23
II-1 Buku Putih Kota Bekasi 2010 BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Geografis, Topografis dan Geohidrologi 2.1.1 Kondisi Geografis Kota Bekasi secara geografis terletak pada posisi antara 106 0 48’28’’ – 107 0 27’29’’ Bujur Timur dan 6 0 10’6’’ – 6 0 30’6’’ Lintang Selatan. Kota Bekasi merupakan daerah dengan iklim panas, suhu berkisar antara 28 0 -32 0 C dan kelembaban antara 80%-90%. Kota Bekasi yang letaknya tidak jauh dari laut secara tidak langsung dipengaruhi angin Muson Barat pada Bulan Nopember sampai Bulan April dan Angin Muson Timur pada Bulan Mei sampai Bulan Oktober. Wilayah Kota Bekasi pada umumnya tergolong pada iklim kering dengan tingkat kelembaban yang rendah. Kondisi cuaca sehari – hari Kota Bekasi relatif panas, namun hal tersebut lebih dipengaruhi oleh tata guna lahan yang terus mengalami perubahan terutama untuk sektor industry dan perumahan. Curah hujan yang terjadi di Kota Bekasi relatif tidak stabil. Data curah hujan Kota Bekasi diperoleh dari data hujan yang tercatat dari statsiun hujan di wilayah perairan Jatiluhur, dan masuk ke dalam Daerah Aliran Sungai Citarum. Struktur geologi wilayah Kota Bekasi didominasi oleh pleistocene volcanik facies namun terdapat dua kecamatan yang memiliki karakteristik struktur lainnya yaitu: • Bekasi Utara : Struktur Aluvium • Bekasi Timur : Struktur Miocene Sedimentary Facies selain itu di Kota Bekasi juga terdapat sumur gas JNG-A (106 o 55’ 8,687” BT; 06 o 20’54,051”) dan Sumur JNGB (106 o 55’ 21,155” BT; 06 o 21’ 10,498” (http://www.siidkotabekasi.com , 2010). 2.1.2 Kondisi Topografi Kota Bekasi terletak pada ketinggian 19 meter dari permukaan laut (m dpl), yang memiliki kondisi topografi yang relatif datar oleh karena itu daerah Kota Bekasi termasuk dalam satuan dataran rendah yang memiliki potensi banjir cukup tinggi (SLHD Kota Bekasi dari BPS Kota Bekasi, 2010). Morfologi regional Kota Bekasi relatif datar dengan kemiringan antara 0 – 2 %, dengan bentuk miring ke utara, dan menempati daerah yang paling luas di bagian tengah dan utara sampai ke pantai. Struktur lahan di Kota Bekasi mayoritas terdiri dari daerah datar yang berawa.

BAB II Gambaran Umum Kota Bekasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BAB II Gambaran Umum Kota Bekasi

Citation preview

  • II-1

    Buku Putih Kota Bekasi 2010

    BAB II GAMBARAN UMUM

    2.1 Geografis, Topografis dan Geohidrologi

    2.1.1 Kondisi Geografis

    Kota Bekasi secara geografis terletak pada posisi antara 10604828 10702729 Bujur Timur dan 60106 60306 Lintang Selatan. Kota Bekasi merupakan daerah dengan iklim panas, suhu berkisar antara 280-320C dan kelembaban antara 80%-90%. Kota Bekasi yang letaknya tidak jauh dari laut secara tidak langsung dipengaruhi angin Muson Barat pada Bulan Nopember sampai Bulan April dan Angin Muson Timur pada Bulan Mei sampai Bulan Oktober.

    Wilayah Kota Bekasi pada umumnya tergolong pada iklim kering dengan tingkat kelembaban yang rendah. Kondisi cuaca sehari hari Kota Bekasi relatif panas, namun hal tersebut lebih dipengaruhi oleh tata guna lahan yang terus mengalami perubahan terutama untuk sektor industry dan perumahan. Curah hujan yang terjadi di Kota Bekasi relatif tidak stabil. Data curah hujan Kota Bekasi diperoleh dari data hujan yang tercatat dari statsiun hujan di wilayah perairan Jatiluhur, dan masuk ke dalam Daerah Aliran Sungai Citarum.

    Struktur geologi wilayah Kota Bekasi didominasi oleh pleistocene volcanik facies namun terdapat dua kecamatan yang memiliki karakteristik struktur lainnya yaitu: Bekasi Utara : Struktur Aluvium Bekasi Timur : Struktur Miocene Sedimentary Facies selain itu di Kota Bekasi juga terdapat sumur gas JNG-A (106o 55 8,687 BT; 06o 2054,051) dan Sumur JNGB (106o 55 21,155 BT; 06o 21 10,498 (http://www.siidkotabekasi.com, 2010).

    2.1.2 Kondisi Topografi

    Kota Bekasi terletak pada ketinggian 19 meter dari permukaan laut (m dpl), yang memiliki kondisi topografi yang relatif datar oleh karena itu daerah Kota Bekasi termasuk dalam satuan dataran rendah yang memiliki potensi banjir cukup tinggi (SLHD Kota Bekasi dari BPS Kota Bekasi, 2010). Morfologi regional Kota Bekasi relatif datar dengan kemiringan antara 0 2 %, dengan bentuk miring ke utara, dan menempati daerah yang paling luas di bagian tengah dan utara sampai ke pantai. Struktur lahan di Kota Bekasi mayoritas terdiri dari daerah datar yang berawa.

  • II-2

    Buku Putih Kota Bekasi 2010

    Peta Topografi Kota Bekasi selain di dominasi oleh daerah berawa juga memiliki beberapa aliran sungai yang bersifat dendritik, berkelok kelok. Dilihat dari sifat alirannya dapat terus ditelusuri jalur sungai utamanya. Aliran tersebut terpecah menjadi beberapa cabang teranyam.

    2.1.3 Kondisi Hidrologi Kondisi Hidrologi di Kota Bekasi lebih di dominasi oleh sistem aliran sungai sungai besar yang relatif tenang. Permukaan dan badan sungai relatif datar hingga landai dan tidak terjal. Secara keseluruhan terdapat 7 (tujuh) aliran sungai yang melalui wilayah Kota Bekasi yaitu Sungai Sunter, Sungai Buaran, Sungai cakung, Sungai Cileungsi, Sungai Bekasi, Sungai Sasak Jarang dan Sungai Cibitung. Rata rata ukuran panjang dan lebar sungai cukup sempit sehingga kapasitas dan daya tampung debit air juga terbatas. Sebagian besar hulu sungai yang melewati wilayah Kota Bekasi adalah berasal dari Bogor dan Purwakarta, dan berhilir menuju wilayah Bekasi Utara serta berakhir hingga ke laut Utara. Jika dilihat dari segi sensitifitasnya, sungai sungai yang melalui wilayah Kota Bekasi relatif tidak membahayakan.

