Upload
trinhduong
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-1
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1 Aspek Geografi dan Demografi
2.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Luas Kabupaten Agam adalah 2.232,30 Km² atau 5,29 persen dari luas
wilayah Provinsi Sumatera Barat. Batas wilayah sebagai berikut :
- sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pasaman dan Kabupaten
Pasaman Barat;
- sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lima Puluh Kota;
- sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman dan
Kabupaten Tanah Datar; dan
- sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.
Wilayah administrasi pemerintahan meliputi 16 Kecamatan dan 82 Nagari,
serta 467 Jorong. Kemudian dalam wilayah tersebut terdapat dua buah pulau yaitu
Pulau Tangah seluas 1 Km² dan Pulau Ujung seluas 1 Km², dua buah gunung yaitu
Gunung Marapi dengan ketinggian 2.891 meter dan Gunung Singgalang dengan
ketinggian 2.877 meter, satu buah danau yaitu Danau Maninjau seluas 9.950 ha dan
tiga sungai yaitu Batang Antokan, Batang Kalulutan dan Batang Agam serta
mempunyai pantai sepanjang 43 Km.
2.1.2. Letak dan Kondisi Geografis
Terletak pada posisi 000 01’ 34” – 000 28’ 43” Lintang Selatan dan 990 46’ 39” –
1000 32’ 50” Bujur Timur. Kabupaten Agam sangat strategis karena dilalui jalur Lintas
Tengah Sumatera dan Jalur Lintas Barat Sumatera serta dilalui oleh Fider Road
yaitu jalur yang menghubungkan Lintas Barat, Lintas Tengah dan Lintas Timur
Sumatera.
Kondisi lahan yang terdapat pada wilayah ini merupakan perbukitan/
pegunungan dan pesisir serta kawasan lindung. Basis ekonomi adalah pertanian
yang terdiri dari perkebunan, pertanian lahan kering, lahan basah, hortikultura dan
peternakan dengan kondisi iklim yang mendukung sepanjang tahun, serta perikanan.
Berhubungan dengan kondisi tersebut diatas Kabupaten Agam juga
merupakan daerah rawan bencana dengan potensi gempa bumi, bahaya abrasi,
gerakan tanah/longsor, letusan gunung berapi, banjir dan tsunami.
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-2
2.1.3. Topografi
Kondisi topografi yang cukup bervariasi, mulai dari dataran tinggi hingga
dataran yang relatif rendah, dengan ketinggian berkisar antara 0 sampai 2.891 meter
dari permukaan laut. Menurut kondisi fisiografinya, ketinggian atau elevasi wilayah
Kabupaten Agam bervariasi antara 2 meter sampai 1.031 meter diatas permukaan
laut. Adapun pengelompokan yang didasarkan atas ketinggian adalah sebagai
berikut:
1. ketinggian 0-500 m dpl seluas 44,55% sebagian besar berada di wilayah Barat
yaitu Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, Ampek Nagari dan sebagian
Kecamatan Tanjung Raya.
2. ketinggian 500 -1000 m dpl seluas 43,49% berada pada wilayah Kecamatan
Baso, Ampek Angkek, Canduang, Malalak, Tilatang Kamang, Palembayan,
Palupuh, Banuhampu dan Sungai Pua.
3. ketinggian lebih dari 1000 m dpl seluas 11,96% meliputi sebagian Kecamatan
IV Koto, Kecamatan Matur, Canduang dan Sungai Pua.
Kawasan sebelah Barat merupakan daerah yang datar sampai landai (0 – 8 %)
mencapai luas 71.956 ha, bagian tengah dan timur merupakan daerah yang
berombak dan berbukit sampai dengan lereng yang sangat terjal (> 45%) dengan
luas kawasan 129.352 ha. Kawasan dengan kemiringan yang sangat terjal (> 45%)
berada pada jajaran Bukit Barisan dengan puncak Gunung Marapi dan Gunung
Singgalang yang terletak di Selatan dan Tenggara Kabupaten Agam.
2.1.4. Geologi
Formasi batuan yang dijumpai digolongkan kepada Pra Tersier, Tersier, dan
Kuarter. Batuan ini terdiri dari endapan permukaan, sedimen, metamorfik, vulkanik
dan intrusi. Batuan vulkanik terdapat di Gunung Marapi, Gunung Singgalang dan
Danau Maninjau.
Wilayah Kabupaten Agam ditutupi oleh tiga jenis batuan beku yaitu:
1. ekstrusif dengan reaksi intermediet (andesit dari Gunung Marapi, Gunung
Singgalang, Gunung Tandikek, Danau Maninjau, dan Gunung Talamau)
seluas 68.555,10 ha (32,43%),
2. batuan beku ekstrusif dengan reaksi masam (pumis tuff) seluas 55.867,90 ha
(26,43%),
3. batuan sedimen dengan jenis batu kapur seluas 80.011,80 ha (3,79%),
endapan alluvium mencapai luas 48.189 ha (22,79%).
Daerah sekitar Tanjung Raya terdapat lekukan besar Kawah Maninjau yang
saat ini berisi air merupakan hasil dari ledakan besar erupsi gunung berapi.
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-3
2.1.5. Hidrologi
Kondisi hidrologi Kabupaten Agam termasuk kedalam tiga Sistem Wilayah
Sungai (SWS) yaitu : SWS Arau, Kuranji, Anai, Mangau, dan Antokan (AKUAMAN),
SWS Masang Pasaman dan SWS Indragiri.
Berdasarkan pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS) terdapat delapan Daerah
Aliran Sungai yaitu; DAS Batang Tiku, DAS Andaman, DAS Mangau, DAS Antokan,
DAS Masang Kiri, DAS Masang Kanan, DAS Batang Nareh dan DAS Kuantan.
2.1.6. Klimatologi
Temperatur udara pada dataran rendah minimum 250C dan maksimum 330C,
sedangkan di daratan tinggi temperatur minimum 200C dan maksimum 290C.
Kelembaban udara rata-rata 88%, kecepatan angin antara 4-20 km/jam dan
penyinaran matahari rata-rata 58%.
Musim hujan terjadi antara bulan Januari sampai dengan bulan Mei dan pada
bulan September sampai bulan Desember, sedangkan untuk musim kemarau
berlangsung antara bulan Juni sampai dengan bulan Agustus.
Berdasarkan peta iklim yang dibuat Oldeman (1979) serta data base
hidroklimat yang diterbitkan Bakosurtanal (1987), pada wilayah Kabupaten Agam
terdapat 4 kelas curah hujan, yaitu:
1. curah hujan lebih dari 4500 mm/tahun tanpa bulan kering (daerah dengan
iklim Tipe A), berada di sekitar lereng Gunung Marapi-Singgalang meliputi
sebagian wilayah Kecamatan IV Koto dan Sungai Pua.
2. curah hujan 3500 sampai 4500 mm/tahun tanpa bulan kering (daerah dengan
tipe A1) mencakup sebagian wilayah Kecamatan Tilatang Kamang, Baso dan
Ampek Angkek.
3. curah hujan 3500 sampai 4000 mm/tahun dengan bulan kering selama 1-2
bulan berturut-turut meliputi sebagian Kecamatan Palembayan, Palupuh, dan
IV Koto.
4. curah hujan 2500 sampai 3500 mm/tahun dengan bulan kering selama 1-2
bulan berturut- turut, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Lubuk Basung dan
Tanjung Raya.
2.1.7. Penggunaan Lahan
Penggunaan Lahan di Kabupaten Agam dibagi atas :
1. Kawasan Lindung, terdiri dari kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya (hutan lindung, kawasan resapan air),
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-4
kawasan perlindungan setempat (sempadan sungai, kawasan sekitar danau
dan mata air), dan kawasan suaka alam serta kawasan rawan bencana.
2. Kawasan Budidaya, terdiri dari kawasan permukiman di perkotaan dan
perdesaan, kawasan pertanian (lahan basah, lahan kering dengan tanaman
tahunan, dan lahan kering dengan tanaman semusim), serta kawasan hutan
produksi (tanaman tahunan).
2.1.8. Potensi Pengembangan Wilayah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dan Rancangan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Barat maka klasifikasi pemanfaatan ruang
Kabupaten Agam adalah kawasan budidaya seluas ± 120.022 ha atau 53,7 % dari
luas wilayah administrasi.
Kawasan Budidaya meliputi kawasan peruntukan: hutan produksi,
perkebunan, pertanian, perikanan, pertambangan, industri, pariwisata, permukiman
dan kawasan peruntukan lainnya.
2.1.8.1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Kawasan budidaya Hutan Produksi, dibedakan menjadi Hutan Produksi
Terbatas, Hutan Produksi Tetap dan Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi.
Berdasarkan data Tahun 2010 luas hutan masing-masing peruntukan adalah hutan
PPA seluas 27.533,40 hektar, Hutan Lindung seluas 31.560 hektar, Hutan Produksi
seluas 6.140 hektar dan Hutan Produksi Terbatas seluas 20.883,40 hektar. Sehingga
secara keseluruhan jumlah luas hutan di Kabupaten Agam adalah 82.383,40 hektar.
Grafik II-1 Luas Hutan di Kabupaten Agam
Sumber : Dinas Kehutanan & Perkebunan Kabupaten Agam
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-5
2.1.8.2. Kawasan Peruntukan Pertanian
Pembangunan pertanian merupakan sektor utama yang memberikan
kontribusi yang besar terhadap pembangunan daerah. Potensi sumberdaya lahan
pertanian terbesar adalah lahan sawah dengan luas lahan baku sawah yaitu
±.28,537 ha, lahan untuk pengembangan tanaman jagung, ubi kayu, ubi jalar,
kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai yang luas lahannya mencapai ±.7.047
ha. Rencana pengembangan peruntukan budidaya pertanian diarahkan untuk
pemanfaatan secara intensif lahan yang belum dimanfaatkan dan tersebar di seluruh
wilayah Kabupaten Agam.
2.1.8.3. Kawasan Peruntukan Peternakan
Potensi pengembangan usaha peternakan adalah peternakan sapi potong,
kambing, itik dan ayam buras. Potensinya sesuai dengan kondisi topografi pada
Wilayah Timur dan Wilayah Barat.
Wilayah Timur memiliki suhu udara sejuk, tanah yang subur, curah hujan
cukup tinggi, hijauan sebagai pakan utama ternak mudah tumbuh dan berkembang.
Banyak tersedia limbah pertanian sebagai pakan tambahan karena sebagian besar
masyarakat berusaha dibidang pertanian terutama tanaman pangan dan hortikultura.
Potensi pasar sangat baik karena dekat dengan kota Bukittinggi,
ketersediaan infrastruktur dan fasilitas pendukung, adanya Balai Penyidik Penyakit
Veteriner (BPPV Baso) dan adanya kelompok-kelompok usaha peternakan yang
sudah berkembang.
Wilayah Barat memiliki suhu udara yang panas dengan curah hujan kurang.
Limbah pertanian yang dapat dijadikan pakan ternak kurang tersedia, akan tetapi
ketersediaan lahan untuk pengembangan usaha peternakan cukup luas. Kawasan ini
berpotensi untuk dijadikan kawasan pengembangan dengan sistem integrasi ternak
dengan tanaman perkebunan terutama coklat atau sawit.
2.1.8.4. Kawasan Peruntukan Perkebunan
Komoditi tanaman yang dominan dan potensial untuk dikembangkan adalah
kelapa sawit, kelapa dalam, kulit manis gambir, tebu dan kakao. Pengembangan
kawasan perkebunan diarahkan untuk pemanfaatan potensi lahan yang memiliki
kesesuaian bagi perkebunan yang berada pada kawasan budidaya, dan
menghindarkan timbulnya konflik pemanfaatan lahan dengan kawasan lindung,
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-6
kawasan hutan produksi tetap dan produksi terbatas, kawasan industri, serta
kawasan permukiman.
Sebaran lokasi rencana peruntukan kawasan perkebunan yang ada di
Kabupaten Agam meliputi : 1) Karet di Kecamatan Ampek Nagari dan Palembayan;
2) Kelapa di Kecamatan Tanjung Mutiara, Ampek Nagari dan Lubuk Basung; 3)
Cengkeh di Kecamatan Tanjung Raya, Matur dan Malalak; 4) Kulit manis di
Kecamatan Malalak, Matur dan Tanjung Raya; 5) Pala di Kecamatan Tanjung Raya;
6) Gambir di Kecamatan Palupuh; 7) Kakao tersebar di seluruh Kecamatan dan 8)
Kelapa Sawit di Kecamatan Ampek Nagari, Palembayan, Tanjung Mutiara serta
Lubuk Basung.
2.1.8.5. Kawasan Peruntukan Perikanan
Potensi areal sektor perikanan dan kelautan diantaranya garis pantai
sepanjang 43 km, laut seluas 313,04 km2, hutan mangroove 65 ha, terumbu karang
27,5 ha, danau 9.950 ha, sungai, telaga dan perairan umum lainnya seluas 568 ha.
1. Perikanan Tangkap
Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 pasal 3, bahwa
wilayah Provinsi/Kabupaten, sebagaimana yang dimaksud pasal 2 ayat 1,
terdiri atas wilayah darat dan wilayah laut sejauh 12 mil laut yang diukur dari
garis pantai ke arah laut lepas dan atau ke arah perairan kepulauan. Sesuai
dengan Undang-Undang tersebut maka batas wilayah laut termasuk kawasan
perikanan tangkap yang pengelolaannya menjadi wewenang Kabupaten
Agam adalah sejauh 4 mil.
Rencana pengembangan kawasan perikanan tangkap dikembangkan di
Kecamatan Tanjung Mutiara tepatnya di kawasan pesisir Tiku yang memiliki
panjang pantai 43 Km. Adapun luas laut yang menjadi kewenangan
Kabupaten Agam mencapai 313,04 km2. Perikanan tangkap juga terdapat di
kawasan Danau Maninjau.
2. Budi Daya Perikanan
Sesuai Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor Kep 32/MEN/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan,
Kabupaten Agam termasuk salah satu pengembangan kawasan Minapolitan
di Indonesia. Rencana pengembangan perikanan budidaya ikan air tawar di
Kabupaten Agam meliputi :
a. Pusat Kawasan Minapolitan terdapat di Kawasan Maninjau
b. Sentra pengembangan Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Majalaya, Nila dan
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-7
pengembangan budidaya mina padi di Kecamatan Tilatang Kamang dan
Kamang Magek.
c. Sentra budidaya ikan air tawar: Nila, Patin dan Majalaya serta
pengembangan Keramba Jaring Apung (KJA) Ramah Lingkungan dan
UPR Nila dan Majalaya di sekitar Kawasan Danau Maninjau. Untuk
pengembangan budidaya di sekitar Danau Maninjau, harus mengacu pada
Peraturan Bupati No.22 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Danau Maninjau
(jarak KJA dari pantai 50-100 m dan 200 m dari objek wisata), dan adanya
zonasi.
d. Sentra budidaya ikan Patin dan pengolahan Lele di Kecamatan
Palembayan.
e. Sentra pengembangan Nila, Mas dan Lele serta pengembangan UPR di
Kecamatan Lubuk Basung.
