Upload
dodien
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
BAHAN RUJUKAN
2.1 Pelaksanaan Prosedur Analisis Kredit
2.1.1 Pengertian Kredit
Bagi dunia perbankan perkreditan merupakan kegiatan yang sangat
penting bahkan menjadi prioritas utama dalam menjalankan usahanya. Alasannya
karena sampai saat ini perkreditan masih merupakan sumber pendapatan terbesar
bagi bank. Di lain pihak kredit sudah menjadi kebutuhan yang penting bagi
masyarakat terutama bagi kalangan dunia usaha. Sebagian besar dari mereka
memanfaatkan kredit dari bank sebagai tambahan modal dalam menjalankan
usaha atau untuk memperluas usahanya. Apabila usaha tersebut berhasil tentunya
dapat meningkatkan taraf hidup mereka dan masyarakat yang terlibat. Kredit juga
dimanfaatkan masyarakat terutama golongan ekonomi menengah ke bawah untuk
memperoleh perumahan yang layak.
Peran kredit yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat kita dan
dunia perbankan sudah seharusnya dapat mendorong kedua pihak untuk
menjalankan kegiatan perkreditan dengan baik dan penuh tanggugjawab. Kegiatan
perkreditan akan berjalan dengan baik apabila semua pihak yang terlibat secara
bersama- sama melaksanakan kewajibannya masing- masing. Masyarakat sebagai
pihak yang meminjam dana berkewajiban untuk membayar kreditnya kepada
bank, sedangkan bank sebagai pihak penyalur dana berkewajiban untuk
menyalurkan dana yang disimpan oleh masyarakat dengan sebaik- baiknya.
Kegiatan perkreditan akan terjadi apabila ada kepercayaan dari pihak yang
mempunyai dana kepada peminjam bahwa yang bersangkutan akan membayar
dana yang dipinjamnya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Hal ini
7
sesuai dengan pengertian kredit menurut Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti
(2004:1) sebagai berikut:
“Kredit adalah suatu kepercayaan dari seseorang atau badan yang
diberikan kepada seseorang atau badan lainnya yaitu bahwa yang
bersangkutan pada masa yang akan datang akan memenuhi segala
sesuatu kewajiban yang telah diperjanjikan terlebih dahulu.”
Karena itu dasar pemberian kredit pada seseorang atau badan usaha
landasannya adalah kepercayaan. Bila pengertian kredit tersebut di atas dikaitkan
dengan kegiatan usaha berarti memberikan nilai ekonomi (economic value)
kepada seseorang atau badan usaha atas dasar kepercayaan saat ini bahwa nilai
ekonomi yang sama akan dikembalikan kepada kreditur setelah jangka waktu
tertentu dengan kesepakatan yang ditetapkan. Hal ini ditegaskan oleh As.
Mahmoeddin (2002:2) mengemukakan bahwa:
“Kredit ialah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.” Pendapat di atas menerangkan bahwa kredit merupakan penyediaan uang
berdasarkan kesepakatn pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain dimana
pihak peminjam wajib untuk melunasi hutangnya dalam jangka waktu tertentu
yang telah disepakati dengan jumlah bunga atau pembagian hasil keuntungan.
Berkaitan dengan dunia perdagangan pengertian kredit adalah kemampuan
untuk menyediakan barang untuk digunakan saat ini dengan pembayarannya
ditangguhkan dimasa yang akan datang seperti yang dikemukakan oleh Miller &
Van Hoose (1993:80) sebagai berikut:
“ Credit is the ability to obtain title to and receive goods for use in the
present, with payment for those goods deferred to future date.”
Berdasarkan pengertian- pengertian kredit di atas terdapat unsur- unsur
yang terkandung dalam pemberian suatu kredit. Menurut Kasmir (2000:75)
unsur- unsur tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Kepercayaan
8
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan bank berupa uang, barang atau jasa akan benar- benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank karena sebelum dana dikucurkan sudah dilakukan penelitian dan penyelidikan yang mendalam tentang nasabah. Penelitian dan penyelidikan dilakukan untuk mengetahui kemauan dan kemampuannya dalam membayar kredit yang disalurkan.
2. Kesepakatan Di samping unsur kepercayaan di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing- masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing- masing. Kesepakatan penyaluran kredit dituangkan dalam akad kredit yang ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu pihak bank dan nasabah.
3. Jangka Waktu Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada kredit yang tidak memiliki jangka waktu.
4. Risiko Faktor risiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu risiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu dan risiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah karena bencana alam. Penyebab tidak tertagih sebenarnya dikarenakan adanya suatu tenggang waktu pengembalian (jangka waktu). Semakin panjang jangka waktu suatu kredit semakin besar risiko tidak tertagih, demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja maupun risiko yang tidak disengaja.
5. Balas Jasa Akibat dari pemberian suatu kredit bank tentu mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga bagi bank prinsip konvensional. Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi dan komisi serta biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan utama bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.
Kegiatan perkreditan pada dasarnya melibatkan beberapa pihak, seperti:
kreditur (bank), debitur, pemerintah dan bahkan masyarakat pada umunya. Oleh
karena itu, tujuan perkreditan pun berbeda- beda dan tergantung pada pihak- pihak
tersebut. Tujuan perkreditan menurut Tjoekam (1999:3) adalah:
9
1. Bagi Kreditur (Bank): a. Perkreditan merupakan sumber utama pendapatannya. b. Pemberian kredit merupakan perangsang pemasaran produk-
produk lainnya dalam persaingan. c. Perkreditan merupakan instrumen penjaga likuiditas, solvabilitas
dan profitabilitas bank. 2. Bagi Debitur:
a. Kredit berfungsi sebagai sarana untuk membuat kegiatan usaha makin lancar dan performance (kinerja) usaha semakin baik daripada sebelumnya.
b. Kredit meningkatkan minat berusaha dan keuntungan sebagai jaminan kelanjutan kehidupan perusahaan.
c. Kredit memperluas kesempatan berusaha dan bekerja dalam perusahaan.
3. Bagi Pemerintah: a. Kredit berfungsi sebagai instrumen moneter. b. Kredit berfungsi untuk menciptakan kesempatan berusaha dan
kesempatan kerja yang memperluas sumber pendapatan dan kemungkinan membuka sumber- sumber pendapatan negara.
c. Kredit berfungsi sebagai instrumen untuk ikut serta meningkatkan mutu manajemen dunia usaha sehingga terjadi efisiensi dan mengurangi pemborosan di semua lini.
