30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Naskah lama merupakan salah satu sumber informasi kebudayaan daerah masa lampau yang sangat penting. Apabila ditinjau dari segi lahir atau wujud yang dapat dilihat atau diraba, naskah lama adalah benda budaya yang berupa hasil karangan dalam bentuk tulisan tangan, namun bukanlah tulisan tangan yang tanpa makna. Di dalamnya terkandung ide-ide, gagasan dan berbagai macam pengetahuan tentang alam semesta menurut persepsi masyarakat yang bersangkutan, ajaran-ajaran moral, filsafat, keagamaan dan unsur-unsur lain yang mengandung nilai-nalai luhur. Naskah lama tidak lepas dari tradisi salin-menyalin naskah. Tradisi ini terjadi karena penyalin ingin memiliki cerita dalam naskah tersebut atau karena naskah asli mengalami kerusakan. Sebagai peninggalan masa lalu yang telah melewati kurun waktu berpuluh-puluh bahkan ratusan tahun, naskah lama banyak mengalami kerusakan. Kerusakan tidak hanya terjadi pada hal fisik yang berupa bahan tulis atau tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman penyalin naskah dalam proses penyalinannya. Adanya kesalahan-kesalahan yang menyimpang dari naskah asli atau adanya varian-varian naskah tersebut merupakan alasan perlunya penanganan naskah untuk penyelamatan naskah. Secara garis besar penanganan naskah meliputi: penyelamatan, pelestarian, penelitian, pemberdayagunaan, dan

BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Naskah lama merupakan salah satu sumber informasi kebudayaan daerah

masa lampau yang sangat penting. Apabila ditinjau dari segi lahir atau wujud yang

dapat dilihat atau diraba, naskah lama adalah benda budaya yang berupa hasil

karangan dalam bentuk tulisan tangan, namun bukanlah tulisan tangan yang tanpa

makna. Di dalamnya terkandung ide-ide, gagasan dan berbagai macam pengetahuan

tentang alam semesta menurut persepsi masyarakat yang bersangkutan, ajaran-ajaran

moral, filsafat, keagamaan dan unsur-unsur lain yang mengandung nilai-nalai luhur.

Naskah lama tidak lepas dari tradisi salin-menyalin naskah. Tradisi ini terjadi

karena penyalin ingin memiliki cerita dalam naskah tersebut atau karena naskah asli

mengalami kerusakan. Sebagai peninggalan masa lalu yang telah melewati kurun

waktu berpuluh-puluh bahkan ratusan tahun, naskah lama banyak mengalami

kerusakan. Kerusakan tidak hanya terjadi pada hal fisik yang berupa bahan tulis atau

tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua

hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman penyalin naskah dalam

proses penyalinannya. Adanya kesalahan-kesalahan yang menyimpang dari naskah

asli atau adanya varian-varian naskah tersebut merupakan alasan perlunya

penanganan naskah untuk penyelamatan naskah. Secara garis besar penanganan

naskah meliputi: penyelamatan, pelestarian, penelitian, pemberdayagunaan, dan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

peyebarluasan. Kegiatan pemberdayaan dan penyebarlauasan merupakan usaha yang

lebih prioritas, karena naskah merupakan sumber informasi dan pengetahuhan

terhadap kebudayaan masa lampau. Bidang ilmu yang erat kaitannya dengan usaha

penanganan naskah adalah filologi.

Mengingat kandungan naskah lama yang penting dan bermanfaat bagi

masyarakat, maka penelitian terhadap naskah lama sangat diperlukan. Pada umumnya

naskah lama khususnya naskah Jawa sulit dipahami oleh masyarakat karena tulisan

dan bahasa naskah jarang digunakan dalam kehidupan masa sekarang. Kondisi

tersebut diperparah dengan keadaan naskah yang umumnya terbuat dari bahan-bahan

yang mudah mengalami kerusakan. Kondisi tersebut merupakan alasan perlunya

naskah-naskah lama segera mendapatkan penanganan secara serius untuk mencegah

punahnya keberadaan naskah lama beserta isi yang terkandung di dalamnya.

Penelitian filologi sangat diperlukan sebagai upaya untuk mendapatkan naskah yang

bersih dari kesalahan dan tersusun kembali seperti semula atau mendekati aslinya,

sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan dijadikan sumber data

penelitian lebih lanjut. Dengan kata lain cara kerja filologi diperlukan sebelum

naskah didayagunakan dan disebarluaskan untuk berbagai kepentingan. Menurut

Haryati Soebadio, bahwa tugas utama filolog adalah mendapatkan kembali naskah

yang bersih dari kesalahan, yang memberi pengertian sebaik-baiknya dan yang bisa

dipertanggungjawabkan pula sebagai naskah yang paling dekat dengan aslinya

(dalam Edwar Djamaris,2002: 7). Hal ini berarti bahwa, sebelumnya naskah

mengalami penyalinan untuk kesekian kalinya yang disesuaikan dengan kebudayaan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

yang melahirkannya. Keadaan ini menunjukkan bahwa naskah perlu dibersihkan dari

tambahan yang diberikan dalam zaman-zaman kemudian, yang dilakukan pada waktu

kegiatan penyalinan naskah. Hal ini penting, supaya isi naskah tidak diinterpretasikan

secara salah.