    Gambar II.1 Peta Tata Guna Lahan Wilayah Bekasi dan Sekitarnya

  • II-3

    Buku Putih Kota Bekasi 2010

    Sistem sungai yang melewati Bekasi termasuk dalam wilayah sistem aliran banjir CBL (Cikarang - Bekasi - Laut Floodway). Sistem CBL terdiri dari aliran banjir, sistem CBL tersebut telah dibangun sejak tahun 1985 melalui proyek pelebaran saluran irigasi jatiluhur yang berfungsi untuk mengatasi banjir di Wilayah Kota Bekasi, Cisadang dan Cikarang. Aliran ini memiliki daerah tangkapan (cathman area) seluas 1.135 km2 dengan panjang + 29 km. Kota Bekasi juga memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) yang cukup. Terdapat 9 DAS di Kota Bekasi beserta Titik Siphon dan pompa sebagai berikut: 1. Das Kali Cakung (Per.Wahan Pondok Gede, Puri Gading, Taman Permata Cikunir,

    Kali Jati Kramat/Prum Harapan Baru Regency). Sub das Kali Buaran(2900 x 3 7 ); Sub das Kali Jti Kramat ( 3000 x 6 ) sub das Kali Cakung (600 x 7).

    2. Das Kali Buaran (komplek kodam Jatiwarna,Kp. Rawa lele, Komp. Jatibening). Sub das (29000 x 3 7 ).

    3. Das Kali Jati Kramat. Sub das (3000 x 6 ). 4. Das Kali Bekasi ( Rawa Gede, Cipendawa ). Sub das Kali Baru Bekasi ( 2900 x 4

    5 ); Sal. Jati luhur Bekasi Barat ( 2400 x 6 ); saluran Bulevar raya; Sal. Bumi satria permai, Kali Pekayon; Sal. Rawa Tembaga, Sal. Rawa lumbu.

    5. Das Kali Baru Bekasi ( Rawa Pasung, Situ Uwong). Sub das ( 2900 x 4 5 ). 6. Das Sasak Jarang ( Pengasinan, Taman Narogong, Jatimulya, Pondok Hijau

    Permai). Sub das Kali Sasak jarang 7. Das Kali Jambe. Sub das Kali Siluman; Kali Bawang. 8. Das Rawa Lumbu ( Perumahan 4, Bumi Bekasi Baru ). 9. Das Cikeas ( Bandung Cikeas, Rawa polu).

    TITIK SIPHON YG TERDAPAT DI KOTA BEKASI 1. Tol Jakarta Cikampek ( 8 titik Box laluvert ) 2. Bekasi Jakarta ( 2 Titik Siphoin ) 3. Kereta api ( 6 titik Siphon ) 4. Kali malang ( 8 Titik Siphon )

    POMPA YANG TRDAPAT DI KOTA BEKASI ( 2010 ) 1. 2 Buah Kap. 1500 lt/dt di Rawa Tembaga. 2. 2 Buah x 1500 lt/dt Saluran Kartini. 3. 1 buah x 500 lt/dt Kali Lenggah.

    Kondisi sungai yang terdapat di Wilayah Kota Bekasi sebagian besar sudah mengalami kerusakan. Pendangkalan, erosi akibat dari sampah dan penyalah gunaan fungsi sungai menjadi faktor penyebab kerusakan tersebut. Tebing dan tanggul sungai banyak yang mengalami erosi akibat penambangan pasir di sungai, dari gambar di bawah ini dapat kita lihat tata guna lahan wilayah Bekasi dan sekitarnya. Dari peta dapat

  • II-4

    Buku Putih Kota Bekasi 2010

    kita lihat di beberapa titik di wilayah Kota Bekasi hampir 90% lahan digunakan sebagai pemukiman, sedangkan di bagian yang lain wilayah pemukiman hanya sekitar 20%. Dapat dilihat tata lahan yang tidak terstruktur berdampak pada aliran sungai yang melintasi Kota Bekasi beberapa titik ada yang mengalami pendangkalan dan di bagian lain mengalami erosi (Masterplan Jaringan Air Bersih Perkotaan,2008).

    Gambar II.2 Peta Genangan Banjir 2010 (Sumber Dinas Bina Marga dan Tata Air Kota Bekasi) 2.2 Administratif

    Kota Bekasi mulai terbentuk sejak tahun 1997. Pada awalnya tahun 2001 sampai 2004 Kota Bekasi terbagi dalam 10 Kecamatan dan 52 kelurahan, akan tetapi pada tahun tahun 2005 sesuai dengan Perda Kota Bekasi Nomor 04 Tahun 2004 tentang pemekaran Wilayah Administrasi Kecamatan dan kelurahan, Kota Bekasi terbagi menjadi 12 kecamatan dengan 56 kelurahan dengan luas secara keseluruhan sekitar 21.049.000 Km2. Kecamatan yang memiliki wilayah terluas di Kota Bekasi yaitu Kecamatan Mustika Jaya atau sekitar 11,75% dari luas keseluruhan Kota Bekasi. Sedangkan kecamatan

  • II-5

    Buku Putih Kota Bekasi 2010

    yang memiliki luas wilayah terendah adalah kecamatan Bekasi Timur dengan luas wilayah 1.349 Ha (1.349.000 km2) atau sekitar 6,41% dari luas keseluruhan Kota Bekasi.

    Tabel II.1 Pembagian wilayah Administrasi Kota Bekasi

    No KECAMATAN KELURAHAN

    LUAS KECAMATAN

    (Ha) No KECAMATAN KELURAHAN

    LUAS KECAMATAN

    (Ha)

    1

    BEKASI TIMUR

    MARGAHAYU

    1349 7

    BANTAR GEBANG

    CIKETINGUDIK

    1704

    BEKASI JAYA SUMUR BATU DUREN JAYA CIKIWUL AREN JAYA BANTARGEBANG

    2

    BEKASI BARAT

    BINTARA

    1889 8

    PONDOK GEDE

    JATIWARINGIN

    1629

    KRANJI JATIBENING KOTA BARU JATIMAKMUR

    BINTARA JAYA JATIBENING BARU

    JAKASAMPURNA JATICEMPAKA

    3

    BEKASI UTARA

    KALIABANG TENGAH

    1965 9

    JATIASIH

    JATIMEKAR

    2200

    PERWIRA JATIASIH HARAPAN BARU JATIKRAMAT TELUK PUCUNG JATIRASA MARGAMULYA JATILUHUR HARAPAN JAYA JATISARI

    4

    BEKASI SELATAN

    PEKAYON JAYA

    1496 10

    JATI SAMPURNA

    JATISAMPURNA

    1449

    MARGAJAYA JATIKARYA JAKAMULYA JATIRANGGON JAKASETIA JATIRANGGA KAYURINGIN JAYA JATIRADEN

    5

    RAWA LUMBU

    BOJONG RAWALUMBU

    1567 11

    MUSTIKA JAYA

    MUSTIKAJAYA

    2473

    PENGASINAN MUSTIKASARI SEPANJANG JAYA PEDURENAN BOJONG MENTENG CIMUNING

    6

    MEDAN SATRIA

    MEDAN SATRIA

    1471 12

    PONDOK MELATI

    JATIRAHAYU

    1857

    HARAPAN MULYA JATIWARNA PEJUANG JATIMELATI KALIBARU JATIMURNI

    Sumber: Kota Bekasi dalam angka tahun 2008

  • II-6

    Buku Putih Kota Bekasi 2010

    Secara Administratif, Kota Bekasi berbatasan dengan beberapa wilayah administratif lainnya yaitu :

