio, selain itu ia
juga bergabung dengan musik jalanan lokal di Brasil. Tanpa
disadari dari sanalah ia mulai memutuskan untuk serius
mengkomposisi karya-karyanya.
2.2 Biografi Roland Dyens
Roland Dyens adalah seorang gitaris dan komposer asal
Prancis yang lahir di Tunis, ibukota Tunisia, pada 19 Oktober 1955.
Pada tahun 1961, Dyens mulai bermain gitar pada usia sembilan
tahun.Empat tahun kemudian, mulai belajar klasik dengan gitaris
Spanyol Alberto Ponce di l'Ecole Normale de Musique di Paris.
Dyens menerima gelar “Licence de Concert” pada tahun 1976 dari
l'Ecole Normale. Ia belajar komposisi, konduktor, dan orkestrasi
dengan Desire Dondeyne. Ia juga mendapatkan penghargaan khusus
dalam kompetisi “Allesandria” dan penghargaan dari “Chareles-
Cros Academia” untuk rekamannya dalam penghormatan karya-
karya Villa Lobos. Selain menjadi seorang pemenang dari Beracasa
dan Yayasan Menuhin (1980), Dyens juga dihormati pada tahun
1988 oleh Majalah Gitar sebagai salah satu dari 100 gitaris
kontemporer terbaik dalam setiap gaya. Sejak Oktober 1998 sampai
Juni 2000, Dyens mengajar kelas gitar klasik, jazz dan rock di
sekolah “l'Ecole”, dan di Conservatoire “National Supérieur de
Paris”, dimana ia mulai mengajar pada bulan Juni tahun 2000
setelah pensiun dari gurunya, Alberto Ponce. Roland Dyens
mengaransemen dan merekam 12 album yang didalamanya terdapat
berbagai komposisi yang berbeda seperti Heitor Villa Lobos,
Fernando Sor, Joaquin Rodrigo, Frederic Chopin, Erik Satie, and
21
Maurice Ravel, Django Reinhardt and Thelonius Monk.
komposisinya seperti Libra Sonatine, Tango en Sky, dan The Trois
Saudades telah menjadi kebutuhan pokok dari repertoar konser di
era modern. Dalam komposisinya, ia memulai hal dengan pemilihan
akord dan memutuskan apakah ia akan menggunakan scordatura
tuning. Pilihan utama dan scordatura sering dirancang untuk
menempatkan akord tonika dan dominan pada Open stirng dan
bertujuan menampilkan suatu karakter atau warna pada gitar untuk
menyoroti aspek-aspek yang menarik.8
3. Analisis Struktural
3.1 Analisis Struktural Etude No.11
Gambar.28 Analisis Struktural Etude No.11
Etude No. 11
Tema A B C
Birama/
Ketukan 1-14 12-45 46-64
Keterangan
Tema A dimulai dengan A minor.
sukat 4/4 dan bertempo Lento
Tema B dimulai dengan tonalitas C
Mayor, dengan sukat 2/2
Tema C dimulai
dengan akord E minor
dengan tempo poco meno.
Tema A dibuka dengan tempo lambat/lento, dengan panduan
dinamika “Bien chante et tres expressif dans la cored” yang berarti
bernyanyi dengan baik dan sangat ekspresif. Pada birama ke 15
terjadi perpindahan tonalitas dari G Mayor ke C Mayor dan
bertempo “anime” yang berarti “hidup”, kemudian tempo mulai
bergerak semakin cepat hingga memasuki tema B pada birama ke
8 Beavers, Sean. “Homage in the Solo Guitar Music of Roland
Dyens.” A Treatise submitted to theCollege of Musicin partial fulfillment of therequirements for the degree ofDoctor of Music. Florida, 2006.
22
17. Pengembangan pada tema B terjadi di birama 34 dan diselingi
dinamika (Sfz, p) dan aksen. Pada birama ke 43-45 merupakan
penutup/codetta dari tema B. Bagian ke tiga atau tema C dimulai
pada birama 46 dengan sukat 4/4 dan not seperenembelasan. Tema
B kembali muncul pada birama ke 66-76. Penutup tema C dimulai
dari birama 77-82 dan diakhiri dengan Coda pada birama 93.