Jenis naskah berdasarkan segi bahasa, ada bermacam-macam antara lain,

naskah Bali, Lombok, Bima, Aceh, Batak, Madura, Sunda, Melayu dan tidak

terkecuali adalah naskah Jawa. Naskah Jawa, menurut Gerardet-Sutanto (1983: v–vi),

dikelompokkan atas lima jenis, yaitu:

a. Kronik, Legenda dan Mite. Di dalamnya termasuk naskah-naskah babad,

pakem, wayang purwa, panji, pustaka raja dan silsilah.

b. Agama, Filsafat dan Etika. Di dalamnya termasuk naskah-naskah yang

mengandung unsur-unsur: Hinduisme, Budhisme, Islam, mistik Jawa,

Kristen, magik dan ramalan, sastra wulang.

c. Peristiwa kraton, hukum, peraturan-peraturan.

d. Buku teks dan penuntun, kamus ensiklopedi tentang linguistik, obat-

obatan, pertanian, antropologi, geografi, perjalanan, perdagangan, masak-

memasak dan sebagainya.

e. Seni dan pertunjukan seni. Di dalamnya termasuk tari Jawa, gamelan,

tembang Jawa, buku seni, cerita, fabel dan legenda, ikhtisar, periodisasi,

bunga rampai.

Berdasarkan pengelompokan naskah di atas, peneliti tertarik untuk meneliti

naskah yang masuk dalam kelompok b, dengan judul Sêrat Wédhasatmaka.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Pemilihan jenis naskah tersebut karena naskah ini banyak tersebar di beberapa tempat

penyimpanan naskah baik milik pemerintah maupun koleksi pribadi.

Secara harfiah Sêrat Wédhasatmaka terdiri dari 3 kata yaitu: kata Sêrat,

berarti buku yang memuat cerita(karya sastra), wédha berarti ajaran, satmaka berarti

kehidupan(Poerwadarminta:1939:548-680) jadi Sêrat Wédhasatmaka memiliki arti

karya sastra yang memuat ajaran kehidupan. Sesuai dengan judulnya Sêrat

Wédhasatmaka ini berisi tentang piwulang awal terjadinya kehidupan, jiwa raga dan

ilmu kesempurnaan ‘ngèlmu kasampurnan’.

Langkah awal penelitian terhadap Sêrat Wédhasatmaka, yaitu melalui

penelusuran terhadap berbagai katalog naskah di antaranya :

1. Descriptive Catalogus of the Javanese Manuscripts and Printed Book in

the Main Libraries of Surakarta and Yogyakarta karya Girardet Sutanto

pada tahun 1983.

2. Javanese Language Manuscrips of Surakarta Central Java A Preliminary

Descriptive Catalogus Level I and II karya Nancy K. Florida pada tahun

1994

3. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid I Museum Sonobudoyo

Yogyakarta karya T.E. Behrend pada tahun 1990.

4. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 3-B Fakultas Sastra

Universitas Indonesia, karya Jennifer Lindstay, R.M. Soetanto, dan Alan

Feinstein pada tahun 1998

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

5. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4 Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia karya Jennifer Lindstay pada tahun 1994.

6. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 2 Keraton Yogyakarta

karya T.E. Behrend, dkk pada tahun 1994

7. Katalog Naskah-Naskah Perpustakaan Pura Pakualaman Yogyakarta karya

Hario Sena & Sri Ratna Sakti Mulya.

8. Daftar Naskah Perpustakaan Museum Radyapustaka Surakarta, Daftar

Naskah Perpustakaan Sasanapustaka Keraton Surakarta, Daftar Naskah

Perpustakaan Pura Mangkunagaran Surakarta, Daftar Naskah

Perpustakaan Pura Pakualaman Yogyakarta.

Setelah dilakukan inventarisasi naskah, maka selanjutnya adalah mengecek

dan mengambil data menurut informasi katalog-katalog di atas. Dari hasil

inventarisasi naskah ditemukan 6 naskah carik dengan judul Sêrat Wédhasatmaka

(selanjutnya disingkat SWS) yaitu sebagai berikut:

1. SWS Piwulang dari Hindustan, koleksi perpustakaan Sonobudoyo, Yogyakarta

dengan nomer katalog 64005 (SB 101) (Girardet-Sutanto, 1983).

2. SWS Piwulang dari Hindustan dalam bendel naskah Sêrat Pakêmpalan Warni-

warni koleksi perpustakaan Radya Pustaka Surakarta pada halaman 561-584

dengan nomor katalog 38553 (227) (Girardet-Sutanto, 1983).

3. SWS Piwulang dari Hindustan dalam bendel naskah Kêmpalan Sêrat Warni-

warni koleksi perpustakaan Pura Pakualam, Yogyakarta pada halaman 72-106

dengan nomor katalog Pi.12 (Hario Sena & Sri Ratna Sakti Mulya).