    Sebelah Utara berbatasan l angsung dengan Kabupaten Bekasi Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok Sebelah Barat dengan Provinsi DKI Jakarta Sebelah Timur dengan Kabupaten Bekasi

    Ilustrasi mengenai pembagian wilayah dapat dilihat pada gambar peta administrasi di bawah ini

    Gambar II.3 Peta Administrasi Kota Bekasi

    Kota Bekasi memiliki letak yang sangat strategis karena berbatasan langsung dengan Ibu Kota Jakarta, selain itu Kota Bekasi juga termasuk dalam Kawasan JABODETABEKJUR (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cianjur). Kawasan JABODETABEKJUR tersebut dihubungkan dengan sistem jaringan Primer maupun Sekunder yang meningkatkan nilai aksesibilitas terhadap kota-kota disekitarnya. Mudah nya akses terhadap Kota Bekasi mengakibatkan pengaruh eksternal menjadi hal yang signifikan dalam perkembangan kota, selain pengaruh internal kota itu sendiri.

  • II-7

    Buku Putih Kota Bekasi 2010

    Tangerang

    Bogor

    Depok

    Cibinong

    BEKASI Jakarta

    Ke Bandung

    Ke Serang

    Ke Bandung Via Purwakarta

    Sist. Primer

    Sist. Sekunder

    Toll dalam Kota

    Tingginya mobilitas penduduk membuat mobilitas perkotaan juga tinggi. Dalam RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 2029 Kota Bekasi ditetapkan kedalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Metropolitan Bogor Depok Bekasi. Sebagai ilustrasi letak Kota Bekasi terhadap kota sekitar dapat dilihat pada Gambar dibawah ini:.

    Gambar II- 4 . Ilustrasi Kedudukan Strategis Kota Bekasi terhadap Kota Sekitar

    Dari Ilustrasi diatas dapat kita lihat bahwa aspek ekonomi Kota Bekasi sangat strategis dan potensial. Selain berkembang menjadi wilayah pemukiman, Kota Bekasi juga berkembang menjadi kota perdagangan, jasa dan Industri pengolahan. Tingginya potensi yang dimiliki Kota Bekasi, memerlukan pengembangan fasilitas fasilitas yang mendukung aktifitas masyarakat, seperti perumahan,sarana air bersih, limbah padat dan cair, sarana drainase, pasar tradisional dan Modern, Tempat Ibadah, sarana pendidikan, dan kesehatan.

    2.3 Kependudukan Letak Kota Bekasi yang strategis dan berdekatan dengan Ibu Kota Jakarta

    mengakibatkan Kota Bekasi menjadi alternatif tempat tinggal yang potensial sehingga berdampak kepada pertambahan jumlah pendududuk. Kota Bekasi selalu mengalami peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya. Sebagian besar merupakan penduduk komuter yang datang untuk bekerja di Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi dan Provinsi DKI Jakarta. Jumlah penduduk Kota Bekasi pada tahun 2004 adalah 1.914.316 jiwa dan jumlah tersebut terus meningkat sampai akhirnya menjadi 2.584.427 jiwa di tahun 2008. Jumlah penduduk pertahunnya dapat terlihat lebih jelas pada tabel di bawah ini:

  • II-8

    Buku Putih Kota Bekasi 2010

    Tabel. II.2 Trend Jumlah Penduduk Kota Bekasi Tahun 1998 2008

    No KECAMATAN TAHUN

    2004 2005 2006 2007 2008 2009

    1 Pondok Gede 147.028 196.318 210.999 224.176 209.285 298,539 2 Jati Sampurna 108.507 69.759 71.75 73.744 65.333 110,751 3 Jati Asih 182.461 168.210 168.896 165.52 150.378 220,989 4 Bantar Gebang 74.156 72.114 77.68 78.224 75.46 104,720 5 Bekasi Timur 214.074 243.552 270.256 276.496 209.000 281,617

    6 Rawa Lumbu 178.765 185.64 174.205 184.380 144.876 200,641

    7 Bekasi Selatan 196.99 185.776 200.790 207.744 163.266 222,333 8 Bekasi Barat 229.772 259.308 276.897 287.989 214.693 331,376

    9 Medan Satria 149.811 147.03 150.628 160.152 137.282 177,159 10 Bekasi Utara 245.804 274.968 268.673 273.512 314.567 328,029 11 Pondok Melati 95.026 101.456 111.056 118.935 105.105 163,662

    12 Mustika Jaya 91.922 97.768 89.632 92.932 100.926 144,611 KOTA BEKASI 1.914.316 2.001.899 2.071.444 2.143.804 2.238.717 2,584,427

    Sumber : BPS Kota Bekasi, 2009 dalam Kumpulan Data Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Bekasi 2009

    Selama 1 dekade terakhir jumlah penduduk di Kota Bekasi terus mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk yang tinggi tersebut tidak diimbangi dengan penyebaran yang merata, sehingga tingkat kepadatan di tiap kecamatan berbeda-beda. Walaupun termasuk Kota dengan tingkat kepadatan yang tinggi, Berdasarkan survey EHRA 2010, kepemilikan lahan dan rumah masyarakat Kota Bekasi umumnya telah berstatus milik sendiri yaitu diatas 80%.

    Tabel II.3 Status Kepemilikan Rumah dan Lahan berdasarklan hasil survey EHRA 2010

    Jawaban Responden Status Rumah

    Status Lahan

    Milik Sendiri 86.60% 85.10% Milik Orang Tua / Keluarga 4.60% 6.20% Kontrak / Sewa Harian 0.40% 0.20% Kontrak / Sewa Bulanan 4.40% 4.30% Kontrak / Sewa Tahunan 3.10% 3.00% Dinas / Instansi /Jabatan 0.70% 0.90% Lainnya 0.20% 0.30% Total 100.00% 100.00%

    Sumber : Survey EHRA 2010

  • II-9

    Buku Putih Kota Bekasi 2010

    Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh BPS Kota Bekasi, persebaran penduduk berdasarkan administrasi kependudukan tidak merata. Peningkatan penyebaran penduduk lebih cenderung terjadi di kecamatan Bekasi Barat yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta yaitu sebesar 13,43 % sedangkan di kecamatan lainnya berkisar antara 5- 10% dan yang paling kecil distribusi terjadi di kecamatan Jatisampurna yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan letaknya relatif jauh dari DKI Jakarta yaitu sebesar 3,4%. Untuk lebih jelasnya peta persebaran atau distribusi penduduk dapat dilihat pada gambar.

