34
1 Sedimentasi Bab I Proses Sedimentasi Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang terkandung dalam cairan oleh gaya gravitasi. Pada umumnya, proses sedimentasi dilakukan setelah proses koagulasi dan flokulasi di mana tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat. (Suparni, S.R , 2009) Sedimentasi merupakan pemisahan solid-liquid menggunakan pengendapan secara gravitasi untuk menyisihkan suspended solid. Biasanya sedimentasi diaplikasikan pada pengolahan air minum, maupun pengolahan air limbah. Dalam setiap aplikasinya, metode maupun peralatan yang digunakan relatif sama. Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir dari unit sistem pengolahan. Jika kekeruhan dari influent tinggi,sebaiknya dilakukan proses sedimentasi awal (primary sedimentation) didahului dengan koagulasi dan flokulasi, dengan demikian akan mengurangi beban pada treatment berikutnya. Sedangkan secondary sedimentation yang terletak pada akhir treatment gunanya untuk memisahkan dan mengumpulkan lumpur dari

Bab I proses sedimentasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

proses sedimentasi

Citation preview

Sedimentasi15Bab IProses SedimentasiSedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang terkandung dalam cairan oleh gaya gravitasi. Pada umumnya, proses sedimentasi dilakukan setelah proses koagulasi dan flokulasi di mana tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat. (Suparni, S.R , 2009)Sedimentasi merupakan pemisahan solid-liquid menggunakan pengendapan secara gravitasi untuk menyisihkan suspended solid. Biasanya sedimentasi diaplikasikan pada pengolahan air minum, maupun pengolahan air limbah. Dalam setiap aplikasinya, metode maupun peralatan yang digunakan relatif sama.Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir dari unit sistem pengolahan. Jika kekeruhan dari influent tinggi,sebaiknya dilakukan proses sedimentasi awal (primary sedimentation) didahului dengan koagulasi dan flokulasi, dengan demikian akan mengurangi beban pada treatment berikutnya. Sedangkan secondary sedimentation yang terletak pada akhir treatment gunanya untuk memisahkan dan mengumpulkan lumpur dari proses sebelumnya (activated sludge, OD) dimana lumpur yang terkumpul tersebut dipompakan ke unit pengolahan lumpur tersendiri.