4. Bagi Masyarakat: a. Kredit dapat menimbulkan backward dan forwardlinkage dalam
kehidupan perekonomian. b. Kredit mengurangi pengangguran karena membuka peluang
berusaha, bekerja dan pemerataan pendapatan. c. Kredit meningkatkan fungsi pasar karena ada peningkatan daya
beli (social buying power). Berdasarkan tujuan perkreditan di atas maka sudah seharusnya kegiatan
perkreditan dikelola dengan baik. Untuk itu diperlukan manajemen perkreditan
yang baik yang dapat mengurangi tidak kembalinya kredit dari debitur sehingga
dapat memperkecil tingkat kredit bermasalah. Pengertian manajemen perkreditan
menurut Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti (2004:4) adalah:
“Pengelolaan kredit yang dijalankan oleh bank meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan sedemikian rupa
sehingga kredit tersebut berjalan dengan baik sesuai dengan
kesepakatan antara bank dengan debitur.”
Berdasarkan pengertian di atas manajemen perkreditan bertugas untuk
mengelola kredit mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta
pengawasan, termasuk di dalamnya prosedur analisis kredit dan pengendalian
10
tingkat kolektibilitas kredit sehingga kredit dapat berjalan dengan lancar sesuai
dengan kesepakatan antara bank dengan debitur.
2.1.2 Jenis- Jenis Kredit
Beragam jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan
akan jenis kreditnya. Dalam praktiknya kredit yang ada di masyarakat terdiri dari
beberapa jenis begitu pula dengan pemberian kredit oleh bank kepada masyarakat.
Pemberian kredit oleh bank dikelompokkan ke dalam jenis yang masing- masing
dilihat dari berbagai segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai sasaran
atau tujuan tertentu mengingat setiap jenis usaha memiliki berbagai karakteristik
tertentu.
Menurut Kasmir (2000:76-79) secara umum jenis- jenis kredit yang
disalurkan oleh bank dan dilihat dari berbagai segi adalah sebagai berikut:
1. Dilihat dari segi kegunaan Maksud jenis kredit dilihat dari segi kegunannya adalah untuk melihat penggunaan uang tersebut apakah untuk digunakan dalam kegiatan utama atau hanya kegiatan tambahan. Jenis kredit dilihat dari segi kegunaannya adalah: a. Kredit Investasi
Merupakan kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/ pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
b. Kredit Modal Keja Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Kredit modal kerja merupakan kredit yang dicairkan untuk mendukung kredit investasi yang sudah ada.
2. Dilihat dari segi tujuan kredit Kredit jenis ini dilihat dari tujuan pemakaian suat u kredit, apakah bertujuan untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk keperluan pribadi. Jenis kredit dilihat dari segi tujuan adalah: a. Kredit Produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Artinya kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan sesuatu baik berupa barang maupun jasa.
b. Kredit Konsumtif Merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan
11
barang dan jasa yang dihasilkan karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.
c. Kredit Perdagangan Kredit perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier atau agen- agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu.
3. Dilihat dari segi jangka waktu Dilihat dari segi jangka waktu, artinya lamanya masa pemberian kredit mulai dari pertama kali diberikan sampai masa pelunasannya. Jenis kredit ini adalah: a. Kredit jangka pendek
Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka wa ktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya dugunakan untuk keperluan modal kerja.
b. Kredit jangka menengah Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja. Beberapa bank mengklasifikasikan kredit menengah menjadi kredit jangka panjang.
c. Kredit jangka panjang Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan juga untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.
4. Dilihat dari segi jaminan Dilihat dari segi jaminan maksudnya adalah setiap pemberian suatu fasilitas kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau surat- surat berharga minimal senilai kredit yang diberikan. Jenis kredit dilihat dari segi jaminan adalah: a. Kredit dengan jaminan
Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur.
b. Kredit tanpa jaminan Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.
5. Dilihat dari segi sektor usaha
12
Setiap sektor usaha memiliki karakteristik yang berbeda- beda, oleh karena itu pemberian suatu kredit pun berbeda pula. Jenis kredit dilihat dari sektor usaha sebagai berikut : a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor
perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa kredit jangka pendek atau jangka panjang.
b. Kredit peternakan, dalam hal ini kredit diberikan u ntuk jangka yang relatif pendek, misalnya peternakan ayam dan untuk kredit jangka panjang seperti kambing atau sapi.
c. Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai indus tri pengolahan baik industri kecil, mengengah atau besar.
d. Kredit pertambangan, yaitu jenis kredit untuk usaha tambang yang dibiayainya, biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau tambang timah.
e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa yang sedang belajar.
f. Kredit profesi, diberikan kepada kalangan para profesional seperti: dosen, dokter atau pengacara.
g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan.
h. Dan sektor- sektor usaha lainnya.
1.1.3 Pengertian Prosedur Analisis Kredit
Kegiatan perkreditan sebagai salah satu unit usaha yang sangat penting
bagi perbankan harus dikelola dengan baik. Untuk itu kegiatan ini harus melalui
perencanaan yang matang berarti harus melalui prosedur analisis kredit yang baik.
Untuk menyalurkan kredit bank seharusnya melaksanakan prosedur analisis kredit
yang digunakan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan terhadap setiap
permohonan kredit yang diajukan. Analisis kredit dilakukan untuk meyakinkan
bank bahwa calon debitur benar- benar dapat dipercaya. Koch&MacDonald
(2000:619) mengemukakan bahwa:
“ Credit analysis procedure is essentially the process of default risk
analysis, in which a loan officer attempts to evaluate a borrower’s ability
and willingnes to repay.”
Pendapat di atas dapat diartikan bahwa prosedur analisis kredit pada
dasarnya adalah proses untuk menilai resiko kegagalan dimana petugas bagian
kredit berusaha untuk mengevaluasi kemampuan dan kemauan membayar kembali
13
peminjamnya. Prosedur analisis kredit meliputi evaluasi terhadap permohonan
kredit yang diajukan oleh calon debitur dan pemeriksaan secara terperinci
terhadap semua laporan keuangan. Prosesnya antara lain sebagai berikut:
1. Mengumpulkan informasi untuk keperluan credit file
Dalam kredit konsumsi, informasi kredit yang paling bernilai
tersedia dalam aplikasi permohonan kredit. Oleh karena itu bank
mengharapkan calon debiturnya memberikan informasi sesuai dengan
standar bentuk aplikasi kredit bank itu sendiri. Semua informasi ini
disimpan dalam suatu credit file (berkas perkreditan).
Pada umumnya credit file berisi informasi mengenai latar belakang
calon debitur seperti: pekerjaan, tempat tinggal tetap, pendapatan, status
perkawinan dan sebagainya. Termasuk di dalamnya laporan kondisi
keuangan calon debitur. Apabila calon debitur merupakan debitur lama,
credit file juga harus berisi fotokopi perjanjian kredit sebelumnya,
perjanjian jaminan kredit dan dokumen- dokumen penting.
