Upload
inez-wijaya
View
50
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
insektisida desi
Citation preview
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Pestisida adalah semua bahan racun yang digunakan untuk membunuh organisme hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang dibudidayakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya.
Menurut PP No. 7 tahun 1973, yang dimaksud pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :
Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.
Memberantas rerumputan atau tanaman pengganggu/gulma. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman, tidak
termasuk pupuk. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan peliharaan dan ternak. Memberantas atau mencegah hama-hama air. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah
tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.
Dalam Undang-Undang No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, yang dimaksud dengan Pestisida adalah zat pengatur dan perangsang tumbuh, bahan lain, serta organisme renik, atau virus yang digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman.
Pestisida merupakan bahan yang telah banyak memberikan manfaat untuk keberlangsungan dunia produksi pertanian. Banyaknya Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang dapat menurunkan hasil panen, dapat diminimalisir dengan pestisida. Sehingga kehilangan hasil akibat OPT tidak terlalu besar. Selain bidang pertanian, pestisida juga memberikan banyak manfaat untuk membantu masalah yang timbul akibat adanya organisme pengganggu di tingkat rumah tangga. Seperti pembasmian nyamuk misalnya, dengan adanya pestisida maka proses pembasmian nyamuk akan menjadi lebih cepat dan efisien. Bahkan masih banyak lagi peranan pestisida bagi kehidupan manusia di berbagai bidang.
Jenis Pestisida
Pestisida oleh para ahli dikelompokan untuk mempermudah pengenalanya. Pestisida dapat dikelompokkan berdasarkan jenis sasaran, bentuk fisik, bentuk formulasi, cara kerjanya, cara masuk, golongan senyawa, dan asal bahan aktifnya.
Ditinjau dari jenis organisme yang menjadi sasaran penggunaan pestisida dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain:
Akarisida, berasal dari kata akari, yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu.
Algasida, berasal dari kata alga, bahasa latinnya berarti ganggang laut, berfungsi untuk membunuh alge.
Alvisida, berasal dari kata avis, bahasa latinnya berarti burung, fungsinya sebagai pembunuh atau penolak burung.
Bakterisida, Berasal dari katya latin bacterium, atau kata Yunani bakron, berfungsi untuk membunuh bakteri.
Fungsida, berasal dari kata latin fungus, atau kata Yunani spongos yang artinya jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
Herbisida, berasal dari kata lain herba, artinya tanaman setahun, berfungsi untuk membunuh gulma.
Insektisida, berasal dari kata latin insectum, artinya potongan, keratan segmen tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga.
Molluskisida, berasal dari kata Yunani molluscus, artinya berselubung tipis atau lembek, berfungsi untuk membunuh siput.
Nematisida, berasal dari kata latin nematoda, atau bahasa Yunani nema berarti benang, berfungsi untuk membunuh nematoda.
Ovisida, berasal dari kata latin ovum berarti telur, berfungsi untuk merusak telur. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis, berarti kutu, tuma, berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.
Piscisida, berasal dari kata Yunani Piscis, berarti ikan, berfungsi untuk membunuh ikan. Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodere, berarti pengerat berfungsi untuk membunuh
binatang pengerat. Termisida, berasal dari kata Yunani termes, artinya serangga pelubang kayu berfungsi
untuk membunuh rayap.
Berdasarkan bentuk fisiknya pestisida dapat berupa:
Cair Padat aerosol
Berdasarkan bentuk formulasi, pestisida dikelompokkan menjadi
Butiran (G/granul)biasanya pestisida dengan formulasi bentuk ini dapat langsung diaplikasikan tanpa harus diiarutkan terlebih dahulu.
Powder (tepung)biasanya harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum diaplikasikan. Formulasi bentuk ini membentuk sediaan pestisida berupa suspensi. sehingga sangat diperlukan pengadukan yang terus menerus karena sifat sediaan ini dapat mengendap dan dapat merusak alat aplikasi atau terjadinya penyumbatan pada noze. Beberapa kode formulasi pestisida yang sejenis artinya akan menjadi suspensi jika diencerkan dengan air adalah SC, F. dan lain-lain.
EC (Emulsifiable I emulsible concentrates)Pestisida dengan formulasi berbentuk EC ini akan membentuk emulsi (seperti susu) pada larutan semprot. Larutan jadi ini tidak
memerlukan pengadukan yang terus menerus. Pada umumnya insektisida memiliki formulasi bentuk EC.
ASPestisida dengan formulasi ini akan membentuk iarutan yang homogen setelah dicampurkan dengan air. Biasanya pestisida dengan bentuk formulasi ini adalah dari golongan herbisida. Beberapa kode formulasi lain yang akan menjadi larutan jika diencerkan dengan air adalah SP, L, WSC, dan lain-lain
Beberapa kode formulasi lain yang tidak perlu penambahan air dan dapat diaplasikan lang sung di lapangan seperti baitlumpan atau pelet.
Berdasarkan cara kerja pestisida dikelompokkan menjadi:
Kelompok IGR, mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan Racun syaraf, biasanya mengganggu fungsi syaraf sehingga kematian yang cepat dapat
terjadi. Umumnya insektisida yang beredar di pasaran sekarang ini pada umumnya adalah insektisida yang bekerja sebagai racun syaraf seperti golongan organofosfat, karbamat, dan piretroid.
Mempengaruhi fungsi enzim Mempengaruhi tingkah laku,dan lain-lain.
Berdasarkan cara masuk, pestisida dikelompokkan:
Racun kontak, artinya pestisida dalam hal ini senyawa bahan aktif masuk melalui kontak atau mas uk ke tubuh serangga melalui dinding tubuh atau kutikula.
Racun perut, artinya senyawafbahan aktif masuk ke dalam tubuh serangga meialui proses makan dan masuk ke tubuh melalui pencemaan.
Racun sistemik, senyawafbahan aktif terserap oleh tanaman lalu ditransportasikan ke seluruh jaringan tanaman.
Fumigan, artinya senyawalbahan aktif masuk ke dalam tubuh sasaran melalui sistem pemapasan.
