Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah
Sumber daya manusia memiliki peran yang sangat penting di dalam
perusahaan. Tanpa peran sumber daya manusia disutau perusahaan,
walaupun sumber daya yang lain telah tersedia maka tidak akan berjalan
sesuai yang dicita-citakan. Sehingga sumber daya manusia menjadi asset
utama bagi perusahaan.Sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah
satu faktor penting dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan, hal
tesebut dikarenakan sumber daya manusia merupakan penggerak aktivitas
operasional perusahaan. suatu keberhasilan perusahaan atau organisasi.
Salah satu alat ukur untuk menentukan apakah perusahaan memiliki
kinerja yang baik adalah tercapai atau tidaknya sasaran yang telah
ditetapkan perusahaan. Adapun pencapaian sasaran perusahaan sangat
didukung oleh kinerja dari sumber daya manusia yang ada jika sumber daya
manusianya baik maka diharapkan kinerja yang dihasilkan juga baik pula.
Maka dari itu karyawan adalah hal yang penting yang harus diperhatikan
oleh perusaan untuk mengatasi persaingan di pasar yang sangat ketat dan
sering berubah atau tidak stabil.
Sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh perusahaan yaitu
sumber daya manusia yang memiliki kinerja. Suwatno dan Priansa
(2011:196) mengatakan bahwa kinerja merupakan hasil yang di capai
2
seseorang menurut ukuran yang berlaku, dalam kurun waktu tertentu
berkenaan dengan pekerjaan serta perilaku dan tindakannya. Henry
Simamora (2004:339) mengatakan kinerja karyawan adalah tingkat dimana
karyawan mencapai persyaratan sebuah pekerjaan. Dengan demikian,
kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari
pekerjaan tersebut.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu interaksi
pemimpin terhadap karyawan dan dukungan organisasi yang diterimanya.
Faktor ini harus diperhatikan agar karyawan atau pegawai memperoleh
kinerja yang maksimal dan tidak berdampak negatif terhadap organisasi
atau perusahaan. Gibson, et.al (2010: 37) berpendapat bahwa
kepemimpinan akan terjadi bila seseorang mempengaruhi pengikutnya
untuk menerima permintaanya tanpa tampak adanya penggunaan kekuatan,
walaupun power dimiliki oleh seorang pemimpin, namun pemimpin efektif
tidak akan menggunakan paksaan dalam mempengaruhi bawahannya.
Disiplin kerja adalah tindakan manajer untuk mendorong anggota
organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut. Dengan kata
lain, pendisiplinan karyawan adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha
memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku karyawan
sehingga para karyawan tersebut secara suka rela berusaha bekerja secara
kooperatif dengan karyawan lain serta meningkatkan prestasi kerjanya
(siagian:2008).
3
Penelitian ini dilakukan di Dinas Perikanan dan Peternakan yang
terletak di Jalan Raya Merakurak kabupaten Tuban, Jawa Timur. Yang
mempunyai 165 karyawan yang tediri dari beberapa bidang. Diantaranya
sekretariat, bidang perikanan, bidang budidaya, bidang peternakan,
kesehatan hewan, dan UPTD (unit pelaksana teknis dinas) yang masing-
masing bidang mempunyai staff. Dinas Perikanan dan Peternakan
kabupaten Tuban mempunyai tugas pokok yaitu membantu bupati dalam
melaksanakan urusan Pemerintahan dalam bidang Perikanan dan urusan
pemerintahan bidang Peternakan. Dinas perikanan dan Peternakan
mempunyai karyawan pada Bidang Perikanan Tangkap sebanyak 31 orang
yang terdiri dari seksi eksploitasi dan teknologi, seksi kenelayanan, dan
seksi sarana dan prasarana tangkap.
Para karyawan di bidang perikanan tangkap mempunyai tugas
merencanakan, melaksanakan dan mengkoordinasikan peningkatan dan
pengembangan tangkap. Kualitas kerja yang baik dapat diukur jika tidak
ada keterlambatan pengumpulan laporan oleh karyawan. Akan tetapi masih
terdapat keterlambat dalam pengumpulan laporan, hal ini menunjukkan
bahwa kualitas kinerja karyawan dikatakan masih belum maksimal. Berikut
ini merupakan data keterlambatan pegumpulan laporan oleh karyawan pada
tahun 2017 :
4
Tabel 1.1 Data keterlambatan pengumpulan laporan bidang
perikanan tangkap (januari-desember 2017)
Bulan Jumlah laporan yang
terlambat
Januari -
Februari 1
Maret -
April 2
Mei -
Juni -
Juli 1
Agustus 2
September -
Oktober -
November 1
Desember 2
Jumlah 9 laporan
Sumber : Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan dan Peternakan
Berdasarkan tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa kualitas kinerja
karyawan belum maksimal dilihat dari keterlambatan waktu dalam
pengumpulan laporan, yaitu sebanyak 9 laporan. Jika ada keterlambatan
dalam pengumpulan laporan ini tentunya mengganggu kinerja dari pegawai,
karena untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya, kegiatan yang dilakukan
sebelumnya harus sudah selesai pelaksanaan dan pelaporannya.
Berikut permasalahan yang terjadi yaitu masih adanya pekerjaan
yang tidak mencapai target yang ditentukan perusahaan. Kuantitas kinerja
5
yang baik dapat diukur jika target yang perusahaan dapat tercapai bahkan
melebihi target yang ditetapkan perusahaan. Berikut ini merupakan data
kuantitas kinerja bidang perikanan tangkap tahun 2017:
Tabel 1.2
Target dan Realisasi Kinerja bidang perikanan tangkap tahun 2017
No Program Kegiatan Target realisasi Presen-
tase
1 Seksi
eksploitasi
dan
teknologi
Pelatihan
perbaikan
mesin motor
tempel bagi
kelompok
nelayan
10
(kelompok)
10
(kelompok)
100%
TPI (tempat
pelelangan
ikan) yang
terkelola)
3 (kelompok) 2 (kelompok) 66,6%
2 Seksi
kenelayanan
Kapal yang
berijin
170 (unit) 170 (unit) 100%
Kelompok
nelayan yang
dibina
10
(kelompok)
12
(kelompok)
120%
3 Seksi sarana
dan
prasarana
Jumlah
pengadaan
mesin motor
tempel 15 pk
8 (unit) 5 (unit) 62,5%
Mesin
kelinting bagi
nelayan
30 (unit) 26 (unit) 86,7%
Jumlah jaring
gillnet nylon
75 (set) 71 (set) 94,7%
Sumber : Bidang Perikanan Tangkap Dinas perikanan dan Peternakan (2017)
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa kuantitas kinerja
bidang perikanan tangkap pada tahun 2017 ada beberapa kegiatan yang
6
mampu memenuhi target karena persen capaian menunjukkan angka diatas
100% seperti pada kegiatan pelatihan perbaikan mesin motor tempel bagi
nelayan dan kapal yang berijin yaitu dengan target yang ingin di capai
sebesar 10 (kelompok) dan 170 (unit). Kedua kegiatan tersebut sudah
memenuhi target dengan nilai persen 100% . kemudian ada beberapa
kegiatan yang belum memenuhi target seperti TPI (tempat pelelangan ikan)
yang terkelola yaitu dengan nilai persen 66,6% , untuk kegiatan kelompok
nelayan yang dibina yaitu dengan nilai persen 120%, untuk kegiatan jumlah
pengadaan mesin motor tempel 15 pk yaitu dengan nilai persen 62,5%,
untuk kegiatan mesin kelinting dan jumlah jaring gillnet yaitu dengan nilai
persen 86,7% dan 94,7%
Permasalahan berikutnya yaitu lamanya pelaksanaan program
kegiatan yang tidak sesuai dengan target yang telah ditentukan. Untuk
pelaksanaan program kegiatan pada bidang perikanan tangkap dalam satu
tahun dibagi menjadi IV triwulan. Akan tetapi kenyataannya waktu yang
diberikan tidak sesuai dengan target yang ditentukan. Berikut ini adalah
data ketepatan waktu kerja karyawan bidang perikanan tangkap :
Tabel 1.3
Ketepatan waktu kerja bidang perikanan tangkap
No Program Jumlah kegiatan yang
tidak tepat waktu
1 Seksi eksploitasi dan teknologi 1 (kegiatan)
2 Seksi kenelayanan 1 (kegiatan)
3 Seksi sarana dan prasarana 3 (kegiatan)
Sumber: Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan dan Peternakan 2017
7
Berdasarkan tabel 1.3 ketepatan waktu dalam penyelesaian program
kegiatan pada bidang perikanan tangkap belum maksimal yaitu dilihat dari
seksi ekploitasi dan teknologi dengan jumlah kegiatan yang tidak tepat
waktu sebanyak 1 (kegiatan), untuk program seksi kenelayanan dengan
jumlah kegiatan yang tidak tepat waktu sebanyak 1 (kegiatan), kemudian
program seksi sarana dan prasarana dengan jumlah kegiatan yang tidak tepat
waktu sebanyak 3 (kegiatan).
Kinerja tidak hanya dilihat dari skill namun juga dapat dilihat dari
cara seseorang memimpin dan mempengaruhi untuk mencapai tujuan yang
menguntungkan perusahaan. Kepemimpinan yang memainkan peranan
yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi dalam
menyelenggarakan berbagai kegiatan terutama terlihat dalam kinerja para
pegawainya (Siagian,2003:127). Menurut Timple dalam Mangkunegara
(2005:14), faktor-faktor yang memengaruhi kinerja terdiri dari faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal, yaitu faktor yang dihubungkan
dengan sifat-sifat seseorang salah satunya disiplin kerja. Faktor eksternal,
yaitu faktor-faktor yang memengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari
lingkungan, contohnya kepemimpinan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan subbag kepegawaian dan
beberapa karyawan lainnya, masalah gaya kepemimpinan kepala bidang ini
ditunjukkan oleh pernyataan dari beberapa pegawai yang menjelaskan
bahwa pimpinan jarang sekali memberi pengarahan atau petunjuk kepada
para pegawainya dalam menyelesaikan pekerjaan, dan mengganggap semua
8
pegawai sudah cakap dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai tugas masing-
masing. Dalam menyelesaikan pekerjaan pegawai selalu diawasi oleh
pimpinan, namun hal tersebut membuat pegawai merasa tidak nyaman
karena merasa tidak bebas dalam menyelesaikan pekerjaan. Selain itu,
Pimpinan belum mampu membangkitkan semangat kerja , dimana ada rasa
kurang percaya atau rasa hormat karyawan terhadap pemimpin. Pimpinan
juga sering mangabaikan saran-saran para pegawai karena semua keputusan
sepenuhnya dari pemimpin hal tersebut membuat hubungan antara
pimpinan dan pegawai kurang baik.
Pada dasarnya setiap karyawan memiliki dorongan yang kuat untuk
ingin maju dan ingin lebih baik dari orang lain. Hal ini dapat dicapai dengan
menerapkan kedisiplinan kerja yang telah ditetapkan oleh organisasi,
dengan melalui disiplin kerja maka secara tidak langsung karyawan akan
terbiasa melakukan tugas dengan baik dan sesuai dengan aturan. Rendahnya
disiplin kerja karyawan dalam suatu perusahaan dapat menyebabkan
terhambatnya suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya, Salwa et al.
(2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kecendrungan penurunan
produktivitas perusahaan salah satunya diakibatkan oleh prilaku kerja para
karyawannya yang kurang disiplin menyebabkan kinerja yang kurang
maksimal.
Di lapangan sering kali dijumpai adanya karyawan yang melanggar
peraturan seperti datang tidak tepat waktu dan telat masuk saat jam istirahat
telah selesai. Selain itu masih terdapat karyawan yang keluar masuk saat
9
jam kerja padahal pekerjaan yang ditugaskan oleh pimpinan pelum
sepenuhnya dikerjakan. Hal itu semua menyebabkan banyak target yang
tidak selesai tepat waktu. Berdasarkan penjabaran yang telah disampaikan
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kedispilinan karyawan
masih rendah. Adapun data tentang ketidakdisplinan karyawan pada bidang
perikanan tangkap terlihat pada hasil rekapan absensi karyawan dalam satu
tahun terakhir seperti Tabel 1.4 dibawah ini.
