22
11 BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengertian Evalusi Belajar PAI Istilah "evaluasi" mempunyai pengertian banyak, antara lain didefinisikan berdasarkan : a) Menurut bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa inggris evalution yang berarti penilaian atau penaksiran 1 . b) Menurut istilah, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrument (alat) dan hasilnya dibandingkan dengan tolok ukur untuk memperoleh kesimpulan. 2 c) Menurut Sidney P. Rollins, “ Evaluation is the process of making judgments” 3 . ( evaluasi merupakan proses pembuatan keputusan, dimulai dengan pengumpulan data-data dan informasi dan akhirnya dibuat suatu kesimpulan). d) James L. Mursell mengartikan evaluasi adalah “penghargaan yang dijalankan dengan sadar dan secara diskrimainatif terhadap proses belajar demi usaha perbaikan itu sendiri.” 4 Adapun Benjamin S. Bloom sebagaimana dikutip oleh Suke Silverius, evaluasi merupakan “pengumpulan suatu kenyataan secara sistematis untuk menetapkan 1 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : Gramedia, 1996 ), hlm. 220. 2 Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1991 ), hlm. 1. 3 Sidney P. Rollins, Introdution to Secondany Education, ( Cicago : Rand Menally and Company, 1979), hlm 249. 4 James L. Mursell, Pengajaran Berhasil, terj. Simanjutak dan Soeitoe, (Jakarta : Universitas Indonesia, 1975 ), hlm. 405.

BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...11 BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengertian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...11 BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengertian

11

BAB II

EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Pengertian Evalusi Belajar PAI

Istilah "evaluasi" mempunyai pengertian banyak, antara lain

didefinisikan berdasarkan :

a) Menurut bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa inggris evalution yang

berarti penilaian atau penaksiran1.

b) Menurut istilah, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk

mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrument (alat)

dan hasilnya dibandingkan dengan tolok ukur untuk memperoleh

kesimpulan.2

c) Menurut Sidney P. Rollins, “ Evaluation is the process of making

judgments”3. ( evaluasi merupakan proses pembuatan keputusan, dimulai

dengan pengumpulan data-data dan informasi dan akhirnya dibuat suatu

kesimpulan).

d) James L. Mursell mengartikan evaluasi adalah “penghargaan yang

dijalankan dengan sadar dan secara diskrimainatif terhadap proses belajar

demi usaha perbaikan itu sendiri.”4 Adapun Benjamin S. Bloom

sebagaimana dikutip oleh Suke Silverius, evaluasi merupakan

“pengumpulan suatu kenyataan secara sistematis untuk menetapkan

1 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : Gramedia,

1996 ), hlm. 220. 2 Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1991 ),

hlm. 1. 3 Sidney P. Rollins, Introdution to Secondany Education, ( Cicago : Rand Menally and

Company, 1979), hlm 249. 4 James L. Mursell, Pengajaran Berhasil, terj. Simanjutak dan Soeitoe, (Jakarta :

Universitas Indonesia, 1975 ), hlm. 405.

Page 2: BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...11 BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengertian

12

apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri sisiwa dan

menetapkan sejuh mana tingkat perubahan dalam diri pribadi siswa.”5

e) Sementara menurut W. S. Winkel SJ., evaluasi adalah “penentuan sampai

berapa jauh sesuatu berharga, bermutu atau bernilai.”6

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi secara umum

dapat diartikan sebagai kegiatan atau proses penentuan nilai sehingga dapat

diketahui mutu atau hasil-hasilnya.

Ada istilah yang hampir sama pengertiannya dengan evaluasi, yaitu

pengukuran (measurement) dan penilaian. Pada hal istilah tersebut tidak sama

artinya, namun masih ada kaitannya.7 Pengukuran diartikan sebagai pekerjaan

membandingkan sesuatu hasil belajar siswa dengan ukuran yang sudah

ditentukan.8 Penilaian adalah suatu proses pemberian atau penentuan nilai

terhadap sesuatu dengan kriteria tertentu atau mengambil suatu keputusan

terhadap sesuatu dengan ukuran atau norma tertentu, apakah baik atau buruk.9

Dengan demikian pengukuran lebih menekankan kepada proses

penentuan kuantitas sesutu melalui pembandingan dengan satuan ukuran

tertentu. Adapun penilaian menekankan kepada proses pembuatan keputusan

terhadap sesuatu ukuran baik atau buruk yang bersifat kualitatif. Adapun

evaluasi mencakup dua kegiatan yaitu pengukuran dan penilaian.10 Evaluasi

adalah kegiatan untuk menilai sesuatu, untuk menentukan nilai dilakukan

pengukuran. Wujud dari pengukuran yaitu pengujian dalam dunia pendidikan

5 Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar Dan Umpan Balik, ( Jakarta : Grafindo, 1991),

hlm. 4. 6 W. S. Winkel Sj., Psikologi Pengajaran, ( Jakarta : Gramedia, 1987 ), Cet. II, hlm.

