30
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Proaktif Karyawan 1. Pengertian Perilaku Proaktif Perilaku proaktif merupakan perilaku mengambil inisiatif untuk mengubah keadaan di sekitar menjadi lebih baik. Bateman dan Crant (1993), mendefinisikan bentuk dasar kepribadian proaktif sebagai seseorang yang relatif tidak didesak oleh kekuatan situasional dan seseorang yang mempengaruhi perubahan lingkungan. Sehingga, orang yang proaktif dapat mengenali peluang dan bertindak atas peluang tersebut, menunjukkan inisiatif dan gigih memperjuangkan perubahan yang berarti. Karyawan menstransformasikan misi, menemukan dan menyelesaikan permasalahan perusahaan, dan pada akhirnya menggunakan hal itu untuk mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Orang yang kurang proaktif bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan keadaan (Seibert, Crant, dan Kraimer, 1999). Menurut Robbins (2001), kepribadian proaktif adalah di mana beberapa individu secara aktif berinisiatif untuk memperbaiki keadaannya atau menciptakan inisiatif-inisiatif baru di saat individu lain duduk dengan pasif dalam menghadapi berbagai situasi. Karyawan yang proaktif cenderung oportunitis, berinisiatif, berani bertindak dan tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti. Karyawan yang proaktif juga menciptakan perubahan positif dalam lingkungan tanpa mempedulikan batasan atau halangan. Karyawan proaktif memiliki perilaku

BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Proaktif Karyawan

1. Pengertian Perilaku Proaktif

Perilaku proaktif merupakan perilaku mengambil inisiatif untuk mengubah

keadaan di sekitar menjadi lebih baik. Bateman dan Crant (1993), mendefinisikan

bentuk dasar kepribadian proaktif sebagai seseorang yang relatif tidak didesak

oleh kekuatan situasional dan seseorang yang mempengaruhi perubahan

lingkungan. Sehingga, orang yang proaktif dapat mengenali peluang dan bertindak

atas peluang tersebut, menunjukkan inisiatif dan gigih memperjuangkan

perubahan yang berarti. Karyawan menstransformasikan misi, menemukan dan

menyelesaikan permasalahan perusahaan, dan pada akhirnya menggunakan hal itu

untuk mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Orang yang kurang proaktif

bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari

pada menciptakan keadaan (Seibert, Crant, dan Kraimer, 1999).

Menurut Robbins (2001), kepribadian proaktif adalah di mana beberapa

individu secara aktif berinisiatif untuk memperbaiki keadaannya atau menciptakan

inisiatif-inisiatif baru di saat individu lain duduk dengan pasif dalam menghadapi

berbagai situasi. Karyawan yang proaktif cenderung oportunitis, berinisiatif,

berani bertindak dan tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti.

Karyawan yang proaktif juga menciptakan perubahan positif dalam lingkungan

tanpa mempedulikan batasan atau halangan. Karyawan proaktif memiliki perilaku

Page 2: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

15

yang banyak diinginkan oleh perusahaan. Sebagai contoh, bukti menunjukkan

bahwa karyawan proktif cenderung dapat dijadikan pemimpin dan kemungkinan

besar bertindak sebagai agen perubahan dalam perusahaan. Karyawan proaktif

bisa menjadi positif ataupun negatif, tergantung pada perusahaan dan situasi.

Sebagai contoh, karyawan proaktif cenderung menyuarakan ketidaksenangannya

dalam situasi yang tidak disukai. Jika suatu perusahaan membutuhkan karyawan

yang memiliki inisiatif wirausaha, karyawan proaktif merupakan kandidat terbaik

namun karyawan ini kemungkinan besar meninggalkan perusahaan untuk

memulai bisnis sendiri. Karyawan proaktif berkemungkinan besar mencapai

keberhasilan karir. Hal ini karena karyawan memilih, menciptakan dan

mempengaruhi situasi kerja sesuai kehendak hatinya.

Menurut Bateman dan Crant (1993) mendefinisikan kepribadian proaktif

adalah sebagai konstruksi disposisional yang mengidentifikasi perbedaan antara

orang-orang dalam hal sejauh mana mengambil tindakan untuk mempengaruhi

lingkungan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kepribadian proaktif dianggap sebagai

pendahuluan untuk perilaku proaktif, memberikan keterampilan bagi seorang

karyawan untuk terlibat aktif dalam perubahan lingkungan kerja. Selanjutnya

karyawan proaktif menunjukkan inisiatif untuk bertahan sampai perubahan terjadi.

Selain itu, beberapa orang mengidentifikasi masalahnya sendiri dan

memecahkannya untuk memajukan lingkungan pribadi dan perusahaannya. Inilah

sebabnya mengapa keterampilan kepribadian proaktif digambarkan sebagai

penentu penting keberhasilan organisasi dan juga merupakan penentu yang

mengarah kepada peningkatan efektivitas organisasi.

Page 3: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

16

Menurut Joo dan Liem (2009) dalam jurnalnya “The Effects of

Organizational Learning Culture, Perceived Job Complexity and Proactive

Personality on Organizational Commitment and Intrinsic Motivation”

mendefinisikan bahwa individu yang mempunyai kepribadian proaktif cenderung

memiliki karakteristik dalam tingkat tugas atau pekerjaannya dibandingkan

individu yang pasif, individu yang proaktif dapat berinovasi dengan desain

pekerjaan. Artinya, individu yang memiliki kepribadian proaktif lebih tinggi,

dapat melihat atau merasakan kompleksitas pekerjaan yang lebih tinggi.

Menurut Covey (2001), perilaku proaktif adalah mengambil inisiatif dan

mampu mengendalikan hidupnya sendiri dan membuat pilihan menurut nilai,

berpikir sebelum bereaksi, sadar bahwa tidak bisa mengendalikan segala yang

terjadi. Bersikap proaktif bukan sekedar mengambil inisiatif. Bersikap proaktif

artinya bertanggung jawab atas perilaku diri sendiri (di masa lalu, di masa

sekarang, maupun di masa mendatang), dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan

prinsip serta nilai–nilai, bukan berdasarkan suasana hati dan keadaan sekitarnya.