Salah satu aspek penting dalam perkreditan adalah mengetahui
keinginan calon debitur untuk membayar kreditnya. Meskipun hal ini
sangat penting tetapi sangat sulit untuk mengukurnya. Oleh karena itu
informasi dalam credit file akan membantu analis kredit dalam
memberikan informasi mengenai latar belakang pengembalian kredit calon
debitur sehingga dapat memberikan gambaran mengenai keinginan
membayar calon debitur. Analis kredit juga menggunakan informasi dalam
credit file untuk menilai perkembangan kondisi keuangan dan
mengevaluasi jaminan kredit.
2. Evaluasi terhadap performance keuangan
Evaluasi terhadap kondisi keuangan calon debitur sangat
diperlukan untuk memastikan kemampuan membayar calon debitur. Pada
akhirnya perhatian utama dalam prosedur analisis kredit adalah untuk
mengetahui sumber utama pengembalian kredit. Jaminan hanya bertindak
sebagai sumber cadangan pengembalian kredit yang digunakan untuk
mengurangi risiko dan untuk membantu menetapkan jumlah dan jangka
14
waktu kredit. Akan tetapi hal ini tidak menjadi dasar dalam memutuskan
kredit. Untuk itu bank harus meneliti kondisi keuangan calon debitur
sehingga dapat dilihat apakah calon debitur mempunyai kemampuan
untuk mengembalikan kredit atau tidak. Pendapatan calon debitur harus
berasal dari sumber yang stabil dan dapat dipercaya. Evaluasi ini meliputi
evaluasi mengenai pekerjaan calon debitur, sumber utama pendapatan
calon debitur, pengalaman kerja dan prospek karir calon debitur serta
biaya hidup yang harus ditanggung oleh calon debitur. Dalam hal ini
dievaluasi pula pengaruh kondisi ekonomi terhadap pekerjaan yang
dijalani calon debitur dimasa yang akan datang.
3. Wawancara dan pencocokan informasi
Sebelum mempercayai sepenuhnya pada dokumen- dokumen yang
diserahkan calon debitur, baiknya informasi yang mereka berikan harus
dikonfirmasi dahulu sehingga keakuratan dan kebenarannya dapat
dipercaya. Konfirmasi secara langsung dapat dilakukan dengan
melakukan wawancara dengan calon debitur sendiri atau pihak lain yang
ada hubungannya dengan calon debitur.
4. Mengevaluasi jaminan atau sumber cadangan pengembalian kredit
Dalam meneliti jaminan kredit harus dilakukan penelitian resmi
untuk mengetahui apakah jaminan tersebut tidak dalam sengketa.
Disamping itu penilaian terhadap kekayaan pribadi calon debitur mungkin
dibutuhkan untuk menentukan perkiraan nilai jaminan. Perkiraan nilai
jaminan diperlukan untuk menentukan jumlah kredit yang akan diberikan
pada calon debitur apabila permohonan kredit calon debitur disetujui
nantinya. Idealnya nilai jaminan harus lebih besar dari jumlah kredit. Hal
ini untuk mengantisipasi apabila terjadi sesuatu dengan calon debitur
yang menyebabkan calon debitur tidak mampu lagi membayar kreditnya.
5. Menulis hasil analisis kredit dan membuat rekomendasi
Tahap terakhir adalah mengajukan laporan tertulis mengenai hasil
analisis kredit, perbandingan keadaan keuangan calon debitur dengan
standar yang digunakan bank serta membuat rekomendasi yang nantinya
15
menjadi bahan pertimbangan dalam memutuskan kredit. Dalam hal ini
analis kredit mengevaluasi laporan tersebut dan mendiskusikan apabila ada
kesalahan atau kelalaian. Apabila laporan hasil analis kredit menunjukkan
bahwa permohonan kredit tidak memenuhi kriteria risiko yang digunakan
bank maka analis kredit merekomendasikan permohonan kredit tersebut
ditolak. Pada tahap ini analis kredit mungkin dapat menyarankan cara-
cara untuk memperbaiki kondisi calon debitur yang menjadi alasan bank
menolak permohonan kreditnya kemudian mencoba untuk mengajukan
proposal yang lain jika keadaan tersebut sudah diperbaiki. Apabila laporan
hasil analisis menunjukkan bahwa permohonan kredit memenuhi batas
risiko yang diterima bank maka analis kredit merekomendasikan
permohonan kredit tersebut disetujui.
George H. Hempel, et all (1994:396) menyatakan bahwa:
“ Credit analysis is the process of assessing the risk of lending to a
business or an individual.”
Dengan demikian analisis kredit dapat diartikan sebagai proses untuk menilai
risiko dari pemberian pinjaman untuk usaha atau perorangan.
Penilaian terhadap risiko kegagalan dari suatu permohonan kredit sangat
penting artinya bagi kelangsungan kegiatan perkreditan bank. Berdasarkan
penilaian ini akan diketahui apakah debitur mempunyai kemampuan dan kemauan
untuk membayar kreditnya sehingga layak untuk diberikan kredit atau sebaliknya
apabila permohonan kredit debitur diloloskan maka kredit tersebut hanya akan
menimbulkan masalah bagi kesehatan kredit bank tersebut. Berdasarkan uraian
tersebut dapat kita ketahui bahwa hasil penilaian terhadap risiko kegagalan dari
suatu permohonan kredit akan memperlihatkan bagaimana mutu permintaan kredit
yang diajukan debitur.
Prosedur analisis kredit untuk menilai mutu permintaan kredit akan
mencakup latar belakang debitur, karakter debitur, prospek usahanya, jaminan
yang diberikan serta faktor- faktor lainnya yang diperlukan untuk dapat
meyakinkan bank untuk memberikan kreditnya. Melalui prosedur analisis kredit
16
dapat diketahui maksud dan kegunaan dari kredit sehingga manfaat kredit sesuai
dengan yang diharapkan. Berdasarkan hal ini bank dapat memprediksi setiap
kemungkinan yang akan timbul dimasa mendatang baik keuntungan maupun
risikonya.
Prosedur analisis kredit dilakukan agar bank yakin bahwa kredit yang
diberikan kepada debitur benar- benar aman dan dapat kembali tepat pada
waktunya. Pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dahulu sangat
membahayakan kesehatan kredit bank. Sangat besar kemungkinannya kredit
diberikan pada debitur yang tidak layak dalam arti tidak mempunyai kemampuan
dan kemauan untuk membayar kembali kreditnya. Akhirnya kredit tersebut akan
sulit untuk ditagih sehingga menimbulkan kredit bermasalah.
Dengan melakukan prosedur analisis diharapkan kredit yang disalurkan
dapat diterima oleh debitur yang tepat yang dapat memanfaatkan kredit dengan
baik untuk tujuan yang baik pula sehingga dapat memberikan keuntungan bagi
kedua belah pihak yaitu bank dan debitur itu sendiri. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa prosedur analisis kredit dilakukan untuk menilai kemampuan
dan kemauan debitur dalam melakukan kewajiban pembayarannya.