Berdasarkan asal bahan aktif, pestisida dapat digolongkan menjadi:
SintetikAnorganik : garam-garam beracun seperti arsenat, flourida, tembaga sulfat dan garam merkuri
OrganikOrgano khlorin : DDT, SHC, endrin, dieldrin, dll. Heterosiklik : Kepone, mirexOrganofosfat : klorpirifos, prefonofos, dll. Karbamat : earbofuran, SPMC, dll.Dinitrofenol : Dinex, dll.
Dampak Penggunaan Pestisida
Dampak positif
Dapat diaplikasikan dengan mudah dapat diaplikasikan hampir di setiap waktu dan setiap tempat. Hasilnya dapat dirasakan dalam waktu singkat
Dapat diaplikasikan dalam areal yang luas dalam waktu singkat Mudah diperoleh dan memberikan keuntungan ekonomi terutama jangka pendek.
Dampak Negatif Pestisida
Keracunan pestisida Keracunan terhadap ternak dan hewan peliharaan. Keracunan pada ikan dan biota lainnya. Keracunan terhadap satwa liar. Keracunan terhadap makanan. Kematian musuh alami organisme pengganggu Kenaikan populasi pengganggu Dapat menyebabkan timbulnya resistensi Residu Pencemaran Lingkungan Menghambat Perdagangan
Insektisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh serangga pengganggu atau hama serangga. Insektisida terbagi atas insektisida sistemik, insektisida non – sistemik dan insektisida sistemik lokal. Sama halnya seperti jenis insektisida lain, dimana insektisida memiliki nama dagang. Misalnya saja Tanistar 160 AS yang memiliki bahan aktif isopropilamina glifosat 160,2 g/l.
Insektisida berfungsi untuk membunuh serangga. Ada bermacam-macam golongan insektisida , baik yang berasal dari bahan alami maupun yang berasal dari bahan sintetik. Dan golongan insektisida tersebut adalah Organochlorines,golongan ini terdiri atas carbon,cholorine, dan hydrogen.
Kemudian menurut cara masuknya insektisida kedalam tubuh serangga dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu racun lambung atau racun perut yakni insektisida yang membunuh serangga sasaran dengan cara masuk kepencernaan melalui makanan yang mereka makan,selanjutnya racun kontak yakni insektisida yang masuk kedalam tubuh serangga melalui kulit, celah/lubang alami pada tubuh atau langsung mengenai mulut siserangga dan yang terakhir yaitu racun pernafasan insektisida yang masuk melalui trachea serangga dalam bentuk partikel mikro yang melayang diudara.
Formulasi pestisida merupakan pengolahan yang ditunjukkan untuk meningkatkan yang bsifat-sifat yang berhubungan dengan keamanan, penyimpanan, penanganan, penggunaan dan keefektifan pestisida. Pestisida yang dijual telah diformulasikan sehingga untuk penggunaannya, pemakai tinggal mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam manual.
Pada formulasi yang bersifat soil ( minyak ) larutan dan komponen formulasi terjadi pemisahan dan membentuk suspensi pada bagian bawah larutan, setelah diperlukan pengadukan maka komponen mengalami pencampuran yang signifikan.
Pada formulasi yang berbentuk zat cair komponen pelarut dengan bahan formulasi sangat mudah mengalami proses homogenisasi walau pada awal perlakuan untuk kedua zat tersebut mengalami suatu proses suspensi pada bagian bawah dan atas maupun bawah pada zat pelarut yang tidak dapat menyatu namun ketika diperlakuan pengadukan maka
kedua komponen tadi mengalami proses homogenisasi yang tidak dapat dipisahkan meski masih adanya suspensi yang cukup signifikan pada akhir perlakuan.
Kalibrasi adalah mengukur volume semprot aplikasi pada sebuah alat semprot dalam suatu satuan waktu tertentu. Dalam kalibrasi untuk mengukur volume semprot aplikasi, maka harus diketahui terlebih dahulu tiga parameter. Jumlah larutan semprot yang dipengaruhi oleh besarnya lebar semprotan dari jenis-jenis nozle yaitu yang dipergunakan semakin lebar semprotan maka demikian cairan yang dikeluarkan.
Dan sebelum melakukan penyemprotan terlebih dahulu sebaiknya menentukan dosis larutan yang akan diaplikasikan kelapangan dalam penyemprotan
Selektivitas insektisida lebih menekankan pada kemampuan insektisida untuk memilih OPT ( Organisme Pengganggu Tanaman ) sasaran tanpa merugikan organisme non target, termasuk musuh alami. Idealnya insektisida selektif adalah insektisida yang mengendalikan serangga hama sasaran tanpa merugikan musuh alami.
Selektivitas insektisida dibedakan menjadi sebagai berikut;
1. Selektivitas fisiologi yaitu selektivitas yang menjadi karakter khas insektisida tersebut. Selektivitas ini menyebabkan insektisida pada dosis dan konsentrasi tertentu mampu membunuh serangga tertentu dan tidak merugikan serangga lainnya
2. Selektivitas karena sifat atau cara kerja insektisida.
3. Selektivitas Ekologis adalah selektivitas yang memanfaatkan teknik aplikasi untuk mengurangi dampak negative pestisida terhadap musuh alami hama dan hewan non target lainnya
Insektisida sistemik yaitu insektisida yang diserap oleh organ-organ tanaman,baik lewat akar, batang, maupun daun. Insektisida sistemik ini dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu sistemik akropetal dan sistemik baipetal.
Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh
serangga. Insektisida dapat memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, tingkah laku,
perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, serta aktivitas biologis
lainnya hingga berujung pada kematian serangga pengganggu tanaman Insektisida termasuk
salah satu jenis pestisida.
Jenis-jenis Insektisida
Insektisida dapat dibedakan menjadi golongan organik dan anorganik. Insekstisida organik mengandung
unsur karbon sedangkan insektisida anorganik tidak. Insektisida organik umumnya bersifat alami, yaitu
diperoleh dari makhluk hidup sehingga disebut insektisida hayati.