313. 7 Daryanto, Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2001 ), Cet. II, hlm. 4-5. 8 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi, (

Jakarta : Gemawindu Pancaparkasa, 2000 ), hlm. 75. 9 Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan belajar

Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1993 ), hlm. 136. 10 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta : Bumi Aksara,

2002 ), cet. III, hlm. 3.

Page 3: BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...11 BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengertian

13

disebut tes.11 Tes digunakan oleh guru untuk mengukur dan mengetahui

tingkat pengetahuan siswa yang telah dicapai sehubungan dengan belajar.

Allah memberikan contoh tes (cobaan) terhadap manusia untuk

mengetahui kadar keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah, sebagaimana

firman-Nya QS. Al-Baqarah : 155 sebagai berikut :

ن الخوف والجوع ونقص من االموال واالنفس والثمرات ولنبلونكم بشيئ منبرير الصشب155: البقرة (و(

"Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira pada orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah : 155).12

Sasaran evaluasi dengan tes tersebut adalah ketahanan mental

beriman dan bertakwa kepada Allah jika mereka tahan terhadap uji coba (tes)

dari Allah, maka akan mendapatkan kegembiraan dengan segala bentuk,

terutama kegembiraan yang bersifat mental – rohaniah. Demikian, pekerjaan

evaluasi Allah pada hakikatnya bersifat mendidik terhadap fungsinya selaku

hamba-Nya, yaitu menghambakan diri hanya kepada-Nya.

Adapun fungsi dan tujuan evaluasi yaitu :

1. Untuk memberikan umpan balik (feed back) kepada guru sebagai dasar

memperbaiki proses belajar.

2. Untuk menentukan angka kemajuan / hasil belajar masing-masing siswa

yang antara lain untuk kenaikan kelas dan penentuan lulus tidaknya

siswa.13

3. Untuk memberikan data kepada orang tua atau masyarakat atau pihak-

pihak lain yang memerlukan keterangan tentang seorang siswa.14

11 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi pendidikan, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada,

1996 ), hlm. 5. 12 Soenarjo, Al-Qur'an Dan Terjemahannya, (Jakarta : Depag RI, 1993), hlm. 39. 13 Abdul Rachman Shaleh, Op.Cit.,hlm. 76.

Page 4: BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...11 BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengertian

14

4. Untuk memeperoleh informasi tentang potensi peserta didik sehingga

penempatannya dapat disesuaikan dengan bakat dan minatnya. 15

Sedangkan menurut Charles E. Skinner dalam bukunya Essentials Of

Educations Psichology dijelaskan fungsi evaluasi yaitu :

(1) to determine the status of each pupil in various subject and in various objectives of the curriculum; (2) to evaluate the status and rate of growth of each pupil in terms of his ability and age; (3) to identify the educational needs of each pupil; (4) to identify the gifted pupil,the normal pupil, and the slow-learning pupil; (5) to group pupils for instructional purposes within the class group; (6) to analtyze or diagnose an individual pupils difficulties and rate of growth; (7) to determine the achievement status of class at the beginning and at the and term. 16

(1) untuk menentukan status tiap pada beberapa obyek dan tujuan dari kurikulum; (2) untuk menilai status dan tingkat pertumbuhan tentang kemampuan dan umur tiap murid; (3)untuk mengidentifikasi kebutuhan pendidikan tiap murid; (4) untuk mengidentifikasi murid berbakat, murid biasa dan murid lamban belajar; (5) untuk mengelompokkan murid untuk tujuan instruksianal dalam kelompok kelas; (6) untuk menganalisis dan mendiagnosis kesulitan dan tingkat pertumbuhan murid; (7) untuk menentukan status prestasi dalam kelas pada awal adan akhir belajar.

Dengan memahami pengertian evaluasi dan ruang lingkupnya, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa Evaluasi belajar PAI adalah usaha untuk

menilai pencapaian tujuan belajar PAI yang mencerminkan perubahan tingkah

laku, kecakapan, dan status siswa dalam menelaah materi PAI pada jangka

waktu tertentu.

B. Prinsip-Prinsip Evaluasi Belajar PAI

Perlakun evaluasi belajar PAI harus berdasarkan prinsip

pelaksanaannya. Betapapun baik prosedur evaluasi yang diikuti dan

sempurnanya evaluasi yang diterapkan, apabila tidak dipadukan dengan

14 Subari, Suprvisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar, ( Jakarta : Bumi Aksara, 1994 ), hlm. 174.

15 Chabib Thoha, Op. Cit., hlm. 8. 16 Charles E. Skinner (ed), Essentiols Of Educational Psychology, ( Tokyo : Prentice-

Hall & Maruzen Companny Ltd, 1958 ), hlm. 441-442.