Gambar 2.18 Tema A
Gambar 2.19 Tema B
Gambar 2.20 Tema C
Gambar 2.21 Closing section Tema C
Gambar 2.22 A’
23
Gambar 2.23 Coda
3.2 Analisis Struktural Saudade No. 3 (Fantasia)
Saudade No.3 ( Fantasia )
Introduksi A B A’
Birama/
ketukan Ad Libitum 5-51 52-85 87-94
Keterangan
Introduksi diawali dengan
permainan bebas dari penyaji.
Tonalitas dimulai pada
D Mayor.
Sukat 2/4
Tema B dimulai
dengan akord A minor.
Sukat ¾ dan 3/16
Rekapitulasi dimulai
dengan D Mayor.
Pada introduksi, penyaji menampilkan keahlian teknik
kecepatan serta dinamika. Bagian A dimulai dengan tonalitas D
Mayor dengan iringan melodi atau motif pada senar bas yang
diulang-ulang. Pada birama 24, terjadi pemakian teknik
tambura/teknik memukul badan gitar dan memasuki sebagian
pengulangan yang sama pada tema A. Bridge/jembatan dimulai
pada birama 33-38 dan melodi berada pada senar bas. Sebagai
penutup tema A, codetta dimulai pada birama 39-51 dengan teknik
penjarian slur dan diakhiri dengan perdendonsi/lambat.
Tema B dimulai dengan tempo 70 dengan not 1/16 dan 1/32.
Sukat yang digunakan adalah ¾ + 3/16, dengan kombinasi dinamika
Forte dan piano subito. Transisi pada tema B dimulai pada birama
55-58 dan memasuki tema kedua. Untuk menutupi Secondary theme
B, terjadi melodi tunggal pada senar bass yang dimulai pada birama
80-85.
24
Rekapitulasi dimulai pada birama berikutnya yaitu 86-94 dan
bertempo largo. Coda dimulai pada birama 95 dengan sebagian
pengulangan dari tema A dan menutupi karya ini dengan teknik
arpeggio pada nada Dm+11.
4. Analisis Teknik
4.1 Analisis Teknik Etude No.11
Etude No 11 Villa Lobos ini melatih beberapa teknik
penjarian pada tangan kanan dan tangan kiri. Teknik-teknik ini
dilatih untuk menegaskan setiap dinamika, seperti sfz, sffz, p serta
aksen. Tema B dalam karya ini melatih penjarian tangan kanan
untuk mengkontraskan aksen serta dinamika. Tema C melatih kedua
tangan kanan dan kiri, antara lain merenggangkan tangan kiri serta
ketahanan jari jempol. Pada tangan kanan melatih kestabilan teknik
arpeggio dengan not seperenambelasan, dan juga melatih jari
jempol dalam memetik tiga senar bas sekaligus.
4.2 Analisis Teknik Saudade No. 3 (Fantasia)
Karya ini memberikan dan meningkatkan skill seorang
performa dalam interpretasi. Beberapa teknik yang ada pada karya
ini antara lain, accelerando/kecepatan, melatih dinamika, melatih
kekuatan jari tangan kiri dalam memainkan melodi tanpa dipetik,
teknik memukul badan gitar sebagai ritme/tambura, serta teknik
pizzicato pada tangan kanan.
BAB II2. Biografi Johann Sebastian BachJohann Sebastian Bach adalah anak terakhir dari delapan bersaudara. Ia lahir pada tanggal 21 Maret 1685 di Kota Eisenach, Jerman. Ayahnya bernama Johann Ambrosius Bach dan bekerja sebagai pemain terompet dan dirigen orkes Kota Eisenach. Keluarga Bach sejak abad ke-16 sampai abad ke-19 telah menghasilkan banyak musisi yang berkualitas. Bach memulai pendidikan pada sekolah yang dikelola gereja Lutheran di Eisenach. Pada tahun 1694 kedua orang tua Bach telah meninggal sehingga ia berpindah ke Ohrdruf dimana Bach diasuh oleh kakaknya, Johann Christoph Bach. Di Ohrdruf ia melanjutkan sekolah di Lyceum dan mendapat pelajaran bermain organ dari kakaknya yang merupakan seorang organis. Bach juga belajar komposisi sendiri dari buku musik Froberger, Kerl, dan Pachelbel. Ketika Bach berusia 15 tahun, rumah Johann Cristoph Bach menjadi semakin penuh seiring dengan bertambahnya anggota keluarga sehingga Bach harus pindah. Melalui perantaraan pemimpin musik di sekolah Lyceum, Bach mendapat tempat sebagai penyanyi di gereja St. Mikael di Kota Luneburg, Jerman Utara. Bach mendapat sambutan hangat karena suara soprannya