26
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar secara sah dan belajar pada salah satu Fakultas yang diselenggarakan oleh Universitas (Biro Administrasi Kemahasiswaan UNS, 2012: 46). Mahasiswa merupakan anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan menerapkan kemampuan tersebut di dalam lingkungan masyarakat. Monks, dkk. (1992: 283) mengatakan bahwa mahasiswa sebagai remaja akhir yang memasuki dewasa muda, yang berusia antara 17 sampai 25 tahun, harus mempunyai sikap dan tanggung jawab sebagai anggota masyarakat. Salah satu tanggung jawab dari seorang mahasiswa adalah tanggung jawab di lingkungan sosial. Mahasiswa memiliki peran dan tanggung jawab sebagai social control, yakni selain pintar di bidang akademik, mahasiswa juga harus pintar dalam bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat. Maka dari itu, mahasiswa banyak bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat yang terdidik dan dapat dijadikan contoh yang baik bagi masyarakat. Selain tanggung jawab, mahasiswa juga harus memiliki sikap sebagai anggota masyarakat. Sikap merupakan fenomena kejiwaan, yang biasanya termanifestasi dalam bentuk tindakan atau perilaku (Chaer dan Agustina, 2008: 149). Triandis (dalam Chaer dan Agustina, 2008: 150) mengatakan bahwa sikap juga kesiapan bereaksi terhadap suatu keadaan atau kejadian yang dihadapi. Mahasiswa harus memiliki sikap yang baik agar dapat memberi contoh yang baik

BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar secara sah dan belajar

pada salah satu Fakultas yang diselenggarakan oleh Universitas (Biro

Administrasi Kemahasiswaan UNS, 2012: 46). Mahasiswa merupakan anggota

masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan menerapkan kemampuan

tersebut di dalam lingkungan masyarakat. Monks, dkk. (1992: 283) mengatakan

bahwa mahasiswa sebagai remaja akhir yang memasuki dewasa muda, yang

berusia antara 17 sampai 25 tahun, harus mempunyai sikap dan tanggung jawab

sebagai anggota masyarakat. Salah satu tanggung jawab dari seorang mahasiswa

adalah tanggung jawab di lingkungan sosial.

Mahasiswa memiliki peran dan tanggung jawab sebagai social control,

yakni selain pintar di bidang akademik, mahasiswa juga harus pintar dalam

bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat. Maka dari itu, mahasiswa banyak

bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat

sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat yang

terdidik dan dapat dijadikan contoh yang baik bagi masyarakat.

Selain tanggung jawab, mahasiswa juga harus memiliki sikap sebagai

anggota masyarakat. Sikap merupakan fenomena kejiwaan, yang biasanya

termanifestasi dalam bentuk tindakan atau perilaku (Chaer dan Agustina, 2008:

149). Triandis (dalam Chaer dan Agustina, 2008: 150) mengatakan bahwa sikap

juga kesiapan bereaksi terhadap suatu keadaan atau kejadian yang dihadapi.

Mahasiswa harus memiliki sikap yang baik agar dapat memberi contoh yang baik

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

2

pula kepada masyarakat. Sikap menurut Anderson (dalam Azhar, dkk. 2011: 37)

dibagi atas dua macam yakni sikap nonkebahasaan dan sikap kebahasaan.

Sikap nonkebahasaan merujuk pada sikap nonverbal. Sikap tersebut

merupakan perwujudan dari tindakan atau respon terhadap fenomena yang terjadi

di masyarakat. Contoh sikap nonkebahasaan antara lain; sikap politik, sikap

sosial, sikap estetis, dan sikap keagamaan (Chaer dan Agustina, 2008: 151).

Sikap nonkebahasaan berkaitan erat dengan sikap kebahasaan. Sikap

kebahasaan merujuk pada sikap verbal atau sikap berbahasa. Sikap ini

berhubungan dengan wujud sikap masyarakat ketika berbahasa dalam suatu

lingkungan sosial. Seperti pemilihan bahasa, penggunaan bahasa dan

pemertahanan bahasa dalam suatu masyarakat tertentu.