Page 5: BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...11 BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengertian

15

prinsip-prinsip penunjangnya maka hasil evaluasi akan kurang dari yang

diharapkan.17 Prinsip-prinsip pelaksanaan evaluasi belajar PAI yang

digunakan antara lain:

1. Prinsip Menyeluruh (komprehensif)

Menyeluruh artinya evaluasi yang dilakukan menggambarkan

penguasaan siswa terhadap pencapaian keseluruhan tujuan yang

diharapkan dan bahan pelajaran yang diberikan.18 Dalam prinsip ini yang

dinilai bukan hanya aspek kecerdasan atau hasil belajar, melainkan seluruh

aspek pribadi atau tingkah lakunya.19

Evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang

menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku siswa. Hal

ini mencakup aspek proses ranah beripikir (cognitive domain) juga dapat

mencakup aspek kejiwaan lainnya yaitu aspek nilai atau sikap (affektive

domain) dan aspek keterampilan (psychomotor domain) yang ada pada

masing-masig siswa.20 Dalam hubungannya dengan proses belajar PAI,

maka evaluasi hasil belajar dalam pelajaran PAI tidak hanya menyangkut

masalah penyampaian ilmu, tetapi untuk penanaman iman dan

mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh.21 Hal ini sesuai dengan

QS. Al-Baqarah : 208.

لكم هطن انيات الشطوا خوبعتال تلم كآفة وا ىف السلوخا ادونام نا الذيهآ ايينبيم ود208: البقرة (ع(

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah syaitan.

17 Daryanto, Op. Cit., hlm. 19. 18 Kosadi Hidayat, et. al., Evaluasi Pendidikan Dan Penerapannya Dalam Pengajaran

Bahasa Indonesia, ( Bandung : Alfabeta, 1994 ), hlm. 8. 19 Ngalim Purwanto dan Sutadji Djojopranoto, Administrasi Pendidikan, ( Jakarta :

Mutiara, 1984), hlm. 146. 20 Anas Sudijono, Op. Cit., hlm. 32. 21 Ibid.

Page 6: BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...11 BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengertian

16

Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al Baqarah: 208).”22

Selanjutnya, mengamalkan ajaran Islam, identik dengan tujuan

pendidikan Islam. Menurut Al Ghazali, yaitu menghiasi diri dengan akhlak

terpuji dan mendekatkan diri kepada Allah serta menyiapkan siswa untuk

bertanggung jawab terhadap tugas yang bersifat keduniaan dan

keakhiratan.23

2. Prinsip terus menerus atau kesinambungan (Continuity)

Terus menerus artinya evaluasi tidak hanya merupakan kegiatan

ujian semester atau ujian kenaikan/ujian akhir saja, tetapi harus dilakukan

terus menerus (kontinyunitas).24 Karena pendidikan adalah suatu proses

yang kontinu, evaluasi harus dilaksanakan secara kontinyu.25

Dengan hasil evaluasi yang dilakukan secara kontinyu, teratur,

terencana dan terjadwal, pendidik memperoleh informasi yang dapat

memberikan gambaran mengenai kemajuan maupun perkembangan siswa,

mulai awal sampai akhir program pembelajaran.26 Hal ini perlu

diperhatikan dalam evaluasi PAI, yaitu guru / pendidik secara terus

menerus mengikuti pertumbuhan, perkembangan dan perubahan siswa.

Evaluasi tidak saja merupakan tes formal saja, melainkan juga perhatian

terhadap siswa ketika duduk, berbicara, dan bersikap atau pengamatan

ketika siswa berada di ruang kelas, tempat ibadah dan ketika bermain.

Dari berbagi pengamatan yang ada, perlu dicatat secara tertulis

tentang perilaku yang menonjol atau kelainan pertumbuhan yang

kemudian harus diikuti langkah bimbingan. Hal ini tidak berarti seluruh

22 Soenarjo, Op. Cit., hlm. 50. 23 Imam Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin, Jilid II, ( Bairut : Dar Al Fikri, tth ), hlm. 59. 24 Ayar Yusuf dan Yurnalis Etek, Keragaman Teknik Evaluasi Dan Metode Penerapan

Jiwa Agama, (Jakarta : IND-HILL-CO, 1987 ), hlm. 48. 25 Zainal Arifin, Evaluasi Intruksional ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 1991 ), hlm.

11. 26 Anas Sudijono, Op. Cit., hlm. 33.

Page 7: BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...11 BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengertian

17

waktu dihabiskan untuk tugas evaluasi, tetapi apabila sewaktu-waktu

terdapat siswa menunjukkan sikap tertentu, maka hendaknya dicatat secara

tertulis.27

3. Prinsip Validitas (validity) dan Reliabilitas (reability)

Validitas atau keshahihan menunjuk pada pengertian bahwa alat

evaluasi yang digunakan benar-benar mengukur apa yang hendak diukur

secara tepat.28 Misalnya barometer adalah alat pengukur tekanan udara dan

tidak tepat bila digunakan untuk mengukur temperatur udara. Demikian

pula suatu tes memiliki suatu validitas bila tes itu benar-benar mengukur

hal yang hendak dites. 29

Reliabilitas atau ketepatan artinya dapat dipercaya, evaluasi

dikatakan dapat dipercaya apabila hasil yang diperoleh pada ujian itu tetap

atau stabil, kapan saja, siapapun yang mengujikan dan yang menilainya.30

Misalnya untuk mengukur panjang kayu dengan menggunakan mistar,

maka hasil pengukuran tetap sama sekalipun pengukuran dilakukan

beberapa kali dan oleh pengukuran lain. Hal itu menunjukkan bahwa hasil

pengukuran betul-betul dapat dipercaya, ukurannya stabil atau tetap.