Oleh karena itu bank sebagai pemberi kredit harus melaksanakan prosedur
analisis kredit yang lebih teliti terhadap setiap permohonan kredit yang diajukan
oleh debiturnya baik analisa secara financial maupun non financial. Hal ini
diharapkan dapat memperkecil risiko kerugian bagi bank karena kredit diberikan
pada debitur yang tepat sehingga tidak memberatkan debitur dalam membayar
kreditnya. Kondisi ini akan mendukung pelaksanaan pengendalian tingkat
kolektibilitas kredit yang baik karena pembayaran kredit oleh debitur berjalan
dengan lancar. Hal ini berarti tunggakan debitur semakin berkurang dan kondisi
kolektibilitas kredit semakin baik.
Pelaksanaan prosedur analisis kredit yang teliti adalah salah satu kunci
keberhasilan perkreditan bank. Apabila terjadi suatu kesalahan analisis akan
berakibat buruk terhadap kesehatan kredit bank tersebut. Oleh karena itu seorang
analis kredit harus mempunyai sikap dan mental yang baik serta mempunyai
kecakapan khusus dalam memprediksi dan menganalisa suatu permohonan kredit.
17
2.1.4 Prinsip- Prinsip Pemberian Kredit Bank
Jaminan kredit yang diberikan calon debitur kepada bank pada dasarnya
sebagai alat bank untuk melindungi kreditnya dari resiko kerugian terutama untuk
melindungi kredit yang macet akibat suatu musibah. Akan tetapi apabila kredit
yang diberikan telah dilakukan penelitian secara mendalam sehingga calon debitur
sudah dikatakan layak untuk memperoleh kredit maka fungsi jaminan kredit
hanyalah untuk berjaga- jaga. Oleh karena itu dalam pemberian kreditnya bank
harus memperhatikan prinsip- prinsip pemberian kredit yang benar. Artinya
sebelum permohonan kredit disetujui maka bank harus merasa yakin bahwa kredit
yang diberikan benar- benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari
laporan hasil analisis kredit sebelum kredit tersebut dicairkan. Penilaian kredit
oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai prinsip untuk mendapatkan keyakinan
tentang calon debiturnya. Dari beberapa prinsip- prinsip pemberian kredit yang
ada penulis menggunakan Prinsip 5C sebagai pedoman penilaian dalam prosedur
analisis kredit. Prinsip 5C dalam pemberian kredit menurut Kasmir (2000:91-93)
adalah:
1. Character Character adalah sifat atau watak seseorang, dalam hal ini calon debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa sifat atau watak dari orang- orang yang akan diberikan kredit benar- benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan social standingnya. Character merupakan ukuran untuk menilai “kemauan” nasabah membayar kreditnya. Orang yang memiliki karakter baik akan berusaha untuk membayar kreditnya dengan berbagai cara.
2. Capacity (Capability) Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang maka semakin besar kemampuannya untuk membayar kredit.
3. Capital
18
Biasanya bank tidak akan bersedia untuk membiayai suatu usaha 100%. Artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri. Dengan kata lain capital adalah untuk mengetahui sumber- sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.
4. Collateral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Fungsi jaminan adalah sebagai pelindung bank dari resiko kerugian.
5. Condition Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk dimasa yang akan datang sesuai sektor masing- masing. Dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil sebaiknya pemberian kredit untuk sektor tertentu jangan diberikan terlebih dahulu dan kalaupun jadi diberikan sebaiknya juga dengan melihat prospek usaha tersebut dimasa yang akan datang.
2.2 Pengendalian Tingkat Kolektibilitas Kredit
2.2.1 Pengertian Kolektibilitas Kredit
Kredit merupakan kegiatan usaha yang penting bagi perbankan.
Kualitasnya sangat menentukan usaha bank itu sendiri mengingat adanya resiko
kerugian dalam pemberian kredit. Oleh karena itu bank berkewajiban menjaga
agar kualitas kredit selalu dalam keadaan baik.
Sumber informasi utama bagi bank untuk melihat perkembangan kredit
serta kualitas kredit yang dikeluarkan oleh bank adalah dengan melihat kondisi
kolektibilitas kreditnya. Melalui kolektibilitas kredit, bank dapat memantau setiap
saat perkembangan kreditnya sehingga dapat diketahui keadaan serta kesehatan
kredit bank tersebut. Melalui kolektibilitas kredit pula bank dapat mengantisipasi
setiap gejala yang memungkinkan terjadinya kredit bermasalah sehingga bank
dapat segera melakukan tindakan yang diperlukan untuk menyelamatkan
kreditnya.
As. Mahmoeddin (2002:10) mengemukakan bahwa:
“Kolektibilitas pinjaman adalah penggolongan pinjaman berdasarkan keadaan pembayaran pokok yang angsuran pokok dan bunga oleh
19
nasabah serta tingkat kemungkinan dikirimnya kembali dana yang masih ditanamkan dalam surat- surat berharga atau penanaman lainnya.” Pendapat di atas menjelaskan bahwa kolektibilitas kredit merupakan
penggolongan kredit berdasarkan keadaan pembayaran serta tingkat kelancaran
dan kemungkinan diterimanya kembali kredit dari nasabah.
Kondisi kolektibilitas kredit yang baik merupakan tujuan yang ingin
dicapai bank sebagai lembaga penyalur dana kepada masyarakat melalui kegiatan
perkreditan karena jika kondisi kolektibilitas kredit baik maka dapat dikatakan
bahwa bank berhasil dalam manajemen kegiatan perkreditannya karena kondisi
kreditnya dalam keadaan sehat. Untuk mencapai hal ini maka bank harus
melakukan pengendalian tingkat kolektibilitas kredit yang baik yang dapat
mengantisipasi setiap gejala yang memungkinkan terjadinya kredit bermasalah
sehingga dapat melakukan tindakan yang diperlukan sedini mungkin sebelum
kredit tersebut berkembang menjadi kredit bermasalah. Di lain pihak jika kredit
sudah berkembang menjadi kredit bermasalah maka bank dapat menyelesaikannya
dengan baik sehingga kredit dapat diselamatkan.
2.2.2 Penggolongan Kolektibilitas Kredit
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa kolektibilitas kredit merupakan
sumber informasi utama bagi bank untuk melihat keadaan kreditnya. Kredit
tersebut digolongkan berdasarkan keadaan serta kelancaran debitur dalam
membayar kreditnya. Menurut Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti (2004:23-
27) penggolongan kredit berdasarkan kolektibilitasnya adalah:
I. Kredit Lancar (L) Suatu kredit digolongkan lancar jika memenuhi kriteria di bawah ini: 1. Prospek Usaha
a. Industri atau kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang baik.
b. Pasar yang stabil dan tidak dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian.
c. Persaingan yang terbatas termasuk posisi yang kuat dalam pasar.
d. Manajemen yang sangat baik. e. Perusahaan afiliasi atau grup stabil dan mendukung usaha.