    Gambar II.5 Distribusi Penduduk Kota Bekasi Tahun 2008 (%) Sumber : Olahan BPS Kota Bekasi, 2008

    Selain tingkat kepadatan dan persebaran penduduk juga perlu dilihat kondisi komposisi penduduk di Kota Bekasi berikut sebagai mana digambarkan dalam diagram pyramid berdasarkan kelompok umur jenis kelamin di Kota Bekasi. Diagram disamping memperlihatkan kesetaraan antara jumlah penduduk laki laki dan perempuan. Secara keseluruhan diagram terlihat di Kota Bekasi jumlah paling tinggi untuk kelompok umur ada pada usia produktif yaitu 5 sampai 45 tahun. Sedangkan untuk usia yang belum atau tidak produktif persentase-nya cukup kecil.

    Gambar II.6 Diagram pyramid berdasarkan kelompok umur jenis kelamin Sumber : Olahan BPS Kota Bekasi, 2008

  • II-10

    Buku Putih Kota Bekasi 2010

    2.4 Pendidikan

    Gambar II.7 Diagram Chart Tingkat Pendidikan di Kota Bekasi (sumber: Profil Pendidikan Kota Bekasi 2008-2009)

    Dari grafik dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan di Kota Bekasi masih dalam kategori standar cenderung rendah, lulusan SMU dan SD masih mendominasi. Tingkat pendidikan mayoritas penduduk di Kota Bekasi adalah SLTA yaitu sebanyak 510.199 orang disusul oleh lulusan SD yaitu sebanyak 320. 739 orang dan lulusan SLTP 295.254, sedangkan untuk angka tingkat pendidikan paling rendah adalah tamatan Diploma berjumlah 17.613 orang, S2 4.839 orang dan S3 33.302 orang. Kondisi deperti ini dapat di sebabkan oleh fasilitas fasilitas pendidikan yang ada di Kota Bekasi lebih terkonsentrasi untuk tingkat dasar seperti SD dan TK sedangkan untuk perguruan tinggi dan SMK masih sangat rendah. Tabel jumlah sekolah di Kota Bekasi dapat kita lihat di bawah ini :

    Tabel II- 4 Jumlah Sekolah di Wilayah Kota Bekasi Kecamatan Jumlah

    TK Jumlah

    SD Jumlah SLTP

    Jumlah SMU

    Pondok Gede 93 59 18 7 Jati Asih 55 57 21 10 Bantar Gebang 34 20 5 3 Bekasi Timur 53 96 33 12 Bekasi Selatan 58 70 18 11 Bekasi barat 49 71 21 7 Bekasi Utara 102 77 25 14 Jati Sampurna 21 39 7 3 Medan Satria 23 46 21 11 Rawa Lumbu 64 59 19 8 Pondok Melati 53 26 8 6 Mustika jaya 53 25 14 6 Jumlah 658 645 210 97

    (sumber Profil Pendidikan Kota Bekasi 2008-2009)

  • II-11

    Buku Putih Kota Bekasi 2010

    Jumlah unit sekolah TK dan SD di wilayah Kota Bekasi masih menduduki peringkat yang paling tinggi yaitu 658 dan 645 unit sekolah, sedangkan Jumlah SLTP hanya +1/3 jumlah sekolah SD dan TK dan SMU menduduki urutan yag paling rendah untuk tingkat lanjutan yaitu hanya berjumlah 98 penduduk. Sehingga tidak mengherankan jika semakin tinggi jenjang pendidikan jumlah lulusannya akan semakin sedikit.

    2.5 Kesehatan Secara umum kondisi kesehatan masyarakat di Kota Bekasi berkaitan erat

    dengan sanitasi, hal ini dapat dilihat dari jenis penyakit yang diderita masyarakat Kota Bekasi. Terdapat 10 penyakit berbasis lingkungan teratas yang paling banyak ditemukan pada tahun 2009 yaitu Diare, ISPA (Insfeksi Saluran Pernafasan Atas), Demam Tipod, Asma, Infeksi saluran Pernafasan Bawah Akut, Tuberkulosis paru klinis dan DBD (demam Berdarah Dengue), Pnemonia, Tubekulosa paru dan scabies. Dari grafik Dapat dilihat bahwa kasus penyakit diare di Kota Bekasi sampai dengan tahun 2009 mencapai 36.399 kasus. Kasus penyakit diare dapat meluas bila kondisi lingkungan (ketersediaan jamban, air bersih, dan penanganan sampah) tidak memadai. Penyakit berbasis lingkungan yang menempati peringkat kedua adalah penyakit ISPA, jumlah kasus sampai dengan 2009 mencapai 30.635 kasus. Penyakit ini dapat disebabkan karena kualitas udara baik indoor maupun outdoor yang kurang baik.

    Gambar II.8 Data 10 besar penyakit berbasis lingkungan di puskesmas Kota Bekasi tahun 2009 Sumber: Profil Kesehatan Kota Bekasi 2009

  • II-12

    Buku Putih Kota Bekasi 2010

    Penderita diare banyak terjadi di kelurahan Bantar Gebang dan kali abang tengah. Bantar gebang merupakan daerah yang memiliki TPA yang sangat luas dan berfungsi menampung sampah dari Kota Bekasi dan Jakarta. Banyaknya sampah membuat kondisi lingkungan menjadi tidak kondusif. Pengolahan yang tidak optimal membuat kondisi lingkungan tidak baik untuk kesehatan. Hal ini dapat memicu timbulnya penyakit penyakit yang berbasis lingkungan seperti Diare. Rata rata kasus diare yang terjadi di dua daerah tersebut adalah 9 kasus perhari. penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan penyakit kedua yang paling tinggi menjangkit Warga Kota Bekasi. Biasanya penyakit ISPA diakibatkan oleh kondisi udara yang kurang baik. Kasus ISPA banyak terjadi di Kecamatan Bintara dan Pondok Gede yaitu 22 dan 21 kasus perhari nya. Kecamatan Bintara dan Pondok Gede merupakan jalur alternatif untuk mencapai Kota Jakarta, dimana sebagian besar warga Kota Bekasi beraktifitas di siang hari, sehingga kedua kecamatan tersebut sangat padat oleh lalu lalang kendaraan bermotor. Hal ini di tambah oleh vegetasi yang kurang memenuhi standar membuat kondisi udara di kedua kecamatan tersebut terus menurun dan berakibat pada tingginya kasus penyakit ISPA di kedua daerah tersebut.