4. Prinsip Objektivitas (Objectivity)

Objektifitas artinya bahwa evaluasi dilakukan dengan sebaik-

baiknya berdasarkan fakta dan data yang ada tanpa dipengaruhi oleh

unsur-unsur subjektivitas dari evaluator (penilai).31 Sikap objektif atau apa

adanya ini dimaksudkan, bahwa evaluasi dilaksanakan dengan sebaik-

baiknya tanpa ada pengaruh dari faktor guru atau siswa itu sendiri.

27 Abu Ahmadi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, ( Bandung : Armico, tth ), hlm.

215. 28 Wayan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, ( Surabaya : Usaha

Nasional, 1996 ), hlm. 127 29 Ibid. 30 Koesnadi Hidayat, et.al., Op. Cit., hlm. 9. 31 Abdul Ghofir dan Muhaimin, Pengenalan Kurikulum Madrasah, ( Solo : Ramdani,

1993 ), hlm. 82.

Page 8: BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...11 BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengertian

18

Pelaksanaan evaluasi di mana siswa menunjukkan kemampuan tidak

sebagai mana adanya (seperti menyontek), atau guru memberikan data

penilaian yang tidak sebenarnya (subjektif). 32

Sikap objektivitas dalam evaluasi itu antara lain itu ditunjukkan

dalam sikap: (a) ash-shidqah yaitu berlaku benar dan jujur dalam

mengadakan evaluasi ; (b) amanah yaitu sikap pribadi yang setia, tulus

hati, dan jujur dalam menjalankan evaluasi yang dipercayakan kepadanya;

(c) Rahmah dan ta’awun yaitu sikap kasih sayang terhadap sesama, adil

dan saling tolong menolong untuk menuju kebaikan dan kebenaran.33

5. Prinsip Mengacu Kepada Tujuan

Setiap aktivitas manusia sudah pasti mempunyai tujuan tertentu,

karena aktivitas yang tidak mempunyai tujuan merupakan aktivitas atau

pekerjaan yang sia-sia. Agar evaluasi sesuai dan dapat mencapai sasaran,

maka evaluasi harus mengacu kepada tujuan. Tujuan sebagai acuan ini

harus dirumuskan lebih dahulu sehingga dengan jelas menggambarkan apa

yang hendak dicapai. Bila tujuan itu ditetapkan dengan menggunakan

taksonomi Bloom, maka dapat dilakukan kajian tentang kognitif, afektif,

dan psikomotorik yang dimiliki siswa sebagai hasil belajarnya.34

C. Tahap dan Teknik Evaluasi Belajar PAI

1. Tahap Evaluasi

Evaluasi pada dasarnya ialah suatu proses yang sistematis. Artinya,

ditempuh tahap-tahap tertentu dan setiap tahap mengandung langkah yang

jelas apa yang harus dilakukan penilai.35 Tahap evaluasi yang perlu dilalui

seorang penilai meliputi:

32 Muahaimin, Konsep Pendidikan Islam, ( Solo : Ramdani, 1993 ), Cet. II, hlm. 80. 33 Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, ( Bandung : Sinar Baru,

1985 ), hlm. 127. 34 Muhaimin, Op. Cit., hlm. 79. 35 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, ( Bandung :

Sinar Baru, 1991 ), hlm.140.

Page 9: BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...11 BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengertian

19

a. Persiapan

Setiap kegiatan atau tindakan kependidikan selalu diawali

dengan perencanaan atau persiapan. Tahap persiapan ini pada dasarnya

menentukan apa dan bagaimana evaluasi harus dilakukan. Artinya,

perlu rencana yang jelas mengenai kegiatan evaluasi termasuk alat dan

sarana yang diperlukan.36 Alat evaluasi hasil belajar yang digunakan

tergantuing dari teknik evaluasi yang dipakai. Apabila menggunakan

teknik tes maka alat penilaiannya berupa tes, sedangkan teknik nontes

alat penilaiannya berupa macam-macam alat penilaian nontes.