1. Insektisida Sintetik
Insektisida organik sintetik yang banyak dipakai dibagi-bagi lagi menjadi beberapa golongan
besar
Senyawa Organoklorin. Insektisida golongan ini dibuat dari molekul organik dengan
penambahan klorin. Insektisida organoklorin bersifat sangat persisten, dimana
senyawa ini masih tetap aktif hingga bertahun-tahun. Oleh karena itu, kini insektisida
golongan organoklorin sudah dilarang penggunaannya karena memberikan dampak
buruk terhadap lingkungan karena bersifat racun kronis, bertahan lama di lingkungan
dan terakumulasi dalam rantai makanan serta banyak hama yang menjadi kebal.
Contoh-contoh insektisida golongan organoklorin adalah Lindane, Chlordane, dan
DDT
Senyawa Organofosfat. Insektisida golongan ini dibuat dari molekul organik dengan
penambahan fosfat. Insektisida sintetik yang masuk dalam golongan ini adalah
Chlorpyrifos, Chlorpyrifos-methyl, Diazinon, Dichlorvos, Pirimphos-methyl,
Fenitrothion, dan Malathion. Kelemahan insektisida organofosfat adalah sangat
beracun bagi vertebrata.
Organosulfur. Insektisida ini mengandung sulfur (S/belerang). Insektisida ini tidak
terlalu beracun bagi serangga tapi cukup efektif untuk akarina.
Karbamat. Insektisida golongan karbamat diketahui sangat efektif mematikan banyak
jenis hama pada suhu tinggi dan meninggalkan residu dalam jumlah sedang. Namun,
insektisida karbamat akan terurai pada suasana yang terlalu basa.Cara kerjanya adalah
seperti organofosfat yaitu berupa racun syaraf. Umumnya kabramat bnekerja untuk
ham-hama spesifik. Contoh karbamat yang sering dipakai adalah bendiokarbamat,
Propoksur (Baygon), Karbofuran (Furadan).
Thiosianat. Mempunyai susunan molekul –SCN. Insektisida ini sering menghambat
respirasi dan metabolism.
Pirethrin/ Pirethroid Sintetik. Insektisida golongan ini terdiri dari dua kategori, yaitu
berisfat fotostabil serta bersfiat tidak non fotostabil namun kemostabil. Zat ini agak
beracun terhadap mamalia dan sangat beracun terhadap serangga dan cepat
melumpuhkan. Produknya sering dicampur dengan senyawa lain untuk menghasilkan
efek yang lebih baik. Salah satu contoh produk insektisida ini adalah Permethrin.
Pengatur Tumbuh Serangga. Insektisida golongan ini merupakan hormon yang
berperan dalam siklus pertumbuhan serangga, misalnya menghambat perkembangan
normal. Beberapa contoh produknya adalah Methoprene, Hydramethylnon,
Pyriproxyfen, dan Flufenoxuron.
Fumigan. Fumigan adalah gas-gas mudah menguap yang dapat membunuh hama
serangga. Fumigan hanya boleh digunakan oleh personel terlatih karena tingkat
toksisitasnya yang tinggi. Contoh-contohnya adalah Metil Bromida (CH3Br),
Aluminium Fosfit, Magnesium Fosfit, Kalsium Sianida, dan Hidrogen Sianida.
2. Insektisida Hayati
Meskipun insektisida lebih dikenal merupakan senyawa sintetik, namun terdapat juga
insektisida alami yang berasal dari bakteri, pohon, maupun bunga.
Silica (SiO2) merupakan insektisida anorganik yang bekerja dengan menghilangkan selubung lilin pada kutikula serangga sehingga menyebabkan mati lemas. Insektisida jenis ini sering dibuat dari tanah diatom atau kieselgurh, yang tersusun dari molekul diatom Bacillariophyceae.
Asam Borat (H3BO3) adalah insektisida anorganik yang dipakai untuk menarik perhatian semut.
Pirethrum adalah insektisida organik alami yang berasal dari kepala bunga tropis krisan. Senyawa ini memiliki kemampuan penghambatan serangga yang baik pada konsentrasi rendah. Namun berkaitan dengan proses ekstraksinya, senyawa ini sangat mahal.
Rotenon adalah insektisida organik alami yang diperoleh dari pohon Derris. Senyawa ini berfungsi sebagai insektisida yang menyerang permukaan tubuh hama.
Neem merupakan ekstrak dari pohon Neem (Azadirachta indica). Penggunaan Neem sebagai insektisida hayati dimulai sejak 40 tahun lalu. Ekstrak neem mengganggu aktivitas sistem pencernaan serangga, khususnya golongan Lepidoptera (ngengat dan kupu-kupu beserta larvanya). Selain itu neem juga berperan sebagai pengatur tumbuh dimana menyebabkan beberapa jenis serangga terus berada pada kondisi larva dan tidak bisa tumbuh dewasa.
Bakteri Bacillus thuringiensis memproduksi toksin Bt yang dapat mematikan serangga yang memakannya. Toksin Bt aktif pada pH basa dan menyebabkan saluran pencernaan serangga berlubang sehingga berujung pada kematian. Para peneliti telah berhasil memindahkan gen yang berperan dalam produksi toksin Bt dari B. thuringiensis ke tanaman kapas sehingga serangga yang memakan tanaman kapas tersebut akan mati. Kapas Bt merupakan salah satu organisme transgenik yang paling banyak ditanam di dunia.
Jenis-Jenis InsektisidaUmumnya bentuk insektisida terdiri dari 4 golongan, sebagai berikut :1. Dust (Serbuk) berkode “D”
Dapat ditaburkan pada tanaman yang terserang hama atau dilarutkan dalam air untuk selanjutnya dimanfaatkan dalam penyemprotan penyemprotan.