    Gambar II.9 Grafik rata-rata kasus diare (Kiri) dan ISPA (kanan) per hari di puskesmas Kota Bekasi tahun 2009

    Kondisi kesehatan sangat dipengaruhi Oleh kondisi lingkungan, namun selain itu kondisi kesehatan juga di pengaruhi oleh pola hidup atau perilaku hidup masyarakat itu sendiri. Semakin baik dan bersih perilaku hidup di suatu daerah maka akan semakin kecil kasus penyakit yang terjadi, terutama penyakit yang berbasis lingkungan seperti diare atau ISPA. Dari tabel dibawah ini dapat kita lihat persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat. Kelurahan yang memiliki persentase rumah tangga berperilaku hidup sehat terendah antara lain adalah Kelurahan Bantargebang sebesar 13,75% disusul oleh Kelurahan Jatimurni 16,33%.

  • II-13

    Buku Putih Kota Bekasi 2010

    Tabel II.5 Persentase rumah tangga ber perilaku hidup bersih sehat (PHBS) Kota Bekasi tahun 2008

    NO KECAMATAN PUSKESMAS

    RUMAH TANGGA JUMLAH DIPANTA

    U

    BER PHBS * %

    1 2 3 4 5 6 1 Pondokgede Pondokgede 600 374 62.33

    Jatimakmur 300 64 21.33 Jatibening 600 369 61.50

    2 Pondokmelati Jatirahayu 300 139 46.33 Jatiwarna 900 147 16.33

    3 Jatisampurna Jatisampurna 1,500 504 33.60 4 Jatiasih Jatiluhur 600 110 18.33

    Jatiasih 1,200 1,120 93.33 5 Rawalumbu Bojong Rawalumbu 300 84 28.00

    Pengasinan 600 557 92.83 Bojongmenteng 300 273 91.00

    6 Bekasi Timur Karangkitri 300 207 69.00 Wismajaya 200 188 94.00 Arenjaya 200 238 119.00 Durenjaya 300 189 63.00

    7 Bekasi Selatan Pekayonjaya 300 137 45.67 Jakamulya 300 197 65.67 Margajaya 300 237 79.00 Perumnas II 300 244 81.33

    8 Bekasi Utara Seroja 600 544 90.67 Kaliabangtengah 300 232 77.33 Margamulya 300 287 95.67 Telukpucung 600 461 76.83

    9 Bekasi Barat Rawatembaga 300 210 70.00 Bintarajaya 300 57 19.00 Bintara 300 256 85.33 Kranji 300 261 87.00 Kotabaru 300 265 88.33

    10 Medansatria Pejuang 1,200 1,154 96.17 11 Bantargebang Bantargebang I 1,200 165 13.75 12 Mustikajaya Bantargebang II 1,200 275 22.92

    JUMLAH KOTA BEKASI 16,300 9,545 58.56 (Sumber: Seksi Promosi Kesehatan Dinkes Kota Bekasi)

    Kasus Penderita diare dan ISPA masih cukup banyak dan kondisi kesehatan di Kota Bekasi relatif menurun pada beberapa tahun belakangan. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya angka harapan hidup (AHH). Dari grafik dapat kita lihat, AHH cenderung terus menurun dari 73,97 di tahun 2004 terus menurun menjadi 69,1 pada tahun 2005. Walaupun dalam jumlah yang retatif kecil AHH dari tahun 2005 sampai 2008 cenderung meningkat. AHH adalah suatu perkiraan untuk mengetahui perkiraan berapa lama orang dapat hidup dari lahir. Peningkatan nilai AHH dapat di sebabkan beberapa hal diantaranya adalah kemampuan penduduk lanjut usia untuk menolong dirinya sendiri, karena AHH berkaitan dengan penyakit non-infeksi atau degeneratif. Tinggi atau rendahnya AHH menunjukan taraf hidup di suatu daerah.

  • II-14

    Buku Putih Kota Bekasi 2010

    Gambar II.10 Grafik Angka Harapan Hidup Kota Bekasi 2004 2008 (sumber: profil kependudukan 2009)

    Indikator lain untuk menilai status kesehatan suatu daerah adalahAngka Kematian balita atau Infant Morality Rate (IMR) dan angka kematian ibu atau Maternal Morality Rate (MMR). Seringkali indikator IMR disebut sebagai indikator terbaik untuk menilai status kesehatan suatu daerah. Melalui IMR dan MMR kita dapat melihat aspek kesehatan lainnya seperti gambaran tingkat pelayanan antenatal,status gizi ibu hamil, tingkat kebehasilan KIA dan KB serta kondisi lingkungan sosial ekonomi. IMR dan MMR juga merupakan indikator sensitif terhadap persediaan, pemanfaatan dan kualitas pelayanan kesehatan, terutama pelayanan perinatal.

    Gambar II-11 Grafik Angka Kematian Ibu (MMR) dan Balita (IMR) di Kota Bekasi 2000 2004 (sumber: Profil Kesehatan Kota Bekasi)

    Grafik diatas merupakan gambaran IMR dan MMR yang terjadi di Kota Bekasi. IMR dan MMR semakin menurun dari tahun ketahun. Pada tahun 2004 terjadi 63 kasus IMR per 1000 kematian dan 17 kasus MMR per 1000 kematian, dan terus menurun sampai mencapai 45 kasus IMR per 1000 kematian dan 9 kasus MMR per 1000 kematian. Angka MMR sempat meningkat di tahun 2006 yaitu 24 kasus per 1000 kematian tapi kemudian menurun kembali di tahun 2007.

    /1000 Kematian

  • II-15

    Buku Putih Kota Bekasi 2010

    2.6 Sosial Masyarakat Pola pertumbuhan permukiman di Kota Bekasi dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu: pertumbuhan penduduk alami, urbanisasi penduduk dari desa ke kota atau demobilisasi dari kota sekitarnya, dan adanya perubahan fungsi lahan dari semula pesawahan yang berkarakter perdesaan menjadi kawasan terbangun yang berkarakter perkotaan. Penggunaan lahan di wilayah Kota Bekasi sebagian besar didominasi oleh lahan terbangun. Penggunaan lahan terbangun sebagian besar digunakan sebagai lahan permukiman (44,94 %) yang lokasinya sebagian besar berada pada wilayah pusat Kota Bekasi dan wilayah utara, sedangkan lahan tak terbangun sebagian besar berada di bagian wilayah selatan kota dan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian berupa tegalan, kebun campuran, dan sawah. Pengembangan permukiman saat ini dihadapkan pada kendala terbatasnya ketersediaan lahan sebagai akibat pesatnya kawasan terbangun kota untuk kegiatan industri, jasa dan perdagangan, serta meningkatnya jumlah penduduk Kota Bekasi. Saat ini kebutuhan perumahan terus meningkat, sementara jumlah rumah yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan. Beberapa permasalahan terkait dengan pola pertumbuhan dan penyebaran permukiman di Kota Bekasi adalah:

    Belum adanya konsep pengembangan permukiman yang dapat mengakomodir berkembangnya budaya multikultur.