Sikap nonkebahasaan dan sikap kebahasaan dapat menyangkut keyakinan

atau kognisi mengenai bahasa. Dengan demikian, sikap bahasa dapat dikatakan

sebagai keyakinan terhadap bahasa dan memberikan kecenderungan terhadap

seseorang untuk menggunakan bahasa yang lebih disenangi dengan cara tertentu

(2008: 151). Begitu juga dengan mahasiswa, sikap bahasa mahasiswa terutama

terhadap bahasa resmi atau nasional dalam berbagai penelitian menunjukkan

bahwa sikap terhadap bahasa resmi menurun atau cenderung negatif.

Hal tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial mahasiswa yang lebih

banyak menghabiskan waktu di kampus bersama teman-temannya. Kemudian

faktor lingkungan rumah juga memengaruhi penggunaan bahasa-bahasa, karena

lingkungan rumah adalah lingkungan yang paling dekat dengan mahasiswa. Jika

penggunaan bahasa resmi lebih sedikit dibandingkan bahasa lainnya maka sikap

terhadap bahasa resmi akan menurun.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

3

Fenomena ini juga terjadi di Mesir. Mesir merupakan salah satu negara di

Timur Tengah yang memiliki dua varian bahasa yang saling berdampingan atau

sering disebut dengan diglosia. Menurut Ferguson dalam masyarakat diglosis

terdapat dua variasi dari satu bahasa yaitu variasi pertama yang disebut dengan

dialek tinggi dan yang kedua disebut dengan dialek rendah (Chaer dan Agustina,

2008: 93). Murad (2007: 19) menambahkan bahwa biasanya salah satu varietas

standar, bergengsi, dan formal; sementara yang lain adalah gaul, sehari-hari atau

dialek.

Dialek tinggi atau bahasa formal yang ada di Mesir disebut dengan bahasa

Arab Fuscha (BAF) sedangkan dialek rendah yang ada di Mesir disebut dengan

bahasa Arab Amiyah (BAA).

BAF atau bahasa Arab Standar disebut sebagai bahasa persatuan, bahasa

resmi dan bahasa baku di dunia Arab. Namun, penggunaannya dalam kehidupan

sehari-hari semakin jarang. Masyarakat Arab cenderung lebih banyak

menggunakan BAA atau bahasa nonbaku dibandingkan BAF. Hal ini karena

masyarakat menganggap BAF tidak luwes dan kurang bersahabat dengan anak-

anak (Tohe, 2005: 209). Seperti yang diungkapkan Farihah (dalam Tohe, 2005:

209) bahwa dalam suasana resmi masyarakat Arab menggunakan BAF, sedang

dalam kehidupan sehari-hari mereka menggunakan BAA.

Begitu pula yang terjadi pada mahasiswa di Mesir, mereka cenderung

lebih memilih untuk menggunakan BAA dalam kehidupan sehari-hari

dibandingkan BAF. Meskipun mahasiswa memiliki kemahiran dalam BAF namun

mereka lebih memilih menggunakan BAA untuk berkomunikasi, baik di

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

4

lingkungan kampus untuk berkomunikasi dengan teman-teman dan dosennya

maupun di lingkungan rumah.

Fenomena ini berarti berhubungan dengan sikap mahasiswa terhadap

bahasa Arab. Yakni sikap terhadap BAF dan sikap terhadap BAA. Sumarsono

menyatakan bahwa hubungan antara sikap bahasa dan pengguna bahasa dapat

positif atau negatif (Wulandari, 2012: 11).

Sikap mahasiswa terhadap bahasa Arab dikatakan positif apabila memiliki

tiga ciri yakni kesetiaan bahasa, kebanggaan bahasa dan kesadaran adanya norma

bahasa (Garvin dan Mathiot dalam Chaer dan Agustina, 2008: 152). Jika ketiga

ciri tersebut tinggi atau ada dalam diri mahasiswa, maka mahasiswa dikatakan

memiliki sikap yang positif. Sebaliknya, jika ketiga ciri tersebut lemah atau

bahkan tidak ada dalam diri mahasiswa, maka dikatakan memiliki sikap yang

negatif. Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji mengenai sikap bahasa

mahasiswa yang terjadi di Arab, khususnya di Universitas Canal Suez Mesir yang

merupakan salah satu Universitas di Arab.