2. Emulsion Concentrated (Cairan) berkode “EC”Dibuat dengan cara cairan dilarutkan dalam sejenis minyak. Penggunaannya harus dilarutkan dalam air agar tercapai kesepakatan tertentu sesuai dengan kebutuhan,
3. Granular (Butiran) berkode “G”Digunakan dengan menaburkan di sekitar tanaman. Kemudian ditutup atau ditimbun tanah. Pada waktu terjadinya hujan atau waktu dilakukan penyiraman, butiran ini akan hancur dan meresap ke dalam tanah sehingga hama akan terbasmi.
4. Fumigan (gas/asap) berkode “F”Digunakan dalam penyemprotan/fumigasi untuk membasmi hama tanaman, misalnya BHC, Methylbromida dan lain lain.
Formulasi insektisida
Formulasi merupakan tugas memproses suatu insektisida dengan suatu metoda tertentu
sehingga sifat-sifatnya akan diperbaiki misalnya daya simpan, penanganan, pemakaian,
keefektifan dan keamanannya. Formulasi ini akan mempengaruhi ongkos pemakaian
insektisida. Langkah-langkah formulasi sangat perlu karena insektisida yang dihasilkan pabrik
berupa insektisida murni (technical grade), tak cocok dipakai karena (1) kurang stabil dalam
cahaya matahari (2) cepat menguap (3) dan daya larutnya dalam air dan minyak (4) atau
terlalu beracun. Dalam penggunaannya insektisida murni tersebut harus dicampur dengan
bahan-bahan lain seperti (1) bahan pembasah dan perata (2) stabilizer (3) synergist (4)
sticker/perekat (5) pembawa (carrier). Beberapa formulasi insektisida :
1. Sprays → larutan : SP, S, Scw, EC 5. Fumigan
2. Dust → tepung 6. Aerosol
3. Granular → butiran 7. Bahan impregrasi
4. Umpan 8. Enkapsulasi
Cara Pemakaian Insektisida
Cara pemakaian insektisida tergantung pada situasi hutan, riwayat hidup/biologi serangga
hama, dan formulasi yang akan dipakai. Tujuan pemakaian insektisida adalah menekan
populasi hama sampai tingkat tertentu dengan menggunakan insektisida sesedikit/sekecil
mungkin. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan prosedur pemakaian yang efisien yang
mencakup biaya operasi dan ketepatan dalam pemakaian terhadap hama target.
Terdapat beberapa cara pemakaian insektisida yang terutama adalah dengan menggunakan
alat penyemprot. Alat-alat penyemprot tersebut adalah :
1. Hydraulic sprayer. Alat ini diguanakan untuk cairan insektisida, biasanya menggunakan system
tekanan terhadap cairan. Teknologi alat ini adalah multipurpose sprayer, lowpressure-low
volume sprayer/ULV, high presuure-high volume sprayer.
2. Air-blast sprayer. Pada sprayer ini digunakan udara untuk menekan insektisida. Alat ini dirancang
untuk menekan butiran mineral semprotan melalyi nozzle kedalam arus udara yang dihasilkan oleh
kipas bertenaga kuat yang membawa cairan semprot pada sasaran. Contohnya “mist blower”.
3. Duster. Alat ini kirip dengan air blast sprayer tapi insektisida disini ditekankan pada
pembawa uang cocok (talk, tepung liat dan sebagainya) dan kemudian dibawa ke arus
udara.
4. Aplikator insektisida granular. Alat ini dirancang untuk memberikan/menggunakan
insektisida yang dimpregnasi pada suatu pembawa seperti liat atau vermikulit. Alat ini
berupa alat mekanis terdiri dari sebuah hopper/pelompat, sebuah agitator/penggerak pada
dasar pelompat dan alat pengukur untuk mengukur aliran insektisida.
5. Generator aerosol. Alat ini disebut pengabut (fogger). Fogger menyebar partikel insektisida
yang sangat halus ke udara. Partikel ini tetap berupa airbome untuk beberapa saat. Biasanya
digunakan malam hari pada saat aliran udara tenang.
6. Aplikasi dari udara. Pesawat udara dan helicopter digunakan untuk areal hutan yang luas. Alat-alat
khusus dipasang pada pesawat untuk menyebarkan insektisida.
7. Alat aplikasi tangan (manual). Termasuk alat ini adalah bom aerosol, penyemprot
punggung, penyemprot pipa. Alamat ini mudah dibawa kemana-mana.
Penggunaan insektisida dapat dengan cara penyemprotan (spraying), pencelupan (dipping),
pengabutan (fogging), penguapan (fumigating), pengumpanan (baiting) dan pengembusan
(dusting).
Cara kerja dan dosis insektisida
Menurut cara masuknya insektisida kedalam tubuh serangga dibedakan menjadi tiga kelompok
yaitu racun lambung atau racun perut yakni insektisida yang membunuh serangga sasaran dengan
cara masuk kepencernaan melalui makanan yang mereka makan,selanjutnya racun kontak yakni
insektisida yang masuk kedalam tubuh serangga melalui kulit, celah/lubang alami pada tubuh
atau langsung mengenai mulut siserangga dan yang terakhir yaitu racun pernafasan insektisida
yang masuk melalui trachea serangga dalam bentuk partikel mikro yang melayang diudara.
Kalibrasi adalah mengukur volume semprot aplikasi pada sebuah alat semprot dalam suatu
satuan waktu tertentu. Dalam kalibrasi untuk mengukur volume semprot aplikasi, maka harus
diketahui terlebih dahulu tiga parameter. Jumlah larutan semprot yang dipengaruhi oleh besarnya
lebar semprotan dari jenis-jenis nozle yaitu yang dipergunakan semakin lebar semprotan maka
demikian cairan yang dikeluarkan.
Dan sebelum melakukan penyemprotan terlebih dahulu sebaiknya menentukan dosis larutan
yang akan diaplikasikan kelapangan dalam penyemprotan. Dalam kalibrasi, untuk mengukur
volume semprot aplikasi maka terlebih dahulu kita mengetahui parameter yang digunakan.
Selektivitas insektisida lebih menekankan pada kemampuan insektisida untuk memilih OPT
(Organisme Pengganggu Tanaman ) sasaran tanpa merugikan organisme non target, termasuk
musuh alami. Idealnya insektisida selektif adalah insektisida yang mengendalikan serangga hama
sasaran tanpa merugikan musuh alami.
