5
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, penyakit infeksi menyumbangkan hampir sepertiga kasus kematian di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa hampir 50.000 orang meninggal setiap hari akibat penyakit ini. Meskipun ada banyak peningkatan dalam pencegahan dan pengobatan penyakit ini, namun peningkatan morbiditas dan kematian yang signifikan juga terjadi, baik di negara maju maupun negara berkembang (Yoshikawa & Shobita, 2006). Pada profil kesehatan tahun 2015, peningkatan jumlah kasus kematian ibu hamil di Indonesia juga disebabkan oleh infeksi. Infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen, seperti bakteri, virus, parasit atau jamur. Penyakit ini, dapat menyebar, secara langsung atau tidak langsung, dari satu orang ke orang lain (Anonim, 2017). Meskipun kasus infeksi akibat bakteri juga cukup banyak, tetapi kasus infeksi akibat jamur juga semakin meningkat. Salah satu penyakit akibat jamur yang umum terjadi adalah kandidiasis. Kandidiasis adalah suatu infeksi akut atau subakut yang disebabkan oleh Candida albicans atau kadang-kadang oleh spesies candida yang lain, yang dapat menyerang berbagai jaringan tubuh. Jenis Candida lain yang dapat menyebabkan kandidiasis yaitu seperti Candida krusei, Candida stellatoidea, Candida tropicalis, Candida pseudotropicalis, dan Candida parapsilosis, umumnya bersifat apatogen (Siregar, 2004). Candida albicans merupakan mikroorganisme yang terdapat pada saluran pencernaan, saluran reproduksi, rongga mulut, dan kulit manusia kebanyakan, tetapi tidak memberikan gejala apapun. Pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat, Candida albicans seringkali tidak berbahaya. Namun, perubahan mikrobiota inang, perubahan respons imun inang, atau akibat lingkungan dapat memungkinkan jamur ini untuk tumbuh dan menyebabkan infeksi (Nobile & Alexander, 2015). Insiden infeksi akibat Candida dilaporkan semakin meningkat di berbagai negara. Beberapa studi yang dilakukan di Denmark, Amerika Serikat dan India

BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42582/2/BAB I.pdf · ., (2015), dilakukan fraksinasi terhadap buah belimbing wuluh dengan menggunakan n-heksana, etil asetat,

  • Upload
    others

  • View
    24

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Saat ini, penyakit infeksi menyumbangkan hampir sepertiga kasus kematian di

dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa hampir 50.000

orang meninggal setiap hari akibat penyakit ini. Meskipun ada banyak peningkatan

dalam pencegahan dan pengobatan penyakit ini, namun peningkatan morbiditas dan

kematian yang signifikan juga terjadi, baik di negara maju maupun negara

berkembang (Yoshikawa & Shobita, 2006). Pada profil kesehatan tahun 2015,

peningkatan jumlah kasus kematian ibu hamil di Indonesia juga disebabkan oleh

infeksi.

Infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen,

seperti bakteri, virus, parasit atau jamur. Penyakit ini, dapat menyebar, secara

langsung atau tidak langsung, dari satu orang ke orang lain (Anonim, 2017).

Meskipun kasus infeksi akibat bakteri juga cukup banyak, tetapi kasus infeksi

akibat jamur juga semakin meningkat. Salah satu penyakit akibat jamur yang umum

terjadi adalah kandidiasis. Kandidiasis adalah suatu infeksi akut atau subakut yang

disebabkan oleh Candida albicans atau kadang-kadang oleh spesies candida yang

lain, yang dapat menyerang berbagai jaringan tubuh. Jenis Candida lain yang dapat

menyebabkan kandidiasis yaitu seperti Candida krusei, Candida stellatoidea,

Candida tropicalis, Candida pseudotropicalis, dan Candida parapsilosis,

umumnya bersifat apatogen (Siregar, 2004).

Candida albicans merupakan mikroorganisme yang terdapat pada saluran

pencernaan, saluran reproduksi, rongga mulut, dan kulit manusia kebanyakan,

tetapi tidak memberikan gejala apapun. Pada individu dengan sistem kekebalan

tubuh yang sehat, Candida albicans seringkali tidak berbahaya. Namun, perubahan

mikrobiota inang, perubahan respons imun inang, atau akibat lingkungan dapat

memungkinkan jamur ini untuk tumbuh dan menyebabkan infeksi (Nobile &

Alexander, 2015).

Insiden infeksi akibat Candida dilaporkan semakin meningkat di berbagai

negara. Beberapa studi yang dilakukan di Denmark, Amerika Serikat dan India

2

menunjukkan bahwa angka kejadian infeksi ini masih tinggi dan cenderung

mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir (Kalista, et al., 2017).

Sedangkan di Indonesia, kasus kandidiasis menempati urutan ketiga dalam kejadian

dermatomikosis, tetapi pada beberapa kota, yaitu Makasar, Medan, dan Denpasar

menempati urutan pertama (Soetojo & Linda, 2016).

Berdasarkan penjelasan mengenai peningkatan terjadinya kasus infeksi akibat

jamur tersebut, maka banyak penelitian untuk mendapatkan obat anti jamur yang

dapat digunakan untuk mengurangi kasus infeksi. Pada umumnya, untuk melawan

jamur Candida albicans, digunakan obat-obat antijamur golongan imidazol seperti

klotrimazol, dan mikonazol, flusitosin, dan golongan polien seperti nistatin (Neal,

2006). Selain obat-obat diatas, terdapat juga beberapa tanaman yang berkhasiat

sebagai antijamur.

Dewasa ini, pengobatan dengan bahan dari alam mulai banyak diminati.

Terbukti dengan banyaknya penelitian mengenai kandungan kimia tanaman yang

berkhasiat sebagai obat. Sehingga dilakukan penelitian terhadap Limonia

acidissima yang biasa disebut dengan buah kawista atau buah kinca.

Kawista atau kinca atau dalam bahasa latin bernama Limonia acidissima ini

merupakan salah satu tanaman obat yang tumbuh di seluruh wilayah tropis dan

beriklim sedang (Naidu, et al., 2014). Limonia acidissima tumbuh hingga tinggi 9

m dan tumbuh di seluruh India atau pada daerah kering dan hangat. Daun dari

tanaman Limonia acidissima berwarna hijau gelap dengan panjang 3 sampai 5 inci.

Sedangkan, bunganya berukuran kecil dan berwarna merah kusam sampai merah

kehijauan. Kemudian buahnya berbentuk bulat sampai lonjong, berwarna abu-abu,

dan memiliki kulit buah yang keras (Longman, 1933; Vijayvargia & Rekha, 2014).

Buah Limonia acidissima ini mengandung beberapa senyawa seperti alkaloid,

saponin, tanin, triterpenoid, dan flavonoid (Pandey, et al., 2014; Rini, et al., 2017).

Senyawa-senyawa tersebut memiliki aktivitas sebagai antijamur.

Semua bagian Limonia acidissima digunakan dalam sistem pengobatan

tradisional untuk pengobatan berbagai penyakit. Buahnya digunakan untuk sakit

perut, diare, disentri, stimulan, diuretik, menyembuhkan batuk, asma, dan

keputihan. Sedangkan bijinya digunakan sebagai obat penyakit jantung

(Buvanaratchagan & Dandhapani, 2016). Sedangkan rebusan daun dari Limonia

3

acidissima ini digunakan dalam pengobatan sembelit, muntah, kardiotonik, dan

diuretik (Naidu, et al., 2014).

Menurut Jayashree dan Ramesh, (2014), ekstrak metanol daging buah Limonia

acidissima dengan metode ekstraksi soxhlet, menunjukkan aktivitas antimikroba

yang cukup tinggi dibandingkan dengan ekstrak kloroform dan aqua. Hal ini

menunjukkan bahwa, senyawa antimikroba yang signifikan bersifat polar yang

dibuktikan dengan tingginya tingkat aktivitas antibakteri ekstrak metanol daging

buah Limonia acidissima. Zona hambat dari ekstrak metanol menghasilkan rata-

rata zona hambat 15-21 mm dengan konsentrasi minimum sebesar 3,125-12,5

mg/mL. Mikroba yang diuji yaitu Salmonella typhimurium, Klebsiella pneumonia,

Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Aspergillus niger, dan Aspergillus

flavus.