3. Pengolahan Ikan
Dengan produksi tangkapan ikan laut yang mencapai ± 5.722,78 ton dan
produksi perikanan budidaya air tawar yang mencapai ± 55.670,35 ton pada
Tahun 2008, Untuk lokasi pengembangan kawasan pengolahan ikan, akan
dialokasikan di sekitar Kawasan Pesisir Tiku, dimana kedepannya akan
dikembangkan pelabuhan Perikanan Tiku.
2.1.8.6. Kawasan Pertambangan
Pemerintah menetapkan Wilayah Pertambangan (WP), yang terdiri dari :
1. Wilayah Usaha Pertambangan (WUP), adalah bagian dari Wilayah
Pertambangan (WP) yang telah memiliki ketersediaan data, potensi, dan/atau
informasi geologi. WUP ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui koordinasi
dengan pemerintah provinsi. Wilayah yang telah mendapat Izin Usaha
Pertambangan (IUP), yang selanjutnya disebut WIUP di Provinsi Sumatera
Barat terdapat di Kabupaten Agam, yaitu Keputusan Gubernur Sumatera
Barat Nomor 544-211-2008 tentang Pemberian Kuasa Pertambangan
Eksplorasi Bahan Galian Pasir Besi. Dalam Keputusan Gubernur Sumatera
Barat disebutkan bahwa, memberikan Kuasa Pertambangan (KP) Eksplorasi
untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun kepada PT. Minang Mining Makao
(PT.MMM) dengan bahan galian pasir besi dengan luas kuasa pertambangan
yang ada di wilayah Kabupaten Agam seluas ± 16.540 ha.
2. Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR), adalah bagian dari Wilayah
Pertambangan (WP) tempat dilakukannya Usaha Pertambangan Rakyat.
WPR ditetapkan oleh Bupati/walikota, sesuai pasal 21, Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan.
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-8
Potensi bahan galian tambang golongan B yang dimiliki daerah ini seperti biji
besi di Kecamatan Matur, pasir besi di Kecamatan Tanjung Mutiara. Sedangkan
potensi bahan galian golongan C seperti andesit, granit, dolomit, dan marmer
terdapat di Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan Palupuh, Kecamatan IV Koto,
Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Matur, Kecamatan Baso dan Kecamatan
Lubuk Basung. Tabel dibawah ini memperlihatkan potensi sumber daya mineral
Kabupaten Agam.
Tabel II-1
Potensi Sumber Daya Mineral di Kabupaten Agam
No Jenis Lokasi Potensi
1 2 3 4
1.
Batu Kapur Palembayan, Palupuh dan Padang Tarok
Sumber daya
Simarasok 109.375.000 ton
Kecamatan Baso 9.375.000 ton (hipotetik)
Kamang Mudik, Kecamatan Kamang Magek
25.000.000 ton (hipotetik)
2. Marmer Kamang, Kecamatan Kamang Magek 500.000.000 ton (sumber daya)
Matur Sumber daya
Kecamatan Palupuh 62.500.000 ton (700 ha) sumber daya
3. Dolomit Mudik Pauh, Kecamatan Palupuh 5.900.000 ton (45 ha) sumber daya
4. Kalsit Tersebar di Kecamatan Baso Sumber daya
5. Fosphat Ngalau Baja, Biaro, Durian dan Bunian Sumber daya
6. Granit Bukit Cimpago, Malalak Cimpago Kecamatan IV Koto
Sumber daya
Bukit Antokan, Bukit Masang, Bukit Labuhan, dan Bukit Pandih Dusun Durian Kapeh, Kecamatan Tanjung Mutiara
Sumber daya
7. Andesit Batu Kambing, Malabur dan Batang Dareh, Kecamatan Lubuk Basung
Sumber daya
Ladang Hutan dan Parambahan Kecamatan Baso
Sumber daya
Paninggiran Ateh, Paninggiran Bawah dan Bukit Bateh Dagang, Kecamatan Palupuh
Sumber daya
8. Trass Tersebar di Kecamatan Matur 5.280.000 m3
Tersebar di Kecamatan Palupuh 61.600.000 m3
Baso, Palembayan, IV Koto, Batu Kambing, Sipisang dan Tilatang Kamang
Sumber daya
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-9
Sambungan Tabel II.1
No Jenis Lokasi Potensi
1 2 3 4
9. Balerang Koto Baru 100 ton (hipotetik)
10. Tufa Tersebar di Kecamatan Matur 5.280.000 m3
Tersebar di Kecamatan Palupuh 61.600.000 m3
Baso, Palembayan, IV Koto, Batu Kambing, Sipisang dan Tilatang Kamang
Sumber daya
11. Dunit Harzburgit Sungai Air, Tigo Koto Silungkang, Kecamatan Palembayan
50 ha (Sumber daya)
12. Toseki Tersebar di Kecamatan Palembayan dan Palupuh
Sumber daya
13. Pasir dan Batu Tersebar di Sungai Batang Jabur (Baso dan Ampek Angkek), Mancung, Padang Tarok (Baso), Batang Masang (Palembayan), dan Batang Bawan (Lubuk Basung)
Sumber daya
14. Tanah Liat Tersebar pada lereng perbukitan sisi utara Danau Maninjau mulai dari Malabur-Lubuk Basung sampai Matur. Dan Komplek perbukitan Gunung Sirabungan dari Pagadih Hilir Ampai Nan Limo, Kecamatan Palupuh
Sumber daya
15. Pasir Besi Desa Durian Kapeh dan Tiku V Jorong, Kecamatan Tanjung Mutiara
Diluar sempadan (200 m dari garis pantai)
2.800 m3 (spekulatif), luas
wilayah ± 2.500 ha
Pada sempadan pantai ± 80 ha (4 km x 200 m)
60.000 m3 (spekulatif)
16. Emas Desa Pagadih Sei. Guntung dan Pasir Laweh Kecamatan Palupuh
337.500 ton (spekulatif)
Sumber : Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sumatera Barat Tahun 2008
2.1.8.7. Kawasan Peruntukan Industri
1. Kawasan Peruntukan Industri Besar
Peruntukan kawasan industri besar diarahkan di Kecamatan Tanjung
Mutiara, Kecamatan Ampek Nagari dan Palembayan. Industri besar yang
berpotensi untuk dikembangkan adalah industri hasil tambang dan
pengolahan hasil perkebunan.
2. Kawasan Peruntukan Industri Sedang
Peruntukan kawasan industri sedang diarahkan di Kecamatan Baso,
Kecamatan Ampek Angkek, Kecamatan Canduang dan Kamang Magek.
Industri sedang yang dikembangkan adalah agro industri, batu kapur dan
indutri pengolahan kayu. Dengan adanya pemusatan kawasan industri
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-10
sedang (agro industri) diharapkan hasil pertanian dapat diolah dulu
sebelum dipasarkan ke luar wilayah Agam, sehingga dapat memberikan
nilai tambah yang menguntungkan bagi masyarakat maupun pemerintah
setempat.
3. Kawasan Peruntukan Industri Rumah Tangga
Peruntukan kawasan industri rumah tangga dipusatkan di wilayah Timur
Agam, yang merupakan sentra industri kecil yang mayoritas merupakan
penunjang kegiatan pariwisata dan memiliki karakteristik rendah polutan,
seperti industri konveksi, bordir, sulaman, perak dan makanan kecil.
Peruntukan lahan diarahkan di Kecamatan Ampek Angkek, IV Koto dan
Kecamatan Canduang.
2.1.8.8. Kawasan Pariwisata
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,
pembangunan kepariwisataan dilakukan melalui pengembangan industri pariwisata,
destinasi pariwisata, pemasaran dan kelembagaan pariwisata. Upaya
pengembangan kepariwisataan juga tetap dikaitkan dengan daerah tujuan wisata
(destinasi) Provinsi yaitu Kota Bukittinggi dan Kota Padang serta nasional; Jakarta,
Yogjakarta, dan Bali sebagai satu kesatuan destinasi wisata nasional sekaligus untuk
menarik minat pengunjung, ditujukan terhadap wisatawan nusantara maupun
mancanegara.
Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata
adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif
yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata,
aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan. Pengembangan kepariwisataan untuk masa yang akan datang
Kabupaten Agam masuk kedalam Destinasi Pengembangan Pariwisata I (DPP I)
dimana DPP I ini meliputi koridor Bukittinggi, Kabupaten Agam, Kabupaten
Pasaman, Kabupaten Limapuluh Kota, dan Kota Payakumbuh. DPP ini dominasi
atraksi Budaya, Belanja, Meeting Incentive Convention Exibition (MICE), kerajinan,
kesenian, peninggalan sejarah, danau, pegunungan, serta flora dan fauna dengan
pusat layanan di Kota Bukittinggi.
Pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Agam secara umum dibagi
dalam tiga wilayah dengan rincian sebagai berikut :
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-11
1. Wilayah Barat
a. Kawasan Pesisir Tiku : sentra perikanan laut dan darat salah satu
outlet komoditi unggulan perikanan Kabupaten Agam.
b. Produk wisata alam dan budaya bahari (rekreasi pantai, pulau, diving/
snorkling, budaya, nelayan dll ) memanfaatkan potensi perikanan,
sumber daya alam bahari, dan budaya bahari; pendukung: wisata
kuliner.
2. Wilayah Tengah
a. Kawasan pariwisata Danau Maninjau, memiliki fungsi untuk menjaga
keseimbangan lingkungan alam sekitarnya.
b. Produk wisata alam (rekreasi gunung, danau) dan wisata budaya
(sejarah dan event), pendukung: kuliner, agrotourism.
c. Objek wisata Danau Maninjau, Puncak Lawang, Embun Pagi, Rumah
Kelahiran Buya Hamka, core event (paralayang) dan supporting events
(seperti off road, pacu biduk dll).
3. Wilayah Timur
a. Kawasan Agropolitan Ampek Angkek, Canduang-Baso : sentra
pengembangan kegiatan pertanian (agrowisata)
b. Produk wisata minat khusus: agrowisata dan wisata perdesaan
c. Lahan pertanian padi, palawija, buah-buahan, perkebunan kakao.
2.1.8.9. Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman merupakan kawasan di luar kawasan lindung yang
digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian masyarakat
yang berada di wilayah perkotaan dan perdesaan, dengan mempertimbangkan
kelestarian lingkungan dan diupayakan tidak melakukan peralihan fungsi terhadap
lahan pertanian teknis. Sebagian besar kawasan terbangun berupa permukiman,
yang dapat dibedakan dalam dua kelompok yakni permukiman perkotaan, dan
permukiman perdesaan.
Permukiman perkotaan meliputi kawasan ibukota kecamatan dan kawasan
stategis berbatasan yang meliputi 17 nagari disekitar Kota Bukittinggi yaitu : Gadut,
Kapau, Biaro Gadang, Ampang Gadang, Balai Gurah, Pasie, Batu Taba, Sekitar
Bukit Batabuah, Kubang Putih, Taluak IV Suku, Padang Luar dan Sungai Tanang,
Guguak Tabek Sarojo, Koto Gadang, Sianok VI Suku, Koto Panjang. Sedangkan
pemukiman non perkotaan adalah seluruh kawasan non perkotaan yang ada di
masing-masing wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Agam. Dengan ketentuan
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-12
kawasan tersebut diluar dari kawasan lindung dan kawasan bencana serta
peruntukan perkebunan, pertanian dan budidaya lainnya yang telah ditetapkan
dalam rencana pola ruang.
2.1.8.10. Wilayah Rawan Bencana
Kabupaten Agam merupakan daerah rawan bencana, baik bencana alam
maupun bencana geologi. Sesuai dengan profil rawan bencana yang disusun pada
Tahun 2008, jenis-jenis bencana sebagai berikut:
1. Bahaya Sesar Aktif
Bahaya sesar aktif adalah bagian dari lempeng bumi yang mengalami
patahan atau tersesarkan dan masih bergerak hingga saat ini. Sesar aktif
ditunjukkan oleh bentuk kelurusan topografi dimana lokasi pusat gempa
terjadi disekitarnya. Pada wilayah Kabupaten Agam, sesar aktif memotong
6 kecamatan yaitu Kecamatan Palupuh, Palembayan, Matur, IV Koto,
Banuhampu dan Sungai Pua.
2. Bahaya Seismisitas Gempa
Bahaya seismisitas gempa merupakan bencana yang terjadi disebabkan
oleh terlepasnya energi tektonik kerak bumi. Di wilayah Kabupaten Agam
zonasi kerusakan akibat terpaan gelombang seismik gempa berdasarkan
analisis dapat diperlihatkan pada Gambar II.1. Dari gambar tersebut
kemungkinan zona kerusakan paling tinggi, warna merah, tersebar di
sepanjang Pegunungan Bukit Barisan, kurang lebih daerah yang
menghubungkan antara Danau Singkarak, Kota Bukittinggi sampai sekitar
Bonjol di sebelah Barat Laut. Zona kerusakan lebih rendah diapit oleh dua
sesar/patahan yang diperlihatkan oleh warna merah muda.
Gambar II.1 Hasil Analisis Probabilitas Hazard 2 Persen (atas) dan 10 Persen
(bawah) Berdasarkan Gempa Periode Ulang 50 Tahunan (Petersen M.D. dkk, 2004).
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-13
3. Bahaya Tsunami
Daerah lepas pantai merupakan tempat dimana subduksi tektonik terjadi.
Distribusi pusat gempa dilepas pantai berpotensi menyebabkan terjadinya
tsunami. Wilayah yang potensial dihempas hantaman tsunami adalah
daerah sekitar Jorong Subang-Subang, Jorong Labuhan, Jorong Muaro
Putuih, Jorong Masang, Nagari Tiku Selatan dan sebagian Nagari Bawan
di Kecamatan Ampek Nagari.
4. Letusan Gunung Api
Kabupaten Agam berada pada dua gunung aktif yaitu Gunung Marapi dan
Gunung Tandikek. Sebaran produk letusan dari Gunung Marapi cenderung
menuju ke arah tenggara sedangkan letusan dari Gunung Tandikek
menuju ke arah selatan. Daerah-daerah yang perlu mendapat perhatian
dari letusan gunung api antara lain:
a. Letusan Gunung Marapi : aliran Batang Sarik, Limo Kampuang, Tabek,
Kapalo Koto, Lukok satu, Surau Baru, Padang laweh, Lubuk dan
Pulungan.
b. Letusan Gunung Tandikek: letusan ini tidak terlalu membahayakan
kecuali di sekitar daerah Toboh.
