Upload
trinhnhi
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Penelitian
Di dalam memasuki era globalisasi perkembangan dunia usaha sangat pesat khususnya
dibidang ekonomi, perkembangan dunia usaha ini dapat diartikan bahwa disatu sisi memberikan
peluang bisnis yang sangat besar tetapi disatu sisi memberikan tantangan dan ancaman yang
patut diperhitungkan ataupun diwaspadai yaitu berupa persaingan. Oleh karena itu, perusahaan
dituntut selalu siap dan mampu mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi dimasa sekarang
ataupun dimasa yang akan datang. Selain itu perusahaan senantiasa berusaha meningkatkan
kinerja dan produktivitasnya melalui berbagai cara sehingga kelangsungan hidup perusahaan
dapat berlanjut dan tujuan perusahaan pun tercapai, termasuk perusahaan-perusahaan yang
bergerak di bidang jasa tanpa terkecuali.
Setiap bagian yang terdapat dalam perusahaan membutuhkan pengendalian yang
seksama dan terkontrol dengan baik. Salah satu bagian yang terdapat dalam perusahaan yang
membutuhkan pengendalian tersebut yaitu bagian penjualan. Bagian penjualan sangat penting
karena penjualan merupakan salah satu kegiatan operasional utama dalam suatu perusahaan yang
kegiatannya dapat menghasilkan pendapatan bagi perusahaan untuk membiayai kebutuhan
operasional perusahaan sehingga dapat menunjang kelangsungan hidup perusahaan. Selain itu,
penjualan juga mempunyai peranan penting bagi perusahaan sebagai upaya untuk mendapatkan
laba. Laba yang tinggi hanya dapat tercapai jika didukung oleh seluruh kegiatan operasional
perusahaan, terutama kegiatan penjualan yang memiliki pengendalian yang terkontrol dan
dikelola dengan baik.
2
PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero)
merupakan Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang jasa
transportasi laut. Yang memiliki kantor cabang sebanyak 31 unit yang tersebar di seluruh
Indonesia. PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero)
Cabang Merak merupakan salah satu kantor cabang utama di Indonesia dengan memiliki 5 (lima)
dermaga kapal. Beberapa tahun belakangan ini kantor cabang merak mengalami kerugian dengan
adanya calo tiket dan penggandaan tiket, sehingga kantor cabang merak mencoba untuk
mengatasi permasalahan tersebut dengan memberlakukan tiket elektrik atau yang di sebut E-
ticketing.
Namun terobosan tersebut tidak langsung berjalan efektif dan efisien karena adanya
permasalahan-permasalahan mengenai pengendalian penjualan E-ticketing tersebut. Oleh sebab
itu, dari uraian diatas penulis berminat untuk menyusun skripsi dengan judul “EVALUASI
SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP FUNGSI PENJUALAN E-
TICKETING PADA PT ANGKUTAN SUNGAI DANAU DAN PENYEBERANGAN
(ASDP) INDONESIA FERRY (PERSERO) CABANG MERAK BANTEN”.
I.2 Identifikasi Masalah
Dalam skripsi ini penulis membatasi permasalahan yaitu hanya melakukan
pembahasan mengenai:
1. Apakah kegiatan operasional terkait proses penjualan E-ticketing dilaksanakan secara
efektif?
2. Bagaimana penerapan sistem pengendalian internal atas fungsi penjualan E-ticketing
pada PT ASDP Cabang Merak?
3
3. Apakah terdapat kelemahan-kelemahan atas penerapan sistem pengendalian internal
yang telah diterapkan oleh PT ASDP Cabang Merak?
I.3 Ruang Lingkup Penelitian
Di dalam penyusunan skripsi ini, penulis memilih untuk membatasi masalah
pembahasannya hanya pada :
1. Prosedur fungsi penjualan terkait penjualan tunai E-ticketing.
2. Evaluasi pengendalian internal perusahaan berdasarkan komponen pengendalian internal
menurut The Committee of Sponsoring Organizations of The Treadway Commission
(COSO) dan masalah yang berkaitan dengan pengendalian internal dalam prosedur
penjualan E-ticketing.
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk :
1. Mengevaluasi kegiatan operasional terkait proses penjualan E-ticketing.
2. Mengevaluasi pengendalian internal atas fungsi penjualan E-ticketing pada PT ASDP
Cabang Merak.
3. Mengidentifikasi kelemahan-kelemahan sistem pengendalian internal yang mungkin ada
dan membuat rekomendasi perbaikannya.
Diharapkan juga penulisan skripsi ini dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
4
Memberikan masukan dan informasi yang bermanfaat bagi PT ASDP Indonesia Ferry
(Persero) Cabang Merak.
2. Bagi Penulis
Dapat digunakan sebagai pengembangan wawasan serta pemahaman dan perbandingan
antara teori dan praktek yang sebenarnya mengenai sistem pengendalian internal fungsi
penjualan.
3. Bagi Pihak Lain
Memberikan tambahan pengetahuan dan dapat menjadi bahan referensi khususnya untuk
mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.
I.5 Metodologi Penelitian
Metodologi merupakan suatu proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk
mendekati masalah dan mencari jawaban atau dengan kata lain dapat juga disebut sebagai
pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode
kualitatif merupakan proses penelitian yang berkesinambungan sehingga tahap
pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data dilakukan bersamaan selama proses
penelitian.
Adapun data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini penulis peroleh
berdasarkan metode penelitian sebagai berikut:
1. Study Literatur (Literature Research)
5
Penelitian dengan metode ini dilakukan penulis untuk memperoleh data dengan
mempelajari buku-buku, literatur, serta sumber-sumber yang berhubungan masalah yang
diteliti guna memperoleh landasan teori.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian dengan metode ini adalah dengan cara mengamati, meneliti, mempelajari dan
mencatat cara kerja dari suatu system. Dengan teknik ini diharapkan data dapat
terkumpul sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya sehingga bisa dijadikan sebagai alat
pengumpulan data secara beraturan sesuai dengan prosedur dan peraturan-peraturan
tertentu yang pada akhirnya akan memberikan kemungkinan untuk menafsirkan secara
baik dan benar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Obsevasi (Observation)
Observasi ini dilakukan secara langsung terhadap penelitian untuk melengkapi data
yang diperlukan serta untuk mengamati operasional penjualan E-ticketing.
b. Wawancara (Interview)
Penulis melakukan wawancara langsung kepada pimpinan serta staf yang berwenang
dan berkaitan langsung dengan operasional E-ticketing. Selain melakukan wawancara
dengan pihak perusahaan, penulis juga melakukan wawancara langsung dengan
pengguna E-ticketing.
c. Dokumentasi (Documentation)
Mempelajari catatan dan dokumen perusahaan guna memperoleh data yang dapat
dipercaya.
d. Pengujian
6
Melakukan pengujian atas dasar informasi yang diperoleh dari hasil wawancara,
observasi, catatan dan dokumen-dokumen perusahaan.
e. Analisis
Membandingkan informasi yang ada dengan kebijakan perusahaan.
I.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan adalah cara penulisan yang menempatkan bab demi bab
sesuai dengan masalahnya, dan bab yang satu saling berhubungan dengan bab yang
lainnya sehingga menjadi sebuah karya tulis yang utuh. Adapun susunan dari bab tersebut
adalah :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menggambarkan isi keseluruhan skripsi yang terdiri dari latar belakang,
identifikasi masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini diuraikan mengenai dasar-dasar teoritis yang berkaitan dengan
topik bahasan mengenai permasalahan terkait pengendalian internal, pengertian
penjualan, fungsi penjualan, siklus penjualan serta aktivitas pengendalian internal
terhadap fungsi penjualan, pengertian E-ticketing, dan pengertian 3E (Efektivitas,
efisiensi dan ekonomis).
BAB III : OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN
7
Bab ini menjelaskan mengenai sejarah perusahaan, bidang usaha yang sedang
berjalan, serta struktur organisasi yang ada pada objek penelitian. Dalam bab ini juga
berisi prosedur penjualan E-ticketing beserta flow chart.
BAB IV : PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi Evaluasi penulis terhadap hasil yang didapat setelah
melaksanakan penelitian, yaitu Perencanaan Evaluasi, Tujuan Pelaksanaa Evaluasi,
Pengumpulan bukti, Evaluasi Sistem Pengendalian Internal Pada Siklus Pendapatan,
Evaluasi Pengendalian Internal atas Siklus Penjualan (COSO) pada PT ASDP Indonesia
Ferry (Persero) Cabang Merak dan Usulan Standard Operating Procedure (SOP) beserta
Bagan Alir SOP Penjualan E-ticketing.
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi kesimpulan yang merupakan ringkasan dari hasil analisis dan
pembahasan yang dilakukan serta memberikan saran-saran yang dapat memberikan
manfaat bagi perusahaan untuk meningkatkan kualitas, kemajuan, serta perkembangan
perusahaan.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
II.I Pengendalian Internal
II.1.1 Pengertian Sistem pengendalian Internal
Dalam setiap perusahaan perlu diterapkan pengendalian internal untuk mengarahkan laju
perusahaan agar tetap mengikuti tujuan yang telah ditetapkan. Pengendalian dianggap penting
karena akan mempengaruhi setiap aspek operasional perusahaan.
Menurut Mulyadi, definisi sistem pengendalian internal meliputi struktur organisasi,
metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek
ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya
kebijakan manajemen. (2001:183)
Menurut Dasaratha V. Rama/ Frederick L. Jones yang diterjemahkan oleh M. Slamet
Wibowo pengendalian internal (internal control) adalah :
“Suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan direksi entitas, manajemen dan personel
lainnya, yang dirancang untuk memberikan kepastian yang beralasan terkait dengan pencapaian
9
sasaran kategori sebagai berikut: efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan,
dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku”. (2008:132)
Menurut Amin Widjaja Tunggal the Committee of Sponsoring Organizations of The
Treadway Commission (COSO) report defines internal control as follows: Internal control is a
process, effected by an entity’s board of directors, management and other personnel, designed to
provide reasonable assurance regarding the achievementt of objectives in the following
categories :
• Reliability of financial reporting
• Compliance with applicable laws and regulations
• Effectiveness and efficiency of operations (2010:82)
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal adalah
suatu proses yang dapat dipengaruhi manajemen dan karyawan dalam menyediakan secara layak
suatu kepastian mengenai prestasi yang diperoleh secara objektif dalam penerapannya tentang
bagian laporan keuangan yang dapat dipercaya, diterapkannya efisiensi dan efektivitas dalam
kegiatan operasional perusahaan dan diterapkannya peraturan dan hukum yang berlaku agar
ditaati oleh semua pihak.
Berdasarkan beberapa pengertian pengendalian internal diatas, terdapat beberapa konsep
dasar, diantaranya :
1. Pengendalian internal merupakan suatu proses.
Pengendalian internal merupakan suatu rangkaian tindakan menjadi bagian yang
tidak terpisahkan, bukan sebagai tambahan, dari infrastruktur entitas untuk mencapai
tujuan tertentu.
2. Pengendalian internal dilaksanakan oleh orang.
8
10
Pengendalian internal bukan hanya berbentuk kebijakan manual saja tetapi
merupakan orang pada berbagai tingkatan organisasi, termasuk dewan direksi,
manajemen, dan personel lainnya.
3. Pengendalian internal dapat diharapkan untuk menyediakan hanya keyakinan yang
memadai.
Maksudnya yaitu bukan keyakinan yang mutlak, kepada manajemen dan dewan
direksi suatu entitas karena keterbatasan yang melekat dalam semua sistem
pengendalian internal dan perlunya untuk mempertimbangkan biaya dan manfaat
relative dari pengadaan pengendalian.
4. Pengendalian internal diarahkan pada pencapaian tujuan.
Tujuan yang saling berkaitan antara pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi.
II.1.2 Tujuan Pengendalian Internal
Menurut Wing Wahyu Winarno tujuan sistem pengendalian internal ada empat,
yaitu :
1. Melindungi harta kekayaan perusahaan.
Kekayaan perusahaan dapat berupa kekayaan yang berwujud maupun yang tidak
berwujud. Kekayaan perusahaan sangat diperlukan untuk menjalankan kegiatan
perusahaan. Bangunan, peralatan, mesin-mesin, semuanya bernilai sangat material
dari segi keuangan dan sangat diperlukan dalam segi teknis operasional.
2. Meningkatkan akurasi informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi yang
dijalankan oleh perusahaan.
11
Informasi menjadi dasar pembuatan keputusan. Apabila informasi salah,
keputusan yang diambil, baik oleh manajemen maupun pihak lain, dapat salah.
Keputusan yang salah akan sangat merugikan perusahaan. Agar informasi tidak
salah, perlu dilakukan pengawasan terhadap sistem informasi yang dimiliki oleh
perusahaan.
3. Meningkatkan efisiensi kinerja perusahaan, sehingga dalam berbagai kegiatan dapat
dilakukan penghematan, efisiensi merupakan suatu perbandingan antara besarnya
pengorbanan dan hasil yang diperoleh. Semakin kecil pengorbanan namun hasil
yang diperoleh tetap sama, menunjukkan perusahaan efisien. Perusahaan yang
efisien akan lebih mudah mendapatkan laba yang besar. Laba yang besar akan sangat
diharapkan oleh pemegang saham atau pemilik perusahaan dan jajaran karyawan.