20
f. Tenaga kerja yang memadai dan belum pernah tercatat mengalami perselisihan atau pemogokan.
2. Kondisi Keuangan a. Perolehan laba tinggi dan stabil. b. Perolehan data cukup lancar namun memiliki potensi
menurun. c. Permodalan kuat. d. Likuiditas dan modal kerja kuat. e. Analisis arus kas menunjukan bahwa debitur dapat
memenuhi kewajiban pembayaran pokok serta bunga tanpa dukungan sumber dana tambahan.
f. Jumlah portofolio yang sensitif terhadap perubahan nilai tukar valuta asing dan suku bunga relatif sedikit atau telah dilakukan lindung nilai ( hedging) secara baik.
3. Kemampuan Membayar a. Pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik dan
tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit. b. Hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu
menyampaikan keuangan secara teratur dan akurat. c. Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat.
II. Kredit Dalam Perhatian Khusus (DPK) Suatu kredit digolongkan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria di bawah ini: 1. Prospek Usaha
a. Industri atau kegiatan usaha memiliki pertumbuhan yang terbatas.
b. Posisi di pasar baik, tidak banyak dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian.
c. Pangsa pasar sebanding dengan pesaing. d. Manajemen yang baik. e. Perusahaan afiliasi atau grup stabil dan tidak memiliki
dampak yang memberatkan terhadap debitur. f. Tenaga kerja pada umumnya memadai dan belum pernah
tercatat mengalami perselisihan atau pemogokan. 2. Kondisi Keuangan
a. Perolehan laba rendah. b. Permodalan cukup baik dan pemilik mempunyai kemampuan
untuk memberikan modal tambahan apabila diperlukan. c. Likuiditas dan modal kerja umumnya baik. d. Analisis arus kas menunjukan bahwa meskipun debitur
mampu memenuhi kewajiban pembayaran pokok serta bunga, namun terdapat indikasi masalah tertentu yang apabila tidak diatasi akan mempengaruhi pembayaran akan datang.
e. Beberapa portofolio sensitif terhadap perubahan nilai tukar valuta asing dan suku bunga, tetapi masih terkendali.
3. Kemampuan Membayar
21
a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga sampai 90 hari.
b. Jarang mengalami cerukan. c. Hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu
menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan masih akurat.
d. Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat. e. Pelanggaran perjanjian kredit yang tidak prinsipil.
III. Kredit Kurang Lancar (KL) Suatu kredit digolongkan kurang lancar apabila memenuhi kriteria di bawah ini: 1. Prospek Usaha
a. Industri atau kegiatan usaha menunjukan potensi pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan.
b. Pasar dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian. c. Posisi di pasar cukup baik tetapi banyak pesaing namun dapat
pulih kembali jika melaksanakan strategi bisnis yang baru. d. Manajemen yang cukup baik. e. Hubungan dengan perusahaan afiliasi atau grup mulai
memberikan dampak yang memberatkan terhadap debitur. f. Tenaga kerja berlebihan namun hubungan pimpinan dan
karyawan pada umumnya baik. 2. Kondisi Keuangan
a. Laba sangat kecil dan negatif. b. Rasio utang terhadap modal cukup tinggi. c. Likuiditas kurang dan modal kerja terbatas. d. Analisis arus kas menunjukan bahwa debitur hanya mampu membayar bunga dan sebagian dari pokok. e. Kegiatan usaha terpengaruh perubahan nilai tukar valuta asing dan suku bunga. f. Perpanjangan kredit untuk menutupi kesulitan keuangan.
3. Kemampuan Membayar a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang
telah melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari. b. Terdapat cerukan yang berulang kali khususnya untuk
menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas. c. Hubungan debitur dengan bank memburuk dan informasi
keuangan tidak dapat dipercaya. d. Dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan agunan
yang lemah. e. Pelanggaran terhadap persyaratan pokok kredit. f. Perpanjangan kredit untuk menyembunyikan kesulitan
keuangan. IV. Kredit Diragukan (D)
22
Suatu kredit digolongkan diragukan apabila memenuhi kriteria di bawah ini: 1. Prospek Usaha
a. Industri atau kegiatan usaha menurun. b. Pasar sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi
perekonomian. c. Persaingan usaha sangat ketat dan operasional perubahan
mengalami permasalahan yang serius. d. Manajemen kurang berpengalaman. e. Perusahaan afiliasi atau grup telah memberikan dampak yang
memberatkan debitur. f. Tenaga kerja berlebihan dalam jumlah yang sangat besar
sehingga dapat menimbulkan keresahan. 2. Kondisi Keuangan
a. Laba sangat kecil dan negatif. b. Kerugian operasional dibiayai dengan penjualan aset. c. Rasio utang terhadap modal cukup tinggi. d. Likuiditas sangat rendah. e. Analisis arus kas menunjukan ketidakmampuan membayar
pokok dan bunga. f. Kegiatan usaha terancam karena perubahan nilai tukar valuta
asing dan suku bunga. g. Pinjaman baru digunakan untuk memenuhi kewajiban yang
jatuh tempo. 3. Kemampuan Membayar
a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari.
b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas.
c. Hubungan debitur dengan bank semakin memburuk dan informasi keuangan tidak tersedia atau tidak dapat dipercaya.
d. Dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan agunan yang lemah.
e. Pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian.
V. Kredit Macet (M) Suatu kredit digolongkan macet apabila memenuhi kriteria di bawah ini: 1. Prospek Usaha
a. Kelangsungan usaha sangat diragukan, industri mengalami penurunan dan sulit untuk pulih kembali.
b. Kemungkinan besar kegiatan usaha akan terhenti. c. Kehilangan pasar sejalan dengan kondisi perekonomian yang
menurun. d. Manajemen sangat lemah. e. Perusahaan afiliasi sangat merugikan debitur.
23
f. Terjadi pemogokan tenaga kerja yang sulit diatasi. 2. Kondisi Keuangan
a. Mengalami kerugian yang besar. b. Debitur tidak mampu memenuhi seluruh kewajiban dan
kegiatan usaha tidak dapat dipertahankan. c. Rasio utang terhadap modal sangat tinggi. d. Kesulitan likuiditas. e. Analisis arus kas menunjukan bahwa debitur tidak mampu
menutup biaya produksi. f. Kegiatan usaha terancam fluktuasi nilai tukar valuta asing dan
suku bunga. g. Pinjaman baru digunakan untuk menutup kerugian
operasional. 3. Kemampuan Membayar
a. Terdapat tunggakan pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari.
b. Dokumentasi kredit dan atau pengikatan agunan tidak ada. Berdasarkan penggolongan menurut kolektibilitas di atas sangat
memungkinkan bagi bank untuk mengetahui dengan mudah tentang kesehatan
kreditnya serta mempunyai gambaran tentang keadaan kredit- kredit yang
diberikannya.