Gambar II.2 Sebaran hasil letusan G. Marapi dan G. Tandikat
(data PVMBG – DESD).
5. Bahaya Gerakan Tanah/Longsoran
Gerakan tanah/longsoran adalah proses pemindahan/pergerakan massa
tanah dan batuan karena pengaruh gaya gravitasi. Jenis gerakan tanah
yang umum dijumpai adalah jatuhan (falls), gelincir (slides), nendatan
(slumps), aliran (flows) dan rayapan (creeps). Gerakan tanah/longsoran
Gunung Marapi
Gunung Tandikat
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-14
terjadi akibat beberapa faktor seperti jenis dan sifat batuan/tanah, sudut
kemiringan lereng, curah hujan, tutupan vegetasi, ulah manusia atau akibat
pembangunan fisik dan keteknikan.
a. Jatuhan (Debris Falls)
Jatuhan merupakan gerakan bebas dari massa atau material tanah atau
batuan yang berasal dari lereng curam. Tipe jatuhan yang terdapat di
Kabupaten Agam diwakili oleh Batuan Tufa Kuarter seperti yang
terdapat di Ngarai Sianok. Batuan penyusunnya adalah pasir tufa yang
sangat mudah hancur dan lepas-lepas akibat rekahan-rekahan yang
terdapat didalamnya serta membentuk lereng sangat curam dan hampir
tegak. Jatuhan terjadi akibat meresapnya air hujan ke dalam batuan tufa
yang porus sehingga menambah berat massa batuan dan
memperlemah ikatan antar rekahan dan pori di dalam batuan tersebut.
Proses lain yang dapat mengakibatkan longsoran antara lain karena
kikisan atau erosi maupun pekerjaan galian di bagian dasar ngarai.
b. Gelinciran (Sliding)
Gelinciran adalah gerakan massa tanah atau batuan sepanjang lereng
perbukitan dan pegunungan yang terlepas dari ikatan tanah atau batuan
asalnya. Gelinciran berlangsung secara cepat dan tiba-tiba dengan
kecepatan tinggi. Pergerakan umumnya disebabkan oleh pertambahan
massa air yang bercampur dengan rombakan tanah atau batuan dan
mengakibatkan massa tanah atau batuan berkurang daya ikatnya dan
menjadi berat. Tanah atau batuan yang menyusun tipe gelinciran pada
umumnya terjadi dari massa pasiran atau bongkah-bongkah batuan
lepas dalam beberapa ukuran mulai dari ukuran kerikil sampai
bongkahan berukuran besar lebih dari 5 meter. Tipe gelinciran paling
banyak dijumpai pada dinding jalan dan lereng/lembah sungai dalam
berbagai ukuran seperti yang terdapat di sekitar Jorong Galapuang
Sungai Lintabung sebelah selatan Danau Maninjau.
c. Nendatan (Slumps)
Longsoran ini dikenali dengan adanya retakan di permukaan.
Pergerakan longsoran diperlihatkan dari bentuk permukaan berupa
lingkaran atau tapal kuda. Longsoran tipe ini terdapat di sekitar lereng
luar Gunung Singgalang yaitu di jalan antara Koto Tuo-Balingka (jalan
masuk ke stasiun transmisi Telkom) dan di jalan antara Matur-
Palembayan.
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-15
Tabel II-2
Bencana Gerakan Tanah/Longsor di Kabupaten Agam
No Keterangan Kecamatan Nagari
1 2 3 4
1. Jatuhan
(Debris Falls)
Tanjung Raya Tanjung- Sani
Sungai Batang
Maninjau
Palembayan Baringin
Ampek Koto Palembayan
Tigo Koto Silungkang
Lubuk Basung Lubuk Basung
Ampek Nagari Batu Kambiang
Matur Matua Hilia
IV Koto Balingka
Koto Gadang
Malalak Malalak Timur
Palupuh Koto Rantang
Pasia Laweh
Pagadih
2. Gelinciran (Sliding)
Palembayan Baringin
Ampek Koto Palembayan
Tigo Koto Silungkang
Lubuk Basung Lubuk Basung
Ampek Nagari Batu Kambing
Matur Matua Hilir
Palupuh Koto Rantang
Pasia Laweh
3. Nendatan (Slumps)
Matur Tigo Balai
Palembayan Baringin
Sungai Pua
IV Koto Balingka
Malalak Malalak Utara
Sumber : Rancangan RTRW Kabupaten Agam 2011-2030
6. Bahaya Banjir
Banjir terjadi apabila ekses atau kelebihan air tidak dapat ditampung pada
tempatnya sehingga melimpah keluar. Tempat penyimpanan air secara
alamiah adalah sungai, rawa, danau atau bendungan. Daerah banjir terjadi
sepanjang aliran sungai seperti Batang Tiku, Batang Pingai, Batang
Kalulutan, Batang Dareh, Batang Bawan, Batang Sitanang, bagian hilir dari
Batang Simpang Jernih dan Simpang Keruh serta Batang Layah. Banjir
pada sungai – sungai tersebut, pada umumnya terbatas pada morfologi
dataran banjir (flood plain). Selain dari lokasi-lokasi tersebut banjir juga
terjadi pada daerah rawa di sekitar dataran pantai, yang juga berhubungan
dengan aliran sungai di bagian hilir.
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-16
Wilayah yang berpotensi banjir adalah 1) Nagari Salareh Aia di Kecamatan
Palembayan; 2) Nagari Lubuk Basung di Kecamatan Lubuk Basung; 3)
Nagari Bawan, Batu Kambiang dan Sitalang di Kecamatan Ampek Nagari,
4) Nagari Tiku V Jorong di Kecamatan Tanjung Mutiara; 5) Nagari Balingka
di Kecamatan IV Koto dan 6) Nagari Pasia Laweh di Kecamatan Palupuah.
7. Abrasi
Abrasi merupakan salah satu bagian dari proses perubahan muka air laut
setempat yang dalam istilah ilmiah disebut Relative Sea Level Change
(RSLC). Abrasi atau erosi garis pantai mengubah garis pantai berpindah ke
arah daratan. Lawan dari abrasi adalah akresi atau sedimentasi yang
menyebabkan garis pantai maju ke arah laut. Proses yang terlibat dalam
perubahan garis pantai diakibatkan oleh banyak hal diantaranya kondisi
geologi dan morfologi pantai, kondisi ekologi, klimatologi dan oseanologi.
Dari semua faktor tersebut di atas pengaruh gelombang dan arus laut
merupakan faktor dominan. Gelombang berfungsi menghancurkan
sedimen yang menyusun garis pantai dan arus laut mengangkut hasil
rombakan searah dengan arah arus laut.
Wilayah yang berpotensi terkena abrasi adalah 1) Masang sepanjang 800
meter; 2) Ujung Masang sepanjang 1.100 meter; 3) Muaro Putuih
sepanjang 300 meter; 4) Ujung Labung sepanjang 500 meter; 5) Pasia
Paneh sepanjang 200 meter dan 6) Pelabuhan Tiku sepanjang 100 meter.
2.1.9. Demografi
2.1.9.1. Jumlah Penduduk
Peningkatan jumlah penduduk selama periode 5 tahun adalah sebesar
15.873 jiwa, yaitu dari 439.611 jiwa pada Tahun 2006 menjadi 455.484 jiwa pada
Tahun 2010. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel II-3
Jumlah Penduduk di Kabupaten Agam
No Tahun Jumlah Penduduk
1. 2006 439.611
2. 2007 443.857
3. 2008 445.387
4. 2009 451.264
5. 2010 455.484
Sumber : Badan Statistik Kabupaten Agam 2010
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-17
2.1.9.2. Kepadatan Penduduk
Tingkat kepadatan penduduk masih rendah dengan rata-rata kepadatan 200
jiwa/Km2.. Beberapa kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Bukittinggi,
tingkat kepadatan penduduk relatif tinggi yaitu Kecamatan Banuhampu dan
Kecamatan Ampek Angkek. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel II-4
Kepadatan Penduduk di Kabupaten Agam Tahun 2010
Sumber : Badan Pusat Statistik 2010
Tingkat kepadatan penduduk dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu
kepadatan rendah, kepadatan sedang dan kepadatan tinggi. Hasil analisis
kepadatan penduduk di Kabupaten Agam dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel II.5
Analisis Katagori Tingkat Kepadatan Penduduk
di Kabupaten Agam Tahun 2010
No Tingkat Kepadatan
Penduduk Range Kecamatan
1.
Kepadatan Rendah 0-447 jiwa/km2
Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, Ampek Nagari, Tanjung Raya, Matur, IV Koto, Canduang, Kamang Magek, Palembayan, Baso, Malalak.
2. Kepadatan Sedang 447-835 jiwa/km2 Sungai Pua, Tilatang Kamang.
3. Kepadatan Tinggi > 835 jiwa/km2 Banuhampu, Ampek Angkek
Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2010
No Kecamatan Luas (km
2)
Penduduk Kepadatan Penduduk
(km2)
1 2 3 4 5
1. Tanjung Mutiara 250,13 28.311 113
2. Lubuk Basung 252,31 68.198 270
3. Ampek Nagari 286,39 22.570 79
4. Tanjung Raya 236,67 33.307 141
5. Matur 91,11 16.944 186
6. IV Koto 80,47 23.036 286
7. Malalak 99,12 9.299 94
8. Banuhampu 27,24 36.059 1.324
9. Sungai Pua 40,41 23.042 570
10. Ampek Angkek 31,91 43.347 1.354
11. Canduang 55,52 21.886 394
12. Baso 76,38 33.016 432
13. Tilatang Kamang 61,10 34.027 557
14. Kamang Magek 76,67 19.972 260
15. Palembayan 351,39 29.426 84
16. Palupuah 220,99 13.044 59
Jumlah 455.484 204
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-18
2.1.9.3. Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk dilakukan guna memprediksi tingkat perkembangan
penduduk untuk 5 tahun kedepan, sehingga diharapkan dari hasil proyeksi tersebut
dapat diketahui kebutuhan-kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan,
termasuk kebutuhan lahan yang harus disediakan.
Hasil proyeksi yang dilakukan berdasarkan metode eksponensial, dapat
diketahui bahwa pada Tahun 2015, diperkirakan penduduk Kabupaten Agam
berjumlah 504.629 jiwa.
Tabel II.6 Proyeksi Jumlah Penduduk di Kabupaten Agam
Tahun 2011 - 2015
No Tahun Proyeksi
Jumlah Penduduk (Jiwa)
1.
2.
3.
4.
5.
2011
2012
2013
2014
2015
469.873
478.331
486.941
495.706
504.629
Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2010
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha yang bertujuan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat secara merata, memperluas lapangan
pekerjaan, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan
pergeseran kegiatan-kegiatan ekonomi. Analisa mengenai perkembangan
perekonomian suatu daerah sangat diperlukan untuk perencanaan pembangunan,
khususnya perencanaan pembangunan sektor ekonomi yang akan mewujudkan
kemandirian daerah. Pada sub bab ini akan diuraikan mengenai struktur ekonomi
Kabupaten Agam berupa analisa peranan sektor-sektor atau lapangan usaha dalam
membentuk Produk Domistik Regional Bruto (PDRB), PDRB perkapita dan laju
pertumbuhan ekonomi.
2.2.1.1. Struktur dan Perkembangan Perekonomian
Dari tahun ke tahun perekonomian Kabupaten Agam terus mengalami
perkembangan, walaupun Tahun 2009 dan Tahun 2010 perkembangannya sedikit
melemah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi setiap tahun
merupakan agregat dari pertumbuhan sektor-sektor lain. Untuk melihat kinerja
masing-masing sektor atau sub sektor ekonomi dapat dilihat perkembangan Produk
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-19
Domestik Regional Bruto (PDRB) sektoral. PDRB merupakan hasil penjumlahan dari
seluruh nilai tambah (Produk barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah
tertentu dalam waktu tertentu). Perkembangan yang terjadi di masing-masing sektor
ekonomi dapat lebih pesat atau lebih lambat dibandingkan dengan perkembangan
PDRB secara total. Artinya pertumbuhan nilai tambah masing-masing sektor atau
sub sektor yang terjadi selama satu periode tertentu akan menunjang pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah secara keseluruhan pada periode tersebut. Untuk lebih
jelasnya berikut diuraikan perkembangan PDRB Kabupaten Agam Tahun 2005- 2009
baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan. PDRB atas dasar harga
berlaku adalah PDRB yang menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung dengan menggunakan harga pada tahun bersangkutan ( harga yang terjadi
setiap tahunnya ). PDRB atas dasar harga konstan adalah PDRB yang menunjukkan
nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada tahun
tertentu sebagai tahun dasar. Penghitungan PDRB ini menggunakan Tahun 2000
sebagai tahun dasar.
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-20
Tabel II.7
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2005 – 2009
atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Agam (Dalam Jutaan Rupiah).
NO SEKTOR
2005 2006 2007 2008 2009
(Rp. ) % (Rp. ) % (Rp. ) % (Rp. ) % (Rp. ) %
1 Pertanian 813.823,80 35 884.512,79 35,83 962.825,65 36,66 1.040.225,40 37,25 1.096.917,80 37,44
2 Pertambangan dan
Penggalian 88.977,89 3,83 93.586,76 3,79 99.280,97 3,78 106.488,76 3,81 110.002,90 3,75
3 Industri Pengolahan 327.923,50 14,10 341.875,08 13,85 356.518,76 13,58 372.027,32 13,32 387.838,48 13,24
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 21.232,67 0,91 22.752,34 0,92 24.388,51 0,93 24.910,27 0,89 26.426,66 0,90
5 Bangunan 103.554,88 4,45 108.906,29 4,41 114.550,99 4,36 121.435,50 4,35 130,640,31 4,46
6 Perdagangan, Hotel dan
Restoran. 407.574,24 17,53 432.916,64 17,54 460.400,98 17,53 492.154,02 17,62 507.251,21 17,31
7 Pengangkutan dan
Komunikasi 102.693,90 4,42 107.251,63 4,34 112,822,25 4,30 119.724,38 4,29 128.143,94 4,37
8 Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan 82.437,83 3,55 86.427,67 3,50 90.581,59 3,45 96.028,49 3,44 100.294,40 3,42
9 Jasa-Jasa 376.942,98 16,21 390.532,61 15,82 404.696,88 15,41 419.893,13 15,03 442.355,98 15,10
PDRB 2.325.161,69 100 2.468.761,80 100 2.626.066,59 100 2.792.887,28 100 2.929.871,68 100
Sumber : PDRB Kabupaten Agam Tahun 2005 – 2009
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-21
Tabel II.8
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2005 – 2009 atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten Agam (Dalam Jutaan Rupiah).