Prosedur yang ditempuh untuk menyusun alat penilaian tes

adalah sebagai berikut :

Pertama, tujuan belajar yakni bentuk perilaku yang akan

dievaluasi. Jika evaluasi dilakukan secara formatif tujuan belajar, di

samping untuk kepentingan evaluasi juga dalam rangka pengembangan

sistem belajar. Bila evaluasi dilakukan sebagai evaluasi sumatif atau

untuk kepantingan diagnosis maupun penempatan maka perumusan

tujuan disesuaikan dengan maksud tersebut.37

Kedua, menyusun kisi-kisi (lay out) yakni materi tes yang

diujikan betul-betul representatif terhadap materi pelajaran yang

diberikan di kelas bersangkutan.38 Sumadi Suryabrata mengemukakan,

bahwa tujuan menyusun kisi-kisi soal adalah merumuskan setepat

mungkin ruang lingkup, tekanan, dan bagian-bagian tes sehingga

perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi

penyusun tes.39

36 Ibid. hlm. 140 37 Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, ( Bandung : Sinar Baru,

1992 ), hlm. 121. 38 Wayan Nurkancana dan Sumartana, Op. Cit., hlm. 52. 39 Chabib Thoha, Op. Cit., hlm. 32.

Page 10: BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...11 BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengertian

20

Ketiga, penulisan butir soal yakni kegiatan yang dilaksanakan

setelah pembuatan kisi-kisi soal. Dalam menulis soal digunakan

bahasa yang sederhana dan mudah dipahami sehingga tidak

mengandung penafsiran ganda atau membingungkan.40

Keempat, uji coba tes (try out) yakni bertujuan untuk

mengetahui validitas dan reliabilitas tes secara empirik. Alat tes yang

baik adalah alat tes yang sudah mengalami beberapa uji coba.41

Adapun prosedur yang ditempuh untuk alat penilaian nontes

adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan bentuk nontes yang akan dilaksanakan, yaitu kegiatan

evaluator untuk menetapkan bentuk nontes evaluasi hasil belajar

yang akan dilaksanakan. Bentuk tes evaluasi hasil belajar meliputi

observasi, daftar cocok(check list), dan wawancara.

2. Menetapkan aspek-aspek sasaran evaluasi hasil belajar yang akan

dinilai.

3. Menulis alat penilaian nontest yang dibutuhkan sesuai dengan

aspek-aspek sasaran evaluasi hasil belajar. Yaitu lembar observasi,

daftar cocok, dan pedoman / lembar wawancara.42

b. Pelaksanaan Pengukuran

Pelaksanaan pengukuran untuk teknik tes maupun teknik

nontes hampir sama.Adapun prosedur pelaksanaan pengukuran adalah

sebagai berikut:

1. Persiapan tempat pelaksanaan pengukuran, yaitu suatu kegiatan

untuk mempersiapkan ruangan yang memenuhi sarat-sarat

pelaksanaan pengukuran yang meliputi syarat penerangan, luas

40 Ibid. hlm. 30-40. 41 Ibid. hlm. 42. 42 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999),

hlm.216.

Page 11: BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...11 BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengertian

21

ruangan, dan tingkat kebisingan. Penerangan yang kurang baik

dalam ruang yang digunakan akan menyebabkan siswa mengalami

hambatan dalam membaca butir soal dan dalam menulis jawaban.

Persyaratan luas ruangan diperlukan agar ada jarak yang cukup

antara siswa yang satu dengan siswa yang lain untuk menghindari

kecurangan. Tingakat kebisingan yang berlebihan dari luar ruangan

akan mengganggu konsentrasi siswa sehingga hasil evaluasi tidak

menggambarkan keadaan yang sebenarnya.43

2. Melancarkan pengukuran, yaitu kegiatan evaluasi yang

melaksanakan pengukuran terhadap siswa dengan bentuk kegiatan

sebagai berikut:

- Memberi peraturan pelaksanaan pengukuran.

- Membagikan lembar soal dan lembar jawaban, atau melakukan

pengamatan, wawancara, atau membagikan daftar cocok.

- Mengawasi kedisiplinan siswa dalam mematuhi pelaksanaan

pengukuran.

- Mengumpulkan lembar jawaban dan lembar soal.

3. Menata dan mengadministrasikan lembar soal dan lembar

jawabansiswa untuk memudahkan penskoran.44

b. Pengolahan Data

Pengolahan data hasil belajar dimaksudkan untuk mengubah

data mentah hasil tes atau nontes menjadi data masak yang siap

ditafsirkan. Penafsiran data masak tersebut antara lain adalah untuk

menentukan posisi siswa dibandingkan dengan siswa-siswa lainnya

43 Zainal Arifin, Op. Cit., hlm. 78. 44 Dimyati dan Mudjiono, Op. Cit., hlm 217.

Page 12: BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...11 BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengertian

22

dalam kelompok atau kelasnya, dan untuk menentukan batas kelulusan

berdasarkan kriteria yang ditentukan.45

Pengolahan data mentah menjadi data masak memerlukan

analisis statistik. Analisis statistik digunakan bila bertemu dengan data

kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka-angka. Sedangkan data

kualitatif, yaitu data yang berbentuk kata-kata, tidak dapat diolah

dengan statistik.46

c. Penafsiran Data

Setelah melakukan pengolahan data, langkah selanjutnya

adalah menafsirkan data itu sehingga memberikan makna. Langkah

penafsiran data sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari pengolahan data,

sebab dalam pengolahan data dengan sendirinya akan diikuti

penafsiran data yang diolah. Penafsiran terhadap sekumpulan data

dapat dibedakan menjadi dua, yakni penafsiran yang bersifat

individual dan penafsiran yang bersifat klasikal.47

Penafsiran data yang bersifat individual yaitu penafsiran

terhadap keadaan atau kondisi seorang siswa berdasarkan perolehan

penilaian hasil belajarnya. Ada tiga jenis penafsiran individual yaitu:

1. Penafsiran tentang kesiapan, yaitu menafsirkan tentang kesiapan

siswa untuk mengikuti pelajaran berikutnya, untuk naik kelas atau

untuk lulus.