yang bagus. Setelah suaranya berubah dewasa, ia memulai tugas lain sebagai organis atau biolis. Ada kemungkinan pada masa itu Bach bertemu dengan komposer besar George Boehm dan belajar komposisi dari Boehm. Bach juga melakukan kunjungan ke Kota Hamburg untuk mendengar serta mempelajari permainan organ J.A. Reinecken di gereja St. Katarina. Pada tahun 1702, Bach pergi dari Luneberg untuk mencari pekerjaan. Ia memenangi perlombaan di kota Sangerhausen dan berhak atas posisi sebagai organis gereja. Namun karena pangeran setempat tidak setuju, maka ditunjuklah orang yang lebih tua untuk mengambil posisi ini. Bach mendapat tugas memainkan musik untuk pangeran yang merupakan wakil pimpinan Kota Weimar pada tahun 1703 dan pada tahun yang sama mendapat posisi sebagai organis di Kota Arn. Karya-karya awal Bach diciptakan di kota ini. Selama bekerja di Kota Arn, Bach mendapatkan beberapa pengalaman yang kurang menyenangkan. Beberapa diantaranya yaitu ketika ia terlibat konflik dengan pemain fagot, berselisih paham dengan anggota paduan suara, dan ditegur oleh dewan gereja. Datangnya teguran dari dewan gereja bermula dari keterlambatan Bach kembali dari masa cutinya di tahun 1705. Ketika itu Bach diizinkan cuti untuk mendengar karya Buxtehude di Kota Lubeck. Ia kembali setelah tiga bulan, terlambat dari waktu cuti yang telah ditentukan. Selain itu dewan gereja juga menganggap iringan koral yang diciptakannya terlalu rumit sehingga sulit untuk diikuti jemaat.Pada tahun 1707, Bach memenangkan perlombaan untuk menjadi organis gereja St. Blasius yang terletak di Kota Mulhausen. Setelah memenangkan jabatan baru tersebut, Bach menikah dengan sepupunya yang bernama Maria Barbara Bach dan dikaruniai delapan anak. Jabatan tersebut tidak dipertahankan oleh Bach karena ia hanya diperbolehkan memainkan lagu yang sangat sederhana dalam ibadah. Bach lebih memilih menerima undangan sebagai organis istana untuk Pangeran Wilhelm Ernst, pangeran utama Kota Weimar pada tahun 1708.Pada masa jabatannya di Weimar sampai tahun 1717, Bach banyak menciptakan komposisi atas dorongan Pangeran Wilhelm. Ia menggubah prelude dan fuga, toccata dan fuga, dan koral prelude. Tugas-tugas Bach di Weimar termasuk menciptakan karya dan bermain organ, mengajar organ, membuat komposisi, mengatur konstruksi organ dan harpsichord, memperbaiki alat musik istana, dan menjadi konsultan organ-organ baru bagi kota-kota sekitar. Pada tahun 1713, jabatan Bach dinaikkan menjadi konzertmeister agar tidak berpindah ke tempat lain. Pada akhir tahun 1716, kapelmeister meninggal dan Bach berharap agar jabatan tersebut diberikan kepadanya. Akhirnya jabatan tersebut diberikan kepada Telemann sehingga Bach kecewa dan meminta berhenti agar dapat menerima tawaran sebagai Kapelmeister Pangeran Leopold di Kota Cothen. Permohonan Bach untuk berhenti tidak dihiraukan sehingga sekali lagi Bach meminta dengan cara yang dianggap kasar. Atas perbuatannya ini Bach diberhentikan secara tidak hormat setelah sebulan dimasukkan ke dalam penjara. Pada masa jabatannya di Cothen, Bach lebih banyak menggubah lagu hiburan untuk pangeran. Kebanyakan karyanya adalah lagu-lagu untuk keyboard, biola, dan konserto-konserto termasuk konserto Brandenburg yang sangat terkenal. Istri pertama Bach meninggal dunia tahun 1720 ketika Bach sedang melakukan perjalanan bersama pangeran. Bach kemudin menikah lagi dengan Anna Magdalena dan menciptakan beberapa buku musik khusus untuk istrinya. Pada tahun yang sama dengan pernikahan kedua Bach, Pangeran Leopold juga menikah. Istri pangeran tidak tertarik pada musik sehingga sejak saat itu Bach tidak dianggap terlalu penting lagi di istana.Pada