Tabel 1.4
data absensi karyawan bidang perikanan tangkap (Januari-
Desember 2017)
Bulan Total
karyawan
(orang)
Total
hari
kerja
(hari)
Jumlah karyawan yang
tidak masuk (orang)
Sakit Ijin Alfa
Januari 31 21 5 1 4
Februari 31 19 5 5 9
Maret 31 22 5 3 7
April 31 18 4 - 5
Mei 31 20 7 3 8
Juni 31 15 8 3 4
Juli 31 21 5 - 9
Agustus 31 22 4 2 6
September 31 19 6 - 10
Oktober 31 22 2 2 3
November 31 23 6 5 8
Desember 31 18 5 4 2
Rata-rata 5,33% 2,33% 6,25%
Sumber : Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Tuban
10
Tabel 1.4 diatas menunjukkan tingkat kedisiplinan karyawan di
bidang perikanan tangkap yang masih rendah. Berdasarkan data absensi
diatas, dapat dilihat bahwa masih banyak karyawan yang kurang disiplin,
dapat dilihat dari presentase karyawan yang tidak masuk kerja tanpa alasan
yaitu sebesar 6,25%. Ketidakdisiplinan karyawan terjadi karena lemahnya
sistem yang mengatur tentang absensi karyawan. Salah satu system yang
sedang rusak yaitu model finger print. Tercatat sejak bulan Agustus-
Desember 2017 sistem absensi mengunakan absensi manual.
Padahal, finger print ini mampu mendeteksi kedisiplinan karyawan
melalui ketepatan waktu saat karyawan check lock. Sedangkan saat
menggunakan absensii manual, karyawan akan datang sesuka hati tanpa
terdeteksi jam berapa karyawan tiba di kantor. Bukan hanya itu saja, salah
satu kelemahan absensi secara manual yaitu karyawan bisa absensi di lain
hari sehingga kemungkinan untuk membolos masih ada. Dengan melihat
dan memperhatikan uraian-uraian diatas, maka penulis tertarik mengambil
judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Disiplin Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan” Studi Pada Dinas Perikanan dan Peternakan
Kab.Tuban”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan, Maka dapat di
diangkat permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan kinerja.
11
1. Bagaimana gaya kepemimpinan, disiplin kerja dan kinerja karyawan
bidang perikanan tangkap pada Dinas Perikanan dan Peternakan
Kabupaten Tuban?
2. Apakah gaya kepemimpinan dan disiplin kerja secara parsial dan
simultan berpengaruh terhadap kinerja karyawan bidang perikanan
tangkap pada Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Tuban?
3. Diantara variabel gaya kepemimpinan dan disiplin kerja variabel
manakah yang paling kuat berpengaruh terhadap kinerja karyawan
bidang perikanan tangkap pada Dinas Perikanan dan Peternakan
Kabupaten Tuban?
C. Batasan Masalah
1. Gaya kepemimpinan yang diamati pada penelitian ini adalah gaya
kepemimpinan kepala bidang perikanan tangkap dan dibatasi
menggunakan pendekatan yang digunakan oleh Universitas Michigan.
2. Objek penelitian dibatasi pada karyawan bidang perikanan tangkap
yang sudah berpengalaman kerja minimal 1 tahun .
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang diangkat, Maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Untuk mendeskripsikan gaya kepemimpinan, disiplin kerja dan
kinerja pada karyawan bidang perikan tangkap.
12
2. Untuk menguji pengaruh gaya kepemimpinan dan disiplin kerja
secara parsial dan simultan terhadap kinerja pada karyawan bidang
perikan tangkap.
3. Untuk menguji variabel yang paling kuat berpengaruh terhadap
kinerja pada karyawan bidang perikan tangkap.
E. Manfaat penelitian
Dari hasil ini penilitian ini bisa menghasilkan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan
Diharapkan dapat memberikan masukan dan gambaran bagi Dinas
perikanan dan peternakan kabupaten Tuban untuk dapat
memberikan perhatian yang lebih baik terhadap gaya kepemimpinan
dan disiplin kerja, karena kedua faktor tersebut mempunyai
pengaruh terhadap kinerja.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
referensi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh gaya
kepemimpinan dan disiplin kerja terhadap kinerja.