    Masih banyaknya permukiman yang belum layak huni ditinjau dari segi kesehatan, keindahan, sosial, budaya dan lingkungan hidup.

    Kurangnya fasilitas sarana dan prasarana dasar permukiman seperti; drainase, sarana pengolahan air limbah, sarana air bersih, jalan lingkungan dan listrik.

    Meningkatnya bangunan liar dan permukiman kumuh Meningkatnya alih fungsi lahan tanpa izin dan pembangunan yang melanggar tata

    ruang Kebijakan tata ruang yang sulit untuk diimplementasikan dan belum dapat

    mengakomodir perkembangan permukiman. Konsekuensi dari pesatnya perkembangan Kota Bekasi sebagai Kota Metropolitan,

    diindikasikan semakin terbatasnya lahan untuk memenuhi kebutuhan perumahan dan permukiman penduduk. Munculnya permasalahan permukiman kumuh timbul seiring dengan tumbuhnya ketidakseimbangan antara masyarakat berpenghasilan tinggi dan rendah dalam pemenuhan kebutuhan diperkotaan.

    Beberapa dimensi persoalan kawasan kumuh di Kota Bekasi mencakup: Tidak memadainya sarana dan prasarana dasar permukiman yang berkualitas

    seperti; air bersih, drainase, listrik, sekolah, pelayanan kesehatan, dll, Rendahnya tingkat pendapatan karena terbatasnya akses terhadap lapangan kerja,

  • II-16

    Buku Putih Kota Bekasi 2010

    Rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan, serta terbatasnya akses penduduk miskin kepada kapital komunitas terbangun, individu, sosial dan lingkungan alam.

    Terdapat beberapa tipologi kawasan kumuh perkotaan yang dijumpai di Kota Bekasi sebagai berikut: (1) Permukiman kumuh di dekat pusat kegiatan sosial ekonomi, seperti kawasan industri,

    pusat perdagangan, pendidikan, dan pusat jasa serta ekonomi lainnya (2) Permukiman kumuh di pusat kota.

    Kawasan ini merupakan permukiman kumuh yang terletak di tengah kota yang merupakan permukiman lama atau lingkungan permukiman yang diindikasikan mempunyai nilai warisan budaya yang tinggi dalam bentuk sebuah kota lama. Penyebab menurunnya kualitas lingkungan kawasan ini adalah karena adanya penurunan kondisi sosial ekonomi akibat perkembangan dari kota itu sendiri, dan adanya perencanaan yang kurang tepat sehingga kawasan ini mengalami degradasi status, dari kawasan pusat aktifitas menjadi kawasan mati karena tidak ada investasi.

    (3) Permukiman kumuh di pinggiran kota, yaitu permukiman kumuh yang berada di luar pusat kota (urban fringe) yang tumbuh dan berkembang sebagai konsekuensi dari perkembangan kota, pertumbuhan penduduk yang cepat serta tingkat urbanisasi yang tinggi.

    (4) Permukiman kumuh di tepi sungai, yaitu permukiman yang berada di luar Garis Sempadan Sungai (GSS).

    Berdasarkan data dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Bekasi tahun 2007, potensi besar dijumpai kawasan kumuh terdapat dibeberapa wilayah kecamatan seperti; Kecamatan Bekasi Utara, Bekasi Timur, Bekasi Selatan, Medan Satria dan Bantargebang. Berdasarkan tinjauan RDTR Kota Bekasi untuk tahun 2006-2007 Kecamatan Bekasi Selatan merupakan salah satu kecamatan yang berpotensi besar meningkatnya pertumbuhan kawasan kumuh karena merupakan pusat pengembangan permukiman, pusat perdagangan dan jasa, industri serta sebagai pusat pelayanan sosial.

    Dalam konteks perkembangan kawasan kumuh di Kota Bekasi, dijumpai beberapa lokasi yang dominan tumbuh bangunan kumuh yaitu di Kelurahan Margajaya (10,05 Ha), dan Kelurahan Pekayon Jaya (6,8 Ha) di Kecamatan Bekasi Selatan, dan Kelurahan Jaka Setia (6 Ha) di Kecamatan Bekasi Selatan (Distarkim Kota Bekasi, 2006). Beberapa identifikasi permasalahan pada kegiatan permukiman di Kota Bekasi dewasa ini adalah a) ketidakseimbangan supply-demand, b) terbatas lahan untuk permukiman, c) masih banyaknya kawasan/bangunan kumuh, serta d) sarana dan prasarana yang masih banyak belum memadai.

    Apabila dilihat dari mata pencahariannya jumlah penduduk tertinggi berada di sektor jasa yaitu 233.457 jiwa atau 27.77% dari jumlah keseluruhan, disusul oleh industry

  • II-17

    Buku Putih Kota Bekasi 2010

    pegolahan sebesar 210.336 jiwa atau 25,02% dan perdagangan yaitu sebanyak 186.323 jiwa atau 22,16 %. Selebihnya tersebar dalam berbagai lapangan kerja namun yang menempati urutan paling rendah dari jumlah angkatan kerja adalah pertambangan sebesar 0,63% (5.318 jiwa) dan sektor pertanian sebesar 1,17% (9.854). Hal tersebut dikarenakan pusat perekonomian Kota Bekasi terletak di industry dan perdagangan, sedangkan untuk tambang dan pertanian selain SDM nya kurang SDA nya juga kurang memadai. Hal ini dapat kita lihat lebih jelas pada Tabel Penduduk Usia Diatas 15 TahunYang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Kota Bekasi Tahun 2007 di bawah ini : Tabel II.6 Penduduk Usia Diatas 15 TahunYang Bekerja Menurut Lapangan Usaha UtamaKota Bekasi

    Tahun 2007 No Tingkat Lapangan Kerja Populasi % 1 Pertanian 9.854 1,17 2 Pertambangan penggalian 5.318 0,63 3 Industri Pengolahan 210.366 25,02 4 Listrik, Gas, dan Air Minum 8.542 1,02 5 Bangunan/Konstruksi 32.106 3.82 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 186.323 22,16 7 Pengangkutan 74.819 8,90 8 Bank dan Lembaga Keuangan 53.180 6.33 9 Jasa-jasa 233.457 27.77

    10 Lainnya 26.682 3,17 Jumlah 840.647 100,00

    Sumber : Kumpulan Data Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Bekasi 2009

    Dari Tabel diatas dapat kita lihat bahwa sekitar 864.647 jiwa bekerja di Kota Bekasi atau 91.26% dari total angkatan kerja yang terdaftar, sedangkan sisanya 8.74% atau 80.534 berstatus sebagai pencari kerja sehingga tidak salah apabila dikatakan bahwa bekasi adalah kota yang produktif. Sisa populasi sebesar 650.467 jiwa bukan termasuk angkatan kerja lebih jelasnya dapat dilihat bersama pada Tabel dibawah ini:

    Tabel II.7 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan di Kota Bekasi Tahun 2007

    (sumber : BPS Kota Bekasi, 2008)

    No Tingkat Lapangan Kerja Populasi % 1 Angkatan Kerja a. Bekerja 840.647 91,26 b. Mencari Kerja 80.534 8,74 2 Bukan Angkatan Kerja a. Sekolah 177.723 27,32 b. Mengurus Rumah Tangga 408.544 62,81 c. Lainnya 64.191 9,87 Jumlah 1.571.639 100,00

  • II-18

    Buku Putih Kota Bekasi 2010

    2.7 Perekonomian Kondisi perekonomian Kota Bekasi tidak terlepas dari letak Kota Bekasi sebagai

    kota satelit DKI Jakarta. aktifitas perekonomian Kota Bekasi secara tidak langsung dipengaruhi oleh hal tersebut. Kegiatan perekonomian di Kota Bekasi didominasi oleh sector industry, perdagangan, hotel dan restoran. Industri sebagai salah satu kegiatan perekonomian utama (44,41%)keberadaannya masih tersebar secara parsial di beberapa titik di wilayah Timur Bekasi seperti, kecamatan bantar gebang, rawa lumbu, Bekasi Utara dan Medan Satria. Berikut adalah peta persebaran industry di Kota Bekasi (Sumber: Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan-BPLH Kota Bekasi, 2009)

    Gambar II.12 Peta Penyebaran Industri Di Kota Bekasi (Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Bekasi 2009)

    Perekonomian di Kota Bekasi dapat dikategorikan kedalam kondisi ekonomi wilayah Urban, dimana distribusi sektor tertier dan sekundernya masih lebih tinggi dibandingkan sektor primer. Distribusi sektor pertanian,listrik air dan Gas terus menurun atau tidak meningkat selama 7 tahun terakhir. Sektor industri pada tahun 2002 2003 mengalami peningkatan namun pada tahun 2006 mengalami penurunan walaupun tidak

  • II-19

    Buku Putih Kota Bekasi 2010

    signifikan, akan tetapi persentase sektor industri tetap diatas 45%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

    Tabel II.8 Distribusi kegiatan ekonomi Kota Bekasi atas dasar harga konstan (2000-2006) Kegiatan Ekonomi 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

    Pertanian 1.13% 1.3% 1.15% 1.14% 1.11% 1.08% 0.99%

    Pertambangan dan penggalian 0 0 0 0 0 0 0 Industri Pengolahan 44.41% 47.49% 47.14% 47.48% 46.82% 46.67% 45.71% Listrik, gas dan air bersih 3% 3.04% 3.01% 2.06% 3.43% 3.39% 3.44% Konstruksi 0.43% 5.66% 5.98% 3.51% 3.49% 3.47% 3.48% Perdagangan, hotel dan restoran 28.51% 24.53% 25.42% 28.3% 27.48% 27.59% 28.18% Pengangkutan dan Komunikasi 7.62% 5.76% 5.72% 7.52% 7.54% 7.59% 7.9% Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan 4.18% 4.38% 4.31% 3.5% 3.46% 3.44% 3.4% Jasa - jasa 6.93% 7.37% 7.26% 6.48% 6.5% 6.47% 6.53%

    (Sumber : Bekasi dalam angka 2006, BPS Kota Bekasi )

    2.8 Visi Misi Kota 2.8.1 Visi

    Visi kota Bekasi yaitu: KOTA BEKASI YANG CERDAS, SEHAT DAN IKHSAN

    Visi tersebut mengandung makna sebagai berikut :

    BEKASI CERDAS, Bermakna pembangunan Kota Bekasi dalam kurun waktu 2008 2013 diarahkan untuk mewujudkan karakter masyarakat yang cerdas melaluipenuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan merintis wajib belajar pendidikan 12 tahun. Bagi masyarakat luas makna meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian pembangunan.

    BEKASI SEHAT, bermakna pembangunan Kota Bekasi dalam kurun waktu 2008 2013 diarahkan untuk mewujudkan pemerataan dan perluasan akses memperoleh layanan kesehatan bagi masyarakat miskin, melalui penerapan subsidi untuk pelayanan Kesehatan bagi masyarakat miskin, korban wabah dan korban bencana. Makna sehat bagi masyarakat luas adalah meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam mempromosikan hidup sehat, memelihara sanitasi lingkungan, kewaspadaan atas potensi wabah, penyalah gunaan narkoba dan penyakit menular.

  • II-20

    Buku Putih Kota Bekasi 2010

    BEKASI IKHSAN, bermakna pembangunan Kota Bekasi dalam kurun waktu 2008 2013 diarahkan untuk mewujudkan karakter masyarakat yang ikhsan. Ikhsan berarti nilai, sikap dan perilaku untuk berbuat baik dalam lingkungan individu, keluarga dan masyarakat. Ikhsan berlaku bagi aparatur dalam menja;ankan pemerintahan yang baik ( Good Governance) dan berlaku bagi warga masyarakat dalam mentaati peraturan / perundangan yang berlaku.

    2.8.2 Misi Dalam rangka mencapai tujuan Pembangunan Daerah Kota Bekasi, maka ditetapkan Misi :

    1. Mengembangkan kehidupan sosial warga melalui penataan sistem layanan,pendidikan, kesehatan dan layanan sosial lainnya.

    2. Mengembangkan kehidupan ekonomi warga melalui pengembangan wirausaha yang produktif dan komoditi unggulan daerah.

    3. Membangun sarana dan prasarana kota yang serasi bagi perikehidupan warga dan pertumbuhan usaha.

    4. Menyelenggarakan tata pemerintahan yang baik yang dilandasi prinsip Good Govenrnance

    5. Mengembangkan dan mengolah implementasi system perencanaan tatakota dan system perencanaan Pembangunan Kota Bekasi secara optimal untuk menjamin keserasian pengembangan wilayah, daya dukung lingkungan dan antisipasi efek perubahan iklim global.

    6. Mengembangkan kualitas kehidupan beragama dan kerukunan hidup beragama. 7. Mengelola dinamika kehidupan perkotaan melalui penguatan ketahanan sosial,

    budaya dan keamanan, daya tarik investasi dan kerjasama antar daerah / wilayah.

    2.9 Institusi dan Organisasi Pemuda Pemerintahan Kota Bekasi terdiri dari 29 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

    yang semuanya di koordinir oleh Sekretariat Daerah yang bertanggung jawab langsung kepada Walikota dan Dewan Perwakilan Rakyat daerah ( DPRD). Bidang Sanitasi sendiri merupakan kerjasama yang melibatkan banyak pihak agar dapat berjalan dengan baik. Beberapa SKPD yang terkait secara langsung dengan bidang sanitasi terutama program strategi sanitasi kota antara lain : Dinas Kebersihan, Dinas Kesehatan, Dinas Binamarga dan Tata Air serta Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Ada pula pihak BUMN yang terlibat dalam bidang sanitasi kota yaitu PDAM Kota Bekasi yang bertanggung jawab terhadap penyediaan air bersih di Kota Bekasi.

