BAB I (TEMPE)

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

I.Latar BelakangSumber utama protein di Indonesia bergantung pada tingkat ekonomi masyarakat. Untuk masyarakat dengan kelas ekonomi yang tergolong mampu dapat memperoleh sumber protein dari ayam, ikan, susu, dan daging. Namun untuk masyarakat yang kurang mampu sumber protein biasanya diperoleh dari makanan hasil olahan kacang-kacangan, seperti kacang kedelai. Kacang kedelai adalah salah satu sumber protein nabati yang kadar proteinnya tinggi yaitu sebesar 35%, dan pada varietas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40-44%. Selain itu juga mengandung asam lemak essensial, vitamin, dan mineral yang cukup. Di samping protein, kacang kedelai mempunyai nilai hayati yang tinggi setelah diolah karena kandungan susunan asam aminonya mendekati susunan asam amino pada protein hewani. Kacang kedelai dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan olahan baik dengan cara fermentasi maupun non fermentasi. Di Indonesia kacang kedelai diolah menjadi tempe, tahu, kembang tahu, kecap, tauco, dan susu kedelai. Tempe merupakan salah satu hasil fermentasi kedelai yang cukup terkenal di Indonesia sebagai makanan sehari-hari. Tempe dibuat dengan cara fermentasi kedelai menggunakan kapang Rhizopus sp (ragi tempe). Proses fermentasi menyebabkan kedelai terikat dan tertutup seluruhnya menjadi bentuk yang kompak berwarna putih. Selain karena harganya yang murah, tempe juga digemari karena diketahui mengandung komponen-komponen gizi tinggi seperti protein dan vitamin B. Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa tempe mengandung senyawa antioksidan. Nilai gizi yang tinggi pada tempe disebabkan oleh kapang yang tumbuh pada tempe dapat menghidrolisis sebagian selulosa menjadi bentuk yang lebih mudah dicerna oleh tubuh. Pembuatan tempe tergolong sederhana dan tradisional sehingga dapat dikatakan bahwa hampir semua orang dapat membuat tempe sendiri Karena kemudahan dalam proses pembuatannya maka industri pembuatan tempe di Indonesia umumnya dikerjakan oleh industri kecil atau industri rakyat yang belum mementingkan mutu tempe yang dihasilkan. Selama ini tempe yang ada di pasaran belum mencantumkan kadar nilai gizinya. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh lama fermentasi terhadap kadar protein yang ada pada tempe sehingga dapat menjamin bahwa proses pengolahan yang dilakukan tidak menurunkan nilai gizi dari bahan baku tempe yaitu kacang kedelai. II.Tujuan Pembuatan Makalah1. Mengetahui cara pengolahan tempe yang baik2. Mengetahui cara penetapan kadar protein pada tempe3. Mengetahui pengaruh lama fermentasi terhadap terhadap kadar protein pada tempe.

III.Manfaat Pembuatan Makalah1. Dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai cara pengolahan tempe yang baik sehingga tidak menurunkan nilai gizinya.2. Dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai cara penetapan kadar protein pada tempe3. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat (khususnya produsen tempe) mengenai pengaruh lama fermentasi terhadap kadar protein pada tempe.