tahun 1723, Bach mendapat posisi sebagai cantor atau ketua musik di Sekolah Santo Thomas, Leipzig. Tugasnya adalah memimpin kegiatan musik untuk Kota Leipzig, bertanggung jawab untuk musik di empat gereja yang berpusat di Leipzig, dan mengajar di kelas. Pada masa ini Bach sangat aktif membuat komposisi, terutama kantata-kantata untuk seluruh tahun gerejawi. Masa jabatan Bach di Leipzig berlangsung dari tahun 1723-1750. Masa ini diwarnai dengan banyak perselisihan paham antara Bach, para pejabat gereja, dan kepala sekolah yang tidak mengerti keinginan Bach untuk memajukan musik. Hubungannya dengan dewan kota cukup baik. Ia juga mengadakan kegiatan musik di luar gereja seperti mengadakan makan malam musik di rumahnya. Bach juga menjadi guru privat, menulis empat buku musik untuk organ dan harpsichord yang berisi koral prelude, suita-suita, dan lagu untuk harpsichord. Ia juga memimpin perhimpunan musik Collegium Musicum di Leipzig dari tahun 1729 sampai 1741.Perjalanan untuk sebagai konsultan organ dan mengadakan konser organ masih dilakukannya. Tahun 1747 Bach diundang ke Berlin tempat anaknya, Carl Phillipp Emanuel Bach, bekerja sebagai pemain keyboard istana untuk Raja Frederick dari Prussia. Raja Frederick adalah seorang komposer yang baik dan juga pemain flute. Raja sangat terkesan dengan kemampuan Bach dalam melakukan improvisasi dan memberi Bach sebuah tema untuk fuga yang secara spontan diimprovisasikan Bach pada piano. Bach terkesan dengan koleksi piano Raja Frederick. Pada waktu Bach kembali ke Leipzig, ia menggubah satu kumpulan lagu berdasar tema yang diberikan Raja Frederick berisi kanon-kanon, sebuah fuga, dan dua trio yang diberi judul Musikalische Opfer.Menjelang akhir hidupnya, kesehatan mata Bach menurun sampai ia buta total di tahun 1749. Dua kali operasi mata yang dijalani Bach gagal. Bach meninggal tahun 28 Juli 1750 akibat serangan otak.�3. Analisis Struktural Prelude, Fugue and Allegro BWV 998Gambar 2. 1 Birama 1-3 Tema Prelude3. Analisis Struktural Grand Solo op.14Newman berpendapat bahwa Sor hanya menulis tiga sonata antara lain Sonata Prima atau Grand Solo, op. 14, Sonata Seconda in C mayor (Sonate, op 15b) dan Grande Sonata in C mayor, op .22. Brian Jeffery yang adalah seorang Komposer dan Gitaris (1994) mengatakan dalam bukunya Grand Solo Op. 14 ini merupakan "fantasi bebas dimana tema muncul kembali”. Grand Solo Op.14 adalah karya tunggal/Single movement yang merupakan contoh atau gambaran setelah pembukaan opera Italia pada 1780- 90’an. Gaya ini paling banyak diwakili pada saat itu oleh tokoh-tokoh seperti Spontini, Paisiello dan komponis lainnya di era klasik.Tabel 2.4 Analisis struktural Grand SoloTabel 2.5Gambar 2.6 Main ThemePada tema utama terdiri dari 2 frase yang ketika dipilah terdapat 4 semi frase. Frase ini ditandai dua percakapan dramatis yang kuat dan dibangkitkan dengan acelaration/percepatan dengan irama yang kontras dan juga merupakan ciri khas di era klasik. Pada birama ke 41 diakhiri oleh half cadence.Bridge Gambar 2.7 BridgeBridge/Jembatan pada gambar diatas tidak menghasilkan modulasi yang efektif yang hanya merupakan pengulangan.Gambar 2.8 TransisiBirama 59-78 merupakan transisi yang dimulai dengan A mayor.Gambar 2.9 Italianate PassageworkDalam gaya khas overture, proses ini melalui beberapa bagian yang termasuk didalamnya yaitu ritme yang tinggi dan mudah diikuti.Gambar 2.10 CodetaBirama 103-121 Merupakan codetta sebagai penutup yang juga merupakan pengembangan dari tema A.Gambar 2.11. DevelopmentPengembangan/Development dengan tonika sebagai Des Mayor.Gambar 2.12 RekapitulasiTema utama muncul lagi pada birama ke 1714. Analisis teknik Grand Solo