Suatu konsep yang umum dari operasi sedimentasi ini dapat diperoleh dari suatu proses sedimentasi batch sederhana, yang dilakukan dengan mensuspensikan sejumlah padatan halus ke dalam air di dalam beberapa buah tabung dan menempatkan tabung-tabung tersebut secara vertikal. Waktu rata-rata berkurangnya ketinggian dari batas yang jelas antara cairan jernih dan endapan yang mengandung partikel-partikel disebut dengan kecepatan sedimentasi. Sedimentasi harus dilakukan pada suhu yang tetap untuk mencegah pergerakkan dari fluida atau terjadinya suatu proses konveksi yang disebabkan perbedaan massa jenis yang dihasilkan karena adanya perbedaan suhu.Flokulasi banyak yang terdiri dari partikel yang mempunyai muatan listrik yang mungkin positif atau negatif, dan partikel itu cenderung terdispersi karena adanya gaya saling tolak oleh muatan yang sama. Jika ditambahkan elektrolit, ion-ion yang terbentuk di dalam larutan itu akan menetralisasikan muatan partikel tadi. Partikel netral itu lalu dapat didiaglomerasikan menjadi flok-flok, yang masing-masingnya terdiri dari banyak partikel. Bila partikel semula bermuatan negatif, kation elektrolit itulah yang efektif, dan bila muatannya negatif, anion yang aktif. Metode lain untuk flokulasi mencakup penggunaan bahan aktif dan penambahan bahan, seperti perekat, gamping, aluminium, atau natrium silikat, yang menyeret partikel kotor turun bersamaan. Dalam sedimentasi yang diolah dengan benar hasil flokulasinya dapat dilihat dengan mata telanjang.Partikel yang terflokulasi mempunyai dua karakteristik pengendapan yang penting. Karakteristik pertama ialah bahwa struktur flok itu sangat rumit. Agregasinya longgar dan ikatan antara partikel-partikelnya sangat lemah, dan flok itu mengandung air yang cukup banyak di dalam strukturnya, yang ikut bersama flok itu turun kebawah. Unit sedimentasi merupakan peralatan yang berfungsi untuk memisahkan solid dan liquid dari suspensi untuk menghasilkan air yang lebih jernih dan konsentrasi lumpur yang lebih kental melalui pengendapan secara gravitasi. Secara keseluruhan, fungsi unit sedimentasi dalam instalasi pengolahan adalah:a. Mengurangi beban kerja unit filtrasi dan memperpanjang umur pemakaian unit penyaring selanjutnyab. Mengurangi biaya operasi instalasi pengolahan.Klasifikasi sedimentasi didasarkan pada konsentrasi dan kemampuan partikel berinteraksi. 1. Sedimentasi Tipe I/Plain Settling/Discrete particleMerupakan pengendapan partikel tanpa menggunakan koagulan. Pengendapan partikel diskret ini dilakukan secara individual dan tanpa interaksi antar partikel. Tujuan dari unit ini adalah menurunkan kekeruhan air baku dan digunakan pada grit chamber. Dalam perhitungan dimensi efektif bak, faktor-faktor yang mempengaruhi performance bak seperti turbulensi pada inlet dan outlet, pusaran arus lokal, pengumpulan lumpur, besar nilai G sehubungan dengan penggunaan perlengkapan penyisihan lumpur dan faktor lain diabaikan untuk menghitung performance bak yang lebih sering disebut dengan ideal settling basin.2. Sedimentasi Tipe II (Flocculant Settling) Pengendapan material koloid dan solid tersuspensi terjadi melalui adanya penambahan koagulan, biasanya digunakan untuk mengendapkan flok-flok kimia setelah proses koagulasi dan flokulasi. Selama dalam operasi pengendapan, terjadi interaksi antar partikel, ukuran partikel flokulen bertambah besar dan kecepatannya juga bertambahPengendapan partikel flokulen akan lebih efisien pada ketinggian bak yang relatif kecil. Karena tidak memungkinkan untuk membuat bak yang luas dengan ketinggian minimum, atau membagi ketinggian bak menjadi beberapa kompartemen, maka alternatif terbaik untuk meningkatkan efisiensi pengendapan bak adalah dengan memasang tube settler pada bagian atas bak pengendapan untuk menahan flokflok yang terbentuk.Faktor-faktor yang dapat meningkatkan efisiensi bak pengendapan adalah: Luas bidang pengendapan; Penggunaan baffle pada bak sedimentasi; Mendangkalkan bak; Pemasangan plat miring.3. Hindered Settling (Zone Settling)Merupakan pengendapan dengan konsentrasi koloid dan partikel tersuspensi adalah sedang, di mana partikel saling berdekatan sehingga gaya antar partikel menghalangi pengendapan partikel-partikel di sebelahnya. Partikel berada pada posisi yang relatif tetap satu sama lain dan semuanya mengendap pada suatu kecepatan yang konstan. Hal ini mengakibatkan massa pertikel mengendap sebagai suatu zona, dan menimbulkan suatu permukaan kontak antara solid dan liquid.4. Compression Settling Pengendapan jenis ini berada pada konsentrasi yang paling tinggi pada suspended solid dan terjadi pada jangkauan yang paling rendah dari clarifiers. Pengendapan partikel dengan cara memampatkan (compressing) massa partikel dari bawah. Tekanan (compression) terjadi tidak hanya di dalam zone yang paling rendah dari secondary clarifiers tetapi juga di dalam tangki sludge thickening.

Mekanisme Proses Pengendapan

Proses Sedimentasi. Sumber: CASIDAY et al. (1999)

Ilustrasi dari tingkat sedimentasi berbeda dengan koagulan.

Contoh sedimentasi skala kecil (percobaan laboratorium) :

Selain itu, dikenal juga proses sedimentasi batch.

Pada awal proses sedimentasi batch, konsentrasi batch dari padatan tetap seragam diseluruh bagian tabung. Segera setelah proses dimulai semua partikel dari semua padatan yang tersuspensi turun melalui fluida dengan kecepatan maksimum. Untuk padatan yang berukuran yang hampir sama semua partikel turun pada kecepatan yang hampir sama dan sebuah garis batas yang curam terlihat jernih supernatan (zone A) dan endapan (zone B) selama proses berlanjut. Didalam endapan yang mengandung partikel-partikel yang berbeda ukuran, termasuk padatan yang sangat halus, partikel-partikel yang berukuran yang lebih besar, mengendap lebih cepat, garis batasnya tidak terlalu curam dan larutan supernatannya mungkin berkabut atau keruh. Dalam tiap kasus, partikel-partikel yang berada dekat dengan bagian bawah tabung mulai menumpuk pada bagian dasar, menambah konsentrasi dari endapan (zone D). batas yang jelas antara zone B dan D mungkin tidak terlihat jelas, tapi pada setiap kasus lumpur yang berkonsentrasi semakin bertambah seiring dengan bertambahnya proses sedimentasi. Selama kedua batas terpisah relatif jauh, partikel-partikel padat pada zone b terus berjatuhan pada kecepatan maksimum yang konstan dan tidak terjadi perubahan dalam kecepatan sedimentasi terlihat sejak massa jenis atau konsentrasi dari padatan didalam suspensi dekat batas teratas tetap konstan.Laju sedimentasi contohnya grafik tinggi lumpur (batas antara zona A dan zone B) vs waktu yang ditunjukkan. Selama tahap awal pengendapan kecepatannya tetap, sebagaimana terlihat pada bagian kurva itu. Setelah zat padatnya didalam zona D laju pengendpan itu berkurang dan berangsur-angsur turun hingga hingga mencapai titik akhirnya. titik kritis dicapai pada titik C. Laju pengendapan lumpur berbeda-beda satu sama lain, demikian pula tinggi relatif berbagai zone pengendapannya. Untuk menentukan karakteristik pengendapannya secara teliti, setiap lumpur itu harus diperiksa dengan melakukan eksperimen terhadap masing-masingnya.

Bab IIAlat-Alat Dalam Sedimentasi Beserta Proses Kerjanya

1. Simple Gravity Settling Tank

Sebuah tangki sedimentasi dirancang untuk waktu retensi tertentu, memastikan aliran dengan turbulensi yang minimal. Desain dan susunan struktur inlet, outlet dan membingungkan yang penting dan perlu di perhatikan. Selain itu, desain harus memungkinkan untuk menghilangkan padatan yang terakumulasi di bagian bawah tangki. Hal ini paling sering dicapai dengan posisi menguras katup berdiameter besar pada titik terendah dari tangki. Lantai tangki harus lereng menuju katup ini sehingga padatan cenderung mengalir menuju titik ini. Sebuah tangki pengendapan khas sederhana Baffle ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Tangki Pengendapan SederhanaWaktu retensi air dalam tangki sedimentasi biasanya sekitar dua jam.

Biasanya struktur inlet tangki menetap akan mencakup penyekat vertikal yang berlubang agak jauh ke depan dari pipa inlet untuk mendistribusikan air secara merata di seluruh tangki. Air harus mengalir secara merata ke dalam tangki untuk menghindari turbulensi dan daerah stagnasi. Ada juga mungkin bendung melintasi lebar dari tangki sebelum membingungkan para. Rapid transit air di tangki harus dihindari sebagai waktu retensi akan terlalu rendah untuk memungkinkan padatan tersuspensi untuk menyelesaikan keluar.Zona menetap adalah area di mana padatan mengendap pada dasar tangki. Fitur penting adalah waktu retensi air di sini. Untuk perairan sebagian besar waktu retensi minimal dua jam diperlukan untuk menghapus lebih dari 50 persen dari padatan tersuspensi dalam air baku. Waktu retensi teoritis dan nyata sering berbeda karena desain tangki miskin menetap.Outlet dari tangki menetap adalah bendung yang mengumpulkan air diklarifikasi dari lapisan atas tangki setelah zona menetap.Zona lumpur adalah area di mana padatan menumpuk di bagian bawah tangki itu harus lereng menuju saluran pembuangan.Operasi dan pemeliharaan tank menetap sederhanaPemeliharaan rutin dari tangki pengendapan sederhana adalah terbatas pada penghapusan akumulasi padatan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menguras katup terhubung ke titik terendah dari tangki menetap.

Pemeriksaan Kebersihan Tangki Pengedapan (Sanitary Inspections of Simple Settling Tank )Pemeriksaan Kebersihan Tangki Pengedapan harus dilakukan secara teratur untuk memastikan bahwa tangki telah dibersihkan secara teratur dan benar. Selain itu, Pemeriksaan perlu dilakukan agar mengetahui apakah tangki itu berfungsi dengan benar atau tidak. Poin-poin penting dan pengamatan untuk membuat selama inspeksi sanitasi adalah : Katup pembuangan harus fungsional dan berminyak. Lantai tangki harus secara teratur dibersihkan. Para kekeruhan air di Outlet harus 70-90 persen lebih rendah daripada kekeruhan air baku. Jika kekeruhan pengurangan kurang dari 50 persen tangki harus dikuras dan dibersihkan.

2. Sedimentation Tank

Pada dasarnya, prinsip kerja semua tangki sedimentasi sama. Pada gambar di atas, tangki sedimentasi umum jenisnya antara lain adalah : (a) aliran persegi panjang tangki horisontal; (b) melingkar, aliran radial tangki; (c) hopper-bottomed, tangki aliran ke atasAda empat zona penting dalam tangki :(a) zona Inlet - di pusat, yang memiliki pelat penyekat bulat, aliran didirikan dalam arah radial seragam sehingga arus pendek tidak terjadi.(b) zona settling - air mengalir menuju outlet.(c) zona Outlet - di mana aliran tersebut konvergen.(d) zona sludge - di mana bahan menetap, dikumpulkan dan dipompa keluar.3. Classification Equipmenta. Simple Classifier

Dalam classifier sederhana, desainnya mirip dengan straight gravity settling tank, kecuali bahwa bagian bawah dibagi menjadi beberapa partisi yang sama. Cara kerjanya adalah partikel-partikel kasar terkumpul di ruang pertama, intermediet partikel terkumpul di tengah partisi, dan partikel halus, debu, akan ditangkap di partisi bagian terakhir. Kemudian, dengan mengeringkan bagian dari bawah dan sedimen terpisah akan terbentuk.b. Spitzkasten Chamber

Cara kerja Spitzkasten chamber berjalan seperti berikut. Serangkaian bangun kerucut dengan peningkatan ukuran sudah diatur dalam arah aliran (semakin ke kanan ukurannya semakin besar). Partikel-partikel kasar terkumpul dalam ruang kerucut pertama, dan meluber terus ke ruang kerucut berikutnya, di mana terjadi pemisahan lebih lanjut. Keunikan Spitzkasten Chamber adalah laju aliran di antara setiap ruang kerucut dapat diatur sesuai dengan derajat pemisahan yang diperlukan.

c. Thickeners

Pada dasarnya apa yang terjadi adalah bahan dimasukkan ke pusat tangki, beberapa meter di bawah permukaan cairan. Sekitar tepi atas adalah semacam outlet meluap yang hanya menghapus cairan bening bagian atas. Bagian bawah tangki berisi yang miring terus bergerak. Prinsip utamanya adalah menjaga kecepatan terminal partikel yang menetap lebih besar daripada kekuatan cairan yang dikompresi keluar dari zona yang lebih rendah. Jika kece[atannya lebih rendah, kekuatan cairan akan mendorong lebih kuat dan menciptakan daya apung yang besar sehingga memaksa partikel kembali dan tidak berhasil memisahkan padatan-cairannya.

Bab IIIAplikasi Sedimentasi

Water Treatment (Pengolahan Air)

Pada pengolahan air minum, terapan sedimentasi khususnya untuk:1. pengendapan air permukaan, khususnya untuk pengolahan dengan filter pasir cepat2. pengendapan flok hasil koagulasi-flokulasi, khususnya sebelum disaring dengan filter pasir cepat3. pengendapan flok hasil penurunan kesadahan menggunakan soda-kapur4. pengendapan lumpur pada penyisihan besi dan mangan.

Penyebab kontaminasi dalam sumber air yang ada harus dihilangkan sebelum air tersebut dikonsumsi publik. Sumber air permukaan, seperti sungai, kolam dan danau, sering terkontaminasi dan selalu terbuka kemungkinan terkena kontaminasi. Untuk alasan ini, air permukaan memerlukan pengolahan sebelum digunakan untuk keperluan minum.

Aplikasi teori sedimentasi pada pengolahan air minum adalah pada perancangan bangunan prasedimentasi dan sedimentasi II.a. PrasedimentasiBak prasedimentasi merupakan bagian dari bangunan pengolahan air minum yang berfungsi untuk mengendapkan partikel diskret yang relatif mudah mengendap (diperkirakan mengendap dalam 1-3 jam). Teori sedimentasi yang dipergunakan adalah teori sedimentasi tipe I karena teori ini mengemukakan bahwa pengendapan partikel berlangsung secara individu dan tidak terjadi interaksi antar partikel.b. Sedimentasi IIBak sedimentasi II merupakan bagian dari bangunan pengolahan air minum yang berfungsi untuk mengendapkan partikel hasil proses koagulasi-flokulasi yang relatif mudah mengendap (karena telah menggabung menjadi partikel berukuran besar). Tetapi partikel ini mudah pecah dan kembali menjadi partikel koloid. Teori sedimentasi yang dipergunakan dalam aplikasi pada bak sedimentasi II adalah teori sedimentasi tipe II karena teori ini mengemukakan bahwa pengendapan partikel berlangsung akibat adanya interaksi antar partikel.Proses pengolahan airPenyimpanan utama adalah penyimpanan air setelah abstraksi dan sebelum pengolahan. Ini membantu kelancaran variasi dalam kualitas dan kuantitas sumber air, dan dapat menyediakan cadangan sementara terhadap interupsi jangka pendek dari sumber. Penyimpanan utama harus mengurangi kekeruhan dan membantu dalam pengurangan patogen (mikroba penyebab penyakit). Jika air dalam penyimpanan dilindungi selama minimal 48 jam maka risiko penularan penyakit sangat berkurang karena serkaria tidak dapat menemukan host dan akan mati. Penyimpanan utama ini dilakukan pada sebuah tangki tertutup yang luas.Pra-filtrasi melalui media kasar seperti kerikil yang digunakan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan mikroorganisme dari air. Dalam pra-filtrasi, pengurangan kekeruhan air sangat berguna sebagai pengolahan pra-filtrasi pasir lambat. Operasi dan pemeliharaan pra-filtrasi umumnya mudah.

Figure 1. A horizontal gravel pre-filterDalam horizontal gravel pre-filter, digunakan bentuk pengolahan biologis yang sangat efisien dalam penghilangan patogen dari air. Filter ini menggunakan pasir halus sebagai media melalui air filter.. Horizontal gravel pre-filter mudah dalam mengoperasikan dan memelihara tetapi harus dilindungi terhadap kekeruhan di sumber air, misalnya dengan menggunakan pra-filtrasi. Sebuah filter pasir lambat sederhana ditunjukkan pada Gambar 2.Figure 2. A simple slow sand filterKoagulasi dan flokulasi melibatkan penambahan bahan kimia untuk air dalam rangka meningkatkan penghapusan padatan tersuspensi. Padatan bergabung bersama sebagai "flok" dan dihapus oleh sedimentasi dalam tangki menetap, atau klarifikasi. Kontrol proses diperlukan dan pemeliharaan penting untuk koagulasi dan flokulasi yang efisien. Sebuah flocculator sederhana ditunjukkan dalam Gambar 3.

Figure 3. A flocculatorTerjadi sedimentasi sederhana dalam tangki pengendapan besar di mana air mengalir stasioner atau lambat sehingga partikel dapat tenggelam ke bawah dan menetap. Tangki ini sering digabungkan dengan filter pasir lambat dan kombinasi teknologi pengolahan dapat efektif jika sumber air tidak terlalu keruh dan kekeruhan bukan karena partikel kecil (tanah liat dan lumpur halus). Sebuah sedimentor sederhana tipikal ditunjukkan pada Gambar 4.Figure 4. A simple sedimentorFilter pasir cepat adalah tangki di mana air lewat di bawah tekanan melalui suatu media filter, dan jenis pasirnya biasanya pasir kasar. Tangki-tangki biasanya terbuka, dalam hal ini, menyediakan tekanan untuk mendorong filtrasi. Filter ini tergolong sebagai filter yang cepat menghilangkan padatan efektif. Biasanya, gravity rapid sand filter digunakan untuk mengolah air di pabrik pengolahan air yang besar, yang melayani kota-kota besar. Figure 5. A gravity rapid sand filterPemantauan Pengolahan AirSangat penting bahwa proses pengolahan air perlu dipantau secara teratur untuk memastikan fungsi yang memadai dalam pengolahannya. Pemantauan harus melibatkan : Memeriksa kualitas air selama berbagai tahapan pengolahan dan ketika meninggalkan pabrik pengolahan. Minimal, pengujian wajibnya adalah pengujian residu klorin, pengujian kekeruhan, serta pengujian pH (tingkat keasaman air). Mengkonfirmasi bahwa semua proses beroperasi dalam batas-batas desain, misalnya, bahwa filter dan tangki pengendapan tidak over-load.Beberapa contoh gambar dari tangki sedimentasi yang digunakan dalam pengolahan air minum :

Circular clarifier

Pengolahan Air Limbah

Pada pengolahan air limbah, sedimentasi umumnya digunakan untuk: 1. penyisihan grit, pasir, atau silt (lanau). 2. penyisihan padatan tersuspensi pada clarifier pertama. 3. penyisihan flok / lumpur biologis hasil proses activated sludge pada clarifier akhir4. penyisihan humus pada clarifier akhir setelah trickling filter.

Aplikasi teori sedimentasi pada pengolahan air limbah :a. Grit ChamberGrit chamber merupakan bagian dari bangunan pengolahan air limbah yang berfungsi untuk mengendapkan partikel kasar/grit bersifat diskret yang relatif sangat mudah mengendap. Teori sedimentasi yang dipergunakan dalam aplikasi pada grit chamber adalah teori sedimentasi tipe I karena teori ini mengemukakan bahwa pengendapan partikel berlangsung secara individu dan tidak terjadi interaksi antar partikel.b. PrasedimentasiBak prasedimentasi merupakan bagian dari bangunan pengolahan air limbah yang berfungsi untuk mengendapkan lumpur sebelum air limbah diolah secara biologis. Meskipun belum terjadi proses kimia (misal koaguasi- flokulasi atau presipitasi), namun pengendapan di bak ini mengikuti pengendapan tipe II karena lumpur yang terdapat dalam air limbah tidak lagi bersifat diskret (mengingat kandungan komponen lain dalam air limbah, sehingga telah terjadi proses presipitasi). c. Final ClarifierBak sedimentasi II (final clarifier) merupakan bagian dari bangunan pengolahan air limbah yang berfungsi untuk mengendapkan partikel lumpur hasil proses biologis (disebut juga lumpur biomassa). Lumpur ini relatif sulit mengendap karena sebagian besar tersusun oleh bahan-bahan organic volatil. Teori sedimentasi yang dipergunakan dalam aplikasi pada bak sedimentasi II adalah teori sedimentasi tipe III dan IV karena pengendapan biomassa dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya pemampatan (kompresi).