Universitas Canal Suez merupakan salah satu Universitas di Mesir yang

berdiri sejak tahun 1976. Universitas ini memiliki 16 fakultas yang didistribusikan

lebih dari enam cabang Universitas yang berlokasi di kota Ismailia, Port Said,

Suez dan El-Arish. Saat ini, terdaftar 49.588 mahasiswa yang belajar di

Universitas Canal Suez di berbagai fakultas yang disediakan (scuegypt.edu.eg).

Penelitian mengenai sikap bahasa telah dilakukan oleh beberapa penelitian

terdahulu dengan kajian dan objek penelitian yang berbeda-beda. Berikut

penelitian yang mengkaji mengenai sikap bahasa.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

5

Mizher dan Al-Haq (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Attitudes

towards Using Standard Arabic among Academic Staff at Balqa Applied

University/Center in Jordan: A Sociolinguistic Study menunjukkan bahwa sikap

para staf akademik Universitas Balqa Yordania terhadap bahasa Arab Standar

adalah tinggi, baik sebagai bahasa pengantar maupun pertemuan sosial mereka.

Sikap ini mencerminkan status arabicization yang merupakan bagian dari

perencanaan bahasa dari lembaga pendidikan tinggi di Yordania dalam persaingan

antara kelompok pro-arabicization dan kelompok anti-arabicization. Responden

merupakan staf akademik yang berasal dari empat fakultas, yakni fakultas Teknik,

Pertanian, Humaniora, dan fakultas Perencanaan. Hasil penelitian ini juga

menegaskan adanya semangat untuk bebicara bahasa Arab Standar sebagai bahasa

tinggi. Responden mendorong penggunaan bahasa Arab Standar dalam konteks

akademik pada umumnya dan pertemuan yang diadakan di tingkat lokal dan

nasional. Bahasa Arab Standar juga disukai oleh kalangan akademis Arab dalam

berbagai interaksi.

Wardani dkk. (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Sikap Bahasa

Siswa terhadap Bahasa Indonesia: Studi Kasus di SMA Negeri 1 Singaraja.

Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa SMAN 1 Singaraja mencerminkan sikap

bahasa yang negatif. Hal ini dibuktikan dengan tingginya frekuensi penggunaan

bahasa Indonesia ragam nonbaku dalam komunikasi di ranah formal, yang

menuntut penggunaan ragam bahasa Indonesia baku dan gejala interferensi yang

tampak pada tuturan siswa. Namun, dari aspek afektif sikap bahasa siswa SMAN

1 Singaraja berada pada kategori yang positif, karena siswa memiliki sikap yang

positif terhadap status dan kompetensi pembicara yang menggunakan bahasa

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

6

Indonesia, daya tarik sosial dan integritas pribadi pembicara yang menggunakan

bahasa Indonesia, serta daya tarik kebahasaan pembicara bahasa Indonesia. Dari

aspek kognitif, siswa SMAN 1 Singaraja memiliki sikap yang netral terkait

keyakinan terhadap konsep dan ide mengenai cara-cara yang sesuai dan tidak

sesuai dalam menanggapi bahasa Indonesia.

Wulandari (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Sikap Bahasa Siswa

Kelas VII SMP N 9 Yogyakarta terhadap Bahasa Indonesia menunjukkan bahwa

sikap bahasa siswa kelas VII di SMP N 9 Yogyakarta termasuk kategori baik. Hal

ini dibuktikan dengan penggunaan bahasa Indonesia oleh siswa untuk bertanya

kepada guru, menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, untuk berdiskusi

dengan teman, khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Selain itu,

penelitian ini juga menunjukkan bahwa siswa menyukai dan bangga

menggunakan bahasa Indonesia dalam pembelajaran bahasa Indonesia karena

bahasa Indonesia dianggap lebih sopan dan mudah dipahami untuk digunakan,

sehingga siswa dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik meskipun tidak

sepenuhnya menggunakan bahasa Indonesia mengingat bahasa sehari-hari siswa

adalah bahasa Jawa. Berdasarkan latar belakang masalah sikap bahasa siswa dan

guru tidak negatif, tapi sekedar alih kode dan campur kode.