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

4. SWS karangan Mpu Ciptasistawa, atas prakarsa Radèn Mas Arya Suganda dan

Sitarja di Pasuruhan dalam bendel naskah Sêrat Pakêmpalan Warni-warni

koleksi perpustakaan Radya Pustaka Surakarta pada halaman 585-623 dengan

nomor katalog 38553 (227) (Girardet-Sutanto, 1983)

5. SWS karangan Mpu Ciptasistawa, atas prakarsa Radèn Mas Arya Suganda dan

Sitarja di Pasuruhan dalam bendel naskah Hidayat Jati koleksi perpustakaan

Reksa Pustaka, Pura Mangkunegaran Surakarta pada halaman 251-268 dengan

nomor katalog MN 319 D.9 A 196 SMP 204/1 (Nancy K. Florida, 1996).

6. SWS karangan Mpu Ciptasistawa, atas prakarsa Radèn Mas Arya Suganda dan

Sitarja di Pasuruhan koleksi pribadi1.

SWS merupakan naskah jamak, selain naskah-naskah tersebut di atas,

ditemukan juga buku SWS cetak yang tersimpan di Museum Radya Pustaka

Surakarta, di Perpustakaan Sasana Pustaka, Kraton Surakarta, dan di Perpustakaan

Reksa Pustaka Pura Mangkunegaran. Buku cetak SWS ini juga berbentuk prosa

atau gancaran.

Dari hasil inventarisasi naskah, baik melalui informasi katalog ataupun

informasi dari luar katalog yang berkaitan dengan keberadaan naskah SWS ini,

peneliti berhasil mengumpulkan naskah SWS yang disebutkan di atas. Setelah naskah

dideskripsikan, dan dilakukan pemilihan, maka didapat beberapa informasi yaitu:

SWS merupakan naskah jamak dengan dua versi, ditulis dengan aksara Jawa, dan

wujudnya adalah carik (tulisan tangan), bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa

1 Naskah milik Ibu Ken Widyawati, Jalan Soekarno-Hatta no. 1 Salatiga

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

ragam krama, dan berbentuk prosa, tetapi dari naskah yang ditemukan terdapat dua

katagori pengelompokan SWS berdasarkan bentuknya. Pengelompokan bentuk

tersebut sebagai berikut:

Tabel 1 Perbedaan bentuk diantara dua versi naskah SWS

SWS Piwulang dari Hindustan

(SB.101, SMP-RP 366, Pi.12)

SWS karangan Mpu Ciptasistawa

Atas prakarsa Radèn Mas Arya Suganda dan

Sitarja di Pasuruhan

(38553, MN 319 D.9 A 196 SMP 204/1,

koleksi pribadi)

Bagian Kutipan Naskah dan

Terjemahan

Bagian Kutipan Naskah dan

Terjemahan

A

W

A

L

Wondéning pinangkanipun

sêrat Wéddhasatmaka wau mijil

sangking gêgêbenganipun para

nimpuna ing tanah HIndustan,

ginêlarakên dhatêng para

pujangga ing tanah Eropah

tuwin tanah Amerikah ingkang

sami dados liding pakumpulan

téyosofi.

Terjemahan :

Asal serat wedhasatmaka tadi,

A

W

A

L

Punika Sêrat Wédhasatmaka ,

têgêsipun wédha, pêpakêm

ngèlmi, utawi wulang; têgêsipun

satmaka, gêsang. Dados

pikajêngipun têmbung

wédhasatmaka wau, inggih

punika pêpakêming ngèlmi, utawi

wulang tumraping agêsang, ginita

ing êmpu ciptasistawa, sing agnya

sang Subadha ing kitha

Pasuruan. Radèn Mas Arya

Sugônda lan Sitarja pinaringakên

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

tercipta dari pemikiran para

cendekiawan dari Hindustan,

disampaiakan kepada pujangga

di tanah Eropa dan Amerika

yang menjadikan tujuan

perkumpulan Theosofi.

ing para putra tuwin wandawa,

kinarya sarana pambukaning

tékad ingkang dados

pambèngkasing sangsaya,

satêmah wignya widada,

kotamanirèng dumadi, ing dalêm

kadadéanira. Purwanya

amangun warana wahya

sangking carita, catur basa

pralampita.

Terjemahan :

Ini adalah Sêrat Wedhasatmaka.

Wedha berarti pedoman ilmu atau

ajaran; Satmaka berarti hidup.

Jadi arti kata Wedhasatmaka

adalah pedoman hidup atau ajaran

dalam menjalani hidup,

disampaikan oleh guru yang saleh

dan baik, bernama Sang Subadha

di Kota Pasuruan. Radèn Mas

Arya Sugônda dan Sitarja

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

memberikan kepada para putra

serta saudara, dipakai sebagai

pembuka tekad agar terlepas dari

kesusahan, dan akhirnya selamat,

keutamaan yang menjadi

takdirnya. Awalnya membangun

tirai, diambil dari cerita empat

bahasa perlambang.

Bab roh

kaliyan

badan

Tiyang gêsang punika kêdah

maspaos dhatêng gêsangipun.

Sampun ngantos kalintu sêrêp

tuwin pamanggih, nyumêrêpana

bédaning roh kaliyan badan.

Roh punika badan alus ingkang

sipat gêsang ingkang gadhah

èngêtan tuwin pikajêngan.

Wondèning badan inggih

raganing manusa ingkang

maujudaging punika. Wasana

roh wau lajêng manjing ing

badan dados ingkang

Bab

1

Bab 1

Pandangon. Aturan.

Nawung kridha.

Aja pisan kajêron béla tampa ,

wus sawêntara ingsun datan

anêmbrama, karana pinanduk

lêngênging driya, wit andulu

susilaning solahira, kadi bocah

wêton sangking praja, rinakêt

sang Mahèswara, téja-téja

sulêksana, téjané bocah kang lagi

tigas kawuryan , prapta ing

ngarsaningsun,

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

dipunwastani tiyangipun sajati

punika roh (jisim).

Terjemahan :

Orang hidup itu harus mengerti

terhadap hidupnya jangan

sampai keliru dalam mengerti

dan pemikiranya, mengertilah

bedanya roh dan badan. Roh

adalah badan halus yang bersifat

hidup yang memiliki ingatan

dan tujuan. Sedangkan badan

yaitu raga manusia yang terlihat

itu, akhirnya roh tadi lalu

bertempat di badan, jadi yang

disebut tiyang sajati adalah roh (

jisim ).

1. Sapa sinambat ing wangi ,

2. Lan ing ngêndi dunungira,

3. Saka ing ngêndi asalira,

4. Arsa marang ngêndi

sedyanira.

Mardi Basa

Mênawi Panduka arsa uninga

nama tuwin kawijilan kula amung

manut lan miturut suraosipun

wasita ingkang badhe

kagiyarakên asêsilih:

1. Si Marêm, ingkang botên

luwé,

2. Ingkang kula dunungi ing don

kasugihan, inggih sugih raja

bêrana,

3. Déné asal kula sangking

katulusan, sêgêr, waras ingkang

botên sakit,

4. Sêdyaning manah kula badhé

dhatêng kawasa wilujêng gêsang

kang kalawan langgêng.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Terjemahan :

Pandangan. Aturan.

Nawung kridha

Jangan terlalu dimasukkan ke

dalam hati, sementara saya tidak

membagi keselamatan, sebab

yang menyenang-kan hati, sejak

melihat tingkah lakumu yang

baik, seperti anak yang lahir dari

kerajaan, dekat dengan Sang

Mahèswara, anak yang tampan

wajahnya, cahaya anak yang

memperoleh kemuliaan ada di

hadapanku,

1. Siapa namamu?

2. Dan di mana tinggalmu?

3. Dari mana asalmu?

4. Akan di bawa ke mana niatmu?

Mardi Basa

Jika Anda hendak mendengar

nama dan kelahirannya, saya

hanya patuh dan menurut isi

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

nasihat yang akan diterangkan

dengan nama:

1. Si Marêm yang tidak merasa

lapar,

2. Yang saya tempati dalam

kekayaan adalah kaya akan

harta benda (berupa intan,

emas, berlian),

3. Sedangkan saya berasal dari

keselamatan; sehat, segar-

bugar; dan tidak sakit,

4. Niat dalam hati saya kepada

yang kuasa untuk keselamatan

hidup yang abadi.

Berdasarkan informasi di atas, dilihat kondisi naskah yang terdiri dari dua

versi dan masing-masing versi memiliki perbedaan yang sangat jelas, tidak

dimungkinkan untuk diteliti secara bersamaan berdasarkan cara kerja filologi, maka

peneliti akan memfokuskan penelitian pada naskah dengan judul Sêrat

Wédhasatmaka yang menggunakan aksara Jawa carik dengan pokok bahasan ajaran

dari Hindustan. Untuk itu naskah yang tidak termasuk dalam fokus penelitian, tidak

dijadikan sebagai obyek penelitian.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Berdasarkan uraian di atas maka didapat naskah SWS sebagai data primer

dalam penelitian ini adalah:

1. SWS koleksi perpustakaan Sonobudoyo, Yogyakarta dengan nomer

katalog 64005 (SB 101) yang selanjutnya disebut dengan naskah A.

2. SWS dalam bendel naskah Sêrat Pakêmpalan Warni-warni koleksi

perpustakaan Radya Pustaka Surakarta pada halaman 561-584 dengan

nomor katalog 38553 (227) yang selanjutnya disebut dengan naskah B.

3. SWS dalam bendel naskah Kêmpalan Sêrat Warni-warni koleksi

perpustakaan Pura Pakualam, Yogyakarta pada halaman 72-106 dengan

nomor katalog Pi.12 yang selanjutnya disebut dengan naskah C2.

SWS merupakan naskah piwulang yang berbentuk prosa atau gancaran. Judul

SWS ini ada yang tertera di cover depan, di cover dalam, maupun di dalam teks.

1. Sêrat Wédhasatmaka, terdapat pada cover dalam naskah A

Judul SWS pada cover dalam

Gambar 1 Naskah A Berbunyi: “ Sêrat Wédasatmaka Jilid I

Judul SWS yang tertera pada teks

2 Naskah disalin dari naskah cetak.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Gambar 2, naskah A

Berbunyi: “Punika sêrat Wéddhasatmaka têgêsipun wéddha ngilmi pakêm, satmaka gêsang, pikajêngipun papakêming ngagêsang”.

(hal. Pengantar) Terjemahan : “ini serat Wedhasatmaka, Wedha berarti ilmu ajaran , Satmaka hidup.

Harapannya menjadi pedoman kehidupan” 2. Pada Naskah B judul tertera dalam teks, menyebutkan Sêrat Wédhasatmaka.

Gambar 3 Naskah B Berbunyi: “Sêrat Wéddhasatmaka

Bab Kadhiri Sêrat piwulang têmbung Walandi lantaran têmbung Jawi”

(hal.561) Terjemahan: “ Serat Wedhasatmaka bab Kediri, serat ajaran dengan bahasa Belanda dengan

perantara bahasa Jawa”

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Judul SWS yang tertera pada teks

Gambar 4 Naskah B Berbunyi: “Punika Sêrat Wéddhasatmaka têgêsipun wéddha : ngèlmi, pakêm :

Satmaka :gêsang, pikajêngipun papakeming agêsang…” (hal.561)

Terjemahan: Ini adalah Serat Wedhasatmaka, wedha berarti ilmu, satmaka berarti hidup, harapanya menjadi pedoman hidup..

3. Pada naskah C judul terdapat pada teks disebutkan Sêrat Wédhasatmaka

Gambar 5, naskah C Berbunyi: “Punika sêrat Wédhasatmaka, utawi pêpakêming agêsang. Têgêsipun wédha :

ngèlmi, pakêm, satmaka : gêsang…”. (hal.72)

Terjemahan: “Ini serat wedhasatmaka atau pedoman kehidupan. Wedha berarti ilmu, ajaran, pedoman; satmaka berarti kehidupan”

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Alasan yang melatarbelakangi SWS dijadikan objek penelitian adalah

pertama, karena perlu adanya upaya penyelamatan naskah, mengingat semakin

lama keadaan naskah akan semakin rusak, sehingga amat disayangkan apabila

tidak ada upaya penyelamatan naskah. Kedua, dalam pandangan filologis di dalam

SWS ini terdapat banyak varian. Oleh karena itu perlu adanya kajian filologis guna

mendapatkan suntingan teks yang bersih dari kesalahan. Di dalam teks SWS ini

ditemui banyak sekali permasalahan-permasalahan filologis, mulai dari ejaannya,

gaya menulis pengarang, dan lain – lain. Berikut varian yang terdapat pada SWS:

Terdapat perbedaan jumlah jilid naskah, yaitu SWS B hanya terdapat satu jilid

naskah dan SWS A dan C terdapat dua jilid naskah.

Gambar 6, naskah A

Berbunyi : “ Sêrat Wéddhasatmaka jilid 2, ing jilid kapisan sampun kagêlarakên piwulangipun para nimpuna..”

( hal. 1 Jilid 2 ) Terjemahan: “ serat wedhasatmaka jilid 2, pada jilid pertama sudah dijelaskan dari ajaran

para cendekiawan…

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Gambar 7, naskah C Berbunyi : “ candhakipun jilid 2. Péling manawi badhé sagêd nampi piwulang ingkang

ginancaraken ing jilid 2, para maos kita rêmbagi, supados pikajênging piwulang ingkang kapratélakakên ing jilid punika, kamanah kalayan saèstu, sagêda amanjing ing manahipun.3

( hal. 36)

Terjemahan: “dilanjutkan jilid 2. Diingatkan jika dapat menerima ajaran yang dijelaskan pada jilid 2, pembaca harus ingat, supaya tujuan ajaran yang dijelaskan pada jilid ini bisa

masuk dalam hatinya”

a. Terdapat kolofon pada SWS B yang dapat dikatagorikan naskah disalin dari

naskah cetak.

Gambar 8, naskah C 3 Jilid 2 pada naskah C hanyalah uraian pembuka, melainkan tidak terdapat uraian isi naskah.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Berbunyi : “Punika sêrat Wédhasatmaka, Utawi pêpakêming agêsang Jilid 1 rêgi 75 sèn

Kaêcap ing gasmotor déning tuwan P. Apan Asêrên Pandher példhê, Semarang, Taun 1903

( hal. 1 ) Terjemahan: “ini serat wedhasatmaka atau pedoman kehidupan, jilid 1 harga 75 sen.

Diterbitkan di gasmotor oleh Tuwan Pe Apan Aseren Pandher Paldhe, semarang, tahun 1903” Keterangan kolofon pada SWS cetak yang sama dengan SWS C.

Gambar 9, SWS Cetak Berbunyi: Sêrat Wédhasatmaka, Utawi pêpakêming tiyang agêsang

Jilid 1 rêgi 75 sèn Kaêcap ing gasmotor déning tuwan P. Apan

Asêrên Pandher példhê, Semarang, Taun 1903 ( cover depan )

Terjemahan: “ini serat wedhasatmaka atau pedoman kehidupan, jilid 1 harga 75 sen. Diterbitkan di gasmotor oleh Tuwan Pe Apan Aseren Pandher Paldhe, semarang, tahun 1903”

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

b. Terdapat pergantian judul baru, sedangkan SWS belum selesai ditulis.

Gambar 10, naskah C Berbunyi : “Punika primbon bab lintang kumukus…”(hal.36)

Terjemahan: “ini primbon bab lintang kemukus…” c. Ketidakkonsistenan penyalinan atau penulisan

Ketidakkonsistenan dalam menulis kata saking dalam teks SWS

Gambar 11, naskah B Berbunyi : “… sêrat wéddhasatmaka wau mijil saking gêgêbênganipun para nimpuna

ing tanah Indhustan…” ( hal. 561 )

Terjemahan: “serat wedhasatmaka muncul dari pemikiran para cendekiawan di tanah Industan”

Gambar 12, naskah B Berbunyi : “…Upami pêksi mêsat sangking sêngkêranipun. …”

( hal. 563 ) Terjemahan:”….seumpama burung keluar dari sangkarnya…”

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Ketidakkonsistenan dalam menuliskan kata manungsa dalam teks SWS

Gambar 13, naskah B Berbunyi : “…badan inggih raganing manusa …”.

( hal. 562 ) Terjemahan: “….badan yaitu raga manusia…”

Gambar 14, naskah B Berbunyi : “…Manungsanipun sajati kaliyan raganing manusa punika béda…”

( hal. 562 ) Terjemahan: “…manusia sejati dengan raga manusia itu berbeda…”

d. Teks pada SWS terdapat catatan tangan ketiga untuk membenaran

kesalahan suku kata dan kata.

Gambar 15

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Naskah A terdapat catatan ketiga yaitu kata malih diganti dengan kata déné dan kata raga, yang awalnya hanya ditulis ra, kemudian ditambahkan aksara ga ( g )

Berbunyi: “……malih déné……… raga….” (hal.3)

e. Terdapat perbedaan dalam pemilihan kata.

Gambar 16, naskah A Berbunyi : “Tiyang gêsang punika kêdah maspaos dhatêng gêsangipun sampun ngantos

kalintu sêrêp tuwin pamanggih, nyumêrêpana bédaning roh kaliyan badan…”. ( hal. 20 )

Terjemahan: “manusia hidup itu harus mengerti terhadap hidupnya, jangan sampai keliru pemahaman dan pemikiran, mengertilah perbedaan roh dengan badan…”

Gambar 17, naskah B Berbunyi : “Tiyang gêsang punika kêdah waspaos dhatêng gêsangipun, sampun ngantos

kalintu sêrêp tuwin pamanggih nyumêrêpana bédaning roh kaliyan…”. ( hal. 561 )

Terjemahan: “manusia hidup itu harus mengerti terhadap hidupnya, jangan sampai keliru pemahaman dan pemikiran, mengertilah perbedaan roh dengan badan…”

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Gambar 18, naskah C Berbunyi : “ Tiyang gêsang punika kêdah waspaos dhatêng gêsangipun sampun ngantos

kaliru sêrêp uwin pamanggih, nyumêrêpana bédaning roh kaliyan badan…”. ( hal. 72 )

Terjemahan: “manusia hidup itu harus mengerti terhadap hidupnya, jangan sampai keliru pemahaman dan pemikiran, mengertilah perbedaan roh dengan badan…”

f. Terdapat lakuna yaitu bagian yang terlampaui atau kelewatan, baik huruf,

suku kata, kata, kelompok kata ataupun kalimat.

v Lakuna suku kata

Gambar 19 Naskah A, berbunyi: “….sarta wijang-wijanging jiwa raga…” (hal.pengantar)

Terjemahan: “….serata bagian-bagian jiwa raga…”

Gambar 20 Naskah B, berbunyi: “…sarta wijang-wijanging jiwa raga…”

(hal.1)

Terjemahan: “….serata bagian-bagian jiwa raga…”

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Gambar 21 Naskah C, berbunyi: “…sarta wijang-wijanging waraga…”

(hal.1) Terjemahan: “….serata bagian-bagian raga…”

g. Terdapat Saut du meme au meme yaitu penghilangan suatu kata atau kalimat

karena kelupaan/terlampaui karena ada dua kata yang hampir sama.

Gambar 22 Berbunyi: “……Manawi panggraita ingkang awon sêkêdhik ingkang awon sêkêdhik kémawon

kabucala sanalika…” Terjemahan:…..jika angan-angan yang buruk sedikit saja sedikit saja dibuanglah segera..”

Alasan kedua perlunya SWS diteliti adalah isi dari SWS. SWS merupakan jenis

naskah piwulang. SWS menjelaskan awal mula kehidupan serta nasehat-nasehat untuk

jiwa dan raga yang seharusnya dimengerti oleh orang-orang yang mencari kehidupan

yang benar, Sêrat Wédhasatmaka tercipta dari pemikiraan para cendekiawan dari

Hindustan, yang disampaikan kepada sastrawan di tanah Eropa dan Amerika, yang

dijadikan sebagai pedoman perkumpulan penganut teosofi.

SWS terdiri dari dua jilid naskah, jilid pertama menceritakan enam macam roh

yang ada dalam tubuh manusia. Setiap roh memiliki warna dan fungsi yang berbeda,

selain itu penjenisan roh-roh diurutkan sesuai dengan tingkat kehalusan yaitu dari

kasar, sedikit halus sampai yang paling halus. Penamaan istilah-istilah roh disebutkan

dalam tiga bahasa, yaitu sansekerta, belanda, dan arab. Roh sejati yang merupakan

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

unsur kebaikan dari Tuhan disebutkan menjadi pusat diantara enam roh. Manusia

yang berperilaku baik maupun buruk akan digambarkan pada masing-masing roh.

Jika manusia berperilaku baik, maka akan sempurna hidupnya dan menempati

nirwana, sedangkan jilid kedua menceritakan pembagian manusia dalam dua katagori

bagian yaitu bagian luhur dan bagian bawah ‘andhap’ serta menjelaskan watak dasar

pada manusia, disebutkan ada tiga yaitu; atma, budi, pramana atau manas. Penjelasan

di atas dapat memberi gambaran bahwa SWS ini memuat ajaran-ajaran moral terhadap

manusia untuk selalu berbudi baik, berilmu, dan berprasangka baik. Berikut kutipan

di dalam SWS.

……manawi roh rokhaninipun tiyang ingkang sampurna, sampun kandha badaning manungsa, punika anandhakakên bilih sampun rinakêtan ing kamulyan, kagunan tuwin kabudayan. Kawasa wicaksana dhatêng saliring kang sinêja, sabab roh rohani wau mratandhani manawi tiyang langkung wicaksana roh rokhaninipun inggih mindhak sampurna jangkêp wijangi sarira, tur cayanipun wêning gumilang maya-maya.

Terjemahan: …..Jika roh rokhani (lapisan badan ketiga) manusia yang sempurna/selalu berbudi baik, menandakan bahwa manusia dekat dengan kemuliaan, kepandaian, dan kesejahteraan, serta dapat bijaksana kepada semua orang. Sebab roh rokhani menandakan jika manusia bertambah bijaksana juga akan mempengaruhi roh rokhani tersebut dan akan berwarna bening menyilaukan.

Badan yang ketiga ini memberikan penjelasan agar manusia selalu berbuat

baik, karena dengan selalu berbudi baik akan membawa manusia pada kemuliaan,

kepandaian dan kesejahteraan serta dapat bijaksana kepada semua orang. Manusia

saat ini selalu mencari ketiga hal tersebut dengan cara apapun. Misalnya manusia

yang ingin mencari kemuliaan dengan cara-cara yang tidak baik, mencari

kesejahteraan dengan melakukan pencurian, dsb. Hal ini tidak akan terjadi jika

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

manusia mau berbuat dan berbudi baik, karena semua itu didapat dari balasan Tuhan

kepada makhluknya. Siapa yang berbuat baik akan mendapatkan kebaikan, dan yang

berbuat buruk akan mendapatkan keburukan.

Manawi tiyang pinuju tilêm roh rokhaninipun mêdal sangking raga, déné manawi tiyang ingkang tilêm wau taksih bodho tanpa kasagêdan. Roh rokhaninipun inggih botên gadhah daya punapa-punapa, tansah lémbak-lémbak (migêl-migêl) kados mana katêmpuh ing angin, warninipun abrit utawi ijêm, buthêk tanpa cahya, saha botên sagêt pisah têbih kaliyan raga wadhagipun. Amargi botên kulina pisah têbih kados déné roh rokaninipun tiyang ingkang langkung pintêr, manawi tiyang ingkang tilêm wau sampun kathah nalar tuwin kawigyanipun, saèstu roh rokhaninipun inggih sagêt pisah têbih tinimbang tiyang bodho. Terjemahan: Jika manusia dalam keadaan tidur, roh rokhaninya keluar dari raga. Jika manusia yang tidur tidak berilmu atau bodoh roh rokhaninya juga tidak memiliki daya apa-apa, akan kesana-kemari tertiup angin dan berwarna merah atau hijau dan gelap tanpa cahaya serta tidak akan bisa lepas dari raganya. Hal ini disebabkan karena tidak terbiasa terpisah jauh, sedangkan roh rokhani orang yang berilmu atau pintar saat tertidur akan dapat pisah jauh daripada orang yang tidak berilmu.

Penjelasan di atas memberikan gambaran yang jelas bahwa manusia hidup di

dunia harus mamiliki ilmu. Manusia yang tidak berilmu diibaratkan akan mudah

tertiup angin, yaitu akan mudah mengalami kebingungan dalam menjalani hidupnya,

dan manusia yang berilmu atau pintar pastilah dapat teguh menjalani hidupnya.

Pramila para sujana kêdah èngêt, sampun ngantos kalêbêtan manah awon saking tiyang sanès, lêbêt wêdaling rêmbag, kaping kalihé ingkang prayogi sarta ingkang utami manawi manggih èngêtan ingkang saé dipunandhêman, ingkang awon nuntên kabucala, sampun ngantos manggèn. Manawi sampun lantih utawi kulina dhatêng manah saé, andadosakên santosaning roh rahmani, saya lami sangsaya botên purun tampi rêmbag awon. Terjemahan: untuk itu bagi orang yang pandai haruslah waspada, jangan sampai memiliki prasangka buruk kepada orang lain, semua yang diucapkan sebaiknya ucapan yang baik dan yang buruk segeralah dihilangkan. Jika manusia selalu berprasangka baik akan menjadikan ketentraman roh

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

rahmani(lapisan badan yang keempat), dan semakin lama tidak akan melakukan ucapan dan perilaku yang buruk.

Berprasangka baik adalah kunci kententraman hidup. Seprti pada kutipan di

atas bahwa manusia yang hidup di dunia ini haruslah memiliki prasangka yang baik

kepada siapapun dan dilarang mempunyai hati yang buruk. Jika manusia memiliki

prasangka yang buruk segeralah dibuang demi menciptakan keharmonisan di dalam

hidupnya. Manusia yang terbiasa berprasangka baik dalam kehidupanya pastilah tidak

akan terpengaruh dengan hal-hal yang buruk.