4. Meningkatkan kepatuhan terhadap kebijakan manajemen.
Secara berkala, manajemen telah menetapkan tujuan yang akan dicapai oleh
perusahaan dan tujuan tersebut hanya dapat dicapai apabila semua pihak di dalam
perusahaan bekerja sama dengan baik. Di dalam suatu perusahaan terdapat banyak
orang yang memiliki berbagai kepentingan, namun kepentingan mereka tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan perusahaan. Di sisi lain manajemen juga harus
menetapkan tujuan yang tidak terlalu tinggi, selain juga tidak terlalu rendah. (2006 :
116)
Menurut James A. Hall yang diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos
diterapkannya pengendalian internal untuk mencapai empat tujuan utama, yaitu :
1. Untuk menjaga aktiva perusahaan
2. Untuk memastikan akurasi dan dapat diandalkannya catatan dan informasi akuntansi
12
3. Untuk mempromosikan efisiensi operasi perusahaan.
4. Untuk mengukur kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur yang telah di tetapkan
oleh management. (2007:181)
Menurut Amin Widjaja Tunggal “Manajemen dalam merancang struktur
pengendalian internal mempunyai kepentingan-kepentingan sebagai berikut :
1. Keandalan pelaporan keuangan.
2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
3. Efektivitas dan efisiensi operasi.
Dari ketiga tujuan tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Keandalan pelaporan keuangan.
Dimaksudkan bahwa manajemen bertanggungjawab menyiapkan laporan
keuangan bagi investor, auditor, dan pengguna lainnya. Manajemen mempunyai
kewajiban hukum dan profesional untuk menjamin bahwa informasi telah disiapkan
sesuai standar laporan, yaitu prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Artinya adalah pengendalian internal merupakan alat untuk memberikan jaminan
bahwa prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan dalam pencapaian tujuan diikuti oleh
seluruh karyawan perusahaan.
3. Efektivitas dan efisiensi organisasi
Dalam hal ini, pengendalian internal dimaksudkan untuk mendorong sumber daya
secara efektif dan efisien untuk pencapaian tujuan perusahaan. Hal ini berkaitan dengan
pengalokasian sumber-sumber milik perusahaan, sehingga dapat dicegah kegiatan yang
tidak perlu dan pemborosan dari semua aspek organisasi. (2010:214)
13
II.1.3 Komponen Pengendalian Internal
Menurut William C. Boynton dan Raymond N. Johnson the COSO report (and
AU 319.07) identifies five interrelated components of internal control :
1. Control environment sets the tone of an organization, influencing the control
consciousness of its people. It is the foundation for all other components of
internal control, providing discipline and structure.
2. Risk assessment is the entity’s identification and analysis of relevant risk to
achievement of its objectives, forming a basis for determining how the risks
should be managed.
3. Control activities are the policies and procedures that help ensure that
management directives are carried out.
4. Information and communication are the identification, capture and exchange
of information in a form and time frame that enable people to carry out their
responsibilities.
5. Monitoring is a process that assesses the quality of internal control
performance over time. (2006:392)
COSO mengidentifikasi Sistem Pengendalian Internal yang efektif meliputi lima
komponen yang saling berhubungan untuk mendukung pencapaian tujuan entitas, yaitu
14
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment) : Merupakan pondasi dari
komponen lainnya dan meliputi beberapa faktor diantaranya :
a. Integritas dan Etika
b. Komitmen untuk meningkatkan kompetensi
c. Dewan komisaris dan komite audit
d. Filosofi manajemen dan jenis operasi
e. Kebijakan dan praktek sumber daya manusia
COSO menyediakan pedoman untuk mengevaluasi tiap faktor tersebut diatas.
Misal, filosofi manajemen dan jenis operasi dapat dinilai dengan cara menguji
sifat dari penerimaan risiko bisnis, frekuensi interaksi dari tiap subordinat, dan
pengaruhnya terhadap laporan keuangan.
2. Penilaian Risiko (Risk Assessment) : Terdiri dari identifikasi risiko dan
analisis risiko. Identifikasi risiko meliputi pengujian terhadap faktor-faktor
eksternal seperti perkembangan teknologi, persaingan, dan perubahan
ekonomi. Faktor internal diantaranya kompetensi karyawan, sifat dari
aktivitas bisnis, dan karakteristik pengelolaan sistim informasi. Sedangkan
Analisis Risiko meliputi mengestimasi signifikansi risiko, menilai
kemungkinan terjadinya risiko, dan bagaimana mengelola risiko.
3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities) : Terdiri dari kebijakan dan
prosedur yang menjamin karyawan melaksanakan arahan manajemen.
Aktivitas Pengendalian meliputi reviu terhadap sistim pengendalian,
15
pemisahan tugas, dan pengendalian terhadap sistim informasi. Pengendalian
terhadap sistim informasi meliputi dua cara :
a. General controls, mencakup kontrol terhadap akses, perangkat lunak, dan
system development.
b. Application controls, mencakup pencegahan dan deteksi transaksi yang
tidak terotorisasi. Berfungsi untuk menjamin completeness, accuracy,
authorization and validity dari proses transaksi.
4. Informasi dan komunikasi : COSO menyatakan perlunya untuk mengakses
informasi dari dalam dan luar, mengembangkan strategi yang potensial dan
system terintegrasi, serta perlunya data yang berkualitas. Sedangkan diskusi
mengenai komunikasi berfokus kepada menyampaikan permasalahan
Pengendalian Internal, dan mengumpulkan informasi pesaing.
5. Pengawasan (Monitoring) : Karena Pengendalian Internal harus dilakukan
sepanjang waktu, maka COSO menyatakan perlunya manajemen untuk terus
melakukan pengawasan terhadap keseluruhan Sistem Pengendalian Internal
melalui aktivitas yang berkelanjutan dan melalui evaluasi yang ditujukan
terhadap aktivitas atau area yang khusus.
II.1.4 Ciri-ciri Pengendalian Internal yang Kuat
Menurut Amin Widjaja Tunggal menjelaskan ciri-ciri dari pengendalian internal
yang kuat, yaitu :
16
1. Karyawan yang kompeten dan jujur, antara lain, menguasai standard akuntansi,
peraturan perpajakan, dan peraturan pasar modal.
2. Transaksi diotorisasi oleh pejabat yang berwenang (transaksi absah).
3. Transaksi dicatat dengan benar (jumlah, estimasi dan perlakuan akuntansi).
4. Pemisahan tugas yang mengambil inisiatif timbulnya suatu transaksi, yang
mencaatat dan yang menyimpan.
5. Akses terhadap asset dan catatan perusahaan sesuai dengan fungsi dan tugas
karyawan.
6. Perbandingan secara periodik antara saldo menurut buku dengan jumlah secara
fisik.
Ciri-ciri di atas harus memenuhi 3 kriteria pengendalian yang efektif, yaitu :
1. Bersifat Preventive Control
Pengendalian untuk pencegahan yaitu mencegah timbulnya suatu masalah
sebelum mereka muncul. Mempekerjakan personil akuntansi yang berkualitas
tinggi, pemisahan tugas pegawai yang memadai dan secara efektif mengendalikan
akses fisik atas asset, fasilitas dan informasi, merupakan pengendalian
pencegahan yang efektif.
2. Bersifat Detektive Control
Oleh karena tidak semua masalah mengenai pengendalian dapat dicegah, maka
pengendalian untuk pemeriksaan dibutuhkan untuk mengungkap masalah begitu
begitu masalah tersebut muncul. Contoh dari pengendalian untuk pemeriksaan
adalah pemeriksaan salinan atas perhitungan, mempersiapkan rekonsiliasi bank
dan neraca saldo setiap bulan.
17
3. Bersifat Corrective Control
Pengendalian korektif memecahkan masalah yang ditemukan oleh pengendalian
untuk pemeriksaan. Pengendalian ini mencakup prosedur yang dilaksanakan
untuk mengidentifikasi penyebab masalah, memperbaiki kesalahan atau kesulitan
yang ditimbulkan, dan mengubah system agar masalah di masa mendatang dapat
diminimalisasikan atau dihilangkan.
II.1.5 Batasan Pengendalian Internal
Menurut Drs. Sanyoto Gondodiyoto, sistem pengendalian internal yang baik adalah
bukan struktur pengendalian yang seketat mungkin secara maksimal, sistem
pengendalian internal juga mempunyai keterbatasan-keterbatasan, antara lain sebagai
berikut :
1. Persekongkolan (kolusi)
Pengendalian internal mengusahakan agar persekongkolan dapat dihindari sejauh
mungkin, misalnya dengan mengharuskan giliran bertugas, larangan dalam
menjalankan tugas-tugas yang bertentangan oleh mereka yang mempunyai
hubungan kekeluargaan, keharusan mengambil cuti dan seterusnya. Akan tetapi
pengendalian internal tidak dapat menjamin bahwa persengkokolan tidak terjadi.
2. Perubahan
Struktur pengendalian internal pada suatu organisasi harus selalui diperbarui
sesuai dengan perkembangan kondisi dan teknologi.
18
3. Kelemahan manusia
Banyak kebobolan yang terjadi pada sistem pengendalian internal yang secara
teoritis sudah baik. Hal tersebut dapat terjadi karena lemahnya pelaksanaan yang
dilakukan oleh personil yang bersangkutan. Oleh karena itu personil yang paham
dan kompeten untuk menjalankannya dan merupakan salah satu unsur terpenting
dalam pengendalian internal.
4. Azas biaya-manfaat
Pengendalian juga harus mempertimbangkan biaya dan kegunaannya. Biaya
untuk mengendalikan hal-hal tertentu mungkin melebihi keguanaanny, atau
manfaat tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan (cost-benefit analysis).
Mengenai pengendalian internal, seringkali dihadapi dilema antara menyusun
sistem pengendalian yang komprehensif sedemikian rupa dengan biaya yang
relatif menjadi makin mahal, atau se-optimal mungkin dengan risiko, biaya dan
waktu yang memadai. (2007 : 253-254)
II.1.6 Pihak Yang Berkepentingan
Menurut Drs. Sanyoto Gondodiyoto, terdapat pihak-pihak yang berkepentingan
dalam sistem pengendalian internal, yaitu :
1. Manajemen perusahaan
Pihak manajemen organisasi / perusahaan berkepentingan terhadap sistem
pengendalian internal, karena struktur pengendalian internal suatu perusahaan pada
dasarnya adalah tanggungjawab manajemen puncak (top management, dalam sistem
Amerika Serikat yang menganut one board system disebut Board of Directors,
19
sering disebut the Board saja. Pada two board system yang dianut di Indonesia,
terdiri dari dewan direksi dan dewan komisaris perusahaan.
2. Dewan komisaris, auditor intern
3. Para karyawan perusahaan itu sendiri, karena sistem pengendalian internal berfungsi
sebagai;
a. Merupakan aturan umum yang harus dijalankan perusahaan
b. Merupakan pedoman kerja (apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan)
4. Regulatory Body (Badan pengatur/ pemerintahan atau ikatan profesi)
5. Auditor ekstern independen, yang memiliki manfaat untuk pengendalian internal, yaitu
:
a. Untuk mempermudah dalam melakukan studi terhadap sistem informasi dari klien
yang diaudit
b. Untuk penetapan resiko yang dihadapi sebagai auditor
c. Sebagai indikator untuk menentukan pendapatnya terhadap keandalan sistem yang
diaudit. (2007 : 254)
II.2 Fungsi Penjualan
II.2.1 Pengertian Penjualan
Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf. A.A , menyatakan
“Penjualan merupakan proses yang diperlukan untuk mengalihkan kepemilikan atas barang dan
jasa yang telah tersedia untuk dijual kepada pelanggan”.
(2003:356)
20
Sedangkan, IAI (2004) menuliskan, “penjualan barang meliputi barang yang diproduksi
perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali seperti barang dagang yang
dibeli pengecer atau tanah properti lain yang dibeli untuk dijual kembali. Dan penjualan jasa
biasanya menyangkut tugas yang secara kontraktual telah disepakati oleh perusahaan, jasa
tersebut dapat diserahkan selama satu periode atau secara lebih dari satu periode” (PSAK
no.23.1)
II.2.2 Jenis-Jenis Penjualan
Secara umum penjualan ada dua jenis, yaitu :
1. Penjualan Tunai
Merupakan penyerahan barang atau jasa kepada pembeli dimana pembayaran dari
pembeli langsung diterima pada saat itu juga, yang dicatat pada debit sebagai akun
kas dan pada kredit sebagai akun penjualan.
2. Penjualan Kredit
Merupakan penyerahan barang atau jasa kepada pembeli dimana pembayaran dari
pembeli ditangguhkan selama jangka waktu tertentu yang akan dilunasi sesuai dengan
perjanjian yang disepakati bersama, yang dicatat pada debit sebagai akun piutang
usaha dan pada kredit sebagai akun penjualan, dimana selama jangka waktu
penangguhan ini, pelanggan dianggap memiliki kewajiban pembayaran terhadap
perusahaan, begitu pula sebaliknya.