Daftar PustakaGeankoplis, Christie John. Transport Processes and Separation Process Principles, 4th edition, Pearson Education Inc, New Jersey, 2003.Reynolds, Ton D. dan Richards, Paul A., Unit Operations and Processes in Environmental Engineering, 2nd edition, PWS Publishing Company, Boston, 1996Tchobanoglous, George, Wastewater Engineering, Treatment, Disposal, and Reuse, 3rd edition, Metcalf & Eddy, Inc. McGraw-Hill, Inc. New York, 1991.

Peavy, Howard S., Donald R. Rowe, dan George T., Environmental Engineering, McGraw-Hill Publishing Company, 1985

Sincero, Arcadio P. dan Gregorio A. Sincero, Environmental Engineering, Prentice Hall, 1996 CASIDAY, R.; NOELKEN, G.; FREY, R. (1999): Treating the Public Water Supply: What Is In Your Water, and How Is It Made Safe to Drink?. URL [Accessed: 03.08.2010].FOLKARD, G.; SUTHERLAND, J.; SHAW, R. (1998): Water Clarification using Moringa Oleifera Seed Coagulant. Loughborough: Water and Environmental Health at London and Loughborough (WELL). URL [Accessed: 02.08.2010].MECC (Editor) (): Lesson 9: Colloids and Coagulation. Big Stone Gap: Mountain Empire Community College (MECC). URL [Accessed: 03.08.2010].SRINIVASAN, P.T.; VIRARAGHAVAN, T.; SUBRAMANIAN K.S. (1999): Aluminium in Drinking Water: an Overview. In: Water SA 25, 47-55. URL [Accessed: 02.08.2010].WHO (Editor) (2008): Guidelines for Drinking-water Quality, Third Edition. Third Edition incorporating the First and Second Addenda. Geneva: World Health Organization (WHO). URL [Accessed: 31.03.2010].SANCHA, A. M. (2006): Review of Coagulation Technology for Removal of Arsenic: Case of Chile. In: Journal of Health, Population and Nutrition 24, 267-272. URL [Accessed: 02.08.2010].AMAGLOH, F.K.; BENANG, A. (2009): Effectiveness of Moringa Oleifera Seed as Coagulant for Water Purification. In: African Journal of Agricultural Research 4, 119-123. URL [Accessed: 03.08.2010].CAWST (Editor) (2009): Chemical Coagulants. Calgary: Centre for Affordable Water and Sanitation Technology (CAWST). URL [Accessed: 03.08.2010].LEA, M. (2010): Bioremediation of Turbid Surface Water Using Seed Extract from Moringa Oleifera Lam. (Drumstick) Tree. In: Current Protocols in Microbiology, 1-14. URL [Accessed: 02.08.2010].http://www.sswm.info/category/implementation-tools/water-purification/hardware/point-use-water-treatment/sedimentation accessed 29 September 2011

http://open.jorum.ac.uk/xmlui/bitstream/handle/123456789/1015/Items/T210_1_section24.html accessed 29 September 2011

http://brator.sinto.co.jp/global/dsp.html accessed 29 September 2011

http://helid.digicollection.org/en/d/Js13461e/2.8.html accesed 29 September 2011

http://labspace.open.ac.uk/mod/resource/view.php?id=439571 accessed 29 September 2011http://www.rpi.edu/dept/chem-eng/Biotech-Environ/SEDIMENT/sedreactors.html accessed 29 September 2011