Op.14Ciri dari musik klasik antara lain adalah beberapa elemen yang kontras, akselerasi, deselerasi, stabilitas dan ketegangan yang ditujukan sebagai dasar dalam memahami setiap frase pada suatu karya. Hubungan tonal dan kontrasnya sebuah ritme adalah kekuatan utama dari suatu karya yang tidak dapat diabaikan. Beberapa perubahan tekstur atau kejutan tonalitas, kepadatan, kriteria warna, fleksibilitas dalam perubahan tempo dan karakter musik pada Grand Solo Op.14 menggambarkan sebuah karya yang cukup sulit untuk dimainkan, karena kecepatan dan kestabilan yang dibutuhkan memerlukan pelatihan yang seimbang pada penjarian tangan kiri dan kanan.D. Sejarah Periode1. RomantikAwal mula munculnya periode Romantik berkisar 1800-1900. Prinsip utama musik instrumental pada jaman romantik adalah: musik dapat menyampaikan emosi yang jelas tanpa menggunakan kata-kata. Musik pada periode romantik, lebih berkesan ekspresif dan personal. Struktural, bentuk dan tonalitas yang dulunya dianggap masuk akal dan baku, di periode ini batasan-batasannya menjadi tidak jelas dan meluas. Contoh nyata perkembangan musik pada periode Romantik ini adalah harmoni yang semakin kaya, perkembangan alat musik yang semakin beragam, banyaknya karya-karya solo untuk instrumen, dan banyaknya karya orkestra dengan komposisi instrumen yang lebih luas dan variatif dibandingkan dengan periode sebelumnya.Komponis periode Romantik yang karyanya dipilih penulis untuk dibawakan dalam resital ini, yaitu: Isaac Albeniz dengan kedua karyanya “Sevilla (Sevillanas) no. 3 aus Suite Espanola dan Cadiz”.Gambar 2.13 Tema bagian AKomposisi ini memiliki gaya bermain Flamenco, menghindari penggunaan rubato yang berlebihan (khususnya pada bagian A). Bagian A dimainkan dalam tempo cepat dan dinamikanya forte. Bagian B dimainkan agak sedikit lambat, dinamika piano dan legato. Penalaan senar kelima dari A diturunkan ke G dan senar keenam dari E diturunkan ke D.5. Kajian Historis dan analisis Struktural CadizCadiz merupakan salah satu bagian karya dari Suite Espanola. Karya ini menrcirikan patriotisme, serta mempertahankan gaya musik Eropa dari penggunaan melodi dan lirik yang rumit. Dengan sukat ¾ allegro ma non toppo. Introduksi dimulai pada birama 1-4. Frase Anteseden terdapat pada birama 5-12 dan frase konsekuen pada birama 13-28. Pengulangan motif triul seperenambelas selalu terdengar dan berulang yang dikontraskan pada tangan kiri. Subordinat terdapat pada birama 29-36 dan diakhiri dengan pengulangan introduksi. Karya ini berstruktur ABA dan menampilkan bentuk pertama Rondo. Tabel 2.7 analisis struktural Cadiz Gambar 2.14.TemaSubjek melodi berada pada suara sopran dan diselingi pola triul yang berulang.Gambar 2.15.TransisiPada birama 29-36 terjadi perpindahan tonalitas ke C Mayor dan dilanjutkan pada birama berikutnya dengan kembali pada tonalitas A mayor dan di akhiri dengan half cadence.Gambar 2.16 Tema BTema B dimulai dengan relatif minor dari tonalitas tema A dan menggunakan motif yang sama. Pada birama ke 57, terjadi pengembangan tema yang dimulai dengan E mayor dan diakhiri oleh Codeta pada birama 68-72.Gambar 2.17 CodaSetelah tema B diakhiri dengan codetta, tema A diulang kembali hingga birama ke 40 dan diakhiri dengan coda.6. Analisis teknik CadizTeknik yang dibutuhkan pada karya ini adalah pelatihan slur tangan kiri, karena motif dan tema pada karya ini selalu berulang dan harus dikontraskan pada penjarian tangan kiri. Melodi, ritme serta dinamika juga menuntut kerja keras penjarian tangan kanan dengan teknik arpeggio, sehingga alur frase tanya dan jawab dapat dibedakanGambar 2.20 Tema CGambar 2.21 Closing section Tema CGambar 2.22 A’Gambar 2.23 Coda