NO SEKTOR
2005 2006 2007 2008 2009
(Rp. ) % (Rp. ) % (Rp. ) % (Rp. ) % (Rp. ) %
1 Pertanian 1.230.982,18 36,44 1.533.420,74 39,07 962.825,65 40,78 2.129.236,29 40,90 2.412.971,90 41,38
2 Pertambangan dan Penggalian 148.991,21 4,41 93.586,76 4,29 99.280,97 4,13 214.102,03 4,11 239.413,71 4,11
3 Industri Pengolahan 432.553,56 12,81 341.875,08 11,95 356.518,76 11,40 592.565,11 11,38 617.749,13 10,59
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 36.115,97 1,07 22.752,34 1,06 24.388,51 1,02 47.884,94 0,92 52.514,57 0,90
5 Bangunan 167.339,59 4,95 108.906,29 4,93 114.550,99 5,09 271.381,14 5,21 307.731,83 5,28
6 Perdagangan, Hotel dan
Restoran. 538.188,59 15,93 432.916,64 15,36 460.400,98 15,05 796.698,69 15,30 874.203,11 14,99
7 Pengangkutan dan Komunikasi 171.948,27 5,09 107.251,63 5,09 112.822,25 5,18 270.620,85 5,20 302.877,04 5,19
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan 136.872,63 4,05 86,427,67 4,01 90.581,59 4,02 202.900,41 3,90 225.500,34 3,87
9 Jasa-Jasa 514.965,22 15,24 390.532,61 14,25 404.696,88 13,32 680.546,85 13,07 798.021,41 13,69
PDRB 3.377.957,22 100 3.924.766,91 100 4.462.495,48 100 5.205.936,30 100 5.830.983,04 100
Sumber : PDRB Kabupaten Agam Tahun 2005 – 2009
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-22
Struktur perekonomian yang terjadi di suatu wilayah menunjukkan besar
kecilnya pengaruh sektor perekonomian tertentu terhadap pembentukan PDRB di
daerah tersebut. Sebagai daerah agraris struktur ekonomi masih didominasi sektor
pertanian dengan sub sektor terdiri dari tanaman pangan dan hortikultura, tanaman
perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya serta perikanan. Peran sektor pertanian
sejak Tahun 2005 hingga Tahun 2009 memperlihatkan trend meningkat. Tahun 2005
peranan sektor pertanian dalam pembentukan PDRB adalah sebesar 36,44 %,
meningkat menjadi 40,90 % Tahun 2008, dan pada Tahun 2009 menjadi 41,38 %
dari total PDRB menurut harga berlaku.
Jika dilihat menurut sub sektor pembentuknya, sub sektor tanaman pangan
dan hortikultura memberikan sumbangan yang terbesar. Pada Tahun 2008 sub
sektor tanaman pangan dan hortikultura memberi kontribusi sebesar 23 % terhadap
PDRB, menjadi 23,63 % pada Tahun 2009. Sektor tanaman perkebunan juga
memberikan peranan yang cukup besar terhadap pembentukan PDRB, namun
berfluktuatif. Tahun 2005 peranan perkebunan sebesar 10,71 %. meningkat hingga
Tahun 2007 menjadi 11,85, pada tahun 2008 peranannya turun menjadi 11,75 % dan
kembali turun pada Tahun 2009 menjadi 11,60 %. Sub sektor lainnya yang tergabung
dalam sektor pertanian adalah sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya. Tahun 2008
sumbangan sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya terhadap total PDRB adalah
3,17 %, sedangkan pada Tahun 2009 peranannya cenderung sama yaitu 3,18 %.
Sub sektor kehutanan memberikan sumbangan terkecil. Tahun 2008 sub sektor
kehutanan hanya memberi kontribusi 0,77 %, Tahun 2009 turun menjadi 0,72 %. Sub
sektor perikanan Tahun 2005 kontribusinya sebesar 1,82 %, terus meningkat menjadi
1,92 % di Tahun 2006, 2,16 % di Tahun 2007, 2,22 % di Tahun 2008 dan 2,25 % di
Tahun 2009.
Dengan struktur ekonomi yang didominasi oleh sektor pertanian, Kabupaten
Agam mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Berbagai jenis
produk hasil pertanian dan perikanan sebagai bahan baku menjadi pendorong
berkembangnya industri pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah produk dan
menyerap tenaga kerja. Disamping itu meningkatkan produktifitas sektor pertanian
juga masih sangat penting untuk menjadi perhatian, karena produktifitas pertanian di
Kabupaten Agam masih relatif rendah. Masih banyak lahan-lahan tidur yang tidak
dimanfaatkan. Perlu juga dibentuk regulasi yang jelas untuk menekan alih fungsi
lahan pertanian.
Sektor kedua yang memberikan peranan terbesar dalam membentuk PDRB
adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Namun peranannya dari Tahun
2005 sampai Tahun 2007 menurun yaitu sebesar 15,93 % Tahun 2005, 15,36 %
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-23
Tahun 2006 dan 15,05 % Tahun 2007. Tahun 2008 meningkat menjadi 15,30 % dan
Tahun 2009 kembali menurun menjadi 14,99 %. Jika dilihat menurut sub sektor
penyusunnya, sub sektor perdagangan besar dan eceran merupakan sub sektor
yang mempunyai peranan terbesar dan dominan dalam pembentukan nilai tambah
sektor perdagangan, hotel dan restoran. Tahun 2005 peranannya sebesar 15,14 %,
pada Tahun 2006 turun menjadi 14,56 %, Tahun 2007 kembali turun menjadi
14,21.%, Tahun 2008 naik menjadi 14,59 % dan kembali turun pada Tahun 2009
menjadi 14,22 %. Sedangkan pada sub sektor hotel dari Tahun 2005 sampai dengan
Tahun 2007 terus meningkat yaitu 0,42 % Tahun 2005, 0,44 % Tahun 2006 dan
0,49.% Tahun 2007. Tahun 2008 sebesar 0,46 dan tahun 2009 kembali menurun
yaitu sebesar 0,44 %.Sub sektor lainnya yang tergabung dalam sektor perdagangan,
hotel dan restoran adalah sub sektor restoran. Sub sektor ini dari Tahun 2005 sampai
dengan Tahun 2009 terus mengalami penurunan, yaitu sebesar 0,38 % Tahun 2005
menjadi 0,33 % Tahun 2009.
Sektor ketiga yang memberikan kontribusi terbesar dalam membentuk
PDRB adalah sektor jasa-jasa, namun kontribusinya dari taHun 2005 sampai dengan
Tahun 2008 terus menurun dan pada Tahun 2009 meningkat kembali, sama halnya
dengan kontribusi sub sektornya. Besarnya kontribusi sektor jasa-jasa pada Tahun
2005 yaitu 15,24 %, Tahun 2006 14,25 %, 13,07 dan pada Tahun 2009 13,69 %.
Peningkatan kontribusi ini didorong oleh meningkatnya kontribusi sub sektor
pelayanan umum dan pertanahan yaitu 11,19 % di Tahun 2008 dan 11,79 di Tahun
2009. Sub sektor jata memberikan kontribusi 1,89 % di Tahun 2008 meningkat
menjadi 1,90 % di Tahun 2009.
Industri pengolahan merupakan sektor keempat yang peranannya cukup
besar dalam pembentukan nilai tambah PDRB. Tahun 2005 kontibusinya 12,81 %,
Tahun 2006 sebesar 11,95 %, Tahun 2007 sebesar 11,40 %, Tahun 2008 sebesar
11,38 % dan Tahun 2009 10,59 %. Sektor ini didominasi sub sektor industri non
migas.
Sektor lainnya yang turut andil dalam pembentukan PDRB adalah sektor
bangunan. Peranannya dalam PDRB sedikit mengalami peningkatan yaitu 5,21 %
pada Tahun 2008 dan meningkat menjadi 5,28 pada Tahun 2009. Sektor
pengangkutan dan komunikasi memberikan peranan cenderung konstan. Pada
Tahun 2008 peranan sektor pengangkutan dan komunikasi adalah 5,20 % kemudian
pada Tahun 2009 peranannya sedikit menurun menjadi 5,19%. Sektor pertambangan
dan penggalian memiliki kontribusi sebesar 4,41 % pada Tahun 2005, 4,29 % Tahun
2006, 4,13 % Tahun 2007, 4,11 % padan Tahun 2008 dan 2009. Sektor keuangan ,
persewaan dan jasa perusahaan memberikan kontribusi berturut-turut dari Tahun
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-24
2005 yaitu 4,05 %, 4,01 %, 4,02 %, 3,90 % dan 3,87 %, cenderung konstan. Dan
sektor yang terkecil memberikan kontribusi dalam membentuk PDRB Kabupaten
Agam adalah sektor listrik, gas dan air bersih yaitu 1,07 % Tahun 2005, 1,06 %
Tahun 2006, 1,02 % pada Tahun 2007, 0,92 % Tahun 2008 dan 0,90 % Tahun 2009,
juga cenderung konstan.
2.2.1.2. PDRB Perkapita dan Pengeluaran Perkapita
PDRB perkapita merupakan hasil bagi antara nilai nominal PDRB dengan
jumlah penduduk pertengahan tahun pada masing-masing tahun yang sama. Secara
umum PDRB perkapita selalu mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh lebih
tingginya peningkatan PDRB dibandingkan dengan peningkatan jumlah penduduk.
Tabel berikut memperlihatkan PDRB perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita
Kabupaten Agam Tahun 2005-2009 berdasarkan harga berlaku.
Tabel II.9
PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita
Kabupaten Agam Tahun 2005 – 2009 Berdasarkan Harga Berlaku.
Tahun PDRB Perkapita (ribuan rupiah)
Perubahan ( % )
Pendapatan regional Perkapita
(ribuan rupiah)
Perubahan ( % )
1 2 3 4 5
2005 7.948,47 19,19 7.738,03 19,30
2006 9.196,51 15,70 8.942,05 15,56
2007 10.417,99 13,28 10.132,94 13,31
2008 12.111,84 16,25 11.790,46 16,35
2009 13.566,04 9,25 13.190,67 11,86
Sumber ; PDRB Kabupaten Agam Tahun 2005-2009
Untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk diperlukan
indikator lain yaitu Pendapatan Regional Perkapita dan Pengeluaran Perkapita.
Pendapatan Regional Perkapita diperoleh setelah PDRB dikurangi penyusutan pajak
tak langsung netto serta transfer netto kemudian dibagi jumlah penduduk
pertengahan tahun.
Dari Tabel II.10 diatas terlihat bahwa PDRB perkapita Tahun 2009
mencapai 13,56 juta rupiah. Nilai ini meningkat sebesar 1,45 juta rupiah dari tahun
sebelumnya yaitu sebesar 12,11 juta rupiah. Pendapatan Regional Perkapita Tahun
2009 sebesar 13,19 juta rupiah meningkat dari Tahun 2008 yang nilainya hanya
11,79 juta rupiah.
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-25
2.2.1.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Kabupaten Agam Selama kurun waktu 2005 sampai 2008
terus membaik. Hal ini ditunjukkan oleh angka pertumbuhan ekonomi yaitu 6,13 %
pada Tahun 2005, 6,18 % Tahun 2006, 6,33 % Tahun 2007 dan 6,38% pada Tahun
2008. Dari Tahun 2006 ke Tahun 2007 merupakan tingkat pertumbuhan ekonomi
yang tertinggi. Pertumbuhan ekonomi pada kurun waktu tersebut diatas rata-rata
pertumbuhan ekonomi Nasional. Tetapi pada akhir Tahun 2009 pertumbuhan
ekonomi mengalami perlambatan yang sangat signifikan, dimana angka
pertumbuhan ekonomi hanya mencapai angka 4,9 %. Kondisi ini berkaitan langsung
dengan pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat yang juga mengalami perlambatan
mencapai angka 4,16 % yang disebabkan karena adanya kiris global yang
mempengaruhi volume permintaan dan akibat gempa bumi tanggal 30 September
2009. Pada Tahun 2010 laju pertumbuhan ekonomi mencapai angka 5,66 % .
2.2.1.4. Persentase Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan
Tabel II.10 Jumlah Rumah Tangga Miskin Tahun 2005 dan Rumah Tangga
Sasaran Tahun 2008
NO. Kecamatan Jumlah RTM 2005 RTS 2008
Jumlah % Jumlah %
1. Tanjung Mutiara 4.900 1.579 32.22 1,029 21
2. Lubuk Basung 14.021 2.358 16.82 1,608 11.47
3. Ampek Nagari 4.815 1.081 22.45 920 19.11
4. Tanjuang Raya 7.229 2.507 34.68 2,126 29.41
5. Matur 4.259 1.309 30.73 1,167 27.40
6. IV Koto 5.545 992 17.89 861 15.53
7. Malalak 2.149 558 25.87 346 16.10
8. Banuhampu 7.689 1.008 13.11 908 11.81
9. Sungai Pua 5.310 946 17.82 665 12.52
10. Ampek Angkek 8.927 1.142 12.79 934 10.46
11. Canduang 5.242 1.552 29.61 1,305 24.90
12. Baso 7.518 2.045 27.20 1,621 21.56
13. Tilatang Kamang 7.520 1.808 24.04 1,185 15.76
14. Kamang Magek 4.773 1.151 24.11 907 19.00
15. Palembayan 7.185 2.092 29.12 1,810 25.19
16. Palupuah 3.483 1.425 40.91 1,294 37.15
Jumlah 100.565 23.551 23.42 18,686 18.58
Sumber: Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kab. Agam 2009
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-26
Tabel II.10 menunjukkan bahwa dengan telah dilaksanakannya berbagai
koordinasi perumusan kebijakan dan sinkronisasi pelaksanaan upaya-upaya
penanggulangan kemiskinan dan penurunan kesenjangan oleh Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) selama 4 tahun, maka sampai dengan Tahun
2008, telah terjadi penurunan angka kemiskinan menjadi 18.666 KK, namun pada
Tahun 2009 meningkat menjadi 19.620 KK atau 5,11% dibanding Tahun 2008, yang
disebabkan oleh terjadinya bencana gempa yang menghancurkan infrastruktur
ekonomi dan sosial masyarakat.