Budiawan (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Sikap

Bahasa dan Motivasi Belajar Bahasa terhadap Prestasi pada Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris Siswa SMA se-Bandar Lampung

menunjukkan bahwa sikap siswa terhadap bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

adalah rendah. Namun, minat terhadap kedua bahasa tersebut sebagai bahasa yang

dipelajari adalah tinggi. Dibandingkan bahasa Indonesia, minat belajar dan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

7

motivasi untuk belajar mereka cenderung lebih memilih belajar bahasa Inggris

daripada bahasa Indonesia.

Murad (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Language Attitudes of

Iraqi Native Speakers of Arabic: A Sociolinguistic Investigation menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan sikap yang signifikan antara mahasiswa dan non

mahasiswa terhadap bahasa Arab Standar dan bahasa Arab Irak. Mahasiswa lebih

bersikap positif terhadap bahasa Arab Standar dibandingkan bahasa Arab Irak,

namun sebaliknya orang Irak nonmahasiswa lebih banyak memilih menggunakan

bahasa Arab Irak dibandingkan bahasa Arab Standar. Hal ini berarti sikap bahasa

orang Irak nonmahasiswa lebih negatif dibandingkan mahasiswa di Irak. Faktor

yang paling memengaruhi munculnya sikap ini adalah level pendidikan berbeda,

sehingga pandangan dan penggunaan variasi bahasa juga sangat berbeda.

Dari sejumlah penelitian yang telah dilakukan tentang sikap bahasa dapat

disimpulkan bahwa sikap bahasa berhubungan dengan perilaku seseorang

terhadap bahasa. Aspek kognitif, afektif dan konatif menjadi unsur penting dalam

sikap bahasa. Penelitian ini akan membahas mengenai sikap bahasa mahasiswa

Universitas Canal Suez Mesir terhadap bahasa Arab. Oleh karena itu, penelitian-

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sangatlah membantu penelitian ini

terutama penelitian yang dilakukan di negara-negara Arab.

Namun, berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini

menfokuskan pada sikap bahasa yang dilakukan oleh mahasiswa di Universitas

Canal Suez Mesir. Adapun penelitian sebelumnya yang dilakukan di negara Arab,

sejauh pengamatan dan pencarian yang dilakukan, belum ditemukan penelitian

yang mengkaji sikap bahasa di Mesir terutama di Universitas Canal Suez.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

8

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak

baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini yakni dapat

memperkaya kajian tentang sikap bahasa terhadap bahasa Arab dan juga

memperkaya kajian linguistik terutama kajian sosiolinguistik. Adapun manfaat

praktis dari penelitian ini yakni dapat memberi kemudahan dalam

mendeskripsikan dan mengkritisi sikap bahasa terhadap bahasa Arab baik lisan

maupun tulisan, dan memberi kemudahan dalam memahami mengenai sikap

bahasa bagi pembaca serta dapat dijadikan acuan dalam pembelajaran linguistik

Arab.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dihasilkan rumusan masalah penelitian

sebagai berikut :

1. Bagaimana kemahiran berbahasa Arab mahasiswa Universitas Canal Suez

Mesir?

2. Bagaimana pemilihan dan penggunaan bahasa Arab oleh mahasiswa

Universitas Canal Suez Mesir?

3. Bagaimana sikap bahasa mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir terhadap

bahasa Arab?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan, penelitian ini

bertujuan sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan kemahiran berbahasa Arab mahasiswa Universitas Canal

Suez Mesir.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

9

2. Mendeskripsikan pemilihan dan penggunaan bahasa Arab mahasiswa

Universitas Canal Suez Mesir

3. Mendeskripsikan sikap bahasa mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir

terhadap bahasa Arab.

D. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam suatu penelitian perlu dibuat mengingat luasnya

permasalahan yang dapat dikaji dari berbagai aspek serta keterbatasan

kemampuan peneliti. Pembatasan masalah juga dilakukan agar suatu penelitian

dapat terarah dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Penelitian ini

menggunakan tiga hasil kuesioner sebagai data, yang disebarkan kepada 124

(seratus dua puluh empat) mahasiswa Mesir, yakni 41 mahasiswa laki-laki dan 83

mahasiswa perempuan Universitas Canal Suez, Mesir. Kuesioner tersebut berisi 4

pertanyaan kemahiran berbahasa dan 30 situasi pemilihan dan penggunaan bahasa

Arab sehari-hari. Juga 15 butir pernyataan mengenai sikap bahasa mahasiswa

yang dinilai dari tiga komponen yakni kognitif, afektif, dan konatif.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam menganalisis permasalahan yakni

melalui pendekatan sosiolinguistik mengenai sikap bahasa yang mencangkup tiga

komponen yakni kognitif, afektif, dan konatif.

E. Landasan Teori

Landasan teori merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah

penelitian yang menjadi dasar dalam menganalisis data penelitian. Landasan teori

yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

10

1. Sikap

Sikap menurut Fasold (2001: 147) adalah “a state of readiness; an

intervening variable between a stimulus affecting a person and that person’s

response” (suatu keadaan siap, suatu variabel yang berpengaruh terhadap

rangsangan yang mempengaruhi seseorang dan tanggapannya).

Sikap menurut Triandis (dalam Suhardi, 1996: 22) adalah “an idea charged

with emotion which predisposes a class of actions to a particular class of social

situations” (suatu gagasan yang mengandung emosi yang mempengaruhi

sekelompok tindakan terhadap sekelompok situasi sosial tertentu).

La Pierre (dalam Azwar, 2013: 5) mendefinisikan sikap sebagai ‘suatu pola

perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri

dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli

sosial yang telah terkondisikan’ sedangkan Secord & Backman (dalam Azwar,

2013: 5) mendefinisikan sikap sebagai ‘keteraturan tertentu dalam hal perasaan

(afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang

terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya’.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat dilihat bahwa sikap

dipertimbangkan sebagai suatu keadaan internal diri seorang yang timbul karena

adanya stimulus dari tipe tertentu dan menjembatani respon seseorang (Williams

dalam Budiawan, 2008: 27). Sikap menurut kelompok yang berorientasi pada

skema triadik atau disebut juga pendekatan tricomponent mengacu pada tiga

komponen yaitu kognitif, afektif dan kognitif. Sikap seseorang terhadap suatu

objek selalu berperanan sebagai perantara antara responsnya dan objek yang

bersangkutan. Respons diklasifikasikan pula dalam tiga macam, yaitu respons

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

11

kognitif (respons perseptual dan pernyataan mengenai apa yang diyakini), respons

afektif (respons syaraf simpatetik dan pernyataan afeksi), serta respons perilaku

atau konatif (respon berupa tindakan dan pernyataan mengenai perilaku). Masing-

masing klasifikasi respons ini berhubungan dengan ketiga komponen sikapnya.

2. Komponen Sikap

Mengikuti skema triadik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling

menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective), dan

komponen konatif (conative) (Azwar, 2013: 23-24).

Lambert (1967: 91-102) mendefinisikan ketiga komponen tersebut sebagai

berikut:

a. Komponen kognitif, menyangkut pengetahuan mengenai alam sekitar dan

gagasan yang biasanya merupakan kategori yang dipakai dalam proses

berpikir;

Variabel

independen

yang dapat

diukur

Variabel

intervening Variabel dependen

yang dapat diukur

STIMULI

(individu, situasi,

isu sosial,

kelompok sosial,

dan objek sikap

lainnya).