Perkembangan manusia bersifat dinamis, baik peradaban ataupun budaya.

berkembang dapat dikatakan sebagai prestasi, di samping itu juga kemunduran pada

sisi tertentu. Sebuah realita masyarakat menggambarkan bahwa prestasi manusia

diukur dari berkembangnya teknologi. Tetapi di samping sebuah prestasi juga

dikatakan sebagai sebuah kemunduran, yaitu kemunduran nilai-nilai dalam hidup

manusia. Akibatnya kebahagiaan sebagai tujuan akhir manusia hanya dicapai dari

fisik atau materi. Sedangkan kebahagiaan batiniah yaitu ketentraman hidup menjadi

semakin jauh. SWS dengan penghayatannya mencoba menyeimbangkan dalam

mengatasi persoalan tersebut, yaitu dengan ajaran-ajaran yang dikandungnya.

Paparan di atas merupakan salah satu bagian kecil dari isi SWS, masih banyak

ajaran-ajaran lain tentang pendidikan moral, agama, spiritual dan sikap dalam hidup.

Piwulang dalam SWS masih relevan digunakan pada masa sekarang sebagai solusi

mengatasi permasalahan kehidupan, jika dihayati dan dilakukan sepenuhnya maka

yang menjadi cita-cita manusia, yaitu mencapai kebahagiaan ragawi dan suksmawi

akan bisa dicapai.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Perkembangan manusia yang cepat, menciptakan banyak permasalahan-

permasalahan baru yang akhirnya menutup spiritualitas manusia itu sendiri. Oleh

karena itu etika dan moral manusia yang seutuhnya menjadi hal yang sangat penting.

SWS dalam ajarannya mencoba menawarkan solusi untuk memulihkan kembali tujuan

hidup manusia. Keadaan masyarakat sekarang ini, manusia membutuhkan ajaran-

ajaran spiritual untuk ketenangan hidupnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada

naskah SWS baik secara filologis maupun isi. Kajian filologis digunakan untuk

membahas permasalahan-permasalahan filologis yang ada di dalam naskah SWS,

sedangkan kajian isi digunakan untuk mengupas kandungan isi dan ajaran teks SWS.

B. Batasan Masalah

Adanya berbagai bentuk permasalahan dalam SWS memungkinan naskah

tersebut untuk diteliti dari berbagai sudut pandang baik secara filologis, sastra, filsafat

ataupun moral. Oleh karena itu diperlukan pembatasan masalah untuk mencegah

semakin melebarnya pembahasan. Batasan masalah tersebut lebih ditekankan pada

dua kajian utama, yakni kajian filologis dan kajian isi. Kajian filologis digunakan

untuk mengupas permasalahan yakni uraian-uraian di dalam naskah melalui cara

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

kerja filologis, sedangkan kajian isi digunakan untuk mendeskripsikan ajaran moral

yang terdapat pada SWS.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam

penelitian teks SWS adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana suntingan teks SWS yang asli atau dekat dengan aslinya serta teks

yang bersih dari kesalahan?

2. Ajara moral apa saja yang terdapat di dalam SWS ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Menyajikan suntingan teks SWS yang asli atau dekat dengan aslinya serta teks

yang bersih dari kesalahan.

2. Mendeskripsikan ajaran moral yang terdapat dalam SWS.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni

manfaat praktis dan teoretis, sebagai berikut :

1. Manfaat Praktis

a. Menyelamatkan data dalam naskah SWS dari kerusakan dan hilangnya

data dalam naskah.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

b. Mempermudah pemahaman isi teks SWS, sekaligus memberikan

informasi kepada masyarakat tentang isi yang terdapat di dalamnya.

2. Manfaat Teoritis

a. Memperkaya penerapan teori filologi terhadap naskah.

b. Membantu peneliti lain yang relevan untuk mengkaji lebih lanjut naskah

SWS khususnya dan naskah Jawa pada umumnya dari berbagai disiplin

ilmu.

c. Menambah kajian terhadap naskah Jawa yang masih banyak dan belum

terungkap isinya.

F. Sistematika Penulisan

I. Pendahuluan

Bab ini merupakan uraian tentang latar belakang masalah, batasan masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

penulisan.

II. Kajian Teori

Bab ini menguraikan pengertian filologi, objek penelitian filologi dan cara

kerja filologi, Sejarah Theosofi di Indonesia, pengertian piwulang: Etika dan

Pandangan Hidup Orang Jawa.

III. Metode Penelitian

Bab ini menguraikan bentuk dan jenis penelitian, sumber data dan data, teknik

pengumpulan data dan teknik analisis data.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - digilib.uns.ac.id · tulisan itu sendiri, tetapi dapat juga dalam hal bahasa atau kandungan teksnya. Dua hal terakhir banyak disebabkan oleh pergeseran pemahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

IV. Pembahasan

Pembahasan diawali dengan pembahasan kajian filologi kemudian dilanjutkan

pembahasan kajian isi.

V. Penutup

Berisi kesimpulan dan saran, pada bagian akhir dicantumkan daftar pustaka,

lampiran-lampiran dalam naskah SWS.