Selektivitas insektisida dibedakan menjadi sebagai berikut:
1. Selektivitas fisiologi yaitu selektivitas yang menjadi karakter khas insektisida tersebut. Selektivitas ini
menyebabkan insektisida pada dosis dan konsentrasi tertentu mampu membunuh serangga tertentu dan
tidak merugikan serangga lainnya.
2. Selektivitas karena sifat atau cara kerja insektisida. Contohnya adalah insektisida yang bekerja
sebagai racun perut murni.
3. Selektivitas Formulasi.
4. Selektivitas Ekologis adalah selektivitas yang memanfaatkan teknik aplikasi untuk mengurangi
dampak negative pestisida terhadap musuh alami hama dan hewan non target lainnya.
Penanganan infeksi insektisida
Pestisida sangat berbahaya bagi manusia, bahkan bisa menyebabkan kamatian. Padahal
bagi petani, pestisida hampir menjadi santapan keseharian, terutama saat budidaya tanaman yang
membutuhkan perawatan intensif. Pestisida bisa masuk melalui kulit, saluran pernapasan bahkan
tertelan melalui mulut. Kecerobohan pada saat penyemprotan menyebabkan tubuh kita
mengalami keracunan pestisida. Keracunan pestisida pada manusia menunjukkan gejala yang
berbeda-beda, tergantung pada jenis bahan aktif pestisida yang meracuni. Gejala keracunan
biasanya tertera pada kemasan, sehingga disarankan jangan memindahkan pestisida pada tempat
lain apalagi wadah kosong yang orang lain tidak bisa mengetahuinya dengan pasti. Usahakan
pestisida selalu pada kemasannya. Hal ini sangat penting untuk menentukan penanganan lebih
lanjut saat mengalami keracunan pestisida.
Pada saat kita mengetahui seseorang mengalami keracunan pestisida, kita dapat
memberikan pertolongan pertama pada penderita, sebelum dibawa ke puskesmas atau rumah
sakit terdekat. Lakukan langkah-langkah berikut :
1. Saat memberikan pertolongan, kita tidak boleh terlihat panik. Harus tenang agar dapat berpikir
untuk melakukan tindakan yang paling tepat dan cepat.
2. Jika kulit korban terkena pestisida, buka pakaian dan segeralah cuci sampai bersih dengan air
dan sabun.
3. Jika mata korban terkena pestisida, cuci dengan air yang banyak selama 15 menit, jika ada air
pancuran lebih diutamakan.
4. Jika tertelan dan korban masih sadar, buatlah korban muntah dengan memberikan larutan air
hangat yang telah dicampur dengan garam dapur sebanyak 1 sendok makan penuh. Jika pestisida
tertelan, jangan berikan pernapasan buatan dari mulut ke mulut.
5. Jika tertelan dan korban tidak sadar, jangan dirangsang muntah, sangat berbahaya. Jika pestisida
tertelan, jangan berikan pernapasan buatan dari mulut ke mulut.
6. Jika tertelan, dan fungisida dari senyawa tembaga, jangan dirangsang muntah, rangsanglah untuk
buang air besar (bilas lambung).
7. Jika berhenti bernapas, segera bikin pernapasan buatan. Pastikan mulut bersih dari air liur,
lendir, atau makanan yang menyumbat pernapasan.
8. Jangan memberikan susu atau makanan berminyak pada korban keracunan organoklorin, karena
akan menambah penyerapan organoklorin oleh organ pencernaan.
9. Jika korban tidak sadar, usahakan jalan pernapasan tidak terganggu. Bersihkan mulut dari air
liur, lendir, atau makanan. Jika korban memakai gigi palsu, lepaskan gigi palsu. Letakkan korban
pada posisi tengkurap, kepala menghadap ke samping dan bertumpu pada kedua tangannya yang
ditekuk.
10. Jika kejang, usahakan tidak ada yang membuatnya cidera. Taruh bantal di bawah kepala,
longgarkan pakaian di sekitar leher. Ganjal mulut agar korban tidak menggigit bibir dan
lidahnya.
Mekanisme Keracuna Insektisida
Semua insektisida bentuk cair dapat diserap melalui kulit dan usus dengan sempurna.
Jenis yang paling sering menimbulkan keracunan di Indonesia adalah golongan organofosfat dan
organoklorin. Golongan karbamat efeknya mirip efek organofosfat, tetapi jarang menimbulkan
kasus keracunan. Masih terdapat jenis pestisida lain seperti racun tikus (antikoagulan dan seng
fosfit) dan herbisida (parakuat) yang juga sangat toksik. Kasus keracunan golongan ini jarang
terjadi. Organofosfat diabsorbsi dengan baik melalui inhalasi, kontak kulit, dan tertelan dengan
jalan utama pajanan pekerjaan adalah melalui kulit.(4)
Pada umumnya organofosfat yang diperdagangkan dalam bentuk –thion (mengandung
sulfur) atau yang telah mengalami konversi menjadi –okson (mengandung oksigen), dalam –
okson lebih toksik dari bentuk –thion. Konversi terjadi pada lingkungan sehingga hasil tanaman
pekrja dijumpai pajanan residu yang dapat lebih toksik dari pestisida yang digunakan. Sebagian
besar sulfur dilepaskan ke dalam bentuk mercaptan, yang merupakan hasil bentuk aroma dari
bentuk –thion organofosfat. Mercaptan memiliki aroma yang rendah, dan reaksi-reaksi
bahayanya meliputi sakit kepala, mual, muntah yang selalu keliru sebagai akibat keracunan akut
organofosfat.(4)
Konversi dari –thion menjadi -okson juga dijumpai secara invivo pada metabolisme
mikrosom hati sehingga –okson menjadi pestisida bentuk aktif pada hama binatang dan manusia.
Hepatik esterase dengan cepat menghidrolisa organofosfat ester, menghasilkan alkil fosfat dan
fenol yang memiliki aktifitas toksikologi lebih kecil dan cepat diekskresi.