2. Penafsiran tentang kelemaham individual, yaitu menafsirkan

seorang siswa pada sub tes tertentu, pada satu mata pelajaran, atau

pada keseluruhan mata pelajaran.

45 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja

Rosdakarya, 1999 ), hlm. 106. 46 Zainal Arifin, Op. Cit., hlm. 83

47 Wayan Nurkancana dan Sumartana, Op. Cit., hlm. 113.

Page 13: BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...11 BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengertian

23

3. Penafsiran tentang pertumbuhan, yaitu penafsiran tentang

kemajuan seorang siswa pada satu periode belajar dengan jalan

membandingkan prestasi yang dicapai oleh siswa pada saat

sekarang dengan prestasi pada periode sebelumnya.48

Adapun penafsiran klasikal yaitu, penafsiran terhadap kelas

secara keseluruhan tentang hasil yang mereka capai dalam tes yang

telah diberikan. Dalam kaitan ini ada empat penafsiran klasikal yaitu :

1. Penafsiran kelemahan-kelemahan kelas

2. Penafsiran prestasi kelas

3. Penafsiran perbandingan antarkelas

4. Penafsiran tentang susunan kelas.49

d. Pelaporan

Pelaporan dimaksudkan untuk memberikan umpan balik

kepada semua pihak yang terlibat dalam proses belajar baik secara

langsung maupun tidak langsung. Pihak-pihak yang perlu memperoleh

laporan tentang hasil belajar siswa adalah siswa, guru yang mengajar,

guru lain, petugas lain disekolah, orang tua siswa, dan pemakai

lulusan.50

Melalui laporan hasil evalusai tersebut, semua pihak dapat

mengetahui kemampuan dan perkembangan siswa, sekaligus

mengetahui tingkat keberhasilan pendidikan disekolahnya. Laporan

data hasil evaluasi tidak hanya mengenai prestasi atau hasil belajar,

melainkan juga mengenai kemajuan dan perkembangan siswa di

sekolah seperti motivasi belajar, disiplin, kesulitan belajar, atau sikap

siswa terhadap mata pelajaran.51

48 Ibid. hlm. 114-116. 49 Ibid. hlm. 116-117. 50 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 281-282. 51 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Op. Cit., hlm. 152-153.

Page 14: BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...11 BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengertian

24

3. Teknik Evaluasi

Teknik evaluasi yaitu “suatu cara atau prosedur memperoleh data

dan keterangan yang berguna sebagai bahan evaluasi.”52 Pada umumnya

evaluasi dibagi menjadi dua teknik: a) teknik nontes, yaitu “evaluasi yang

tidak menggunakan soal-soal tes dan bertujuan untuk mengetahui sikap

dan sifat kepribadian siswa yang berhubungan dengan kiat belajar atau

pendidikan.”53 b) teknik tes, yaitu “untuk menilai kemampuan siswa yang

meliputi pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil belajar, bakat khusus

dan intelegensi.”54

a. Teknik nontes

Teknik nontes dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek

individu sehingga tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga

aspek afektif dan psikomotorik.55 Teknik nontes ini dibagi menjadi

enam yaitu : skala bertingkat, kuesioner, daftar cocok, wawancara,

pengamatan, dan riwayat hidup.56

1. Skala bertingkat (rating scale)

Skala yang menggambarkan suatu nilai yang berbentuk

angka terhadap suatu hasil pertimbangan. Biasanya angka-angka

yang digunakan diterapkan pada skala dengan jarak yang sama

secara bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi.57

52 Abu Ahmadi, Op. Cit., hlm. 217. 53 Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, ( Jakarta : Ciputat

Pers, 2002 ), hlm. 62. 54 Zuhairini, et. al., Metodologi Pendidikan Agama, (Solo : Ramadhani, 1993 ), hlm.

154. 55 Nana Sudjana, Op. Cit., hlm. 67. 56 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 67. 57 Ibid, hlm. 27.

Page 15: BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...11 BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengertian

25

2. Kuesioner (angket)

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengajukan pertanyaan kepada siswa dan dijawab

secara tertulis.58

Macam-macam kuesioner :

a. Ditinjau dari siapa yang menjawab

1) kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan diminta jawaban tentang dirinya.