2.2.2. Fokus Kesejahteraan Masyarakat
Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan masyarakat dilakukan terhadap
beberapa indikator yang meliputi : Angka Melek Huruf, Angka Rata-Rata Lama
Sekolah, Angka Partisipasi Kasar, Angka Pendidikan yang Ditamatkan, Angka
Partisipasi Murni, Angka Kelangsungan Hidup Bayi, Angka Usia Harapan Hidup,
persentase penduduk yang memiliki lahan, dan rasio penduduk yang bekerja. Berikut
ini disajikan hasil analisis dari beberapa indikator kinerja pada fokus kesejahteraan
sosial, sebagai berikut:
2.2.2.1.Pendidikan
1. Angka Melek Huruf
Berdasarkan Profil Pendidikan Kabupaten Agam Tahun 2009/2010, angka melek
huruf selama 5 tahun terakhir cenderung menunjukkan peningkatan setiap
tahunnya. Pada Tahun 2006 Angka Melek Huruf sebesar 97,78% meningkat
menjadi 97,79% pada Tahun 2007 dan meningkat lagi menjadi 97,82% pada
Tahun 2008, Tahun 2009 meningkat menjadi 98,84% dan Tahun 2010 menjadi
99,53%. Walaupun cakupannya cenderung meningkat, namun peningkatannya
relatif sangat kecil sehingga masih belum mencapai target yang ditetapkan yaitu
sebesar 99,98%. Pada Tahun 2010 masih terdapat sebanyak 1.417 orang
masyarakat yang berusia di atas 15 tahun yang belum dapat membaca dan
menulis yang tersebar pada 13. Untuk lebih mengetahui Angka Melek Huruf
masing-masing Kecamatan dapat dilihat pada tabel II.11 di bawah ini :
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-27
Tabel II.11 Angka Melek Huruf Menurut Kecamatan
Di Kabupaten Agam Tahun 2010
No. Kecamatan Penduduk usia diatas
15 tahun yang bisa baca dan tulis
Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas
Angka melek huruf
1 Tanjung Mutiara 18,349 18,770 97.76
2 Lubuk Basung 44,791 45,113 99.29
3 Ampek Nagari 14,576 14,763 98.73
4 Tanjung Raya 22,058 22,082 99.89
5 Matur 11,200 11,233 99.71
6 IV Koto 15,154 15,173 99.87
7 Malalak 6,072 6,165 98.49
8 Banuhampu 23,805 23,805 100.00
9 Sungai Pua 15,156 15,177 99.86
10 Ampek Angkek 28,638 28,638 100.00
11 Candung 14,485 14,510 99.83
12 Baso 21,671 21,689 99.92
13 Tilatang Kamang 22,458 22,458 100.00
14 Kamang Magek 13,214 13,241 99.80
15 Palembayan 19,416 19,508 99.53
16 Palupuh 8,413 8,548 98.42
Kabupaten Agam 299,456 300,873 99.53
Sumber : Profil Dinas Pendidikan Tahun 2009/2010
Dari Tabel II.11 di atas, terlihat bahwa ada 3 Kecamatan yang angka melek
hurufnya sudah mencapai 100% yaitu Kecamatan Banuhampu, Kecamatan Ampek
Angkek dan Kecamatan Tilatang Kamang. Berdasarkan angka absolut, maka ada
beberapa kecamatan yang jumlah penduduk usia di atas 15 tahun yang tidak bisa
membaca dan menulisnya masih tinggi, yaitu: Kecamatan Tanjung Mutiara,
Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Malalak dan
Kecamatan Palupuh, untuk lebih jelasnya perkembangan Angka Melek Huruf dari
Tahun 2006-2010 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel II.12
Perkembangan Angka Melek Huruf di Kabupaten Agam
Sumber : Profil Dinas Pendidikan Tahun 2009/2010
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis
287,114 288,084 289,164 292,890 294,499
2 Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas
293,624 294,594 295,608 299,356 300,873
3 Angka Melek Huruf 97.78 97.79 97.82 97.84 99,53
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-28
2. Angka Rata-Rata Lama Sekolah
Pada awal Tahun 2006 Angka Rata-Rata Lama Sekolah adalah 8,2 tahun dan
angka ini stagnan hingga Tahun 2008. Dan pada Tahun 2009 Angka Rata-Rata
Lama Sekolah meningkat menjadi 8,3 tahun dan pada Tahun 2010 meningkat
lagi menjadi 8,5 tahun. Angka ini masih dibawah target Angka Rata-Rata Lama
Sekolah 9 tahun. Dari 16 kecamatan yang ada, belum satupun kecamatan yang
sudah mencapai Angka Rata-Rata-Rata Lama Sekolah 9 Tahun. Beberapa
kecamatan yang perlu mendapat perhatian khusus adalah Kecamatan Lubuk
Basung, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Malalak, Kecamatan
Palembayan dan Kecamatan Palupuah. Untuk target Tahun 2015 Rata-Rata
Lama Sekolah diharapkan sudah mencapai 12 tahun.
3. Angka Partisipasi Kasar
Angka Partisipasi Kasar selama 5 tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan
peningkatan setiap tahunnya. Pada Tahun 2006 Angka Partisipasi Kasar untuk
tingkat pendidikan SD/MI sebesar 99,93% meningkat menjadi 100.10% pada
Tahun 2007 dan pada Tahun 2008 meningkat menjadi 103.31% dan meningkat
lagi menjadi 105.95% pada Tahun 2009 serta pada Tahun 2010 mencapai
103.87%. Dari 16 kecamatan yang ada, sebanyak 5 (lima) kecamatan dengan
Angka Partisipasi Kasar berada dibawah angka Kabupaten Agam yaitu sebanyak
6 (enam) Kecamatan, yaitu : Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Ampek
Nagari, Kecamatan Malalak, Kecamatan Banuhampu, Kecamatan Ampek Angkek
dan Kecamatan Kamang Magek.
Demikian juga halnya dengan Angka Partisipasi Kasar untuk tingkat pendidikan
SMP/MTs yang terus mengalami peningkatan. Pada Tahun 2006 Angka
Partisipasi Kasar untuk tingkat pendidikan SMP/MTs sebesar 91,96% meningkat
menjadi 92,36% pada Tahun 2007 dan pada Tahun 2008 meningkat menjadi
92,93% dan meningkat lagi menjadi 96,36% pada Tahun 2009 serta pada Tahun
2010 mencapai 95,00%. Dari 16 kecamatan yang ada, Angka Partisipasi Kasar
Tingkat Pendidikan SMP/MTs berada dibawah angka kabupaten yaitu sebanyak
6 (enam) kecamatan, terdiri dari : Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan
Ampek Nagari, Kecamatan Malalak, Kecamatan Banuhampu, Kecamatan Ampek
Angkek dan Kecamatan Kamang Magek.
Angka Partisipasi Kasar untuk jenjang pendidikan SMA/SMK/MA selama 5 tahun
terakhir menunjukkan kenaikan. Kalau pada Tahun 2006 APK untuk jenjang
SMA/SMK/MA adalah sebesar 66,93% dan meningkat menjadi 67,96% pada
Tahun 2007, pada Tahun 2008 sebesar 79,78% dan pada Tahun 2009 menjadi
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-29
80,57% sedangkan pada Tahun 2010 menjadi 83,07%. Terdapat 5 (lima)
kecamatan yang Angka Partisipasi Kasarnya berada di atas angka Kabupaten
Agam yaitu : Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan
Sungai Pua, Kecamatan Canduang, dan Kecamatan Kamang Magek.
Tabel II.13 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK)
Di Kabupaten Agam Tahun 2006-2010
No Jenjang Pendidikan 2006 2007 2008 2009 2010
1 SD/MI
1.1. Jumlah murid usia 7-12 thn 57,439 58,169 60,505 62,282 62,932
1.2. Jumlah penduduk kelompok
usia 7-12 tahun 57,479 58,111 58,566 59,420 60,767
1.3. APK SD/MI 99.93 100.10 103.31 105.95 103.87
2 SMP/MTs
2.1. Jumlah murid usia 13-15 thn 20,927 21,622 23,015 24,280 25,132
2.2. Jumlah penduduk kelompok
usia 13-15 tahun 22,756 23,411 24,765 26,232 27,052
2.3. APK SMP/MTs 91.96 92.36 92.93 96.37 95.00
3 SMA/SMK/MAN/MAS
3.1. Jumlah murid usia 16-18 thn 10,939 11,788 13,998 14,773 15,535
3.2. Jumlah penduduk kelompok
usia 16 - 18 tahun 16,345 17,345 17,545 18,558 18,979
3.3. APS SMA/SMK 66.93 67.96 79.78 80.57 83.07
Sumber : Profil Dinas Pendidikan Tahun 2009/2010
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa APK untuk tingkat SD/MI
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan APK tingkat SMP/MTs dan APK tingkat
SMA/SMK/MA. Kondisi ini mengindikasikan bahwa kinerja untuk tingkat SD lebih
baik dibandingkan dengan SMP dan SMA.
4. Angka Pendidikan Yang Ditamatkan
Angka Pendidikan yang Ditamatkan (APT) adalah angka yang menunjukkan
seseorang yang telah menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir
suatu jenjang sekolah baik di sekolah negeri maupun swasta dengan
mendapatkan Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah. APT di Kabupaten Agam
selama 5 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan peningkatan setiap
tahunnya. APT untuk tingkat SD pada Tahun 2006 adalah sebesar 31,98%
meningkat menjadi 38.08% pada Tahun 2010. Sedangkan APT untuk tingkat
SMP pada Tahun 2006 sebesar 20.77% meningkat menjadi 25,81% pada Tahun
2010. Selanjutnya APT untuk tingkat SMA pada Tahun 2006 sebesar 13.80%
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-30
meningkat menjadi 16.54% pada Tahun 2010. APT untuk Perguruan Tinggi dari
3,65% pada Tahun 2006 menjadi 5,59% pada Tahun 2010. Selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Grafik II-2
Perkembangan Angka Pendidikan Yang Ditamatkan (APT)
Di Kabupaten Agam Tahun 2006-2010 (%)
Sumber : Profil Pendidikan Kabupaten Agam 2009/2010
Berdasarkan Grafik II-2 di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
masyarakat baru dapat menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD. Kondisi ini
menunjukkan bahwa apabila dikaitkan dengan aspek ketenagakerjaan, maka
tenaga kerja yang tersedia sebagian besar adalah tamat Sekolah Dasar atau
sederajat.
5. Angka Partisipasi Murni
Angka Partisipasi Murni atau yang disingkat dengan APM adalah perbandingan
penduduk usia 7 hingga 18 tahun yang terdaftar pada tingkat pendidikan
SD/SLTP/SLTA kemudian dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18
tahun. APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat
pendidikan tertentu. APM selama 5 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan
peningkatan setiap tahunnya. Pada Tahun 2006 APM untuk tingkat pendidikan
SD/MI sebesar 90,11% meningkat menjadi 91.54% pada Tahun 2010. Dari data
tersebut terlihat bahwa kenaikan APM setiap tahunnya relatif lamban, sehingga
belum memenuhi target APM tingkat SD/MI sebesar 100%.
Demikian juga halnya dengan APM untuk tingkat pendidikan SMP/MTs yang
terus mengalami peningkatan. Pada Tahun 2006 APM tingkat SMP/MTs sebesar
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-31
73,88% meningkat menjadi 76,14% pada Tahun 2010. Pergerakan peningkatan
APM untuk tingkat SMP/MTs juga termasuk lamban, sehingga belum mampu
memenuhi target yang ditetapkan sebesar 85%.
Kondisi yang sama juga terjadi pada APM tingkat pendidikan SMA/SMK/MA.
Dalam 5 tahun terakhir terjadi peningkatan APM, tetapi masih sangat rendah.
Tahun 2006 APM untuk jenjang SMA/SMK/MA ini adalah sebesar 61,67%
meningkat menjadi 64,24% pada Tahun 2010. Angka ini masih jauh dari target
yang ditetapkan yaitu sebesar 75%. Untuk selengkapnya dapat dilihat tabel
berikut:
Tabel II.14
Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) per Kecamatan
Di Kabupaten Agam Tahun 2010
No Kecamatan
SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA
jumlah
murid
usia 7-12
thn
jumlah
penduduk
usia 7-12
th
APM (%)
jumlah
murid usia
13-15 thn
jumlah
penduduk
usia 13-15
th
APM
(%)
jumlah
murid
usia 16-
18 thn
jumlah
penduduk
usia 16-18
th
APM
(%)
1 Tanjung Mutiara 4,128 5,252 80.24 1,012 2,067 65.51 576 1,145 52.14
2 Lubuk Basung 8,962 9,477 80.33 2,577 4,459 68.83 1.601 4,345 61.17
3 Ampek Nagari 3,584 4,614 81.45 1,029 1,787 1.15 339 601 50.17
4 Tanjung Raya 3946 4,810 4.05 865 2,133 76.22 465 2,579 57.85
5 Matur 1,893 1,953 93.98 485 890 75.98 317 581 62.15
6 IV Koto 2,647 2,845 2.24 516 1,307 7.62 419 702 62.83
7 Malalak 963 1,374 89.88 237 533 63.55 339 351 46.06
8 Banuhampu 3,743 4,385 102.99 663 2,089 85.95 374 1,035 79.45
9 Sungai Pua 2,5840 2,881 105.40 954 1,269 83.40 238 621 77.59
10 Ampek Angkek 4,145 4,939 103.33 800 2,693 86.25 477 1,733 79.00
11 Candung 2,056 2,472 97.23 704 1,929 75.45 265 988 64.49
12 Baso 3,537 3,970 97.78 804 1,322 76.64 471 939 62.53
13 Tilatang Kamang 3,035 3,253 107.20 910 1,416 85.20 574 1,523 78.78
14 Kamang Magek 1,970 2,490 102.75 431 1,205 2.43 188 559 77.51
15 Palembayan 3,925 4,281 78.19 878 1,406 69.31 151 736 50.42
16 Palupuh 1,653 1,769 4.05 452 548 73.51 205 540 51.52
Kabupaten 54,393 59,420 91.54 19,988 26,252 76.14 11,922 18,558 64.24
Sumber : Profil pendidikan Kabupaten Agam Tahun 2009/2010
Tabel di atas menunjukkan bahwa APM untuk tingkat SD/MI hanya 5 (lima)
Kecamatan yang berhasil memenuhi dan melampaui target yaitu : Kecamatan
Tilatang Kamang (107,20%), Kecamatan Sungai Pua (105,40%), Kecamatan
Ampek Angkek (103,33%), Kecamatan Banuhampu (102,99%) dan Kecamatan
Kamang Magek (102,75%). Sebanyak 10 Kecamatan yang capaiannya berkisar
antara 80% - 97% dan 1 Kecamatan yang capaiannya dibawah 80% yaitu
Kecamatan Palembayan yang hanya mencapai 78,19%.
Sedangkan untuk APM tingkat pendidikan SMP/MTs ada 3 Kecamatan yang
mencapai target yaitu Kecamatan Ampek Angkek (86,25%), Kecamatan
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-32
Banuhampu (85,95%) dan Kecamatan Tilatang Kamang (85,20%) dan 13
kecamatan lain capaiannya berkisar antara 65,51% - 82,43%. Kecamatan yang
terendah tersebut adalah Kecamatan Ampek Nagari sebesar 65,51%.
Perkembangan Angka Partisipasi Murni seluruh jenjang pendidikan pada
Tahun 2010 tertinggi untuk tingkat SD/MI 91.54, SMP/MTs 76.14 dan
SMA/SMK/MA 64.24. Gambaran Perkembangan APM dapat dilihat pada tabel
II.15 dibawah ini.
Tabel II.15 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM)
Di Kabupaten Agam Tahun 2006-2010
No Jenjang Pendidikan 2006 2007 2008 2009 2010
1 SD/MI
1.1.
jumlah siswa kelompok usia 7-12
tahun yang bersekolah di jenjang
SD/MI
51,794
52,550
53,143
62,282
62,932
1.2. jumlah penduduk kelompok usia
7-12 tahun 57,479 58,111 58,566 59,420 60,767
1.3. APM SD/MI 90.11 90.43 90.74 91.54 91.54
2 SMP/MTs
2.1.
jumlah siswa kelompok usia 13-
15 tahun yang bersekolah di
jenjang SMP/MTs
16,812
17,336
18,405
24,280
25,132
2.2. jumlah penduduk kelompok usia
13-15 tahun 22,756 23,411 24,765 26,252 27,052
2.3. APM SMP/MTs 73.88 74.05 74.32 75.72 76.14
3 SMA/MA/SMK
3.1.
jumlah siswa kelompok usia 16-
18 tahun yang bersekolah di
jenjang pendidikan
SMA/MA/SMK
10,080
10,775
11,031
14,773
15,535
3.2. jumlah penduduk kelompok usia
16 - 18 tahun 16,345 17,345 17,545 18,558 18,979
3.3. APM SMA/MA/SMK 61.67 62.12 62.87 63.65 64.24
Sumber : Profil pendidikan Tahun 2009/2010
2.2.2.2. Kesehatan
1. Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB)
Angka Kelangsungan Hidup Bayi diartikan sebagai probabilitas bayi untuk hidup
sampai berusia 1 tahun. Berdasarkan laporan tentang kematian bayi selama
Tahun 2010, maka diperoleh Angka Kematian Bayi adalah sebesar 16 per 1.000
kelahiran hidup. Dari Angka Kematian Bayi tersebut maka dapat diketahui Angka
Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Kabupaten Agam adalah sebesar 984. Dari 16
kecamatan yang ada, ada beberapa kecamatan dengan AKHBnya diatas AKHB
Kabupaten, yaitu : Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Matur, Kecamatan IV
Koto, Kecamatan Malalak, Kecamatan Banuhampu, Kecamatan Canduang,
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-33
Kecamatan Tilatang Kamang dan Kecamatan Palembayan. Oleh karena itu ada
beberapa kecamatan yang perlu diwaspadai yaitu : Kecamatan Tanjung Mutiara,
Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Sungai Pua,
Kecamatan Ampek Angkek, Kecamatan Baso, Kecamatan Kamang Magek dan
Kecamatan Palupuah. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat tabel berikut ini:
Tabel II.16
Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Di Kabupaten Agam Tahun 2010
No Kecamatan
Jumlah kematian bayi usia dibawah
1 tahun pada Tahun 2009
Jumlah kelahiran hidup
pada Tahun 2009
AKB AKHB
1 Tanjung Mutiara 12 513 23 977
2 Lubuk Basung 25 1,176 21 979
3 Ampek Nagari 8 443 18 982
4 Tanjung Raya 6 553 11 989
5 Matur 4 281 14 986
6 IV Koto 2 417 5 995
7 Malalak 2 136 15 985
8 Banuhampu 1 522 2 998
9 Sungai Pua 6 328 18 982
10 Ampk Angkek 13 672 19 981
11 Candung 3 373 8 992
12 Baso 12 625 19 981
13 Tilatang Kamang 5 522 10 990
14 Kamang Magek 8 287 28 972
15 Palembayan 9 612 15 985
16 Palupuh 5 259 19 981
Jumlah 121 7.719 16 984
Sumber : Profil pendidikan Kabupaten Agam Tahun 2009/2010
2. Angka Usia Harapan Hidup
Berdasarkan hasil sensus penduduk yang dilakukan setiap 10 tahun yang dimulai
pada Tahun 1970, maka usia harapan hidup masyarakat cenderung meningkat.
Kalau Sensus Tahun 1970 angka harapan hidup masyarakat adalah 47,7 tahun,
maka Sensus Tahun 1980 meningkat menjadi 52,2 tahun dan Sensus Tahun 1990
meningkat menjadi 59,8 tahun, selanjutnya Sensus Tahun 2000 Angka Harapan
Hidup meningkat lagi menjadi 65,5 tahun dan pada Tahun 2010 ini diperkirakan
Usia Harapan Hidup sudah mencapai 68,7 tahun.
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-34
3. Persentase Balita Gizi Kurang Termasuk Gizi Buruk
Berdasarkan data dan laporan Dinas Kesehatan, jumlah balita gizi kurang tercatat
sebanyak 13,65% dari total 47.904 jumlah balita. Berdasarkan pengelompokan
kecamatan dengan prevalensi gizi kurang yang dikeluarkan oleh Badan
Kesehatan Sedunia (WHO), maka Kabupaten Agam termasuk dalam kelompok
sedang, karena berada pada interval 10-19%. Ada beberapa kecamatan dengan
penderita Gizi Kurang diatas angka kabupaten, yaitu : Kecamatan Lubuk Basung,
Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Matur,
Kecamatan Sungai Pua, Kecamatan Palembayan dan Kecamatan Palupuah.
Untuk lebih mengetahui jumlah penderita gizi kurang pada masing-masing
Kecamatan, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel II.17 Balita Gizi Buruk Menurut Kecamatan
di Kabupaten Agam Tahun 2010
No Kecamatan Jumlah balita Jumlah balita gizi kurang
Persentase balita gizi
buruk
1 Tanjung Mutiara 2,845 428 15.05
2 Lubuk Basung 6,683 1,524 22.80
3 Ampek Nagari 2,432 521 21.43
4 Tanjung Raya 3,292 395 12.00
5 Matur 1,998 318 15.91
6 IV Koto 2,502 216 8.63
7 Malalak 1,144 112 9.78
8 Banuhampu 3,572 336 9.40
9 Sungai Pua 2,477 361 14.56
10 Ampk Angkek 4,035 164 4.07
11 Candung 2,493 229 9.17
12 Baso 3,561 492 13.83
13 Tilatang Kamang 3,519 252 7.17
14 Kamang Magek 2,216 280 12.64
15 Palembayan 3,631 641 17.64
16 Palupuh 1,504 271 17.99
Jumlah 47,904 6,539 13.65
Sumber : Profil pendidikan Kabupaten Agam Tahun 2009/2010
2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga
Pembangunan Bidang Seni Budaya Dan Olahraga selama 5 tahun (2006-
2010) telah memperlihatkan hasil yang cukup menggembirakan. Hal ini ditandai
dengan semakin banyaknya muncul group kesenian dan klub olahraga baik di
tingkat Kabupaten maupun di tingkat Kecamatan dan Nagari. Perkembangan
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-35
kegiatan seni budaya dan olahraga selama 5 tahun tersebut dapat dilihat dari
capaian indikator kinerja seperti : jumlah grup kesenian dan jumlah klub olahraga
sebagaimana disajikan pada tabel berikut :
Tabel II.18
Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga
Kabupaten Agam Tahun 2006 – 2009
No Capaian Pembangunan 2006 2007 2008 2009
1 Jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk.
121 192 234 234
2 Jumlah klub olahraga per 10.000 penduduk. 78 87 90 95
Sumber: Dinas Budaya Pariwisata dan Dinas Pemuda dan Olah Raga Tahun 2011
Sebaran perkembangan kegiatan seni, budaya dan olah raga adalah pada
seluruh kecamatan. Grup seni budaya per 10.000 penduduk berjumlah 159 grup dan
olah raga per 10.000 penduduk berjumlah 95 grup. Kecamatan Tanjung Raya,
Kecamatan Candung, Lubuk Basung, Palembayan dan Ampek Angkek memiliki
jumlah grup kesenian yang terbanyak dibandingkan kecamatan lainnya.
Klub olah raga terbanyak pada Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung
dan Ampek Angkek. Untuk lebih jelasnya digambarkan pada tabel dibawah :
Tabel II.19 Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga di Kabupaten Agam
Menurut Kecamatan Tahun 2009
No Kecamatan
Jumlah grup
kesenian per 10.000
penduduk
Jumlah klub
olahraga per
10.000 penduduk
1 Tanjung Mutiara 7 17
2 Lubuk Basung 20 14
3 Ampek Nagari 6 2
4 Tanjung Raya 47 4
5 Matur 5 4
6 IV Koto 3 6
7 Malalak 1 2
8 Banuhampu 2 5
9 Sungai Pua 4 4
10 Ampk Angkek 11 9
11 Candung 19 2
12 Baso 1 9
13 Tilatang Kamang 7 7
14 Kamang Magek 2 3
15 Palembayan 16 3
16 Palupuh 1 4
Jumlah 159 95
Sumber: Dinas Budaya Pariwisata dan Dinas Pemuda dan Olah Raga Tahun 2011
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-36
2.3 Aspek Pelayanan Umum
Pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa
pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Untuk menganalisis aspek
pelayanan umum dituangkan dalam bentuk tabel capaian indikator setiap variabel
yang dianalisis menurut kecamatan.
2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib
Analisis kinerja atas layanan urusan wajib dilakukan terhadap indikator-
indikator kinerja penyelenggaraan urusan wajib pemerintahan daerah, yaitu Bidang
Urusan Pendidikan, Kesehatan, Pekerjaan Umum, Perumahan, Penataan Ruang,
Perencanaan Pembangunan, Perhubungan, Lingkungan Hidup, Pertanahan,
Kependudukan Dan Catatan Sipil, Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan
Anak, Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera, Sosial, Ketenagakerjaan,
Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah, Penanaman Modal, Kebudayaan,
Kepemudaan Dan Olah Raga, Kesatuan Bangsa Dan Politik Dalam Negeri, Otonomi
Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah,
Kepegawaian, Dan Persandian, Ketahanan Pangan, Pemberdayaan Masyarakat Dan
Desa, Statistik, Kearsipan, Komunikasi Dan Informatika Dan Perpustakaan.
2.3.1.1 Pendidikan
2.3.1.1.1 Pendidikan dasar
1. Angka Partisipasi Sekolah
Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah ukuran daya serap pendidikan terhadap
penduduk usia sekolah. Angka Partisipasi Sekolah (APS) untuk jenjang
pendidikan dasar selama 5 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan
peningkatan setiap tahunnya. Pada Tahun 2006 Angka Partisipasi Sekolah untuk
tingkat pendidikan SD/MI sebesar 88,80% meningkat menjadi 89,93% pada Tahun
2007 dan pada Tahun 2008 meningkat menjadi 90,10% dan meningkat lagi
menjadi 91,31% pada Tahun 2009 serta pada Tahun 2010 mencapai 91,83%. Dari
16 Kecamatan yang ada, sebanyak 5 (lima) kecamatan dengan Angka Partisipasi
Sekolah berada dibawah angka Kabupaten yaitu sebanyak 6 (enam) kecamatan,
yaitu : Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan
Malalak, Kecamatan Banuhampu, Kecamatan Ampek Angkek dan Kecamatan
Kamang Magek.
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-37
Demikian juga halnya dengan Angka Partisipasi Sekolah untuk tingkat pendidikan
SMP/MTs yang terus mengalami peningkatan. Pada Tahun 2006 Angka
Partisipasi Sekolah untuk tingkat pendidikan SMP/MTs sebesar 72,25%
meningkat menjadi 73,36% pada Tahun 2007 dan pada Tahun 2008 meningkat
menjadi 73,97% meningkat lagi menjadi 74,31% pada Tahun 2009 serta pada
Tahun 2010 mencapai 75,28%. Dari 16 kecamatan yang ada, Angka Partisipasi
Sekolah tingkat pendidikan SMP/MTs berada dibawah angka kabupaten yaitu
sebanyak 6 (enam) Kecamatan, yaitu : Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan
Ampek Nagari, Kecamatan Malalak, Kecamatan Banuhampu, Kecamatan Ampek
Angkek dan Kecamatan Kamang Magek.
2. Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah
Selama 5 tahun terakhir terjadi kecenderungan penurunan rasio jumlah gedung
sekolah SD/MI dengan jumlah penduduk usia 7- 12 tahun dari 154 pada Tahun
2006 menjadi 150 pada Tahun 2010, walaupun pada Tahun 2007 terjadi
peningkatan menjadi 156. Sedangkan ratio jumlah gedung sekolah SMP/MTs
dengan jumlah penduduk usia 13-15 tahun cenderung meningkat dari 262 pada
Tahun 2006 menjadi 299 pada Tahun 2010. Selengkapnya rasio jumlah gedung
sekolah tingkat SD/MI dan tingkat SMP/MTs dengan jumlah penduduk usia
sekolah menurut jenjang pendidikan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel II.20
Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah
Tahun 2006-2010
No Jenjang Pendidikan 2006 2007 2008 2009 2010
1 SD/MI
1.1. Jumlah gedung sekolah 457 457 457 457 455
1.2. jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun
70,479
71,111
70,566
59,420
60,767
1.3. Rasio 154 156 154 151 150
2 SMP/MTs
2.1. Jumlah gedung sekolah 117 117 117 117 120
2.2. jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun
30,667
32,323
32,299
26,252
27,052
2.3. Rasio 262 276 276 291 299
Sumber : Profil pendidikan Kabupaten Agam Tahun 2009/2010
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-38
3. Rasio Guru/Murid
Disamping faktor ketersediaan sarana gedung sekolah, faktor lain yang sangat
menentukan dalam pembangunan bidang pendidikan adalah ketersediaan guru
untuk masing-masing jenjang pendidikan. Rasio guru dengan murid untuk jenjang
pendidikan SD/MI mengalami perkembangan yang berfluktuasi, artinya dari Tahun
2006 sampai Tahun 2008 kecenderungannya mengalami penurunan dari 17
menjadi 14, namun pada 2 tahun berikutnya mengalami peningkatan menjadi 16.
Sementara itu rasio guru terhadap murid untuk jenjang pendidikan SMP/MTs
rasionya tetap konstan selama 5 tahun yaitu sebesar 12. Untuk lebih mengetahui
rasio guru dan murid untuk jenjang pendidikan SD/MI dan jenjang pendidikan
SMP/MTs, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel II.21
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar
Tahun 2006-2010
No Jenjang Pendidikan 2006 2007 2008 2009 2010
1 SD/MI
1.1. Jumlah Guru 3,596 4,185 4,402 3,313 4,320
1.2. Jumlah Murid 62,586 63,947 63,582 62,282 62,932
1.3. Rasio 17 15 14 16 16
2 SMP/MTs
2.1. Jumlah Guru 1,853 1,959 1,989 2,550 2,973
2.2. Jumlah Murid 22,158 23,390 23,331 24,280 25,132
2.3. Rasio 12 12 12 12 12
Sumber : Profil pendidikan Kabupaten Agam Tahun 2009/2010
4. Rasio Guru / Murid per Kelas Rata-rata
Rasio guru/murid per kelas rata-rata untuk jenjang pendidikan dasar di Kabupaten
Agam selama 5 tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang berfluktuasi. Hal
ini terlihat dari kondisi Tahun 2006 rasio guru/murid per kelas rata-rata adalah
47,58 per 1.000, pada Tahun 2007 meningkat menjadi 52,06 per 1.000 dan
meningkat lagi pada Tahun 2008 menjadi 54,41 per 1.000, namun mengalami
penurunan pada Tahun 2009 menjadi 50,92 per 1.000 dan naik lagi menjadi 51,72
per 1.000 pada Tahun 2010.
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-39
2.3.1.1.2 Pendidikan Menengah
1. Angka Partisipasi Sekolah
Angka Partisipasi Sekolah (APS) untuk jenjang pendidikan menengah selama 5
tahun terakhir ini menunjukkan perkembangan yang fluktuaktif. Pada Tahun 2006
Angka Partisipasi Sekolah sebesar 66,93% meningkat menjadi 70,96% dan
cenderung menurun pada tiga tahun berikutnya sehingga menjadi 68,17% pada
Tahun 2010.
2. Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah
Selama 5 tahun terakhir terjadi kecenderungan penurunan rasio jumlah gedung
sekolah SMA/SMK/MA dengan jumlah penduduk usia 16-18 tahun dari 14,07 per
10.000 pada Tahun 2006 menjadi 13,2 per 10.000 pada Tahun 2007 dan menurun
lagi menjadi 13,11 per 10.000 pada Tahun 2008 dan sedikit meningkat menjadi
13,32 per 10.000 pada Tahun 2009 dan akhirnya turun lagi menjadi 12,93 per
10.000 pada Tahun 2010.
Tabel II.22
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Menengah
Di Kabupaten Agam Tahun 2006-2010
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah Guru 1,285 1,276 1,327 2, 550 2,973
2 Jumlah Murid 10,939 12,308 12,240 12,447 9,064
3 Rasio 1,175 1,037 1,084 1,183 1,262
Sumber : Profil Pendidikan Kabupaten Agam Tahun 2009/2010
3. Rasio Guru / Murid per Kelas Rata-rata
Rasio guru/murid per kelas rata-rata untuk jenjang pendidikan menengah selama
5 tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang berfluktuasi, Hal ini terlihat dari
kondisi Tahun 2006 rasio guru/murid per kelas rata-rata adalah 869 per 10.000,
pada Tahun 2007 menurun menjadi 767 per 10.000 dan meningkat lagi pada
Tahun 2008 menjadi 802 per 10.000, meningkat lagi menjadi 876 per 10.000 pada
Tahun 2009 dan menjadi 934 per 10.000 pada Tahun 2010. Informasi
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-40
Tabel II.23
Jumlah Guru Sekolah Per Kelas Jenjang Pendidikan Menengah
Di Kabupaten Agam Tahun 2006-2010
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah Guru Kelas 951 944 982 1,090 1,182
2 Jumlah Murid 10,939 12,308 12,240 12,447 12,651
3 Rasio 869 767 802 876 934
Sumber : Profil Pendidikan Kabupaten Agam Tahun 2009/2010
2.3.1.1.3 Fasilitas pendidikan
1. Bangunan SD/MI Kondisi Baik
Sampai kondisi akhir Tahun 2010, gedung sekolah untuk tingkat Sekolah
Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) berjumlah 457 unit. Dari jumah
tersebut, sebanyak 298 unit ( 65,29%) dengan kondisi bangunan baik dan
sebanyak 101 unit (21,99%) dengan kondisi rusak ringan serta 58 unit
(12,72%) dengan kondisi rusak berat.
2. Bangunan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA Kondisi Baik
Sampai kondisi akhir Tahun 2010, gedung pendidikan SMP/MTs dan
SMA/SMK/MA berjumlah 175 unit. Dari jumlah tersebut, sebanyak 144 unit
(82,32%) dengan kondisi bangunan baik dan sebanyak 23 unit (12,89%)
dengan kondisi rusak ringan serta 8 unit (4,79%) dengan kondisi rusak
berat.
2.3.1.1.4 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Terkait dengan pendidikan anak usia 4-6 tahun telah dikembangkan
pendidikan baik melalui jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak maupun Tempat
Penitipan Anak. Jumlah penduduk dengan usia 4-6 tahun adalah sebesar 31.829
orang. Sampai akhir Tahun 2010 ini, cakupan anak usia 4-6 tahun yang telah
mengikuti pendidikan anak usia dini adalah sebanyak 7.693 orang atau sekitar
24,17%.
2.3.1.1.5 Angka Putus Sekolah
1. Angka Putus Sekolah ( APS) SD/MI
Julah siswa SD/MI pada Tahun 2008/2009 adalah sebesar 62.355 orang.
Dari siswa sebanyak tersebut, sebanyak 109 orang mengalami putus
sekolah atau sekitar 0,17% dari total siswa SD/MI.
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-41
2. Angka Putus Sekolah ( APS) SMP/MTs
Jumlah siswa SMP/MTs pada Tahun 2008/2009 adalah sebesar 23.619
orang. Dari siswa sebanyak tersebut, sebanyak 285 orang mengalami
putus sekolah atau sekitar 1,21% dari total siswa SMP dan MTs.
3. Angka Putus Sekolah ( APS) SMA/SMK/MA
Jumlah siswa SMA/SMK/MA pada Tahun 2008/2009 adalah sebesar
13,904 orang. Dari siswa sebanyak tersebut, 144 orang mengalami putus
sekolah atau sekitar 1,04% dari total siswa SMA/SMK/MA.
2.3.1.1.6 Angka Kelulusan
1. Angka Kelulusan SD/MI
Jumlah siswa SD/MI yang lulus adalah sebanyak 8.810 orang siswa dari
sebanyak 8.728 orang siswa yang berada pada tingkat tertinggi dari siswa
SD/MI atau sekitar 99,07%.
2. Angka Kelulusan SMP/MTs
Jumlah siswa SMP/MTs yang lulus adalah sebanyak 6.980 orang siswa
dari sebanyak 7.581 orang siswa yang berada pada tingkat tertinggi dari
siswa SMP/MTs atau sekitar 92,07%.
3. Angka Kelulusan SMA/SMK/MA
Jumlah siswa SMA/SMK/MA yang lulus adalah sebanyak 3.936 orang
siswa dari sebanyak 4.574 orang siswa yang berada pada tingkat tertinggi
dari siswa SMA/SMK/MA atau sekitar 86,05%.
4. Angka Melanjutkan dari SD/MI ke SMP/MTs
Dari sebanyak 8.813 orang siswa yang menyelesaikan pendidikan pada
tingkat SD/MI, maka sebanyak 8.810 orang atau sekitar 99,97%
melanjutkan ke jenjang pendidikan setingkat SMP/MTs atau sekitar
99,97%.
5. Angka Melanjutkan dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA
Dari sebanyak 6.980 orang siswa yang menyelesaikan pendidikan pada
tingkat SMP/MTs, maka sebanyak 5.586 orang atau sekitar 80,03%
melanjutkan ke jenjang pendidikan setingkat SMA/SMK/MA.
2.3.1.2 Kesehatan
2.3.1.2.1 Rasio Posyandu per Satuan Balita
Selama 5 tahun terakhir, rasio posyandu terhadap balita yang pada Tahun
2006 adalah 18.80 per 1.000 turun menjadi 18.00 per 1.000 pada Tahun 2007
dan meningkat lagi menjadi 18,23 per 1.000 Tahun 2008, angka ini sama dengan
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-42
Tahun 2009 sedangkan pada Tahun 2010 menurun lagi menjadi 17.28 per 1.000.
Walaupun ada kecenderungan penurunan, tetapi berdasarkan rasio tersebut,
jumlah Posyandu sudah mencukupi. Namun demikian perlu menjadi perhatian
agar Posyandu dapat lebih dioptimalkan fungsi dan keberadaannya di masyarakat
sehingga tujuan kegiatan posyandu untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat betul-betul dapat dirasakan. Untuk lebih mengetahui rasio posyandu
per satuan balita dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel II.24 Jumlah Posyandu dan Balita Di Kabupaten Agam
Tahun 2006-2010
No. URAIAN 2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah Posyandu 785 795 818 820 828
2 Jumlah Balita 41,749 44,178 44,862 44,982 47,904
3 Rasio 18.80 18.00 18.23 18.23 17.28
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Agam Tahun 2009/2010
2.3.1.2.2 Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Pustu per satuan Penduduk
Berdasarkan rasio Puskesmas terhadap penduduk, jumlah Puskesmas di
Kabupaten Agam sudah mencukupi. Artinya dengan jumlah penduduk sebanyak
455.484 jiwa dengan jumlah Puskesmas sebanyak 22 unit, maka 1 Puskesmas
akan melayani sebanyak 20.700 jiwa penduduk, sedangkan standar nasional 1
Puskesmas idealnya melayani sebanyak 25.000 jiwa penduduk. Namun demikian
masih perlu dipertimbangkan untuk membangun Puskesmas pada daerah-daerah
tertentu dengan pertimbangan seperti : daerah yang terisolir sehingga sulit diakses
dengan transportasi umum, dan daerah perkebunan.
Selanjutnya berdasarkan rasio jumlah Puskesmas Pembantu terhadap
jumlah penduduk dapat disimpulkan bahwa jumlah Puskesmas Pembantu sudah
mencukupi. Dengan jumlah Puskesmas Pembantu sebanyak 120 unit dan jumlah
penduduk sebanyak 455.484 jiwa, maka 1 Puskesmas Pembantu melayani
sebanyak 3.796 jiwa, sedangkan standar nasional 1 unit Puskesmas Pembantu
idealnya melayani 5.000 jiwa. Sama halnya dengan Puskesmas, maka
penambahan Puskesmas Pembantu dapat dilakukan untuk daerah yang sulit dan
daerah pemukiman baru. Tabel berikut menggambarkan jumlah Puskesmas dan
Pustu Tahun 2010.
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-43
Tabel II.25
Jumlah Puskesmas dan Pustu
Di Kabupaten Agam Tahun 2006-2010
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah Puskesmas 22 22 22 22 22
2 Jumlah Pustu 113 113 115 120 120
3 Jumlah Penduduk 439,611 443,857 445,387 451,264 455,484
4 Rasio Puskesmas per penduduk 0.050 0.050 0.049 0.049 0.048
5 Rasio Pustu per penduduk 0.26 0.25 0.26 0.27 0.26
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Agam Tahun 2009/2010
2.3.1.2.3 Rasio Dokter per Satuan Penduduk
Perkembangan jumlah dokter selama 5 tahun terakhir sangat lamban.
Pada Tahun 2006 jumlah dokter hanya sebanyak 53 orang, kemudian pada
Tahun 2007 menjadi 58 orang dan jumlah ini sama dengan Tahun 2008. Pada
Tahun 2009 bertambah menjadi 63 orang dan pada Tahun 2010 sebanyak 65
orang. Berdasarkan Standar Pelayanan Kesehatan Terpadu, idealnya 1 orang
dokter melayani 2.500 jiwa penduduk. Berdasarkan kondisi tersebut maka
dengan jumlah penduduk pada Tahun 2010 sebesar 455.484 jiwa seharusnya
memiliki dokter sebanyak 189 orang. Tabel II.26 menunjukkan data Jumlah
Dokter Tahun 2006-2010 di Kabupaten Agam.
Tabel II.26 Jumlah Dokter Di Kabupaten Agam Tahun 2006-2010
No. Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah Dokter 53 58 58 63 65
2 Jumlah Penduduk 439,611 443,857 445,387 451,264 455,484
3 Rasio 0.121 0.131 0.130 0.140 0.143
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Agam Tahun 2009/2010
Tabel II.26 menunjukkan bahwa belum meratanya ketersediaan dokter pada 16
kecamaan yang ada, dimana Kecamatan Lubuk Basung mempunyai jumlah dokter
terbanyak. Jumlah ini dipengaruhi dengan adanya 2 Rumah Sakit yaitu Rumah Sakit
Umum Daerah dan Rumah Sakit Ibu dan Anak. Pada kecamatan lainnya
ketersediaan dokter puskesmas, pada umumnya hanya dokter umum dan sebagian
mempunyai dokter gigi terutama pada Puskesmas Rawatan. Sebaran dokter terlihat
pada tabel berikut:
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-44
Tabel II.27 Jumlah Tenaga Dokter Kecamatan Di Kabupaten Agam Tahun 2010
No. Kecamatan Jumlah
Penduduk Jumlah Dokter Rasio
1 Tanjung Mutiara 28,311 3 0.106
2 Lubuk Basung 68,198 28 0.411
3 Ampek Nagari 22,570 2 0.089
4 Tanjung Raya 33,307 5 0.150
5 Matur 16,944 3 0.177
6 IV Koto 23,036 2 0.087
7 Malalak 9,299 3 0.323
8 Banuhampu 36,059 3 0.083
9 Sungai Pua 23,042 2 0.087
10 Ampk Angkek 43,347 3 0.069
11 Candung 21,886 2 0.091
12 Baso 33,016 3 0.091
13 Tilatang Kamang 34,027 6 0.176
14 Kamang Magek 19,972 2 0.100
15 Palembayan 29,426 5 0.170
16 Palupuh 13,044 4 0.307
Kabupaten Agam 455,484 76 0.167
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Agam Tahun 2009/2010
2.3.1.2.4 Rasio Tenaga Medis per Satuan Penduduk
Dari tabel II.28 dibawah ini dapat digambarkan rasio tenaga medis perjumlah
penduduk, kondisi ini menggambarkan tingkat pelayanan kesehatan yang dilakukan
pada masing – masing kecamatan. Kecamatan Malalak dan Palupuh terlihat
ketersediaan tenaga medis paling sedikit dan Kecamatan Lubuk Basung memiliki
jumlah terbanyak.