Orang–orang yang proaktif adalah pelaku–pelaku perubahan dan memilih untuk

tidak jadi korban. Frese dan Fay (2001) mengemukakan perilaku proaktif ada,

ketika karyawan dapat menetapkan tujuannya sendiri, dapat melampaui tugas

yang telah ditetapkan dan memiliki fokus jangka panjang pada pekerjaannya.

Konsep kinerja aktif terkait dengan perilaku dan sikap karyawan.

Dari penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku

proaktif ialah mengambil inisiatif dan mampu mengendalikan hidupnya sendiri

Page 4: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

17

dan membuat pilihan menurut nilai, berpikir sebelum bereaksi, sadar bahwa tidak

bisa mengendalikan segala yang terjadi.

2. Indikator–indikator Perilaku Proaktif

Pada umumnya karakteristik individu yang berperilaku proaktif adalah

individu yang perilakunya cenderung bertindak atas inisiatif sendiri tanpa paksaan

dari siapapun dalam memilih respon yang tepat sehingga dirinyalah yang

bertanggung jawab terhadap pilihannya. Lebih khususnya karakteristik individu

yang memiliki perilaku proaktif adalah suatu tindakan dalam melakukan sesuatu

yang berdasarkan keluwesan dalam memilih respon, kemampuan mengambil

inisiatif dan bertanggung jawab atas pilihannya. Menurut Covey (2001) proaktif

sebagai kemampuan untuk memiliki kebebasan dalam memilih respon,

kemampuan mengambil inisiatif dan kemampuan untuk bertanggung jawab atas

pilihannya dengan beberapa indikator yaitu :

a. Kebebasan memilih respon

Kebebasan memilih mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

1) Kesadaran diri

Kesadaran diri menurut Covey (2001) merupakan kemampuan yang dapat

memisahkan diri dari diri sendiri dan mengamati pikiran serta

perbuatannya. Berdasarkan ke dua pengertian di atas, pengertian kesadaran

diri yaitu kemampuan untuk melihat, memikirkan, merenungkan dan

menilai diri sendiri. Ke semua itu dapat diwujudkan dengan beberapa

karakteristik perilakunya yaitu :

Page 5: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

18

a) Mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri

Setiap manusia diciptakan secara unik, tidak ada manusia yang identik

terhadap manusia lain dalam arti walaupun manusia itu dilahirkan

kembar tetapi tidak akan sama dengan kembarannya. Semua manusia

akan memiliki keunggulan terhadap manusia lain demikian juga

kekurangannya. Sehingga kadang kala bisa menimbulkan depresi bila

kita tidak mau menerima bahwa kita memiliki kekurangan fisik atau

intelegensi dibandingankan orang lain. Dengan kesadaran diri tinggi

sesesorang akan mampu menilai mana kekurangannya dan mana

keunggulan diri terhadap orang lain sehingga mampu membangkitkan

harga diri dalam pergaulannya.

b) Dapat mengambil keputusan tanpa bantuan orang lain

Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan

penilaian dan menjatuhkan pilihan. Di mana keputusan diambil

setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif atau

melalui fase :

i. Mengidentifikasi masalah utama

ii. Menyusun alternatif

iii. Menganalisis alternatif

iv. Mengambil keputusan yang terbaik

Sehingga sesorang yang memiliki kesadaran diri nya yang tinggi akan

mengunakan fase tersebut untuk mengambil keputusan yang terbaik

Page 6: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

19

bagi dirinya tanpa memerlukan bantuan orang lain untuk

mengambilkan keputusan.

c) Dapat menahan diri atau tidak mudah emosi bila ada yang

menyinggung

Kata emosi berasal dari bahasa Inggris yaitu ‘emotion’. Pengertian

Emosi adalah perasaan yang sangat menyenangkan atau sangat

mengganggu. Namun dalam pengertian di atas emosi disamakan

dengan perasaan marah atau mudah tersinggung. Oleh karena itu

orang dikatakan telah memiliki kesadaran diri ia akan mampu

menempatkan diri dengan menahan emosinya dalam pergaulan di

masyarakat.

d) Menyadari pilihan rencana yang dipilihnya

Dalam setiap kegiatan maupun hidup perlu disusun rencana atau

dalam bahasanya adalah visi dan misi sehingga kita tahu arah yang

akan dituju. Rencana itu harus dipilih dari berbagai rencana yang ada

yang mendekati realita yang dapat dicapai, karena konsekuensi sebuah

rencana adalah kegagalan atau diluar rencana. Dengan kesadaran diri

sesorang sebelum membuat rencana dalam hidupnya akan melihat

berbagai aspek pertimbangan terutama dirinya sendiri dan lingkungan

karena ia sadar akan konsekuensi terhadap rencana yang dipilihnya

yaitu kegagalan. Seseorang yang memiliki kesadaran diri tidak akan

putus asa bila rencana gagal tetapi ia akan memiliki rencana cadangan.

Page 7: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

20

2) Imajinasi

Imajinasi menurut Covey (2001) merupakan kemampuan seseorang

untuk membayangkan masa depan dan mengimpikan ingin menjadi apa di

masa depan. Imajinasi adalah suatu proses dimana unsur-unsur

pengalaman digabung membentuk produk-produk baru (Munandar, 1988).

Jadi, imajinasi merupakan daya pikir seseorang untuk membayangkan dan

mengimpikan dirinya akan menjadi apa di masa depan. Wujud perilakunya

adalah;

a) Mampu membuat gambaran tantangan masa depan yang akan

dihadapi.

Setiap manusia tidak akan mampu melihat masa depan, tetapi mampu

menyiapkan diri untuk membuat masa depan. Dalam arti, dengan

kemampuan akalnya manusia bisa menciptakan bayangan masa depan

dengan mempersiapkan diri di masa sekarang dan masa lalu.