2) Kuesioner tidak langsung yaitu kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang akan dimintai keterangan.

b. Ditinjau dari segi cara menjawab 1) Kuesioner tertutup (berstruktur) Yaitu kuesioner disusun dengan menggunakan pilihan

jawaban sehingga responden tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.

2) Kuesioner terbuka Yaitu kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga

responden bebas mengemukakan pendapatnya.59

3. Daftar cocok (cek list)

Yaitu deretan pertanyaan (yang biasa disingkat-singkat),

dimana responden tinggal membubuhkan tanda (√) di tempat yang

sudah disediakan.60

4. Wawancara (interviu)

Yaitu suatu metode atau cara yang digunakan untuk

mendapatkan jawaban dengan responden dengan jalan tanya jawab

sepihak. Wawancara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

interviu bebas dan terpimpin. Interviu bebas yaitu responden

mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya tanpa

dibatasi patokan-patokan oleh pengevaluasi. Adapun interviu

58 Nana Sudjana, Op. Cit., hlm 68. 59 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 28-29. 60 Ibid, hlm. 29

Page 16: BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...11 BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengertian

26

terpimpin dimana responden harus menjawab dengan pertanyaan

yang sudah disusun terlebih dahulu oleh evaluator.61

5. Pengamatan (observasi)

Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap

siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya.62

Macam-macam observasi

1) Observasi langsung Adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.

2) Observasi tidak langsung Adalah pengamatanyang dilakukan dengan menggunakan bantuan alat.

3) Observasi partisipasi Adalah bahwa pengamat harus melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati.63

6. Riwayat Hidup

Riwayat hidup yaitu gambaran tentang keadaan seseorang

selama masa kehidupannya. Dengan alat ini dapat ditarik

kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari obyek

yang dinilai.64

b. Teknik tes

Teknik tes ini dibagi menjadi tiga yaitu : tes tertulis, tes lisan,

dan tes perbuatan.65

1. Tes tertulis

61 Ibid, hlm 20. 62 Oemar Hamalik, Evaluasi Kurikulum, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1993), hlm

95. 63 Nana Sudjana, Op. Cit., hlm. 85. 64 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm 31. 65 Abdul Rachman Shaleh, Op. Cit., hlm. 79.

Page 17: BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...11 BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengertian

27

Yaitu “tes yang soal dan jawaban yang diberikan oleh siswa

berupa bahasa tulisan.”66

Bentuk-bentuk tes tertulis :

a) Tes subjektif / uraian, yaitu “ pertanyaan yang menuntut siswa

menjawabnya dengan bentuk menguraikan, menjelaskan,

mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan

bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan

dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.”67 Tes

subjektif dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Tes uraian bebas, artinya “ butir soal itu hanya menyangkut

masalah utama yang dibicarakan, tanpa memberikan arahan

tertentu dalam menjawab”.68

b. Tes uraian terbatas, artinya “ peserta didik diberi kebebasan

untuk menjawab soal yang ditanyakan namun arahan

jawaban dibatasi sedemikian rupa, sehingga kebebasan

tersebut menjadi bebas yang terarah.”69

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan

menggunakan tes subjektif yaitu :

1) Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek

kognitif tingkat tinggi.

2) Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan

maupun tulisan dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-

kaidah kebahasaan.

66 Chabib Thoha, Macam-Macam Tes ( PBM-PAI di Sekolah), ( Yogyakarta : Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Bekerjasama Dengan Pustaka Pelajar, 1998 ), hlm. 295. 67 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Op. Cit., hlm. 35. 68 Chabib Thoha, Macam-Macam Tes, Op. Cit., hlm. 298. 69 Ibid.,

Page 18: BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...11 BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengertian

28

3) Dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran,

yakni berpikir logis, analitis, dan sistematis.

4) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem

solving).

5) Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya

sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara

langsung melihat proses berpikir siswa.70

Adapun kelemahan-kelemahannya yaitu :

1) Mengoreksi lebih sulit dan sangat dipengaruhi unsur subjektif

pengoreksi.

2) Memerlukan waktu yang lebih panjang untuk

mempentingkan hasilnya dengan baik.

3) Kurang merangkum keseluruhan materi yang telah

diberikan71

b) Tes objektif, yaitu “ item-item yang dapat dijawab dengan jalan

memilih salah satu alternatif yang benar dari sejumlah alternatif

yang tersedia, atau dengan mengisi jawaban yang benar dengan

beberapa pertanyaan atau simbol.”72 Jenis-jenis tes objektif

yaitu :

a. Tes benar salah (True-False)

Yaitu “tes yang terdiri dari pernyataan-pernyataan yang

mengandung salah satu dari kemungkinan, salah atau

benar.”73

b. Tes pilihan ganda (Multiple Choice)

70 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Op. Cit., hlm. 36. 71 Subari, Op. Cit., hlm. 175. 72 Wayan Nurkancana dan Sumartana, Op. Cit., hlm. 27. 73 Abu Ahmadi, Op. Cit., hlm. 227.