2.2.3 Pengertian Pengendalian Tingkat Kolektibilitas Kredit
Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa kondisi kolektibilitas kredit
suatu bank merupakan gambaran keadan perkreditan bank tersebut. Untuk itu
kondisi kolektibilitas kredit harus dijaga dengan sebaik- baiknya. Untuk menjaga
agar kondisi kolektibilitas kredit selalu berada dalam keadaan baik maka harus
dilaksanakan pengendalian tingkat kolektibilitas kredit yang baik pula.
Pengendalian tingkat kolektibilitas kredit merupakan usaha yang dilakukan oleh
bank agar dapat mengantisipasi setiap kemungkinan timbulnya gejala kredit
bermasalah sehingga terjadinya kredit bermasalah dapat segera dicegah. Hal ini
sesuai dengan pengertian pengendalian tingkat kolektibilitas kredit menurut
Hempel, et all (1998:394) yaitu:
“Loan quality controlled is exertion to prevent deviations which could be
arouse credit problems, so it can be anticipated and corrected.”
Artinya bahwa pengendalian tingkat kolektibilitas kredit adalah usaha
untuk mencegah adanya penyimpangan- penyimpangan yang dapat menyebabkan
24
timbulnya kredit bermasalah sehingga kredit bermasalah dapat segera diantisipasi
dan diperbaiki.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa pengendalian tingkat
kolektibilitas kredit merupakan usaha untuk mencegah dan mengantisipasi
timbulnya penyimpangan- penyimpangan yang dilakukan debitur yang dapat
menyebabkan kredit bermasalah sehingga terjadinya kredit bermasalah dapat
dicegah sedini mungkin. Untuk itu perlu dilakukan administrasi serta dokumentasi
kredit yang baik serta supervisi dan pembinaan debitur yang konsisten.
Administrasi dan dokumentasi kredit dilakukan agar data, informasi serta
dokumen- dokumen yang berkaitan dengan debitur tersedia secara lengkap, akurat
dan mudah didapat. Pelaksanaan administrasi dan dokumentasi kredit yang baik
dapat membantu loan officer dalam melakukan pembinaan terhadap debiturnya.
Supervisi dan pembinaan debitur dilakukan untuk memantau keadaan debitur baik
secara langsung maupun tidak langsung sehingga pengembalian kredit dapat
berjalan dengan baik. Pendapat di atas juga mengemukakan bahwa pengendalian
kolektibilitas kredit dilaksanakan untuk melakukan perbaikan- perbaikan apabila
kredit terlanjur menjadi kredit bermasalah. Untuk itu perlu dilakukan
penyelamatan dan penyelesaian kredit bermasalah dimana bank berusaha untuk
melakukan perbaikan- perbaikan terhadap kredit bermasalah sehingga diharapkan
kredit tersebut masih dapat diselamatkan.
Pengendalian tingkat kolektibilitas kredit yang baik berarti bank selalu
memonitor kondisi kolektibilitas kreditnya, keadaan kredit debiturnya serta selalu
memantau keadaan debiturnya. Dalam melaksanakan pengendalian tingkat
kolektibilitas kredit bank juga memberikan pembinaan- pembinaan kepada debitur
dengan tujuan agar debitur semakin menyadari pentingnya melaksanakan
kewajibannya yaitu membayar kredit tepat pada waktunya. Dengan demikian
diharapkan munculnya penyimpangan- penyimpangan yang dilakukan debitur
dapat berkurang. Apabila kondisi ini berlangsung terus- menerus tentunya
munculnya kredit bermasalah dapat diperkecil sehingga kondisi kolektibilitas
kredit yang baik akan tercapai.
25
Pada dasarnya pengendalian tingkat kolektibilitas kredit sudah dilakukan
sebelum permohonan kredit disetujui yaitu pada tahap analisis kredit. Pelaksanaan
prosedur analisis kredit dengan sebaik- baiknya dilakukan dengan tujuan agar
debitur- debitur yang nantinya diberi kredit oleh bank tidak menyebabkan kredit
bermasalah sehingga terjadi kredit bermasalah dapat diperkecil. Tahap ini
merupakan tangung jawab seorang analisis kredit. Dengan demikian sudah
seharusnya seorang analis kredit merupakan seorang yang cakap dan mempunyai
mental yang baik karena tugas dan tanggung jawabnya yang besar dalam
menganalisis setiap permohonan kredit yang nantinya akan mempengaruhi
pengendalian tingkat kolektibilitas kredit bank selanjutnya.
Berdasarkan uraian di atas dimana pengendalian tingkat kolektibilitas
kredit sebelum permohonan kredit disetujui sudah menjadi tanggung jawab analis
kredit maka pengendalian tingkat kolektibilitas kredit selanjutnya dimulai dari
adanya keputusan disetujuinya permohonan kredit dan berakhir setelah semua
kewajiban kepada bank dilunasi oleh debitur.
Tahapan pengendalian tingkat kolektibilitas kredit dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Administrasi dan Dokumentasi Kredit
Batasan administrasi dan dokumentasi menurut Tjoekam
(1999:188) adalah:
“Susunan kegiatan dalam proses kegiatan perkreditan bank dalam usaha mengumpulkan data dan menyajikan informasi, penguasaan dokumen, pencatatan secara sistematis, pembuatan laporan dan sebagai sumber bahan dalam menjalankan fungsi- fungsi manajemen perkreditan bank.” Pada tahap ini pegawai yang berwenang dalam membuat keputusan
kredit mengevaluasi dan mendiskusikan laporan hasil analisis kredit serta
rekomendasi yang diberikan analis kredit. Hal ini dilakukan sebagai
pedoman utama dalam membuat keputusan mengenai disetujui atau
ditolaknya suatu permohonan kredit. Apabila analis kredit
merekomendasikan untuk menolak permohonan kredit karena permohonan
kredit tersebut dianggap tidak layak maka Komite Pemutus Kredit (KPK)
memutuskan untuk menolak permohonan kredit tersebut dengan
26
mengirimkan surat pernyataan secara tertulis kepada calon debitur tersebut
bahwa permohonan kreditnya ditolak. Apabila analis kredit
merekomendasikan untuk menyetujui suatu permohonan kredit karena
permohonan kredit tersebut layak untuk diberi kredit maka Komite
Pemutus Kredit (KPK) memutuskan untuk menyetujui permohonan kredit
tersebut.