21
II.2.3 Fungsi Penjualan
Fungsi-fungsi yang terkait dengan penjualan , adalah :
1. Fungsi Penjualan
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini
bertanggungjawab dalam melakukan penjualan tiket kepada konsumen. Fungsi ini
berada pada bagian Penjualan.
2. Fungsi Kas
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini
bertanggungjawab sebagai penerima kas dari konsumen. Fungsi ini berada pada
bagian Kasir.
3. Fungsi Akuntansi
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini
bertanggungjawab sebagai pencatat transaksi penjualan dan penerimaan kas dan
pembuat laporan penjualan. Fungsi ini berada pada bagian Jurnal.
Unsur Pengendalian Internal dalam Sistem Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai :
1. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi penerimaan kas
2. Fungsi penerimaan kas harus terpisah dari fungsi keuangan
3. Fungsi keuangan harus terpisah dari fungsi akuntansi
II.2.4 Siklus Penjualan
Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan Jusuf A.A menyatakan “pemahaman atas
fungsi yang terdapat dalam organisasi klien atas siklus penjualan adalah bermanfaat untuk
memahami bagaimana pelaksanaan audit dalam siklus ini.
22
1. Pemprosesan pesanan pelanggan
Permintaan barang oleh pelanggan merupakan merupakan titik awal keseluruhan
siklus. Penerimaan order pelanggan akan menghasilkan order penjualan.
2. Persetujuan penjualan secara kredit
Sebelum barang dikirimkan, seseorang berwenang dalam perusahaan harus
menyetujui penjualan secara kredit ke pelanggan atas penjualan kredit tersebut.
Praktik yang lemah dalam persetujuan penjualan secara kredit seringkali
menyebabkan besaranya piutang tak tertagih cukup besar dan piutang usaha
menjadi tidak tertagih.
3. Pengiriman barang
Kebanyakan perusahaan mengakui penjualan saat barang dikirimkan. Nota
pengiriman disiapkan pada saat pengiriman dan dokumenpengiriman diperlukan
untuk kepastian unttuk penagihan atas pengiriman ke pelanggan.
4. Penagihan ke pelanggan dan pencatatan penjualan
Aspek terpenting dari penagihan adalah meyakinkan bahwa seluruh pengiriman
diperlukan untuk kepantasan penagihan atas pengiriman ke pelanggan
mencangkup pembuatan faktur penjualan rangkap dan secara simultan
memuktahirkan berkas transaksi penjualan dan berkas induk pitang usaha.
5. Pemprosesan dan pencatatan penerimaan kas
Dalam pemprosesan dan pencatatan penerimaan kas, perhatian utama adalah
memungkinkan dicuri sebelum penerimaan kas dicatat. Pertimbangan utama
dalam penerapan penerimaan kas adalah seluruh kas disetor ke bank dalam
jumlah yang benar dengn tepat waktu dan dicatat diberkas termasuk penekas
23
induk penerimaan kas, yang digunakan untuk membuat jurnal penerimaan kas
memperharui berkas induk piutang usaha.
6. Pemprosesan dan pencatatan retur penjualan dan pengurangan harga penjualan
Kalau pelanggan merasa tidak puas dengan barang yang diterimanya, bagian
penjualan sering kali menerima pengembalian barang dan kemudian diberikan
pengurangan harga retur dan pengurangan harga penjualan dan berkas induk
piutang usaha.
7. Penghapusan piutang tak tertagih
Penghapusan piutang tak tertagih terjadi ketika perusahaan berkesimpulan bahwa
suatu jumlah akan tidak tertagih lagi, maka jumlah tersebut harus dihapuskann
dan biasa ini terjadi setelah pelanggan pailit dan piutang dialihkan ke agen
penagihan.
8. Penyisihan piutang tak tertagih
Penagihan piutang tak tertagih merupakan gambaran dari penjualan periode
sekarang yang diperkirakan tidak dapat ditagih di masa depan” (2003:359-361)
II.2.5 Aktivitas Pengendalian Internal atas Fungsi penjualan
Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan Jusuf A.A “pengendalian internal
atas penjualan meliputi kegiatan-kegiatan seperti :
1. Pencatatan penjualan didukung oleh dokumen pengiriman yang diotorisasi dan order
pelanggan yang disetujui.
2. Faktur penjualan prenumbered dan dipertanggungjawabkan dengan semestinya.
3. Dokumen pengiriman prenumbered dan dipertanggungjawabkan.
24
4. Penentuan harga, syarat penjualan, dan potongan harga mendapat persetujuan dengan
semestinya.
5. Rekening bulanan dikirim ke pelanggan, keluhan mendapatkan tindak lanjut yang
independen.
6. Prosedur yang diperluakan dalam penagihan dan pencatatan penjualan setiap hari
sedekat mungkin dari saat kejadian” (2003:362)
II.3 Pengertian E-ticketing
Keberhasilan dari pembangunan tidak terlepas dari peran aktif semua sektor terutama
sektor transportasi. Dalam penyelenggaraan transportasi darat, sangat perlu kecepatan informasi
agar setiap permasalahan dapat diatasi secara cepat dan semaksimal mungkin. Salah satu strategi
yang dilaksanakan adalah penggunaan sistem teknologi informasi yang saling mendukung dan
efektif dengan sistem-sistem lainnya.
E-ticketing atau electronic ticketing adalah suatu cara untuk mendokumentasikan proses
penjualan dari aktifitas perjalanan pelanggan tanpa harus mengeluarkan dokumen berharga
secara fisik ataupun paper ticket.
E-ticketing adalah peluang untuk meminimalkan biaya dan mengoptimalkan kenyamanan
penumpang. E-ticketing mengurangi biaya proses tiket, menghilangkan fomulir kertas dan
meningkatkan fleksibilitas penumpang.
II.4 Pengertian Efektivitas, Efisiensi Dan Ekonomis (3E)
Menurut pendapat Bayangkara, IBK “Definisi Efektivitas, Efisiensi dan Ekonomis dapat
didefinisikan sebagai berikut :
25
1. Efektivitas diartikan bahwa produk akhir suatu kegiatan operasi telah mencapai
tujuannya baik dari segi kualitas hasil kerja, kuantitas hasil kerja maupun dari batas
waktu yang ditargetkan.
2. Efisiensi adalah bertindak dengan cara yang dapat meminimalisasi kerugian atau
pemborosan sumber daya dalam melaksanakan suatu kegiatan operasi perusahaan atau
menghasilkan suatu produk atau jasa.
3. Ekonomis berarti cara penggunaan suatubarang atau jasa secara berhati-hati dan
bijak agar diperoleh hasil yang terbaik atau memanfaatkan segala kekayaan perusahaan
secara baik, sehingga tidak terjadi suatu pemborosan” (2008:12)
BAB III
OBJEK PENELITIAN
26
III. 1 Gambaran Umum Perusahaan
III. 1.1 Sejarah Singkat
PT ASDP Indonesian Ferry (Persero) Cabang Merak merupakan salah satu pelabuhan
penyeberangan yang terletak di sebelah barat pulau jawa yang berada di Propinsi Banten, dan
sekaligus merupakan pintu gerbang lalu lintas Jawa – Sumatra. Pelabuhan penyeberangan merak
dikelola oleh PT. ASDP Indonesia ferry (Persero) dengan kantor pusat di Jl. Jend. A Yani Kav.
52 – A Jakarta Pusat.
Awal didirikannya PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) cabang Merak adalah merupakan
penghubung transportasi antara Pulau Jawa dan Sumatera yang dilakukan oleh kapal yang masih
sangat sederhana dan primitif yang pada saat itu dikenal dengan nama Kapal Tambang.
Tujuan didirikannya ASDP adalah untuk melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan
dan program Pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya,
khususnya dibidang penyelenggaraan usaha jasa angkutan sungai, danau dan angkutan
penyeberangan, jasa dermaga, jasa kepelabuhan sungai, danau dan penyeberangan dan jasa
angkutan laut serta perdagangan dalam negeri, ekspor, impor dalam bidang alat/peralatan
keselamatan kapal/mesin kapal laut/kapal laut/suku cadang kapal laut/minyak pelumas serta jasa
perawatan kapal.
III. 1.2 Visi Dan Misi Perusahaan
26
27
Adapun Visi dan Misi yang dimiliki oleh PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang
Merak, yaitu :
1. Visi
“ Menjadi perusahaan jasa penyeberangan dan pelayaran yang berkelas dunia,
terbesar dan terbaik di Indonesia dan regional, serta mampu memberikan nilai tambah
bagi stakeholder”
2. Misi
a. Memberikan pelayanan puncak kepada pengguna jasa (supervisor services),
dengan tingkat keselamatan yang tertinggi (the highest safety standard).
b. Menguasai pangsa pasar Indonesia di lintas komersil dan lintas penugasan.
c. Mengelola bisnis perseroan sehingga memberikan kinerja keuangan yang terbaik
(excellent financial performance) dengan berpedoman pada good corporate
governance dan sesuai standar internasional yang berlaku.
d. Menjadi agen pembangunan nasional melalui pelayanan angkutan penyeberangan
dan pelayaran.
III. 1.3 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas
Kegiatan suatu perusahaan sehari-hari memiliki tingkat intensitas yang sangat tinggi
sehingga diperlukan suatu organisasi yang baik agar setiap bagian dapat menjalankan fungsinya
dan tugasnya dengan baik sehingga kegiatan dalam perusahaan dapat berjalan secara teratur dan
tepat pada tujuan yang telah direncanakan.
Adapun uraian singkat mengenai pembagian fungsi dan tugas PT ASDP Indonesian Ferry
(Persero) Cabang Merak adalah sebagai berikut :
28
1. Kepala Cabang
Fungsi : Membantu Direksi dan memimpin Cabang dalam pengelolaan dan
pengembangan kepengusahaan jasa kepelabuhan dan penyeberangan di Cabang.
Tugas Pokok: Mengorganisir dan mengendalikan kegiatan pengelolaan dan
pengembangan kepemgusahaan jasa kepelabuhanan dan penyeberangan di Cabang.
Rincian Tugas:
a. Menyusun rencana kegiatan dan anggaran Cabang
b. Mengorganisir kegiatan pengelolaan dan pengembangan kepengusahaan jasa
kepelabuhan penyeberangan Cabang
c. Melakukan pembinaan dan mengarahkan kegiatan-kegiatan di Cabang dalam
rangka peningkatan kinerja
d. Mengendalikan kegiatan operasional kapal dan pelabuhan, pembangunan dan
atau pemanfaatan lahan pelabuhan
e. Melakukan koordinasi dengan Divisi / Biro terkait di Kantor Pusat yang
berhubungan dengan kegiatan kepengusahaan jasa kepelabuhanan dan
penyeberangan
f. Melakukan pembinaan terhadap SDM di Cabang
g. Melaksanakan kegiatan pemerintahan di pelabuhan penyeberangan
h. Mendelegasikan tugas-tugas yang dapat dilaksanakan oleh bawahan
i. Melaporkan pelaksanaan kegiatan ke Kantor Pusat (Direksi) secara periodik
2. Manajer Operasional
29
Fungsi : Membantu kelancaran pelaksanaan tugas Pemimpin Cabang dalam
pelaksaan tugas yang berhubungan dengan operasional pelabuhan dan kapal, produksi
jasa dan pendapatan di Cabang serta pelaporan.
Tugas Pokok: Mengkoordinir, merencanakan, melaksanakan, mengawasi,
mengevaluasi serta menganalisis kegiatan operasional pelabuhan dan kapal, produksi
jasa dan pendapatan, kegiatan promosi serta pelaporan.
Rincian Tugas:
a. Pengadaan dan persediaan tiket terpadu ke Kantor Pusat
b. Pencatatan persediaan dan pengeluaran / pendistribusian tiket terpadu
c. Produksi jasa dan pendapatan operasional pelabuhan dan kapal
d. Pencatatan produksi jasa dan pendapatan operasional pelabuhan dan kapal
e. Sistem pelayaran penyeberangan & pelabuhan, menampung keluhan
pelanggan
f. Koordinasi dengan manajer di Cabang dan Nahkoda
g. Penyusunan rencana kerja Cabang di bidang operasi
h. Pelaporan pelaksanaan kegiatan kepada Pemimpin Cabang
3. Asisten Manajer Operasional Pelabuhan
Fungsi : Membantu kelancaran pelaksanaan tugas Manajer Operasi dalam
pelaksanaan tugas yang berhubungan dengan produksi jasa dan pendapatan serta
operasional pelabuhan di Cabang.
30
Tugas Pokok: Mengkoordinir, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
kegiatan produksi jasa dan pendapatan serta operasional pelabuhan, pemanfaatan
lahan pelabuhan serta pelaporan.
Rincian Tugas: Mengkoordinir, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
kegiatan,
a. Melaporkan penggunaan tiket terpadu untuk penumpang dan kendaraaan
kepada Bidang Keuangan
b. Menyetorkan pendapatan kepada Bidang keuangan
c. Penagihan hasil produksi jasa angkutan
d. Klaim kecelakaan kepada perusahaan Asuransi
e. Keamanan, ketertiban, kebersihan
f. Penyusunan rencana kerja di Bidang Operasional Pelabuhan
g. Pelaporan pelaksanaa kegiatan kepada Manajer Operasi
4. Asisten Manajer Operasional Kapal
Fungsi : Membantu kelancaran pelaksanaan tugas Manajer Operasi dalam
pelaksanaan tugas yang berhubungan dengan produksi jasa dan pendapatan serta
operasional kapal di Cabang.
Tugas Pokok: Mengkoordinir, melaksanakan, merencanakan dan mengevaluasi
kegiatan produksi jasa dan pendapatan serta operasional kapal, administrasi
perkantoran serta pelaporan.
Rincian Tugas: Mengkoordinir, melaksanakan, merencanakan dan mengevaluasi
kegiatan,
31
a. Pencatatan produksi dan pendapatan operasional kapal
b. Penerapan sistem pelayanan kapal
c. Penyusunan Rencana Kerja di Bidang Operasional Kapal
d. Pelaporan pelaksanaan kegiatan kepada manajer Operasi
5. Supervisor I, II, dan III
Fungsi : Membantu kelancaran pelaksanaan tugas Manajer Operasi dalam
kegiatan operasional kapal dan pelabuhan di lapangan serta pelaporan.
Tugas Pokok: Mengkoordinir, melaksanakan, merencanakan dan mengevaluasi
kegiatan operasional kapal dan pelabuhan di lapangan.
Rincian Tugas: Mengkoordinir, melaksanakan, merencanakan dan mengevaluasi
kegiatan,
a. Penjualan tiket kendaraan, penumpang dan barang
b. Pengawasan pelaksanaan kegiatan operasional di lapangan
c. Melaporkan situasi dan kondisi lapangan selama bertugas dalam shift
d. Rekapitulasi produksi/penjualan tiket (pershift)
e. Pelaporan pelaksanaan kegiatan kepada Manajer Operasi baik secara lisan
dan atau tertulis
6. Asisten Supervisor
Fungsi : Membantu kelancaran pelaksanaan tugas Supervisor dalam kegiatan
operasional kapal dan pelabuhan di lapangan serta pelaporan.
Tugas Pokok: Mengkoordinir , mengawasi dan melaksanakan kegiatan operasional
kapal dan pelabuhan di lapangan.
32
Rincian Tugas :
a. Memonitor waktu kedatangan dan keberangkatan kapal pada Dermaga I,
II, III, IV dan V
b. Memonitor lalu lintas kendaraan keluar / masuk dan bongkar muat
angkutan pada Dermaga I, II, III, IV dan V
c. Melakukan koordinasi dengan asisten supervisor lainnya dan petugas
operasional dalam satu shift
d. Melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada Supervisor shift baik secara
lisan dan atau tulisan
7. Manajer Pemeliharaan
Fungsi : membantu kelancaran pelaksanaan tugas Pemimpin Cabang dalam hal
yang berhubungan dengan pemeliharaan kapal dan pelbuhan penyeberangan.
Tugas Pokok : Mengkoordinir, merencanakan, melaksanakan, mengawasi,
mengevaluasi serta menganalisis kegiatan pemeliharaan kapal beserta
perlengkapannya, penyediaan dan pemeliharaan fasilitas terminal dan peralatan
pelabuhan, administrasi perkantoran serta pelaporan.
Rincian Tugas : Mengkoordinir, merencanakan, melaksanakan, mengawasi,
mengevaluasi serta menganalisis kegiatan,
a. Pemeliharaan kapal beserta perlengkapannya
b. Koordinasi dengan mitra kerja/instansi yang berhubungan dengan
pelaksanaan pemeliharaan kapal dan pelabuhan
c. Memantau pelaksanaan docking kapal
33
d. Penyusunan rencana kerja Cabang dibidang Pemeliharaan
e. Pelaporan pelaksanaan kegiatan kepada Pemimpin Cabang
8. Asisten Manajer Pemeliharaan Kapal
Fungsi : Membantu kelancaran pelaksanaan tugas Manajer Pemeliharaan dalam
pelaksanaan tugas yang berhubungan dengan pemeliharaan kapal dan
perlengkapannya serta pelaporan.
Tugas Pokok: Mengkoordinir, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
kegiatan pemeliharaan kapal, pengadaan dan petbaikan perlengkapannya serta
pelaporan.
Rincian Tugas: Mengkoordinir, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
kegiatan,
a. Pemeliharaan kapal beserta perlengkapannya
b. Permintaan pengadaan dan perbaikan suku cadang kapal
c. Pengawasan pelaksaan pemeliharaan kapal
d. Penyusuna Rencana kerja di Bidang Pemeliharaan Kapal
e. Pelaporan pelaksanaan kegiatan kepada Manajer Pemeliharaan
9. Manajer SDM dan Umum
Fungsi : Membantu kelancaran pelaksanaan tugas Pemimpin Cabang dalam
pelaksanaan tugas/kegiatan manajemen SDM, ketata usahaan, perlengkapan, kerumah
tanggaan serta pelaporan.
34
Tugas Pokok : Mengkoordinir, merencanakan, mengevaluasi, menganalisis,
mengawasi dan melaksanakan kegiatan balas jasa, kedisiplinan, kesejahteraan,
keselamatan kerja, penempatan, kebutuhan serta data karyawan, sistem administrasi
perkantoran, ketertiban dan kebersihan lingkungan kerja di Cabang serta Pelaporan.
Rincian Tugas: Mengkoordinir, merencanakan, mengevaluasi, serta menganalisis
kegiatan,
a. Pencatatan data karyawan
b. Informasi manajemen SDM
c. Kedisiplinan karyawan
d. Penyiapan usulan penghapusan asset Cabang
e. Penyusunan rencana kerja di bidang SDM dan Umum
f. Pelaporan pelaksanaan kegiatan kepada Pemimpin cabang
10. Asisten Manajer SDM
Fungsi : Membantu kelancaran pelaksanaan tugas manajer SDM dan Umum
dalam pelaksanaan tugas/kegiatan manajemen SDM di Cabang.
Tugas Pokok: Mengkoordinir, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
kegiatan balas jasa, kesejahteraan, keselamatan kerja, penempatan, kebutuhan, data
karyawan, sistem informasi manajemen SDM, kedisiplinan dan perlengkapan kerja
karyawan di Cabang serta pelaporan.
Rincian Tugas: Mengkoordinir, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
kegiatan,
a. Program kebutuhan/penempatan karyawan
35
b. Pencatatan data karyawan
c. Pelaksanaan sistem informasi manajemen SDM
d. Penyusunan Rencana Kerja Cabang di Bidang SDM
e. Pelaporan pelaksanaan kegiatan kepada Manajer SDM dan Umum
11. Asisten Manajer Umum
Fungsi : Membantu kelancaran pelaksanaan tugas Manajer SDM dan Umum
dalam pelaksanaan tugas ketata usahaan, ketertiban, perlengkapan serta
kerumahtanggaan di Cabang serta pelaporan.
Tugas Pokok: Mengkoordinir, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
kegiatan administrasi perkantoran, pengadaan kebutuhan peralatan kantor,
perlengkapan karyawan dan ATK, pemeliharaan dan perawatan peralatan non
operasional/non produksi, system keamanan, ketertiban dan kebersihan lingkungan
kerja di Cabang serta pelaporan.
Rincian Tugas: Mengkoordinir, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
kegiatan,
a. Pelaporan pelaksanaan kegiatan kepada Manajer SDM
b. Tata arsip dan retensi arsip
c. Inventarisasi asset
d. Penyusunan Rencana Kerja Cabang di Bidang Umum
12. Manajer Keuangan
36
Fungsi : Membantu pelaksanan tugas Pemimpin Cabang dalam mengelola
kegiatan yang berhubungan dengan keuangan dan akuntansi di Cabang.
Tugas Pokok : Merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengevaluasi serta
menganalisis kegiatan ketatausahaan keuangan dan akuntansi, penyelesaian utang-
piutang, perpajakan, kewajiban-kewajiban lainnya, pelaksanaan anggaran, jasa
keuangan, pengelolaan kas/bank, verifikasi serta pelaporan.
Rincian Tugas : Merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengevaluasi serta
menganalisis kegiatan,
a. Pengelolaan dan pengawasan kas dan setara kas
b. Sistem keuangan dan akuntansi
c. Ketatausahaan keuangan dan akuntansi
d. Penyelesaian hutang piutang, perpajakan, kewajiban-kewajiban
lainnya
e. Jasa keuangan Cabang
f. Penyusunan rencana dan realisasi arus kas
g. Meneliti perhitungan pembayaran pajak
h. Penerapan sistem penataan dan pengemdalian dokumen akuntansi di
Cabang
i. Pencatatan pendapatan dan produksi
j. Penerimaan tagihan jasa pelabuhan dan pendapatan tiket terpadu
k. Penyelesaian tindak lanjut serta temuan dari internal dan eksternal
auditor
l. Penyusunan Rencana Kerja dibidang Keuangan dan Akuntansi Cabang
37
m. Pelaporan pelaksanaan kegiatan kepada Pemimpin Cabang
13. Asisten Manajer Keuangan
Fungsi : Membantu pelaksanaan tugas Manajer Keuangan dalam mengelola
kegiatan yang berhubungan denga keuangan di Cabang.
Tugas Pokok : Mengkoordinir, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
kegiatan ketatausahaan keuangan, penyelesaian hutang piutang, kewajiban-kewajiban
lainnya, pelaksanaan anggaran jasa keuangan, pengelolaan kas/bank serta pelaporan.
Rincian Tugas: Mengkoordinir dan melaksanakan kegiatan,
a. Pengelolaan kas dan setara kas
b. Pengendalian pengeluaran keuangan
c. Penyelesaian hutang piutang
d. Penyusunan anggaran pendapatan dan biaya
e. Penyusunana rencana dan realisasi arus kas
f. Penyesuaian dan revisi pelaksanaan anggaran
g. Pencatatan pendapatan dan produksi
h. Evaluasi pelaksanaan kegiatan di Bidang Keuangan Cabang
i. Penyusunan Rencana Kerja di Bidang Keuangan Cabang
j. Pelaporan pelaksanaan kegiatan kepada Manajer Keuangan
14. Asisten Manajer Akuntansi
Fungsi : Membantu pelaksanaan tugas Manajer Keuangan dalam mengelola
kegiatan berhubungan dengan akuntansi di Cabang.
38
Tugas Pokok : Mengkoordinir, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
kegiatan pencatatan kegiatan yang berhubungan dengan keuangan, perpajakan serta
pendapatan.
Rincian Tugas: Mengkoordinir dan melaksanakan kegiatan,
a. Melakukan verifikasi atas pendapatan yang diterima serta pembayaran
yang akan dilakukan
b. Penyelesaian perpajakan
c. Pembuatan nota-nota tagihan, kelengkapan bukti-bukti pembayaran
d. Evaluasi pelaksanaan kegiatan di Bidang Akuntansi Cabang
e. Penyusunan Rencana Kerja di Bidang Akuntansi Cabang
f. Pelaporan pelaksanaan kegiatan kepada Manajer Keuangan
III. 1.4 Bidang Usaha
Pada era globalisasi sekarang ini, perusahaan yang mampu memenangkan persaingan di
pasar bebas adalah perusahaan yang dapat melakukan perubahan secara cepat sesuai dengan
perubahan lingkungan yang terjadi. Usaha yang dikelola PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero)
Cabang Merak terdiri dari usaha angkutan penyeberangan dan usaha pelabuhan.
1. Usaha Angkutan Penyeberangan
yaitu usaha pengelolaan angkutan penyeberangan sebagai penyedia modal transportasi
penyeberangan yang menhubungkan dua pulau secara point to point.
Kapal milik PT. ASDP Lintas Merak – Bakauheni :
a. Kapal RoRo : JATRA I (Operasi)
JATRA II (Operasi)
39
b. Kapal Cepat : Sundari I (tidak Operasi)
Sundari II (tidak Operasi)
2. Usaha Pelabuhan Penyeberangan
Yaitu usaha pengelolaan pelabuhan penyeberangan sebagai penyedia fasilitas dan
prasarana bagi kapal penyeberangan. Pelabuhan Merak memiliki 5 Dermaga dan didukung
oleh 16 perusahaan dengan jumlah kapal sebanyak 25 buah kapal RoRo dan 13 buah kapal
cepat.
III. 1.5 Prosedur Operasional Penjualan E-ticketing
PT ASDP Cabang Merak menyusun prosedur operasional perusahaan sebaik mungkin
dalam menjalankan kegiatan penjualan, dengan tujuan tercapainya efisiensi, efektivitas dan
ekonomis. Prosedur operasional penjualannya adalah sebagai berikut :
1. Prosedur permintaan dan penerimaan E-Ticketing
a. Tiket Baru
1) Tiket baru diberikan oleh PT ASDP Indonesia Ferry Pusat bagian divisi
usaha pelabuhan yang kemudian diterima oleh bagian biro logistik. Setelah
itu baru didistribusikan kepada PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Merak.
2) Tiket baru tersebut dikelompokan menjadi 2 kelompok :
Stock Besar : Adalah stock ticket yang berada di Cabang PT ASDP dan
menjadi tanggung jawab Manajer Keuangan.
40
Stock Kecil : Adalah tiket yang berada di Bagian Operasional PT ASDP
Cabang dan menjadi tanggung jawab Manajer Operasi.
b. Registrasi
1) Tiket baru dari kantor pusat diterima oleh bagian keuangan kantor cabang
kemudian diregistrasi oleh petugas stock tiket agar tiket bias dikenali oleh
system e-ticket.
Petugas Stock Loket : Adalah petugas yang melakukan registrasi stock tiket
yang berada di loket-loket penjualan tiket dan menjadi tanggungjawab
Supervisi.
c. Aktivasi
Setelah melakukan registrasi, kemudian tiket diaktivasi oleh petugas keuangan
agar dapat diketahui berapa tiket yang akan dikeluarkan setiap harinya.
d. Serah Terima Tiket
Tiket yang sudah diaktivasi kemudian diserahkan kepada petugas loket/toll gate
untuk dijual ke pemakai jasa.
2. Prosedur Penjualan E-Ticketing
a. Penjualan tiket
Tiket yang sudah di aktivasi oleh bagian keuangan kemudian didistribusikan
kepada petugas bagian toll gate :
41
1). Loket Penumpang : adalah tiket yang dikenakan untuk pengguna jasa
perorangan
2). Loket Kendaraan Penumpang : adalah tiket yang dikenakan untuk
kendaraan roda dua, roda empat dan bus
3). Loket Kendaraan Barang : adalah tiket yang dikenakan untuk
kendaraan muatan barang berat
4). Loket Tiket Non Terpadu : adalah tiket yang dikenakan untuk
pengantar/penjemput atau penguna jasa lainnya yang menggunakan fasilitas
pelabuhan
5). Jenis Penjualan E-ticketing
a). Penumpang, terdiri dari :
- Dewasa
- Anak-anak
b). Kendaraan, terdiri dari :
- Golongan I
- Golongan II
- Golongan III
- Golongan IV A
- Golongan IV B
- Golongan V A
- Golongan V B
- Golongan VI A
- Golongan VI B
42
- Golongan VII
- Golongan VIII
b. Pemakai Jasa
Tiket yang sudah dibeli dari petugas loket/toll gate kemudian dibawa oleh
pemakai jasa untuk diserahkan kepada petugas pelayaran saat akan menaiki kapal.
Pemakai jasa : Adalah penumpang atau pemilik kendaraan / barang atau pihak
penyewa fasilitas pelabuhan atau pemilik kapal yang menggunakan jasa fasilitas
pelabuhan.
c. Petugas Pelayaran
Petugas pelayaran bertugas untuk mengambil tiket dari pemakai jasa saat akan
menaiki kapal. Setelah 1x24 jam tiket tersebut dikumpulkan yang kemudian
dibuat pelaporannya kepada Gedung Sentral (GS).
d. Gedung Sentral (GS)
Setelah kapal berangkat petugas pelayaran melakukan klaim di GS sekaligus
menyerahkan tiket kepada petugas GS. Di GS petugas membuat laporan hasil
penjualan dan menbandingkan data antara tiket yang terjual pada PT ASDP
Cabang Merak dengan data penjualan tiket kapal. Apabila terjadi perbedaan data
makan dilakukan klaim atas data tiket terjual tersebut.
e. Serahkan ke Keuangan
43
Setelah diperiksa oleh petugas GS, maka tiket-tiket tersebut diserahkan kembali
kepada petugas keuangan untuk dilakukan aktivasi kembali sehingga tiket tersebut
dapat digunakan untuk dijual kembali.
3. Prosedur Klaim E-Ticketing
Apabila terjadi klaim terhadap tiket, yang dilakukan adalah :
a. Terjadinya suatu klaim atas tiket yaitu akibat dari berbedanya hasil laporan
penjualan antara laporan penjualan tiket yang berada di Gedung Sentral (GS)
dengan laporan keuangan kapal.
b. Apabila memang terjadi perbedaan antara dua laporan hasil penjualan tiket
tersebut maka timbulah suatu klaim atas tiket.
c. Klaim atas tiket dilaporkan kepada operator kapal kemudian diterima oleh
kolektor/Gedung Sentral.
d. Gedung Sentral akan mengecek kebenaran laporan penjualan tiket tersebut.
e. Dan apabila memang ada terjadi perbedaan maka klaim atas tiket tersebut
dilaporkan kepada bagian keuangan dan bagian operasi.
f. Tetapi apabila tidak terjadinya suatu klaim atas tiket tersebut maka data yang
dibuat oleh kolektor/Gedung Sentral langsung dilaporkan saja kepada operator
kapal.
4. Prosedur Pelaporan E-Ticketing
a. Bagian akuntansi menerima dokumen penjualan tiket dari Gedung Sentral (GS).
44
b. Bagian akuntansi membuat jurnal penjualan dan mencatat transaksi tersebut
dibuku besar penerimaan kas.
c. Setelah hasil penjualan dicatat di buku besar kemudian bagian akuntansi
membuat laporan hasil penjualan tiket.
d. Bagian keuangan kemudian melaporkan hasil laporan tersebut untuk di serahkan
kepada Manajer Keuangan untuk diperiksa yang kemudian akan dilaporkan
kepada Pemimpin Cabang.
III.2 Desain Penelitian
Dalam penulisan skripsi yang pertama dilakukan adalah mendapatkan data serta
informasi yang akurat dengan menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
III.2.1 Sifat Penelitian
Dalam penelitian supaya lebih terfokus untuk penelitian kualitatif maka digunakan
penelitian bersifat deskriptif.
Penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang bertujuan untuk
mengumpulkan data sesuai dengan keadaan yang sebenarnya serta memberikan gambaran dan
analisis mengenai masalah-masalah yang ada sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup
jelas atas objek yang diteliti.
III.2.2 Lokasi Penelitian
45
Penelitian dilakukan pada sebuah perusahaan jasa penyeberangan laut yang bernama PT
ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak yang bertempat di Jl. Raya Pelabuhan Merak,
Merak – Banten.
III.2.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data
yang diperlukan. Untuk memperoleh data dalam menyusun skripsi ini, penulis menggunakan dua
metode penelitian yaitu:
1. Penelitian Kepustakaan
Penelitian ini dilakukan dengan cara membaca buku-buku, catatan-catatan selama kuliah
serta sumber-sumber lain yang mempunyai kaitan dengan masalah yang dibahas dalam
skripsi ini. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data-data sebagai dasar
penyusunan teori dan pengertian atas masalah yang dibahas.
2. Penelitian Lapangan
Penelitian ini dilakukan dengan cara peninjauan langsung ke PT ASDP Indonesia Ferry
(Persero) Cabang Merak yang berlokasi di Merak – Banten untuk mendapatkan gambaran
yang objektif dari perusahaan tersebut.
Dalam hal ini penulis mempergunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu:
a. Observasi
Yaitu suatu teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung terhadap
masalah yang ingin penulis ketahui. Dimana penulis datang langsung ke PT
ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak untuk mengetahui secara umum
46
tentang lokasi serta gambaran umum perusahaan yang diteliti. Selain itu penulis
juga memperoleh secara langsung data-data yang diperlukan.
b. Wawancara
Yaitu suatu teknik pengumpulan data melalui wawancara dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada pimpinan dan staff perusahaan
sehubungan dengan masalah yang diteliti guna mendapatkan data yang lengkap.
c. Dokumentasi
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data dan
catatan-catatan perusahaan yang kemudian membandingkan dengan praktek-
praktek yang terjadi di PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak yang
berhubungan dengan sistem pengendalian internal penjualan.
47
Struktur Organisasi
PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak
Gambar 3.1
Sumber: PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak
Sumbber : PT AS
Ga
SDP Indone
ambar 3.2
esia Ferry (PPersero) Ca
abang Merak
48
49
PROSEDUR PERMINTAAN DAN PENERIMAAN BLANGKO E-TICKETNG
Keterangan :
: Alur Penerimaan
: Alur Permintaan.
Gambar 3.3
Sumber : PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak
Divisi Usaha
Pelabuhan
Biro
Logistik
Pengiriman
Themal Paper
Bagian Keuangan
Stock Besar
Bagian Operasi
Stock Kecil
Thermal
Paper Form
Thermal
Paper Form
Supevisi
KANTOR PUSAT
KANTOR CABANG
LAPANGAN
50
PROSEDUR PENJUALAN E-TICKETING
Gambar 3.4
Sumber : PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak
Mulai
Loket
Penumpang
Loket
Penumpang
Loket
Penumpang
Loket
Penumpang
Supervisi
Laporan
Penjualan
Kolektor /
Gedung
Sentral
Check tidak
ya
Bagian
Keuangan
51
PROSEDUR KLAIM E-TICKETING
Gambar 3.5
Sumber : PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak
Mulai
Operator Kapal
RF ID Card
Kolektor /
Gedung Sentral
(GS)
Check
Data base
Storage
Potongan
tiket
Bagian
Operasi
Bagian
Keuangan
tidak
ya
Manual Proses
52
PROSEDUR PELAPORAN E-TICKETING
Gambar 3.6
Sumber : PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak
Mulai
Data base
Server
Bagian
Keuangan
Bagian
Operasi
Miror Data base
Server
Divisi Usaha Pelabuhan
KANTOR PUSAT
Kantor Cabang
Kantor Pusat Cross check report
VPN
Internet Cloud
53
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Perencanaan Evaluasi
Untuk mewujudkan suatu evaluasi yang baik maka perlu dilakukan perencanaan terlebih
dahulu. Tujuan dilakukan perencanaan evaluasi yaitu untuk memperoleh bahan bukti yang
cukup, mengidentifikasi kelemahan dan menghindari salah pengertian dengan pihak terkait.
IV.2 Tujuan Pelaksanaan Evaluasi
Tujuan dilakukannya evaluasi terhadap pengendalian internal atas penjualan adalah :
1. Untuk mengidentifikasi kegiatan operasional terkait proses penjualan E-ticketing.
2. Untuk memeriksa apakah terdapat pengendalian internal yang cukup atas penjualan pada
PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak, secara khusus terutama pada
kegiatan penjualan E-ticketing.
3. Untuk mengevaluasi kelemahan-kelemahan operasional penjualan E-ticketing yang ada di
perusahaan dan memberikan rekomendasi untuk memperbaiki kelemahan tersebut.
Pembahasan evaluasi pengendalian internal atas fungsi penjualan E-ticketing pada PT
ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak dilakukan berdasarkan hasil pengumpulan dan
pengujian bukti audit.
54
IV.3 Pengumpulan Bukti
Pengumpulan bukti dilakukan dengan beberapa cara. Adapun sumber informasi yang
diperoleh hanya sebatas mengenai sistem pengendalian internal atas penjualan E-ticketing.
Sehingga secara keseluruhan, pengumpulan bukti dilakukan dengan cara :
1. Wawancara
Melakukan wawancara dengan Bagian Keuangan untuk memperoleh informasi umum
mengenai pengendalian internal dalam fungsi penjualan, selain itu wawancara juga dilakukan
dengan Bagian Operasional dan Supervisor PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak
untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan penjualan E-ticketing yang dilakukan oleh PT
ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak.
2. Observasi
Setelah melakukan wawancara dengan bagian Keuangan, memperoleh pemahaman dari
prosedur penjualan dan dokumen yang diberikan, penulis juga melakukan pengamatan atas
aktivitas penjualan E-ticketing dan melihat secara langsung ada / tidaknya pengendalian internal
dan bagaimana pelaksanaannya oleh karyawan.
3. Dokumentasi
Mempelajari tahap-tahap prosedur penjualan E-ticketing, selain itu juga dilakukan
pemeriksaan atas bukti-bukti pendukung yang digunakan oleh bagian Keuangan.
IV.4 Evaluasi Sistem Pengendalian Internal Pada Siklus Pendapatan
Penjualan dan penerimaan kas adalah dua fungsi yang terdapat dalam siklus
pendapatan. Oleh karena itu sebelum menguraikan dan membahas penerapan pengendalian
55
internal atas penjualan dan penerimaan kas, penulis akan terlebih dahulu membahas
pengendalian internal pada siklus pendapatan secara keseluruhan.
Siklus pendapatan adalah siklus yang terdiri dari aktivitas terkait dengan pertukaran
barang dagangan dan jasa dengan customer dan penerimaan kas dengan penjualan. Secara
khusus pada perusahaan jasa seperti PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak, siklus
pendapatan terdiri dari fungsi penjualan tunai dan penerimaan kas.
Pada kegiatan utama perusahaan, yaitu perusahaan jasa seperti PT ASDP Indonesia
Ferry (Persero) Cabang Merak, transaksi penjualannya yaitu dilakukan secara tunai. Pembayaran
tunai yaitu pembayaran dengan uang tunai, yang kemudian dimasukkan ke dalam file
penerimaan kas.
Dalam bab ini, penulis akan melakukan evaluasi sistem pengendalian internal pada
PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak dengan menggunakan pendekatan COSO
yaitu lingkungan pengendalian (control environment), penilaian risiko (risk assessment),
aktivitas pengendalian (control activities), informasi dan komunikasi (information and
communication) dan pemantauan (monitoring).
IV.5 Evaluasi Pengendalian Internal atas Siklus Penjualan
IV.5.1 Evaluasi Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur yang
mencerminkan sikap menyeluruh manajemen puncak, direktur dan komisaris, dan juga pemilik
suatu satuan usaha terhadap pengendalian. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa pengendalian
internal yang efektif bergantung dari bagaimana perusahaan mempengaruhi perilaku dari
56
manajemen. Disini peneliti akan melakukan evaluasi terhadap komponen dari aktivitas penjualan
E-ticketing.
1. Integritas dan nilai etika
Integritas dan nilai etika dinilai penulis pada saat melakukan observasi dan
wawancara. Dalam penerapannya, integritas dan nilai etika berarti sikap seseorang dalam
melakukan wewenang dan tanggung jawabnya dengan baik sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan oleh perusahaan. PT ASDP Cabang Merak telah menerapkan suatu standar yang
tinggi dari integritas dan nilai etika sebagai bagian dari manajer bisnis. Untuk itu, agar standar
tersebut terlaksana dengan semestinya maka PT ASDP Cabang Merak menekankan kepada
semua personel organisasi agar pada setiap bagian personel, bekerja sesuai peraturan yang
telah berlaku di perusahaan.
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis, ditemukan beberapa
hal yang telah dilaksanakan oleh perusahaan terkait dengan integritas dan nilai etika, yaitu :
a. Sikap staf yang selalu siap dan cermat dalam menjawab setiap pertanyaan yang
diberikan oleh penulis seputar topik skripsi yang dibahas dan penerapan secara khusus
dalam penelitian yang dilakukan mahasiswa.
b. Perusahaan telah membuat kebijakan yang sesuai dengan praktik bisnis yang
diharapkan.
Evaluasi penulis hanya sebatas tingkat kesadaran karyawan akan pengendalian internal.
Para karyawan seharusnya lebih sadar dalam menjaga integritas dan nilai etika dalam
perusahaan. Oleh karena itu, manajemen harus lebih ketat dalam menjaga integritas dan nilai
etika terhadap proses penjualan yang dilaksanakan oleh para karyawan terutama terkait dengan
pengendalian internal.
57
2. Struktur Organisasi dan pembagian wewenang & tanggungjawab
Mengacu pada pendapat Boynton (2001), struktur organisasi dikatakan baik jika
mampu membantu perusahaan untuk memenuhi tujuannya dan membantu melaksanakan
aktivitas-aktivitasnya. Sistem pengendalian dikatakan baik jika didukung dengan struktur
organisasi yang baik pula. Oleh karena itu, PT ASDP Cabang Merak membutuhkan pemisahan
fungsi dan pembagian tugas yang jelas dalam organisasi internal yang terkait dengan penjualan
E-ticketing. Bagian-bagian yang tekait dalam sistem penjualan E-ticketing pada PT ASDP
Cabang Merak meliputi : bagian operasional, bagian keuangan, bagian supervisi dan bagian
akuntansi.
Struktur organisasi yang dipakai oleh PT ASDP Cabang Merak adalah struktur
organisasi berbentuk garis, dimana karyawan hanya menerima perintah kerja dan bertanggung
jawab langsung kepada atasannya. Rentang kendali pada tiap fungsi perusahaan juga relatif
kecil, hal ini dipergunakan perusahaan agar memudahkan proses pengendalian, sehingga
kecurangan relatif dapat dihindari.
3. Filosofi dan gaya manajemen
Filosofi dan gaya manajemen yang digunakan oleh PT ASDP Cabang Merak sudah
cukup baik, hal ini dapat dibuktikan karena antara atasan dan bawahan saling berhubungan
dengan baik, dan juga diantara atasan dan bawahan saling mendukung satu sama lain, saling
memberikan masukan dan juga motivasi diantara kedua belah pihak dalam melaksanakan
pekerjaannya. Hal ini dilakukan oleh PT ASDP Cabang Merak agar didalam lingkungan
pekerjaan adanya suatu suasana yang nyaman antara para personel didalam perusahaan.
Dengan begitu, gaya manajemen yang diterapkan mendukung para karyawan dalam melakukan
pekerjaannya.
58
4. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
Perusahaan telah mempunyai kebijakan dan praktik sumber daya manusia untuk
merekrut karyawan sampai kepada pembayaran gaji karyawan. Dari hasil wawancara yang
penulis lakukan, diperoleh beberapa temuan terkait dengan pelaksanaan kebijakan dan praktik
sumber daya manusia dalam perusahaan, yaitu :
a. Perusahaan menerapkan tingkat pendisiplinan karyawan.
Terdapat tingkat pendisiplinan yang cukup ketat terhadap perilaku karyawan, seperti :
adanya sistem absen fingerprint dan pemberian surat peringatan 1,2 dan 3 kepada
karyawan yang melakukan pelanggaran, sehingga karyawan dapat termotivasi untuk
meningkatkan kedisiplinan dalam bekerja.
b. Hubungan kemitraan perusahaan dengan karyawan
Karyawan merupakan aset penting yang dimiliki perusahaan. Bagi PT ASDP Cabang
Merak sekalipun tidak mempunyai pengaruh besar dalam proses pengambilan keputusan,
karyawan adalah aset yang paling banyak kuantitasnya dalam perusahaan. Selain
komunikasi yang lancar antara perusahaan dengan karyawan, perhatian yang diberikan
perusahaan kepada hak-hak karyawan dapat menciptakan hubungan yang baik antara
perusahaan dengan karyawan.
IV.5.2 Evaluasi Penilaian Risiko
Risiko yang mungkin timbul telah diidentifikasi, dianalisis dan dikelola dengan cukup
baik oleh perusahaan, sehingga dapat mempermudah pelaksanaan pengendalian internal dan
mengurangi penyimpangan pada perusahaan. Meskipun demikian, masih ada beberapa catatan
dari penulis mengenai apa yang seharusnya diperbaiki, khususnya dalam hal pelaksanaan
pengendalian internalnya.
59
Dari pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh penulis, risiko yang mungkin
timbul disebabkan oleh beberapa faktor di bawah ini, beserta temuan dan evaluasi yang
dikemukan oleh penulis, yaitu :
1. Tiket yang tidak terbaca oleh sistem
Hal ini kerapkali terjadi akibat dari kelalaian yang dilakukan oleh petugas loket.
Sehingga hal tersebut berakibat terhadap berkurangnya pendapatan. Untuk itu, perusahaan
saat ini masih terus melakukan evaluasi dan perbaikan-perbaikan atas pengendalian internal
yang telah berjalan agar risiko tersebut dapat dihindari.
2. Adanya tiket expired
Dalam pelaksanaannya, perusahaan telah bekerja keras agar tiket expired ditiadakan.
Tetapi di sisi lain, masih ada beberapa karyawan yang melakukan kecurangan dengan
menjual tiket expired kepada pemakai jasa. Dalam hal ini, evaluasi yang penulis berikan yaitu
sebaiknya perusahaan melakukan control yang lebih ketat lagi terhadap karyawan yang
berhubungan langsung dengan bagian penjualan tiket.
3. Pencurian di bagian toll gate
Hal seperti ini banyak terjadi di bagian toll gate walaupun telah memiliki sistem
pengamanan yang baik, tetapi kerapkali sering terjadi kecurangan yang dilakukan oleh
petugas. Hal tersebut memang cukup sulit dihindari karena terkait dengan tingkat kesadaran
dan pengendalian dari para karyawan.
Dari hasil observasi, penulis memperoleh beberapa hal yang dapat dilakukan dan
sudah dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah pencurian tersebut, seperti :
a. Memperketat penjagaan dan pengawasan di sekitar toll gate.
60
b. Memasang kamera CCTV yang dapat memantau gerak-gerik petugas toll gate yang
mencurigakan. Dalam pelaksanaannya, CCTV dipantau langsung oleh bagian keamanan.
Beberapa kasus yang ditemui adalah pencurian terjadi karena kurangnya pengawasan
keamanan dari perusahaan. Hal - hal ini harus lebih menjadi perhatian lebih ekstra bagi
perusahaan karena jika terjadi pencurian secara terus menerus dapat merugikan perusahaan.
4. Adanya human error
Hal-hal seperti pencurian kas ataupun kesalahan perhitungan kas kerapkali masih sering
terjadi. Hal ini disebabkan akibat adanya human error yang kurang teliti dalam melakukan
perhitungan secara manual terhadap jumlah kas tunai yang diterima. Sehingga dengan adanya
risiko tersebut, perusahaan melakukan tindakan untuk perbaikan pengendalian internal agar
pencurian dan penggelapan kas dapat dihindari.
IV.5.3 Evaluasi Aktivitas Pengendalian
Evaluasi terhadap aktivitas pengendalian internal penjualan meliputi :
1. Evaluasi terhadap pemisahan tugas yang memadai
Pembagian internal penjualan dilaksanakan melalui suatu organisasi yang mengatur
pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab yang tepat, serta koordinasi yang sehat antara
fungsi yang ada. Pembagian tugas dapat tercapai secara efektif jika dituangkan secara tertulis.
Pemisahan tugas dapat mengurangi ketidakberesan yang mungkin terjadi karena antara bagian
pencatatan dan pelaksana dilakukan oleh bidang yang berbeda. Selain itu pemisahan tugas dapat
dijadikan sebagai alat pengawasan antara bagian yang satu dengan yang lain. Sistem
pengendalian internal struktur organisasi perusahaan menggambarkan sejauh mana upaya-upaya
pengendalian di dalam perusahaan telah dilaksanakan secara baik.
61
Pembagian tugas dan wewenang dalam perusahaan ini sudah cukup memadai, dapat
dikatakan demikian karena:
a. Fungsi penjualan terpisah dari fungsi penerimaan kas
Pada sistem penjualan perusahaan, fungsi penjualan dan kas telah dipisah. Fungsi penjualan
dilakukan oleh bagian Supervisor dan fungsi kas dilakukan oleh bagian Keuangan. Dengan
adanya pemisahan fungsi ini dimaksudkan untuk melindungi perusahaan dari adanya
kecurangan hasil penjualan yang dilakukan oleh karyawan. Contoh kasus : jika karyawan
yang bertugas melakukan penjualan juga bertugas menerima kas, ada kemungkinan karyawan
tersebut menerima uang tunai atas penjualan tetapi tidak dicatat sebagai penerimaan kas
perusahaan. Sehingga apabila hal tersebut dilakukan secara terus menerus maka akan
merugikan pendapatan perusahaan.
b. Fungsi penerimaan kas terpisah dari fungsi keuangan
Dari hasil wawancara dengan bagian keuangan, ditemukan bahwa fungsi penerimaan kas yang
berfungsi menerima pembayaran tunai dan menjaga penyimpanan kas terpisah dengan fungsi
keuangan yang bertugas memonitor kas yang masuk ke perusahaan dan ada tidaknya kas
untuk pengeluaran perusahaan.
Hal ini dilakukan perusahaan supaya fungsi keuangan dapat melakukan pengawasan terhadap
jumlah kas yang masuk dan keluar dari kas perusahaan yang dipegang oleh fungsi keuangan.
Dalam hal ini fungsi keuangan berfungsi sebagai internal check dari fungsi penerimaan kas,
karena kas yang diterima oleh fungsi penerimaan kas akan juga masuk kedalam kas keuangan
perusahaan.
62
c. Fungsi keuangan terpisah dari fungsi akuntansi
Perusahaan telah melakukan pengendalian internal yang baik dalam pemisahan fungsi ini.
Fungsi keuangan berada di bagian keuangan yang bertugas terhadap pengawasan kas
perusahaan dan fungsi akuntansi bertanggungjawab atas pencatatan atas transaksi serta
laporan harian penjualan.
Penulis menyimpulkan bahwa perusahaan telah melakukan pemisahan fungsi yang baik.
Dengan adanya pemisahan fungsi, hal-hal seperti : kesalahan pencatatan kas, perhitungan kas
ataupun pencurian kas dapat dicegah maupun segera ditanggulangi.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan penulis, ditemukan masih ada beberapa
kelemahan yang terdapat dalam sistem penjualan pada PT ASDP Cabang Merak, diantaranya :
1) Karyawan salah memberikan golongan E-Ticketing.
Dalam melaksanakan kegiatan penjualan ditemukan bahwa terdapat beberapa karyawan
khususnya bagian toll gate atau petugas loket yang salah dalam memberikan golongan E-
ticketing kepada pemakai jasa penyeberangan.
Seharusnya karyawan menjual tiket sesuai dengan golongan tiket yang diperlukan oleh
pemakai jasa.