Tabel II.28 Jumlah Tenaga Paramedis Menurut Kecamatan
Di Kabupaten Agam Tahun 2010
No. Kecamatan Jumlah
Penduduk Jumlah
Tenaga Medis Rasio
1 Tanjung Mutiara 28,311 28 0.989
2 Lubuk Basung 68,198 124 1.818
3 Ampek Nagari 22,570 49 2.171
4 Tanjung Raya 33,307 36 1.081
5 Matur 16,944 26 1.534
6 IV Koto 23,036 25 1.085
7 Malalak 9,299 14 1.506
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-45
Sambungan Tabel II.28
No. Kecamatan Jumlah
Penduduk Jumlah
Tenaga Medis Rasio
8 Banuhampu 36,059 27 0.749
9 Sungai Pua 23,042 18 0.781
10 Ampek Angkek 43,347 25 0.577
11 Candung 21,886 18 0.822
12 Baso 33,016 34 1.030
13 Tilatang Kamang 34,027 42 1.234
14 Kamang Magek 19,972 22 1.102
15 Palembayan 29,426 24 0.816
16 Palupuh 13,044 17 1.303
Kabupaten Agam 455,484 529 1.161
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Tahun 2010
2.3.1.2.5 Cakupan Petolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang
Memiliki Kompetensi Kebidanan
Pada Tahun 2010 cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan sudah mencapai 78,19%. Sebaran tenaga
medis kompetensi kebidanan tersebar di seluruh Pustu, Poskesri dan Polindes.
2.3.1.2.6 Cakupan Nagari/ Universal Child Immunization (UCI)
Cakupan Nagari dengan Universal Child Immunization (UCI) selama 5
tahun terakhir ini jauh dibawah target yang ditetapkan. Hal ini terlihat dari cakupan
pada Tahun 2006 sebesar 68%, justru pada Tahun 2007 menurun menjadi 66,74%
dan bahkan pada Tahun 2008 cakupan semakin menurun dan tercapai sebesar
46,6%. Selanjutnya pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi 72,11% dan pada
Tahun 2010 ini mencapai 75%. Dari hasil capaian Tahun 2010 tersebut masih
dibawah target yang ditetapkan yaitu sebesar 100%.
2.3.1.2.7 Cakupan Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Terkait dengan penanganan dan perawatan balita yang menderita gizi
buruk dapat ditangani dengan baik. Hal ini terlihat dari cakupan penanganan dan
perawatan balita penderita gizi buruk selama 5 tahun adalah semua balita yang
menderita gizi buruk mendapat perawatan yang intensif (100% Balita Gizi Buruk
mendapat perawatan setiap tahunnya).
2.3.1.2.8 Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit TBC/BTA
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC selama 5
tahun cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada Tahun 2006
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-46
cakupan penemuan dan penanganan penderita TBC sebesar 86%, pada Tahun
2007 meningkat tajam mencapai 108,23% dan pada Tahun 2008 turun menjadi
80,61%. Kemudian pada Tahun 2009 meningkat menjadi 93,35% dan pada Tahun
2010 mencapai 98%
2.3.1.2.9 Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit DBD
Sama halnya dengan hasil cakupan perawatan balita gizi buruk, maka
penemuan dan penanganan penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
juga cukup menggembirakan. Artinya semua penderita penyakit DBD dapat ditangani
setiap tahunnya.
2.3.1.2.10 Cakupan Kunjungan Bayi
Cakupan Kunjungan Bayi selama 5 tahun terakhir memang kurang
menggembirakan. Hal ini terlihat rendahnya capaian cakupan kunjungan bayi pada
Tahun 2006 yang hanya sebesar 24,03%, walaupun pada Tahun 2007 meningkat
secara signifikan mencapai 62,04% dan meningkat lagi pada Tahun 2008 menjadi
66,6% dan menurun lagi menjadi 62,91% pada Tahun 2009 dan pada Tahun 2010
menjadi 65%. Dari capaian dalam waktu 5 tahun masih belum dapat memenuhi
target yang ditetapkan pada Tahun 2010 yaitu sebesar 90%.
2.3.1.2.11 Cakupan Puskesmas
Sampai akhir Tahun 2010 jumlah Puskesmas di Kabupaten Agam adalah
sebanyak 22 unit. Puskesmas ini tersebar pada 16 Kecamatan dan ada beberapa
kecamatan yang memiliki 2 unit Puskesmas. Berdasarkan kondisi tersebut, maka
cakupan puskesmas adalah sebesar 1,38%.
2.3.1.2.12 Cakupan Puskesmas Pembantu
Sampai akhir Tahun 2010 jumlah Puskesmas Pembantu sebanyak 120 unit
yang tersebar pada 82 Nagari. Berdasarkan kondisi tersebut, maka dapat dihitung
Cakupan Puskesmas Pembantu di Kabupaten Agam adalah sebesar 1,46%.
2.3.1.3 Pekerjaan Umum
2.3.1.3.1 Proporsi Panjang Jaringan Jalan Dalam Kondisi Baik
Proporsi panjang jaringan jalan berdasarkan kondisi dapat dilihat pada tabel
berikut :
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-47
Grafik II-3
Panjang Jaringan Jalan Berdasarkan Kondisi
Tahun 2007 s.d 2010 Kabupaten Agam (Km)
Sumber : Dinas PU Kab. Agam.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hampir lebih dari separuh panjang jalan
dalam kondisi rusak. Untuk lebih jelasnya, kondisi panjang jalan per kecamatan
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel II.29 Panjang Jaringan Jalan Berdasarkan Kondisi
Menurut Kecamatan Tahun 2010 Kabupaten agam
NO Kecamatan Kondisi Baik Kondisi
Rusak Sedang Kondisi Rusak
Jalan Secara Keseluruhan
1 2 3 4 5 7
1 Tanjung Mutiara 33.83 10.85 58.23 102.91
2 Lubuk Basung 41.35 11.60 62.28 115.22
3 Ampek Nagari 36.84 13.56 72.79 123.19
4 Tanjung Raya. 38.34 12.05 64.70 115.09
5 Matur . 36.08 11.45 61.47 109.00
6 IV.Koto 39.09 10.70 57.42 107.21
7 Malalak 22.55 17.33 93.01 132.89
8 Banuhampu 74.42 3.77 20.22 98.41
9 Sungai Pua 75.93 3.47 18.60 97.99
10 IV.Angkek 75.18 4.52 24.26 103.96
11 Candung 67.66 4.97 26.69 99.32
12 Baso 52.62 6.03 32.35 91.00
13 Tilatang Kamang 47.36 6.78 36.39 90.54
14 Kamang Magek 46.61 6.33 33.97 86.91
15 Palembayan 33.83 13.86 74.41 122.10
16 Palupuh 30.07 13.41 71.98 115.46
Jumlah 751,76 50,67 808,77 1.711,20
Sumber : BPS dan Dinas PU Kab.Agam.
Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik adalah panjang jalan
dalam kondisi baik dibagi dengan panjang jalan secara keseluruhan (nasional,
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-48
provinsi, dan kabupaten/kota). Hal ini mengindikasikan kualitas jalan dari
keseluruhan panjang jalan.
Jenis permukaan jalan sampai Tahun 2010 dapat kita uraikan jenis
pengerasan pada grafik berikut :
Grafik II-4 Jenis Permukaan Jalan (km) Kabupaten Agam Tahun 2010
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab.Agam Tahun 2010
Dari grafik diatas dapat dijelaskan bahwa jenis permukaan jalan di Kabupaten
Agam masih banyak perlu ditingkatkan seperti jalan tanah sepanjang 412, 91 km
atau 28 % dan jalan kerikil sepanjang 286,38 km atau 19,47 %.
Jalan yang memiliki Trotoar dan Drainase/Saluran Pembuangan Air dalam
kondisi baik/pembuangan aliran air tidak tersumbat sepanjang 80.4 Km dari 92 km
panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase yang ada di Kabupaten Agam
Tahun 2010.
Jumlah jembatan yang melewati ruas Jalan Kabupaten sampai dengan Tahun
2010 sebanyak 226 unit. Dari jumlah tersebut sudah banyak yang perlu dibenahi atau
direhabilitasi dan sebagian perlu dibangun baru. Sampai Tahun 2015 ditargetkan
pembangunan jembatan baru sebanyak 15 unit.
Untuk indikator kemantapan kondisi jalan dan jembatan Tahun 2006-2007,
target yang diharapkan tidak bisa direalisasikan sebagaimana mestinya, berturut-
turut dapat dilihat, target 70,00% terealisasi hanya 68,50%, dan target 73,75%
terealisasi sebesar 70,50%, namun periode 2008-2009, menunjukkan realisasi yang
melebihi target yang ditetapkan, yaitu Tahun 2008 target sebesar 77,50%
direalisasikan sebesar 78,20%, dan tahun 2009 target sebanyak 81,25% dapat
direalisasikan sebesar 83,32%.
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-49
2.3.1.3.2 Rasio Jaringan Irigasi
Untuk meningkatkan produksi pertanian khususnya tanaman padi dimana
pembangunan atau Rehabilitasi Jaringan irigasi sangat berperan sekali. Jumlah
Jaringan Irigasi sampai dengan Tahun 2010 sebanyak 885 unit. Sebanyak 149 unit
sudah terdaftar atau teregistrasi di Kementerian Pekerjaan Umum, sampai dengan
Tahun 2010 Jaringan irigasi sudah terbenahi sebanyak 80 unit dan setiap tahunnya
dapat ditargetkan rehabilitasi sebanyak 25 unit. Sampai Tahun 2015 ditargetkan
dapat terbenahi sebanyak 125 unit untuk jaringan Irigasi Primer dan Sekunder.
Semenjak Tahun 2007 Jaringan tersier sudah ditangani oleh Dinas Pertanian dengan
program Jides/Jitut DAK, sampai dengan Tahun 2010 sudah dilaksanakan
rehabilitasi sebanyak 43 Unit.
Rasio perbandingan panjang jaringan irigasi terhadap luas lahan budidaya
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel II.30
Rasio Jaringan Irigasi Tahun 2009 s.d 2010 Kabupaten Agam
NO Jaringan Irigasi
Panjang Jaringan (Km)
2009 2010
1. Jaringan primer 180.151,70 180.151,70
2. Jaringan Sekunder 195.046,00 195.046,00
3. Jaringan Tersier 1.500,00 1.500,00
4. Luas lahan budidaya 22.529,18 22.529,18
5. Rasio 14,28 14,28
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab.Agam 2010
Dilihat dari rasio jaringan irigasi menurut masing-masing kecamatan dapat
dilihat pada tabel dibawah ini. Data ini menunjukkan ketersediaan jaringan irigasi
untuk peningkatan produksi pangan tergambar pada Tabel II.36 berikut :
Tabel II. 31
Rasio Jaringan Irigasi Menurut Kecamatan Tahun 2010 Kabupaten Agam
NO Kecamatan
Panjang Jaringan Irigasi Total Panjang Jaringan
Irigasi Km
Luas lahan budidaya
(Ha) Rasio
Primer Sekunder Tersier
(1) (2) (3) (4) (5) (6=3+4+5) (7) (8=6/7)
1 Tanjung Mutiara 7.034 16.647 18.86 23,699.86 3,194.05 7.16
2 Lubuk Basung 63.431 58.756 1.500 123.687 5,955.01 6.67
3 Ampek Nagari 29.423 36.621 3.700 69.744 3,789.55 7.78
4 Tanjung Raya. 61.934 33.406 95.340 3,383.53 6.59
RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015
II-50
Sambungan Tabel II.31
NO Kecamatan
Panjang Jaringan Irigasi Total
Panjang Jaringan
Irigasi Km
Luas lahan budidaya
(Ha) Rasio
Primer Sekunder Tersier
5 Matur . 62.494 33.008 95.502 2,598.55 5.47
6 IV.Koto 15.815 33.936 4.200 53.951 2,219.60 5.23
7 Malalak 41.001 57.298 4.200 102.499 2,165.46 4.72
8 Banuhampu 16.962 21.126 38.088 3,302.33 7.10
9 Sungai Pua 22.240 19.140 41.380 3,518.87 6.13
10 IV.Angkek 27.860 32.074 59.934 3,248.19 7.63
11 Candung 40.442 50.523 90.965 3,139.92 6.96
12 Baso 30.089 26.830 56.919 2,869.23 6.89
13 Tilatang Kamang 16.289 29.507 45.796 4,357.99 7.69
14 Kamang Magek 26.302 28.711 55.013 3,897.83 7.66
15 Palembayan 107.582 72.408 34.778 214.768 4,872.28 7.13
16 Palupuh 61.088 43.500 104.588 1,624.09 11.86
Jumlah 379,197.70 54,136.48 14,28
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab.Agam Tahun 2010
Rasio Jaringan Irigasi adalah perbandingan panjang jaringan irigasi
terhadap luas lahan budidaya. Panjang jaringan irigasi meliputi jaringan primer,
sekunder, tersier. Hal ini mengindikasikan ketersediaan saluran irigasi untuk
kebutuhan budidaya pertanian.
Efektifitas pengelolaan jaringan irigasi ditunjukkan oleh nisbah antara luas
areal terairi terhadap luas rancangan. Dalam hal ini semakin tinggi nisbah tersebut
semakin efektif pengelolaan jaringan irigasi. Dengan pemahaman seperti itu, di
lapangan diidentifikasi rasio atau nisbah luas areal terairi terhadap rancangan luas
areal mencapai 91% (0,91). Artinya dari seluruh target areal yang akan diairi hanya
ada sekitar 9% saja yang tidak terairi. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya
(89%), efektifitas pengelolaan air ini mengalami peningkatan sekitar 2%.
Dengan menganalisa indikator-indikator yang tersedia dalam agenda
pengembangan infrastruktur pembangunan, dapat dilihat dari kegiatan peningkatan
klasifikasi area irigasi, memperlihatkan angka yang cukup baik karena selama
periode 2006-2009 pencapaian realisasinya rata-rata yang ditetapkan sebelumnya.
Sebaliknya dalam pencapaian target untuk indikator panjang saluran irigasi yang
dibangun Tahun 2006-2008 tidak tercapai. Hasil Analisis efisiensi dan efektivitas
pengelolaan jaringan irigasi disajikan dalam tabel sebagai berikut: