25
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan unsur penting dalam transportasi darat. Dalam pembangunan sebuah jalan pembangunan tersebut haruslah dapat menciptakan suasana yang aman, nyaman dan lancar terutama bagi pemakai jalan tersebut. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 38 tahun 2004, jalan adalah suatu prasarana hubungan darat dalam bentuk apapun meliputi segala bagian jalan meliputi bangunan pelengkap jalan yang diperuntukkan di lalu lintas. Untuk mendukung itu, perlu adanya jalan akses yang baik yang menghubungkan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Namun, pada tahun-tahun terakhir. Intensitas gempa yang terjadi, terutama di indonesia semakin meningkat. Dengan peningkatan intensitas gempa tersebut, maka akan semakin banyak juga kerusakan-kerusakan jalan yang akan terjadi. Provinsi Jawa Timur memiliki sangat banyak prasarana jalan di pesisir selatannya. Ditambah lagi, Provinsi Jawa Timur termasuk kedalam wilayah Gempa yang memiliki zona Gempa yang cukup tinggi (zona 3 dan 4). Terutama di pesisir selatannya karena sangat berdekatan dengan pertemuan 2 lempeng sehingga sangat memungkinkan intensitas gempa yang cenderung meningkat pada tahun-tahun terakhir juga akan dialami di Jawa Timur. Mengingat akses jalan di pesisir Jawa Timur sangat banyak, maka akan sangat mungkin terjadi kerusakan- kerusakan jalan akibat gaya-gaya gempa yang timbul. Hal ini akan sangat menggangu lalu lintas jalan-jalan tersebut. Selain itu juga, kerusakan jalan tersebut akan sangat membahayakan bagi pengendara kendaraan. Bila tanah mengalami beban gempa, parameter tanah yang menjadi dasar perencanaan pondasi nilainya akan berubah dan menyebabkan rendahnya daya dukung tanah. Dengan daya dukung yang rendah, tanah dapat mengalami keruntuhan yang terjadi pada saat gempa sudah selesai bukannya pada saat gempa berlangsung. Keruntuhan ini, dapat mengakibatkan menurunnya kestabilan pondasi pada jalan. Selain menurunnya daya dukung tanah akibat pengaruh gempa, gaya-gaya gempa tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan tanah yang mendadak yang dapat merusak perkerasan jalan yang sudah ada. Hal ini harus menjadi perhatian khusus, mengingat selama ini dalam perencanaan jalan, belum adanya studi analisa tentang pengaruh gaya-gaya gempa pada kekuatan maupun kestabilan pada timbunan badan jalan. Mengingat belum adanya studi analisa tentang pengaruh gaya-gaya gempa pada kekuatan maupun kestabilan pada timbunan badan jalan, maka dalam pengerjaan tugas akhir ini akan diadakan analisa tersebut dengan uji simulasi yang diharapkan akan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang pengaruh- pengaruh gaya-gaya gempa terhadap kekuatan maupun kestabilan pada timbunan badan jalan sehingga timbunan badan jalan akan lebih kuat dan stabil baik pada daya dukungnya maupun pada terhadap penurunan yang akan disebabkan oleh gaya-gaya gempa yang akan timbul. Pada penelitian kali ini akan digunakan tanah pasir berlanau dengan variasi Liquidity Index tanah yaitu pada LI -0.159, LI 0.522, LI 1.205 serta diberikan batasan untuk Angka Pori (e)yaitu 1,1-1,2 sebagai tanah dasar, sehingga mendapatkan angka keamanan tertentu.Penelitian ini juga bisa memberikan gambaran alternatif perbaikan untuk timbunan badan jalan dalam menahan gaya-gaya gempa yang timbul. 1.2 Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir ini meliputi : 1. Bagaimana pemodelan alat uji yang akan dipakai untuk melihat penurunan- penurunan timbunan badan jalan yang akan terjadi akibat gaya-gaya dinamis. 2. Bagaimana penurunan yang terjadi akibat beban dinamis pada timbunan badan jalan pada tanah dasar tanah lempung jenuh natural dengan variasi Liquidity Indeksnya: -0,159 , 0,522dan 1,205. 3. Bagaimana penurunan yang terjadi akibat beban dinamis pada timbunan badan jalan ditinjau dari variasi zona gempa dan perkuatan timbunan dengan geotextile UW200. 4. Bagaimana pengaruh pembebanan terhadap perubahan parameter tanah dibawah timbunan badan jalan akibat beban dinamis pada semua kondisi variasi gempa dan perkuatan timbunan dengan geotextile UW200.

BAB I yang sudah ada. Hal ini harus menjadi perhatian

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jalan merupakan unsur penting dalam transportasi darat. Dalam pembangunan sebuah jalan pembangunan tersebut haruslah dapat menciptakan suasana yang aman, nyaman dan lancar terutama bagi pemakai jalan tersebut. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 38 tahun 2004, jalan adalah suatu prasarana hubungan darat dalam bentuk apapun meliputi segala bagian jalan meliputi bangunan pelengkap jalan yang diperuntukkan di lalu lintas. Untuk mendukung itu, perlu adanya jalan akses yang baik yang menghubungkan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain.

Namun, pada tahun-tahun terakhir. Intensitas gempa yang terjadi, terutama di indonesia semakin meningkat. Dengan peningkatan intensitas gempa tersebut, maka akan semakin banyak juga kerusakan-kerusakan jalan yang akan terjadi. Provinsi Jawa Timur memiliki sangat banyak prasarana jalan di pesisir selatannya. Ditambah lagi, Provinsi Jawa Timur termasuk kedalam wilayah Gempa yang memiliki zona Gempa yang cukup tinggi (zona 3 dan 4). Terutama di pesisir selatannya karena sangat berdekatan dengan pertemuan 2 lempeng sehingga sangat memungkinkan intensitas gempa yang cenderung meningkat pada tahun-tahun terakhir juga akan dialami di Jawa Timur. Mengingat akses jalan di pesisir Jawa Timur sangat banyak, maka akan sangat mungkin terjadi kerusakan-kerusakan jalan akibat gaya-gaya gempa yang timbul. Hal ini akan sangat menggangu lalu lintas jalan-jalan tersebut. Selain itu juga, kerusakan jalan tersebut akan sangat membahayakan bagi pengendara kendaraan.

Bila tanah mengalami beban gempa, parameter tanah yang menjadi dasar perencanaan pondasi nilainya akan berubah dan menyebabkan rendahnya daya dukung tanah. Dengan daya dukung yang rendah, tanah dapat mengalami keruntuhan yang terjadi pada saat gempa sudah selesai bukannya pada saat gempa berlangsung. Keruntuhan ini, dapat mengakibatkan menurunnya kestabilan pondasi pada jalan. Selain menurunnya daya dukung tanah akibat pengaruh gempa, gaya-gaya gempa tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan tanah yang mendadak yang dapat merusak perkerasan jalan

yang sudah ada. Hal ini harus menjadi perhatian khusus, mengingat selama ini dalam perencanaan jalan, belum adanya studi analisa tentang pengaruh gaya-gaya gempa pada kekuatan maupun kestabilan pada timbunan badan jalan.

Mengingat belum adanya studi analisa tentang pengaruh gaya-gaya gempa pada kekuatan maupun kestabilan pada timbunan badan jalan, maka dalam pengerjaan tugas akhir ini akan diadakan analisa tersebut dengan uji simulasi yang diharapkan akan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang pengaruh-pengaruh gaya-gaya gempa terhadap kekuatan maupun kestabilan pada timbunan badan jalan sehingga timbunan badan jalan akan lebih kuat dan stabil baik pada daya dukungnya maupun pada terhadap penurunan yang akan disebabkan oleh gaya-gaya gempa yang akan timbul.

Pada penelitian kali ini akan digunakan tanah pasir berlanau dengan variasi Liquidity Index tanah yaitu pada LI -0.159, LI 0.522, LI 1.205 serta diberikan batasan untuk Angka Pori (e)yaitu 1,1-1,2 sebagai tanah dasar, sehingga mendapatkan angka keamanan tertentu.Penelitian ini juga bisa memberikan gambaran alternatif perbaikan untuk timbunan badan jalan dalam menahan gaya-gaya gempa yang timbul. 1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan

dibahas dalam tugas akhir ini meliputi :

1. Bagaimana pemodelan alat uji yang akan dipakai untuk melihat penurunan-penurunan timbunan badan jalan yang akan terjadi akibat gaya-gaya dinamis.

2. Bagaimana penurunan yang terjadi akibat beban dinamis pada timbunan badan jalan pada tanah dasar tanah lempung jenuh natural dengan variasi Liquidity Indeksnya: -0,159 , 0,522dan 1,205.

3. Bagaimana penurunan yang terjadi akibat beban dinamis pada timbunan badan jalan ditinjau dari variasi zona gempa dan perkuatan timbunan dengan geotextile UW200.

4. Bagaimana pengaruh pembebanan terhadap perubahan parameter tanah dibawah timbunan badan jalan akibat beban dinamis pada semua kondisi variasi gempa dan perkuatan timbunan dengan geotextile UW200.

2

5. Bagaimana pengaruh angka keamanan di masing-masing LL akibat beban dinamis pada tanah pasir berlanau dengan Timbunan Badan Jalan pada semua kondisi pembebanan.

6. Bagaimana pengaruh pembebanan terhadap perubahan parameter tanah dibawah jika diatasnya diletakkan perkerasan akibat beban dinamis pada semua kondisi variasi ketebalan perkerasan jika dibandingkan dengan timbunan badan jalan diatasnya.

7. Bagaimana pengaruh angka keamanan di masing-masing LL akibat beban dinamis pada tanah pasir berlanau dengan perkerasan diatasnya pada semua kondisi pembebanan.

1.3 Tujuan

2 Menganalisa gaya-gaya akibat beban dinamis dan pengaruhnya terhadap perubahan pada parameter-parameter tanah.

3 Mengetahui penurunan yang terjadi akibat beban dinamis pada timbunan badan jalan dan perkerasan pada tanah dasar tanah lempung jenuh natural dengan variasi Liquidity Indeksnya: -0,159 , 0,522dan 1,205.

4 Mengetahui penurunan yang terjadi akibat beban dinamis pada timbunan badan jalan ditinjau dari variasi kemiringan dan ketinggian timbunan.

5 Mengetahui penurunan yang terjadi akibat beban dinamis pada perkerasan diatas tanah lempung ditinjau dari ketebalan perkerasan.

6 Mengetahui pengaruh pembebanan terhadap perubahan parameter tanah akibat beban beban dinamis pada tanah di bawah pondasi timbunan badan jalan maupun perkerasan pada semua kondisi pembebanan

7 Mengetahui angka keamanan di masing-masing LL akibat beban dinamis pada tanah pasir berlanau di bawah Timbunan Badan Jalan dan perkerasan pada semua kondisi pembebanan.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam tugas akhir ini

adalah :

1. Pemodelan Timbunan Badan Jalan berbentuk trapesium dengan tinggi 25 Cm dan sudut kemiringan 30O dengan pemberian perkuatan geotextile 1 lapis dan 2 lapis.

2. Pemodelan perkerasan di atas tanah pasir berlanau berbentuk persegi panjang dengan dimensi 40 x 25 cm dan terbuat dari beton tulangan.

3. Hanya dianalisa terhadap gempa zona 3 dan 4, dimana termasuk zona maksimum di Jawa Timur.

4. Pemberian beban dinamis dengan percepatan getaran antara 0,3g dan 0,34g dengan wilayah gempa 3 dan 4.

5. Kombinasi pembebanan statis gempa didapat dengan menggunakan alat uji model yang menggunakan motor penggerak dan dilakukan dalam bak pemodelan dengan ukuran 110 x 50 x 95 cm di Laboratorium Mekanika Tanah, Jurusan Teknik Sipil, ITS, Surabaya.

6. Tanah yang digunakan adalah campuran bentonite, pasir, dan air yang menghasilkan kondisi LI tertentu sesuai dengan kondisi tanah di Kabupaten Bantul.

7. Variasi Liquidity Indeks yang digunakan, LI -0,159, LI 0,522dan LI 1,205.

8. Tidak membahas Liquefaction.

9. Pembebanan gempa dilakukan sampai 10 detik. Pembebanan dilakukan di dalam bak permodelan yang dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah, Jurusan Teknik Sipil, ITS, Surabaya.

1.5 Manfaat

Hasil penelitian ini akan mendapatkan

seberapa pengaruh pembebanan dinamis

terhadap besar penurunan dan angka keamanan

dari timbunan badan jalan. Dimana dapat

digunakan sebagai pertimbangan dan dapat

memberikan gambaran tentang pengaruh-

pengaruh gaya-gaya dinamis terhadap kekuatan

maupun kestabilan pada timbunan badan jalan

3

sehingga timbunan badan jalan akan lebih kuat

dan stabil baik pada daya dukungnya maupun

pada terhadap penurunan yang akan disebabkan

oleh gaya-gaya gempa yang akan timbul.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelas Jalan

Penentuan kelas jalan berdasarkan

penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan

angkutan jalan, serta spesifikasi penyediaan

prasarana jalan. Penentuannya diatur denan

ketentuan peraturan perundangan-undangan di

bidang lalu lintas dan angkutan jalan.

Pengelompokan kelas jalan berdasarkan

spesifikasi penyediaan prasarana jalan terdiri

atas:

1. Jalan bebas hambatan,

2. Jalan raya,

3. Jalan sedang,

4. Jalan kecil.

Spesifikasi penyediaan prasarana jalan

meliputi pengendalian jalan masuk,

persimpangan, jumlah dan lebar lajur,

ketersediaan median, dan pagar. Berikut ini

adalah spesifikasi jalan-jalan tersebut di atas.

1. Spesifikasi Jalan bebas hambatan meliputi pengendalian jalan masuk secara penuh, tidak ada persimpangan sebidang, dilengkapi pagar ruang milik jalan, dan dilengkapi dengan median, paling sedikit mempunyai 2 (dua) lajur setiap arah, lebar lajur sekurang-kurangnya 3,5 (tiga koma lima) meter.

2. Spesifikasi Jalan raya adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk secara terbatas dan dilengkapi dengan median, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah, lebar lajur sekurang-kurangnya 3,5 (tiga koma lima) meter.

3. Spesifikasi jalan sedang adalah jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk

2 (dua) arah dengan lebar jalur paling sedikit 7 (tujuh) meter.

4. Spesifikasi jalan kecil adalah jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar jalur paling sedikit 5,5 (lima koma lima) meter.

2.2 Perkerasan Lentur

Perkerasan lentur (flexible pavement)

ialah perkerasan yang umumnya menggunakan

bahan campuran beraspal sebagai lapis

permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan

di bawahnya. Konstruksi perkerasan terdiri dari

(lihat Gambar 1.1):

1. lapisan permukaan (surface course)

2. lapisan pondasi atas (base course)

3. lapisan pondasi bawah (sub base course)

4. lapisan tanah dasar (subgrade)

2.3 Pasir

Pasir adalah partikel butiran batuan yang lolos ayakan no. 4 (4,75 mm) dan tertahan pada ayakan no. 200 (75 μm) yang pembagiannya sebagai berikut:

1. Kasar (coarse), yaitu lolos ayakan no. 4 dan tertahan ayakan no. 10 (2 mm).

2. Sedang (medium), yaitu lolos ayakan no. 10 dan tertahan ayakan no. 40 (425 μm).

3. Halus (fine), yaitu lolos ayakan no. 40 dan tertahan ayakan no. 200 (75 μm)

Pasir yang digunakan pada penelitian ini adalah butiran pasir yang lolos ayakan no. 4.

2.4 Bentonite

Bentonite merupakan golongan montmorillonite dengan rumus kimia (MgCa)O. Al2O3.5SiO2 nH2O dengan n = 8. Bentonite terbentuk dari perubahan abu vulkanik. Specific

Gravity – nya 2,4 – 2,8. Karakteristik bentonite adalah dapat menyerap air sebanyak 5 kali beratnya sendiri dan oleh karena itu pengembangan volumenya dapat mencapai 15 kali dari keadaan keringnya. Ketika diberi air, butiran bentonite segera terurai menjadi partikel yang sangat kecil. Ukuran butiran bentonite umumnya 60 – 65 % lebih halus dari 0,1 μm, 90 % lebih kecil dari 0,5 μm dan 97 % lolos ayakan no. 325 (44 μm).

4

2.5 Daya Dukung Tanah Lempung

Dalam pekerjaan pondasi, terdapat tiga

nilai kadar air yang memberikan indikasi yang

sangat berguna untuk memperkirakan perilaku

tanah berbutir halus, yaitu kadar air (Wc) di

tempat pekerjaan pondasi dan dua batas

konsistensi yaitu batas cair (LL) dan batas plastis

(PL) karena hal ini memberikan sesuatu yang

penting dalam kaitannya dengan stabilitas tanah.

Konsistensi tanah lempung tidak terganggu dari

lapangan dapat dikaitkan dengan nilai kuat geser

tekan bebas (qu). Peck dkk. 1953 (Tabel 1.1)

menyajikan hubungan antara konsistensi,

identifikasi dan nilai qu yang diperoleh dari

pengujian kuat geser tekan bebas (unconfining

pressure). Nilai-nilai perkiraan daya dukung aman

untuk tanah lempung dapat dilihat pada Tabel 1.2

Tabel 1.2. Hubungan Nilai N, Konsistensi Tanah dan

Perkiraan Daya Dukung Aman untuk Pondasi Pada Tanah

Lempung

2.6 Uji Geser Langsung (Direct Shear)

Pada pengujian tertentu, tegangan

normal dapat dihitung sebagai berikut:

σ = Tegangan Normal =

Tegangan geser yang melawan

pergerakan geser dapat dihitung sebagai berikut:

τ = Tegangan geser =

Pada pasir lepas (renggang), tegangan

geser penahan akan membesar sesuai dengan

membesarnya perpindahan geser sampai

tegangan tadi mencapai tegangan geser runtuh

τf. Setelah itu, besar tegangan geser akan kira-

kira konstan sejalan dengan bertambahnya

perpindahan geser.

Pada pasir padat, tegangan geser

penghambat akan naik sejalan dengan

membesarnya perpindahan geser runtuh

(maksimum) τf tercapai. Harga τf inidisebut

sebagai kekuatan geser puncak (peak shear

strength). Bila tegangan runtuh telah dicapai,

maka tegangan geser penghambat yang ada akan

berkurang secara lambat laun dengan

bertambahnya perpindahan geser sampai pada

suatu saat mencapai harga konstan yang disebut

kekuatan geser akhir.

5

Gambar 1.6 Diagram tegangan geser versus perubahan tinggi benda uji karena pergerakan menggeser untuk tanah pasir

padat dan renggang.

(Sumber : Braja M. Das, Mekanika Tanah Jilid 2)

Gambar 1.7 Penentuan parameter kekuatan geser untuk tanah pasir sebagai hasil uji geser langsung

(Sumber: Braja M. Das, Mekanika Tanah jilid 2)

Uji geser langsung biasanya dilakukan

beberapak kali pada sebuah sampel tanah

dengan bermacam-macam tegangan normal.

Harga tegangan normal dan harga τf yang didapat

dengan melakukan beberapa kali pengujian dapat

digambarkan pada sebuah grafik dan selanjutnya

kita dapat menentukan harga-harga parameter

kekuatan geser. Pada Gambar 1.7 diberikan grafik

semacam itu dari sebuah uji pada tanah pasir

kering. Persamaan untuk harga rata-rata garis

yang menghubungkan titik-titik dalam

eksperimen tersebut adalah:

τf = σ tan ø

(Catatan: c = 0 untuk pasir dan σ = σ’)

Jadi besar sudut geser adalah ø = tan-1 ( )

2.6.1 Uji Geser Langsung kondisi Air Teralirkan

(Drained) pada Pasir dan Lempung Jenuh

Air

Harga koefisien tanah lempung sangat

kecil bila dibandingkan dengan harga koefisien

rembesan tanah pasir. Bila suatu beban

diberikanpada sampel tanah lempung, diperlukan

waktu yang cukup panjang agar sampel tanah

tersebut terkonsolidasi sepenuhnya, yaitu selama

waktu yang diperlukan untuk mendisipasi

tegangan air pori yang terjadi. Berdasarkan

alasan tersebut, beban geser pada uji geser

langsung harus dilakukan pada kecepatan geser

yang kecil sekali. Pengujian seperti ini dapat

berlangsung 2 sampai 5 hari karena kecilnya

percepatan geser. Pada Gambar 2.18

diperlihatkan hasil-hasil pengujian geser langsung

kondisi air teralirkan pada tanah lempung

terkonsolidasi lebih (overconsolidated). Pada

Gambar 2.19 ditunjukkan plot τf versus σ’yang

dihasilkan dari pengujian sejumlah tanah

lempung terkonsolidasi normal dan

terkonsolidasi lebih. Harap dicatat bahwa σ = σ’,

dan c = 0 untuk sebuah tanah lempung

terkonsolidasi normal.

Gambar 1.8 Hasil uji geser langsung kondisi drained pada sebuah tanah lempung overconsolidated

(Sumber: Braja M.Das, Mekanika Tanah jilid 2)

6

Gambar 1.9 Garis keruntuhan tanah lempung yang didapat dari uji geser langsung kondisi drained

(Sumber: Braja M.Das, Mekanika Tanah jilid 2)

2.7 Alat Untuk Simulasi Beban

Alat simulasi untuk menghitung

penurunan tanah akibat gempa dipengaruhi oleh

faktor percepatan, frekuensi getaran gempa dan

jenis tanah yang diuji. Untuk mendapatkan

percepatan yang dihasilkan oleh alat simulasi

diperoleh dari perumusan sebagai berikut :

- Sumber penggerak getaran menggunakan motor listrika yang memiliki Gerak Rotasi (GR) dengan kecepatan rotasi 1430 rpm atau dengan frekuensi mendekati 23.833 Hz sedangkan frekuensi ini adalah konstan.

- Pada bak simulator bekerja Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB), sehingga dibutuhkan suatu konversi dari GR menjadi GLBB. Pada gerak rotasi kecepatan lintasan adalah konstan sesuai perumusan :

Kecepatan lintasan = keliling lingkaran /

waktu

Vlintasan=2..r/t=2..f.r=.r............................

.....(1.7)

Vlintasan 22 VyVx

.............................................(1.8)

- Kecepatan sesaat V(t) pada bak simulator bekerja pada sumbu x (Vx) mengalami perubahan seiring dengan perubahan waktu dan dirumuskan dari persamaan (1) dan (2) :

V(t)=Vx(t)=Vlintasan.Cos.t=.rCos.t

.......................(1.9)

- Sehingga percepatan sesaat Ax(t) juga mengalami perubahan tiap aktunya dengan perumusan sebagai berikut : Ax (t) = d Vx/ dt

= d .r Cos .t / dt

= 2. r Sin .t

Sehingga didapat percepatan

maksimum :

Ax(max)=2.r...............................................

...........(1.10)

- Maka hubungan percepatan maksimum pada sistem adalah :

Ax(max) =(2..f)2.r

.................................................(2.1)

Ax (max) = percepatan maksimum

(m/s2)

f = frekuensi sistem (Hz)

r = jari-jari (m)

Dari perumusan di atas dapat disimpulkan

bahwa :

- Frekuensi maksimum yang bekerja pada motor sebesar 23.833 Hz

- Untuk kebutuhan frekuensi yang lebih kecil dibutuhkan gear box untuk mereduksi kecepatan rotasi motor

- Percepatan maksimum dipengaruhi oleh frekuensi sistem dan jari-jari

- Agar frekuensi pada motor dapat diatur sesuai kebutuhan, diperlukan alat pengatur putaran motor AC atau yang disebut Inverter

- Dengan inverter, frekuensi dapat diatur dari 10 % frekuensi nominal hingga 120 % frekuensi nominal (frekuensi nominal motor = 23.833 Hz)

2.7.1 Permodelan percepatan zona gempa

Indonesia 4

7

Untuk menentukan percepatan gempa

setiap periode waktu yang dibutuhkan,

diperlukan perhitungan respons spectra untuk

masing-masing jenis tanah yang telah ditetapkan

dalam SNI sebagai berikut :

Tabel 1.7 Spektrum Respons Gempa Rencana Sesuai Peraturan SNI

1726

Untuk memodelkan frekuensi zona

gempa, diperlukan suatu faktor koreksi dimana

faktor ini muncul akibat efisiensi alat, berikut ini

adalah daftar faktor koreksi alat :

- Motor berkapasitas maksimum 1500 rpm tetapi bekerja efektif pada kecepatan 1425 rpm, sehingga faktor efisiensi sebesar 1425/1500 = 0.95

- Motor mempunyai rasio ½ sehingga faktor reduksi = 0.5

- Gear Box memiliki rasio 1/20 sehingga faktor reduksi = 0.05, tetapi tempat dudukan Fan Belt pada Gear Box mengecil sebesar ½ jari-jari sehingga faktor reduksi Gear Box total = 0.05 x 2 = 0.1 Sehingga apabila ditotal faktor reduksi

dari motor ke boks getar adalah 0.95 x 0.5 x 0.1 =

0.04735. Jadi semisal ingin memodelkan

frekuensi sebesar 2.3 Hz maka frekuensi yang

muncul pada inverter sebesar 04735.03.2

= 48.6 Hz

Berikut ini adalah tabel permodelan

percepatan gempa yang telah disesuaikan

dengan percepatan motor :

Tabel 1.9 Percepatan permodelan yang

telah disesuaikan dengan kapsaitas motor

2.7.2 Permodelan Boks Getar dan sistem

pondasinya

Gambar 1.10 Bak permodelan

Bak ini memiliki dimensi:

- Panjang : 110 cm

- Lebar : 50 cm

- Tinggi : 95 cm

- Berat : 40 kg

Ketiga sisi bak permodelan tebuat dari

bahan acrilic setebal 1 cm dengan tujuan saat

pengujian beban dimungkinkan dapat melihat

perubahan pola keruntuhan tanah, sedang

lainnya terbuat dari plat besi.

2.7.3 Sistem Perletakan Bak Permodelan

Bak Permodelan tersebut diletakkan di

atas pondasi yang terbuat dari besi siku dengan

ukuran 150 cm x 60 cm. Dan pada pondasi ini

terdapat bearing yang bertujuan untuk

memperlancar pergerakan bak permodelan pada

arah horizontal. Jarak antar bearing ini adalah 20

cm. Sebelum bak permodelan diletakkan, di

bawah bak permodelan diletakkan papan kayu

dengan ukuran 120 cm x 50 cm yang dilapisi

aluminium untuk melindungi dasar bak.

Kemudian pada bagian bawah papan kayu

diberikan plat bordes agar papan kayu tersebut

bearin

g

Pondas

i plat

siku

Bak permodelan

Plat

bordes

Papan

kayu

8

tidak mengalami kerusakan akibat perputaran

bearing.

2.8 Penggunaan Geotextile

Untuk perencanaan Geotextile, ada 3 kondisi yang harus ditinjau :

1. Internal Stability Kestabilan embankment karena tidak terjadinya kelongsoran pada bagian tubuh embankment itu sendiri.

Pal ≤ *Berat tanah efektip ABC+ x tan δ/SF

Selain itu juga ditinjau,

Pal ≤ S1/SF

Dinama :

SF min = 2,0 (beban tetap)

SF min = 1,3 (beban sementara)

S1 = kekuatan tarik bahan geotextile.

Bila syarat ini tak terpenuhi, gunakan beberapa lapis bahan.

2. Foundation Stability Kestabilan embankment karena tidak dapat bergesernya massa tanah dasar (asli) di bawah timbunan. Beban timbunan dapat menyebabkan sebagian massa tanah dasar bergeser arah horizontal kea rah kaki timbunan. Jadi tinggi timbunan dan kekuatan bahan geotextile harus direncanakan sedemikian rupa sehingga pergeseran tersebut dapat dicegah.

Syarat stabilitas Pa2 ≤ Pp+2.SuxL

SF

Syarat bahan S2 ≥ (SuxL)xSF

3. Overall Stability Kestabilan embankment bila ditinjau terhadap keruntuhan menurut bidang gelincir lingkaran (circulai) atau blok (wedge-type failure) yang mencakup embankment dan tanah dasarnya.

Moment Penggerak 0

Mpenggerak = ∑ g h (dL) L

A

Moment penahan

Titik atas

Mpenahan =∑ τ1 R dL + S3 T

Titik bawah

Syarat Stabilitas M penahan ≥ SF

Mpenggerak

BAB III

METODOLOGI

Secara garis besar, penelitian dengan metode eksperimental ini direncanakan menggunakan sampel tanah yaitu bentonite yang dicampur dengan pasir dengan presentase tertentu sehingga didapatkan sampel tanah yang memiliki Li (Liquidity Index) -4,55; 0,074; dan 2,38 sesuai dengan kondisi tanah di Kabupaten Bantul.

Adapun langkah – langkah penelitian di laboratorium secara rinci dilaksanakan sebagai berikut :

3.1 Persiapan Material

3.1.1 Pasir

Pasir yang digunakan adalah pasir yang diayak hingga lolos saringan no. 4 3.1.2 Bentonite

Bentonite yang digunakan memiliki nilai LL

± 200%

3.1.3 Bak Pemodelan

Bak permodelan dibuat dengan ukuran 110 cm x 50 cm x 95 cm dari bahan plat siku dan plat besi. Dua sisi bak permodelan dibuat dari plat besi, sedang dua lainnya terbuat dari bahan acrilic tebal 1 cm dengan tujuan saat pengujian beban dimungkinkan bisa melihat perubahan pola keruntuhan pondasi. Alat yang digunakan

9

untuk mengukur deformasi adalah dengan menggunakan sensor penurunan.

Pipa penyangga beban tempat

perletakan beban terbuat dari pipa PVC 2 inchi. Untuk menghasilkan getaran dipakai sebuah motor/dinamo (Gambar3.1) yang berfungsi untuk memutar roda penggerak. Roda penggerak tersebut berfungsi untuk menggerakkan batang yang dihubungkan dengan bak permodelan yang berfungsi untuk menghasilkan beban merata berulang (dinamis) yang diasumsikan sebagai beban gempa.

Gambar 3.1. Model pembebanan.

3.1.4 Model Timbunan badan jalan.

Model yang digunakan adalah trapesium dengan sudut kemiringan 30o dan tinggi 25 cm serta panjang siri yg sejajar adalah 25 cm dan 75 cm. Tanah yang digunakan untuk pemodelan timbunan badan jalan adalah tanah sirtu kelas A.

3.1.1 Identifikasi Sifat – Sifat Material dan Uji Konsistensi

Material.

1. Material pasir dan bentonite terlebih dahulu dikeringkan hingga mendekati

kering sempurna (kadar air 2 %). 2. Pengujian untuk mengetahui sifat – sifat

fisik material bentonite didasarkan pada beberapa pengujian seperti konsistensi yang lebih dikenal dengan Atterberg Limit (Liquit Limit dan Plastic Limit), berat jenis

butiran (t), berat kering (d), kadar air (wc), dan specific gravity (Gs).

3. Perbandingan antara jumlah bentonite dan pasir didapatkan dengan cara coba –coba sehingga diperoleh benda uji yang memiliki yang diinginkan.

3.2 Pembuatan Tanah Uji.

Kondisi tanah dasar pondasi yang digunakan pada permodelan memiliki kadar air yang sama dengan nilai batas cairnya. Pembuatan benda uji mula – mula dengan pembuatan sampel, dengan mencampur bentonite dan pasir kemudian ditambah air sampai kadar airnya sama dengan nilai batas cairnya. Sebagai dasar perhitungan, jika diketahui kadar air campuran bentonite dan pasir, maka berat butirannya adalah selisih antara berat campuran tanah mula – mula dengan berat air campuran tersebut sehingga jumlah air yang ditambahkan adalah berat butiran total dikalikan dengan nilai kadar air yang dicapai.

Setelah tanah benda uji dibuat, tanah kemudian diperam selama 3 hari namun kadar airnya tetap dijaga. Pemeraman ditujukan agar air, bentonite, dan pasir tercampur secara homogen. Selanjutnya, tanah dimasukkan ke dalam bak permodelan dan siap untuk di uji pembebanan.

3.3 Identifikasi Parameter Dasar Campuran Tanah Sebelum Dibebani.

Masing – masing tanah dengan variasi Liquidity Indeksnya: -0.159, 0.522 dan 1.205 dengan menggunakan alat volumetri gravimetri dan direct shear untuk mengetahui parameter dasar tanah sebelum diberi beban.

3.4 Melakukan Pengujian Beban dan Pengamatan pada Model Pondasi.

Pengujian dilakukan pada masing – masing jenis benda uji. Langkah – langkah pengujian yang dilakukan adalah:

1. Memasukkan tanah ke dalam bak permodelan setinggi 30 cm.

2. Memasang rangka pipa penyangga beban, plat pondasi model, sehingga plat berada di tengah terhadap keempat sisi bak permodelan

Tiang Penyangga Motor/Dinamo

Tiang Penyangga Pendel Roda Pemutar

Model Pondasi

L 30x30x2 Pipa PVC 2 "

Tanah Uji

Boks Beban

Baut L 30x30x2 L 30x30x2

10

3. Membuat pemodelan timbunan badan jalan diatas tanah dasar.

4. Memasang rangka pipa penyangga beban, plat pondasi model, sehingga plat pondasi berada ditengah terhadap keempat sisi bak pemodelan.

5. Memasang sensor penurunan, yaitu penunjuk penurunan pada plat pondasi.

6. Memberikan beban gempa dengan percepatan sebesar 0,3g dan 0,4g dengan wilayah gempa 3 dan 4 dengan waktu 10 detik dan mencatat penambahan penurunan serta deformasinya akibat adanya kombinasi beban vertikal dan beban dinamis.

7. Membongkar sensor, rangka pipa penyangga beban, dan mengambil sampel pada tanah di bawah dan di sekitar plat pondasi untuk kemudian diidentifikasi kembali.

3.5 Identifikasi Parameter Dasar Campuran Tanah Setelah Dibebani.

pemberian beban dilakukan dalam 2 jenis yaitu beban statis dan dinamis. Pembebanan statis merupakan pembebanan akibat berat timbunan maupun berat alat sensor, sampel tanah diambil sebagian pada setiap pembebanan untuk diidentifikasi kembali parameter dasarnya, sehingga diketahui besarnya perubahan parameter tanah yang terjadi.

BAB IV

ANALISA DAN DATA PERCOBAAN

4.1 Pembuatan Alat Permodelan

4.1.1 Dasar teori

Untuk menghasilkan beban dinamis sebagaimana dimaksud dalam penelitian ini, maka dibuatlah alat pemodelan. Alat pemodelan disini berfungsi untuk menghasilkan beban dinamis serta mencatat besar penurunan yang terjadi. Alat pemodelan untuk menghasilkan beban dinamis ini dipengaruhi oleh faktor percepatan, lamanya waktu pembebanan dan frekuensi getaran yang terjadi. Untuk mendapatkan percepatan yang dihasilkan oleh alat pemodelan diperoleh dari perumusan sebagai berikut :

Untuk menggerakkan alat pemodelan digunakan motor penggerak sebagai penghasil getaran dengan spesifikasi Gerak Rotasi (GR) dan kecepatan rotasi 1430 rpm atau dengan frekuensi mendekati 23,833 Hz , frekuensi ini adalah konstan.

Pada bak pemodelan bekerja Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB), sehingga dibutuhkan suatu konversi dari GR menjadi GLBB. Pada gerak rotasi kecepatan lintasan adalah konstan sesuai perumusan : Kecepatan lintasan = keliling lingkaran / waktu

Vlintasan=2..r/T=2..f.r=.r (4.1)

Vlintasan = 22 VyVx (4.2)

Kecepatan sesaat V(t) pada bak simulator bekerja pada sumbu x (Vx) mengalami perubahan seiring dengan perubahan waktu dan dirumuskan dari persamaan (4.1) dan (4.2) : V(t) = Vx(t) = Vlintasan . Cos .t = .r

Cos .t (4.3)

Sehingga percepatan sesaat Ax(t) juga mengalami perubahan tiap waktunya dengan perumusan sebagai berikut : Ax (t) = d Vx/ dt

= d .r Cos .t / dt

= 2. r Sin .t

Sehingga didapat percepatan maksimum :

Ax (max) = 2.r ............. (4.4)

Maka hubungan percepatan maksimum pada sistem adalah : Ax (max) = (2..f)

2.......... (4.5)

Ax (max) = percepatan maksimum (m/s2)

f = frekuensi sistem (Hz)

r = jari-jari (m)

Dari perumusan di atas dapat disimpulkan bahwa :

- Frekuensi maksimum yang bekerja pada motor sebesar 23.833 Hz

- Untuk kebutuhan frekuensi yang lebih kecil dibutuhkan gear box untuk mereduksi kecepatan rotasi motor

11

- Percepatan maksimum dipengaruhi oleh frekuensi sistem dan jari-jari

- Agar frekuensi pada motor dapat diatur sesuai kebutuhan, diperlukan alat pengatur putaran motor AC atau yang disebut Inverter

- Dengan inverter, frekuensi dapat diatur dari 10 % frekuensi nominal hingga 120 % frekuensi nominal (frekuensi nominal motor = 23,833 Hz)

4.1.2 Permodelan percepatan zona gempa 3

dan 4

Untuk memodelkan percepatan gempa Indonesia diperlukan data-data mengenai percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka tanah untuk masing-masing wilayah gempa Indonesia. Data-data ini didapat pada peraturan SNI 1726:

Tabel 4.2. Tabel Percepatan Puncak Batuan Dasar dan Percepatan Puncak Muka Tanah untuk Masing – masing Wilayah Gempa Indonesia Sesuai Peraturan SNI 1726.

Wilayah Gempa

Percepatan puncak batuan

dasar (‘g’)

Percepatan puncak muka tanah Ao (‘g’) Tanah Keras

Tanah Sedan

g

Tanah Lunak Tanah Khusus

1 0,03 0,04 0,05 0,08

Diperlukan evaluasi

khusus di setiap lokasi

2 0,10 0,12 0,15 0,20 3 0,15 0,18 0,23 0,30 4 0,20 0,24 0,28 0,34 5 0,25 0,28 0,32 0,36 6 0,30 0,33 0,36 0,38

Untuk menentukan percepatan gempa setiap periode waktu yang dibutuhkan, diperlukan perhitungan respons spectra untuk masing-masing jenis tanah yang telah ditetapkan dalam SNI sebagai berikut :

Tabel 4.3. Tabel Spektrum Respons Gempa Rencana Sesuai Peraturan SNI 1726.

Untuk memodelkan frekuensi zona gempa, diperlukan suatu faktor koreksi dimana faktor ini

muncul akibat efisiensi alat, berikut ini adalah daftar faktor koreksi alat :

- Motor berkapasitas maksimum 1500 rpm tetapi bekerja efektif pada kecepatan 1425 rpm, sehingga faktor efisiensi sebesar 1425/1500 = 0.95

- Motor mempunyai rasio ½ sehingga faktor reduksi = 0.5

- Gear Box memiliki rasio 1/20 sehingga faktor reduksi = 0.05, tetapi tempat dudukan Fan Belt pada Gear Box mengecil sebesar ½ jari-jari sehingga faktor reduksi Gear Box total = 0.05 x 2 = 0.1 Sehingga apabila ditotal faktor reduksi

dari motor ke boks getar adalah 0.95 x 0.5 x 0.1 = 0.04735. Jadi semisal ingin memodelkan

frekuensi sebesar 2.3 Hz maka frekuensi yang

muncul pada inverter sebesar 04735.0

3.2 = 48.6

Hz

Berikut ini adalah tabel permodelan percepatan gempa yang telah disesuaikan dengan percepatan motor :

Tabel 4.5. Tabel Permodelan Percepatan untuk Zona Gempa 3 dan 4.

parameter a Permodelan a Alat r

Permodelan frek

Permodelan frek Alat

Zona Gempa (m/s2) (m/s2) (meter) (Hz) (Hz)

3 7.36 7.12 0.045 2.3 42.238 4 8.33 8.59 0.045 2.3 46.463

A. Bak Permodelan Dan Sistem Pondasinya.

a. Bak permodelan berfungsi sebagai tempat sampel tanah uji.

b. Sistem perletakan pada bak permodelan berfungsi untuk melindungi bak agar tidak rusak akibat gerakan yang berulang - ulang.

B. Sistem Penyodok.

a. Batang penyodok berfungsi sebagai batang penggerak bak akibat putaran yang ditimbulkan oleh motor.

b. Meja berfungsi sebagai perletakan batang penyodok agar arah gerakan yang ditimbulkan menjadi lurus.

12

C. Sistem Motor.

a. Motor penggerak berfungsi sebagai sumber penghasil gerakan pada sistem.

b. Gear box berfungsi sebagai pereduksi putaran motor agar sesuai dengan putaran yang diinginkan.

c. Radial Plate berfungsi untuk menentukan jarak perpindahan bak permodelan sesuai yang diinginkan

d. Van Belt berfungsi sebagai pendistribusi gerakan yang dihasilkan oleh gear box kepada radial plate yang menggerakkan seluruh sistem.

D. Sensor. a. Sensor Posisi berfungsi sebagai pembaca

perubahan posisi sampel tanah pada arah vertikal

b. Sensor Frekuensi dan Percepatan berfungsi sebagai pembaca frekuensi dan percepatan yang dihasilkan oleh sistem.

E. Interface Box.

F. Panel Listrik berfungsi sebagai tempat dimana saklar-saklar untuk menghidupkan atau mematikan sistem kelistrikan motor.

1 4.1.6.3 Proses pengoperasian software 1. Hidupkan komputer 2. Jalankan program eksekusi dengan

icon GROUND.

3. Masukkan angka jari – jari sesuai dengan jarak lubang yang diinginkan pada radial plate terhadap pusat plate, misal 6 cm.

4. Klik Setting Delay masukkan lamanya interval waktu pengujian.

5. Klik tombol Run maka motor akan aktif sesuai pada interval yang dimasukkan.

6. Setelah motor berhenti klik File Print untuk melihat hasil perekaman data dalam bentuk grafik.

13

Untuk melihat hasil perekaman data dalam bentuk tabel klik File Data List.

7. Untuk menyimpan hasil rekaman terlebih dahulu masukkan nama file kemudian klik tombol SAVE.

2 4.1.7 Perawatan dan pemeliharaan alat permodelan

Untuk mencegah kemungkinan kerusakan pada alat, perlu di perhatikan hal – hal sbb:

1. Penurunan tanah maksimum pada bak permodelan adalah 200 mm.

2. Perhatikan posisi kabel sensor, kabel motor dan kabel interface box pada saat pengoperasian. Usahakan posisi kabel tersebut aman dan tidak terganggu.

3. Pada waktu pemasangan dan pembongkaran sensor posisi ke bak permodelan, jagalah supaya sensor tersebut tidak mengalami goncangan dan jangan sampai terjatuh.

4. Usahakan pada waktu pengoperasian, area sekitar jauh dari bahan yang mengandung air.

5. Setelah selesai pengoperasian, simpan semua komponen pada tempat yang aman dan lindungi semua komponen supaya tidak berkarat akibat udara dan air.

6. Periksa kembali kelengkapan semua komponen. Yakinlah bahwa semua komponen lengkap dan tidak ada yang kurang.

4.2 Analisa Perbandingan Komposisi Pasir

dan Bentonite pada Tanah Uji

4.2.1 Hasil pengujian sifat-sifat fisik bentonite

Pengujian yang dilakukan terhadap bentonite adalah uji konsistensi yang meliputi batas

cair(LL),Batas plastis (PL), batas kerut (SL), dan indeks plastisitas (PI), specific grafity(Gs), kadar air (wc). Hasil sifat-sifat fisik bentonite ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Sifat-sifat Fisik Bbentonite (sumber: PT.Madu Lingga Perkasa)

Untuk mendapatkan tanah uji dengan kondisi LL tertentu, maka bentonite dicampur dengan pasir dan air secara merata dengan perbandingan tertentu secara coba-coba, dengan memperhitungkan berat alami dan kadar air dari masing-masing material.

Sebagai contoh yaitu mencampurkan pasir dan bentonite dengan perbandingan Pasir:Bentonite mula-mula = 90:10, kemudian dilanjutkan dengan perbadingan Pasir:Bentonite = 80:20 sampai dengan Perbandingan pasir:Bentonite akhir = 10:90

Tabel berikut adalah hasil coba-coba perbandingan antara pasir dan bentonite yang menghasilkan Liquid Limit tertentu.

Tabel 4.7 Perbandingan Bentonite dan Pasir

Kadar Pasir % Kadar Bentonite % LL % 10 90 279.04 20 80 278.8 30 70 186.25 40 60 178.67 50 50 127.625 60 40 106.35 70 30 75.196 80 20 35.825 90 10 32.95

Dari hasil tersebut, dilakukan analisa regresi linier yang akhirnya mendapatkan kombinasi untuk Liquid Limit yang diharapkan dapat dilihat pada grafik berikut :

Jenis Pengujian Bentonite

Konsistensi (%) 1.Batas cair (LL) 230.5 2.Batas plastis (PL) 43.21 3.Batas kerut (SL) 25.82 4.Indeks Plastisitas (PI) 187.29 Specific Grafity (Gs) 3.3 Kadar air (%) 13.3

14

Gambar 4.1 Grafik hubungan Kadar Bentonite dan LL

Dengan demikian dapat diketahui perbandingan antara bentonite dan pasir untuk membuat tanah uji :

Dengan LL = 32%, maka Bentonite:Pasir = 16,4% : 83,6%

Dari grafik tersebut diatas terlihat bahwa hubungan penambahan bentonite menaikkan LL secara linier.

4.2.2 Hasil pengujian sifat-sifat fisik tanah uji

Sifat-sifat fisik masing-masing tanah uji ditunjukkan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.8 Sifat-sifat Fisik Tanah Uji

Jenis Pengujian Tanah Uji LL 32%

Konsistensi (%) 1. Batas Cair (LL) 32 2. Batas Plastis (PL) 17.34 3. Indeks Plastis (PI) 14.66 Berat Volum (gr/cc) 1. BV tanah, γt (kg/cm2) 1.44 2. BV tanah Kering, γd (kg/cm2) 1.41

3. Kadar Air (Wc) 15% 25% 35% 4. Kuat Geser, C (kg/cm2) 0,117 0,089 0,146 5. Sudut Geser, φ (o) 47,36 37,49 1,83

4.3 Analisa Mekanisme Keruntuhan Tanah Uji Hasil Percobaan.

4.3.1 Percobaan di Laboratorium

Percobaan di Laboratorium dilakukan pada tiga kondisi tanah dengan variasi pada Liquidity Indeksnya (LI) : -0,159 , 0,522 dan 1,205 , dengan sudut talud dan tinggi tanah sirtu pada Tanah Uji dan disimulasikan pada satu zona gempa dimana terdapat dua zona gempa yaitu Zona Gempa 3 dan 4. Dalam percobaan di Laboratorium terdapat beberapa variasi yang berbeda-beda,diantaranya :

1. Dengan Kadar Air (Wc) 15 %

2. Dengan Kadar Air (Wc) 25 %

3. Dengan Kadar Air (Wc) 35 %

5.1

5.2 4.3.2 Hasil percobaan pemodelan timbunan

badan jalan di Laboratorium.

Urutan percobaan adalah mula-mula dengan persiapan Tanah Uji yang akan disimulasikan untuk satu zona gempa dimana ada dua variasi zona gempa yaitu Zona Gemppa 3 dan 4. Tanah Uji disiapkan sebanyak 3 sample dengan variasi Liquidity Indeks (LI) = -0,159; 0,522 dan 1,205. Pemodelan dilakukan dengan memberi beban dinamis sesuai dengan percepatan di zona gempa 3 dan 4 dilakukan setiap 10 detik dan mencatat penurunannya kemudian percobaan dihentikan. Untuk urutan pemodelan timbunan badan jalan adalah mula-mula dengan menimbun dan memadatkan pasir-bentonite yang sudah disiapkan dengan ketinggian 30 cm dan kemudian meletakkan pemodelan timbunan badan jalan.

Dari percobaan-percobaan tersebut kemudian akan dilihat pengaruh pemodelan Timbunan Badan Jalan terhadap penurunan tanah dengan membandingkan besarnya penurunan tanah dimana perbandingan berdasarkan variasi Zona Gempa, Liquidity Indeks (LI), sudut talud dan ketinggian.

Berikut ini contoh Grafik Penmurunan akibat

beban dinamis pada timbunan Badan Jalan

15

4.5 Hasil Pengujian Sifat-sifat Fisik Tanah Uji Untuk Model Tanah Timbunan.

Pengujian direct shear dan triaksial dilakukan untuk mengetahui harga kohesi (c) dan sudut geser tanah (). Berikut adalah contoh perhitungan direct shear dan triaksial :

4.5.1 Hasil pengujian Direct Shear

Tanah Uji yang akan diuji dengan Direct Shear Test memiliki variasi Wc yang berbeda-beda, Berikut ini adalah contoh perhitungan direct

shear dengan mengambil sampel Tanah Uji LL 32 %, Wc 15% dan LI -0.159.

Dengan beban vertikal 2 kg

Tegangan Normal (normal)

A

Pnormal ;

dimana :

P(kg) = Gaya (beban vertikal) A(cm2) = Luas bidang kontak vertikal Diameter Sampel = 6,35 cm Luas Sampel (A) = 31,653 cm2 P = 2 kg

2/0632,0653,312

cmkgA

Pnormal

Tegangan Geser Maksimum (max)

A

Pmaxmax ;

dimana :

Pmax(kg) = Gaya geser max (telah dikalibrasi proving ring).

A ( cm2 ) = Luas bidang kontak geser Bacaan Gaya geser max awal = 39 Angka kalibrasi proving ring = {(X . 0,149182)+0,2982649}kg Gaya geser max = {(39 . 0,149182)+0,2982649}kg = 6,116 kg A = 31,653 cm2

2maxmax /193,0

653,31116,6

cmkgA

P

16

Hasil perhitungan direct shear tanah dasar sebelum pembebanan selengkapnya disajikan dalam bentuk grafik dibawah ini :

Gambar 4.4 Grafik Direct Shear Timbunan 1 Lapis Sebelum Pembebanan

Zona Gempa 3

Zona Gempa 4

4.6 Analisa Angka Kemanan Timbunan

Badan Jalan

Untuk mengetahui tingkat keamanan pada timbunan badan jalan, ada 3 kondisi yang harus ditinjau. Yaitu :

- Internal Stability Kestabilan embankment karena tidak

terjadinya kelongsoran pada bagian tubuh

embankment itu sendiri.

- Foundation Stability Kestabilan embankment karena tidak dapat

bergesernya massa tanah dasar kea rah

horizontal kea rah kaki timbunan.

- Overall Stability Kestabilan embankment yang ditinjau dari

keruntuhan menurut bidang gelincir

lingkaran atau blok yang mencakup

embankment dan tanah dasarnya.

Setiap kondisi harus dilihat dengan kondisi baik atau tanpa adanya perkuatan dengan geotextile agar lebih mendapatkan keterangan lebih rinci tentang daya dukung timbunan tersebut.

17

Internal Stability

Tanpa Geotextile

SF =

Dimana: Pa1 =

K = Tekanan aktif tanah timbunan

=

Dengan Geotextile

Dimana S = Kekuatan tarik bahan Geotextile

Foundation Stability

Tanpa Geotextile

SF = ; Su = Cu = Undrained shear

strength dari tanah lembek di dasar embankment

; H = Ketinggian timbunan Jika , maka : Jika , maka : dimana

h = Kedalaman tanah yg bergeser akibat foundation stability Dengan Geotextile

Overall Stability

Tanpa Geotextile Untuk mencari angka keamanan ini akan digunakan Program Stable agar mendapatkan hasil yg lebih jelas. Dengan Geotextile

Nilai Mpenahan maupun Mpenggerak bisa didapatkan dari hasil perhitungan program Stable pada SF tanpa Geotextile.

Berikut ini contoh perhitungan Safety Factor

untuk timbunan lapis 1 WC 15 % zona gempa 3

18

19

Berikut ini Tabel SF untuk Tanah Timbunan

4.7 Analisa Mekanisme Keruntuhan Tanah Uji Hasil Percobaan Pada Model Perkerasan.

4.3.1 Percobaan di Laboratorium

Percobaan di Laboratorium dilakukan pada tiga kondisi tanah dengan variasi pada Liquidity Indeksnya (LI) : -0,159 , 0,522 dan 1,205 , dengan ketebalan perkerasan dan disimulasikan pada satu zona gempa dimana terdapat dua zona gempa yaitu Zona Gempa 3 dan 4. Dalam percobaan di Laboratorium terdapat beberapa variasi yang berbeda-beda,diantaranya :

4. Dengan Kadar Air (Wc) 15 %

5. Dengan Kadar Air (Wc) 25 %

6. Dengan Kadar Air (Wc) 35 %

4.3.2 Hasil percobaan pemodelan timbunan

badan jalan di Laboratorium.

Urutan percobaan adalah mula-mula dengan persiapan Tanah Uji yang akan disimulasikan untuk satu zona gempa dimana ada dua variasi zona gempa yaitu Zona Gemppa 3 dan 4. Tanah Uji disiapkan sebanyak 3 sample dengan variasi Liquidity Indeks (LI) = -0,159; 0,522 dan 1,205. Pemodelan dilakukan dengan memberi beban dinamis sesuai dengan percepatan di zona gempa 3 dan 4 dilakukan setiap 10 detik dan mencatat penurunannya kemudian percobaan dihentikan. Untuk urutan pemodelan timbunan badan jalan adalah mula-mula dengan menimbun dan memadatkan pasir-bentonite yang sudah disiapkan dengan ketinggian 30

20

cm dan kemudian meletakkan pemodelan timbunan badan jalan.

Dari percobaan-percobaan tersebut kemudian akan dilihat pengaruh pemodelan perkerasan terhadap penurunan tanah dengan membandingkan besarnya penurunan tanah dimana perbandingan berdasarkan variasi Zona Gempa, Liquidity Indeks (LI), dan ketebalan perkerasan (1cm dan 2cm).

Berikut ini contoh grafik penurunan pada

perkerasan yang menerima beban dinamis.

4.8 Hasil Pengujian Sifat-sifat Fisik Tanah Uji Untuk Model Tanah Timbunan.

Pengujian direct shear dan triaksial dilakukan untuk mengetahui harga kohesi (c) dan sudut geser tanah (). Berikut adalah contoh perhitungan direct shear dan triaksial :

4.8.1 Hasil pengujian Direct Shear

Tanah Uji yang akan diuji dengan Direct Shear Test memiliki variasi Wc yang berbeda-beda, Berikut ini adalah contoh perhitungan direct

shear dengan mengambil sampel Tanah Uji LL 32 %, Wc 15% dan LI -0.159.

21

Dengan beban vertikal 2 kg

Tegangan Normal (normal)

A

Pnormal ;

dimana :

P(kg) = Gaya (beban vertikal) A(cm2) = Luas bidang kontak vertikal Diameter Sampel = 6,35 cm Luas Sampel (A) = 31,653 cm2 P = 2 kg

2/0632,0653,312

cmkgA

Pnormal

Tegangan Geser Maksimum (max)

A

Pmaxmax ;

dimana :

Pmax(kg) = Gaya geser max (telah dikalibrasi proving ring).

A ( cm2 ) = Luas bidang kontak geser Bacaan Gaya geser max awal = 39 Angka kalibrasi proving ring = {(X . 0,149182)+0,2982649}kg Gaya geser max = {(39 . 0,149182)+0,2982649}kg = 6,116 kg A = 31,653 cm2

2maxmax /193,0

653,31116,6

cmkgA

P

Hasil perhitungan direct shear tanah dasar sebelum pembebanan selengkapnya disajikan dalam bentuk grafik dibawah ini :

Setelah Pembebanan Grafik 4.27 Direct Shear Perkesaran dengan tebal 1 Cm Zona Gempa 3 Sebelum Pembebanan Stelah Pembebanan

22

4.9 Analisa Angka Keamanan Pada Model Perkerasan Beton.

Pada pemodelan ini, angka keamanannya dapat diambil dari Rumus Pondasi Dangkal.

Berikut ini salah satu contoh perhitungan untuk mencari angka keamanan Perkerasan Beton.

23

Nilai Angka keamanannya bisa dilihat ditabel berikut :

4.10 Perencanaan Ketebalan

Perkerasan Berdasarkan Metode

Analisa Komponen Perencanaan ini berfungsi sebagai pembanding antara variable ketebalan yang dilakukan di labolatorium dengan ketebalan perkerasan yang sesungguhnya di lapangan. Direncanakan tanah dasar dengan CBR = 5.5% sehingga mendapatkan nilai DDT = 4,8 Umur perencanaan 20 tahun sehingga FP = Umur rencana /10 = 2

Diambil Ipt = 1,5

Diambil Ipo = 4

Koefisien C = 0,4 (Lajur 2 arah dengan lebar lajur

<= 5 m)

Berat sumbu = 0.2 Ton (dari skala beban alat

sensor 5 kg)

LEP = Jumlah Kendaraan x E total x C

= 1 x 0,0000008 x 0.4 = 3,2 x10-7

LEA = LEP x ( 1 + 0,06)Umur rencana

24

= 3,2 x10-7 x (1+0,06)20 = 1,03 x 10-6

LET = 0,5 x ( LEP + LEA ) = o,67 x 10-6

LER = LET x FP = 1,35 x 10-6

Direncanakan a1 = 0.4 (Koefisien untuk

Perkerasan beton)

Didapatkan ITP = 2.5

Sehingga

Ipt = Tebal perkerasan x a1

Tebal perkerasan direncanakan = 6,25 Cm

Berdasarkan perencanaan tebal perkerasan jalan

dengan menggunakan Metode Analisa

Komponen didapatkan perkerasan jalan yang

seharusnya di lapangan adalah 6,25 Cm

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

1. Untuk pemodelan Timbunan Badan Jalan dengan variasi pemberian perkuatan 1 Lapisan dan 2 Lapisan Geotextile menunjukkan secara umum penurunan pada model dengan perkuatan 2 Lapisan

Geotextile lebih dangkal jika dibandingkan dengan penurunan pada model dengan perkuatan 1 Lapisan Geotextile. Maka dapat ditarik kesimpulan semakin banyak lapisan perkuatan Geotextile, maka penurunan yg terjadi akibat beban dinamis akan semakin kecil. Untuk pemodelan Perkerasan Kaku diatas

tanah dasar dengan variasi ketebalan 1

cm dan 2 cm menunjukkan secara umum

penurunan pada Perkerasan dengan

ketebalan 2 Cm lebih dalam daripada

perkerasan dengan ketebalan 1 Cm. Hal

ini dikarenakan karena semakin tebal

perkerasan, maka semakin besar pula

beban yang diterima tanah dasar

sehingga penurunannya pun semakin

dalam.

2. Besarnya penurunan yang terjadi baik pada model Timbunan Badan Jalan maupun model Perkerasan Kaku menujukkan bahwa semakin besar nilai Liquidity Indeks jika menerima beban dinamis maka semakin besar pula penurunan yang terjadi.

3. Penurunan yang terjadi akibat beban dinamis pada semua pemodelan menunjukkan bahwa, penurunan yang terjadi pada Zona 3 lebih kecil daripada penurunan yang terjadi pada Zona 4. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar beban dinamis (zona gempa) yang diterima, penurunan yang terjadi juga semakin dalam.

4. Pengaruh pembebanan dinamis terhadap parameter tanah dibawah Timbunan Badan Jalan akibat beban dinamis yang diterima adalah sebagai berikut : a. Harga ɸ dan c semakin mengecil

untuk tanah yang memiliki Liquidity Index yang semakin besar untuk semua zona gempa.

b. Berat volume tanah semakin membesar dengan semakin membesarnya Liquidity Index untuk semua zona gempa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar beban dinamis yang diterima, maka tanah akan semakin padat.

25

5. Angka Kemanan di masing – masing Liquidity Index akibat beban dinamis pada pemodelan Timbunan Badan Jalan menunjukkan bahwa semakin besar harga Liquidity Index, angka keamanan yang didapatkan akan semakin kecil.

6. Pengaruh pembebanan dinamis terhadap parameter tanah dibawah Perkerasan Kaku akibat beban dinamis yang diterima adalah sebagai berikut : c. Harga ɸ dan c semakin mengecil

untuk tanah yang memiliki Liquidity Index yang semakin besar untuk semua zona gempa

d. Berat volume tanah semakin membesar dengan semakin membesarnya Liquidity Index untuk semua zona gempa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar beban dinamis yang diterima, maka tanah akan semakin padat.

7. Angka Kemanan di masing – masing Liquidity Index akibat beban dinamis pada pemodelan Perkerasan Kaku menunjukkan bahwa semakin besar harga Liquidity Index, angka keamanan yang didapatkan akan semakin kecil.