Organofosfat menimbulkan efek pada serangga, mamalia dan manusia melalui inhibisi
asetilkolinesterase pada saraf.(1,2,3,4,5,6,7)
Fungsi normal asetilkolin esterase adalah hidrolisa dan dengan cara demikian tidak
mengaktifkan asetilkolin. Pengetahuan mekanisme toksisitas memerlukan pengetahuan lebih
dulu aksi kolinergik neurotransmiter yaitu asetilkolin (ACh) . Reseptor muskarinik dan nikotinik-
asetilkolin dijumpai pada sistem saraf pusat dan perifer.(1)
Pada sistem saraf perifer, asetilkolin dilepaskan di ganglion otonomik :
1. sinaps preganglion simpatik dan parasimpatik
2. sinaps postgamglion parasimpatik
3. neuromuscular junction pada otot rangka.
Pada sistem saraf pusat, reseptor asetilkolin umumnya lebih penting toksisitas
insektisitada organofosfat pada medulla sistem pernafasan dan pusat vasomotor. Ketika
asetilkolin dilepaskan, peranannya melepaskan neurotransmiter untuk memperbanyak konduksi
saraf perifer dan saraf pusat atau memulai kontraksi otot. Efek asetilkolin diakhiri melalui
hidrolisis dengan munculnya enzim asetilkolinesterase (AChE). Ada dua bentuk AChE yaitu true
cholinesterase atau asetilkolinesterase yang berada pada eritrosit, saraf dan neuromuscular
junction. Pseudocholinesterase atau serum cholisterase berada terutama pada serum, plasma dan
hati.(1,4)
Insektisida organofosfat menghambat AChE melalui proses fosforilasi bagian ester anion.
Ikatan fosfor ini sangat kuat sekali yang irreversibel. Aktivitas AChE tetap dihambat sampai
enzim baru terbentuk atau suatu reaktivator kolinesterase diberikan. Dengan berfungsi sebagai
antikolinesterase, kerjanya menginaktifkan enzim kolinesterase yang berfugnsi menghidrolisa
neurotransmiter asetilkolin (ACh) menjadi kolin yang tidak aktif. Akibatnya terjadi penumpukan
ACh pada sinapssinaps kolinergik, dan inilah yang menimbulkan gejala-gejala keracunan
organofosfat.(1,2,3,4,6,7) Pajanan pada dosis rendah, tanda dan gejala umumnya dihubungkan
dengan stimulasi reseptor perifer muskarinik. Pada dosis lebih besar juga mempengaruhi reseptor
nikotinik dan reseptor sentral muskarinik. Aktivitas ini kemudian akan menurun, dalam dua atau
empat minggu pada pseudocholinesterase plasma dan empat minggu sampai beberapa bulan
untuk eritrosit.(1)
Manifestasi Klinis Keracunan Insektisida
1. Tanda dan Gejala
Keracunan organofosfat dapat menimbulkan variasi reaksi keracunan. Tanda dan
gejala dihubungkan dengan hiperstimulasi asetilkolin yang persisten.(1)
Tanda dan gejala awal keracunan adalah stimulasi berlebihan kolinergik pada otot polos dan
reseptor eksokrin muskarinik yang meliputi miosis, gangguan perkemihan, diare, defekasi,
eksitasi, dan salivasi (MUDDLES).(1,2,3,4,5,6,7)
Efek yang terutama pada sistem respirasi yaitu bronkokonstriksi dengan sesak nafas
dan peningkatan sekresi bronkus.(1) Dosis menengah sampai tinggi terutama terjadi stimulasi
nikotinik pusat daripada efek muskarinik (ataksia, hilangnya refleks, bingung, sukar bicara,
kejang disusul paralisis, pernafasan Cheyne Stokes dan coma.(1,2,4,7) Pada umumnya gejala
timbul dengan cepat dalam waktu 6 – 8 jam, tetapi bila pajanan berlebihan dapat menimbulkan
kematian dalam beberapa menit. Bila gejala muncul setelah lebih dari 6 jam,ini bukan keracunan
organofosfat karena hal tersebut jarang terjadi.(4)
Kematian keracunan akut organofosfat umumnya berupa kegagalan pernafasan. Oedem
paru, bronkokonstriksi dan kelumpuhan otot-otot pernafasan yang kesemuanya akan
meningkatkan kegagalan pernafasan.(1,4)
Aritmia jantung seperti hearth block dan henti jantung lebih sedikit sebagai penyebab
kematian.(4)
Insektisida organofosfat diabsorbsi melalui cara pajanan yang bervariasi, melalui inhalasi
gejala timbul dalam beberapa menit. Ingesti atau pajanan subkutan umumnya membutuhkan
waktu lebih lama untuk menimbulkan tanda dan gejala. Pajanan yang terbatas dapat
menyebabkan akibat terlokalisir. Absorbsi perkutan dapat menimbulkan keringat yang
berlebihan dan kedutan (kejang) otot pada daerah yang terpajan saja. Pajanan pada mata dapat
menimbulkan hanya berupa miosis atau pandangan kabur saja. Inhalasi dalam konsentrasi kecil
dapat hanya menimbulkan sesak nafas dan batuk. Komplikasi keracunan selalu dihubungkan
dengan neurotoksisitas lama dan organophosphorus-induced delayed neuropathy(OPIDN).(1)
Sindrom ini berkembang dalam 8 – 35 hari sesudah pajanan terhadap organofosfat.
Kelemahan progresif dimulai dari tungkai bawah bagian distal, kemudian berkembang
kelemahan pada jari dan kaki berupa foot drop. Kehilangan sensori sedikit terjadi. Demikian juga
refleks tendon dihambat .(7)
2. Laboratorium
Nilai laboratorium tidak spesifik , yang dapat ditemukan bersifat individual pada
keracunan akut, diantaranya lekositosis, proteinuria, glikosuria dan hemokonsentrasi. Walaupun
demikian, perubahan aktifitas kolinesterase sesuai dengan tanda dan gejala merupakan informasi
untuk diagnosa dan penanganan sebagian besar kasus.(4)
Pada konfirmasi diagnosa, pengukuran aktifitas inhibisi kolinesterase dapat digunakan,
tetapi pengobatan tidak harus menunggu hasil laboratotium.(1)
Pemeriksaan aktivitas kolinesterase darah dapat dilakukan dengan cara acholest atau
tinktometer. Enzim kolinesterase dalam darah yang tidak diinaktifkan oleh organofosfat akan
menghidrolisa asetilkolin ( yang ditambahkan sebagai substrat) menjadi kolin dan asam asetat.
Jumlah asam asetat yang terbentuk, menunjukkan aktivitas kolinesterase darah, dapat diukur
dengan cara mengukur keasamannya dengan indikator. Pada pekerja yang menggunakan
organofosfat perlu diketahui aktivitas normal kolinesterasenya untuk dipakai sebagai pedoman
bila kemudian timbul keracunan. Manifestasi klinik keracunan akut umumnya timbul jika lebih
dari 50 % kolinesterase dihambat, berat ringannya tanda dan gejala sesuai dengan tingkat
hambatan.
Penatalaksanaan Keracunan Insektisida
Penanganan keracunan insektsida organofosfat harus secepat mungkin dilakukan.
Keragu-raguan dalam beberapa menit mengikuti pajanan berat akan meningkatkan timbulnya
korban akibat dosis letal.(1)
Beberapa puluh kali dosis letal mungkin dapat diatasi dengan pengobatan cepat. Pertolongan
pertama yang dapat dilakukan :
1. Bila organofosfat tertelan dan penderita sadar, segera muntahkan penderita dengan
mengorek dinding belakang tenggorok dengan jari atau alat lain, dan atau memberikan
larutan garam dapur satu sendok makan penuh dalam segelas air hangat. Bila penderita
tidak sadar, tidak boleh dimuntahkan karena bahaya aspirasi.
2. Bila penderita berhenti bernafas, segeralah dimulai pernafasan buatan. Terlebih dahulu
bersihkan mulut dari air liur, lendir atau makanan yang menyumbat jalan nafas. Bila
organofosfat tertelan, jangan lakukan pernafasan dari mulut ke mulut.
3. Bila kulit terkena organofosfat, segera lepaskan pakaian yang terkena dan kulit dicuci
dengan air sabun.
4. Bila mata terkena organofosfat, segera cuci dengan banyak air selama 15 menit.
Pengobatan
1. Segera diberikan antidotum Sulfas atropin 2 mg IV atau IM. Dosis besar ini tidak
berbahaya pada keracunan organofosfat dan harus dulang setiap 10 – 15 menit sampai terlihat
gejala-gejala keracunan atropin yang ringan berupa wajah merah, kulit dan mulut kering,
midriasis dan takikardi. Kewmudian atropinisasi ringan ini harus dipertahankan selama 24 – 48
jam, karena gejala-gejala keracunan organofosfat biasanya muncul kembali. Pada hari pertama
mungkin dibutuhkan sampai 50 mg atropin. Kemudian atropin dapat diberikan oral 1 – 2 mg
selang beberapa jam, tergantung kebutuhan. Atropin akan menghialngkan gejala –gejala
muskarinik perifer (pada otot polos dan kelenjar eksokrin) maupun sentral. Pernafasan diperbaiki
karena atropin melawan brokokonstriksi, menghambat sekresi bronkus dan melawan depresi
pernafasan di otak, tetapi atropin tidak dapat melawan gejala kolinergik pada otot rangka yang
berupa kelumpuhan otot-otot rangka, termasuk kelumpuhan otot-otot pernafasan.
2. Pralidoksim
Diberikan segera setelah pasien diberi atropin yang merupakan reaktivator enzim
kolinesterase. Jika pengobatan terlambat lebih dari 24 jam setelah keracunan, keefektifannya
dipertanyakan.(1)
Dosis normal yaitu 1 gram pada orang dewasa. Jika kelemahan otot tidak ada perbaikan,
dosis dapat diulangi dalam 1 – 2 jam. Pengobatan umumnya dilanjutkan tidak lebih dari 24 jam
kecuali pada kasus pajanan dengan kelarutan tinggi dalam lemak atau pajanan kronis. (1)
Pralidoksim dapat mengaktifkan kembali enzim kolinesterase pada sinaps-sinaps termasuk
sinaps dengan otot rangka sehingga dapat mengatasi kelumpuhan otot rangka.
Pencegahan Keracunan Insektisida
Cara-cara pencegahan keracunan pestisida yang mungkin terjadi pada pekerjapekerja
pertanian, perkebunan, dan kehutanan sebagai berikut :
a. Penyimpanan pestisida :
1. Pestisida harus disimpan dalam wadah wadah yang diberi tanda,
sebaiknyatertutup dan dalam lemari terkunci.
2. Campuran pestisida dengan tepung atau makanan tidak boleh disimpan dekat
makanan. Campuran yang rasanya manis biasanya paling berbahaya. Tanda tanda harus jelas
juga untuk mereka yang buta huruf.
3. Tempat-tempat bekas menyimpan yang telah tidak dipakai lagi harus dibakar agar
sisa pestisida musnah sama sekali.
4. Penyimpanan di wadah-wadah untuk makanan atau minuman seperti di
botolbotol, sangat besar bahayanya.
b. Pemakaian alat-alat pelindung :
1. Pakailah masker dan adakanlah ventilasi keluar setempat selama melakukan
pencampuran kering bahan-bahan beracun.
2. Pakailah pakaian pelindung, kacamata, dan sarung tangan terbuat dari neopren, jika
pekerjaan dimaksudkan untuk mencampur bahan tersebut dengan minyak atau pelarut-
pelarut organis. Pakaian pelindung harus dibuka dan kulit dicuci sempurna sebelum
makan.