Page 19: BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...11 BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengertian

29

Yaitu “bentuk soal yang menyediakan sejumlah

kemungkinan jawaban, satu di antaranya adalah jawaban

benar.”74

c. Menjodohkan ( Matching)

Yaitu “peserta tes diminta untuk menjodohkan, atau

memilih pasangan yang tepat bagi pernyataan yang ditulis

pada stimulus yang terdapat dilajur sebelah kiri dengan

respon yang terdapat pada lajur sebelah kanan.”75

d. Jawaban singkat ( Short Answer )

Yaitu “soal yang menuntut peserta tes untuk memberikan

jawaban singkat berupa kata, frase, nama tempat, nama

tokoh, lambang atau kalimat yang sudah pasti.”76

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan

menggunakan tes objektif yaitu :

1) Mengandung lebih banyak segi-segi positif, misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksanya.

2) Lebih mudah dan cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.

3) Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain.

4) Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhinya.77

74 Ibrahim dan Nana Syaodih S., Perencanaan Pengajaran, ( Jakarta : Rineka Cipta,

2003 ), hlm. 97. 75 Sumarna Surapranata, Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum

2004, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004 ), hlm. 109. 76 Ibid. hlm. 81. 77 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 164-165.

Page 20: BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...11 BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengertian

30

Adapun kelemahan-kelemahannya yaitu :

1) Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes uraian karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.

2) Soal-soal cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.

3) Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.

4) Kerjasama antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.78

2. Tes lisan

Yaitu “guru memberikan pertanyaan secara lisan dan siswa

langsung diminta menjawab secara lisan pula.”79 Tes lisan ini

memiliki beberapa keuntungan antara lain :

a) Dapat digunakan untuk menilai kepribadian dan kemampuan

penguasaan pengetahuan paserta didik, karena dilakukan secara

face to face.

b) Jika paserta didik belum jelas dengan pertanyaan yang

diajukan, pendidik dapat mengubah pertanyaan sehingga

dimengerti.

c) Dari sikap dan cara menjawab pertanyaan, pendidik dapat

mengetahui apa yang tersirat disamping apa yang tersurat

dalam jawaban.

d) Pendidik dapat menggali lebih lanjut jawaban peserta didik

sampai mendetail sehingga mengetahui bagian mana yang

paling dikuasai oleh paserta didik.

e) Tepat untuk mengukur kecakapan tertentu, seperti kemampuan

membaca, menghafal kalimat tertentu.

f) Pendidik dapat mengetahui secara langsung hasil tes seketika.80

78 Ibid 79 Ibrahim dan Nana Syaodih S., Op. Cit., hlm. 88.

Page 21: BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...11 BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengertian

31

Adapun kelemahan-kelemahannya yaitu :

1) Jika hubungan antara pengetes dan yang dites kurang baik,

dapat mengganggu objektivitas hasil tes.

2) Sifat penggugup pada yang dites dapat mengganggu kelancaran

jawaban yang diberikannya.

3) Pertanyaan yang diajukan tidak dapat selalu sama tiap-tiap

orang yang dites.

4) Untuk mengetes kelompok memerlukan waktu yang sangat

lama sehingga tidak ekonomis.

5) Tidak atau kurang adanya kebebasan bagi si penjawab.

6) Pribadi dan sikap pengetes dan hubungannya dengan yang dites

memungkinkan hasil yang kurang objektif.81

3. Tes perbuatan

Yaitu “ tes dimana respon atau jawaban yang dituntut dari peserta

didik berupa tindakan, tingkah laku kongkrit. Alat yag digunakan

untuk melakukan tes ini adalah observasi atau pengamatan

terhadap tingkah laku tersebut.” 82

Tes ini mengandung beberapa keuntungan dan beberapa

kelemahan. Keuntungan bentuk tes ini antara lain :

1) Tepat untuk mengukur aspek psikomotor

2) Tepat untuk mengetahui sikap yang merefleksi dalam tingkah

laku sehari-hari.

3) Pendidik secarra langsung dapat mengamati dengan jelas

jawaban-jawaban sehingga lebih mudah dalam memberikan

penilaian.83

80 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, ( Bandung :

Remaja Rosdakarya, 1997 ), hlm. 37. 81 Ibid., 82 Chabib Thoha, Macam-Macam Tes, Op. Cit., hlm. 303. 83 Ibid., hlm. 63.

Page 22: BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...11 BAB II EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengertian

32

Sedangakan kelemahan-kelemahannya yaitu :

1) Apabila perintah tidak jelas, maka tindakan yang muncul tidak

sesuai dengan apa yang diharapkan.

2) Seringkali pendidik terpengaruh oleh gerakan yang tidak

menjadi indikator utama dalam penilaian.

3) Membutuhkan waktu yang lama, terutama kalau

pengamatannya dilakukan individu.

4) Seringkali terjadi gangguan dalam pengamatan menyebabkan

penilaian tidak objektif.84

84 Ibid.