Seseorang harus sejak dini berpikir masa depan, besok tantangannya

apa, sehingga bisa mempersiapkan diri untuk menghadapinya.

b) Mampu membuat gambaran masa depan yang diinginkan telah

mampu memastikan cita-cita hidupnya.

Kesuksesan seseorang saat ini tergantung sejauh mana orang tersebut

mampu menentukan cita-citanya dahulu lalu menyusun rencana untuk

mencapainya. Cita-cita ini adalah impian seseorang ingin apa di masa

depan. Sehingga sudah jelas arah yang ditujunya

Page 8: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

21

3) Kata hati

Kata hati menurut Covey (2001) merupakan suara batin untuk

membedakan mana benar yang salah. Jelaslah, Individu yang memiliki hati

nurani atau kata hati akan selalu berpikir sebelum bertindak sehingga tidak

akan menyesali tindakannya. Karakteristik perilakunya dapat ditunjukkan

melalui perilaku antara lain :

a) Mampu menilai baik atau buruknya sebuah perilaku.

Setiap orang pada dasarnya dibekali nurani dimana lebih sering

dikatakan kata hati. Dengan kata hati ini seseorang akan mampu

memberikan penilaian baik buruknya sebuah perilaku yang dirinya

maupun orang lain.

b) Mampu menilai dampak perilakunya terhadap orang lain.

Orang yang telah memiliki kesadaran batin akan melakukan penilaian

akibat perbuatannya terhadap orang lain. Sehingga selalu memberikan

pertimbangan terhadap perilakunya apakah membuat orang lain suka

atau tidak.

c) Mampu menumbuhkan rasa empati diri terhadap apa yang dialami

orang lain.

Rasa empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh

orang lain yang berada di sekitar kita. Dengan rasa empati ini dapat

digunakan sebagai tolak ukur apakah perilaku kita baik atau salah atau

berakibat buruk atau baik terhadap orang lain.

Page 9: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

22

4) Kehendak bebas atau kemauan

Kehendak bebas menurut Covey (2001) merupakan kemampuan

manusia untuk bertindak berdasarkan kesadaran dirinya dan kemauan

mengatakan bahwa dirinya memiliki kuasa untuk memilih, untuk

menguasai emosi-emosi dan mengatasi kebiasaan serta naluri. Maka,

kehendak bebas memungkinkan seseorang memiliki kebebasan dalam

menentukan hidupnya tanpa terpengaruh ataupun bergantung kepada

siapapun. Atas keputusannya itu pula, maka dirinyalah yang kelak akan

bertanggung jawab atas pilihannya tersebut. Perwujudan perilakunya

antara lain :

a) Mampu menentukan keputusan yang benar tanpa campur tangan orang

lain.

Banyak manusia didunia ini yang menunggu atau mengantungkan orang

lain dalam mengambil keputusan di setiap masalah yang dihadapi

sehingga ia tidak memiliki kemandirian dalam hidup. Oleh karena itu

perlu adanya belajar untuk memutuskan pilihan dengan keputusan

dirinya yang telah dipikir masak-masak. Orang yang telah memiliki

kehendak bebas adalah orang yang mampu menentukan dengan

sendirinya apa yang akan dilakukan sudah baik atau buruk tanpa

campur tangan orang lain.

b) Mampu mengendalikan emosi.

Kesuksesan diri kita bukan tergantung akan kemampuan intelegensi

tetapi kemampuan mengendalikan diri atau mampu menguasai emosi

Page 10: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

23

diri. Dengan kemampuan mengendalikan emosi, kita akan mampu

menempatkan diri dalam pergaulan sehari-hari.

c) Mampu merubah kebiasan buruk yang ada didirinya.

Dengan kehendak bebas seseorang akan mampu mulai merubah sedikit

demi sekedit terhadap perilaku atau karakter diri menuju karakter diri

yang lebih baik dari semula.

b. Kemampuan untuk mengambil inisiatif.

Manusia yang proaktif akan mampu mengambil inisiatif.

Kemampuan mengambil inisiatif bukan berarti menjadi orang yang

penghayal, menjengkelkan atau agresif, melainkan cermat, penuh

kesadaran dan sensitif terhadap sesuatu yang ada di sekelilingnya. Orang

yang berinisiatif akan merencanakan dengan segera dan mengantisipatif

cara-cara yang tepat. Kemampuan mengambil inisiatif lebih menekankan

pada perilaku yang cermat, penuh kesadaran serta sensitif terhadap sesuatu

yang ada disekelilingnya. Sehingga ada dua unsur penting yang mendasari

individu memiliki kemampuan inisiatif yaitu kemampuan merencanakan

sesuatu dengan segera dan antisipatif (bersifat tanggap terhadap sesuatu

yang sedang dan akan terjadi).

1) Kemampuan merencanakan sesuatu dengan segera

Adalah kemampuan seseorang untuk membuat rencana-rencana apa

yang akan dilakukan sesegera dengan baik dan benar. Kemampuan ini

hampir identik dengan sifat kreatif dalam kehidupan sehari-hari.

Page 11: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

24

Sehingga orang mampu melihat pelbagi masalah dari berbagai sudut

penyelesian. Perwujudan perilakunya adalah :

a) Mampu mengambil langkah cepat dan benar dalam penyelesian

masalah tanpa harus menunggu orang lain memerintah.

Seseorang yang memiliki kemampuan inisiatif ini akan selalu

memiliki sifat segera mencari solusi dalam penyelesian masalah

yang dihadapi dengan mempertimbangkan segala kemungkinan

sehingga mampu menyelesaikan masalah dengan baik dan benar.

b) Mampu melihat setiap peluang baru yang ada dalam

kehidupannya.

Dengan kemampuan mengambil inisiatif orang akan memiliki

peluang-peluang untuk melakukan segala perubahan dalam

hidupnya untuk kemajuan diri.

c) Memiliki rasa sensitif atau peduli terhadap peristiwa disekitarnya.

Orang yang memiliki inisiatif tinggi akan selalu sensitif terhadap

apa yang terjadi disekitarnya kemudian akan melalukan langkah

untuk segera menyelesaikannya.

2) Kemampuan antisipatif

Antisipatif adalah membuat rencana cadangan untuk

mengatisipasi apabila rencana awal yang telah tersusun rapi tidak

sesuai rencana. Dengan kemampuan ini orang telah memiliki berbagai

rencana untuk menyelesaikan sebuah masalah. Untuk perwujudan

perilakunya antara lain :

Page 12: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

25

a) Mampu memperkirakan dan meminimalisasi dampak-dampak

yang akan terjadi dari setiap pengambilan keputusan.

b) Mampu menyiapkan diri terhadap perubahan yang terjadi di

sekitarnya.

c. Kemampuan untuk bertanggung jawab

Kemampuan bertanggung jawab merupakan sadar bahwa masalah

yang dihadapi sesungguhnya diakibatkan oleh dirinya sendiri dan oleh

sebab itu, dirinyalah yang bertanggung jawab secara penuh terhadap segala

konsekuensi dan resiko yang mungkin timbul. Unsur-unsur dalam aspek

tanggung jawab antara lain:

1) Pengendalian Situasi

Adalah kemampuan kita dalam melihat situasi dan kondisi yang ada

kemudian mencoba kita olah sesuai dengan tujuan kita. Dengan

demikian bukan situasi yang mengendalikan kita tapi kita yang

mengendalikan situasi. Perwujudan perilakunya antara lain :

a) Mampu untuk memanfaatkan kondisi sekitar atau diri guna untuk

kemajuan diri.

b) Mampu memberikan perbedaan suasana karena kehadiran kita.

2) Keberanian mengambil Resiko

Resiko dapat dikatakan sebagai dampak dari apa yang kita putuskan

dalam pengambilan keputusan. Setiap keputusan akan mengakibatkan

beberapa resiko sehingga diperlukan keberanian untuk memutuskannya.

Page 13: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

26

Keputusan yang baik adalah keputusan yang mampu meminimalisasi

dari semua resiko. Oleh karena itu sebelum memutuskan sesuatu perlu

dipertimbangkan resiko-resiko yang ada. Perwujudan perilakunya

antara lain :

a) Mampu menganalisis resiko-resiko yang terjadi dan mampu

menentukan keputusan yang diambil.

b) Mampu mempertanggungjawabkan setiap keputusan yang diambil.

Menurut Baek Kyoo Joo dan Taejo Liem (2009) mengemukakan bahwa ada

beberapa indikator dalam perilaku proaktif, di antaranya :

1. Look for opportunities and act on them (Mencari peluang dan bertindak).

2. Show initiative (Menunjukkan inisiatif).

3. Take action (Mengambil tindakan sendiri).

4. Persistent in successfully implementing change (Gigih dalam menerapkan

perubahan).

5. Taking initiative in improving current circumstances or creating new ones

(Mengambil inisiatif dalam meningkatkan keadaan saat ini atau membuat yang

baru).

6. Status quo (Keadaan tetap sebagaimana keadaan sekarang).

7. Their role more flexibly (Peran yang lebih fleksibel).

8. Ownership of longer term goals beyond their job (Memiliki sasaran jangka

panjang diluar pekerjaan).

Page 14: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

27

9. Ability to effect changes in the environment (Memiliki kemampuan untuk

mempengaruhi perubahan dalam lingkungan).

10. Ability to overcome constraints by situational forces (Dapat mengatasi

kendala atau hambatan–hambatan oleh kekuatan situasional).

Dapat di simpulkan bahwa indikator-indikator perilaku proaktif antara lain;

kebebasan memilih respon, kemampuan mengambil inisiatif, kemampuan untuk

bertanggung jawab, mencari peluang dan bertindak, menunjukkan inisiatif,

mengambil tindakan sendiri, gigih dalam menerapkan perubahan, mengambil

inisiatif dalam meningkatkan keadaan saat ini, status quo, peran yang lebih

fleksibel, memiliki sasaran jangka panjang di luar pekerjaan, memiliki

kemampuan untuk mempengaruhi perubahan dalam lingkungan, dan dapat

mengatasi kendala. Dari beberapa indikator-indikator tersebut, peneliti

menggunakan indikator dari Covey (2001), yang menjelaskan bahwa indikator

periaku proaktif adalah kebebasan memilih respon, kemampuan mengambil

inisiatif, dan kemampuan untuk bertanggung jawab karena ketiga indikator

tersebut sudah mewakili.

3. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Perilaku Proaktif

Perilaku proaktif dipengaruhi oleh faktor yang merujuk kepada paradima

hidup inside-out. Paradigma hidup inside-out dipandang sebagai usaha mengubah

dari dalam keluar, ditandai dengan kecenderungan berpikir menjadi (to be).

Secara umum orang proaktif tidak dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan

lingkungan sosial (Covey, 2001). Maksudnya orang proaktif tidak dipengaruhi

Page 15: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

28

oleh faktor-faktor eksternal seperti perubahan cuaca dan perubahan perlakuan

orang lain kepada dirinya. Karyawan yang tidak memiliki perilaku proaktif

menunjukkan respon yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan lingkungan

sosial, seperti cepat marah atau merasa tersinggung atas sikap orang lain atau

menyalahkan cuaca buruk atas sikap yang ditunjukan. Sedangkan, karwayan yang

memiliki perilaku proaktif akan digerakkan oleh nilai-nilai yang dipikirkan

dengan matang, diseleksi dan dihayati dalam mengambil keputusan.

Covey (2001) menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

proaktif, terutama yang berkenaan dengan paradigma tentang diri sendiri atau

faktor internal, antara lain:

a. Kepercayaan

Kim dan Lee (2006), kepercayaan dan keterbukaan dalam budaya organisasi

mendorong berbagi pengetahuan di antara karyawan dan perilaku yang layak

dipercaya meningkatkan kecepatan komunikasi dengan memberikan wewenang

pada rekan kerja dalam berbagi masalah dan pengetahuan pribadi dengan lebih

leluasa.

b. Motivasi

Dariyo (2004) mengungkapkan motivasi adalah suatu dorongan untuk

melakukan kegiatan belajar yang dipengaruhi oleh hal-hal yang berasal dari

dalam diri sendiri (internal) maupun hal-hal dari luar (eksternal) individu yang

bersangkutan.

Page 16: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

29

c. Kebiasaan

Kebiasaan adalah perilaku yang sudah berulang-ulang dilakukan, sehingga

menjadi otomatis, artinya berlangsung tanpa dipikirkan lagi, tanpa dikomando

oleh otak. Untuk dapat melatih kebiasaan dibutuhkan waktu yang cukup

panjang dan juga harus didukung pengulangan yang berkelanjutan

(Aunurahman, 2009).

d. Sikap

Sikap (attitude) didefinisikan oleh Robbins (2007) sebagai pernyataan

evaluatif, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap

objek, individu, atau peristiwa. Hal ini mencerminkan bagaimana perasaan

seseorang tentang sesuatu.

Selain paradigma tentang diri sendiri (faktor internal), perilaku proaktif

dipengaruhi oleh paradigma luar (faktor eksternal), antara lain;

a) Teman

Menurut Shaffer (2005), persahabatan diartikan sebagai sebuah hubungan yang

kuat dan bertahan lama antara dua individu yang dikarakteristikkan dengan

kesetiaan, kekariban, dan saling menyayangi.

b) Keluarga

Keluarga dalam bentuk murni merupakan suatu kesatuan sosial yang terdiri

dari suami, isteri dan anak–anak (Abu, 2003).

c) Uang

Uang sebagai suatu kekayaan yang dimiliki untuk dapat melunasi hutang dalam

jumlah tertentu dan pada waktu yang tertentu pula (Hart, 1948).

Page 17: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

30

d) Barang

Barang adalah produk yang berwujud fisik sehingga dapat dilihat, disentuh,

dirasa, dipegang, disimpan, dan perlakukan fisik lainnya (Tjiptono, 1999).

e) Tempat ibadah

Sebuah tempat yang digunakan oleh umat beragama untuk melaksanakan

ajaran agama atau kepercayaan.

Dari penjelasan–penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa, faktor-faktor

yang mempengaruhi perilaku proaktif terdapat dari paradigma diri sendiri (faktor

internal) dan paradigma luar (faktor eksternal) antara lain, kepercayaan, motivasi,

kebiasaan, sikap, teman, keluarga, uang, barang, dan tempat ibadah. Faktor yang

diambil oleh peneliti untuk melakukan penelitian ini adalah paradigma luar yaitu

teman. Yang dimaksud teman adalah rekan kerja atau pimpinan yang memiliki

pengaruh kuat dalam menunjukkan perilaku proaktif sehari-hari.

B. Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional

1. Definisi Persepsi

Persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sarwono (1997) adalah proses

penerimaan informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut

adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, atau peraba), sedangkan alat

untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi. Menurut Walgito (1994)

persepsi merupakan suatu proses yang didahului penginderaan, yaitu proses

diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Individu kemudian

melakukan pengorganisasian dan interpretasi terhadap stimulus yang diindera

Page 18: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

31

tersebut, sehingga dapat disadari dan dimengerti. Menurut Robbins (1998)

persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengorganisasikan dan

menafsirkan kesan indera agar memberi makna pada lingkungan. Lebih lanjut

Robbins dan Judge (2007) menyatakan bahwa persepsi adalah cara individu atau

kelompok dalam memandang sesuatu. Persepsi seseorang terhadap suatu realitas

akan mendasari perilaku seseorang.

Stimulus dapat datang dari luar diri individu dan dari dalam diri individu.

Stimulus yang datang dari luar diri individu dapat bermacam-macam, yaitu dapat

berwujud benda-benda, situasi dan manusia. Objek persepsi yang berwujud benda

disebut persepsi benda (things perception) atau non-social perception, sedangkan

apabila objek persepsi berwujud manusia atau orang disebut social perception.

Persepsi yang menggunakan diri sendiri sebagai objek persepsi disebut dengan

persepsi diri (self-perception). Menurut Schiffman (dalam Sukmana, 2003)

persepsi seseorang tentang lingkungan tidak hanya didasarkan atas alat indera saja

(penglihatan, pendengaran, sentuhan), akan tetapi juga melibatkan unsur perasaan.

Persepsi diri dapat menjadikan orang memahami keadaan dirinya sendiri dan

mampu melakukan evaluasi diri (Walgito, 2002).

Dari penjelasan-penjelasan diatas, persepsi adalah proses

mengorganisasikan, menafsirkan dan memandang kesan indera agar memberi

makna pada lingkungan dan kemudian dapat mempengaruhi perilaku yang

muncul.

Page 19: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

32

2. Definisi Kepemimpinan

Kata "memimpin" menurut Wahjosumidjo (2010) mempunyai arti

memberikan bimbingan, menuntun, mengarahkan, dan berjalan di depan

(precede). Pemimpin berperilaku untuk membantu organisasi dengan kemampuan

maksimal dalam mencapai tujuan. Gibson (dalam Pasolong, 2007)

mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah suatu usaha menggunakan suatu

gaya mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotivasi individu dalam

mencapai tujuan. Menurut Amirullah (2015), kepemimpinan adalah orang yang

memiliki wewenang untuk memberi tugas, mempunyai kemampuan untuk

membujuk atau mempengaruhi orang lain dengan melalui pola hubungan yang

baik guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Riggio (2008) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk

membimbing atau menuntun kelompok untuk mencapai suatu tujuan. Menurut

Maria (2012) secara singkat kepemimpinan diartikan sebagai seni untuk

memotivasi sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang sama. Sedangkan

gaya kepemimpinan merupakan cara-cara khusus dalam melakukan

kepemimpinan. Menurut Lussier dan Achua (dalam Boisok, Sad, dan Serbia,

2013) gaya kepemimpinan adalah kondisi dari sifat, kemampuan, dan perilaku

yang pemimpin gunakan ketika pemimpin berinteraksi dengan bawahan. Lewin

(dalam Boisok, Sad, dan Serbia, 2013) mendefinisikan gaya kepemimpinan

sebagai cara dimana pemimpin mempengaruhi dan merangsang kegiatan dari

anggota kelompok.

Page 20: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

33

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan

adalah usaha seorang pimpinan untuk membimbing karyawannya dalam mencapai

tujuannya dalam perusahaan mau tujuan perusahaan yang akan dicapai.

3. Definisi Gaya Kepemimpinan Transformasional

Gaya kepemimpinan transformasional pertama kali diperkenalkan oleh

Burns pada tahun 1978 kemudian dikembangkan lagi oleh Bass (1985, 1998).

Pada sebuah organisasi, pemimpin merupakan seseorang yang memiliki peran

penting terkait dengan masa depan yang akan terjadi pada organisasi tersebut. Jika

organisasi tidak mempersiapkan secara serius dengan orientasi jangka panjang,

maka dikhawatirkan akan muncul orang-orang yang diposisikan tidak pada posisi

yang tepat. Pada umumnya, seorang pemimpin dianggap berhasil dan dikatakan

memiliki kepemimpinan yang efektif adalah jika unit organisasi yang dipimpin

berhasil menjalankan tugas pencapaian sesuai sasarannya.

Gaya kepemimpinan transformasional adalah sebuah proses transformasi

atau perubahan perilaku organisasi, budaya dan individu, dan secara bersamaan

pemimpin juga mengubah dirinya sendiri (Suresh dan Rajini, 2013). Menurut

Riggio (2008) gaya kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan

di mana pemimpinnya menginspirasi para pengikut melalui visi dan

pengembangan budaya organisasi yang merangsang kinerja. Bass (1990),

kepemimpinan transformasional adalah bentuk kepemimpinan di mana

pemimpinnya mampu memperluas serta meningkatan minat bekerja para

bawahannya, sistem kepemimpinan di mana para pemimpinnya mampu memicu

Page 21: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

34

kepekaan dan penerimaan visi misi serta tujuan perusahaan, dan di mana

pemimpinnya memiliki kontrol terhadap para bawahannya agar bawahan-bawahan

mampu menggali potensi masing-masing demi kemajuan perusahaan tersebut.

Kepemimpinan terkait dengan sebuah proses yang disengaja dari seseorang untuk

menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing,

membuat struktur, memfasilitasi aktivitas dan hubungan kelompok dalam suatu

organisasi (Yukl, 2005). Orang yang diharapkan untuk melaksanakan peran

kepemimpinan disebut sebagai “pemimpin”. Anggota kelompok yang lainnya

sering disebut “pengikut”, walaupun dalam praktiknya sebagian dari anggota

dapat membantu pemimpin utama tersebut dalam melaksanakan fungsi

kepemimpinannya. Menurut pandangan teori kepemimpinan, ada beberapa

pendekatan untuk mengenali seorang pemimpin, diantaranya dari ciri, perilaku,

proses mempengaruhi dan situasional (Yukl, 2005).

Seorang pemimpin dapat dikatakan sebagai pemimpin transformasional

diukur dalam hubungannya dengan pengaruh pemimpin terhadap bawahan. Upaya

pemimpin transformasional dalam mempengaruhi bawahan dapat melalui tiga

cara, yaitu (1) mendorong bawahan lebih sadar akan pentingnya hasil suatu

pekerjaan, (2) mendorong bawahan untuk lebih mementingkan organisasi

daripada kepentingan individual, (3) mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan bawahan

pada tingkat yang lebih tinggi (Yukl, 2005). Kepemimpinan transformasional

merupakan kepemimpinan yang berusaha untuk mengubah perilaku bawahan agar

memiliki kemampuan dan motivasi tinggi, serta berupaya mencapai prestasi kerja

yang tinggi dan bermutu untuk mencapai tujuan bersama. Menurut O’Leary

Page 22: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

35

(2001), kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan yang

digunakan oleh seseorang manajer bila ia ingin suatu kelompok melebarkan batas

dan memiliki kinerja melampaui status quo atau mencapai serangkaian sasaran

organisasi yang sepenuhnya baru. Kepemimpinan transformasional pada

prinsipnya memotivasi bawahan untuk berbuat lebih baik dari apa yang bisa

dilakukan, dengan kata lain dapat meningkatkan kepercayaan atau keyakinan diri

bawahan yang akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja.

Dari penjelasan – penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi gaya

kepemimpinan transformasional adalah cara pandang terhadap kemampuan

memimpin pemimpin perusahaan dalam mengubah lingkungan kerja, memotivasi

dan menginspirasi bawahan, menerapkan pola kerja dan nilai-nilai moral,

menghargai dan memperhatikan kebutuhan bawahan sehingga bawahan akan

lebih mengoptimalkan kinerja untuk mencapai tujuan organisasi.

4. Karakteristik Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional pada dasarnya memiliki empat

karakteristik, yaitu pengaruh ideal, motivasi inspirasional, stimulasi intelektual,

dan perhatian individual (Yukl, 2005):

a. Pengaruh ideal (idealized influence)

Pemimpin transformasional memberikan contoh positif dalam sikap dan

perilaku, bagi bawahannya. Pemimpin memperhatikan bawahannya, memberi

visi, serta menanamkan rasa bangga pada bawahannya. Melalui pengaruh

seperti ini, para bawahan akan menaruh rasa hormat dan percaya pada

Page 23: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

36

pemimpinnya, sehingga berkeinginan untuk melakukan hal yang sama

sebagaimana dilakukan sang pemimpin.

b. Motivasi Inspirasional (inspirational motivation)

Motivasi inspirasional merupakan kemampuan dalam mengkomunikasikan

harapan dan mengekspresikan tujuan dengan cara-cara yang sederhana.

Pemimpin transformasional dapat menstimulasi antusiasme bawahannya untuk

bekerja dalam kelompok dan mengembangkan keyakinan bawahan untuk

mencapai tujuan bersama serta membangkitkan semangat kerja secara

inspirasional, yaitu mendorong karyawan untuk meningkatkan kinerja melebihi

dugaan.

c. Stimulasi intelektual (intellectual stimulation)

Pemimpin transformasional berupaya menciptakan iklim yang kondusif untuk

pengembangan ide. Untuk itu bawahan benar-benar dilibatkan dalam proses

perumusan masalah dan pencarian solusi. Perbedaan pendapat dipandang

sebagai hal yang biasa terjadi. Hal tersebut akan membuat efikasi diri bawahan

semakin kuat, sehingga para bawahan akan sanggup mengerjakan dan berhasil

dalam melakukan berbagai tugas yang menantang.

d. Perhatian individual (individualized consideration)

Pemimpin transformasional memberikan perhatian pada bawahannya secara

personal, menghargai perbedaan setiap individu, memberi nasehat serta

penghargaan. Perhatian secara personal merupakan identifikasi awal terhadap

potensi para bawahan, sedangkan monitoring dan pengarahan merupakan

bentuk perhatian secara personal yang diaplikasikan melalui tindakan

Page 24: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

37

konsultasi, nasehat dan tuntunan yang diberikan oleh pemimpin

transformasional.

Menurut Robbins dan Judge (2007) dan Cavazotte (2012), terdapat empat

komponen gaya kepemimpinan transformasional, yaitu:

1) Idealized Influence (Pengaruh Ideal)

Idealized influence adalah perilaku pemimpin yang memberikan visi dan misi,

memunculkan rasa bangga, serta mendapatkan respek dan kepercayaan

bawahan. Idealized influence disebut juga sebagai pemimpin yang kharismatik,

dimana pengikut memiliki keyakinan yang mendalam pada pemimpinnya,

merasa bangga bisa bekerja dengan pemimpinnya, dan mempercayai kapasitas

pemimpinnya dalam mengatasi setiap permasalahan.

2) Inspirational Motivation (Motivasi Inspirasional)

Inspirational motivation adalah perilaku pemimpin yang mampu

mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menyampaikan visi bersama secara

menarik dengan menggunakan simbol-simbol untuk memfokuskan upaya

bawahan, dan menginspirasi bawahan untuk mencapai tujuan yang

menghasilkan kemajuan penting bagi organisasi.

3) Intellectual Stimulation (Stimulasi Intelektual)

Intellectual stimulation adalah perilaku pemimpin yang mampu meningkatkan

kecerdasan bawahan untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi,

meningkatkan rasionalitas, dan pemecahan masalah secara cermat.

Page 25: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

38

4) Individualized Consideration (Pertimbangan Individual)

Individualized consideration adalah perilaku pemimpin yang memberikan

perhatian pribadi, memperlakukan masing-masing bawahan secara individual

sebagai seorang individu dengan kebutuhan, kemampuan, dan aspirasi yang

berbeda, serta melatih dan memberikan saran. Individualized consideration dari

kepemimpinan transformasional memperlakukan masing-masing bawahan

sebagai individu serta mendampingi, memonitor dan menumbuhkan peluang.

Dapat di simpulkan bahwa karakteristik persepsi gaya kepemimpinan

transformasional antara lain; pengaruh ideal, motivasi inspirasional, stimulasi

intelektual, dan perhatian individual. Dari karakteristik-karakteristik tersebut,

peneliti menggunakan karakteristik dari Yukl (2005), karena keempat

karakteristik tersebut sudah mewakili.

C. Hubungan Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional

dengan Perilaku Proaktif pada Karyawan

Karyawan yang proaktif akan menunjukkan perilaku yang bersifat self-

directed, antisipatif, dan fokus pada masa depan dengan tujuan untuk membawa

perubahan baik bagi situasi yang dihadapinya, dirinya sendiri, orang lain,

kelompok, maupun organisasi. Perilaku ini mengubah serta membantu karyawan

untuk mencapai potensi yang maksimal dan menghasilkan tingkat kinerja yang

lebih baik (Bass dan Avolio, dalam Dvir, dkk., 2002). Perilaku proaktif dapat

diketahui dari karakteristik-karakteristik yang diungkapkan oleh Covey (2001),

Page 26: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

39

yaitu kebebasan memilih respon, kemampuan untuk mengambil inisiatif, dan

kemampuan untuk bertanggung jawab.

Covey (2001), menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

proaktif, terutama yang berkenaan dengan paradigma diri sendiri atau faktor

internal, yaitu kepercayaan, motivasi, kebiasaan, dan sikap yang memunculkan

persepsi gaya kepemimpinan transformasional terhadap atasannya sendiri. Gaya

kepemimpinan transformasional akan memicu pemimpin untuk lebih

meningkatkan kinerja karyawan agar karyawan dapat menggali potensinya

masing-masing dan lebih memajukan perusahaan. Karakteristik gaya

kepemimpinan transformasional menurut Yukl (2005), yaitu: pengaruh ideal,

motivasi inspirasional, stimulasi intelektual, dan perhatian indvidual.

Pengaruh ideal merupakan pemimpin yang memperhatikan karyawannya,

memberi visi, serta menanamkan rasa bangga pada karyawannya (Bass, 1990).

Kepemimpinan transformasional menyangkut bagaimana mendorong orang lain

untuk berkembang dan menghasilkan performa melebihi standar yang diharapkan

(Bass, 1990). Pimpinan yang memiliki gaya transformasional mampu

menginspirasi orang lain untuk melihat masa depan dengan optimis,

memproyeksikan visi yang ideal, dan mampu mengkomunikasikan bahwa visi

tersebut dapat dicapai (Benjamin dan Flyinn, dalam Haryati, 2014). Ketika

karyawan melihat pemimpinnya menggunakan pendapat–pendapat atau kalimat–

kalimat yang positif saat berkomunikasi, menanamkan rasa bangga terhadap

produk yang dijual, dan pekerjaan yang dilakukan saat ini, karyawan menilai

Page 27: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

40

bagaimana perilaku pemimpin dan hal ini memunculkan rasa hormat, percaya

pada pemimpinnya, serta rasa percaya diri (Bass, 1990).

Motivasi merupakan suatu dorongan untuk melakukan kegiatan belajar yang

dipengaruhi oleh hal-hal yang berasal dari dalam diri sendiri (internal) maupun

hal–hal dari luar (eksternal) individu yang bersangkutan (Dariyo, 2004).

Pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional akan memberikan

motivasi sederhana yang dapat mendorong karyawan untuk mencapai tujuannya

dan lebih meningkatkan kinerjanya. Bass dan Avolio (1994) dan Burns (1978)

berargumen bahwa kepemimpinan transformasional lebih proaktif dan lebih

efektif dalam hal memotivasi bawahan untuk mencapai performa yang lebih baik.

Melalui motivasi yang menginspirasi ini, karyawan bisa mencapai tujuannya dan

menjadi proaktif dalam berperilaku di perusahaan, serta memiliki kemampuan

inisiatif untuk menyelesaikan persoalan (Bass dan Avolio, 1994 dan Burns, 1978).

Perusahaan yang ada pada masa-masa saat ini juga harus mengikuti

perkembangan jaman. Perusahaan harus mengikuti era teknologi yang semakin

berkembang pesat dan sumber daya manusianya pun harus bisa mengikuti,

menerapkan, serta mengembangkan hal-hal tersebut agar perusahaannya semakin

maju. Begitu juga pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional akan

selalu berupaya menciptakan iklim yang kondusif agar karyawannya bisa

mengembangkan ide-ide yang lebih kreatif. Efek dari gaya kepemimpinan

transformasional diharapkan akan menciptakan kondisi yang lebih baik bagi

pemahaman serta visi, misi, dan sasaran-sasaran, serta tingkat penerimaan

bawahan yang lebih baik (Bersona dan Avolio, dalam Haryati, 2014). Perbedaan

Page 28: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

41

pendapat sering terjadi antara pimpinan dan karyawan perusahaan, namun hal

tersebut dipandang sebagai hal yang biasa terjadi, karena melalui perbedaan

pendapat tersebut akan memunculkan ide-ide baru untuk kemajuan perusahaan.

Melalui kondisi iklim yang kondusif ini, karyawan merasa dilibatkan dalam

campur tangan kemajuan perusahaan, karyawan tidak lagi menjadi seperti

bawahan namun menjadi rekan kerja, sehingga karyawan dapat lebih memberikan

ide-ide nya untuk perusahaan.

Pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional akan memberikan

perhatian pada bawahannya secara personal, menghargai perbedaan setiap

individu, memberi nasehat serta penghargaan (Bass, 1990). Perhatian secara

personal merupakan identifikasi awal terhadap potensi para bawahan, sedangkan

monitoring karyawan dan pengarahan merupakan bentuk perhatian secara

personal yang diaplikasikan melalui tindakan konsultasi, nasehat dan tuntunan

yang diberikan oleh pemimpin transformasional (Bass, 1990). Para pimpinan

transformasional lebih mampu dan lebih sensitif merasakan lingkungannya, dan

untuk selanjutnya membentuk sasaran-sasaran strategis yang mampu menangkap

perhatian serta minat para bawahannya (Bersona dan Avolio, dalam Haryati,

2004). Para pengikut pimpinan transformasional memperlihatkan tingkat

komitmen yang lebih tinggi terhadap misi organisasi, kesediaan untuk bekerja

lebih keras, kepercayaan yang lebih tinggi terhadap pimpinan, dan tingkat kohesi

yang lebih tinggi (Avolio, 1999). Melalui perhatian individual ini, karyawan

merasa lebih mengenal dan akan menaruh respek pada pimpinannya.

Page 29: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

42

Dalam konteks ini pemimpin sebenarnya memiliki peran penting yang

mendukung perilaku proaktif tersebut, yaitu dengan menunjukkan dukungannya

secara umum terhadap upaya-upaya yang dilakukan oleh bawahannya, mendorong

otonomi dan memberdayakannya untuk mengambil tanggung jawab yang lebih

seperti yang ditunjukkan dalam penelitian Avolio, dkk., (1999). Ketika dipimpin

oleh pemimpin yang menampilkan gaya kepemimpinan transformasional,

karyawan akan memiliki kepribadian proaktif (aktif mengusulkan cara baru

menyelesaikan pekerjaan), menjadi lebih yakin untuk berfikir dan bertindak

“diluar kotak” (out of the box) karena pemimpin menantang karyawan untuk

melawan status quo. Hal ini memberikan isyarat jika tindakan proaktif tersebut

diinginkan di dalam organisasi.

Pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan transformasional akan

mendorong karyawan agar lebih responsif dan termotivasi untuk aktif mencari dan

mengambil peluang dalam bekerja bahkan melebihi harapan pekerjaannya. Selain

itu, karyawan juga akan terdorong untuk selalu mencari cara baru dalam

menyelesaikan masalah yang rumit. Kepemimpinan transformasional memberikan

pengaruh positif dengan memperluas dan mendukung tujuan karyawan sehingga

membuat karyawan lebih percaya diri untuk tampil melebihi harapan yang

ditentukan (Dvir, dkk., 2002). Hal tersebut sesuai dengan penelitian dari Hartog

dan Belschak (2012) yang menunjukkan bahwa persepsi gaya kepemimpinan

transformasional berhubungan secara positif dan signifikan dengan perilaku

proaktif.

Page 30: BAB II A. Perilaku Proaktif Karyawan 1.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2683/3/BAB II.pdf · bertindak pasif dan reaktif, cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar dari pada menciptakan

43

D. Hipotesis

Kemudian untuk menguji hubungan antar variabel, maka hipotesis

penelitian adalah persepsi gaya kepemimpinan transformasional memiliki

hubungan dengan perilaku proaktif karyawan di PT. Jembatan Citra Nusantara.

Semakin positif persepsi gaya kepemimpinan transformasional maka perilaku

proaktif karyawan akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin negatif persepsi gaya

kepemimpinan transformasional maka perilaku proaktif karyawan juga akan

semakin rendah.