Pada penelitian yang dilakukan Buvanaratchagan dan Dandhapani, (2016),

ekstrak daun Limonia acidissima dengan konsentrasi 50 mg/mL menunjukkan

aktivitas antijamur terhadap ketiga fungi dermatofitik seperti Trichophyton

mentagrophytes, Microsporum canis dan Epidermophyton floccosum yang

memiliki pengaruh sebanding dengan kelompok kontrol yang menggunakan

ketokonazol. Zona hambat dari ekstrak daun Limonia acidissima dalam jamur

Trichophyton mentagrophytes, Microsporum canis dan Epidermophyton floccosum

masing-masing adalah 32,42 ± 1,43 mm; 27,56 ± 0,95 mm; dan 28,62 ± 1,37 mm.

Pada penelitian yang dilakukan Anebaracy, et al., (2015), ekstrak akar Limonia

acidissima dengan pelarut etanol memiliki efek antimikroba yang sebanding

dengan kelompok kontrol yang menggunakan streptomisin. Mikroba yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu Candida albicans. Hasil dari zona hambat

untuk streptomisin dengan konsentrasi 10 µg adalah 6,56 ± 0,04 mm. Sedangkan

zona hambat ekstrak akar Limonia acidissima dengan konsentrasi 50 µg adalah 5,37

± 0,02 mm.

Sedangkan menurut penelitian Marlin, et al., (2015), dilakukan fraksinasi

terhadap buah belimbing wuluh dengan menggunakan n-heksana, etil asetat, dan

metanol, hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa fraksi etil

asetat memberikan hasil zona hambat paling tinggi terhadap jamur Candida

albicans dengan menggunakan metode difusi cakram.

4

Berdasarkan beberapa penelitian dan teori, buah yang banyak ditemukan di

Bima ini, memiliki potensi sebagai antijamur. Pada penelitian ini, daging buah

Limonia acidissima akan difraksinasi secara bertingkat untuk memisahkan

komponen kimia yang terdapat pada daging buah Limonia acidissima dengan

berbagai pelarut yang berbeda kepolarannya, seperti n-heksan, etil asetat dan etanol

dan juga untuk mengetahui fraksi yang aktif sebagai antimikroba. Pada pengujian

potensi antijamur dari fraksi etanol daging buah Limonia acidissima ini, digunakan

metode difusi cakram. Dalam metode ini, senyawa uji pada konsentrasi yang

diketahui, kontak dengan media yang diinokulasi dengan jamur Candida albicans

dan diameter zona hambatnya diukur pada akhir periode inkubasi. Dari penelitian

ini dapat diketahui aktivitas antijamur fraksi etanol daging buah Limonia acidissima

terhadap Candida albicans dengan mengukur besarnya diameter daya hambat.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini, antara lain:

1. Bagaimana aktivitas antijamur fraksi etanol daging buah Limonia acidissima

terhadap Candida albicans dengan metode difusi cakram?

2. Apa saja golongan senyawa yang terkandung dalam fraksi etanol daging buah

Limonia acidissima?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, antara lain:

1. Untuk mendapatkan informasi mengenai aktivitas antijamur fraksi etanol

daging buah Limonia acidissima terhadap Candida albicans dengan metode

difusi cakram

2. Untuk mendapatkan informasi mengenai golongan senyawa yang terkandung

dalam fraksi etanol daging buah Limonia acidissima

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain sebagai

berikut:

1. Aspek teoritik

5

a. Menjadi data adanya konsentrasi yang efektif dari Limonia acidissima

dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans menggunakan

metode difusi cakram dengan adanya bukti-bukti empiris dalam

penelitian ini.

b. Menjadi data adanya senyawa dalam daging buah Limonia acidissima

yang dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans.

2. Aspek aplikatif

a. Memberi informasi ilmiah pada masyarakat tentang manfaat fraksi etanol

daging buah Limonia acidissima yang dapat digunakan sebagai

antijamur.

b. Membuka peluang kemungkinan pembuatan obat pencegah

pertumbuhan Candida albicans dari fraksi etanol Limonia acidissima.