Karyawan kurang pemahaman akan cara kerja mesin terkait dengan E-ticketing, dan
kurang mengerti dalam melakukan scan E-ticketing sehingga menimbulkan kesalahan dalam
memberikan golongan E-ticketing kepada pemakai jasa penyeberangan.
Akibatnya dengan adanya hal tersebut dapat mempengaruhi kelancaran proses transaksi
penjualan E-ticketing.
Perusahaan seharusnya terlebih dahulu memberikan training bagi karyawan, khususnya
bagian toll gate mengenai cara kerja alat scan E-ticketing. Hal ini dilakukan agar dapat
63
meningkatkan kualitas sumber daya manuasia dalam perusahaan sehingga dapat
meminimalisir kesalahan dalam memberikan golongan E-ticketing.
2) Perusahaan belum memiliki prosedur penjualan secara tertulis yang jelas.
Perusahaan memang memiliki prosedur penjualan tetapi tidak memiliki penjelasan secara
tetulis mengenai prosedur tersebut. Prosedur penjualan yang dimiliki dan sedang berjalan juga
kurang sesuai dengan standar yang seharusnya. Selain itu, perusahaan juga belum memilki
flowchart terkait dengan prosedur kegiatan penjualannya dan tidak selalu mengupdate standar
prosedur yang ada apabila terdapat beberapa kebijakan yang berubah.
Prosedur penjualan secara tertulis harus dibuat dan diperbaharui secara berkala apabila
terjadi perubahan agar lebih memperjelas tugas setiap fungsi yang terkait di dalamnya dan
memudahkan perusahaan menjalankan kegiatan penjualannya. Selain itu, perusahaan seharusnya
membuat flowchart sebagai pendukung dalam melaksanakan pendistribusian dokumen-dokumen
yang ada dan bagian –bagian atas dokumen tersebut terlihat lebih jelas.
Perusahaan merasa tidak perlu membuat prosedur secara tertulis karena prosedur yang
ada sudah berjalan dengan baik. Prosedur tersebut ditetapkan oleh manajer dan disampaikan
secara lisan kepada karyawan. Perusahaan merasa komunikasi secara lisan kepada karyawana
akan lebih mudah untuk dimengerti melalui praktek langsung.
Dengan tidak adanya prosedur penjualan secara tertulis, kegiatan operasional penjualan
bisa saja berjalan kurang efektif dan menyebabkan pengendalian internal menjadi lemah karena
pedoman atau prosedur yang ada kurang jelas dan tidak ada penjelasan secara terulis untuk
64
aturan-aturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku di perusahaan. Hal ini juga memungkinkan
terjadinya ketidaksesuaian antara prosedur yang ditetapkan dengan prosedur yang berjalan.
Dari kondisi tersebut, perusahaan sebaiknya perlu membuat suatu standar prosedur
penjualan secara tertulis berupa Standard Operating Procedure (SOP) agar kinerja perusahaan
dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Selain itu, perusahaan juga agar membuat flowchart
sebagai data pendukung sebagai bagan alir kegiatan penjualan E-ticketing. Sehingga dengan
adanya SOP dan flowchart akan lebih dapat mencegah terjadinya perangkapan tugas dan
kesalahan pendistribusian dokumen-dokumen terkait penjualan E-ticketing.
3) Perusahaan tidak memiliki internal auditor yang independen untuk mengawasi
kegiatan penjualan yang berjalan di perusahaan.
Perusahaan tidak memiliki bagian khusus atau orang khusus yang berfungsi sebagai
internal auditor untuk mengawasi dan mengevaluasi pengendalian internal kegiatan yang sedang
berjalan di perusahaan terutama kegiatan penjualan. Hasil pekerjaan yang dilakukan oleh para
karyawan perusahaan hanya diperiksa dan diawasi oleh masing-masing atasannya dan auditor
eksternal yang disewa oleh perusahaan.
Perusahaan seharusnya memiliki internal auditor yang independen yang dapat
meningkatkan dan memperbaiki pengendalian internal di perusahaan dan mengawasi kegiatan
penjualan di kantor pusat dan kantor cabang untuk meyakinkan apakah pelaksanaan operasi
perusahaan telah dilakukan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan
perusahaan.
Hal ini disebabkan karena perusahaan merasa tidak perlu memiliki internal auditor yang
independen karena perusahaan merasa cukup menyewa auditor dari luar dalam memeriksa
65
kegiatan dari keuangan perusahaan. Untuk mengawasi pengendalian internal perusahaan hanya
dilakukan oleh para manajer saja.
Dengan kondisi seperti ini akan mengakibatkan kemungkinan terdapat beberapa
kelemahan pada pengendalian internal yang berjalan di perusahaan dan keraguan terhadap
kebenaran laporan yang dibuat dengan data - data yang dapat dimanipulasi sehingga terjadinya
penyimpangan dan kecurangan yang akhirnya merugikan perusahaan. Dengan keadaan tersebut
manajemen sulit untuk mengetahui apakah kegiatan operasional perusahaan benar-benar
dijalankan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.
Perusahaan sebaiknya mempertimbangkan adanya suatu pengendalian dan pengawasan
terhadap kegiatan perusahaan dengan membentuk internal auditor yang independen dalam
memeriksa dam menilai setiap tugas-tugas yang dilakukan oleh masing-masing bagian. Dengan
internal auditor, pengendalian atas pelaksanaan serta pertanggungjawaban kegiatan operasi
perusahaan akan lebih baik.
2. Evaluasi terhadap otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas
Dalam suatu perusahaan, setiap transaksi yang terjadi harus berdasarkan atas otorisasi
dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Catatan,
formulir dan dokumen merupakan media yang digunakan untuk merekam dan mencatat
terjadinya transaksi. Oleh karena itu, penggunaanya harus diawasi sedemikian rupa agar dalam
pelaksanaannya transaksi tersebut diotorisasi secara jelas dan sesuai.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis, ditemukan bahwa sistem otorisasi
atas prosedur penjualan E-ticketing yang dilakukan oleh PT ASDP Cabang Merak sudah cukup
baik, hal dapat diketahui, diantaranya yaitu :
66
a. Setiap transaksi penjualan, data disimpan dalam database dan dipantau langsung
kegiatannya oleh bagian supervisor.
b. Setelah kapal berangkat, petugas pelayaran menyerahkan E-ticketing ke bagian gedung
sentral (GS) untuk dilakukan penghitungan atas E-ticketing yang terjual.
c. Setelah melakukan penghitungan atas E-ticketing yang terjual, maka petugas GS membuat
rekapitulasi hasil penjualan E-ticketing untuk diserahkan ke bagian keuangan dan
perusahaan pelayaran yang sudah diotorisasi oleh petugas GS.
d. Apabila terjadi suatu klaim, maka pihak ASDP dan Pelayaran dapat mengajukan klaim
kepada bagian GS setelah mendapatkan persetujuan dari kepala cabang masing - masing
perusahaan.
Dengan adanya sistem otorisasi ini diharapkan dapat menunjang terwujudnya sistem
pengendalian internal yang memadai. Hal ini diperlukan untuk menghindari kesalahan atau
kecurangan yang mungkin terjadi disebabkan oleh faktor internal.
3. Evaluasi terhadap dokumen dan catatan yang memadai.
Menurut Boynton (2001), ”dokumen dan catatan adalah hasil representasi proses
informasi dan komunikasi, yang menyediakan bukti audit yang penting”. Dokumen
menyediakan bukti berkaitan dengan keterjadian dari transaksi dan harga, karakteristik dan
jangka waktu transaksi. Contoh dari dokumen : form permintaan tiket, form penjualan tiket,
dan form atas klaim. Ketika dokumen diotorisasi baik dengan tanda tangan ataupun stampel
dari pihak yang berwenang, maka dokumen menyediakan dasar penetapan tanggungjawab
dalam mengotorisasi dan mencatat transaksi. Catatan mencakup daftar gaji karyawan, dan
laporan penjualan tiket yang sudah diotorisasi oleh bagian keuangan.
67
Dari hasil observasi perusahaan dan wawancara dengan bagian keuangan, penulis
menemukan beberapa temuan terkait dokumen dan catatan yang memadai. Dibawah ini
diuraikan beberapa penggunaan dokumen dan catatan yang telah sesuai dan memadai :
a. Membuat laporan produksi dan pendapatan hasil penjualan tiket, laporan tersebut dibuat
menjadi :
1) Laporan penjualan tiket penumpang
2) Laporan penjualan tiket kendaraan penumpang
3) Laporan penjualan tiket kendaraan barang
4) Laporan penjualan tiket non terpadu per shift
5) Laporan penjualan tiket terpadu per shift
Dimana semua laporan tersebut dipertanggungjawabkan oleh bagian Supervisi.
b. Membuat Laporan Produksi dan Pendapatan Secara Berkala
1) Membuat laporan harian produksi dan pendapatan pelabuhan, dimana manajer
operasional sebagai penanggungjawabnya.
2) Membuat laporan bulanan produksi dan pendapatan pelabuhan, dan laporan jasa
pelabuhan , dimana pemimpin cabang sebagai pihak yang bertanggungjawab.
c. Membuat Laporan Saldo dan Pemusnahan Bonggol Tiket
1) Membuat laporan saldo tiket stock besar, laporan saldo tiket stock kecil, dan laporan
saldo tiket loket, dimana pemimpin cabang / manajer operasional sebagai pihak yang
bertanggungjawab.
68
2) Jika terdapat tiket rusak / tidak tercetak, dibuat laporan bulanan,
dipertanggungjawabkan oleh manajer operasional.
Hal ini membuktikan bahwa perusahaan, secara khusus bagian penjualan telah
memiliki pengendalian internal yang baik. Dengan adanya dokumen penjualan tiket akan
memudahkan pengendalian internal atas dokumen yang hilang dan sebagai bantuan dalam
mencari dokumen ketika mereka diperlukan di kemudian hari. Hal ini sangat mempengaruhi
sasarab penetapan waktu, kelengkapan dan keterjadian bukti audit yang terkait dengan
masalah yang ada.
4. Evaluasi terhadap pengendalian fisik atas aset dan catatan.
PT ASDP Cabang Merak telah menerapkan pengendalian fisik yang baik atas aset dan
catatannya. Dari hasil observasi dan wawancara dengan bagian keuangan, penulis menemukan
pengendalian fisik atas aset dan catatan yang telah diterapkan dengan baik oleh perusahaan,
yaitu :
a. Perusahaan secara berkala membuat salinan pendukung dari program dan data-data arsip
penjualan ke file kantor pusat.
Dari hasil wawancara penulis dengan bagian keuangan, ditemukan bahwa
perusahaan telah membuat salinan pendukung / back up data dari program dan data-data
arsip penjualan ke file kantor pusat.
Pada umumnya, semua perusahaan harus mempunyai back up data atau salinan
data sebagai data cadangan apabila sewaktu – waktu data asli hilang. Dengan
adanya back up data di setiap penjualan E-ticketing, perusahaan dapat melakukan
pengecekan secara berkala terhadap pendapatan perusahaan dan melakukan penelusuran
secara detail ke data laporan penjualan jika diperlukan.
69
Hal ini mencerminkan adanya transaction trail yang baik didalam aktivitas
penjualan perusahaan untuk dilakukan penelusuran atas transaksi penjualan yang terjadi.
Perusahaan dalam hal ini, sebaiknya back up data penjualan disimpan dalam file
khusus penjualan E-ticketing dan setiap karyawan yang berhubungan langsung dengan
bagian penjualan E-ticketing menyimpan salinan data tersebut.
5. Perusahaan sudah melakukan perlindungan fisik terhadap dokumen-dokumen / catatan-
catatan pendukung dalam aktivitas penjualan.
Hal ini dapat diketahui karena dokumen dan catatan penjualan E-ticketing tersebut
disimpan dengan baik dan rapi oleh masing-masing bagian di dalam perusahaan yang
bertanggungjawab atas dokumen dan catatan tersebut.
Dokumen dan catatan seperti form laporan penjualan tiket, form laporan
pendapatan dan form laporan saldo telah disimpan rapi di dalam rak dan berurutan sesuai
print number dan tanggal.
Hal ini dilakukan agar proses pencatatan berjalan baik, dan ketika akan dilakukan
pengecekan dan pencocokan, masing-masing bagian dalam perusahaan dapat
melaksanakannya dengan baik.
Dengan adanya hal tersebut dapat memudahkan karyawan dalam mencari data
yang dibutuhkan.
Bagi penulis apa yang sudah perusahaan lakukan sudah dianggap baik karena
dengan adanya penyimpanan data yaang tertata rapi tersebut mencerminkan pengendalian
yang baik terhadap perlindungan aset fisik perusahaan.
70
IV.5.4 Evaluasi Informasi dan Komunikasi
Berdasarkan studi dokumentasi yang penulis lakukan, didapatkan temuan terkait
dengan penerapan informasi dan komunikasi pada perusahaan, diantaranya:
1. Perusahaan telah memiliki sistem akuntansi.
Hal ini ditunjukkan dengan tersedianya prosedur penjualan untuk transaksi penjualan
E-ticketing secara tunai. Prosedur penjualan menggambarkan arus informasi yang baik guna
proses transaksi penjualan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai dasar untuk menetapkan
pengendalian internal kunci pada setiap aktivitasnya, menetapkan risiko pengendalian dan
mengukur efisiensi dan efektivitas operasi penjualan dan penerimaan kas.