  • II-21

    Buku Putih Kota Bekasi 2010

    Salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat adalah struktur Organisasi. Mulai dari lini terkecil yaitu tingkat RT sampai tingkat Kota semua memiliki struktur Organisasi. Selain organisasi pemerintahan ada pula organisasi luar pemerintahan yang biasa di sebut LSM (Lembaga Swadaya masyarakat) atau NGO (Non-Government Organistation). Kedua jenis organisasi ini, baik pemerintahan maupun diluar pemerintah kedua nya bersinergi untuk membentuk suatu tatanan masyarakat yang ideal.

    Kota Bekasi Sebagai kota dengan penduduk yang padat otomatis membuat tingkat kebutuhan akan aspek-aspek kehidupan sangat beragam, kebutuhan akan aspek-aspek tersebut yang kemudian membuat warga berinisiatif untuk membangun suatu organisasi non pemerintah (LSM / NGO) . Ada bermacam-macam LSM yang terbentuk di Kota Bekasi yang sifatnya local namun ada pula LSM yang sudah berskala nasional, namun karena ada sebagian anggotanya berdomisili di Bekasi maka LSM tersebut juga ikut dalam membangun Kota Bekasi. Sebagai contoh, LSM Sapulidi yang memiliki banyak apokasi, LSM yang bergerak di bidang persampahan yang saat ini sedang melakukan kegiatan perbaikan TPU atau TPA Kota Bekasi, atau BMP jati asih yang konsern terhadap kondisi sanitasi Lingkungan.

    2.10 Tata Ruang Kota

    Kota Bekasi dibentuk pada tanggal 10 Maret 1997 dan dibentuk berdasarkan Undang undang no 9 tahun 1996 tentang pembentukan Kota Madya DT II. Selama pembentukannya yaitu dalam kurun waktu 10 tahun rata rata pembangunan lahan terbangun di Kota Bekasi meningkat 10,36% dari 60 % pada tahun 1997 berkembang menjadi 70,8% pada tahun 2007. Pemanfaatan lahan terbangun umumnya di gunakan untuk 3 jenis pembangunan yaitu: lahan pemukiman, Pusat perdagangan dan jasa, serta Industri.

    Pembangunan lahan Pemukiman dibedakan menjadi dua jenis pemukiman yaitu pemukiman teratur yang dikembangkan oleh pihak developer, sebagian besar terkonsentrasi di daerah utara dan tengah, yang kedua adalah pemukiman yang tidak teratur yang di bangun oleh masing masing individu. Pemanfaatan lahan untuk Kegiatan Perdagangan berkembang secara linear di sepanjang jalan arteri Kota Bekasi atau sering disebut Central Business Distrik (CBD), antara lain koridor Jl. Ir H. Juanda, Jln. Kartini, Jln,. A. Yani, Jl. Pemuda, Jl. KH. Noer Ali, Jl. Cut Mutia Jl. Pengasinan, Jl. Siliwangi, Jl. Pekayon dan Jl. Kalibaru. Wilayah Industri di Kota Bekasi berkembang pada beberapa sektor secara konsentris baik kegiatan produksi maupun pengolahan

  • II-22

    Buku Putih Kota Bekasi 2010

    limbahnya. Wilayah wilayah tersebut antara lain Ciketing Udik, Bantar Gebang dan daerah sekitarnya.

    Tabel II.9 Kecenderungan Penggunaan Lahan di Kota Bekasi Tahun 1997 2007 (Ha) Penggunaan Lahan (Ha) 1997 2006/2007 Penyusutan Lahan (Ha) Bangunan 12718 14899 2181 Sawah 1123 667 -456 Tegalan/kebun 4638 4258 -380 Tidak diusahakan 31 0 -31 Lainnya 2453 1148 -1305

    Sumber: Bappeda Kota Bekasi, 2009

    Pemanfaatan Lahan Untuk Ruang Terrbuka Hijau selama 10 tahun terakhir menyusut sampai 10,32 % dari 39% pada tahun 1997 menjadi 28.8 % pada tahun 2007. Pembangunan RTH umumnya digunakan untuk pertanian (sawah), tegalan/ kebun dan taman terbuka hijau. Pada Tabel di atas dapat kita lihat penyusutan yang terjadi di lahan terbuka hijau. Area persawahan mengalami penyusutan sampai 456 Ha sedangkan tegalan dan kebun masing masing menyusut 380 dan 31 Ha. Sedangkah RTH yang lainya seperti taman kota hutan kota dan lain sebagainya menyusut sampai 1305 ha. Laju pembangunan lahan di Kota Bekasi dapat kita lihat pada grafik di bawah ini. Pemanfaatan lahan untuk bangunan meningkat sedangkan pemanfaatan lahan untuk RTH makin menyusut terutama untuk area persawahan.

    Gambar II.13 Trend Penggunaan Lahan (A) dan Lahan Sawah (B) di Kota Bekasi Tahun 1997 2008 Sumber: Bappeda Kota Bekasi, 2009

    Grafik diatas juga menerangkan laju pemanfaatan lahan yang ada di Bekasi. Dari semua aspek yang terlihat mengalami penurunan konstan adalah areal persawahan. Lahan persawahan terus menurun sejak tahun 1997 sampai 2007. Semakin menurunnya pemanfaatan lahan untuk RTH akan menyebabkan area resapan semakin berkurang, dengan topografi yang relative datar yaitu 0-2% secara teknis akan mengakibatkn makin banyak area genangan apabila RTH semakin menyusut, sehingga akan berimplikasi

  • II-23

    Buku Putih Kota Bekasi 2010

    pada meningkatnya resiko banjir. Aplikasi nyata dilapangan tentang pemanfaatan lahan dapat kita lihat pada peta dibawah ini. Kota Bekasi dengan luas mencapai 21.049 ha, pada tahun 2008 2009 sebagian besar di dominasi oleh lahan terbangun.

    Gambar II.14 Peta Penggunaan Lahan Kota Bekasi Sumber: Bappeda Kota Bekasi, 2009

    Saat ini Kota Bekasi menghadapi fenomena ketidak seimbangan penggunaan lahan. Banyak lahan yang harusnya menjadi area resapan beralih fungsi menjadi perumahan atau sector industri. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi efektifitas pelaksanaan tata ruang kota dalam mengarahkan dan mengendalikan pembangunan Kota Bekasi. Contoh nyata yang telah terjadi adalah dominasi perumahan dan pemukiman pada pemanfaatan lahan terbangun karena letak Kota Bekasi yang sangat strategis sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi pengembang.