3. Pakaialah respirator, kacamata, baju pelindung, dan sarung tangan selama menyiapkan
dan menggunakan semprotan, kabut, atau aerosol, jika kulit atau paru-paru mungkin
kontak dengan bahan tersebut.
c. Cara-cara pencegahan lainnya :
1. Selalu menyemprot ke arah yang tidak memungkinkan angin membawa bahan, sehingga
terhirup atau mengenai kulit tenaga kerja yang bersangkutan.
2. Hindarkan waktu kerja lebih dari 8 jam sehari bekerja di tempat tertutup dengan penguap
termis, juga alat demikian tidak boleh digunakan di tempat kediaman penduduk atau di
tempat pengolahan bahan makanan.
3. Janganlah disemprot tempat-tempat yang sebagian tubuh manusia akan bersentuhan
dengannya.
Di bawah ini dikutip pedoman dan petunjuk-petunjuk pemakaian pestisida yang dikeluarkan oleh
Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi :
1. Semua pestisida adalah racun, tetapi bahayanya dapat diperkecil bila diketahui cara-cara
bekerja dengan aman dan tidak mengganggu kesehatan.
2. Bahaya pestisida terhadap pekerja lapangan ialah :
a. Pada waktu memindahkan pestisida dari wadah yang besar kepada wadah yang lebih
kecil untuk diangkat dari gudang ke tempat bekerja.
b. Pada waktu mempersiapkannya sesuai dengan konsentrasi yang dibutuhkan.
c. Pada waktu dan selama menyemprot.
d. Kontaminasi karena kecelakaan, yang dapat terjadi pada setiap tingkat pekerjaan
e. tersebut di atas (waktu memindah-mindahkan, bongkar muat, peredearan dan
f. transportasi, penyimpanan, pengaduk, menyemprot atau pemakaian lainnya).
3. Mengingat hal-hal tersebut di atas, maka perlu mendapat perhatian intensif :
a. Mereka yang bekerja dengan pestisida harus diberitahu bahaya yang akan dihadapinya
atau mungkin terjadi dan menerima serta memperhatikan pedoman dan petunjuk-
petunjuk tentang cara-cara bekerja yang aman dan tidak mengganggu kesehatan.
b. Harus ada pengawasan teknis dan medis yang cukup.
c. Harus tersedia fasilitas untuk PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) mengingat
efek keracunan pestisida yang dapat berbahaya pada pekerja. Bila dipakai pestisida
golongan organofosfat harus tersedia atropin, baik dalam bentuk tablet maupun suntikan.
Untuk ini perlu adanya seorang pengawas yang terlatih.
4. Penyemprot diharuskan memakai tutup kepala atau masker yang tak dapat tembus, serta
dicuci dengan baik secara berkala.
5. Pekerja yang mendapat cedera atau iritasi kulit pada tempat-tempat yang mungkin
terkena pestisida, dalam hal ini ia tidak diperkenankan bekerja dengan pestisida, karena
keadaan ini akan mempermudah masuknya pestisida ke dalam tubuh.
6. Fasilitas (termasuk sabun) untuk mencuci kulit (mandi) dan mencuci pakaian harus
tersedia cukup. Mandi setelah menyemprot adalah merupakan keharusan yang perlu
mendapat pengawasan.
7. Pekerja tidak boleh bekerja dengan pestisida lebih dari 4 sampai 5 jam dalam satu hari
kerja, bila aplikasi dari pestisida oleh pekerja yang sama berlangsung dari hari ke hari
(kontinu dan berulang kali) dan untuk waktu yang sama.
8. Harus dipakai pakaian kerja yang khusus dan tersendiri, pakaian kerja ini harus diganti
dan dicuci setiap hari, untuk pestisida golongan organofosfat perlu dicuci dengan sabun.
9. Disamping memperhatikan keadaan-keadaan lainnya, pekerja tidak boleh merokok,
minum atau makan sebelum mencuci tangan dengan bersih memakai sabun dan air.
10. Bahaya terbesar terdapat pada waktu bekerja dengan konsentrat, karenanya perlu
diperhatikan ketentuan-ketentuan di bawah ini :
a. Dalam mempersiapkan konsentrat dari bubuk dispersi dalam air, haruslah dipakai bak
pencampur yang dalam, serta alat pengaduk yang cukup panjangnya untuk mencegah
percikan, dan dapat bekerja sambil berdiri. Demikian pula untuk mencairkan past yang
padat.
b. Mengisi bak pencampur harus demikian, sehingga bahaya percikan dapat ditiadakan atau
sekecil mungkin.
c. Pekerja disini selain memakai alat pelindung seperti pada penyemprot, harus pula
memakai skor dan sarung tangan yang tidak dapat tembus.
d. Memindahkan konsentrat dari satu tempat atau wadah ke tempat yang lain harus
memakai alat yang cukup panjang.
e. Konsentrat cair harus ditempatkan dalam wadah yang cukup kuat, tidak mudah rusak
pada waktu pengangkutan dan ditutup rapat.
11. Alat-alat penyemprot harus memenuhi ketentuan-ketentuan keselamatan kerja.
12. Semua wadah pestisida harus mempunyai etiket yang memenuhi syarat, mudah dibaca
dan dimengerti baik oleh pekerja maupun pengawas.
13. Harus dipenuhi ketentuan-ketentuan tentang wadah pestisida yang telah kosong atau
hampir kosong, yaitu :
a. Wadah ini harus dikembalikan ke gudang selanjutnya dibakar atau dirusak dan kemudian
dikubur.
b. Wadah dapat pula didekontaminasikan dengan memenuhi persyaratan tertentu.
14. Sedapat mungkin diusahakan supaya tenaga kerja pertanian yang bersangkutan dilakukan
pemeriksaan kesehatan berkala, terhadap yang menggunakan pestisida organofosfat
dilakukan setiap bulan sekali pemeriksaan kesehatan berkala yang berpedoman kepada
standard kolinesterase dalam darah.
11. Bawalah segera ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. Tunjukkan kemasan pestisida yang
telah meracuninya kepada para medis agar dapat ditentukan dengan cepat penanganan yang
paling tepat.