Hal ini dipandang baik oleh penulis karena pada setiap perusahaan harus terdapat
prosedur penjualan sebagai dasar bagi perusahaan dalam melakukan aktivirasnya. Dari hasil
pengamatan di perusahaan, penulis menyimpulkan bahwa sistem atau prosedur yang dibuat
telah sesuai dengan fungsi dan hasil yang diharapkan. Contoh : adanya fungsi otorisasi
penjualan yaitu manajer keuangan pada prosedur penjualan, dibuat untuk mencegah adanya
kecurangan.
2. Prosedur dan kebijakan yang dibuat telah memudahkan karyawan dalam melakukan kegiatan
operasional perusahaan.
Dari hasil wawancara dan observasi terkait pelaksanaan prosedur penjualan, penulis
menemukan bahwa prosedur dan kebijakan yang dibuat telah memudahkan karyawan dalam
melakukan kegiatan operasional perusahaan. Contohnya : prosedur penjualan yang
menjelaskan tentang pencatatan. Bagian asisten manajer keuangan melakuka pencatatan
pendapatan atas penjualan setiap harinya. Sehingga hal ini memudahkan bagian keuangan
71
untuk tidak melakukan pengecekan ulang terhadap sah / tidaknya laporan atas pencatatan
penjualan E-ticketing.
Berdasarkan wawancara dan observasi ke perusahaan, penulis menemukan
kelemahan terkait dengan informasi dan komunikasi perusahaan, yaitu :
a. Masih terjadi error pada alat scan E-ticketing yang digunakan
Penulis menemukan bahwa sistem yang digunakan untuk pemprosesan penjualan
E-ticketing perlu mendapatkan control yang lebih baik.
Seharusnya perusahaan cepat dan tanggap apabila sewaktu – waktu terjadi error
pada alat scan E-ticketing.
Sebab apabila perusahaan tidak segera mungkin memperbaiki alat tersebut maka
data penjualan E-ticketing dapat tidak tersave secara langsung di database penjualan
perusahaan.
Sehingga mengakibatkan kegiatan penjualan E-ticketing dapat terganggu dan juga
perusahaan dapat dirugikan akibat adanya kejadian tersebut.
Sebaiknya bagian khusus yang menangani alat scan seperti bagian Supervisor
maupun pihak IT perusahaan dapat segera mungkin melakukan revisi secara berkala
terhadap alat ataupun sistem yang digunakan agar dapat meningkatkan kinerja atas alat
scan E-ticketing tersebut.
IV.5.5 Evaluasi Pemantauan
Dalam perusahaan fungsi pemantauan ini dilakukan oleh para manajer dalam
perusahaan, juga dibantui oleh koordinator masing-masing.
1. Pemeriksaan atas kelengkapan dan keabsahan dokumen telah dilakukan secara berkala.
72
Dari hasil wawancara dengan bagian keuangan, disimpulkan bahwa perusahaan telah
melakukan pemeriksaan secara berkala atas kelengkapan dan keabsahan dokumen.
Contohnya adalah pada setiap transaksi penjualan, petugas toll gate menginput data
penjualan tiket langsung pada sistem e-ticket, sehingga otomatis data penjualan tersave di
komputer. Hal ini dimaksudkan untuk menyediakan transaction trail dan backup data
penjualan.
Dengan adanya pemeriksaan atas kelengkapan dan keabsahan dokumen, trust dan
keandalan data akuntansi akan semakin terjaga dengan baik. Apabila hal ini dilakukan secara
terus menerus oleh pihak perusahaan, maka salah saji potensial dan kecurangan dapat
dicegah.
2. Perusahaan telah menetapkan sanksi atas pelanggaran yang dibuat oleh karyawan, baik yang
disengaja ataupun yang tidak disengaja.
Berdasarkan hasil wawancara ke bagian operasional, penulis menemukan bahwa
perusahaan telah menetapkan sanksi-sanksi yang tegas guna mencegah dan menanggulangi
pelanggaran yang mungkin dilakukanoleh karyawan.
Di dalam prosedur dijelaskan dengan lengkap tentang kewajiban pekerja, larangan
dan sanksi yang diberikan jika karyawan melakukan pelanggaran. Adapun peringatan / sanksi
atas kesalahan atau pelanggaran yang diberikan kepada pekerja dapat berupa :
a. Teguran / peringatan lisan
Teguran / peringatan lisan diberikan oleh atasan langsung / pimpinan yang berwenang
untuk kesalahan / pelanggaran yang bersifat ringan / umum yang masih dapat diperbaiki
dan dicatat dalam personal record pekerja yang bersangkutan.
73
b. Peringatan tertulis
Peringatan tertulis diberikan secara tertulis oleh atasan / pimpinan langsung kepada
pekerja yang bersangkutan. Peringatan tertulis terdiri dari surat peringatan 1 – 3 sesuai
dengan berat / ringannya jenis pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja.
Dengan adanya kewajiban / standar pekerjaan, larangan dan sanksi baik secara lisan
dan tertulis, perusahaaan mengharapkan respon positif dari setiap karyawan untuk
bertindak dengan lebih professional lagi dalam melakukan pekerjaannya masing-masing.
Apabila hal tersebut diterima dengan respon yang baik oleh karyawan, maka kecurangan
ataupun kelalaian yang berhubungan dengan pekerjaan masing-masing dapat dicegah
atau diminimalisasi.
c. Pemantauan langsung oleh manajemen dalam menilai kinerja karyawan.
Dalam hal ini, penulis menemukan bahwa proses pemantauan dilakukan oleh
manajemen secara periodik. Hal tersebut bertujuan agar manajemen dapat mengevaluasi
langsung kinerja karyawan, sehingga apabila terdapat suatu masalah dapat segera
mungkin manajemen perbaiki.
IV.6 Usulan Standard Operating Procedure (SOP)
Penulis mengusulkan Standard Operating Procedure (SOP) karena perusahaan belum
mempunyai SOP atas fungsi penjualan E-ticketing, berikut adalah usulan atas SOP penjualan
E-ticketing :
1. Bagian Keuangan :
a. Bagian keuangan kantor cabang menerima tiket dengan status stock besar tiket dari
kantor pusat.
74
b. Bagian keuangan melakukan registrasi yaitu memberikan serial number pada E-
ticketing agar E-ticketing dapat dikenali oleh sistem.
c. Setelah di registrasi, E-ticketing di aktivasi oleh bagian keuangan agar dapat diketahui
jumlah E-ticketing yang akan dijual setiap harinya.
d. Setelah dilakukan registrasi dan aktivasi, E-ticketing kemudian didistribusikan ke
bagian operasional.
2. Bagian Operasional ( Usaha )
a. Setelah masuk ke bagian operasional, E-ticketing diganti statusnya menjadi stock
kecil.
b. Di bagian operasional, E-ticketing stock kecil dibuat laporan tanda terima tiket
operasional sebelum nantinya diserahkan ke bagian Supervisi.
3. Bagian Supervisi
a. Pada bagian ini, supervisi menerima E-ticketing yang siap dijual dari bagian
operasional.
b. Sebelum melakukan transaksi penjualan E-ticketing, bagian supervisi harus terlebih
dahulu membuat laporan tanda terima tiket supervisi.
c. Setelah laporan dibuat, E-ticketing siap didistribusikan ke bagian petugas loket / toll
gate untuk dijual.
4. Petugas loket / toll gate
a. Petugas loket menerima E-ticketing dari bagian supervisi untuk selanjutnya dijual
kepada pemakai jasa.
75
b. Setelah melakukan transaksi penjualan, petugas loket membuat 2 dokumen laporan
hasil penjualan tiket, dimana dokumen 1 dilaporkan ke bagian supervisi dan dokumen
2 dimasukkan ke file permanen.
5. Perusahaan Pelayaran
a. Perusahaan menerima E-ticketing terjual dari pemakai jasa.
b. Setelah E-ticketing dari pemakai jasa terkumpul, perusahaan pelayaran bertugas
membuat klaim tiket untuk diserahkan ke bagian Gedung Sentral (GS).
6. Gedung Sentral (GS)
a. Gedung sentral menerima tiket terjual dari perusahaan pelayaran.
b. Bagian GS bertugas untuk menghitung jumlah E-ticketing dari E-ticketing terjual
tersebut.
c. Kemudian GS merekapitulasi hasil penjualan E-ticketing dan membuat bukti atas
transaksi klaim E-ticketing.
d. Bukti atas klaim E-ticketing tersebut kemudian diserahkan ke bagian GS.
7. Perusahaan Pelayaran
a. Perusahaan pelayaran menerima bukti klaim E-ticketing dari bagian GS.
b. Bukti klaim atas E-ticketing diserahkan ke bagian keuangan.
8. Bagian Keuangan
a. Bagian keuangan menerima bukti klaim E-ticketing yang kemudian dibuatkan 2
dokumen bukti bayar oleh bagian keuangan.
b. Setelah bukti bayar atas penjualan E-ticketing dibuat, dimana dokumen bukti bayar 1
dimasukkan ke file permanen keuangan dan dokumen bukti bayar 2 diserahkan ke
76
perusahaan pelayaran yang kemudian oleh bagian Perusahaan pelayaran dijadikan
sebagai bukti penerimaan kas pelayaran.
Bagan alir Standard Operating Procedure (SOP) atas Penjualan E-ticketing dapat dilihat
pada gambar 4.1
77
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
V.1 Simpulan
Dalam penulisan skripsi ini yang didasarkan atas hasil penelitian pada PT ASDP
Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemisahan tugas terkait proses penjualan yang dilakukan oleh PT ASDP Indonesia Ferry
(Persero) Cabang Merak telah dilaksanakan oleh masing-masing bagian, seperti : bagian
penjualan (supervisi), bagian akuntansi, dan bagian operasional dimana masing-masing
bagian ini menjalankan fungsinya dengan baik.
2. PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak secara umum telah melaksanakan
pengendalian internal pada transaksi penjualan dengan cukup memadai, yaitu meliputi
78
pembagian tugas dan wewenang yang jelas dengan sistem otorisasi, dan sudah melakukan
pemantauan untuk mengevaluasi kegiatan operasional perusahaan.
3. Dari hasil penelitian pada PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak atas
pengendalian internal pada prosedur penjualan, masih terdapat beberapa kelemahan yang
ditemui dalam perusahaan yang tidak mendukung pencapaian tujuan pengendalian internal:
a. Perusahaan tidak melakukan penafsiran risiko ketika proses penjualan terjadi, seperti
kesalahan pada sistem / alat maupun adanya human error.
b. Dalam melaksanakan aktivitas penjualannya, terdapat karyawan yang salah dalam
memberikan golongan E-ticketing kepada pemakai jasa penyeberangan.
c. Perusahaan belum memiliki Standard Operating Procedure (SOP) yang seharusnya
menjadi pedoman tertulis dalam melakukan kegiatan penjualan E-ticketing.
d. Perusahaan tidak memiliki internal auditor, sehingga mengakibatkan terjadinya
penyimpangan dan kecurangan yang akhirnya merugikan perusahaan.
Jika dilihat dari kondisi-kondisi yang telah disebutkan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa masih terdapat aktivitas dan prosedur yang kurang memadai dan tidak mendukung
untuk tercapainya pengendalian internal yang baik. Kondisi-kondisi tersebut harus segera
diperbaiki agar pengendalian internal pada prosedur penjualan dalam perusahaan dapat
menjadi lebih baik lagi.
V.2 Saran
Dari hasil pembahasan mengenai Evaluasi Pengendalian Internal atas Penjualan E-
ticketing pada PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak, dan hasil kesimpulan
79
yang didapatkan oleh penulis, maka penulis mencoba memberikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Perusahaan sebaiknya dalam melakukan penerimaan karyawan, perlu menyeleksi secara
ketat agar calon karyawan yang diterima dapat bekerja sesuai dengan bidangnya masing-
masing sehingga perusahaan tidak dirugikan akibat adanya human error.
2. Penulis menyarankan agar perusahaan melakukan training baik bagi karyawan baru
maupun karyawan lama mengenai cara kerja alat scan E-ticketing. Hal ini dilakukan agar
dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam perusahaan sehingga dapat
meminimalisir kesalahan dalam memberikan golongan E-ticketing.
3. Sebaiknya perusahaan segera membuat Standard Operating Procedure (SOP) agar
karyawan memiliki pedoman tertulis mengenai penjualan yang baik dalam melakukan
kegiatan penjualan. Sehingga dengan adanya SOP yang baik maka kegiatan penjualan E-
ticketing dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
4. Sebaiknya perusahaan mempertimbangkan adanya suatu pengendalian terhadap kegiatan
perusahaan dengan membentuk internal auditor yang independen dalam memeriksa dam
menilai setiap tugas-tugas yang dilakukan oleh masing-masing bagian.