Selanjutnya loan administration bersama calon debitur
merundingkan persiapan- persiapan berkaitan dengan syarat- syarat kredit
sebelum dilakukan perjanjian kredit termasuk jumlah kredit, jangka waktu
kredit, penentuan suku bunga kredit, syarat- syarat jaminan kredit dan
jadwal pengembalian kredit. Setelah calon debitur mempelajari dan
menyetujui isi keputusan kredit serta bank telah menerima dan meneliti
semua persyaratan kredit dari calon debitur maka kedua belah pihak
menandatangani perjanjian kredit serta syarat- syarat umum pemberian
kredit beserta lampiran- lampirannya. Lampiran- lampiran tersebut berupa
pengikatan jaminan, baik berupa Hak Tanggungan atau Fiducia dan
sebagainya. Selanjutnya kredit direalisasikan.
Pada tahap ini juga disamping dilaksanakan pembukuan setiap
transaksi kredit dengan benar juga dilakukan pengarsipan data- data
debitur. Pencatatan data dan informasi ke dalam credit file harus sesuai
dengan pedoman yang berlaku pada bank yang bersangkutan. Hal ini
untuk memudahkan bank dalam mencari data- data debitur apabila
diperlukan.
Administrasi kredit sangat diperlukan untuk penilaian
perkembangan kualitas kredit, pengawasan kredit, perlindungan
kepentingan bank serta merupakan sumber materi penting untuk membuat
laporan keperluan intern dan ekstern. Administrasi kredit juga berperan
dalam menata sistem dokumentasi, sistem evaluasi mutu kredit serta
evaluasi pasar/ jenis kredit sehingga mampu menunjang ke arah
perkreditan yang sehat dan memperkuat posisi bank baik dalam aspek
yuridis maupun ekonomis pada waktu mendatang. Berdasarkan uraian di
27
atas dapat kita ketahui bahwa fungsi administrasi kredit menurut Tjoekam
(1999:191) adalah:
a. Sebagai sumber informasi b. Sebagai alat komunikasi c. Sebagai instrumen pengawasan kredit d. Sebagai sumber materi untuk membuat laporan e. Sebagai alat awal penentu kolektibilitas kredit f. Sebagai alat bukti bila terjadi sengketa
Dokumentasi yang lengkap, akurat, relevan dan dibawah
penguasaan bank merupakan aspek penting yang harus dicapai oleh setiap
bank yang berhubungan dengan para debitur. Dengan demikian bank
berada dalam posisi kuat dan dapat menjamin kredit akan kembali pada
bank.
2. Supervisi dan Pembinaan Debitur
Supervisi dan pembinaan debitur menurut Rachmat Firdaus dan
Maya Ariyanti (2004:133) adalah:
“Upaya pengamanan kredit yang telah diberikan oleh bank dengan jalan terus memantau dan mengikuti jalannya perusahaan/ debitur (secara langsung atau tidak langsung), serta memberikan saran dan konsultasi agar perusahaan/ debitur berjalan dengan baik sehingga pengembalian kredit berjalan dengan baik pula.” Kredit harus disupervisi dan debitur harus dibina agar kredit
berjalan dengan baik. Supervisi dan pembinaan debitur merupakan suatu
upaya untuk meminimalisasi kredit bermasalah karena bagaimanapun
ketatnya upaya tersebut pada kenyataannya hampir tidak mungkin bahwa
segalanya akan berjalan dengan baik sesuai dengan yang dikehendaki.
Menurut Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti (2004:134-135)
fungsi supervisi dan pembinaan debitur adalah untuk memonitor jalannya
usaha debitur dengan jalan antara lain:
a. Membina hubungan yang terbuka dan terus- menerus dengan debitur tersebut.
b. Menerima, mencatat, mengklasifikasi dan menganalisis laporan- laporan dari nasabah serta membuat laporan perkembangannya.
28
c. Menganalisis sebab- sebab terjadinya suatu masalah atau usaha nasabah dan membuat rekomendasi tentang saran- saran perbaikan atau penyelamatan.
d. Memberikan saran dan konsultasi kepada debitur dalam segala aspek yang diperlukan. Supervisi dan pembinaan debitur secara aktif dilakukan dengan
kunjungan- kunjungan langsung pada debitur dan mengadakan penilaian
berdasarkan data fisik dan catatan- catatan yang ada pada debitur serta
mengadakan pembicaraan dan diskusi langsung dengan debitur. Supervisi
dan pembinaan debitur aktif juga melakukan cara dimana pihak bank
mendatangi pihak ketiga (misalnya rekan kerja) yang ada kaitannya
dengan pekerjaan debitur secara langsung untuk mendapatkan informasi
yang lebih lengkap dan akurat tentang keadaan pekerjaan debitur.
Tujuan dari kunjungan langsung ini adalah untuk menilai secara
langsung keadaan debitur dan mendeteksi penyimpangan- penyimpangan
yang ada serta mempelajari sebab- sebabnya untuk kemudian memberikan
saran tentang cara mengatasinya. Hasil supervisi dan pembinaan debitur
secara aktif ini dituangkan ke dalam laporan yang berguna baik untuk
kepentingan manajemen bank maupun untuk kepentingan debitur.
Supervisi dan pembinaan debitur secara pasif dilakukan dengan
cara mempelajari dan menganalisis informasi dan data yang ada pada
bank. Misalnya dari data operasional kredit dapat mempelajari apakah
semua kewajibannya telah dilakukan dengan baik sesuai dengan jadwal
yang ditentukan atau terdapat tunggakan- tunggakan baik pokok maupun
bunga.
Dengan melihat perkembangan kondisi keuangan debitur
disamping akan terlihat perkembangan dan mungkin kemunduran juga
akan terlihat penyimpangan- penyimpangan yang mungkin terjadi pada
kondisi keuangan debitur. Tentu saja setiap penyimpangan tersebut harus
dicari sebab- sebabnya dan kemungkinan pengaruhnya terhadap
pengembalian kreditnya. Supervisi dan pembinaan debitur secara pasif
juga melakukan cara dimana bank memanggil debitur atau pihak- pihak
29
lain yang ada kaitannya dengan debitur untuk mendapatkan informasi-
informasi yang diperlukan.
3. Penyelamatan dan Penyelesaian Kredit Bermasalah
Tahap ini merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan dan
menyelesaikan kredit yang sudah termasuk ke dalam kredit bermasalah
berdasarkan intensitas penyimpangan dan pada aspek apa penyebab kredit
menjadi bermasalah. Dengan ditemukannya variabel penyebab kredit
bermasalah atau debitur melakukan suatu penyimpangan dari kesepakatan
yang dibuat yang selanjutnya dapat ditentukan jenjang kolektibilitas
kreditnya maka bank bersama debitur membuat langkah- langkah untuk
penyelamatan atau penyelesaian. Menurut Rachmat Firdaus dan Maya
Ariyanti (2004:142-145) upaya- upaya untuk penyelamatan dan
penyelesaian kredit bermasalah dapat ditempuh dengan cara sebagai
berikut:
a. Kredit diperpanjang Apabila berdasarkan penilaian supervisor suatu pinjaman memenuhi syarat untuk diperpanjang jangka waktunya maka cara penyelamatan ini adalah cara yang paling baik. Adapun syarat- syarat untuk perpanjangan kredit antara lain:
• Pinjaman dari bank masih dipakai dan berputar pada perusahaan secara efektif.
• Modal tersebut masih diperlukan. • Tidak terdapat tunggakan bunga. • Debitur harus bersedia menandatangani perjanjian
perpanjangan kredit. b. Penjadwalan kembali kredit (rescheduling)
Cara yang kedua adalah dengan memberikan kesempatan kepada debitur dengan mengadakan konsolidasi usahanya dengan cara menjadwalkan kembali kredit tetapi bedanya dengan perpanjangan pada penjadwalan kembali syarat- syarat yang dikenakan oleh bank tidak seberat pada perpanjangan karena dianggap perusahaan sedang menghadapi persoalan berat layaknya orang sakit. Syarat- syarat tersebut antara lain:
• Perusahaan masih mempunyai prospek untuk bangkit kembali.
• Adanya keyakinan bahwa debitur/ pengusaha tersebut akan tetap berniat menjalankan usahanya secara sungguh- sungguh.
30
• Adanya keyakinan bahwa debitur tersebut masih mempunyai itikad untuk membayar
Biasanya pada rescheduling ini, tunggakan bunga yang ada dijumlahkan dengan tunggakan pokok (plafondering) untuk kemudian dijadwalkan pembayarannya dalam jangka waktu tertentu (yang wajar) sesuai dengan kemampuan perusahaan berdasarkan penilaian dan perhitungan yang seksama dari pihak bank. Untuk pegangan bank dan debitur sendiri maka pada rescheduling ini debitur harus menandatangani perjanjian rescheduling. Pada fase ini petugas supervisi dan pembinaan harus sering berhubungan dengan debitur tersebut dan mengikuti dengan ketat jalannya usaha serta memberikan saran- saran pembinaan yang diperlukan.
c. Persyaratan Kembali Kredit (reconditioning) Cara ini hampir sama dengan rescheduling yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat- syarat pinjaman. Bedanya pada reconditioning ini diberikan pembebasan sebagian bunga tertunggak atau penghentian perhitungan bunga disamping yang menyangkut perubahan jadwal pembayaran/ angsuran kredit.
d. Penataan Kembali Kredit (restructuring) Disamping perubahan syarat- syarat pinjaman seperti pada reconditioning maka pada cara restructuring bank menambah kembali jumlah pinjaman atau mengkonversi sebagian atau seluruh pinjaman tersebut menjadi penyertaan modal terhadap perusahaan tersebut.
e. Barang Jaminan Dijual Andaikata prospek perusahaan makin tidak menentu kemudian tidak lagi ditemukan sumber- sumber pembayaran lain dari debitur maka bank sebaiknya menyarankan agar debitur menjual jaminannya. Harga penjualan pada dasarnya harus disepakati oleh pihak bank dan debitur sendiri. Hasil penjualan inilah yang menjadi sumber pengembalian kredit sehinngga menjadi lunas.
f. Menyerahkan penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) Untuk bank- bank milik negara atau pemerintah (Pusat atau Daerah) ada ketentuan yang mengharuskan penyerahannya kepada BUPLN. Sedangkan untuk bank swasta nasional dan bank asing ke Pengadilan Negeri. Kredit- kredit yang diserahkan kepada kedua lembaga di atas umunya kredit- kredit yang sudah termasuk kategori macet (atau sekurang- kurangnya diragukan dimana debitur disamping itikad baiknya diragukan juga prospek usahanya sudah suram). Hal ini dilakukan apabila cara- cara yang lain yang disebutkan pada butir a,b,c,d dan e tidak dapat
31
dilaksanakan sehubungan dengan tidak terpenuhinya persyaratan- persyaratannya.
g. Dihapus (write off) Jalan lain andaikata keenam cara di atas tidak bisa di tempuh (telah dicoba tetapi gagal) maka bank akan melakukan penghapusan bad debt atas kredit macet tersebut baik sebagian maupun seluruhnya.
Dengan dilakukannya setiap tahap dalam pengendalian tingkat
kolektiibilitas kredit dengan sebaik- baiknya oleh bank diharapkan dapat
memperkecil terjadinya kredit bermasalah. Apabila kredit bermasalah sudah
terlanjur terjadi diharapkan bank dapat segera melakukan penyelamatan atau
perbaikan sehingga kredit tersebut masih dapat diselamatkan. Hal ini diharapkan
dapat mendorong tercapainya tingkat kolektibilitas kredit sesuai dengan ketentuan
yang diharapkan yaitu tingkat NPL <5%.
2.3 Analisis Keuangan
Setiap lembaga yang menjalani usaha di bidang perkreditan menginginkan
kondisi kolektibilitas kreditnya selalu dalam keadaan baik. Hal ini dapat terwujud
apabila tingkat kredit bermasalah dapat mencapai ketentuan yang diharapkan yaitu
tingkat NPL <5%. Dengan demikian kolektibilitas kreditnya dapat dikatakan
sehat.
Rumus perhitungan mengenai kondisi kolektibilitas kredit berdasarkan
credit risk dan kolektibilitas lancarnya.
1. Credit Risk Ratio
Credit risk ratio Bank Tabungan Negara Cabang Bandung
diinterpretasikan sebagai resiko bank atas kredit yang tidak dapat dibayar
kembali oleh para debiturnya yang dihitung dengan membandingkan bad
debts dengan total loans. Maka dari itu rumus yang digunakan dalam
perhitungan credit risk ratio adalah:
Bad Debts × 100%
Total Loans
32
Komponen pembentuk bad debts yang dimasukkan ke dalam
perhitungan credit risk ratio Bank Tabungan Negara Cabang Bandung adalah
kredit kurang lancar, diragukan dan macet. Sedangkan komponen pembentuk
total loans yang dimasukkan ke dalam perhitungan credit risk ratio adalah
kredit lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet.
2. Kolektibilitas Lancar
Kolektibilitas lancar Bank Tabungan Negara Cabang Bandung
diinterpretasikan sebagai jumlah kredit yang dapat ditagih dari para
debiturnya yang dihitung dengan membandingkan kredit lancar dan dalam
perhatian khusus dengan total kredit. Maka dari itu rumus yang digunakan
dalam perhitungan kolektibilitas lancar adalah:
100%
Total Kredit
Komponen kredit lancar dan dalam perhatian khusus yang
dimasukkan ke dalam perhitungan kolektibilitas lancar Bank Tabungan
Negara Cabang Bandung adalah kredit yang kolektibilitasnya termasuk kredit
lancar dan dalam perhatian khusus. Sedangkan komponen pembentuk total
kredit yang dimasukkan ke dalam perhitungan kolektibilitas lancar adalah
kredit lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet.