210
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aceh adalah propinsi yang berada di ujung utara Pulau Sumatera dan merupakan propinsi paling barat dalam wilayah Republik Indonesia dengan luas 56.758,8482 km 2 . Total panjang garis pantai 2.817,9 km yang tersebar di wilayah daratan dan gugusan kepulauan diantaranya Kepulauan Banyak, Kepulauan Simeulue dan Gugusan Pulo Aceh. Wilayah pesisir Aceh terbagi dalam 18 kabupaten/kota yaitu: Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireuen, Kota Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Timur, Kota Langsa, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Simeulue. Sumberdaya pesisir dan laut di Aceh memiliki potensi untuk perikanan tangkap, wisata, perikanan budidaya, dan pertambangan. Potensi sumberdaya pesisir dan laut Aceh belum dikelola secara optimal, sehingga belum dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakatnya. Sebagai contoh, total potensi perikanan tangkap sebesar 272.200 ton/tahun, namun tingkat pemanfaatan baru mencapai 60.72 % atau sebesar 165.778 ton (DKP Aceh, 1

BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Aceh adalah propinsi yang berada di ujung utara Pulau Sumatera dan

merupakan propinsi paling barat dalam wilayah Republik Indonesia dengan luas

56.758,8482 km2. Total panjang garis pantai 2.817,9 km yang tersebar di wilayah

daratan dan gugusan kepulauan diantaranya Kepulauan Banyak, Kepulauan Simeulue

dan Gugusan Pulo Aceh. Wilayah pesisir Aceh terbagi dalam 18 kabupaten/kota

yaitu: Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie,

Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireuen, Kota Lhokseumawe, Kabupaten Aceh

Utara, Kabupaten Aceh Timur, Kota Langsa, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten

Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Barat

Daya, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Simeulue.

Sumberdaya pesisir dan laut di Aceh memiliki potensi untuk perikanan

tangkap, wisata, perikanan budidaya, dan pertambangan. Potensi sumberdaya pesisir

dan laut Aceh belum dikelola secara optimal, sehingga belum dapat memberikan

manfaat yang signifikan bagi masyarakatnya. Sebagai contoh, total potensi perikanan

tangkap sebesar 272.200 ton/tahun, namun tingkat pemanfaatan baru mencapai 60.72

% atau sebesar 165.778 ton (DKP Aceh, 2016). Potensi sumberdaya ikan tersebut

tersebar pada dua Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yaitu WPP 571 dan 572.

WPP 571 berada di Selat Malaka sedangkan WPP 572 berada di perairan Samudera

Hindia. Pusat pengembangan industri perikanan tangkap terpusat di pelabuhan

Lampulo, Idi dan Labuhanhaji.

Permasalahan dalam pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau kecil antara lain

kurangnya koordinasi dan keterpaduan antar stakeholder dalam proses perencanaan,

kurangnya data dan informasi mengenai sumberdaya dan kebijakan yang tumpang-

tindih. Dampak yang ditimbulkan dari permasalahan tersebut adalah pembangunan

tidak terintegrasi, kurang optimal dan tidak terdapatnya status pemanfaatan

sumberdaya yang ada.

Untuk itu penyusunan dokumen Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-

Pulau Kecil (RZWP-3-K) merupakan arahan dan acuan ruang laut bagi pemanfaatan

1

Page 2: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

dan pengelolaan sumberdaya. Penyusunan RZWP-3-K dimaksudkan untuk

menciptakan keseimbangan pemanfaatan ruang agar pembangunan dapat menopang

kehidupan manusia dengan memanfaatkan sumberdaya secara berkelanjutan.

Pengendalian pemanfaatan ruang untuk membangun keseimbangan aspek ekonomi,

ekologi dan sosial.

1.2 Dasar Hukum Penyusunan RZWP-3-K

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang memberikan kekhususan dan

keistimewaan Aceh dan satuan-satuan masyarakat hukum adat serta hak-hak

tradisionalnya sebagaimana diakui dan dihormati oleh konstitusi. Kewenangan sesuai

Pasal 156 adalah mengelola sumberdaya alam di Aceh baik di darat maupun di laut

beserta kewenangan untuk melakukan pengaturan tata ruang wilayah laut, pesisir dan

pulau-pulau kecil.

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 junto Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

mengamanatkan Pemerintah Daerah yang memiliki wilayah pesisir wajib untuk

menyusun Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) dan

dilegalkan ke dalam Peraturan Daerah. Penyusunan RZWP-3-K harus

mempertimbangkan keterkaitan antara ekosistem darat dan ekosistem laut dalam

suatu bioekoregion, pemanfaatan ruang laut, penetapan prioritas kawasan laut untuk

tujuan konservasi, sosial budaya, ekonomi, transportasi laut, industri strategis, serta

pertahanan dan keamanan.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

memberi kewenangan pemerintah propinsi dalam mengelola ruang laut hingga sejauh

12 mil laut kecuali untuk pengelolaan minyak dan gas bumi. Selanjutnya dalam

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan dinyatakan bahwa

pembangunan kelautan adalah pembangunan yang memberi arahan dalam

pendayagunaan sumberdaya kelautan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi,

pemerataan kesejahteraan, dan keterpeliharaan daya dukung ekosistem pesisir dan

laut.

2

Page 3: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

1.3 Profil Wilayah

1.3.1 Letak Geografis Wilayah

Aceh adalah propinsi yang terletak di ujung utara Pulau Sumatera dan berada

di ujung paling barat dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan peta rupa bumi Badan Informasi Geospasial (BIG) skala 1:50.000,

wilayah daratan Aceh secara geografis terletak pada 020 00’ 00” – 060 00’ 00” LU

dan 950 00’ 00” – 980 30’ 00” BT. Dengan batas-batas wilayah adalah:

- Sebelah utara : Selat Malaka dan Laut Andaman/Teluk Benggala;

- Sebelah timur : Selat Malaka dan Propinsi Sumatera Utara;

- Sebelah selatan : Propinsi Sumatera Utara dan Samudera Hindia;

- Sebelah barat : Samudera Hindia.

Merujuk kepada Keputusan Presiden RI Nomor 6 Tahun 2017 tentang

Penetapan Pulau-Pulau Kecil Terluar, terdapat 7 (tujuh) pulau yang berada dalam

wilayah administrasi Aceh yaitu berada di perairan Samudera Hindia: Pulau

Simeulue Cut, Pulau Salaut Besar, Pulau Raya, Pulau Rusa, Pulau Bateeleblah

(Pulau Benggala), Pulau Rondo dan Pulau Weh yang berada di perairan Laut

Andaman.

1.3.2 Kondisi Wilayah

Wilayah Aceh memiliki luas daratan 57.365,67 km2 dan perairan laut 42.665,67

km2 dengan garis pantai 2.817,9 km, 335 pulau yang terdiri dari 315 pulau tidak

berpenghuni dan 20 pulau telah berpenghuni (DKP Aceh, 2011). Secara administratif

wilayah Aceh terdiri dari 23 kabupaten/kota dimana 14 kabupaten dan 4 kota berada

di wilayah pesisir.

Struktur perekonomian Aceh pada 2016 didominasi oleh sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan dengan proporsi sebesar 27,85%. Sektor perdagangan

besar-eceran dan reparasi mobil sepeda motor yang masih berada pada posisi kedua

dengan kontribusi sebesar 15,59%, diikuti oleh sektor konstruksi dengan proporsi

sebesar 10,31%.1

1 Kajian ekonomi dan keuangan regional propinsi Aceh tahun 2016 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/aceh/Documents/KEKR%20Propinsi%20Aceh%20November%202016.pdf

3

Page 4: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Masyarakat pesisir Aceh sejak lama mengenal tata aturan penangkapan ikan

yang diatur dan dijalankan oleh Lembaga Hukum Adat Panglima Laot, praktek ini

telah berlangsung secara turun temurun dan bersifat lokal. Adat laot mengandung

adab sosial, pemeliharaan lingkungan hingga pengaturan mengenai barang hanyut.

Dalam pengelolaan perikanan, hukum adat di Aceh mengatur hari pantangan, jenis

alat tangkap yang dilarang dan telah menetapkan beberapa lokasi larangan

penangkapan. Lembaga Panglima Laot terdapat di setiap kabupaten / kota yang

memiliki wilayah laut di Aceh.

Berdasarkan data BPS Aceh tahun 2010 – 2016 penduduk Aceh tercatat

sebanyak 5.096.248 jiwa yang tersebar di 23 kabupaten/kota. Jumlah penduduk yang

berdomisili di wilayah pesisir berjumlah 4.384.894 jiwa (86% dari total jumlah

penduduk aceh secara keseluruhan) yang tersebar di 18 kabupaten/kota. Sebagian

besar penduduk di wilayah pesisir bermatapencaharian di sektor pemanfaatan

sumberdaya kelautan seperti nelayan dan pembudidaya ikan. Sektor perikanan

menyumbang 4,83 % dalam pendapatan daerah regional bruto (PDRB) Aceh tahun

2016 dan mengalami kenaikan rata-rata 5% per tahun. Kondisi ini menggambarkan

perekonomian masyarakat pesisir yang semakin membaik walaupun masih dalam

pergerakan yang lambat.

Tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat pesisir Aceh sangat dipengaruhi

oleh faktor alam, salah satunya adalah bencana alam. Aceh merupakan daerah

dengan potensi rawan bencana gempa dan tsunami. Daerah rawan bencana tsunami

terdapat di Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh Jaya,

Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireuen,

Kabupaten Simeulue, Kota Lhokseumawe dan Kota Banda Aceh. Daerah rawan erosi

terdapat di Kabupaten Aceh Selatan dan Kabupaten Aceh Barat Daya. Sementara

daerah gelombang pasang tinggi terdapat di Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten

Aceh Barat, Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Banda Aceh.

Kondisi iklim Aceh dapat dilihat dari curah hujan rata-rata 250 mm, dengan

rata-rata kelembaban udara adalah 79,86 RH, kecepatan angin rata-rata sebesar 5,01

knot dan suhu rata-rata 27,5 0C. Kedalaman perairan maksimal berada pada 5.500 m

dibawah permukaan laut terletak pada bagian barat Kepulau Banyak Kabupaten

Aceh Singkil.

4

Page 5: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Berdasarkan data dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Laut

(P3GL) sedimen dasar laut di wilayah perairan Aceh terdiri atas batuan keras dan

kerikil yang terdapat di perairan Selat Malaka, lumpur terdapat di seluruh perairan

Aceh kecuali sebagian Aceh Utara dan Aceh Timur, selut gampingan terdapat di

perairan kepulauan antara daratan Sumatera dengan Kepulauan Simeulue serta pasir

dan lanau terdapat di Aceh Utara, Aceh Timur, Langsa dan Aceh Tamiang.

1.3.3 Kondisi Fisik Kimia Perairan

Kondisi fisik lingkungan perairan merupakan salah satu parameter yang

digunakan sebagai pertimbangan dalam pengelolaan wilayah perairan. Ketepatan

informasi kondisi fisik dapat membantu formulasi pengelolaan wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil yang tepat. Beberapa parameter fisika yang diukur di perairan

Aceh adalah kecerahan, TDS, TSS, dan suhu. Sedangkan parameter kimia yang

diukur adalah salinitas, derajat keasaman, kadar oksigen (DO), amonia, phospat,

nitrit, nitrat, timbal dan klorofil.

Untuk mengetahui kualitas lingkungan perairan di lokasi pekerjaan perlu

dilakukan pengambilan data kualitas air. Pengambilan data kualitas air ini dilakukan

dengan dua cara yaitu pengambilan sampel air dan pengukuran kondisi air secara

langsung (in situ). Pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan botol

sampel, kemudian dilakukan analisa laboratorium untuk mengetahui kondisi

perairannya. Parameter lain yang dapat diukur secara in situ yaitu: temperatur,

salinitas, derajat keasaman (pH), kadar oksigen terlarut (DO) dan kecerahan.

Pengukuran sifat fisik dan pengambilan sampel kimia air laut dilakukan pada titik-

titik yang telah ditentukan dan mewakili seluruh karakteristik lingkungan perairan di

Aceh.

a. Kecerahan

Kecerahan perairan berdasarkan hasil pengamatan adalah berkisar pada

kedalam antara 0 – 16 meter. Tingkat kecerahan yang tinggi ditemui di lokasi yang

jauh dari muara sungai, hal ini terjadi karena perairan terbebas dari sedimen yang

dibawa oleh aliran air. Selain itu proses abrasi dan erosi juga memiliki peran dalam

variasi tingkat kecerahan perairan.

b. Temperatur

5

Page 6: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Kisaran temperatur di perairan Aceh baik di pesisir timur maupun pesisir barat

yang diukur pada kedalaman 1 m berkisar yaitu antara 26 – 31 0C. Temperatur di

perairan ini masih memenuhi baku mutu kisaran temperatur yang diperbolehkan

untuk peruntukkan biota laut, wisata bahari maupun pelabuhan. Temperatur terendah

26 0C terdapat di perairan teluk, rendahnya nilai temperatur ini disebabkan oleh

waktu pengukuran temperatur yang dilakukan pada saat cuaca sedang hujan sehingga

sangat mempengaruhi hasil pengukuran yang dihasilkan. Secara umum hasil

pengukuran suhu sangat dipengaruhi oleh waktu, kondisi cuaca maupun kedalaman

perairan yang mempengaruhi sebaran temperatur di perairan.

c. TSS (Total Suspended Solid)

Sebaran konsentrasi TSS di perairan Aceh secara garis besar dibagi menjadi

dua, yaitu: pantai barat – selatan Aceh (Sabang, Banda Aceh sampai Aceh Singkil)

dan pantai timur Aceh (Pidie sampai Aceh Tamiang). Sebaran TSS di pantai Barat

Aceh berkisar antara 0.02 mg/L sampai dengan 13.96 mg/L. Nilai ini masih berada

dibawah ambang batas berdasarkan KepMen LH. No 51 Tahun 2004. Nilai TSS

terendah terdapat di perairan Aceh Besar, dan yang tertinggi terdapat di perairan

Aceh Jaya dan Meulaboh (Aceh Barat). Untuk pantai timur Aceh kandungan TSS

nya berada pada kisaran 1,2 sampai 16,7 mg/L. Angka tertinggi terdapat pada

perairan di Langsa dan Aceh Tamiang, hal ini disebabkan karena banyaknya muara

sungai yang membawa partikel lumpur menuju laut.

Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari

padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau

lebih besar dari ukuran partikel koloid. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan

(turbidity) dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di

perairan. Distribusi TSS sangat dipengaruhi oleh masukan atau sumber yang berasal

dari daratan melalui sungai maupun udara serta perpindahan karena resuspensi

endapan akibat pengikisan.

d. Salinitas

Sebaran salinitas permukaan laut umumnya tidak berfluktuasi besar di suatu

perairan. Menurut baku mutu air laut untuk biota laut, salinitas air laut permukaan

umumnya alami (Kep MenLH No. 51 Tahun 2004). Di perairan laut Aceh, salinitas

(dalam psu) permukaan laut berkisar antara 17,00 – 22,00 di perairan pantai Timur –

Utara, dan berkisar antara 24,00 - 28,50 di perairan pantai Barat – Selatan.

6

Page 7: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

e. Derajat Keasaman (pH)

Sebaran pH di perairan Aceh berkisar antara 7,77 – 8,15. Derajat keasaman

tertinggi di perairan Pulau Tuangku, Pulau Ujung Batu, dan Pulau Bangkaru

Kabupaten Aceh Singkil. Sedangkan tingkat keasaman terendah yaitu 7,77 tercatat di

perairan Krueng Surin, Kabupaten Pidie Jaya. Kisaran pH tersebut masih memenuhi

baku mutu yang dipersyaratkan, selain itu tidak ada perbedaan pola sebaran pH yang

mencolok. Kondisi pH yang baik di dekat muara sungai maupun di perairan lepas

adalah memiliki nilai pH pada rentang yang kecil.

f. Oksigen Terlarut (DO)

Kisaran kelarutan oksigen pada perairan laut Aceh adalah 5,08 – 6,35 mg/L di

perairan pantai Barat – Selatan dan 5,85 – 6,43 mg/L di perairan pantai Timur –

Utara. Menurut baku mutu air laut untuk biota laut, oksigen terlarut pada permukaan

air laut umumnya lebih besar dari 5 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Dengan

demikian kelarutan oksigen yang ada diperairan Aceh masih masuk dalam kondisi

ideal.

g. Amonia

Hasil pengukuran konsentrasi amonia di perairan Aceh berada pada kisaran

antara 0,038 – 0,046 mg/L di perairan pantai Barat – Selatan dan 0,042 – 0,060

mg/L di perairan pantai Timur – Utara. Nilai tersebut menunjukkan bahwa

keberadaan amonia di perairan laut Aceh masih sangat rendah, namun demikian

konsentrasi amonia masih sesuai dengan baku mutu air laut (KepMenLH No. 51

Tahun 2004). Tingginya konsentrasi amonia di perairan disebabkan adanya pengaruh

kegiatan manusia dan proses alami. Amonia merupakan senyawa nitrogen yang dapat

bersifat toksik terhadap organisme perairan apabila konsentrasinya tinggi. Sumber

amonia pada air permukaan adalah air seni dan tinja, serta hasil oksidasi senyawa

organik secara mikrobiologis yang berasal dari air alam atau air limbah industri dan

domestik. Konsentrasi amonia yang tinggi dapat menimbulkan pencemaran dan

membahayakan kehidupan biota perairan.

h. Fosfat

Menurut baku mutu air laut untuk biota laut, kadar fosfat pada permukaan air

laut berada pada 0,015 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran fosfat di

perairan laut Aceh adalah 0,160 – 0,180 mg/L di perairan pantai barat – selatan dan

0,165 – 0,240 mg/L di perairan pantai timur – utara. Nilai tersebut menunjukkan

7

Page 8: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

bahwa kadar fosfat di perairan laut Aceh berada dalam kondisi membatasi terjadinya

ledakan populasi fitoplankton. Tingginya konsentrasi fosfat di perairan merupakan

salah satu indikasi adanya pencemaran yang diakibatkan aktivitas manusia. Fosfat di

perairan mengindikasikan tingkat kesuburan perairan, semakin tinggi konsentrasi

fosfat maka perairan tersebut semakin subur namun perlu diwaspadai munculnya

blooming alga jika konsentrasi fosfat terlalu tinggi.

i. Nitrat

Menurut baku mutu air laut untuk biota laut, kadar nitrat pada permukaan air

laut berada pada 0,008 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran nitrat di

perairan laut Aceh adalah 0,451 – 0,469 mg/L di perairan pantai Barat – Selatan dan

0,450 – 0,472 mg/L di perairan pantai Timur – Utara. Nilai tersebut menunjukkan

bahwa perairan laut Aceh berada dalam kondisi subur.

j. BOD (Biological Oxygen Demand)

Parameter BOD secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat

pencemaran air. Parameter ini digunakan untuk mengukur jumlah oksigen

yang digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai

respon terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai. Dengan kata lain, nilai

BOD menyatakan jumlah bahan organik yang mudah terurai yang ada di suatu

perairan. Menurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut

berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan

laut Aceh adalah 0,36 – 0,41 mg/L di perairan pantai Barat – Selatan dan 0,38 – 0,54

mg/L di perairan pantai Timur – Utara. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat

pencemaran limbah organik di perairan laut Aceh masih sangat rendah.

k. COD (Chemical Oxygen Demand)

Kebutuhan oksigen secara kimia atau COD (Chemical Oxygen Demand) adalah

jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam

wahana air. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik

yang secara alamiah dapat dioksidasikan baik melalui reaksi kimia maupun yang

sukar didegradasi secara biologis. Proses oksidasi ini mengakibatkan berkurangnya

oksigen terlarut di dalam air. Perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi

kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar

umumnya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari

200 mg/L, dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/L (Chapman, 1996).

8

Page 9: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Perairan laut Aceh menunjukkan kisaran nilai COD sebesar 12,05 – 13,25 mg/L di

pantai Barat – Selatan dan sebesar 12,40 – 13,60 mg/L di pantai Timur – Utara. Nilai

tersebut menunjukkan bahwa perairan laut Aceh berada dalam status belum tercemar.

l. Timbal (Pb)

Logam Pb yang terdapat dalam badan perairan pada konsetrasi tertentu berubah

menjadi sumber racun bagi kehidupan perairan. Meskipun daya racun yang

ditimbulkan oleh Pb terhadap semua biota perairan tidak sama, namun kehancuran

dari satu kelompok dapat menjadikan terputusnya satu mata rantai kehidupan yang

dapat menghancurkan satu tatanan ekosistem perairan. Toksisitas Pb bersifat

kumulatif yang dapat menyebabkan gangguan sintesis hemoglobin darah, gangguan

neurologi (susunan syaraf), gangguan pada ginjal, sistem reproduksi, penyakit akut

atau kronik sistem syaraf, dan gangguan fungsi paru-paru.

Menurut baku mutu air laut untuk biota laut, kadar Pb pada permukaan air laut

berada pada 0,008 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran Pb di perairan

laut Aceh adalah 0,04 – 0,008 mg/L baik di perairan pantai Barat – Selatan maupun

di perairan pantai Timur – Utara. Nilai tersebut menunjukkan bahwa perairan laut

Aceh berada dalam kondisi tidak tercemar.

m.Klorofil

Kandungan klorofil-a di perairan dapat digunakan sebagai ukuran banyaknya

fitoplankton dan sebagai petunjuk produktivitas perairan. Ritchie (2008)

mengemukakan bahwa klorofil-a merupakan pigmen utama Cyanophyceae yang

dibentuk dari fotosintesis, sedangkan klorofil-b dan klorofil-c sebagai pigmen

tambahan.

Secara umum kondisi klorofil-a di perairan Aceh tergolong rendah yaitu

berkisar 0,0186 – 0,3845 µg/L, hal ini diduga dipengaruhi beberapa faktor

diantaranya keberadaan jenis fitoplankton, intensitas cahaya dan unsur hara. Kajian

ini sebatas kedalaman permukaan sehingga umumnya kandungan klorofil-a rendah

pada lapisan kedalaman. Sesuai dengan pendapat Ritchie (2008) bahwa pada

kedalaman permukaan kandungan klorofil-a pada umumnya rendah, hal ini

dipengaruhi oleh intensitas cahaya di permukaan. Beberapa fitoplankton tidak

menyukai intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi di lapisan permukaan

sehingga keberadaan fitoplankton sedikit, terutama dari kelas Bacillariophyceae dan

Dinophyceae.

9

Page 10: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

1.4 Peta dan Ruang Lingkup Perencanaan

Wilayah perencanaan yang dimaksud meliputi kearah darat mencakup batas

wilayah administrasi kecamatan di wilayah pesisir dan kearah laut sejauh 12 (dua

belas) mil laut diukur dari garis pantai pada saat pasang tertinggi. Adapun ruang

lingkup wilayah perencanaan RZWP-3-K dapat dilihat pada Gambar 1.

10

Gambar 1. Peta Wilayah Perencanaan RZWP-3-K Aceh

Page 11: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

BAB II

DESKRIPSI POTENSI SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU

KECIL DAN KEGIATAN PEMANFAATAN

2.1 Sumberdaya Hayati

Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Aceh memiliki keanekaragaman hayati

laut yang tersebar pada ekosistem terumbu karang (coral reefs), padang lamun

(seagrass bed), mangrove, ikan, krustasea dan moluska. Kegiatan utama di kawasan

ini adalah perikanan tangkap dan budidaya laut, kegiatan industri, perdagangan,

permukiman, serta pengembangan wisata bahari.

a. Terumbu karang

Sebaran terumbu karang di perairan Aceh mencapai ± 12.037 Ha (SLHD

Aceh, 2014). Sebaran terumbu karang terkonsentrasi di pesisir barat yang meliputi

wilayah daratan Kabupaten Aceh Besar, Kota Sabang, Kabupaten Aceh Jaya,

Kabupaten Aceh Selatan dan Kabupaten Aceh Barat Daya dan wilayah kepulauan

meliputi Kepulauan Banyak, Kepulauan Simeulue, Gugusan Pulo Aceh dan Pulau

Weh. Sedangkan di pesisir timur Aceh tersebar di Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten

Bireuen, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Pidie, dan Kabupaten Aceh Tamiang.

Kondisi perairan di wilayah pesisir timur Aceh banyak dipengaruhi oleh aliran

sungai sehingga sebaran terumbu karang hanya terdapat di daerah tertentu.

Hasil survei menunjukkan bahwa tutupan karang hidup di perairan Aceh

berada pada kategori baik dengan tingkat persentasi, baik 51%, sedang 18% dan

rusak 31%. Selanjutnya hasil survei juga menunjukkan bahwa penutupan karang

keras rata-rata 25 - 50%, nilai ini belum dapat disimpulkan bahwa terumbu karang

dalam kondisi buruk, karena nilai ini merupakan nilai rata-rata dari seluruh wilayah

survei di Aceh. Daerah dengan keragaman terumbu karang yang tinggi terdapat di

Pulau Weh dan pesisir Utara Aceh, ditemukan 42 genus karang dan 343 jenis ikan

karang dan penutupan karang hingga 54%.

b. Mangrove

Ekosistem hutan mangrove Aceh dengan luas sekitar 309,07 km2 mayoritas

tersebar di wilayah pesisir timur terutama Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten

Aceh Tamiang. Sebaran mangrove di pesisir barat terdapat di Kabupaten Aceh Jaya,

11

Page 12: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Aceh Selatan dan Aceh Singkil. Selama ini tercatat ada 30 jenis mangrove yang

teridentifikasi di Aceh dengan kondisi rata-rata kerapatan pohon mangrove 1.811

ind/ha, 30 jenis mangrove tersebut, yaitu Aegiceras corniculatum, Aegiceras

floridum, Avicennia alba, Avicennia marina, Avicennia officinalis, Barringtonia

asiatica, Bruguiera agallocha, Bruguiera cylindrica, Bruguiera gymnorhiza,

Bruguiera sexangula, Cerbera manghas, Ceriops tagal, Dolichandrone spathacea,

Excoecaria agallocha, Hibiscus tiliaceus, Lumnitzera littorea, Melastoma candidum,

Nypa fruticans, Pandanus sp, Pandanus tectorius, Phoenix palludosa, Rhizophora

apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Scaevola taccada,

Scyphiphora hydrophyllacea, Sonneratia alba, Sonneratia caseolaris, Xylocarpus

granatum dan Xylocarpus molluccensis. Dari 30 jenis mangrove tersebut ada tiga

jenis mangrove yang paling dominan ditemukan, yaitu: Rhizopora apiculate,

Sonneratia caseolaris dan Rhizopora mucronate.

c. Lamun

Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang telah sepenuhnya beradaptasi

dalam lingkungan laut. Sebaran ekosistem padang lamun terpusat di Kepulauan

Banyak Kabupaten Aceh Singkil dengan luas sebaran sebesar 44,12 ha. Selain itu

ekosistem padang lamun juga ditemukan dengan area yang lebih kecil di Pulau Aceh

Kabupaten Aceh Besar dan Pulau Simeulue. Jenis lamun yang banyak ditemui adalah

Thalassia hemprichii dari total 3 jenis lamun dari 12 jenis lamun yang ditemukan di

Indonesia. Kondisi padang lamun di Aceh berada kondisi baik. Untuk tutupan lahan

lamun dikategorikan pada kategori kaya yaitu mencapai 42 % dari jenis Thalassia

hempirichii. Sedangkan untuk tutupan lamun terendah berasal dari jenis Cymodocea

serrulata dan Syringodium isoetifolium dengan tutupan lahan hanya mencapai 3%

dan tutupan lamun jenis ini dikategorikan miskin sejauh ini potensi pemanfaatan

padang lamun hanya dimanfaatkan sebagai obyek penelitian dan pemanfaatan

sumberdaya ikan.

d. Sumberdaya Ikan

Potensi lestari atau maximum sustainable yield (MSY) adalah sebesar

272.701 ton/tahun terdiri dari potensi perairan teritorial dan kepulauan diperkirakan

sebesar 110.045 ton/tahun dan potensi di ZEE sebesar 162.656 ton/tahun. Tingkat

pemanfaatan keseluruhan mencapai 182.464 ton/tahun atau 66,91% (Statistik

Perikanan Tangkap Aceh, 2016). Potensi sumberdaya ikan tersebut terdiri dari

12

Page 13: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

beberapa jenis ikan ekonomis penting antara lain lisong, tongkol kral, tongkol komo,

cakalang, madidihang, tuna mata besar, tongkol abu-abu, cucut, kuwe, bawal hitam,

bawal putih dan tenggiri.

Berdasarkan hasil survei BPSPL Padang Tahun 2007- 2014, penyebaran

gerombolan ikan pelagis (schooling) di perairan Aceh berada pada arah utara

perairan Aceh yaitu menuju WPP 571 Selat Malaka.

Luas daerah penangkapan (fishing ground) ikan merupakan area laut

kewenangan Aceh yaitu sebesar 74.798 km2 yang tersebar pada WPP RI 571 dan

572. WPP RI 571 terdapat di Selat Malaka sedangkan WPP RI 572 terdapat di

perairan Samudera Hindia.

e. Sumberdaya Perikanan Budidaya

Potensi lahan untuk pengembangan budidaya air payau (tambak) di Aceh

diperkirakan sebesar 90.000 Ha dan yang telah dikelola sampai saat ini sekitar

40.000 Ha (DKP Aceh 2016), artinya masih terdapat 50.00 Ha tambak di Aceh yang

belum dikelola. Komoditas utama yang dibudidayakan adalah bandeng, udang windu

dan udang vaname. Potensial untuk budidaya payau dan budidaya laut yang lain

adalah ikan kerapu, teripang, rumput laut, lobster dan kerang-kerangan. Kawasan

pesisir yang telah dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya laut tersebar di tersebar di

kabupaten/kota yang terletak di pesisir timur Aceh yaitu Banda Aceh, Aceh Besar,

Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Lhokseumawe, Aceh Timur, Langsa dan

Aceh Tamiang.

f. Biota laut lainnya

Biota laut yang dapat ditemui di Aceh antara lain penyu, lumba-lumba, hiu dan

paus. Sebaran penyu di pesisir Aceh dapat dijumpai di Kabupaten Aceh besar

(Gugusan Pulo Aceh, Lhoong dan Lange), selanjutnya di Kabupaten Aceh Jaya

(Lamno, Lageun dan Panga), kemudian di Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Barat

Daya, kemudian di Kabupaten Simeulue tepatnya di daerah Teupah Selatan dan yang

terakhir di Pulau Bangkaru Kabupaten Aceh Singkil. Ada empat jenis penyu yang

sering dijumpai di Aceh, yaitu penyu hijau, penyu belimbing, penyu sisik dan penyu

tempayan.

Mamalia laut yang sering dijumpai di Aceh adalah lumba-lumba dan paus.

Perairan Aceh memiliki beberapa jenis lumba-lumba yaitu Spinner dolphin, Bottle

nose dolphin, Spotted dolphin dan Rissso’s dolphin, jenis lumba-lumba ini banyak

13

Page 14: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

dijumpai di perairan pesisir barat Aceh. Paus yang sering dijumpai di perairan barat

Aceh adalah paus sperma, paus bungkuk, dan paus bryde. Aceh memiliki sekitar 22

spesies hiu yang termasuk ke dalam daftar ikan komersial. Hiu yang menjadi target

tangkapan adalah hiu beton (Carcharhinus leucas atau Carcharhinus

albimarginatus), hiu duamin atau hiu nawan (Galeocerdo cuvier) dan hiu pesawat

(Alopias pelagicus).

2.2. Sumberdaya Non-Hayati

Sumberdaya non hayati meliputi pasir, air laut, dan mineral dasar laut. Jenis

sumberdaya non hayati wilayah pesisir yang terdapat di Aceh berupa pasir besi yang

terdapat di Kabupaten Aceh Besar. Total luas lahan penambangan pasir besi 4.000 ha

(Sumber Dinas ESDM Aceh, 2015).

Sektor energi yang merupakan sumber energi alternatif yang belum banyak

dimanfaatkan adalah energi gelombang laut, pasang surut/arus, migas dan energi

panas. Blok migas di Aceh terdapat di wilayah Kabupaten Aceh Besar, Aceh Barat,

Nagan Raya dan Aceh Selatan. Sedangkan sumberdaya mineral yang potensial di

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Aceh adalah bijih besi, dengan potensi

pertambangan terbesar di wilayah Kabupaten Aceh Besar. Berdasarkan data,

kawasan pertambangan di Aceh tahun 2016 terdapat Izin Usaha Pertambangan (IUP)

Kabupaten Aceh Besar seluas 64,9 Km2, Kabupaten Aceh Barat seluas 7,7 Km2,

Kabupaten Nagan Raya seluas 84 Km2 dan Kabupaten Aceh Selatan seluas 16,1

Km2.

2.3. Sumberdaya Buatan dan Jasa kelautan

Sumberdaya buatan meliputi infrastruktur laut yang terkait dengan kelautan

dan perikanan, jasa-jasa lingkungan berupa keindahan alam, permukaan dasar tempat

instalasi bawah air yang terkait dengan kelautan dan perikanan serta energi

gelombang laut yang terdapat di wilayah pesisir.

Pelabuhan Perikanan

Aceh memiliki beberapa tipe pelabuhan yaitu: Pelabuhan Perikanan Samudera

(PPS), Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) dan

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Fasilitas Pelabuhan Perikanan Samudera di Aceh

terdapat 1 (satu) unit yaitu PPS Kutaradja. Kegiatan penangkapan ikan di wilayah

14

Page 15: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Lampulo menggunakan kapal berukuran besar. Terdapat pula 1 (satu) unit Pelabuhan

Perikanan Nusantara (PPN) yaitu PPN Idi Aceh Timur dan 1 (satu) unit Pelabuhan

Perikanan Pantai (PPP) yaitu di Labuhanhaji Aceh Selatan, ditambah 31 unit titik

pelabuhan perikanan lainnya yang didorong untuk ditetapkan kelasnya (berdasarkan

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6/KEP-MEN KP/2018 tentang

Rencana Induk Pelabuhan Nasional) Titik-titik lokasi pelabuhan perikanan ini

tersebar di wilayah pesisir Aceh.

Pelabuhan umum merupakan pelabuhan penumpang dan pelabuhan kargo laut

yang menjadi akses masuk dan keluar di wilayah Aceh. Pelabuhan umum terdapat di

Kota Banda Aceh, Kota Sabang, Kabupaten Aceh Selatan dan Kabupaten Simeulue.

Pelabuhan kelas II terdapat di Kota Lhokseumawe. Pelabuhan kelas III terdapat

di Kota Sabang. Pelabuhan kelas IV terdapat di Kota Langsa. Pelabuhan kelas V

terdapat di Kabupaten Aceh Barat, Aceh Timur, Aceh Jaya, Aceh Barat Daya, Aceh

Selatan, Aceh Singkil dan Simeulue. Fungsi pelabuhan kelas II adalah pengumpul,

pelabuhan kelas III adalah pengumpul, pelabuhan kelas IV adalah pengumpul,

pelabuhan kelas V adalah pengumpul, pengumpan regional dan pengumpan lokal.

Terdapat 1 (satu) pelabuhan utama yaitu pelabuhan Sabang yang di kelola oleh

BPKS. Pelabuhan kelas II yaitu Krueng Geukueh Aceh Utara dikelola oleh PT.

Pelindo I, kelas III yaitu Malahayati oleh PT. Pelindo I, kelas IV yaitu Kuala Langsa

oleh PT. Pelindo I, dan kelas V yaitu Meulaboh di kelola oleh PT. Pelindo I, Idi oleh

UPP Idi, Calang oleh UPP Calang, Susoh oleh UPP Susoh, Tapaktuan oleh UPP

Tapaktuan, Aceh Singkil oleh UPP Aceh Singkil, dan Sinabang oleh UPP Simeulue.

Sarana dan Prasarana Lainnya

Sarana dan prasarana lain yang menunjang pembangunan wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil merupakan sumberdaya buatan yang mempunyai peranan yang

sangat penting dalam meningkatkan pengelolaan sumberdaya hayati dan non hayati

dan akses dari sentra-sentra produksi ke pusat pemasaran. Beberapa sumberdaya

buatan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi ruang dingin (cold storage):

2 unit, Pabrik Es: 24 unit, galangan kapal: 6 unit, bengkel nelayan: 18 unit,

SPDN/SPBN: 20 unit, unit usaha pemasaran perikanan: 18 unit, Pasar ikan: 25 unit,

kedai pesisir: 250 unit, sarana air bersih: 25 unit, Jetty: 25 unit, TPI/PPI: 85 unit dan

KKPD sebanyak 8 Kawasan.

15

Page 16: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Sektor pariwisata bahari merupakan penyumbang urutan ke-4 (empat) di Aceh.

Aset penting pariwisata bahari berada di Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kabupaten

Aceh Barat, kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Aceh

Jaya, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Aceh Tamiang,

Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bireuen, Kota

Lhokseumawe, Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya,

Kabupaten Simeulue. Dalam skema pengembangan Destinasi Pariwisata Nasional,

Aceh masuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Pulau Weh dan

Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) yakni Banda Aceh.

Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Aceh yang potensial dikembangkan

sebagai kawasan wisata bahari yaitu di Kabupaten Aceh Barat Daya 5 lokasi,

Kabupaten Aceh Besar 7 lokasi, Kabupaten Aceh Jaya 1 lokasi, Kabupaten Aceh

Selatan 12 lokasi, Kabupaten Aceh Singkil 10 lokasi Kabupaten Aceh Tamiang 3

lokasi Kabupaten Aceh Timur 7 lokasi Kabupaten Aceh Utara 6 lokasi, Kabupaten

Bireuen 6 lokasi, Kota Banda Aceh 4 lokasi, Kota Lhokseumawe 5 lokasi Kota

Sabang 12 lokasi Kabupaten Nagan Raya 4 lokasi Kabupaten Pidie 9 lokasi

Kabupaten Pidie Jaya 7 lokasi dan Kabupaten Simeulue 11 lokasi.

2.4 Deskripsi Kegiatan Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil

2.4.1 Kawasan Konservasi

Pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Aceh cukup besar, yang

dilakukan oleh penduduk yang mayoritas tinggal di wilayah pesisir. Berbagai

aktitivitas dilakukan oleh masyarakat baik untuk permukiman, perikanan budidaya,

perikanan tangkap maupun akvitas lainnya.

Kawasan konservasi perairan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Aceh

tersebar di beberapa lokasi seperti Kawasan Hutan Taman Wisata Alam dan Taman

Wisata Alam Laut Kepulauan Banyak (178.317,86 ha) yang terletak di Kabupaten

Aceh Singkil, Kawasan Hutan pada Kelompok Hutan Pulau Weh (5.280,20 ha) di

Kota Sabang, Kawasan Konservasi Perairan Pesisir Timur Pulau Weh (3.207,98 ha).

Terdapat alokasi kawasan konservasi perairan sebesar (211.128 Ha) yang telah

dialokasikan dalam Tata Ruang Aceh tahun 2013. Terdapat usulan KKPD yang

16

Page 17: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

diinisiasi oleh kabupaten diantaranya adalah Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Barat

Daya, Aceh Selatan, Simeulue dan Aceh Tamiang.

2.4.2 Kawasan Industri Perikanan dan Kelautan Aceh

Kawasan industri perikanan terpadu di Aceh adalah Pelabuhan Perikanan

Samudera di wilayah Kota Banda Aceh, Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu

(SKPT) Kota Sabang, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Idi, Pelabuhan

Perikanan Pantai (PPP) Labuhanhaji di Kabupaten Aceh Selatan.

Kegiatan budidaya ikan dengan sistem keramba jaring apung di Kabupaten

Aceh Utara, Kabupaten Simeulue, Kabupaten Aceh Singkil, Kota Sabang dan Kota

Lhokseumawe. Budidaya udang dengan sistem tambak tersebar di Kabupaten Aceh

Timur, Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Utara, Bireuen, Aceh Barat Daya, Aceh

Jaya, Aceh Tamiang, Kota Lhokseumawe dan Kota Langsa. Budidaya ikan kakap

dengan sistem tambak tersebar di Kabupaten Aceh Utara, Bireuen, Aceh Tamiang,

Kota Lhokseumawe dan Kota Langsa. Budidaya ikan kerapu dengan sistem tambak

tersebar di Kabupaten Aceh Timur, Pidie, Aceh Utara, Bireuen, Aceh Tamiang, Kota

Banda Aceh, Kota Lhokseumawe dan Kota Langsa. Sementara budidaya ikan

bandeng dengan sistem tambak ada di Kabupaten Aceh Timur, Aceh Besar, Pidie,

Aceh Utara, Bireuen, Aceh Jaya, Aceh Tamiang, Bener Meriah, Kota Lhokseumawe

dan Kota Langsa.

Potensi budidaya ikan kerapu 830 ton/tahun, udang windu 8.320,313 ton/tahun,

udang vaname 11.679,12 ton/tahun, ikan bandeng 29.897,96 ton/tahun, dan ikan

kakap 287,1 ton/tahun.

Wilayah yang dimanfaatkan untuk perikanan tangkap meliputi seluruh perairan

kabupaten/kota yang tidak digunakan untuk pemanfaatan lainnya. Nelayan

dibeberapa sentra perikanan tangkap melakukan penangkapan ikan hingga melewati

batas 12 mil laut.

Pengembangan garam rakyat di Aceh cukup luas dimana terdapat seluas

116,86 ha lahan tambak garam dengan 1.398 orang petani. Lahan ini tersebar di 8

kabupaten dengan luasan masing-masing yaitu 6 kecamatan di Kabupaten Pidie

seluas 15,13 ha, 3 kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya seluas 31,35 ha, 3 kecamatan

17

Page 18: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

di Kabupaten Bireuen seluas 15,68 ha, 4 kecamatan di Kabupaten Aceh Utara seluas

16,89 ha, 2 kecamatan di Kabupaten Aceh Timur seluas 18,98 ha, 3 kecamatan di

Kabupaten Aceh Besar seluas 18,83 ha, 2 kecamatan di Kabupaten Aceh Barat Daya

dan 3 kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan.

2.4.3 Pariwisata

Kegiatan pariwisata bahari yang merupakan andalan wilayah ini telah

dikunjungi oleh wisatawan baik lokal, nasional maupun international. Wisata alam

olah raga air, bawah air, pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil di wilayah pesisir dan

laut Aceh meliputi:

Kabupaten Aceh Singkil: Wisata pantai

Kabupaten Aceh Selatan: Wisata pantai, olah raga air dan bawah air.

Kabupaten Nagan Raya: Wisata pantai.

Kabupaten Aceh Barat Daya: Wisata pantai.

Kabupaten Aceh Jaya: Wisata pantai.

Kabupaten Aceh Besar: Wisata pantai, olah raga air dan bawah air.

Kota Sabang: Wisata pantai, olah raga air dan bawah air

Kota Banda Aceh: Wisata pantai dan olah raga air.

Kabupaten Pidie: Wisata pantai.

Kabupaten Pidie Jaya: Wisata pantai.

Kabupaten Bireuen: Wisata pantai;

Kabupaten Aceh Utara: Wisata pantai.

Kota Lhokseumawe: Wisata pantai.

Kabupaten Aceh Timur: Wisata pantai.

Kabupaten Aceh Tamiang: Wisata pantai.

Kabupaten Simeulue: Wisata pantai, olah raga air dan bawah air.

2.4.4 Pelabuhan

Kegiatan kepelabuhanan yang berkembang di Aceh antara lain: Pelabuhan

Ulee Lheue di Banda Aceh, Pelabuhan Labuhanhaji di Aceh Selatan dan Pelabuhan

Sinabang di Kabupaten Simeulue.

Pelabuhan penyeberangan yang terdapat di Aceh yaitu : Pelabuhan Balohan di

Kota Sabang yang kelola oleh UPTD Dishub Kota Sabang, Pelabuhan Ulee Lheue di

18

Page 19: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Kota Banda Aceh yang dikelola oleh UPTD Dishub setempat, Pelabuhan Lamteng di

Kabupaten Aceh Besar dikelola oleh UPTD Dishub Kabupaten Aceh Besar,

Pelabuhan Meulaboh di Kabupaten Aceh Barat oleh UPTD Dishub setempat,

Pelabuhan Labuhanhaji di Kabupaten Aceh Selatan oleh UPTD Dishub setempat,

Pelabuhan Aceh Singkil dan Pulau Banyak di Aceh Singkil oleh UPTD Dishub Aceh

Singkil, serta Pelabuhan Sinabang di Kabupaten Simeulue oleh UPTD Dishub

Simeulue.

2.4.5 Pipa dan Kabel Bawah Laut

Kabel bawah tanah eksisting yang saat ini terpasang di wilayah Propinsi Aceh

terbagi menjadi dua lintasan, yaitu lintas timur dan lintas barat dengan total panjang

sejauh 1.600 km. Sementara kabel bawah laut eksisting terdiri dari dua rute yaitu rute

Banda Aceh hingga Sabang sepanjang 142 km dan rute Sinabang hingga Bakongan

sepanjang 148 km. Pada tahun 2018 direncanakan akan di bangun kabel bawah laut

dengan rute Banda Aceh hingga Propinsi Sumatera Utara melalui pantai timur Aceh

(PT. Telekomunikasi Indonesia, Kantor WITEL Aceh, 2017).

19

Page 20: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

BAB III

ISU-ISU STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

Sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Aceh sangat beragam dan

bernilai ekonomis. Untuk itu diperlukan upaya pemanfaatan dengan memperhatikan

keseimbangan ekonomi dan ekologi untuk keberlanjutan usaha tersebut. Kegiatan

utama yang dapat menimbulkan degradasi ekosistem wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil antara lain:

a. konversi hutan mangrove untuk tambak di pesisir timur aceh yang meliputi

kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Utara, Aceh Timur, Bireuen, Pidie, Pidie Jaya,

dan Aceh Besar. Konversi mangrove pada pesisir barat terjadi di kabupaten Aceh

Besar, Aceh Jaya dan Aceh Singkil.

b. pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulau kecil yang berlebihan dan penggunaan

metode pemanfaatan yang merusak di wilayah kepulauan.

c. aktivitas pertambangan, perkebunan dan aktivitas lain di lahan daratan yang

mengabaikan prinsip-prinsip pengendalian erosi sehingga menimbulkan

sedimentasi dan kekeruhan air sungai, estuaria dan perairan pantai.

Akibat yang ditimbulkan dari degradasi ekosistem di wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil di Aceh adalah:

a. penurunan luasan dan kualitas ekosistem mangrove, padang lamun dan terumbu

karang. seiring penurunan luasan mangrove, terdapat peningkatan luas tambak

sebesar 3.000 hektar sejak tahun 2012

b. perubahan geomorfologi pesisir karena pengaruh abrasi dan sedimentasi

c. kerusakan habitat yang menyebabkan menurunnya daya dukung lingkungan,

berkurangnya keanekaragaman hayati dan menurunnya hasil tangkapan nelayan di

wilayah pesisir

d. menguatnya isu penegakan hukum yang kuat untuk melindungi sumberdaya dan

pemanfaatan berkelanjutan

3.1 Degradasi Sumberdaya Alam dan Kehilangan Hasil yang Masih Tinggi.

Beberapa permasalahan utama terjadinya degradasi sumberdaya alam dan

kehilangan hasil yang masih tinggi antara lain:

a. sedimentasi muara dan abrasi pantai yang terus meningkat

20

Page 21: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

b. kerusakan kawasan lamun, mangrove dan terumbu karang serta alih fungsi lahan

di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil

c. masih tingginya perikanan yang ilegal, tidak tercatat dan belum diatur termasuk

penggunaan alat tangkap yang merusak ekosistem

d. ekstraksi berlebihan dan metode pengambilan sda di alam cenderung merusak

3.2 Penegakan Hukum dan Struktur Kewenangan Pengelolaan Masih Lemah.

Beberapa permasalahan menyangkut hal tersebut antara lain:

a. pengawasan dan penegakan hukum masih lemah

b. pengakuan terhadap hukum adat dalam mekanisme penegakan hukum belum kuat.

c. instrumen pengawasan dan penegakan hukum belum memadai

d. pembagian urusan penegakan hukum lintas kewenangan belum tegas diatur

e. akurasi data dan akses informasi perizinan lintas instansi belum terintegrasi

3.3 Pengakuan Formal Wilayah Kelola dan Partisipasi Masyarakat Masih

Lemah.

Beberapa permasalahan menyangkut hal tersebut antara lain:

a. belum semua kawasan konservasi perairan berbasis masyarakat ditetapkan

b. batas wilayah kelola adat panglima laot lhok belum dikukuhkan

c. belum semua kawasan konservasi perairan berbasis masyarakat memiliki rencana

pengelolaan

d. belum semua kawasan konservasi perairan berbasis masyarakat memiliki lembaga

pengelola

e. mekanisme partisipasi dan pengaduan masyarakat dalam pengelolaan WP-3-K

belum terbangun

3.4 Integrasi dan Harmonisasi Ruang Belum Terbangun

Beberapa permasalahan menyangkut hal tersebut antara lain:

a. koordinasi pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang lintas stakeholders

lemah

b. indikasi tumpang-tindih pemanfaatan ruang dan intensitas konflik pemanfaatan

semakin tinggi

21

Page 22: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

c. keterpaduan dalam aksi pembangunan masih sulit dicapai sehigga hasilnya

berdampak kecil

d. konsep ruang atau kluster unggulan belum menjadi basis pembangunan kelautan

dan perikanan

e. penataan ruang (zonasi) dan rencana kelola terpadu kawasan belum tersusun

3.5 Pengelolaan Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya yang Belum

Optimal.

Beberapa permasalahan menyangkut hal tersebut antara lain:

a. tingkat pemanfaatan kawasan budidaya dan diversifikasi usaha masih rendah

b. eksploitasi kawasan penangkapan dan pemanfaatan potensi lestari belum optimum

c. pelabuhan perikanan dan fasilitas pendukung belum memadai

3.6 Pemanfaatan Potensi Sumberdaya yang Masih Rendah.

Beberapa permasalahan menyangkut hal tersebut antara lain:

a. potensi lestari sumberdaya belum diketahui secara akurat

b. rencana zonasi dan alokasi ruang untuk pemanfaatan ruang belum ditetapkan

c. potensi sosial-budaya dan karakter maritim spesifik belum dikembangkan

d. potensi kawasan lindung, konservasi dan jasa lingkungan belum dikembangkan

e. potensi hidrokarbon, mineral dan batubara di wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau

kecil yang diekplorasi masih sedikit

f. potensi energi baru terbarukan serta potensi kemaritiman belum teridentifikasi

3.7 Pariwisata, Jasa dan Industri Maritim Belum Menjadi Sektor Unggulan.

Beberapa permasalahan menyangkut hal tersebut antara lain:

a. peta dan data akurat tentang kawasan pengembangan pariwisata potensial belum

tersedia

b. jasa perdagangan dan jasa kemaritiman lainnya belum berkembang

c. pemanfaatan potensi jasa lingkungan dan konservasi belum dikembangkan

d. industri dan jasa pariwisata masih sangat terbatas

e. industri pendukung untuk pengembangan perikanan tangkap masih konvensional

dan belum mampu menyuplai kebutuhan saat ini

f. industri pendukung kegiatan budidaya perikanan belum berkembang

g. jasa dan armada perhubungan belum mencukupi

22

Page 23: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

3.8 Realisasi Investasi Sektor Kelautan dan Perikanan Masih Rendah

Beberapa permasalahan menyangkut hal tersebut antara lain:

a. regulasi dan sistem kemitraan dan fasilitasi investasi belum terbangun

b. ketersedian infrastruktur dasar dan penunjang untuk pengembangan investasi

belum cukup

c. data dan informasi yang akurat untuk kelayakan investasi masih belum

terintegrasi dalam sistem perizinan

d. rencana zonasi dan alokasi ruang untuk investasi pemanfaatan ruang belum

ditetapkan

e. kesiapan sosiokultural dan keahlian penunjang investasi belum terpetakan

f. rencana induk investasi sektor kelautan dan perikanan belum tersusun

g. perspektif dan pemahaman pemangku kepentingan terhadap pengelolaan

kawasan belum terpadu

3.9 Upaya Pengurangan Resiko Bencana dan Perlindungan Aset Masih Minim

Beberapa permasalahan menyangkut hal tersebut antara lain:

a. sistem perlindungan dan keselamatan kegiatan maritim belum terbangun

b. tata ruang kawasan dan permukiman nelayan masih belum terstruktur dan

terpola

c. kawasan plasma nutfah dan protokol perlindungan keragaman hayati serta

habitat asli belum terbangun

d. identifikasi bencana dan kharakteristiknya di wilayah laut, pesisir dan pulau-

pulau kecil belum seluruhnya dipetakan

e. skenario adaptasi dan mitigasi bencana dan perubahan iklim belum tersusun

f. unit perlindungan dan mitigasi bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

beserta standar pelayan minimalnya belum terbentuk

23

Page 24: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

BAB IV

TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENGELOLAAN WILAYAH

PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

4.1 Tujuan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Sumberdaya alam semakin lama semakin berkurang sementara jumlah

kebutuhan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan manusia yang terus bertambah

memerlukan pengelolaan untuk memastikan adanya pengelolaan yang memberikan

manfaat secara berkelanjutan. Manfaat berkelanjutan dapat tercapai jika pemanfaatan

tidak melebihi kapasitas daya dukung dari sumberdaya. Beberapa potensi

sumberdaya alam pesisir dan pulau-pulau kecil di Aceh belum termanfaatkan secara

optimal. Salah satu tantangan dalam pengelolaan sumberdaya alam adalah

membangun kesejahteraan dari sumberdaya alam yang semakin menipis dengan

jumlah manusia yang terus bertambah. Kontrol atas sumberdaya wilayah pesisir dan

pulau pulau kecil melalui pengelolaan berkelanjutan perlu didasarkan pada resources

based dengan mendorong penerapan harvest control rules (batasan aturan

pemanfaatan).

Rumusan Visi-Misi dan Kebijakan serta Strategi Pembangunan untuk

menjawab berbagai isu sesuai konteks dokumen rujukan adalah dasar untuk

perumusan visi misi pengelolaan dan pembangunan wilayah pesisir dan pulau pulau

kecil Aceh 20 tahun kedepan. Demikian halnya dengan upaya membangun relasi

programatik dan harmonisasi ruang sebagai referensi kontekstual untuk perumusan

kebijakan strategis pengelolaan dan pembangungan wilayah pesisir dan pulau pulau

kecil Aceh. Visi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan

pernyataan harapan tentang masa depan sumberdaya wilayah pesisir dan pulau pulau

kecil Aceh. Mengacu pada Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Aceh, visi pengelolaan wilayah pesisir adalah:

“TERWUJUDNYA KEMANDIRIAN PANGAN DAN ENERGI

SEBAGAI BASIS KEMANDIRIAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR

DAN PULAU-PULAU KECIL UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN

ACEH YANG BERKELANJUTAN, BERKEADILAN DAN

BERMARTABAT”

24

Page 25: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Beberapa kata kunci yang terdapat dalam visi pengelolaan wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil dalam pembangunan sebagaimana dimaksud di atas terdiri dari,

Berkeadilan, Sejahtera, Berkelanjutan, Bermartabat, Mandiri, Berwawasan

Lingkungan, Keterbukaan, Akuntabilitas, Kearifan Lokal, Keterpaduan,

Kemitraan dan Partisipatif yang mengandung makna sebagai berikut:

Berkeadilan adalah terwujudnya pembangunan yang adil dan merata yang

dilakukan secara partisipatif, proporsional dan berkelanjutan berdasarkan prinsip

kebutuhan dan azas manfaat bagi masyarakat Aceh.

Sejahtera adalah sebuah kondisi yang diharapkan setiap masyarakat mampu

memenuhi kebutuhan hidupnya dalam aspek ekonomi, sosial dan spiritual.

Masyarakat Aceh yang sejahtera merupakan masyarakat yang makmur,

berpenghasilan yang cukup, memiliki pendidikan, lapangan usaha dan lapangan kerja

yang layak, terbebas dari kemiskinan, memiliki rasa kepedulian yang tinggi,

memiliki kualitas kesehatan dan didukung oleh kondisi lingkungan dan perumahan

yang baik. Selain memiliki berbagai indikator ekonomi, sosial dan spritual yang lebih

baik, masyarakat yang sejahtera juga harus memiliki sistem dan kelembagaan politik,

termasuk kepastian hukum. Lembaga politik dan kemasyarakatan berfungsi sesuai

konstitusi yang ditetapkan oleh rakyatnya. Masyarakat yang sejahtera juga ditandai

dengan adanya peran serta secara nyata dan efektif dalam segala aspek kehidupan,

baik ekonomi, sosial, politik, maupun pertahanan dan keamanan. Kesejahteraan

masyarakat tidak hanya dicerminkan oleh perkembangan ekonomi semata, tetapi

mencakup aspek yang lebih luas.

Berkelanjutan: dimaksudkan bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan

memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi, untuk menjamin keutuhan

lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup

generasi masa kini dan generasi masa depan.

Bermartabat kondisi masyarakat Aceh yang dicirikan dengan ketahanan dan

daya juang yang tinggi, cerdas, taat aturan, kooperatif dan inovatif yang menjunjung

tinggi harkat dan martabat manusia berlandaskan penerapan syariat Islam yang

kaffah. Perwujudannya antara lain melalui penuntasan peraturan-peraturan hasil

turunan Undang-Undang Pemerintah Aceh (UUPA) dan peraturan perundangan

lainnya, pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih, bebas dari

praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta penegakan supremasi hukum dan

25

Page 26: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

HAM, mengangkat kembali budaya Aceh yang islami dan pelaksanaan nilai-nilai

Dinul Islam dalam tatanan kehidupan bermasyarakat.

Mandiri adalah Aceh mampu memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang

melimpah dan keunggulan geostrategis melalui penguatan kapasitas sumberdaya

manusia, efisiensi dan efektifitas anggaran, serta penguasaan teknologi informasi,

sehingga bermanfaat sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat Aceh.

Berwawasan Lingkungan adalah bahwa dokumen RZWP-3-K

memperhatikan keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungan.

Keterbukaan adalah dilakukan secara terbuka dan transparan.

Akuntabilitas adalah pelaksanaan RZWP-3-K yang dilakukan secara

bertanggung jawab.

Kearifan Lokal adalah dalam pelaksanaan RZWP-3-K harus memperlihatkan

nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat.

Keterpaduan adalah adalah pelaksanaan RZWP-3-K memiliki keharmonisan

dan saling menunjang dengan memperhatikan kepentingan nasional, sektor lain, dan

masyarakat setempat.

Kemitraan adalah pelaksanaan RZWP-3-K dilakukan berdasarkan

kesepakatan kerjasama antar pemangku kepentingan yang berkaitan dengan wilayah

perencanaan.

Partisipatif adalah pelaksanaan RZWP-3-K melibatkan masyarakat dalam

proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.

Kandungan makna dalam visi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil di Aceh adalah mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan

berkelanjutan dari sumberdaya alam yang berlimpah dan dijaga keberadaanya.

Kemanfaatan yang besar dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera,

aman, nyaman dan tentram bagi masyarakat secara langsung maupun pemerintah

secara tidak langsung. Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil Aceh harus diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

sebagaimana diamanatkan konstitusi bahwa “bumi dan air beserta segala kekayaan

yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara untuk dimanfaatkan bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat”.

26

Page 27: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Misi:

Untuk mewujudkan visi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

sebagaimana dimaksud, maka ditetapkan beberapa misi atau agenda utama yang

harus dicapai yaitu:

Meningkatkan kualitas ekosistem wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

Meningkatkan pemanfaatan potensi dan nilai tambah sumberdaya pesisir dan

pulau-pulau kecil serta jasa lingkungan secara optimal dan berkelanjutan

Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang handal dan berdaya sain

Memperkuat sistem tata kelola sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil

Mempercepat pembangunan infrastruktur di wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil yang berwawasan lingkungan

Mewujudkan penegakan peraturan dan penerapan kebijakan secara konsisten

dalam rangka pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

Membangun tatakelola sumberdaya alam wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

yang berkelanjutan dan berkeadilan

Tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Aceh berorientasi

pada visi, misi dan isu strategis pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Adapun tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Aceh adalah:

A. Isu Degradasi Sumberdaya dan Kehilangan Hasil yang Masih Tinggi

melindungi kestabilan ekosistem pesisir

menyadarkan masyarakat untuk pemanfaatan sumberdaya alam secara

berkelanjutan khususnya di WP-3-K

meningkatkan hasil dan keberlanjutan usaha budidaya

melindungi ekosistem pesisir dan keanekaragaman hayati

meningkatkan kepatuhan hukum dan mencegah kehilangan hasil tangkapan

mengendalikan eksploitasi untuk keberlanjutan sumberdaya

B. Isu Tingkat Kemiskinan dan Kualitas Sumberdaya Manusia yang Rendah di

Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

meningkatkan pendapatan bersih masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil

meningkatkan keahlian dasar untuk mengelola usaha di pesisir dan pulau-

pulau kecil

27

Page 28: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

meningkatkan kualitas infrastruktur dasar dan penyehatan lingkungan

permukiman

meningkatkan akses layanan dasar masyarakat

meningkatkan upaya pemberdayaan masyarakat

C. Isu Penegakan Hukum dan Struktur Kewenangan Pengelolaan Masih Lemah

meningkatkan upaya penegakan hukum

merumuskan payung hukum penegakan hukum berbasis hukum adat

memperkuat instrumen pengawasan dan penegakan hukum

mempertegas batasan kewenangan penegakan hukum

meningkatkan akurasi dan ketepatan data perijinan terpadu lintas instansi, dan

meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap produk hukum yang berlaku

D. Isu Pengakuan Formal Wilayah Kelola dan Partisipasi Masyarakat Masih

Lemah.

mewujudkan kepastian hukum wilayah kelola panglima laot lhok

mewujudkan tata batas kawasan kelola dan wilayah kewenangan panglima

laot lhok

mewujudkan pengelolaan kawasan kelola panglima laot lhok

membangun kelembagaan adat pengelola kawasan kelola panglima laot lhok

membangun mekanisme dan unit pengaduan masyarakat dalam pengelolaan

WP-3-K

E. Isu Integrasi dan Harmonisasi Ruang Belum Terbangun

membangun koordinasi pemanfaatan ruang lintas sektor

mengantisipasi konflik dan tumpang tindih pemanfaatan ruang

harmonisasi ruang di WP-3-K, perbatasan dan kawasan tertentu

melaksanakan pembangunan terintegrasi berbasis ruang/klaster yang

berkelanjutan

melaksanakan rencana pemanfaatan dan pengendalian ruang yang terintegrasi

untuk pengelolaan WP-3-K berkelanjuta

F. Isu Pengelolaan Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya yang Belum

Optimal.

melakukan optimalisasi lahan dan pengembangan klaster unggulan budidaya

28

Page 29: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

meningkatkan produktivitas hasil tangkapan

melakukan pendugaan dan perencanaan pemanfaatan potensi lestari

membangun sistem penyediaan teknologi dan sarana pendukung yang mudah

diakses nelayan

membangun akses dan kemitraan dalam penanganan hasil dan kepastian pasar

melaksanakan pembangunan dan penyempurnaan fasilitas pelabuhan

perikanan yang memadai

membangun kemandirian ekonomi dan sistem kemitraan pengelolaan WP-3-

K

G. Isu Pemanfaatan Potensi Sumberdaya yang Masih Rendah

melakukan identifikasi dan pemetaan potensi lestari sumberdaya alam di WP-

3-K

melakukan identifikasi dan pemetaan potensi sosial budaya maritim Aceh

yang pernah berjaya secara historis

menyusun rencana pengelolaaan kawasan lindung berbasis konservasi dan

jasa lingkungan

melakukan pemetaan potensi energi maritim dan potensi lainnya yang belum

dikembangkan

H. Isu Pariwisata, Jasa dan Industri Maritim Belum Menjadi Sektor Unggulan

melakukan identifikasi dan pemetaan potensi pariwisata di WP-3-K

mengembangkan kawasan lindung dan konservasi perairan dengan

pemanfaatan jasa lingkungan

membangun kerangka terpadu pengembangan pariwisata di WP-3-K sebagai

keunggulan ekonomi non ekstraktif

membangun dan memperkuat jasa dan armada perhubungan untuk

mendukung transportasi logistik dan hasil perikanan dan kelautan

I. Isu Realisasi Investasi Sektor Kelautan dan Perikanan Masih Rendah

membangun kerangka regulasi dan sistem kemitraan untuk fasilitasi investasi

sektor maritim

meningkatkan kualitas infrastruktur dasar pendukung investasi

membangun sistem informasi yang akurat dan terintegrasi dalam proses

perijinan terpadu

29

Page 30: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

membangun kepastian hukum untuk menjamin keamanan dan keberlanjutan

investasi

membangun sistem registrasi dan sertifikasi keahlian untuk mendukung

investasi dan penyadaran masyarakat akan pentingnya investasi dalam

percepatan pembangunan

menyusun rencana induk pengembangan investasi sektor maritim

membangun keterpaduan lintas sektor dalam pengelolaan WP-3-K secara

berkelanjutan

J. Isu Upaya Pengurangan Resiko Bencana dan Perlindungan Aset Masih Minim membangun sistem perlindungan dan keselamatan kegiatan maritim di Aceh

melaksanakan penataan kawasan permukiman yang berbasiskan pada

pengurangan resiko bencana dan lingkungan sehat

membangun protokol perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman

hayati beserta habitat asli

melakukan identifikasi dan pemetaaan ancaman dan resiko bencana di WP-3-

K

menyusun kerangka kebijakan dan regulasi sebagai basis strategi

pengurangan resiko bencana di WP-3-K

membentuk unit mitigasi bencana dan menyusun standar pelayanan minimal

kebencanaan di WP-3-K

melakukan upaya penyadaran masyarakat tentang aturan keselamatan dan

bencana di WP-3-K

4.2 Strategi dan Arah Kebijakan

4.2.1 Isu Degradasi Sumberdaya dan Kehilangan Hasil yang Masih Tinggi

A. Arah Kebijakan :

pengendalian pemanfaatan ruang

peningkatan tingkat kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang

pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan

pengembangan teknologi budidaya ramah lingkungan

pengendalian pemanfaatan kawasan dan perlindungan plasma nutfah di

ekosistem pesisir

pengembangan sistem registrasi dan perizinan serta pelaporan terpadu

30

Page 31: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan dengan pemanfaatan tidak

melebihi daya dukung lingkungan

meningkatkan kesadaran masyarakat dan mitra perikanan tangkap tentang

perikanan ilegal, tidak tercatat dan belum diatur

B. Strategi :

menyusun kerangka strategi dan aksi mitigasi dan adaptasi terhadap

kerusakan pantai dan muara

kampanye dan penyuluhan reguler tentang pentingnya menjaga sumberdaya

dan mengurangi kehilangan hasil

menerapkan sistem pasca panen yang baik pada perikanan tangkap dan

budidaya

mengembangkan teknologi budidaya sesuai dengan karakter kawasan

mengendalikan konversi lahan hutan mangrove di WP-3-K

melakukan rehabilitasi ekosistem pesisir yang terdegradasi

mencegah kerusakan ekosistem pesisir

meningkatkan kesadaran masyarakat dan mitra perikanan tangkap tentang

perikanan ilegal, tidak tercatat, dan belum diatur

membatasi ijin dan kuota ekstraksi sumberdaya alam di WP-3-K

menetapkan jenis peralatan dan teknik ekstraksi yang boleh dilakukan di

Aceh

4.2.2 Isu Tingkat Kemiskinan dan Kualitas Sumberdaya Manusia yang Rendah di Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

A. Arah Kebijakan

pengembangan komoditas unggulan dan perbaikan teknologi produksi

perbaikan kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan keahlian dasar

dan intervensi teknologi produksi

peningkatan kualitas infrastruktur dasar permukiman dan penyehatan

lingkungan permukiman

pembangunan terpadu untuk kawasan terpencil dan perbatasan

penguatan pemberdayaan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil

B. Strategi

mengembangkan komoditas unggulan yang ekonomis

31

Page 32: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

melakukan perbaikan keahlian dasar usaha sesuai dengan potensi unggulan

melakukan intervensi teknologi tepat guna pendukung usaha

mengembangkan sistem perbaikan infrastruktur dasar berbasis masyarakat

meningkatkan akses terhadap layanan masyarakat terpencil dan perbatasan

membangun sistem layanan terpadu dilokasi yang dapat diakses masyarakat

melakukan penguatan pemberdayaan masyarakat

dukungan dan fasilitasi proses produksi yang efisien dan ekonomis

4.2.3 Isu Penegakan Hukum dan Struktur Kewenangan Pengelolaan Masih Lemah

A. Arah Kebijakan

penegakan hukum yang konsisten dan terukur

pembentukan payung hukum formal untuk penegakan hukum berbasis adat

penguatan sarana dan prasarana penegakan hukum

pengembangan sistem penegakan hukum terpadu untuk pengelolaan WP-3-K

penyediaan data yang akurat dan terintegrasi dalam sistem perizinan

pengelolaan WP-3-K

penguatan kesadaran masyarakat terhadap aturan hukum pengelolaan WP-3-

K

B. Strategi

meningkatkan kesadaran hukum masyarakat untuk pencegahan

melakukan penegakan hukum secara konsisten dan terukur

mengembangkan sistem dan perangkat penegakan hukum berbasis adat

memperkuat struktur dan fungsi kelembagaan adat untuk penegakan hukum

memperkuat instrumen penegakan hukum melalui kerangka regulasi

memperkuat infrastruktur dan kelembagaan penegakan hukum

melakukan harmonisasi dan sinkronisasi penegakan hukum

merumuskan mekanisme koordinasi dan protokol penegakan hukum terpadu

mengembangkan sistem informasi perijinan terintegrasi

4.2.4 Isu Pengakuan Formal Wilayah Kelola dan Partisipasi Masyarakat Masih Lemah.

A. Arah Kebijakan

32

Page 33: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

pengukuhan dan penetapan wilayah kelola panglima laot di WP-3-K

identifikasi tata batas dan kewenangan pengelolaan kawasan panglima laot

lhok

fasilitasi dan pendampingan dalam penyusunan rencana pengelolaan kawasan

fasilitasi dan pendampingan dalam pembentukan kelembagaan pengelola

kawasan

pembangunan unit layanan pengaduan dan protokol mekanisme pengaduan

masyarakat WP-3-K

B. Strategi

melakukan fasilitasi dan pendampingan masyarakat untuk pengelolaan

kawasan

melakukan penataan batas wilayah kelola panglima laot lhok diseluruh Aceh

memfasilitasi lembaga panglima laot lhok untuk identifikasi kawasan

kelolanya

melakukan fasilitasi untuk penyusunan rencana pengelolaan wilayah kelola

panglima laot lhok diseluruh Aceh

memberikan asistensi teknis dalam proses penyusunan rencana pengelolaan

melakukan fasilitasi untuk penguatan kelembagaan pengelola kawasan

memberikan asistensi teknis dalam proses penguatan struktur dan fungsi

kelembagaan

merumuskan dokumen kebijakan dan payung hukum untuk mekanisme

pengaduan

membangun unit pengaduan dan sistem pendukung dalam tata kelola

pemerintahan

4.2.5 Isu Integrasi dan Harmonisasi Ruang Belum Terbangun

A. Arah Kebijakan

sistem perijinan pemanfaatan ruang laut sesuai RZWP-3-K dan aturan

perundang undangan

regulasi dan pengaturan pemanfaatan ruang laut di WP-3-K, perbatasan dan

kawasan tertentu

pengelolaan WP-3-K yang terintegrasi dan berkelanjutan

pengembangan kawasan cepat tumbuh terpadu WP-3-K

B. Strategi

33

Page 34: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

melakukan inventarisasi pemanfaatan ruang laut untuk pencegahan dan

resolusi konflik ruang

menyusun rencana aksi pembangunan perikanan berbasis klaster/ruang

menyusun rencana pengelolaan dan program unggulan terpadu pengelolaan

WP-3-K

membangun kerangka strategi dan aksi pengelolaan kawasan terpadu cepat

tumbuh WP-3-K

4.2.6. Isu Pengelolaan Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya yang Belum Optimal

A. Arah Kebijakan

pengembangan klaster unggulan terpadu budidaya perikanan

peningkatan produktivitas hasil perikanan untuk meningkatkan pendapatan

masyarakat

pengembangan perikanan tangkap sesuai potensi lestari kawasan

penyediaan teknologi dan sarana pendukung untuk nelayan

pengembangan industri pengolahan dan akses pasar produk perikanan

pengembangan pelabuhan perikanan yang representatif dan pemenuhan

layanan pendukung kepelabuhanan

pemberdayaan ekonomi nelayan

B. Strategi

menyusun rencana pengembangan klaster unggulan terpadu budidaya

perikanan

mengembangkan model dan sistem budidaya untuk kemandirian ekonomi

masyarakat

mengembangkan model intervensi teknologi untuk peningkatan produktivitas

menyesuaikan sistem budidaya dan komoditas unggulan yang sesuai dengan

daya dukung optimum kawasan

melaksanakan inventarisasi kawasan dan pendugaan potensi lestari untuk

pengembangan klaster perikanan tangkap

menyusun rencana pengelolaan perikanan

membangun sistem penyediaan teknologi pendukung perikanan

mengembangkan model pendataan dan pelaporan data perikanan

memfasilitasi akses teknologi dan keahlian bagi nelayan

34

Page 35: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

membangun pelabuhan perikanan yang representatif

membangun kemitraan untuk pengelolaan perikanan

4.2.7 Isu Pemanfaatan Potensi Sumberdaya yang Masih Rendah

A. Arah Kebijakan

pengembangan pemanfaatan sumberdaya perikanan sesuai potensi lestari

yang terkendali untuk keberlanjutan pemanfaatan

penataan ruang dalam pemanfaatan kawasan yang terkoordinasi dan

berkelanjutan

pengembangan jasa lingkungan sebagai substitusi sumber ekonomi dari

kawasan lindung dan konservasi

pemanfaatan potensi optimum untuk kemandirian energi dan ekonomi

sebagai bentuk kesejahteraan

pengembangan energi baru terbarukan dan potensi maritim lainnya untuk

kemandirian ekonomi berbasis energi terbarukan

B. Strategi

menyusun skenario pemanfaatan secara lestari

membangun sistem pengendalian untuk keberlanjutan

melakukan valuasi sumberdaya perikanan

mengembangkan konsep pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi

melakukan analisis kelayakan pengembangan potensi

4.2.8 Isu Pariwisata, Jasa dan Industri Maritim Belum Menjadi Sektor Unggulan

A. Arah Kebijakan

pemetaan potensi untuk pengembangan pariwisata maritim

penguatan kebijakan untuk pengembangan jasa perdagangan dan jasa maritim

lainnya

pengembangan jasa lingkungan sebagai basis ekonomi unggulan dikawasan

lindung dan konservasi

pengembangan jasa dan industri pariwisata maritim

pengembangan mekanisme insentif untuk investasi bidang industri

pendukung perikanan tangkap

35

Page 36: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

pengembangan mekanisme insentif untuk investasi bidang industri

pendukung perikanan budidaya

pengembangan sistem transportasi antar moda

B. Strategi

mengembangkan mekanisme insentif untuk kemudahan investasi pariwisata

mengembangkan model pemanfaatan jasa lingkungan di kawasan konservasi

menyusun mekanisme pemanfaatan kawasan

melakukan asessment untuk pengembangan jasa dan industri pariwisata

prioritas

membangun sistem kemitraan yang adil antar pelaku industri pendukung

pariwisata

mengembangkan sistem dan mekanisme insentif kemudahan investasi untuk

industri perikanan tangkap dan budidaya

membangun kemitraan yang adil antar pelaku industri pendukung input

produksi

4.2.9 Isu Realisasi Investasi Sektor Kelautan dan Perikanan Masih Rendah

A. Arah Kebijakan

jaminan kepastian hukum dalam mekanisme kemitraan yang adil dan

konsisten

arahan prioritas pembangunan infrastruktur pendukung investasi

kebijakan perijinan satu pintu dan terintegrasi

kepastian hukum untuk keberlanjutan dan keamanan investasi

penguatan kompetensi keahlian dan penyadaran masyarakat untuk investasi

kebijakan umum dan arahan pengembangan investasi ditetapkan

B. Strategi

membangun sistem kemitraan untuk fasilitasi investasi

menyusun kerangka regulasi untuk kepastian hukum investasi

menentukan skala prioritas pembangunan infrastruktur dasar pendukung

investasi

mengembangkan infrastruktur pelengkap untuk mendukung investasi

tambahan

mengembangkan sistem informasi pelayanan investasi yang akurat

menerapkan sistem perizinan terintegrasi

36

Page 37: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

menyusun dan menetapkan alokasi ruang untuk investasi

memberikan kepastian hukum dan jaminan keamanan investasi

mengembangkan sistem sertifikasi keahlian

mengembangkan kesadaran masyarakat untuk investasi

menetapkan kegiatan prioritas pengembangan investasi

menetapkan kawasan unggulan untuk investasi

membangun pemahaman pengelolaan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil

terpadu

membangun koordinasi dan sinkronisasi program lintas sektor dan pemangku

kepentingan

4.2.10. Isu Upaya Pengurangan Resiko Bencana dan Perlindungan Aset Masih Minim

A. Arah Kebijakan

pembangunan sistem perlindungan dan keselamatan kegiatan maritim

penataan ruang kawasan permukiman berbasis pengurangan resiko

bencana dan nyaman

perlindungan kawasan plasma nutfah dan keragaman hayati tinggi

pendataan dan karakterisasi bencana dikawasan kelautan, pesisir dan

pulau-pulau kecil

penetapan skenario adaptasi dan mitigasi bencana dan perubahan iklim di

kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil

pembentukan unit reaksi cepat dan mitra masyarakat dalam pengurangan

resiko bencana

penyadaran masyarakat terhadap bencana dan penguatan partisipasi dalam

kegiatan pengurangan resiko bencana

B. Strategi

meningkatkan kesadaran masyarakat dan pelaku usaha maritim tentang

pengurangan resiko bencana dan perlindungan aset

membangun sistem perlindungan dan keselamatan dilaut

pengarusutamaan agenda pengurangan resiko bencana dalam penataan

kawasan permukiman

37

Page 38: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

menentukan kawasan prioritas untuk konservasi

mengidentifikasi dan menentukan kawasan perlindungan barang muatan

kapal tenggelam

menyusun rencana perlindungan kawasan keanekaragaman hayati tinggi

melakukan identifikasi dan deliniasi batas tematik kebencanaan di WP-3-K

melakukan karakterisasi kebencanaan di WP-3-K

menyusun kerangaka mitigasi dan adaptasi bencana dan perubahan iklim

pengarusutamaan Pengurangan Resiko Bencana (PRB) dan perubahan iklim

dalam setiap kegiatan di WP-3-K

melakukan kegiatan sosialisasi dan kampanye sadar bencana

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengurangan resiko

bencana

38

Page 39: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

BAB V

RENCANA ALOKASI RUANG

Pengertian alokasi ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi

konservasi, peruntukan ruang untuk fungsi pemanfaatan umum, peruntukan ruang

untuk fungsi strategis nasional tertentu dan peruntukan ruang untuk fungsi alur laut.

Sedangkan penentuan alokasi ruang didasarkan pada analisis kesesuaian perairan,

harmonisasi zona dan subzona dari beberapa dokumen RZWP-3-K Kabupaten/Kota,

dan paket sumberdaya. Alokasi ruang terbentuk dari distribusi peruntukan ruang

yang terdiri dari alokasi-alokasi ruang dengan fungsi-fungsi tertentu.

Alokasi ruang RZWP-3-K memuat:

a. pengalokasian ruang dalam Kawasan Pemanfaatan Umum, Kawasan

Konservasi, Kawasan Strategis Nasional Tertentu, Alur Laut, Kawasan

Strategis Nasional dan Wilayah Kelola Panglima Laot

b. keterkaitan antara ekosistem darat dan ekosistem laut dalam suatu

bioekoregion

c. penetapan pemanfaatan ruang laut

d. penetapan prioritas kawasan laut untuk tujuan konservasi, sosial budaya,

ekonomi, transportasi laut, industri strategis, serta pertahanan dan keamanan.

Apabila dalam wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dalam RZWP-3-K

terdapat Kawasan Strategis Nasional, maka pengalokasian ruang harus mengacu

pada Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional.

Rencana alokasi ruang WP-3-K berfungsi:

- Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial dan ekonomi

masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam WP-3-K

- Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan terkait dengan kedaulatan

negara, pengendalian lingkungan hidup, dan/atau situs warisan dunia yang

pengembangannya diprioritaskan bagi kepentingan nasional

- Sebagai alokasi ruang untuk kepentingan perlindungan cadangan sumberdaya

ikan

- Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang darat – laut dan di

ruang pesisir itu sendiri

39

Page 40: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

- Mengatur keseimbangan, keserasian, dan sinergi peruntukan ruang di laut

Alokasi ruang di dalam Kawasan Pemanfaatan Umum (KPU), Kawasan

Konservasi (KK), Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT), Alur Laut,

Kawasan Strategis Nasional (KSN) dan Wilayah Kelola Masyarakat Hukum Adat

dijabarkan dalam zona, sub zona, dan arahan pemanfaatan zona pada masing-masing

kawasan.

Rencana alokasi ruang WP3K dirumuskan dengan memperhatikan:

- Kebijakan dan strategi Pengelolaan WP-3-K

- Kesesuaian dan Keterkaitan antar kegiatan di wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil

- Ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait

- Data dan informasi WP3K

- Kesesuaian lahan/perairan terhadap kawasan/zona

- kebijakan pengembangan kawasan strategis nasional yang berada di wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil yang bersangkuta

- Rencana alokasi ruang di wilayah pesisir daratan mengikuti nomenklatur

RTRW, sedangkan di wilayah perairan mengikuti RZWP-3-K

- Rencana alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang berbatasan

dengan yang bersangkutan

- Sistem klaster dengan mempertimbangkan keterkaitan ekologi, ekonomi, dan

sosial budaya

Rencana alokasi ruang RZWP-3-K di perairan ditetapkan sebagai hasil analisis

tiga dimensi ruang yaitu permukaan, kolom, dan dasar laut. Pada setiap dimensi,

alokasi ruang laut dapat mengakomodasi kegiatan yang multifungsi pada zona

tertentu.

5.1 KAWASAN PEMANFAATAN UMUM

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian dalam kawasan pemanfaatan umum di

Aceh yang terdiri dari zona pariwisata, zona permukiman, zona pelabuhan, zona

hutan mangrove, zona perikanan budidaya, zona perikanan tangkap, zona

40

Page 41: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

pergaraman, dan zona energi. Adapun penyajian zona-zona secara detail diuraikan

sebagai berikut ini:

5.1.1 Zona Pariwisata

Zona pariwisata adalah perairan laut yang diperuntukan bagi kegiatan

pariwisata karena memiliki panorama yang indah, keunikan bentang alam dan /atau

adanya situs peninggalan sejarah. Zona pariwisata seluas 4.824,61 Ha, terbagi dalam

pemanfaatan sebagai:

a. Sub Zona Wisata Alam Bawah Laut (1.555,34 Ha), yaitu ruang dalam zona

pariwisata yang dimanfaatkan untuk wisata alam bawah laut seperti snorkling,

dan selam (KPU-W-ABL-01 – 13). Arahan penetapan Sub Zona Wisata Alam

Bawah Laut dilakukan di Kota Sabang, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Aceh

Selatan, dan Kabupaten Simeulue

b. Sub Zona Wisata Alam Pantai/Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (2.177,05 Ha),

yaitu ruang dalam zona pariwisata yang dimanfaatkan untuk wisata

pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil seperti berjemur, olahraga pantai, dan lain

sebagainya (KPU-W-P3K-01 – 85). Arahan penetapan Sub Zona Wisata Alam

Pantai/Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dilakukan di Kota Sabang, Kota Banda

Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya,

Kabupaten Bireuen, Kabupaten Aceh Utara, Kota Lhokseumawe, Kabupaten

Aceh Timur, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten

Nagan Raya, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten

Aceh Singkil dan Kabupaten Simeulue

c. Sub Zona Wisata Olahraga Air (1.092,22 Ha), yaitu ruang dalam zona pariwisata

yang dimanfaatkan untuk wisata olah raga seperti olahraga air, selancar, dan lain

sebagainya (KPU-W-OR-01 – 10). Arahan penetapan sub zona wisata olahraga

air dilakukan di Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar,

Kabupaten Aceh Selatan, dan Kabupaten Simeulue

5.1.2 Zona Permukiman

Zona Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan

lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang

41

Page 42: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

mendukung perikehidupan dan penghidupan. Permukiman nelayan di Aceh yang

berupa rumah yang dibangun di atas badan air diarahkan menjadi zona permukiman

dengan luas 9,42 Ha dan terletak di Pulau Pusong Kota Langsa (KPU-PM-N-01).

5.1.3 Zona Pelabuhan

Zona Pelabuhan adalah ruang yang terdiri atas daratan dan/atau perairan

dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan

pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun

penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh

kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan

kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda

transportasi. Jenis pelabuhan yang terdapat di Aceh, diantaranya Pelabuhan Utama,

Pelabuhan Pengumpan Lokal, Pelabuhan Pengumpul, Terminal Khusus, Terminal

Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS), Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), Pelabuhan

Perikanan Nusantara (PPN), dan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS).

Zona Pelabuhan terbagi menjadi 2 Sub Zona, yaitu Sub Zona DLKr-DLKp

(KPU-PL-DLK-01 – 43) dan Sub Zona Wilayah Kerja dan Pengoperasian Pelabuhan

Perikanan (KPU-PL-WKO-01 – 28). Zona ini merupakan kawasan yang berpotensi

untuk pengembangan ekonomi karena memiliki daya tarik bagi investasi, yaitu

kemudahan akses distribusi barang dan jasa yang diharapkan menggairahkan

investasi di berbagai sektor ekonomi baik industri, pertambangan, pariwisata dan lain

sebagainya. Kawasan ini mencakup pelabuhan pengumpan lokal, pelabuhan utama,

terminal khusus navigasi, terminal khusus pertambangan, terminal khusus

PLTU/PLN, pelabuhan perikanan ikan, pelabuhan perikanan nusantara, dan

pelabuhan perikanan samudera. Zona pelabuhan di Aceh dimanfaatkan untuk:

a. daerah lingkungan kerja pelabuhan/ DLKr pelabuhan pengumpul

b. daerah lingkungan kepentingan pelabuhan/ DLKp pelabuhan pengumpul

DLKr pelabuhan pengumpul adalah ruang di dalam zona pelabuhan yang

digunakan secara langsung untuk kegiatan pelabuhan, sedangkan DLKp adalah ruang

di dalam zona pelabuhan yang dipergunakan untuk menjamin keselamatan pelayaran.

Rencana Pengembangan Pelabuhan diarahkan pada peningkatan pelayanan dan

pergerakan barang dari dan ke Aceh. Dengan meningkatnya pelayanan di kawasan

pelabuhan akan memerlukan alokasi ruang untuk zona pelabuhan, terutama dalam

42

Page 43: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

pengembangan infrastruktur pelabuhan (peningkatan alur, tanda-tanda lalu lintas laut

dan lain-lain). Arahan zona pelabuhan seluas 8.253,19 Ha (Sub Zona DLKr DLKp

sebesar 6.997,54 Ha dan Sub Zona Wilayah Kerja dan Pengoperasian Pelabuhan

Perikanan sebesar 1.255,65 Ha), terbagi dalam pemanfaatan sebagai:

Pelabuhan yang terdapat di Aceh diantaranya adalah Pelabuhan Utama Sabang;

Pelabuhan Pengumpul Lhokseumawe/Krueng Geukeuh, Meulaboh, Malahayati,

Calang, Singkil, Kuala Langsa dan Sinabang; Pelabuhan pengumpan regional:

Susoh dan Teluk Surin; Pelabuhan pengumpan lokal: Gugop, Meulingge, Rinon,

Lampuyang, Deudap, Kuala Raja, Idi, Lhok Kruet, Labuhanhaji, Tapaktuan dan

Sibigo

Pelabuhan angkutan penyeberangan: Balohan, Ulee Lheu, Lamteng,

Labuhanhaji, Singkil, Pulau Balai, Pulau Tuangku, Sinabang dan Kuala Bubon

Terminal Khusus : Terminal Khusus Minerba I di Kabupaten Aceh Besar,

Terminal Khusus Semen I di Kabupaten Aceh Besar, Terminal Khusus Migas IV

di Kota Lhokseumawe, Terminal Khusus Migas V di Kota Lhokseumawe,

Terminal Khusus Energi Listrik II di Kota Lhokseumawe, Terminal Khusus

Minerba II di Kabupaten Aceh Barat dan Terminal Khusus Energi Listrik III di

Kabupaten Nagan Raya

Terminal Untuk Kepentingan Sendiri: Terminal Untuk Kepentingan Sendiri

Dermaga I di Kota Sabang, Terminal Untuk Kepentingan Sendiri Dermaga II di

Kota Sabang, Terminal Untuk Kepentingan Sendiri Migas I di Kota Sabang,

Terminal Untuk Kepentingan Sendiri Migas II di Kabupaten Aceh Besar,

Terminal Untuk Kepentingan Sendiri Semen II di Kabupaten Aceh Besar,

Terminal Untuk Kepentingan Sendiri Energi Listrik I di Kabupaten Aceh Besar,

Terminal Untuk Kepentingan Sendiri Semen III di Kabupaten Pidie, Terminal

Untuk Kepentingan Sendiri Pupuk di Kota Lhokseumawe, Terminal Untuk

Kepentingan Sendiri Energi Listrik IV di Kabupaten Simeulue, Terminal Untuk

Kepentingan Sendiri Migas III di Kabupaten Simuelue dan Terminal Untuk

Kepentingan Sendiri Minerba III di Kabupaten Aceh Selatan

Pelabuhan Perikanan yang terdapat di Aceh diantaranya adalah : Pelabuhan

Perikanan Samudera (PPS) Kutaradja di Kota Banda Aceh, Pelabuhan Perikanan

Nusantara (PPN) Idi di Kabupaten Aceh Timur, Pelabuhan Perikanan Pantai

(PPP) Labuhanhaji di Kabupaten Aceh Selatan dan Pangkalan Pendaratan Ikan

43

Page 44: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

(PPI) Keuneukai dan PPI Ie Meulee di Kota Sabang, PPI Ulee Lheue di Kota

Banda Aceh, PPI Lambada dan PPI Lhok Seudu di Kabupaten Aceh Besar, PPI

Kuala Gigieng, PPI Kuala Peukan Baroe dan PPI Kuala Tari di Kabupaten Pidie,

PPI Meureudu dan PPI Pante Raja di Kabupaten Pidie Jaya, PPI Peudada dan

PPI Kuala Jangka di Kabupaten Bireuen, PPI Krueng Mane, PPI Blang Mee dan

PPI Kuala Cangkoy di Kabupaten Aceh Utara, PPI Pusong dan PPI Ujung Blang

di Kota Lhokseumawe, PPI Seuneubok Baroh di Kabupaten Aceh Timur, PPI

Kuala Langsa di Kota Langsa, PPI Calang di Kabupaten Aceh Jaya, PPI Ujong

Baroeh di Kabupaten Aceh Barat, PPI Kuala Tadu dan PPI Kuala Tuha di

Kabupaten Nagan Raya, PPI Ujung Serangga di Kabupaten Aceh Barat Daya,

PPI Keude Meukek, PPI Sawang Ba’u dan PPI Lhok Bengkuang di Kabupaten

Aceh Selatan, dan PPI Teluk Sinabang di Kabupaten Simeulue.

5.1.4 Zona Hutan Mangrove

Zona hutan mangrove (KPU-M-01 – 208) adalah hutan yang tumbuh di air

payau dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di

tempat-tempat di mana terjadi sedimentasi dan akumulasi bahan organik, baik di

teluk-teluk yang terlindung dari ombak maupun di sekitar muara sungai di mana air

mengendapkan ya lumpur dari hulu. Arahan penetapan zona hutan mangrove seluas

184,86 Ha tersebar di Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar,

Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Aceh Timur, Kota Langsa,

Kabupaten Aceh Tamiang, dan Kabupaten Simeulue.

5.1.5 Zona Perikanan Budidaya

Zona perikanan budidaya adalah zona yang diperuntukkan bagi kegiatan

memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya

dalam lingkungan terkendali, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk

memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani mengolah dan/atau

mengawetkan hasil budidaya.

Adapun tujuannya adalah untuk menyediakan ruang bagi kelangsungan mata

pencaharian pembudidaya air laut dan menjadikan kegiatan perikanan budidaya

sebagai salah satu penggerak ekonomi Aceh. Sedangkan sasarannya adalah

membangun usaha perikanan budidaya berbasis potensi wilayah, penguatan dan

pengembangan teknologi usaha perikanan budidaya dan penguatan dan

pengembangan kapasitas sarana prasarana budidaya laut.

44

Page 45: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Arahan penetapan sub zona budidaya laut (KPU-PB-BL-01 – 26) dilakukan

di Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kabupaten Pidie, Kabupaten Bireuen, Kabupaten

Aceh Utara, Kota Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Timur, Kota Langsa, Kabupaten

Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh

Barat Daya, Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Simeulue. Arahan

Pengembangan Zona perikanan budidaya memiliki total luasan area sebesar

61.436,81 Ha.

5.1.6 Zona Perikanan Tangkap

Zona perikanan tangkap adalah ruang wilayah laut yang dialokasikan untuk

kegiatan penangkapan ikan (skala kecil, modern, dan skala besar). Adapun tujuan

dari zona perikanan tangkap ini adalah untuk menyediakan ruang bagi kelangsungan

mata pencaharian nelayan, pemanfaatan sumberdaya ikan secara berkelanjutan,

partisipasi pengelolaan perikanan lokal oleh masyarakat dan menjadikan kegiatan

perikanan tangkap sebagai salah satu penggerak ekonomi di Aceh. Berdasarkan

ketentuan Permen KP 23/2016, pengalokasian peruntukan ruang perairan laut sampai

dengan 2 (dua) mil laut agar diutamakan untuk keperluan konservasi, ruang

penghidupan dan akses kepada nelayan kecil, nelayan tradisional, pembudidaya ikan

kecil dan petambak garam kecil, wisata bahari berkelanjutan, infrastruktur publik,

dan obyek vital negara.

Sasaran pengelolaan zona ini adalah membangun usaha perikanan tangkap

berbasis potensi wilayah, penguatan dan pengembangan teknologi penangkapan ikan,

penguatan dan pengembangan kapasitas pengelolaan perikanan masyarakat,

penguatan dan pengembangan kapasitas sarana prasarana penangkapan ikan dan

pengembangan industri pengolahan hasil perikanan.

Zona perikanan tangkap terbagi menjadi 3 Sub Zona, yaitu Sub Zona

Perikanan Demersal (KPU-PT-D-01 – 41), Sub Zona Perikanan Pelagis (KPU-PT-P-

01 – 20), dan Sub Zona Perikanan Pelagis dan Demersal (KPU-PT-PD- 01 – 33).

Pembagian zona perikanan tangkap diarahkah berdasarkan 8 NLP yang terdapat di

Aceh. Arahan penetapan zona perikanan tangkap mempunyai total luasan area

sebesar 3.909.413,41 Ha (Sub Zona Perikanan Demersal sebesar 351.798,65 Ha; Sub

Zona Perikanan Pelagis sebesar 2.510.684,67 Ha; Sub Zona Perikanan Pelagis dan

Demersal sebesar 1.046.930,09 Ha).

45

Page 46: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Subzona Perikanan Demersal (KPU-PT-D-01 – 41) tersebar di perairan Aceh,

yaitu di Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie,

Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Aceh Utara, Kota

Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh

Barat, Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh

Selatan, Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Simeulue.

Subzona Perikanan Pelagis (KPU-PT-P-01 – 20) tersebar di di Kota Sabang,

Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya,

Kabupaten Bireuen, Kabupaten Aceh Utara, Kota Lhokseumawe, Kabupaten Aceh

Timur, Kota Langsa, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten

Aceh Barat, Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh

Selatan, Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Simeulue.

Subzona Perikanan Pelagis dan Demersal (KPU-PT-PD-01 – 33) tersebar di

semua perairan Aceh, yaitu di Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh

Besar, Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Aceh

Utara, Kota Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Timur, Kota Langsa, Kabupaten Aceh

Tamiang, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Nagan Raya,

Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Singkil dan

Kabupaten Simeulue.

5.1.7 Zona Pergaraman

Zona pergaraman adalah zona yang diperuntukkan bagi kegiatan yang

berhubungan dengan pra produksi, produksi, pasca produksi, pengolahan, dan

pemasaran garam. Adapun tujuannya adalah untuk menyediakan ruang bagi

kelangsungan matapencaharian usaha pergaraman dan menjadikan kegiatan

pergaraman sebagai salah satu penggerak ekonomi Aceh. Sedangkan sasarannya

adalah membangun usaha pergaraman berbasis potensi wilayah, penguatan dan

pengembangan teknologi usaha pergaraman dan penguatan dan pengembangan

kapasitas sarana prasarana pergaraman air laut.

Arahan penetapan zona pergaraman (KPU-G-GR-01 – 06) dilakukan di

Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireuen,

Kabupaten Aceh Utara dan Kabupaten Aceh Timur. Arahan pengembangan zona

pergaraman sebesar 116,86 Ha.

46

Page 47: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

5.1.8. Zona Energi

Zona energi adalah wilayah yang digunakan sebagai penghasil atau pengolah

energi besar. Zona Energi di wilayah pesisir yang diperbolehkan untuk dilakukan,

adalah instalasi pembangkit listrik. Adapun arahan penetapan zona energi (KPU-E-

01) meliputi Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Barat, dengan luasan

304,29 Ha.

47

Page 48: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

5.2. KAWASAN KONSERVASI

Kawasan Konservasi adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola

dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan

lingkungannya secara berkelanjutan. Kawasan konservasi merupakan suatu bentuk

rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai

dengan potensi sumberdaya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang

berlangsung sebagai satu kesatuan ekosistem. Kawasan konservasi yang efektif perlu

diwujudkan guna memberikan manfaat sosial ekonomi budaya bagi masyarakat dan

keberlanjutan sumberdaya.

Berdasarkan UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

pengelolaan kawasan konservasi oleh Pemerintah Propinsi. Kategori pembagian

kawasan konservasi disesuaikan dengan PerMen KP No 23 Tahun 2016, kawasan

konservasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf a dikategorikan atas

Kawasan Konservasi Perairan, yang selanjutnya disebut KKP dan dijabarkan dalam

zona:

1) zona inti

2) zona perikanan berkelanjutan

3) zona pemanfaatan

4) zona lainnya

Selain kawasan konservasi perairan, kawasan konservasi dapat berupa

kawasan lindung yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pada kawasan konservasi perairan dilakukan penataan berdasarkan fungsi

dengan mempertimbangkan potensi sumberdaya, daya dukung, dan proses-proses

ekologis. Setiap kawasan konservasi dapat memiliki satu atau lebih zona inti sesuai

dengan luasan, karakteristik biofisik, biologis, kondisi sosial ekonomi dan budaya.

Kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Aceh meliputi

kawasan dengan total luasan sebesar 357.921,88 ha. Kawasan konservasi terdiri atas

kawasan konservasi perairan dan kawasan lindung lainnya. Kawasan konservasi

perairan tersebar di 7 kabupaten/kota (Kota Sabang, Kab. Aceh Besar, Kab. Aceh

Jaya, Kab. Aceh Barat Daya, Kab. Aceh Selatan, Kab. Simeulue dan Kab. Aceh

Tamiang). Sementara kawasan lindung lainnya terdapat di 2 kabupaten / kota (Kab.

48

Page 49: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Aceh Singkil dan Kota Sabang). Secara lebih detail kawasan konservasi tersebut

dijelaskan sebagai berikut.

5.2.1 Kawasan Konservasi Perairan

5.2.1.1 Kawasan Konservasi Perairan Pesisir Timur Pulau Weh, Kota Sabang

Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Pesisir Timur Pulau Weh berada di

bagian timur Pulau Weh dengan panjang garis pantai ± 15.8 km mulai dari Pantai

Paradiso hingga ke Ujung Seukee. Lokasi Kawasan Konservasi Perairan Pesisir

Timur Pulau Weh ini berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Selat Malaka

Sebelah Timur : Selat Malaka

Sebelah Barat : Kecamatan Sukajaya

Sebelah Selatan : Selat Benggala

Kawasan Konservasi Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Kota Sabang

dicadangkan melalui Surat Keputusan (SK) Walikota Sabang nomor 729/Kpts/2010,

seluas 3.207,98 ha. Kawasan ini meliputi wilayah perairan Lhok Ie Meulee, Lhok

Ujung Kareung yang dimekarkan dari Lhok Ie Meule pada tahun 2016 dan Lhok

Anoi Itam yang meliputi 4 (empat) gampong (desa) di Pesisir Timur Pulau Weh,

Kota Sabang. Setelah melalui proses yang panjang maka pada tahun 2013 melalui

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 57/Kepmen-

KP/2013 Tentang Kawasan Konservasi Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Kota

Sabang di Propinsi Aceh, seperti pada gambar di bawah ini:

Secara geografis KKP Pesisir Timur Pulau Weh terletak pada koordinat 050

47’ LU - 050 55’ LU dan 950 19’ BT - 950 23’ BT. Secara administratif KKP Pesisir

Timur Pulau Weh Kota Sabang terletak di bagian timur Kota Sabang, meliputi

wilayah perairan di 4 (empat) Gampong; Gampong Kuta Ateuh (Kec.Sukakarya),

Gampong Ie Meulee, Ujong Kareung dan Anoe Itam (Kec. Sukajaya).

Berbeda dengan Taman Wisata Alam Pulau Weh yang terdapat di Iboih, di

dalam kawasan konservasi perairan pesisir timur Pulau weh masih dapat dilakukan

aktifitas pemanfaatan, baik itu eksplorasi maupun eksploitasi dengan batasan

tertentu.

5.2.1.2 Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Aceh Besar

49

Page 50: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Kabupaten Aceh Besar

dicadangkan melalui Surat Keputusan (SK) Bupati Aceh Besar nomor 190/2011.

Namun pada perkembangannya telah dilakukan perbaikan/ revisi atas luasannya.

Berdasarkan hasil kajian dan telaah tim fasilitasi KKPD Aceh Besar pada tahun

2016, maka luasan KKPD Aceh Besar berubah menjadi 29.615,63 ha, dari

sebelumnya seluas 58.850,35 ha. Kawasan ini meliputi Kecamatan Pulo Aceh,

Peukan Bada, Lhoknga, Mesjid Raya dan Seulimeum.

Kabupaten Aceh Besar pada awalnya membentuk kawasan Lhok Lampuuk

sebagai Kawasan Konservasi Daerah dengan nama Kawasan Bina Bahari (KABARI)

Lhok Lampuuk Kabupaten Aceh Besar melalui SK Bupati Aceh Besar nomor 43

tahun 2010. Kemudian pada tahun 2011, Kabupaten Aceh Besar membentuk kembali

Kawasan Konservasi di seluruh kawasan Lhok pesisir Aceh Besar sebagai KKPD.

Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Kabupaten Aceh Besar tersebut

dicadangkan melalui Surat Keputusan (SK) Bupati Aceh Besar nomor 190/2011.

Tipe Kawasan Konservasi Perairan Aceh Besar (pesisir barat Aceh Besar)

adalah Suaka Alam Perairan (SAP) yang bertujuan untuk melindungi habitat dan

sumberdaya perairan di kawasan tersebut, namun masih memungkinkan pemanfaatan

perikanan dan wisata di dalamnya. Adapun batas wilayahnya yaitu:

Sebelah Utara : Samudera Hindia dan Teluk Benggala

Sebelah Selatan : Daratan Pulau Sumatera

Sebelah Barat : Samudera Hindia

Sebelah Timur : Selat Malaka

Arah pengelolaan dari KKPD Kabupaten Aceh Besar adalah perikanan

berkelanjutan dengan mempertimbangkan kearifan lokal, pelestarian spesies-spesies

penting seperti dugong dan pari manta serta pengembangan wisata bahari di dalam

kawasan. Dari segi sosial dan ekonomi strategi yang dijalankan adalah melakukan

penguatan adat (sosial-budaya), penguatan ekonomi dan pemanfaatan kawasan untuk

jasa lingkungan dan ekowisata serta pelaksanaan rencana pengelolaan dan zonasi

SAP Pesisir Barat Kabupaten Aceh Besar. Sedangkan dari segi ekologi yakni

perlindungan ekosistem dan biota, rehabilitasi ekosistem dan biota, pengembangan

sistem pengawasan pemanfaatan sumberdaya, koordinasi pengawasan, penguatan

penyadaran masyarakat dan pelaksanaan rencana pengelolaan dan zonasi SAP Pesisir

Barat Kabupaten Aceh Besar.

50

Page 51: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Pesisir Barat Aceh Besar ini

sekarang masih dalam proses pencadangan ulang oleh Gubernur Aceh setelah

dilakukan revisi dan rasionalisasi dari KKPD awal yang tercantum dalam SK No 190

Tahun 2011, sedangkan untuk KKPD pesisir timur Aceh Besar, secara hukum

sekarang masih termasuk dalam SK No 190 Tahun 2011.

Secara geografis KKPD Kab.Aceh Besar terletak dalam titik koordinat sebagai

berikut:

No Kawasan Bujur Lintang1 Pulau Breuh Utara 95° 03' 17.545" BT 5° 38' 57.635" LU2 Pulau Breuh Utara 95° 02' 14.237" BT 5° 38' 20.559" LU3 Pulau Breuh Utara 94° 58' 33.364" BT 5° 45' 42.776" LU4 Pulau Breuh Utara 95° 03' 10.897" BT 5° 47' 30.088" LU5 Pulau Breuh Utara 95° 08' 18.034" BT 5° 42' 22.952" LU6 Pulau Breuh Utara 95° 07' 31.357" BT 5° 41' 31.286" LU7 Pulau Breuh Selatan 95° 06' 26.327" BT 5° 40' 04.383" LU8 Pulau Breuh Selatan 95° 06' 26.547" BT 5° 39' 48.157" LU9 Pulau Breuh Selatan 95° 08' 19.058" BT 5° 39' 47.812" LU10 Pulau Nasi 95° 09' 27.396" BT 5° 38' 34.317" LU11 Pulau Nasi 95° 09' 59.920" BT 5° 38' 46.662" LU12 Pulau Nasi 95° 10' 06.962" BT 5° 39' 03.238" LU13 Pulau Nasi 95° 09' 28.451" BT 5° 39' 52.245" LU14 Pulau Nasi 95° 09' 01.563" BT 5° 39' 41.164" LU15 Pulau Nasi 95° 09' 30.845" BT 5° 38' 25.691" LU16 Pulau Nasi 95° 10' 05.475" BT 5° 38' 38.788" LU17 Pulau Nasi 95° 11' 32.331" BT 5° 38' 10.116" LU18 Pulau Nasi 95° 12' 34.741" BT 5° 36' 34.244" LU19 Pulau Nasi 95° 08' 20.281" BT 5° 34' 42.570" LU20 Pulau Nasi 95° 07' 21.899" BT 5° 34' 41.860" LU21 Pulau Nasi 95° 06' 19.550" BT 5° 35' 30.367" LU22 Pulau Nasi 95° 06' 23.751" BT 5° 38' 05.187" LU23 Pulau Nasi 95° 08' 13.088" BT 5° 39' 21.332" LU24 Pulau Batee 95° 16' 58.690" BT 5° 33' 09.112" LU25 Pulau Batee 95° 16' 00.589" BT 5° 33' 57.841" LU26 Pulau Batee 95° 16' 07.990" BT 5° 35' 10.000" LU27 Pulau Batee 95° 13' 16.063" BT 5° 35' 56.288" LU28 Pulau Batee 95° 09' 10.289" BT 5° 34' 12.604" LU29 Pulau Batee 95° 08' 34.686" BT 5° 32' 29.031" LU30 Pulau Batee 95° 14' 39.738" BT 5° 27' 20.888" LU31 Lhok Nga 95° 14' 32.668" BT 5° 26' 45.292" LU32 Lhok Nga 95° 11' 35.761" BT 5° 29' 17.421" LU33 Lhok Nga 95° 10' 55.963" BT 5° 28' 46.426" LU34 Lhok Nga 95° 11' 52.659" BT 5° 25' 17.929" LU35 Lhok Nga 95° 13' 59.840" BT 5° 25' 47.434" LU36 KKP Amad Rhang 95° 31' 47.161" BT 5° 36' 48.521" LU

51

Page 52: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Manyang

37 KKP Amad Rhang Manyang 95° 31' 47.045" BT 5° 37' 47.944" LU

38 KKP Amad Rhang Manyang 95° 32' 39.749" BT 5° 37' 47.894" LU

39 KKP Amad Rhang Manyang 95° 32' 39.669" BT 5° 37' 00.224" LU

40 KKP Lhok Lampanah 95° 36' 24.766" BT 5° 37' 38.833" LU41 KKP Lhok Lampanah 95° 36' 25.715" BT 5° 40' 39.732" LU42 KKP Lhok Lampanah 95° 37' 21.279" BT 5° 40' 35.331" LU43 KKP Lhok Lampanah 95° 36' 54.528" BT 5° 37' 35.726" LU44 KKP Lhok Leungah 95° 40' 38.585" BT 5° 35' 19.002" LU45 KKP Lhok Leungah 95° 41' 06.656" BT 5° 38' 17.912" LU46 KKP Lhok Leungah 95° 43' 02.462" BT 5° 37' 36.187" LU47 KKP Lhok Leungah 95° 42' 32.447" BT 5° 34' 42.862" LU

5.2.1.3 Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Kabupaten Aceh Jaya

Kawasan konservasi perairan Aceh Jaya telah dilakukan rasionalisasi dan

telah digabungkan menjadi KKP Aceh Jaya seluas 45.429,75 ha. Total luas kawasan

konservasi perairan/pesisir di Aceh Jaya seluas 50.041,44 ha, setelah ditambahkan

kawasan konservasi penyu Panga (4.611,68 ha) dengan bentuk berupa Taman Pesisir.

Arah pengelolaan dari KKPD Kabupaten Aceh Jaya adalah pengembangan

perikanan berkelanjutan dengan mempertimbangkan kearifan lokal dan adat istiadat

setempat, pelestarian spesies-spesies penting seperti hiu martil, udang, lobster, dan

kakap putih serta pengembangan wisata bahari di dalam kawasan.

Selain itu di Kabupaten Aceh Jaya juga terdapat Kawasan Konservasi Penyu

yang dikelola oleh kelompok masyarakat dengan nama Kelompok Aroen Meubanja

Kecamatan Panga Kabupaten Aceh Jaya. Dasar hukum pembentukkan kelompok ini

Surat Keputusan Bupati Aceh Jaya nomor 378 tahun 2015 pada tanggal 08

September 2015 tentang Tim Pengelola Kawasan Konservasi Penyu Aroen Meubanja

Kecamatan Panga Kabupaten Aceh Jaya.

Kawasan konservasi pesisir untuk konservasi penyu seluas 4.611,68 ha

berada di kecamatan Panga. Kawasan konservasi ini lebih dikenal dengan nama Aron

Meubanja. Kecamatan Panga terbentang sepanjang 15,5 km berbatasan dengan

Gampong Kabong, Kecamatan Krueng Sabee dan Gampong Seuneubok Padang,

Kecamatan Teunom. Secara geografis Kawasan Konservasi Perairan Daerah

Kabupaten Aceh Jaya adalah sebagai berikut:

52

Page 53: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

No Kawasan Bujur Lintang1 KKP Aceh Jaya 95° 18' 21.213" BT 5° 10' 05.478" LU2 KKP Aceh Jaya 95° 14' 48.179" BT 5° 09' 20.652" LU3 KKP Aceh Jaya 95° 15' 32.430" BT 5° 03' 49.084" LU4 KKP Aceh Jaya 95° 18' 18.577" BT 5° 00' 17.732" LU5 KKP Aceh Jaya 95° 19' 33.397" BT 4° 54' 39.637" LU6 KKP Aceh Jaya 95° 21' 45.106" BT 4° 48' 42.644" LU7 KKP Aceh Jaya 95° 30' 03.573" BT 4° 37' 30.210" LU8 KKP Aceh Jaya 95° 32' 23.823" BT 4° 36' 22.583" LU9 KKP Aceh Jaya 95° 33' 58.848" BT 4° 37' 46.963" LU10 KKP Aceh Jaya 95° 33' 54.517" BT 4° 37' 57.936" LU11 KKP Aceh Jaya 95° 33' 27.388" BT 4° 38' 00.463" LU12 KKP Aceh Jaya 95° 33' 30.427" BT 4° 38' 30.164" LU13 KKP Aceh Jaya 95° 33' 32.337" BT 4° 38' 36.884" LU14 KKP Aceh Jaya 95° 33' 32.338" BT 4° 38' 37.998" LU15 KKP Aceh Jaya 95° 33' 46.985" BT 4° 38' 36.788" LU16 KKP Aceh Jaya 95° 33' 55.301" BT 4° 38' 36.101" LU17 KKP Aceh Jaya 95° 34' 31.259" BT 4° 38' 33.131" LU18 KKP Aceh Jaya 95° 34' 42.097" BT 4° 38' 31.264" LU19 KKP Aceh Jaya 95° 35' 08.113" BT 4° 39' 03.690" LU20 Kawasan Konservasi

Penyu Aron Meubanja 95° 40' 28.283" BT 4° 33' 51.417" LU

21 Kawasan Konservasi Penyu Aron Meubanja 95° 39' 17.463" BT 4° 32' 32.596" LU

22 Kawasan Konservasi Penyu Aron Meubanja 95° 44' 43.448" BT 4° 27' 35.646" LU

23 Kawasan Konservasi Penyu Aron Meubanja 95° 45' 52.798" BT 4° 28' 55.549" LU

5.2.1.4 Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) PISISI

Kabupaten Simeulue merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Aceh yang

berjarak 150 km lepas pantai barat Aceh. Kabupaten Simeulue dengan ibukota

Sinabang memiliki luas daratan 182.721,93 ha dan merupakan salah satu kabupaten

kepulauan di Propinsi Aceh dengan garis pantai terpanjang yaitu 762,23 km.

Kabupaten ini memiliki kawasan konservasi perairan yang diberi nama “Kawasan

Konservasi Laut Daerah Pulau Pinang, Siumat dan Simanaha (KKLD PISISI)

Kabupaten Simeulue, Propinsi Aceh” yang dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati

Simeulue Nomor 523/340/2014 tentang Penetapan Lembaga Pengelola Kawasan

Konservasi Laut Daerah Pulau Pinang, Siumat dan Simanaha (KKLD PISISI). Luas

kawasan KKLD PISISI Simeulue seluas luas 444,01 km2 atau 44.404,10 ha, namun

belum memiliki rencana pengelolaan dan zonasi wilayah kawasan konservasi.

53

Page 54: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Setelah dirasionalisasikan maka luasan KKLD di Simeulue bertambah menjadi

69.053,78 ha, dengan penambahan KKLD Teupah Selatan (2.914,20 ha), KKLD

Simeulue Barat (8.233,39 ha), dan KKLD Simeulue Tengah, Simeulue Cut dan

Salang (13.502,09 ha), dengan bentuk Suaka Alam Perairan.

Secara geografis KKLD Simeulue terletak dalam titik koordinat sebagai

berikut:

No Kawasan Bujur Lintang1 KKP Pisisi (Pinang, Siumat,

Simanaha) 96° 08' 45.600" BT 2° 42' 23.034" LU

2 KKP Pisisi (Pinang, Siumat, Simanaha) 96° 12' 1.400" BT 2° 43' 07.100" LU

3 KKP Pisisi (Pinang, Siumat, Simanaha) 96° 20' 29.100" BT 2° 41' 11.800" LU

4 KKP Pisisi (Pinang, Siumat, Simanaha) 96° 24' 14.000" BT 2° 39' 18.500" LU

5 KKP Pisisi (Pinang, Siumat, Simanaha) 96° 27' 11.800" BT 2° 31' 47.900" LU

6 KKP Pisisi (Pinang, Siumat, Simanaha) 96° 26' 43.800" BT 2° 30' 31.600" LU

7 KKP Pisisi (Pinang, Siumat, Simanaha) 96° 25' 41.417" BT 2° 29' 28.623" LU

8 KKP Teupah Selatan 96° 28' 13.265" BT 2° 26' 47.910" LU9 KKP Teupah Selatan 96° 31' 05.238" BT 2° 26' 55.016" LU10 KKP Teupah Selatan 96° 32' 17.716" BT 2° 23' 41.975" LU11 KKP Teupah Selatan 96° 29' 23.680" BT 2° 23' 21.431" LU12 KKP Simeulue Barat 95° 54' 23.709" BT 2° 53' 24.070" LU13 KKP Simeulue Barat 95° 55' 40.819" BT 2° 54' 23.316" LU14 KKP Simeulue Barat 96° 00' 48.415" BT 2° 49' 18.789" LU15 KKP Simeulue Barat 95° 59' 06.481" BT 2° 47' 19.392" LU16 KKP Salang, Simeulue

Tengah, Simeulue Cut 95° 59' 39.795" BT 2° 33' 58.453" LU

17 KKP Salang, Simeulue Tengah, Simeulue Cut 95° 58' 28.952" BT 2° 30' 4.601" LU

18 KKP Salang, Simeulue Tengah, Simeulue Cut 95° 49' 37.828" BT 2° 33' 33.523" LU

19 KKP Salang, Simeulue Tengah, Simeulue Cut 95° 50' 21.424" BT 2° 37' 19.012" LU

KKP PISISI dengan batas yaitu:

-. Sebelah Utara : Samudera Hindia dan perairan Kabupaten Aceh Barat.

-. Sebelah Selatan : Daratan Kabupaten Simeulue

-. Sebelah Timur : Samudera Hindia dan perairan Kabupaten Aceh Selatan

54

Page 55: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

-. Sebelah Barat : Daratan Kabupaten Simeulue.

KKP Teupah Selatan dengan batas yaitu:

-. Sebelah Utara : Samudera Hindia dan perairan Kabupaten Aceh Barat.

-. Sebelah Selatan : Daratan Kabupaten Simeulue

-. Sebelah Timur : Samudera Hindia dan perairan Kabupaten Aceh Singkil

-. Sebelah Barat : Daratan Kabupaten Simeulue.

KKP Simeulue Barat dengan batas yaitu:

-. Sebelah Utara : Samudera Hindia dan perairan Kabupaten Aceh Barat.

-. Sebelah Selatan : Daratan Kabupaten Simeulue

-. Sebelah Timur : Samudera Hindia dan perairan Kabupaten Aceh Selatan

-. Sebelah Barat : Daratan Kabupaten Simeulue.

KKP Salang, Simeulue Tengah, Simeulue Cut dengan batas yaitu:

-. Sebelah Utara : Daratan Kabupaten Simeulue

-. Sebelah Selatan : Samudera Hindia

-. Sebelah Timur : Daratan Kabupaten Simeulue

-. Sebelah Barat : Samudera Hindia

5.2.1.5 Kawasan Konservasi Perairan Daerah Aceh Barat Daya, Aceh Selatan dan Aceh Tamiang.

Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh Selatan dan Aceh Tamiang merupakan

beberapa kabupaten di Aceh yang telah menetapkan daerah konservasi perairan di

daerahnya masing-masing, dan telah dilakukan verifikasi atas kelayakan untuk

ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Perairan (KKP).

Sementara verifikasi di Kabupaten Aceh Barat Daya, didapat hasil bahwa

Karang Gergaji dan Karang Panjang di Kecamatan Kuala Batee (awalnya disebut

Karang Surin di Kec. Babah Rot) direkomendasikan menjadi zona inti, serta Gosong

Sangkalan di Kecamatan Susoh direkomendasikan menjadi zona pemanfaatan wisata.

Luas usulan kawasan konservasi yang terdapat di Aceh Barat Daya seluas 16.017,45

ha, berupa Suaka Alam Perairan yang meliputi Kecamatan Kuala Batee, Susoh,

Setia, Tangan-Tangan, Manggeng dan Lembah Sabil. Adapun batas wilayah yaitu:

Sebelah Utara : daratan Kab.Aceh Barat Daya

Sebelah Selatan : Samudera Hindia dan perairan Pulau Simeulue

55

Page 56: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Sebelah Barat : Samudera Hindia

Sebelah Timur : daratan Kab.Aceh Barat Daya.

Secara geografis terletak di titik koordinat sebagai berikut:

No Kawasan Bujur Lintang1 KKP Kuala Batee 96° 39' 29.354" BT 3° 44' 43.204" LU2 KKP Kuala Batee 96° 39' 27.547" BT 3° 43' 06.428" LU3 KKP Kuala Batee 96° 45' 54.664" BT 3° 42' 39.475" LU4 KKP Kuala Batee 96° 46' 17.945" BT 3° 44' 21.366" LU5 KKP Susoh 96° 49' 12.052" BT 3° 42' 58.513" LU6 KKP Susoh 96° 48' 39.045" BT 3° 41' 27.207" LU7 KKP Susoh 96° 50' 14.812" BT 3° 40' 43.253" LU8 KKP Setia 96° 50' 14.812" BT 3° 40' 43.253" LU9 KKP Setia 96° 51' 50.460" BT 3° 38' 45.510" LU10 KKP Setia 96° 52' 33.619" BT 3° 39' 01.228" LU11 KKP Tangan-Tangan 96° 52' 33.619" BT 3° 39' 01.228" LU12 KKP Tangan-Tangan 96° 52' 54.395" BT 3° 37' 56.158" LU13 KKP Manggeng 96° 52' 54.395" BT 3° 37' 56.158" LU14 KKP Manggeng 96° 49' 41.162" BT 3° 37' 11.534" LU15 KKP Manggeng 96° 51' 50.934" BT 3° 32' 57.492" LU16 KKP Lembah Sabil 96° 51' 50.934" BT 3° 32' 57.492" LU17 KKP Lembah Sabil 96° 54' 51.777" BT 3° 30' 49.323" LU18 KKP Lembah Sabil 96° 56' 36.428" BT 3° 34' 24.363" LU

Verifikasi di Kabupaten Aceh Selatan diperoleh hasil bahwa kawasan Gosong

Sinebong di Trumon dan Kubaha di Kecamatan Labuhanhaji sesuai dijadikan

kawasan inti. Luas usulan kawasan konservasi yang terdapat di Aceh Selatan seluas

3.590,34 ha. Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Aceh Selatan berupa

Suaka Alam Perairan yang meliputi wilayah Kecamatan Labuhanhaji, Samadua-

Tapak Tuan, Bakongan, Bakongan Timur dan Trumon. Adapun batas wilayah

dikelilingi oleh Samudera Hindia dan sebelah timur berdekatan dengan daratan Pulau

Sumatera. Secara geografis terletak pada titik koordinat sebagai berikut:

No Kawasan Bujur Lintang1 KKP Labuhan Haji 96° 57' 56.970" BT 3° 31' 42.524" LU2 KKP Labuhan Haji 96° 57' 09.574" BT 3° 31' 05.559" LU3 KKP Labuhan Haji 96° 58' 24.324" BT 3° 29' 31.942" LU4 KKP Labuhan Haji 96° 59' 12.075" BT 3° 30' 08.464" LU5 KKP Samadua Tapaktuan 97° 06' 12.790" BT 3° 17' 44.916" LU6 KKP Samadua Tapaktuan 97° 04' 39.014" BT 3° 16' 29.785" LU7 KKP Samadua Tapaktuan 97° 05' 57.112" BT 3° 14' 58.305" LU8 KKP Samadua Tapaktuan 97° 07' 30.974" BT 3° 16' 13.520" LU9 KKP Bakongan 97° 26' 25.610" BT 2° 54' 51.388" LU

56

Page 57: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

10 KKP Bakongan 97° 26' 02.749" BT 2° 54' 28.330" LU11 KKP Bakongan 97° 26' 25.667" BT 2° 54' 05.330" LU12 KKP Bakongan 97° 26' 48.543" BT 2° 54' 28.373" LU13 KKP Bakongan 97° 26' 55.419" BT 2° 54' 21.473" LU14 KKP Bakongan 97° 26' 32.542" BT 2° 53' 58.430" LU15 KKP Bakongan 97° 27' 00.044" BT 2° 53' 30.830" LU16 KKP Bakongan 97° 27' 22.905" BT 2° 53' 53.887" LU17 KKP Bakongan Timur 97° 30' 22.289" BT 2° 53' 35.714" LU18 KKP Bakongan Timur 97° 29' 54.274" BT 2° 53' 08.666" LU19 KKP Bakongan Timur 97° 30' 54.877" BT 2° 51' 52.381" LU20 KKP Bakongan Timur 97° 31' 22.893" BT 2° 52' 19.429" LU21 KKP Trumon 97° 35' 47.226" BT 2° 48' 52.584" LU22 KKP Trumon 97° 34' 45.041" BT 2° 48' 34.499" LU23 KKP Trumon 97° 34' 44.292" BT 2° 45' 51.732" LU24 KKP Trumon 97° 35' 46.475" BT 2° 46' 09.815" LU

Untuk kawasan konservasi perairan di Kabupaten Aceh Tamiang terdapat di

Kecamatan Seruway dan Pulau Rukui Kecamatan Manyak Payed. Luas usulan

kawasan konservasi perairan yang terdapat di Aceh Tamiang 2.797,21 ha berupa

Taman Pesisir. Secara geografis terletak pada titik koordinat sebagai berikut:

No Kawasan Bujur Lintang1 KKP Pulau Rukui 98° 10' 20.724" BT 4° 29' 59.446" LU2 KKP Pulau Rukui 98° 10' 57.873" BT 4° 30' 34.041" LU3 KKP Pulau Rukui 98° 11' 14.935" BT 4° 30' 15.718" LU4 KKP Pulau Rukui 98° 10' 37.978" BT 4° 29' 41.302" LU5 KKP Seruway 98° 16' 40.018" BT 4° 25' 16.621" LU6 KKP Seruway 98° 17' 25.021" BT 4° 25' 56.321" LU7 KKP Seruway 98° 17' 51.973" BT 4° 25' 36.977" LU8 KKP Seruway 98° 17' 35.011" BT 4° 22' 41.813" LU9 KKP Seruway 98° 17' 47.985" BT 4° 20' 46.107" LU10 KKP Seruway 98° 17' 24.242" BT 4° 19' 16.220" LU11 KKP Seruway 98° 15' 55.537" BT 4° 17' 4.011" LU12 KKP Seruway 98° 15' 8.601" BT 4° 17' 19.486" LU13 KKP Seruway 98° 15' 7.949" BT 4° 17' 20.997" LU

Adapun batas wilayah KKP Pulau Rukui (Kec.Manyak Payed) yaitu:

Sebelah Utara : Selat Malaka

Sebelah Timur : Selat Malaka

Sebelah Barat : Selat Malaka dan Daratan Aceh Tamiang

Sebelah Selatan : Daratan Kab. Aceh Tamiang

Adapun batas wilayah KKP Seruway yaitu:

Sebelah Utara : Selat Malaka

57

Page 58: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Sebelah Timur : Selat Malaka

Sebelah Barat : Daratan Aceh Tamiang

Sebelah Selatan : Sumatera Utara

5.2.2 Kawasan Lindung Lainnya

5.2.2.1 Penetapan Kawasan Hutan pada Kelompok Hutan Pulau Weh

Taman Wisata Alam Pulau Weh ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Pertanian No. 928/Kpts/Um/12/1982 tanggal 27 Desember 1982 yang

memiliki luas daratan seluas 1.300 hektar dan luas perairan seluas 2.600 hektar.

Selanjutnya pada tanggal 14 Mei 2014 kawasan tersebut ditetapkan berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK. 3919/Menhut-VII/KUH/2014

tentang Penetapan Kawasan Hutan pada Kelompok Hutan Pulau Weh di Kota

Sabang Provinsi Aceh yaitu Kawasan Hutan Taman Wisata Alam seluas 1.201,10

hektar dan Kawasan Taman Wisata Alam Laut seluas 5.280,20 hektar sehingga

keseluruhan luas kawasan tersebut menjadi 6.481,30 hektar. Dalam pengelolaannya

BKSDA Aceh telah melakukan penataan blok untuk kawasan tersebut dibagi dalam 3

(tiga) blok berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya

Alam dan Ekosistem Nomor: SK. 38/KSDAE/SET/KSDAE.0/2/2016 tentang Blok

Pengelolaan Taman Wisata Alam Pulau Weh, Kota Sabang, Provinsi Aceh yaitu blok

perlindungan seluas 4.465,7 hektar, blok pemanfaatan seluas 2.007,6 hektar dan blok

khusus seluas 8 hektar.

Potensi yang mendasari ditetapkannya Iboih sebagai wilayah konservasi

adalah keberadaan terumbu karang, vegetasi mangrove dan biota-biota unik seperti

ikan Napoleon. Pengelolaan wilayah ini pada saat ini berada dibawah Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Balai Konservasi Sumberdaya Alam

(BKSDA) Seksi Wilayah Konservasi I Propinsi Aceh.

Secara geografis Kawasan Hutan pada Kelompok Hutan Pulau Weh terletak

pada 050 52’ LU dan 950 52’ BT. Secara administratif, Kawasan Hutan pada

Kelompok Hutan Pulau Weh termasuk dalam Gampong Iboih, Kecamatan

Sukakarya, Kota Sabang dengan batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Selat Malaka

Sebelah Selatan : Gampong Iboih

Sebelah Timur : Selat Malaka

58

Page 59: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Sebelah Barat : Samudera Hindia

Kawasan Hutan pada Kelompok Hutan Pulau Weh diperuntukkan untuk

perlindungan dan pengembangan yang terkait dengan aktifitas pariwisata. Pada

prinsipnya, di Kawasan Hutan pada Kelompok Hutan Pulau Weh berlaku aturan

konservasi secara umum, dalam arti pengunjung tidak diizinkan melakukan

pengambilan spesimen satwa atau tumbuhan, baik hidup maupun mati, atau dilarang

adanya kegiatan perburuan (memancing), dilarang merusak, dilarang menambah dan

mengurangi, serta mencemari lingkungan di dalam kawasan.

5.2.2.2 Kawasan Hutan Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut Kepulauan Banyak

Kawasan Hutan Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut

Kepulauan Banyak merupakan salah satu Taman Wisata Alam di Provinsi Aceh yang

terletak di Kabupaten Aceh Singkil ditunjuk pada tahun 1996 berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 596/Kpts-II/1996 pada tanggal 16 September

1996 seluas 227.500 ha. Selanjutnya pada tahun 2014 kawasan tersebut telah

ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Penetapan Menteri Kehutanan Nomor:

5347/ Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 11 Agustus 2014 tentang Penetapan Kawasan

Hutan Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut Kepulauan Banyak seluas

205.720,24 Hektar di Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh, dengan luas perairan

mencapai 178.317,86 Hektar dan luas daratan mencapai 27.402,53 Hektar.

Berdasarkan Penataan Blok yang telah disusun oleh BKSDA Aceh pada tahun 2015

dan telah disahkan sesuai Keputusan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya

Alam dan Ekosistem Nomor: SK. 162/KSDAE/Set/KSA.0/6/2016 tentang Blok

Pengelolaan Taman Wisata Alam Kepulauan Banyak, Kabupaten Aceh Singkil,

Provinsi Aceh, terdiri dari blok perlindungan dengan luas 20.920,39 Ha, blok

perlindungan bahari dengan luas 87.464,05 Ha, blok pemanfaatan dengan luas

56.863,95 Ha dan blok tradisional dengan luas 90.337 Ha (penataan blok merujuk

pada luas kawasan berdasarkan SK 103/MenLHK-II/2015 tanggal 2 April 2015

tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.

865/Menhut-II/2014 tanggal 29 September 2014 tentang Kawasan Hutan dan

Konservasi Perairan Provinsi Aceh).

Kawasan Hutan Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut

Kepulauan Banyak diinisiasi dan dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan

59

Page 60: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Kehutanan melalui BKSDA. Konservasi penyu hijau sebagai spesies yang dilindungi

mendasari ditetapkannya Pulau Banyak menjadi kawasan konservasi.

5.3. KAWASAN STRATEGIS NASIONAL TERTENTU

Kawasan Strategis Nasional Tertentu adalah kawasan yang terkait dengan

kedaulatan negara, pengendalian lingkungan hidup, dan/atau situs warisan dunia.

Aceh merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki pulau kecil terluar

yang menjadi salah satu referensi penghitungan batas teritorial Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI). Pulau terluar tersebut bernama Pulau Rondo dan Pulau

Weh, Kecamatan Suka Karya dan Kecamatan Suka Jaya, Kota Sabang; Pulau

Bateeleblah dan Pulau Rusa, Kecamatan Pulo Aceh dan Kecamatan Lhoong,

Kabupaten Aceh Besar; Pulau Raya, Kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya;

Pulau Salaut Besar dan Pulau Simeulue Cut, Kecamatan Simeulue Utara, Kabupaten

Simeulue. Kedudukan pulau-pulau ini disebutkan dalam Keputusan Presiden Nomor

6 Tahun 2017 tentang Penetapan Pulau-Pulau Kecil Terluar, sebagai pulau terluar

Indonesia yang terdapat di Aceh. Total luas kawasan strategis nasional tertentu

adalah sebesar 658.321,11 Ha, dan secara geografis berada di perairan Samudera

Hindia dan Selat Malaka (KSNT-PKT 01 – 07).

5.4. ALUR LAUT

Alur laut (penjelasan Pasal 10 huruf (a), UU-RI 27/2007), merupakan

perairan yang dimanfaatkan, antara lain untuk: alur pelayaran, pipa/kabel bawah laut,

dan perlintasan migrasi biota laut. Kesesuaian untuk peruntukan alur laut ini

didasarkan pada kondisi eksisting alur laut yang ada di WP-3-K Aceh.

5.4.1 Alur Pelayaran dan/atau Perlintasan

Alur pelayaran, mengacu pada kondisi alur pelayaran yang sering digunakan

baik secara lokal, regional/nasional maupun internasional yang dapat diperoleh dari

Kementerian Perhubungan (Direktorat Jenderal Perhubungan Laut), Dinas Kelautan

dan Perikanan Aceh serta Bappeda Aceh. Pada zona alur pelayaran ini dibagi

menjadi:

a. pelayaran internasional, yang berfungsi sebagai alur pelayaran yang terdapat

di pelabuhan pengumpul

60

Page 61: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

b. pelayaran nasional, yang berfungsi sebagai alur pelayaran yang terdapat di

pelabuhan pengumpan regional

c. pelayaran regional, yang berfungsi sebagai alur pelayaran yang terdapat di

pelabuhan pengumpan

Alur-alur yang telah ditetapkan, telah dibuatkan sempadan alur dengan

ketentuan pada sisi kiri dan kanan alur dibuatkan sempadan masing-masing 500

meter atau dua kali panjang kapal yang melintasi kapal tersebut.

Alur-alur pelayaran di Aceh yang diatur dalam Rencana Zonasi Wilayah

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah alur pelayaran yang berada di perairan laut 0-12

mil laut saja. Alur-alur pelayaran di Aceh meliputi alur dari dan menuju ke

pelabuhan-pelabuhan di seluruh wilayah propinsi ini. Zona pelayaran yang dimaksud

meliputi sub zona alur pelayaran internasional, alur pelayaran nasional, dan alur

pelayaran regional. Alur pelayaran internasional yang bersinggungan dengan wilayah

laut Aceh (AL-AP-01) adalah alur pelayaran Sabang – Laut Andaman.

Alur pelayaran nasional meliputi:

a. Alur pelayaran Aceh Barat – Samudera Hindia (AL-AP-02)

b. Alur pelayaran Aceh Besar – Selat Malaka (AL-AP-03)

c. Alur pelayaran Langsa – Medan (AL-AP-04)

d. Alur pelayaran Lhokseumawe – Selat Malaka (AL-AP-05)

Alur pelayaran regional di Aceh meliputi alur layar:

a. Alur pelayaran Aceh Barat – Aceh Barat Daya (AL-AP-06)

b. Alur pelayaran Aceh Barat - Simeulue (AL-AP-07)

c. Alur pelayaran Aceh Barat Daya - Aceh Selatan (AL-AP-08)

d. Alur pelayaran Aceh Besar – Aceh Jaya (AL-AP-09)

e. Alur pelayaran Aceh Besar - Aceh Utara (AL-AP-10)

f. Alur pelayaran Aceh Besar – Pidie (AL-AP-11)

g. Alur pelayaran Aceh Besar - Sabang (AL-AP-12)

h. Alur pelayaran Aceh Jaya - Aceh Barat (AL-AP-13)

i. Alur pelayaran Aceh Selatan – Simeulue (AL-AP-14 dan AL-AP-15)

j. Alur pelayaran Aceh Singkil – Simeulue (AL-AP-16 dan AL-AP-17)

k. Alur pelayaran Aceh Timur – Langsa (AL-AP-18)

l. Alur pelayaran Aceh Utara – Aceh Timur (AL-AP-19)

m. Alur pelayaran Banda Aceh - Aceh Besar (AL-AP-20)

61

Page 62: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

n. Alur pelayaran Banda Aceh - Aceh Jaya (AL-AP-21)

o. Alur pelayaran Banda Aceh – Sabang (AL-AP-22 dan AL-AP-23)

p. Alur pelayaran Pidie - Aceh Utara (AL-AP-24)

q. Alur pelayaran Pidie - Bireuen (AL-AP-25)

r. Alur pelayaran Pulau Balai – Pulau Tuangku (AL-AP-26)

s. Alur pelayaran Simeulue - Aceh Barat (AL-AP-27)

5.4.2 Migrasi Biota Laut

Migrasi biota laut di wilayah pesisir dan pulau – pulau kecil Aceh terdiri dari

migrasi hiu martil, pari manta, lumba-lumba, pari manta, paus, penyu, sidat, tuna,

dan dugong.

Migrasi biota laut terdiri dari :

a. Migrasi ikan tertentu (hiu martil, pari manta, sidat dan tuna) berada di Selat

Malaka dan Samudera Hindia (AL-AMB-01 sampai dengan AL-AMB-04)

b. Migrasi mamalia laut (lumba - lumba, paus dan dugong) di Selat Malaka dan

Samudera Hindia (AL-AMB-05 sampai dengan AL-AMB-07)

c. Migrasi penyu di Selat Malaka dan Samudera Hindia (AL-AMB-08)

5.4.3 Pipa/Kabel Bawah Laut

Pipa/kabel bawah laut di wilayah pesisir dan pulau – pulau kecil di Aceh

terdiri dari:

a. Kabel telekomunikasi dari Bakongan – Simeulue (AL-APK-01)

b. Kabel telekomunikasi dari Banda Aceh – Sabang (AL-APK-02)

c. Kabel telekomunikasi dari Sabang – Lhokseumawe – Medan (AL-APK-03)

d. Pipa minyak dan gas dari Lhokseumawe – Selat Malaka (AL-APK-04)

5.5. KAWASAN STRATEGIS NASIONAL

Penetapan kawasan strategis nasional di wilayah Aceh sebagaimana tertuang

dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang

RTRW Nasional ditinjau dari beberapa kepentingan yaitu: pertahanan dan keamanan,

62

Page 63: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pendayagunaan sumberdaya alam

dan/atau teknologi tinggi serta fungsi dan daya dukung lingkungan.

Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap

kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya,

dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

Kawasan militer di Aceh digunakan sebagai kepentingan pertahanan negara (TNI).

Kawasan yang digunakan dengan fungsi kegiatan militer dikategorikan sebagai

kawasan strategis mencakup daerah pangkalan, lokasi latihan, obyek vital, basis dan

daerah demobilisasi. Namun demikian penetapan kawasan militer sebagai kawasan

pertahanan dan keamanan merupakan kewenangan pemerintah.

Arahan penetapan kawasan perbatasan (KSN-WP-01) seluas 8.106,02 Ha di

Kota Sabang. Arahan penetapan kawasan pertahanan negara untuk daerah latihan

militer (KSN-DLA-01 – 03) dengan total seluas 26.996,37 Ha yang tersebar di

Kabupaten Aceh Besar seluas 6.696,31 Ha, Kabupaten Bireuen seluas 12.797,02 Ha

dan Kabupaten Aceh Barat seluas 7.503,04 Ha.

Arahan daerah ranjau (KSN-R-01 – 02) seluas 3.227,08 Ha di Kota Sabang.

Daerah pembuangan amunisi (KSN-PA-01) terdapat di Kota Sabang dengan kawasan

seluas 216,16 Ha.

Arahan daerah pangkalan TNI AL (Lanal) terletak di Kota Lhokseumawe

(KSN-L-01), Kota Sabang (KSN-L-02), dan Kabupaten Simeulue (KSN-L-03) dengan

total area seluas 2,97 Ha. Adapun rencana pembangunan Pangkalan Utama TNI

Angkatan Laut (Lantamal) seluas 29,04 Ha di Kabupaten Aceh Besar (KSN-RL-01).

Arahan daerah fasilitas pemeliharaan dan perbaikan (fasharkan) terletak di

Kota Sabang (KSN-FS-01) seluas 0,99 Ha.

Arahan daerah KAPET (Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu) Bandar

Aceh Darussalam (KSN-BAD-01) terletak di Kota Sabang, Kota Banda Aceh,

Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie, seluas 390.948,08 Ha.

Arahan daerah kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas Sabang (KSN-

KPPBS-01) di Kota Sabang dan Kabupaten Aceh Besar seluas 484.961,88 Ha.

63

Page 64: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

5.6 WILAYAH KELOLA PANGLIMA LAOT

Panglima Laot adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,

baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang

mendukung perikehidupan dan penghidupan. Penerbitan Undang-Undang Nomor 1

tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, yang menyepakati 4 (empat)

norma hukum penting, yakni: (i) pemberdayaan masyarakat hukum adat dan nelayan

tradisional; (ii) penataan investasi; (iii) sistem perizinan; dan (iv) pengelolaan

kawasan konservasi laut nasional. Pemberdayaan masyarakat diperkuat dalam

inisiasi penyusunan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil beserta

dengan pemerintah dan dunia usaha. Dengan norma hukum ini, maka masyarakat

dapat mengambil inisiatif mengusulkan rencana zonasi.

Arahan penetapan kawasan Panglima Laot seluas 1.525.876,76 Ha tersebar

di Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie,

Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Aceh Utara, Kota

Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Timur, Kota Langsa, Kabupaten Aceh Tamiang,

Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten

Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten

Simeulue.

64

Page 65: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

BAB VI

PERATURAN PEMANFAATAN RUANG

Peraturan pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil mengkaji

seluruh opsi pemanfaatan sumberdaya. Keputusan penggunaan sumberdaya yang

tidak dapat pulih harus dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangan

kemanfaatan dan dampak jangka panjang. Ketentuan pengaturan kawasan adalah

ketentuan yang diperuntukan sebagai alat pengaturan pengalokasian ruang wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil, meliputi pernyataan maksud pengelolaan kawasan,

ketentuan perizinan, ketentuan pemberian insentif dan disinsentif, serta arahan

pengenaan sanksi dalam rangka perwujudan rencana alokasi ruang wilayah pesisir

dan pulau-pulau kecil.

Arahan pemanfaatan ruang dibagi dalam 4 (empat) kawasan yakni; kawasan

pemanfaatan umum, kawasan konservasi, kawasan strategis nasional tertentu dan

alur laut. Selain alokasi ruang yang dimaksud, pada sebagian di WP-3-K daerah

dapat dialokasikan KSN sesuai dengan peraturan perundang-undangan Setiap

kawasan tersebut masih terbagi dalam beberapa zona dan subzona sesuai dengan

rencana alokasi ruang yang ditetapkan. Untuk memberikan arahan peraturan zonasi,

maka pada setiap subzona terdapat aturan-aturan dasar antara lain:

1. Kegiatan yang boleh dilakukan ( I )

Segala kegiatan yang akan dialokasikan pada suatu ruang, tidak

mempunyai pengaruh dan dampak sehingga tidak mempunyai pembatasan

dalam implementasinya, karena baik secara fisik dasar ruang maupun fungsi

ruang sekitar saling mendukung dan terkait.

2. Kegiatan yang tidak boleh dilakukan (X)

Kegiatan yang sama sekali tidak diperbolehkan pada suatu ruang,

karena dapat merusak lingkungan dan mengganggu kegiatan lain yang ada

disekitarnya.

3. Kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin (B)

Setiap kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin

dialokasikan pada suatu ruang dengan pengalokasian bersyarat dan batasan

tertentu yang telah ditetapkan.

65

Page 66: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Secara rinci kegiatan-kegiatan yang diatur dalam setiap kawasan, disajikan

pada Tabel 6.2

Tabel 6.2. Kegiatan yang Diatur Dalam Setiap Kawasan

KEGIATANKAWASAN

PEMANFAATAN UMUM KONSERVASI KSNT ALUR

LAUTPariwisata I B B B

Permukiman I X B X

Pelabuhan I B B X

Hutan mangrove I B B X

Perikanan budidaya I B I X

Perikanan tangkap I B B X

Pergaraman I B B X

Energi I X B X

Konservasi perairan B I I B

Konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil

B I I B

Konservasi maritim B I I B

Sempadan pantai B I I B

Mitigasi bencana alam

B I I B

Pipa/kabel bawah laut

X B B I

Alur pelayaran I X B I

Migrasi biota laut B I B I

Perbatasan dan PPK terluar

B I I B

I= diperbolehkan, B= dengan izin, X= tidak diperbolehkan

6.1 KETENTUAN PERATURAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

6.1.1 Ketentuan Umum Pernyataan Pemanfaatan Kawasan/Zona

Ketentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona sebagaimana

dimaksudkan untuk menjabarkan secara umum ketentuan-ketentuan yang mengatur

tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya yang

66

Page 67: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

mencakup seluruh wilayah administratif. Ketentuan umum pernyataan pemanfaatan

kawasan/zona terdiri dari:

a. penjelasan/deskripsi/definisi alokasi ruang yang telah ditetapkan dalam

rencana alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

b. ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan, tidak boleh dilakukan dan

kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin

c. ketentuan tentang prasarana minimum yang dipersyaratkan terkait dengan

pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

d. ketentuan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan untuk

mengendalikan pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

Ketentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona sebagaimana

dimaksud, berfungsi sebagai:

a. landasan bagi penyusunan peraturan zonasi untuk pengendalian pemanfaatan

ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di setiap zona/ subzona

b. dasar pemberian izin pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil

c. pertimbangan dalam pengendalian pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil

6.1.2 Ketentuan Umum Pernyataan Pemanfaatan Kawasan Pemanfaatan Umum.

6.1.2.1 Ketentuan Umum Pernyataan Pemanfaatan Zona Pariwisata

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan di zona pariwisata/sub zona

wisata bawah laut/ sub zona wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil/ sub

zona olahraga air, yaitu:

a. kegiatan pengembangan sarana penunjang kegiatan wisata bahari yang tetap

memperhatikan keasrian lingkungan pantai dan tatanan sosial budaya

masyarakat setempat

b. kegiatan penyediaan sarana dan prasarana wisata bahari yang tidak berdampak

pada kerusakan lingkungan

c. kegiatan penangkapan ikan dengan alat pancing tangan pada saat tidak ada

kegiatan wisata bahari

d. kegiatan penangkapan ikan dengan jumlah terbatas

67

Page 68: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

e. kegiatan pendidikan dan penelitian

f. kegiatan monitoring dan evaluasi

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin di

zona pariwisata/sub zona wisata bawah laut/ sub zona wisata alam pantai/pesisir dan

pulau-pulau kecil/ sub zona olahraga air, yaitu membangun sarana dan prasarana

wisata sesuai dengan kategori kegiatan atau jenis wisatanya.

Ketentuan tentang prasarana minimum yang dipersyaratkan terkait dengan

pemanfaatan ruang di zona pariwisata adalah:

a. fasilitas informasi cuaca dan mitigasi bencana

b. fasilitas keamanan dan keselamatan berwisata & rekreasi

c. tersedia fasilitas dan infrastruktur pendukung kegiatan wisata, tempat parkir,

tanda batas zona, tambat kapal/perahu dan fasilitas umum lainnya

Ketentuan khusus sebagaimana dimaksud di zona pariwisata adalah:

a. pengendalian kegiatan yang berpotensi mencemari lingkungan di daratan

maupun perairan

b. melakukan mitigasi bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

c. tersedia tim keamanan dan penyelamatan wisatawan

6.1.2.2 Ketentuan Umum Pernyataan Pemanfaatan Zona Permukiman

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan di zona permukiman adalah:

a. Kegiatan ritual adat/agama

b. Atraksi budaya/kegiatan penunjang budaya

c. Pelestarian budaya

d. Pembangunan fasilitas keselamatan wisata

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin di

zona permukiman, yaitu:

a. penelitian dan pendidikan

b. wisata bahari

c. membangun sarana dan prasarana permukiman

d. pengerukan alur pelabuhan

e. kegiatan pemanfaatan zona sesuai dengan peraturan perundang-undangan,

kapasitas, sarana dan prasarana, dan pendukung pelabuhan lainnya

68

Page 69: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Ketentuan umum kegiatan yang tidak boleh dilakukan di zona permukiman

adalah pengerukan pasir laut dan semua jenis kegiatan pertambangan. Ketentuan

tentang prasarana minimum yang dipersyaratkan terkait dengan pemanfaatan ruang

di zona permukiman adalah berupa pembangunan fasilitas mitigasi bencana.

6.1.2.3 Ketentuan Umum Pernyataan Pemanfaatan Zona Pelabuhan

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan di zona pelabuhan, yaitu:

a. pembangunan terminal untuk kepentingan sendiri

b. kegiatan lalu lintas kapal yang masuk dan keluar terminal untuk kepentingan

sendiri dan terminal khusus

c. kegiatan bongkar muat barang dan penumpang

d. kegiatan pengembangan pelabuhan dan pengembangan ekonomi masyarakat

sesuai dengan konsep kegiatan pelabuhan pembanguan fasilitas pokok dan

fasilitas penunjang yang sudah tercantum dalam rencana induk pelabuhan

e. kegiatan penambatan kapal dan perahu

f. kegiatan kepelabuhanan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin di

zona pelabuhan adalah:

a. penelitian dan pendidikan

b. wisata bahari

c. pengerukan alur pelabuhan

d. kegiatan pemanfaatan zona sesuai dengan peraturan perundang-undangan,

kapasitas, sarana dan prasarana, dan pendukung pelabuhan lainnya.

Ketentuan umum kegiatan yang tidak boleh dilakukan di zona pelabuhan

adalah:

a. penangkapan ikan dengan alat menetap dan/atau bergerak yang mengganggu

kegiatan kepelabuhanan

b. penangkapan ikan yang menggunakan bom dan atau bahan peledak, potas dan

atau bahan beracun, serta menggunakan alat tangkap yang bersifat merusak

ekosistem di WP-3-K

c. semua jenis kegiatan perikanan budidaya

69

Page 70: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

d. pemasangan rumah ikan dan alat bantu penangkapan ikan seperti rumpon serta

terumbu karang buatan

e. pembuangan sampah dan limbah

f. kegiatan yang mengganggu kegiatan kepelabuhanan

Ketentuan tentang prasarana minimum yang dipersyaratkan terkait dengan

pemanfaatan ruang di zona pelabuhan adalah:

a. alur pelayaran

b. perairan tempat labuh

c. kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal

d. perairan tempat alih muat kapal

e. perairan untuk kapal yang mengangkut Bahan/Barang Berbahaya dan Beracun

(B3)

f. perairan untuk kegiatan karantina

g. perairan alur penghubung intrapelabuhan

h. perairan pandu

i. perairan untuk kapal pemerintah

j. tanda batas sesuai dengan batas yang telah ditetapkan

Ketentuan tentang prasarana minimum yang dipersyaratkan terkait dengan

pemanfaatan ruang di zona pelabuhan adalah:

a. fasilitas pokok terdiri dari dermaga, kolam pelabuhan, jalan komplek dan drainase

b. fasilitas fungsional terdiri dari kantor administrasi pelabuhan, TPI, suplai air

bersih, instalasi listrik dan stasiun pengisian bahan bakar nelayan

c. fasilitas penunjang terdiri dari pos jaga dan MCK

Ketentuan khusus di zona pelabuhan adalah:

a. kegiatan kepelabuhanan harus menjamin kelestarian lingkungan

b. kegiatan kepelabuhanan harus mempertimbangkan pengendalian pencemaran dan

mitigasi bencana

6.1.2.4 Ketentuan Umum Pernyataan Pemanfaatan Zona Hutan Mangrove

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan di zona hutan mangrove

adalah:

a. budidaya dengan metode, alat dan teknologi yang tidak merusak ekosistem di

wilayah pesisir

70

Page 71: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

b. kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan kecil dengan alat yang ramah lingkungan

c. pariwisata yang tidak menimbulkan dampak kerusakan lingkungan

d. rehabilitasi mangrove

Ketentuan umum kegiatan yang tidak boleh dilakukan di zona hutan

mangrove adalah:

a. kegiatan budidaya yang menggunakan metode, alat dan teknologi yang dapat

merusak ekosistem mangrove

b. penangkapan ikan dengan alat menetap dan/atau yang dapat merusak ekosistem

mangrove

c. memanfaatkan kayu hidup yang berasal dari kawasan hutan mangrove untuk

kepentingan komersial

d. pembuangan sampah dan limbah

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin di

zona hutan mangrove adalah:

a. kegiatan penelitian dan pendidikan

b. alih fungsi lahan

c. pengembangan sarana dan prasarana pariwista dan rekreasi

d. monitoring dan evaluasi

6.1.2.5 Ketentuan Umum Pernyataan Pemanfaatan Zona Perikanan Tangkap

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan di zona perikanan tangkap

adalah:

a. kegiatan penangkapan ikan yang menggunakan peralatan yang ramah lingkungan

b. kegiatan penangkapan ikan yang mempertimbangkan perlindungan habitat dan

populasi ikan

c. penangkapan ikan skala kecil yang menggunakan perahu tanpa motor dengan alat

tangkap yang bersifat pasif, seperti bubu, jaring insang, dan pancing pada perairan

0-2 mil dari garis pantai

d. penangkapan ikan skala kecil yang menggunakan perahu motor tempel bermesin

kurang dari 25 (dua puluh lima) PK dengan alat tangkap yang bersifat pasif,

seperti bubu, jaring insang, dan pancing pada perairan 0-2 mil dari garis pantai

e. penangkapan ikan yang menggunakan kapal motor dengan alat tangkap mengacu

pada peraturan perundangan

71

Page 72: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Ketentuan umum kegiatan yang tidak boleh dilakukan di zona perikanan

tangkap adalah:

a. penangkapan ikan yang menggunakan bom dan atau bahan peledak, potas

dan/atau bahan beracun, serta menggunakan alat tangkap yang bersifat merusak

ekosistem di WP-3-K

b. penangkapan ikan yang menggunakan kapal perikanan berukuran lebih dari 5

(lima) Gross Ton (GT) pada perairan 0-2 mil dari garis pantai

c. penangkapan ikan yang menggunakan alat tangkap yang tidak sesuai dengan jalur

penangkapan ikan mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku

d. pembuangan sampah dan limbah

e. segala jenis kegiatan perikanan budidaya

f. penangkapan ikan pada wilayah perairan yang tidak sesuai dengan ketentuan

masyarakat adat atau masyarakat lokal yang disepakati dalam rangka pengelolaan

sumberdaya secara berkelanjutan

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin di

zona perikanan tangkap adalah:

a. penelitian dan pendidikan

b. pemasangan rumah ikan dan alat bantu penangkapan ikan seperti rumpon serta

terumbu karang buatan

c. pariwisata dan rekreasi

d. monitoring dan evaluasi

Ketentuan tentang prasarana minimum yang dipersyaratkan terkait dengan

pemanfaatan ruang di zona perikanan tangkap adalah tempat tambat kapal/perahu.

Ketentuan khusus di zona perikanan tangkap adalah:

a. kegiatan penangkapan ikan harus menggunakan peralatan yang ramah lingkungan

b. kegiatan penangkapan ikan harus mempertimbangkan perlindungan habitat dan

populasi ikan dan hukum adat laot

6.1.2.6 Ketentuan Umum Pernyataan Pemanfaatan Zona Perikanan Budidaya

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan di zona perikanan budidaya

adalah:

a. budidaya laut skala kecil dengan metode, alat dan teknologi yang tidak merusak

ekosistem di WP-3-K

72

Page 73: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

b. kegiatan penangkapan ikan skala kecil pada area yang tidak terdapat kegiatan

budidaya

c. kegiatan masyarakat non nelayan yang tidak mempunyai akses untuk

mengembangkan budidaya laut (mariculture)

d. budidaya laut dengan teknologi tradisional dan semi intensif

e. budidaya laut dengan keramba jaring apung

Ketentuan umum kegiatan yang tidak boleh dilakukan di zona perikanan

budidaya adalah:

a. kegiatan budidaya yang menggunakan metode, alat dan teknologi yang dapat

merusak ekosistem di WP-3-K

b. menempatkan rumah ikan dan alat bantu penangkapan ikan seperti rumpon serta

terumbu karang buatan

c. menangkap ikan dengan alat menetap dan/atau bergerak yang mengganggu

kegiatan budidaya laut

d. menangkap ikan yang menggunakan bahan peledak, bius dan atau bahan beracun,

serta menggunakan alat tangkap yang bersifat merusak ekosistem di WP-3-K

e. kegiatan pertambangan

f. kegiatan non perikanan serta lintas kapal yang dapat mengganggu kegiatan

budidaya

g. penggunaan pakan biota budidaya secara berlebihan pada zona pemanfaatan

umum dan zona perikanan berkelanjutan

h. pembuangan sampah dan limbah

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin di

zona perikanan budidaya adalah:

a. budidaya laut skala menengah sampai skala besar dengan metode, alat dan

teknologi yang tidak merusak ekosistem di wilayah pesisir

b. kegiatan penelitian dan pendidikan

c. kegiatan pengembangan wisata bahari dan rekreasi

Ketentuan tentang prasarana minimum yang dipersyaratkan terkait dengan

pemanfaatan ruang di zona perikanan budidaya adalah:

a. koefisien pemanfaatan perairan untuk budidaya adalah 80%, dimana terdapat

ruang sebesar 20% untuk alur-alur/lalu lintas perahu yang mendukung kegiatan

budidaya

73

Page 74: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

b. prasarana budidaya laut yang tidak bersifat permanen

Ketentuan khusus di zona perikanan budidaya adalah:

a. kegiatan budidaya harus menghindari areal ekosistem pesisir

b. pengembangan budidaya laut disertai dengan kegiatan pengembangan/

peremajaan bibit

6.1.2.7 Ketentuan Umum Pernyataan Pemanfaatan Zona Pergaraman

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan di zona pergaraman adalah

membangun saluran air, dan melakukan perlindungan di zona pergaraman dari

pencemaran air laut.

Ketentuan umum kegiatan yang tidak boleh dilakukan di zona pergaraman

adalah segala bentuk kegiatan yang mencemari air laut.

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin di

zona pergaraman adalah kegiatan penangkapan ikan skala kecil dan rehabilitasi

ekosistem pesisir.

6.1.2.8 Ketentuan Umum Pernyataan Pemanfaatan Zona Energi

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan di zona energi adalah

instalasi pembangkit listrik, kegiatan lalu lintas kapal yang masuk dan keluar

terminal khusus dan pemanfaatan dan pengoperasian terminal khusus.

Ketentuan umum kegiatan yang tidak boleh dilakukan di zona energi adalah

pembangunan bandar udara, pelabuhan rakyat dan kegiatan pembangunan fisik

lainnya yang dapat mengganggu kegiatan pembangkit listrik.

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin di

zona energi adalah kegiatan bongkar muat dan pemantauan lingkungan.

6.1.2.9 Ketentuan Umum Pernyataan Pemanfaatan Kawasan Konservasi

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan di kawasan konservasi

adalah:

a. kegiatan kepelabuhanan perikanan yang dikelola oleh pemerintah

b. kegiatan penangkapan ikan yang menggunakan peralatan yang ramah

lingkungan sesuai dengan ketentuan zonasi kawasan konservasi

c. kegiatan lalu lintas pelayaran yang melintasi kawasan konservasi

74

Page 75: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Ketentuan umum kegiatan yang tidak boleh dilakukan di kawasan konservasi

adalah:

a. penangkapan ikan yang menggunakan bom dan atau bahan peledak, potas dan

atau bahan beracun, serta menggunakan alat tangkap yang bersifat merusak

ekosistem di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

b. pembuangan sampah dan limbah

c. kegiatan penangkapan ikan di zona inti

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin di

kawasan konservasi adalah:

a. penelitian dan pendidikan

b. pemasangan rumah ikan dan alat bantu penangkapan ikan seperti rumpon serta

terumbu karang buatan

c. pariwisata dan rekreasi

d. monitoring dan evaluasi

e. pengelolaan sebagian zona perikanan berkelanjutan atau zona pemanfaatan

terbatas pada kawasan konservasi untuk kegiatan penangkapan ikan oleh

masyarakat hukum adat, masyarakat lokal dan/atau masyarakat tradisional dapat

dilakukan melalui perjanjian kemitraan dengan unit organisasi pengelola

f. pemanfaatan sumberdaya perairan pada kawasan konservasi oleh kelompok

masyarakat pada lokasi yang memiliki fungsi atau peruntukan pemanfaatan

tradisional dapat dilakukan melalui perjanjian kemitraan dengan unit organisasi

pengelola

6.1.2.10 Ketentuan Umum Pernyataan Pemanfaatan Wilayah Kelola Panglima

Laot

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan di wilayah kelola Panglima

Laot adalah kegiatan perikanan tradisional.

Ketentuan umum kegiatan yang tidak boleh dilakukan di zona masyarakat

hokum adat adalah kegiatan perikanan industri skala besar.

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin di

zona masyarakat hukum adat adalah:

a. penelitian dan pendidikan

b. penangkapan ikan oleh nelayan luar

75

Page 76: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

c. monitoring dan evaluasi

6.1.2.11 Ketentuan Umum Pernyataan Pemanfaatan Alur Laut

A. Ketentuan Umum Pernyataan Pemanfaatan Alur Pelayaran/Pelayaran Internasional/ Pelayaran Nasional/Pelayaran Regional

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan di alur pelayaran/ pelayaran

internasional/ pelayaran nasional/ pelayaran regional adalah:

a. lalu lintas kapal dari dan/atau menuju pelabuhan pengumpul/ pelabuhan

pengumpan/pelabuhan penyeberangan

b. tindakan penyelamatan atau salvage

c. kegiatan yang selaras dengan pelestarian/perlindungan lingkungan.

Ketentuan umum kegiatan yang tidak boleh dilakukan di alur pelayaran/

pelayaran internasional/ pelayaran nasional/ pelayaran regional adalah:

a. semua jenis kegiatan perikanan budidaya

b. penangkapan ikan dengan alat menetap

c. pemasangan rumah ikan dan alat bantu penangkapan ikan seperti rumpon serta

terumbu karang buatan

d. penangkapan ikan yang menggunakan bom dan atau bahan peledak, potas dan

atau bahan beracun, serta menggunakan alat tangkap yang bersifat merusak

ekosistem di wilayah pesisir

e. pariwisata dan rekreasi

f. pembuangan sampah dan limbah

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin di

alur pelayaran/ pelayaran internasional/ Pelayaran nasional/ pelayaran regional

adalah:

a. penelitian dan pendidikan

b. monitoring dan evaluasi

c. pengerukan alur pelayaran

B. Ketentuan Umum Pernyataan Pemanfaatan di Alur Kabel / Pipa Bawah

Laut

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan di alur kabel/pipa bawah

laut adalah kegiatan yang selaras dengan pelestarian/perlindungan lingkungan.

76

Page 77: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Ketentuan umum kegiatan yang tidak boleh dilakukan di alur kabel/pipa

bawah laut antara lain:

a. lalu lintas kapal dari dan/atau menuju pelabuhan pengumpul/pelabuhan

pengumpan

b. pengerukan alur pelayaran

c. semua jenis kegiatan perikanan budidaya

d. penangkapan ikan dengan alat menetap

e. pemasangan rumah ikan dan alat bantu penangkapan ikan seperti rumpon serta

terumbu karang buatan

f. penangkapan ikan yang menggunakan bom dan atau bahan peledak, potas dan

atau bahan beracun, serta menggunakan alat tangkap yang bersifat merusak

ekosistem di WP-3-K

g. pariwisata dan rekreasi yang menetap

h. pembuangan sampah dan limbah

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin di

alur kabel/pipa bawah laut antara lain:

a. penelitian dan pendidikan

b. monitoring dan evaluasi

C. Ketentuan Umum Pernyataan Pemanfaatan Alur Laut/ Migrasi Biota

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan di alur laut/migrasi biota

adalah:

a. kegiatan yang selaras dengan pelestarian/perlindungan lingkungan

b. perlindungan vegetasi pantai

c. ekowisata

Ketentuan umum kegiatan yang tidak boleh dilakukan di alur laut/migrasi

biota adalah:

a. semua jenis kegiatan perikanan budidaya

b. penangkapan ikan skala kecil dengan alat bergerak

c. penangkapan ikan dengan alat menetap

d. pemasangan rumah ikan dan alat bantu penangkapan ikan seperti rumpon serta

terumbu karang buatan

77

Page 78: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

e. penangkapan ikan yang menggunakan bom dan atau bahan peledak, potas dan

atau bahan beracun, serta menggunakan alat tangkap yang bersifat merusak

ekosistem di wilayah pesisir

f. pembuangan sampah dan limbah

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin di

alur laut/migrasi biota adalah:

a. penelitian dan pendidikan

b. monitoring dan evaluasi

6.1.3 Peraturan Pemanfaatan Wilayah Kelola Panglima Laot

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan di wilayah kelola panglima

laot adalah kegiatan perikanan tradisional.

Ketentuan umum kegiatan yang tidak boleh dilakukan di wilayah masyarakat

hukum adat adalah kegiatan perikanan industri skala besar.

Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan ijin di

wilayah kelola panglima laot antara lain:

a. penelitian dan pendidikan

b. penangkapan ikan oleh nelayan luar

c. monitoring dan evaluasi

6.1.4 Ketentuan Perizinan

Ketentuan perizinan merupakan alat pengendali pemanfaatan ruang yang

menjadi kewenangan pemerintah Aceh berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku melalui proses administrasi dan teknis yang harus dipenuhi

sebelum kegiatan pemanfaatan WP-3-K dilaksanakan, untuk menjamin kesesuaian

pemanfaatan ruang WP-3-K.

Ketentuan perizinan terdiri atas izin lokasi perairan pesisir dan izin

pengelolaan. Izin lokasi perairan pesisir diberikan berdasarkan rencana zonasi

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang berlaku.

Setiap pemanfaatan ruang dari sebagian perairan pesisir dan pemanfaatan

sebagian pulau-pulau kecil secara menetap wajib memiliki izin, sesuai dengan syarat

dan tata cara pemberian izin yang berlaku.

78

Page 79: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

6.1.5 Ketentuan Insentif

Ketentuan insentif adalah ketentuan yang mengatur tentang pemberian

imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan kegiatan yang didorong

perwujudannya dalam rencana tata ruang dan rencana zonasi. Ketentuan insentif

disusun berdasarkan:

a. rencana pemanfaatan ruang WP-3-K

b. ketentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona/sub zona

c. kriteria pemberian akreditasi

d. peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya

Standar dan pedoman pemberian insentif mencakup:

a. relevansi isu prioritas

b. proses konsultasi publik

c. dampak positif terhadap pelestarian lingkungan

d. dampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat

e. kemampuan implementasi yang memadai

f. dukungan kebijakan dan program pemerintah

Ketentuan mengenai tata cara pemberian insentif, diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Gubernur. Pemberian insentif dapat diberikan oleh Pemerintah Aceh

kepada Pemerintah Kabupaten /Kota baik masyarakat perorangan maupun lembaga.

Insentif dapat berupa pemberian kompensasi, urun saham, pembangunan serta

pengadaan infrastruktur, penghargaan, keringanan pajak, imbalan, sewa ruang,

penyediaan infrastruktur, dan kemudahan prosedur perizinan.

6.1.6 Ketentuan Disinsentif

Ketentuan disinsentif adalah ketentuan yang mengatur tentang pengenaan

bentuk-bentuk kompensasi dalam pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-

pulau kecil, yang berfungsi sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi

pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan pemanfaatan

ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Ketentuan disinsentif disusun

berdasarkan:

a. rencana pemanfaatan ruang WP-3-K

b. ketentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona/ subzona

c. peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya

79

Page 80: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Tata cara dan mekanisme pemberian disinsentif diatur dengan Peraturan

Gubernur. Ketentuan mengenai tata cara pemberian disinsentif, diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Gubernur. Pemberian disinsentif dapat diberikan oleh Pemerintah

Aceh kepada Pemerintah Kabupaten /Kota baik masyarakat perorangan maupun

lembaga. Disinsentif dapat berupa pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan

kompensasi, penalti, pengenaan pajak yang tinggi, dan pembatasan kompensasi

6.1.7 Arahan Pengenaan Sanksi

Arahan pengenaan sanksi adalah merupakan tindakan penertiban yang

dilakukan terhadap setiap orang yang melakukan pelanggaran di bidang perencanaan

zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Pelanggaran di bidang perencanaan

zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi:

a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana zonasi WP-3-K Aceh

b. pemanfaatan ruang WP-3-K yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang

WP-3-K yang diberikan oleh pejabat yang berwenang

c. menghalangi akses terhadap kawasan yang dinyatakan oleh peraturan

perundang-undangan sebagai milik umum

Pelanggaran dalam penyelenggaraan perencanaan zonasi wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil, pihak yang melakukan penyimpangan dikenakan sanksi meliputi

sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Pengenaan sanksi diberikan kepada

pemanfaat ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang tidak sesuai dengan

ketentuan perizinan pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dan

kepada pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang

yang tidak sesuai dengan rencana zonasi. Arahan pengenaan sanksi administratif

ditetapkan berdasarkan:

a. hasil pengawasan pemanfaatan ruang WP-3-K

b. tingkat simpangan implementasi rencana zonasi WP-3-K

c. kesepakatan antar instansi yang berwenang

d. peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya

Setiap orang yang melanggar ketentuan, dikenai sanksi administratif berupa:

a. Peringatan, peringatan diberikan oleh Gubernur atau pejabat yang ditunjuk

melalui penerbitan surat peringatan tertulis sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali

80

Page 81: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

b. Penghentian sementara, pembekuan sementara dilakukan melalui langkah-

langkah sebagai berikut:

penerbitan surat perintah penghentian kegiatan sementara dari Gubernur

atau pejabat yang ditunjuk

apabila pelanggar mengabaikan perintah penghentian kegiatan sementara,

Gubernur atau pejabat yang ditunjuk, menerbitkan surat keputusan

pengenaan sanksi penghentian sementara secara paksa terhadap kegiatan

pemanfaatan ruang

Gubernur atau pejabat yang ditunjuk, memberitahukan kepada pelanggar

mengenai pengenaan sanksi penghentian kegiatan pemanfaatan ruang dan

akan segera dilakukan tindakan penertiban oleh aparat penertiban

berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, Gubernur atau pejabat

yang ditunjuk, dengan bantuan aparat penertiban melakukan penghentian

kegiatan pemanfaatan ruang secara paksa

setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, Gubernur atau pejabat

yang ditunjuk melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatan ruang

yang dihentikan tidak beroperasi kembali sampai dengan terpenuhinya

kewajiban pelanggar untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan

RZWP-3-K dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku

c. Denda administratif, denda administratif dikenakan secara tersendiri atau

bersama-sama dengan pengenaan sanksi administratif.

d. Pencabutan izin, pencabutan izin dilakukan melalui langkah-langkah sebagai

berikut:

penerbitan surat perintah penghentian kegiatan sementara dari Gubernur

atau pejabat yang ditunjuk

apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan,

Gubernur atau pejabat yang ditunjuk menerbitkan surat keputusan

pengenaan sanksi pencabutan izin pemanfaatan ruang

Gubernur atau pejabat yang ditunjuk memberitahukan kepada pelanggar

mengenai pengenaan sanksi pencabutan izin

Gubernur atau pejabat yang ditunjuk menerbitkan keputusan pencabutan

izin

81

Page 82: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang telah

dicabut, sekaligus perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan

ruang secara permanen yang telah dicabut izinnya

apabila pelanggar mengabaikan perintah untuk menghentikan kegiatan

pemanfaatan yang telah dicabut izinnya, Gubernur atau pejabat yang

ditunjuk melakukan penertiban kegiatan tanpa izin sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku

6.1.8 Gugatan Perwakilan

Dalam rangka memberikan rasa keadilan, masyarakat berhak mengajukan

gugatan perwakilan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan atas rencana

zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai peraturan perundang-undangan.

Gugatan terbatas pada tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu tanpa adanya

tuntutan ganti kerugian kecuali penggantian biaya atau pengeluaran yang nyata-nyata

dibayarkan.

Organisasi kemasyarakatan yang dapat mengajukan gugatan perwakilan

adalah organisasi resmi di wilayah tersebut atau organisasi nasional yang berbadan

hukum, memiliki anggaran dasar yang dengan tegas menyebutkan dengan tujuan

didirikannya organisasi untuk kepentingan pelestarian lingkungan, telah

melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah

tangganya.

6.2 ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

6.2.1 Arahan Pemanfaatan Zona Pariwisata

Arahan pemanfaatan zona pariwisata dilakukan dengan cara:

a. meningkatkan daya tarik dan destinasi wisata

b. meningkatkan sarana dan prasarana kepariwisataan

c. meningkatkan produk wisata yang sesuai dengan sifat dan karakteristik

d. meningkatkan manajemen kepariwisataan

e. mengendalikan dampak negatif kegiatan pariwisata di wilayah pesisir.

82

Page 83: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

6.2.2 Arahan Pemanfaatan Zona Permukiman

Arahan pemanfaatan zona permukiman dilakukan dengan cara:

a. menyediakan area tempat tinggal yang nyaman dan ramah lingkungan

b. meningkatkan sarana & prasarana infrastruktur dasar penunjang permukiman

c. pengendalian perkembangan permukiman

d. meningkatkan penerapan mitigasi bencana

6.2.3 Arahan Pemanfaatan Zona Pelabuhan

Arahan pemanfaatan zona pelabuhan dilakukan dengan cara:

a. meningkatkan pelayanan kepelabuhanan

b. merevitalisasi sarana dan prasarana pelabuhan

c. meningkatkan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang pelabuhan

d. mengatur dan membina, mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan

kepelabuhanan

e. meningkatkan keselamatan dan keamanan pelayaran

6.2.4 Arahan Pemanfaatan Zona Hutan Mangrove

Arahan pemanfaatan zona hutan mangrove dilakukan dengan cara:

a. pengembangan budidaya dengan metode, alat dan teknologi yang tidak merusak

eksosistem pesisir dengan mempertimbangkan aspek ekologis dan aspek teknis

lainnya khususnya lingkungan;

b. pengembangan penangkapan ikan oleh nelayan kecil dengan alat yang ramah

lingkungan

c. pengembangnan pariwisata yang tidak menimbulkan dampak kerusakan

lingkungan

d. pengembangan rehabilitasi mangrove

e. pengembangan kegiatan penelitian dan pendidikan

f. pengembangan sarana dan prasarana dasar untuk kegiatan ekowisata

6.2.5 Arahan Pemanfaatan Zona Perikanan Tangkap

Arahan pemanfaatan zona perikanan tangkap dilakukan dengan cara:

a. memanfaatkan sumberdaya ikan secara lestari dan berkelanjutan

b. menjaga keamanan matapencaharian (livelihood security) masyarakat pesisir

83

Page 84: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

c. melaksanakan revitalisasi alat tangkap yang produktif dan ramah lingkungan

untuk meningkatkan produksi tangkapan

d. meningkatkan kemampuan dan keterampilan nelayan kecil

e. meningkatkan pengelolaan tempat pelelangan ikan

f. menerapkan teknologi rantai dingin pasca tangkap untuk menjaga kualitas hasil

tangkapan.

6.2.6 Arahan Pemanfaatan Zona Perikanan Budidaya

Arahan pemanfaatan zona perikanan budidaya dilakukan dengan cara:

a. pengembangan budidaya laut bagi kemaslahatan masyarakat pesisir

b. menata dan mengembangkan usaha perikanan budidaya berbasis kluster

c. meningkatkan sarana dan prasarana perikanan budidaya

d. mengembangkan sumberdaya manusia dan menerapkan teknologi budidaya laut

yang produktif dan ramah lingkungan

e. mengendalikan dan/atau mencegah kegiatan yang mengakibatkan terjadinya

penurunan kualitas air dan mengganggu kegiatan perikanan budidaya

6.2.7. Arahan Pemanfaatan Zona Pergaraman

Arahan pemanfaatan zona pergaraman dilakukan dengan cara:

a. pengembangan produksi garam bagi masyarakat pesisir

b. menata dan mengembangkan usaha pergaraman berbasis kluster

c. meningkatkan sarana dan prasarana pergaraman rakyat

d. mengembangkan sumberdaya manusia dan menerapkan teknologi pergaraman

yang produktif dan ramah lingkungan

e. mengendalikan dan/atau mencegah kegiatan yang mengakibatkan terjadinya

penurunan kualitas air dan mengganggu kegiatan produksi garam

6.2.8. Arahan Pemanfaatan Kawasan Konservasi

Arahan pemanfaatan kawasan konservasi dilakukan dengan cara:

a. meningkatkan pengelolaan kawasan konservasi yang adaptif, berbasis ekosistem,

keterpaduan dan kelestarian

b. meningkatkan kapasitas kelembagaan yang partisipatif dalam pemanfaatan

sumberdaya pesisir dan laut

84

Page 85: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

c. mengintegrasikan dan mensinergikan fungsi kawasan dengan pembangunan di

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

d. memberdayakan kelompok sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat kawasan

konservasi

e. mengendalikan aktivitas penangkapan ikan skala kecil di zona lainnya sesuai

dengan peruntukan kawasan konservasi

f. monitoring dan evaluasi pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut di kawasan

konservasi

g. melindungi serta melestarikan sumberdaya dan ekosistemnya melalui

pengendalian pemanfaatan di kawasan konservasi

6.2.9. Arahan Pemanfaatan Kawasan Pengelolaan Panglima Laot

Arahan pemanfaatan zona panglima laot dilakukan dengan cara:

a. pengembangan dan pembangunan infrastruktur untuk kepentingan umum yang

dilakukan dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan, keserasian

wilayah dan menunjang kegiatan perikanan masyarakat

b. kegiatan pembangunan yang memerlukan reklamasi harus disertai terlebih

dahulu dengan studi kelayakan (secara lingkungan, sosial, fisik dan ekonomi),

studi analisis mengenai dampak lingkungan, dan pengaruhnya dalam jangka

pendek dan panjang serta skala keluasannya sesuai peraturan perundangan yang

berlaku

c. menghindari dan meminimalisir kemungkinan timbulnya dampak negatif dari

kegiatan lain yang berdampak terhadap perikanan masyarakat, diperlukan

pengendalian yang ketat bersama masyarakat

6.2.10 Arahan Pemanfaatan Alur Pelayaran

Arahan pemanfaatan alur pelayaran dilakukan dengan cara:

a. menetapkan sistem rute

b. menetapkan tata cara berlalu lintas

c. menetapkan daerah labuh jangkar sesuai dengan kepentingannya

d. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengawasan dan mengendalikan

alur pelayaran

e. meningkatkan keselamatan dan keamanan pelayaran

f. memasang tanda batas dan rambu pelayaran

85

Page 86: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

g. melaksanakan pemeliharaan rutin dan/atau berkala alur pelayaran

6.3 PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-

pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan, dilakukan pengawasan dan/atau

pengendalian terhadap pelaksanaan ketentuan di bidang pengelolaan wilayah pesisir

dan pulau-pulau kecil, oleh pejabat tertentu yang berwewenang di bidang

pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan sifat pekerjaaannya

dan diberikan wewenang kepolisian khusus. Masyarakat dapat berperan serta dalam

pengawasan dan/atau pengendalian pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil.

6.3.1. Pembinaan

Untuk menjamin tercapainya tujuan RZWP-3-K dalam penyelenggaraan

penataan ruang di daerah, dilakukan pembinaan terhadap kinerja pengaturan dan

pelaksanaan RZWP-3-K oleh Pemerintah Aceh.

Pembinaan terdiri atas sosialisasi, pemantauan, evaluasi, pelaporan, dan

penertiban. Pembinaan dilakukan oleh Pemerintah Aceh sesuai dengan

kewenangannya, dengan melibatkan peran serta masyarakat. Ketentuan lebih lanjut

mengenai pembinaan RZWP-3-K diatur dalam Peraturan Gubernur.

6.3.2 Pengawasan

Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-

pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan, dilakukan pengawasan dan/atau

pengendalian terhadap pelaksanaan ketentuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-

pulau kecil oleh pejabat tertentu yang berwewenang sesuai dengan sifat

pekerjaaannya dan diberikan wewenang kepolisian khusus.

Pengawasan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi

perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil secara terkoordinasi dengan instansi terkait sesuai dengan

kewenangannya. Pengawasan secara terkoordinasi dengan instansi terkait dilakukan

dalam hal:

86

Page 87: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

a. pengumpulan dan perolehan dokumen rencana pengelolaan

b. pertukaran data dan informasi

c. tindak lanjut laporan/pengaduan

d. pemeriksaan sampel

e. kegiatan lain untuk menunjang pelaksanaan pengawasan wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil

Pengawasan terhadap pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

dilakukan berdasarkan alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang telah

ditetapkan dalam peraturan ini, yaitu kawasan pemanfaatan umum, kawasan

konservasi, kawasan strategis nasional tertentu dan alur laut serta kegiatan lain

seperti rehabilitasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, reklamasi di wilayah pesisir

dan pulau-pulau kecil, dan mitigasi bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Pengawasan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil harus memperhatikan kearifan

lokal dan masyarakat adat. Pengawasan oleh masyarakat dilakukan melalui

penyampaian laporan dan/atau pengaduan kepada pihak yang berwenang. Ketentuan

lebih lanjut mengenai pengawasan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

diatur dengan Peraturan Gubernur.

6.3.3 Pengendalian

6.3.3.1 Program Akreditasi

Dalam melaksanakan pengendalian pemerintah daerah wajib

menyelenggarakan akreditasi terhadap program pengelolaan wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil. Akreditasi harus memenuhi standar yang terdiri dari:

a. relevansi isu prioritas

b. proses konsultasi publik

c. dampak positif terhadap pelestarian lingkungan

d. dampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat

e. kemampuan implementasi yang memadai

f. dukungan kebijakan dan program pemerintah dan pemerintah daerah

Pemerintah daerah memberikan insentif kepada pengelola program

pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang telah mendapat akreditasi

berupa:

87

Page 88: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

a. bantuan program sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah yang dapat

diarahkan untuk mengoptimalkan program akreditasi

b. bantuan teknis.

Gubernur berwenang menyusun dan/atau mengajukan usulan akreditasi

program pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang menjadi

kewenangannya kepada gubernur dan/atau pemerintah sesuai dengan standar dan

pedoman. Organisasi masyarakat dan/atau kelompok masyarakat dapat menyusun

dan/atau mengajukan usulan akreditasi program pengelolaan wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil kepada pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan

standar dan pedoman. Ketentuan lebih lanjut mengenai program akreditasi diatur

dengan Peraturan Gubernur.

6.3.3.2 Rehabilitasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Rehabilitasi dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan orang yang

memanfaatkan secara langsung atau tidak langsung wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil. Rehabilitasi wajib dilakukan apabila pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-

pulau kecil mengakibatkan kerusakan ekosistem atau populasi yang melampaui

kriteria kerusakan ekosistem atau populasi. Rehabilitasi dilakukan terhadap

ekosistem terumbu karang, mangrove, lamun, estuary, laguna, teluk, delta, gumuk

pasir, pantai, dan/atau populasi ikan. Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria

kerusakan dan tata cara rehabilitasi diatur dengan Peraturan Gubernur.

6.4 HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN SERTA MASYARAKAT

6.4.1 Hak Masyarakat dan Masyarakat Hukum Adat

Dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil masyarakat dan

mempunyai hak untuk:

a. memperoleh akses terhadap bagian perairan pesisir dan pulau-pulau kecil yang

sudah diberi izin lokasi dan izin pengelolaan

b. mengusulkan wilayah penangkapan ikan skala kecil ke dalam RZWP-3-K

c. mengusulkan wilayah masyarakat hukum adat ke dalam RZWP-3-K

88

Page 89: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

d. melakukan kegiatan pengelolaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil

berdasarkan hukum adat yang berlaku dan tidak bertentangan dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

e. memperoleh manfaat atas pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-

pulau kecil

f. memperoleh informasi berkenaan dengan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-

pulau kecil

g. mengajukan laporan dan pengaduan kepada pihak yang berwenang atas kerugian

yang menimpa dirinya yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil

h. melaporkan kepada penegak hukum akibat dugaan pencemaran dan/atau

perusakan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang merugikan kehidupannya;

i. mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap berbagai masalah wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil yang merugikan kehidupannya; dan

j. mendapat pendampingan dan bantuan hukum terhadap permasalahan yang

dihadapi dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan

6.4.2 Kewajiban Masyarakat

Masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

berkewajiban:

a. memberikan informasi berkenaan dengan pengelolaan wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil

b. menjaga, melindungi, dan memelihara kelestarian wilayah pesisir dan pulau-

pulau kecil

c. menyampaikan laporan terjadinya bahaya, pencemaran, dan/atau kerusakan

lingkungan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

d. memantau pelaksanaan rencana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil

e. melaksanakan program pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

yang disepakati di tingkat desa

6.4.3 Hak, Kewajiban dan Peran Serta Masyarakat

89

Page 90: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

6.4.3.1. Hak

Pemerintah daerah mengakui, menghormati, dan melindungi hak-hak

masyarakat adat, masyarakat tradisional, dan kearifan lokal atas wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil yang telah dimanfaatkan secara turun-temurun. Pengakuan hak-hak

masyarakat adat, masyarakat tradisional, dan kearifan lokal dijadikan acuan dalam

pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan. Dalam

pengelolaan WP-3-K masyarakat berhak untuk:

a. memperoleh akses terhadap bagian perairan pesisir yang sudah diberi izin lokasi

dan izin pengelolaan

b. mengetahui RZWP-3-K

c. memperoleh informasi berkenaan dengan pengelolaan WP-3-K

d. memperoleh manfaat atas pelaksanaan pengelolaan WP-3-K

e. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat

pelaksanaan kegiatan pembangunan sesuai dengan RZWP-3-K Aceh dengan

cara musyawarah di antara pihak yang berkepentingan

f. mengajukan keberatan kepada pejabat yang berwenang terhadap pembangunan

yang tidak sesuai dengan RZWP-3-K

g. mengajukan pembatalan izin dan permintaan penghentian pembangunan yang

tidak sesuai dengan RZWP-3-K kepada pejabat yang berwenang

h. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada Pemerintah/Pemerintah Aceh

dan/atau pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan

rencana zonasi menimbulkan kerugian

Pemerintah Aceh melalui dinas/instansi yang tugas dan tanggungjawabnya

dibidang kelautan dan perikanan wajib mensosialisasikan RZWP-3-K melalui media

informasi dan/atau langsung kepada aparat dan masyarakat

6.4.3.2. Kewajiban

Masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, dalam

pengelolaan WP-3-K Aceh agar tetap berkenlanjutan memiliki, keewajiban antara

lain:

a. berpartisipasi aktif dalam musyawarah untuk menentukan arah dan kebijakan

pengelolaan sumberdaya di WP-3-K

90

Page 91: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

b. berperan serta dalam upaya perlindungan dan pelestarian serta rehabilitasi

fungsi-fungsi ekologis WP-3-K

c. menjaga dan mempertahankan objek-objek sumberdaya pesisir dan pulau-pulau

kecil yang bernilai ekonomis dan bernilai ekologis

d. melindungi dan mempertahankan nilai ekonomis dan ekologis atas sumberdaya

pesisir dan pulau-pulau kecil

e. mencegah terjadinya kerusakan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil

f. menaati rencana zonasi yang telah ditetapkan

g. memanfaatkan zona sesuai dengan izin pemanfaatan zona dari pejabat yang

berwenang

h. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan zona

i. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-

undangan dinyatakan sebagai milik umum

6.4.3.3. Peran Serta Masyarakat

Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk berperan serta dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengelolaan wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil. Ketentuan mengenai peran serta masyarakat dalam pengelolaan

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil diatur lebih lanjut dalam Peraturan Gubernur.

Penyusunan RZWP-3-K dilakukan oleh Pemerintah Aceh dengan melibatkan

peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat dalam RZWP-3K dilakukan pada

tahap:

a. perencanaan zonasi WP-3-K

b. pemanfaatan zona

c. pengendalian pemanfaatan zona

Bentuk peran serta masyarakat dalam penyusunan rencana zonasi dapat berupa

masukan mengenai:

a. persiapan penyusunan zonasi WP-3-K

b. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan

c. pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan

d. perumusan rencana zonasi

e. penyusunan rencana alokasi ruang

91

Page 92: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

f. Memberikan masukan untuk arahan kerjasama pemerintah dengan unsur

masyarakat

Bentuk peran serta masyarakat dalam pemanfaatan zona dapat berupa:

a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan zona

b. kerja sama dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Aceh dan/atau sesama unsur

masyarakat dalam pemanfaatan zona

c. kegiatan memanfaatkan zona yang sesuai dengan kearifan lokal dan RZWP-3K

yang telah ditetapkan

d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan WP-3-K

dengan memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan

e. kegiatan menjaga kepentingan pertahananan negara serta memelihara dan

meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumberdaya alam

f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan WP-3-K sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

Bentuk peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan zona dapat berupa: a. masukan mengenai arahan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif

serta pengenaan sanksi

b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan kegiatan

pemanfaatan zona yang telah ditetapkan

c. pelaporan kepada instansi atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan

kegiatan pemanfaatan zona yang melanggar rencana zonasi yang telah

ditetapkan dan adanya indikasi kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan,

tidak memenuhi standar pelayanan minimal dan/atau masalah yang terjadi di

masyarakat dalam penyelenggaraan zonasi WP-3-K

d. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat publik yang dipandang tidak

sesuai dengan rencana zonasi

Peran serta masyarakat dalam penyusunan RZWP-3-K dapat disampaikan

secara langsung dan/atau tertulis. Peran serta masyarakat dapat disampaikan kepada

Gubernur dan/atau pejabat berwenang. Peran serta masyarakat juga dapat

disampaikan melalui unit kerja terkait pada Gubernur.

92

Page 93: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Pelaksanaan peran serta masyarakat dilakukan secara bertanggung jawab sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan menghormati norma

agama, kesusilaan, dan kesopanan.

Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat, Pemerintah Aceh

melaksanakan pelayanan minimal dalam rangka pelaksanaan peran serta masyarakat

dalam penataan ruang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pelaksanaan tata cara peran serta masyarakat dalam zonasi WP-3-K

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

6.5 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pemerintah daerah berkewajiban memberdayakan masyarakat dalam

meningkatkan kesejahteraannya. Pemerintah daerah berkewajiban mendorong

kegiatan usaha masyarakat melalui peningkatan kapasitas, pemberian akses teknologi

dan informasi, permodalan, infrastruktur, jaminan pasar, dan aset ekonomi produktif

lainnya. Dalam upaya pemberdayaan masyarakat, pemerintah daerah mewujudkan,

menumbuhkan, dan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab dalam:

a. pengambilan keputusan

b. pelaksanaan pengelolaan

c. kemitraan antara masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah daerah

d. pengembangan dan penerapan kebijakan nasional di bidang lingkungan hidup

e. penerapan upaya preventif dan proaktif untuk mencegah penurunan daya

dukung dan daya tampung wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

f. pemanfaatan dan pengembangan teknologi yang ramah lingkungan

g. penyediaan dan penyebarluasan informasi lingkungan

h. pemberian penghargaan kepada orang yang berjasa di bidang pengelolaan

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pemberdayaan masyarakat diatur

dengan Peraturan Gubernur.

6.6 PENYIDIKAN

Selain pejabat penyidik kepolisian negara Republik Indonesia, pejabat

pegawai negeri sipil tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang

pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, diberi wewenang khusus sebagai

93

Page 94: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

penyidik sebagaimana dimaksud dalam kitab undang-undang hukum acara pidana.

Pejabat pegawai negeri sipil tertentu adalah penyidik pegawai negeri sipil. Penyidik

pegawai negeri sipil berwenang:

a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana

bidang kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

b. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan tentang adanya

tindak pidana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

c. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai saksi atau tersangka

dalam perkara tindak pidana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

d. melakukan pemeriksaan prasarana wilayah pesisir dan menghentikan peralatan

yang diduga digunakan untuk melakukan tindak pidana pengelolaan wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil

e. menyegel dan/atau menyita alat-alat kegiatan yang digunakan untuk melakukan

tindak pidana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai alat

bukti

f. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan tindak

pidana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

g. membuat dan menandatangani berita acara pemeriksaan

h. melakukan penghentian penyidikan

i. mengadakan tindakan lain menurut hukum

j. menghentikan penyidikan

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana

pelanggaran zonasi WP-3-K menuruthukum yang dapat dipertanggungjawabkan

Penyidik pejabat pegawai negeri sipil memberitahukan dimulainya

penyidikan kepada penyidik pejabat kepolisian negara Republik Indonesia. Penyidik

pejabat pegawai negeri sipil menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum

melalui penyidik pejabat kepolisian negara Republik Indonesia.

6.7 KETENTUAN PIDANA

1. Setiap orang yang tidak mentaati RZWP-3-K Aceh dan memanfaatkan ruang

yang tidak sesuai dengan izin dipidana kurungan dan/atau denda sesuai

dengan peraturan perundang undangan

94

Page 95: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

2. Dalam hal terjadi kerusakan akibat pelanggaran di wilayah pesisir karena

kelalaian, setiap orang yang tidak mentaati RZWP-3-K Aceh dan

memanfaatkan ruang yang tidak sesuai dengan izin dipidana kurungan

dan/atau denda sesuai dengan peraturan perundang undangan

3. Setiap orang yang memanfaatkan sumberdaya perairan pesisir dan perairan

pulau-pulau kecil yang tidak memiliki izin pengelolaan dipidana dengan

kurungan dan/atau denda sesuai dengan peraturan perundang undangan

4. Setiap orang yang karena kelalaiannya tidak melaksanakan kewajiban

rehabilitasi atau tidak melaksanakan kewajiban reklamasi sesuai dengan

aturan dalam Qanun Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Aceh dipidana dengan kurungan dan/atau denda sesuai dengan peraturan

perundang-undangan

6.8 PEMBIAYAAN

Pembiayaan pengelolaan RZWP-3-K Aceh dapat bersumber dari:

a. anggaran pendapatan dan belanja negara

b. anggaran pendapatan dan belanja Aceh

c. anggaran pendapatan dan belanja kabupaten/kota

d. sumber pembiayaan lainnya yang sah dan tidak mengikat

95

Page 96: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

BAB VII

INDIKASI PROGRAM

Arahan pemanfaatan ruang wilayah Aceh disusun dengan kriteria:

1. Mendukung perwujudan rencana alokasi ruang dan pengembangan kawasan

strategis wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

2. Mendukung program utama penataan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

wilayah nasional

3. Realistis, obyektif, terukur, dan dapat dilaksanakan dalam jangka waktu

perencanaan

4. Konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang disusun, baik dalam

jangka waktu tahunan maupun antar lima tahunan

5. Sinkronisasi antar program harus terjaga dalam satu kerangka program terpadu

pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

Arahan pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di

Aceh memiliki beberapa fungsi diantaranya:

1. Sebagai acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam perencanaan, penataan dan

pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

2. Sebagai arahan dalam penyusunan program sektoral (besaran, lokasi, sumber

pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan)

3. Sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan setiap jangka waktu 5 (lima) tahun.

4. Sebagai acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi

5. Sebagai arahan alokasi ruang yang lebih rinci

6. Sebagai alat pengendali pengembangan kawasan, menjamin agar pembangunan

baru tidak mengganggu pemanfaatan ruang yang telah sesuai dengan rencana

alokasi ruang dan menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana zonasi

7. Sebagai alat kontrol untuk mencegah dampak pembangunan yang merugikan

Penyusunan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Aceh

mencakup berbagai aspek pemanfaatan sehingga perlu klasifikasi fungsi dari alokasi

ruang yang ditetapkan. Pemaparan zonasi dalam matrik disajikan dengan

mempertimbangkan setiap pemanfaatan ruang dan fungsi.

Arahan pemanfaatan pada rencana alokasi ruang Rencana Zonasi

Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Aceh disajikan dalam Tabel 6.1

1

Page 97: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Tabel 6.1.Arahan pemanfaatan kawasan RZWP – 3 – K Aceh

Pemanfaatan umum Konservasi Perairan

Pariwisata Kawasan Konservasi Perairan

Permukiman Kawasan Lindung Lainnya

Pelabuhan

Hutan Mangrove Strategis Nasional

Perikanan Budidaya Kawasan Perbatasan

Perikanan TangkapKawasan Pertahanan

Negara

Pergaraman Daerah Ranjau

Daerah Pembuangan

Amunisi

Kawasan Lanal

Kawasan Lantamal

Daerah Fasilitas

Pemeliharaan dan

Perbaikan

KAPET Bandar Aceh

Darussalam

Kawasan Perdagangan dan

Pelabuhan Bebas Sabang

Strategis Nasional Tertentu

Pulau-pulau Kecil Terluar

Alur Laut

Alur Pelayaran

Migrasi Biota Laut

Kabel dan Pipa Bawah

Laut

2

Page 98: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

BAB VII

INDIKASI PROGRAM

Indikasi prioritas program, skema tahun rencana pelaksanaan dan indikasi lokasi program pembangunan di wilayah

pesisir Aceh dapat dilihat pada Tabel 7.1.

Tabel 7.1Indikasi Prioritas Program

NProgra

m Utama

Lokasi

Sumber Dana

Instansi

Pelaksana

Besaran

Pendanaan (Rp. x 1.000)

TAHAP I

(Tahun ke)

TAHAP II

(Tahun ke)

TAHAP III

(Tahun ke)

TAHAP IV (Tahun

ke)Volume

Satuan

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

A. RENCANA PEMANFAATAN KONSERVASI1 Pemanfaatan Kawasan Konservasi

Pelaksanaan P3D Kawasan Konser

Provinsi Aceh

APBN,

DKP, Bi

3 Kegiat

1.500.000

3

Page 99: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

vasi Perairan

APBA

ro Hukum, BKA

an

Pembentukan Unit Pengelola Kawasan Konservasi Perairan

Provinsi Aceh

APBN , APBA

DKP,Biro Organisasi, BK

5 kegiatan

1.500.000

4

Page 100: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

AEvaluasi Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan di Kabupaten Aceh Besar dan wilayah pesisir Timur Aceh

Kabupaten: Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Ta

APBN , APBA

DKP, BPSPL Padang

7 kegiatan

2.100.000

5

Page 101: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

miang

Pencadangan KKPD(Aceh Tamiang, Abdya, Aceh Selatan)

Aceh Tamiang, Abdya, Aceh Selatan

DKP, BPSPL Padang

5

kegiatan

2.000.000

Penetapan Kawasan Konservasi Perairan (PISISI (Simelue), Aceh Jaya,

Simelue, Aceh Jaya, Aceh Besar

APBN , APBA

DKP¸ SETDA, KKP

3 kegiatan

900.000

6

Page 102: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Aceh Besar)

Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi (RPZ) di Kabupaten

Kabupaten: Tamiang, Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Selatan, Abdya, Simeulue

APBN, APBA,

DKP, BPSPL

6Keg

540.000

7

Page 103: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Penetapan Kawasan Konservasi Perairan ( Aceh Tamiang, Abdya, Aceh Selatan)

Aceh Tamiang, Abdya, Aceh Selatan

APBN , APBA

DKP¸ SETDA, KKP

3

kegiatan

1.500.000

Sosialisasi penetapan kawasan konservasi perairan kepada masyarakat

Simeulue, Aceh Jaya, Aceh Besar

APBN , APBA, LSM

DKP, KKP

3

kegiatan

300.000

8

Page 104: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Integrasi tata kelola kelembagaan kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau Kecil dengan kelembagaan adat

Seluruh Kabupaten Pesisir

APBN , APBA,

DKP, KKP, Kemedagri

7

kegiatan

1.050.000

Monitoring dan evaluasi pengelolaan kawasan konservasi pesisir dan pulau-

Seluruh Kabupaten Pesisir

APBN , APBA,

DKP, KKP

4 kegiatan

200.000

9

Page 105: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

pulau Kecil

K

Rehabilitasi ekosistem pesisir

Provinsi Aceh

APBN , APBA, LSM

DKP, DLHK

10

kegiatan

2.000.000

Pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan pada kawasan konservasi

Seluruh Kabupaten Pesisir

APBN , APBA,

DKP, BPM, DINSO

8 kegiatan

800.000

10

Page 106: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Swasta LSM

S

2 Perlindungan Daerah Rawan Abrasi, Banjir dan TsunamiIndentifikasi pesisir rawan bencana (abrasi, banjir, gelombang dan tsunami)

Seluruh Kabupaten Pesisir

APBA, APBN

DKP, DLHK KKP, BPBA,

3 kegiatan

450.000

11

Page 107: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

DINAS PERKIM

Pembangunan infrastruktur buatan pelindung pantai /alami untuk penanggulangan abrasi, banjir, dan tsunami

Pesisir rawan abrasi, banjir dan tsunami

APBA, APBN

DINAS SDA DLHK, BP

2000

M 20.000.000

12

Page 108: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

BA

Rehabili tasi pada kawasan rawan gelombang pasang, abrasi, banjir, dan tsunami

Seluruh Kabupaten Pesisir

APBA, APBN, APBK

DKP, Dinas SDA, BPBA

100000

Hektar

1.000.000

Konservasi habitat (mangrove, terumbu karang, dan padang lamun)

Seluruh Kabupaten Pesisir

APBA, APBN

DKP, DLHK

3 kegiatan

3.000.000

13

Page 109: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

, APBK

, Dinas SDA, BPSPL Padang, BKSD

14

Page 110: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

A3 Penguatan Kelembagaan Masyarakat Dalam Menjaga Dan Melestarikan Lingkungan

Penguatan kelembagaan pengelola sumberdaya alam berbasis adat

Seluruh Kecamatan Pesisir

APBA, APBN

DKP, KKP

9kegiatan

450.000

Peningkatan pengawasan pemanfaatan ruang

Seluruh Kecamatan Pesisir

APBA, APBN

DKP, KKP, BPSPL Pada

4 kegiatan

800.000

15

Page 111: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

ng, PSDKP, BKSDA

Integrasi pengawasan (integrasi POKMASWAS dengan Panglima Laot)

Seluruh Kecamatan Pesisir

APBA, APBN

DKP, KKP, Polai

72 Lokasi

3.600.000

16

Page 112: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

rud, BKSDA, PSDKP, LSM

Integrasi tata kelola sumberdaya perikanan berbasis Lhok (panglima laot) dengan tata kelola kawasan

Seluruh Kecamatan Pesisir

APBA, APBN

DKP, KKP,

72 Lokasi

3.600.000

17

Page 113: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

konservasi

BKSDA, DLHK,PSDKP, LSM

B RENCANA PEMANFAATAN KAWASAN PEMANFAATAN UMUM1 Pengembangan Rencana Induk

menyusun rencana induk pengembangan investasi

Seluruh Kabupaten

APBA,

Disbu

1 kegiatan

500.000

18

Page 114: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

sektor maritim

Pesisir

APBN

dpar, DKP, Bainprom, Bappeda

2 Pemanfaatan Zona PariwisataPeningkatan Des A D 6 lok

19

Page 115: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

sarana prasarana wisata

tinasi wisata pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil

PBA, APBN

isbudpar, DKP, KKP

asi3.000.000

Pengembangan destinasi pariwisata bahari

Destinasi wisata pesisir, dan PPK

APBA, APBN

Disbudpar, DK

7 kegiatan

3.000.000

20

Page 116: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

P, KKP

Identifikasi kondisi sarana prasarana dermaga daerah tujuan wisata

Destinasi wisata pesisir, dan PPK

APBA, APBN

Disbudpar, DKP, KKP

12kegiatan

3.300.000

Perencanaan kawasan wisata bahari terpadu

Destinasi wisata pesi

APBA, A

Disbud

1 kegiatan

150.000

21

Page 117: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

sir, dan PPK

PBN

par, DKP, KKP

Pelibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan zona/sub zona pariwisata

Seluruh Kabupaten Pesisir

APBA, APBN, Swasta, L

Dinas Pariwisata d

30 kelompok

900.000

22

Page 118: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

SM

an ekonomi kreatif, LSM

Pengendalian dampak negatif kegiatan pariwisa ta di zona/sub zona pariwisata

Seluruh Kabupaten Pesisir

APBA, APB

Dinas Pa

6 lokasi

300.000

23

Page 119: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

N, Swasta, LSM

riwisata, DKP, DLHK

3 Pemanfaatan Zona PermukimanPeningkatan sarana prasarana permukiman pesisir

Kecamatan Pesisir

APBA, APBN

Dinas SDA,

1 lokasi

12.000.000

24

Page 120: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Kem PUPR, KKP

Pengawasan dan pengendalian pembangunan perumahan dan kawasan permukiman pesisir

Kecamatan Pesisir

APBA, APBN

Dinas Perkim

1lokasi

1.000.000

4 Pemanfaatan Zona PelabuhanIdentifikasi kondisi sarana pelabuhan

Kecamatan Pesisir

APBA

Dishu

18 unit

90.000

25

Page 121: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

b, DKP

Pembangunan dan pengembangan pelabu han pengumpan

Kecamatan Pesisir

APBA, APBN

Dishub, Kem Hub, KKP

5

pelabuhan

5.000.000

Penataan ruang kawasan sekitar pelabu han perikanan

Kecamatan Pesisir

APBA

Dishu

8 pelabu

8.000.000

26

Page 122: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

b, PUPR,DKP

han

Revitalisasi sarpras pelabuhan

Seluruh Kabupaten Pesisir

APBA, APBN

Dishub, Dinas Perkim

7

pelabuhan

7.000.000

27

Page 123: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Peningkatan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang pelabuhan

Seluruh Kabupaten Pesisir

APBA, APBN

Dishub

7

pelabuhan

7.000.00

0

Pengendalian dan pelaksanaan pengawasan kegiatan kepelabuhanan

Seluruh Kabupaten Pesisir

APBA, APBN

Dishub

61lokasi

12.200.0

00

Pembuatan dan pengesahan dokumen WKOPP (untuk pelabuhan perikanan yang belum menyusun)

Seluruh Kabupaten Pesisir

APBA, APBN

DKP, KKP

16lokasi

3.200.00

0

Pembuatan dan pengesahan dokumen

Seluruh Kabupate

APBA

Dish

18 lokasi

3.600.00

0

28

Page 124: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

DLKr dan DLKp (untuk pelabuhan umum yang belum menyusun)

n Pesisir

, APBN

ub, Kem Hub

Pengembangan sistem pemantauan pelabuhan Aceh

Seluruh Kabupaten Pesisir

APBA, APBN

DLHK, BKSDA, DKP, BP

18 lokasi

10.000.0

00

29

Page 125: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

SPL Padang, KLHK

5 Hutan MangroveSosialisasi nilai penting ekologi, ekonomi dan fisik dari kawasan hutan mangrove kepada masyarakat

Seluruh Kabupaten/Kota Pesisir

APBN , APBA

DKP, KKP

18 lokasi

9.000.000

Rehabili tasi ekosistem mangrove

Seluruh Kabupa

APBN

DKP,

31000

Hektar

15.000.000

30

Page 126: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

ten Pesisir

, AP

DLH6 Pemanfaatan Zona Perikanan Tangkap

Sosialisasi zona perikanan tangkap

Seluruh Kecamatan Pesisir

APBA, APBN

DKP, KKP, PSDKP, POLAIR

18lokasi

3.600.00

0

Rencana pengelolaan

Seluruh

AP

DK 18 lo

k1.

000.00

31

Page 127: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

perikananKec. Pesisir

BA, APBN

P, KKP, Swasta

asi 0

Pedampingan kelompok nelayan perikanan tangkap

Seluruh Kec. Pesisir

APBA, APBN

DKP, KKP

360

kelompok

3.600.00

0

Pembangunan tempat pelelangan ikan

Seluruh Kabupaten Pesisir

APBA, APB

DKP, KKP

10 titik

10.000.0

00

32

Page 128: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

N

Pemeliharaan berkala tempat pelelangan ikan

Seluruh Kabupaten Pesisir

APBA, APBN

DKP, KKP

18lokasi

900.00

0

Pembangunan dan pengembangan sarpras produksi perikanan tangkap

Seluruh Kabupaten Pesisir

APBA, APBN

DKP, KKP

8 titik

4.000.000

Peningkatkan fungsi pelabuhan perikanan samudera

Kota Sabang, Kota Banda Aceh

APBA, APBN

DKP, KKP

2lokasi

2.000.000

7 Pemanfaatan Zona Perikanan Budidaya

33

Page 129: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Pengembangan komoditi unggulan perikanan budidaya

18 Kabupaten Kota

APBN,APBA

DKP,KKP

65Lokasi

64.600.000

Pemetaan kesesuaian lahan komoditi unggulan

18 Kabupaten Kota

APBN,APBA

DKP,KKP

65Lokasi

30.500.000

Pengembangan lokasi keramba jaring apung di zona/sub zona budidaya

Kabupaten/Kota pesisir

APBN, APBA,APB

DKP, KKP

18 lokasi

18.000.00

0

34

Page 130: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

K8 Pemanfaatan Wilayah Kelola Panglima Laot

Sosialisasi RZWP-3-K Aceh

Seluruh Kabupaten Pesisir

APBA

SKPA Terkait, SKPD Terkait

18 lokasi

900.000

Membangun SOP mekanisme

Seluruh Kec

APB

DKP

18 lokasi

2.000.000

35

Page 131: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

pemantauan dan pengawasan pemanfaatan wilayah kelola Panglima Laot

amatan Pesisir

A, APBN

, KKP

Pelatihan dan pendampingan Panglima Laot dalam pemantauan dan pengawasan pemanfaatan wilayah kelola Panglima Laot

Seluruh Kecamatan Pesisir

APBA, APBN

DKP, KKP

176

orang

1.000.000

Peningkatan operasional pengawasan sumber daya perikanan

Seluruh Kecamatan Pesisir

APBA, APBN

DKP, KKP,

176

lhok

10.000.000

36

Page 132: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

BPSPL, PSDKP, BKSDA, LSM

Integrasi tata kelola sumberdaya perikanan berbasis Lhok (panglima

Seluruh Kecamatan Pesisir

APBA, AP

DKP, KK

176

`lhok

5.000.0

00

37

Page 133: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

laot) dengan tata kelola kawasan konserva si

BN

P, BKSDA, PSDKP, LSM

melakukan fasilitasi untuk penyusunan rencana pengelolaan wilayah kelola panglima laot lhok diseluruh

Seluruh Kecamatan Pesisir

APBA, APBN

DKP, KKP, B

176

lhok

500.000.000

38

Page 134: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Aceh

PSPL, PSDKP, BKSDA, LSM

Penyusunan Peraturan Gubernur tentang mekanisme tata cara pengelolaan wilayah

Seluruh Kecamatan Pesisir

APBA, APB

DKP, KKP

176

lhok

500.000.000

39

Page 135: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

kelola Panglima Laot

N

, BPSPL, PSDKP, BKSDA, LSM

C RENCANA PEMANFAATAN ALUR LAUT1 Alur Pelayaran

Penetapan sistem alur

Seluruh

AP

Ke

30 pel

2.000.00

40

Page 136: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

pelayaran

Kabupaten Pesisir

BA, APBN

menhub, Dishub, Sahbandar

abuhan

0

Peneta pan daerah labuh kapal sesuai dengan kepentingannya

Seluruh Kabupaten Pesi

APBA, A

Kemenh

30 pelabuh

2.000.00

0

41

Page 137: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

sirPBN

ub, Dishub, Sahbandar

an

Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian alur pelayaran

Seluruh Kabupaten Pesisir

APBA, APBN,

Kemenhub,

30 pelabuhan

2.000.00

0

42

Page 138: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Swasta

Dishub, Sahbandar

Pemasangan tanda batas dan rambu pelayaran

Seluruh Kabupaten Pesisir

APBA, APBN, Swas

Kemenhub, Dish

30 pelabuhan

1.000.00

0

43

Page 139: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

ta

ub, Sahbandar

Pengembangan jalur dan pelayaran

Seluruh Kabupaten Pesisir

APBA, APBN, Swasta

Kemenhub, Dishub,

50 pelabuhan

4.000.00

0

44

Page 140: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

Sahbandar

Peningkatan pemeliharaan rutin dan atau berkala alur pelayaran

Seluruh Kabupaten Pesisir

APBA, APBN

Kemenhub, Dishub, Sahb

100

pelabuhan

8.000.00

0

45

Page 141: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

andar

2 Perlintasan Migrasi Biota Laut

Identifikasi perlintasan biota (pola migrasi, tingkah laku, jenis-jenis biota laut migrasi)

Seluruh Kabupaten Pesisir

APBA, APBN

DKP,Unit Pengelola KKP

18 lokasi

5.000.000

Peningkatan peran serta masyarakat

Seluruh Kab

APB

DKP

1 kegiat

3.000.000

46

Page 142: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

dalam monitoring migrasi biota

upaten Pesisir

A, APBN

, Unit Pengelola KKP

an

Intergrasi perlintasan biota migrasi dengan aktivitas pelayaran, perikanan, pariwisata, dan pemanfaatan ruang laut

Seluruh Kabupaten Pesisir

APBA, APBN

DKP, Unit P

1 kegiatan

3.000.000

47

Page 143: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

lainnya engelola KKP, Dinas Pariwista,

48

Page 144: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

DISHUB,PSDKP, Sahbandar

49

Page 145: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

50

Page 146: BAB I · Web viewMenurut baku mutu air laut untuk biota laut, BOD permukaan air laut berada pada 20 mg/L (KepMenLH No. 51 Tahun 2004). Kisaran BOD di perairan laut Aceh adalah 0,36

1