SIKAP

AFEK

KOGNISI

PERILAKU

Respons

syaraf simpatetik Pernyataan lisan tentang

afek

Respons Perseptual Pernyataan lisan tentang

keyakinan

Tindakan yang tampak Pernyataan lisan

mengenai perilaku Gambar 1. Konsepsi Skematik

Rosenberg dan Hovland mengenai Sikap

(Azwar, 2013: 8)

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

12

b. Komponen afektif, menyangkut masalah penilaian baik, suka atau tidak

suka, terhadap sesuatu atau suatu keadaan;

c. Komponen konatif, menyangkut perilaku atau perbuatan sebagai “putusan

akhir” kesiapan reaktif terhadap suatu keadaan.

Gambar 2. Komponen Sikap

Sears (dalam Widyastuti, 2014: 59-61) menambahkan bahwa :

a. Komponen kognitif dalam suatu sikap terdiri dari keyakinan seseorang

mengenai obyek tersebut bersifat “evaluatif yang melibatkan diberikannya

kualitas disukai atau tidak disukai, diperlukan atau tidak diperlukan, baik

atau buruk terhadap obyek.

Kompleksitas kognitif adalah banyaknya pikiran dan keyakinan yang

dimiliki oleh individu tentang sebuah obyek untuk disikapi. Setiap kognisi

bisa berbeda dalam tingkat kepentingan. Sikap dapat berupa hal yang

cukup rumit dan melibatkan sejumlah kognisi yang mempunyai perbedaan

dalam hubungannya dengan inti masalah dalam komponen penilaiannya.

Gambaran ini merupakan penyederhanaan yang berlebihan dari berbagai

sikap dalam kehidupan nyata. Kesan tentang orang lain cenderung

sederhana secara evaluatif. Tidak peduli sejauhmana mengenalnya secara

Sikap

Kognitif Konatif Afektif

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

13

umum orang-orang cenderung menyukai atau tidak menyukainya.

Komponen yang relatif sederhana ini merupakan faktor penentu perilaku

yang utama.

b. Komponen afektif (perasaan) dalam suatu sikap berkenaan dengan emosi

yang berkaitan dengan obyek yang dirasakan sebagai hal yang

menyenangkan atau tidak menyenangkan, disukai atau tidak disukai.

Beban emosional inilah yang memberikan watak tertentu terhadap sikap

yaitu watak mantap, tergerak dan termotivasi.

Sikap memiliki komponen emosional yang tidak dimiliki oleh keyakinan

akan fakta. Sikap bila telah ditentukan jauh lebih sulit berubah

dibandingkan dengan keyakinan akan fakta. Jadi jika sudah pada tahap

komponen ini, penentuan sikap jauh lebih sulit diubah dibandingkan pada

komponen kognitif.

c. Komponen konatif (kecenderungan tindakan) dalam suatu sikap mencakup

semua kesiapan perilaku yang berkaitan dengan sikap. Jika seorang

individu bersikap positif terhadap obyek tertentu, maka ia akan cenderung

membantu atau memuji/mendukung obyek tersebut. jika ia bersikap

negatif maka ia akan cenderung untuk mengganggu/menghukum/merusak

obyek tersebut.

Komponen ini menyangkut kecenderungan berperilaku. Perilaku nyata

sering tidak sesuai dengan sikap dan nampaknya orang dapat hidup cukup

nyaman dengan ketidaksesuaian tersebut. Misalnya, banyak perokok

percaya bahwa merokok itu tidak baik untuk kesehatan dan banyak yang

tidak menyukai rasa nikotin. Tetapi sulit bagi mereka untuk melepaskan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

14

diri dari kebiasaan tersebut. Perilaku merokok mereka tidak dikendalikan

oleh kognisi dan penilaian negatif mereka tentang merokok.

Jadi komponen perilaku dari sikap tidak selalu sesuai dengan komponen

kognitif dan afektifnya. Perilaku nyata (overt behavior) dapat mengontrol

komponen afektif dan komponen kognitif sikap. Orang dapat berperilaku

dalam cara tertentu dan sikap mereka mungkin sejalan.

Misalnya, wanita yang gemar merokok namun ketika ia sedang hamil

maka ia memutuskan untuk berhenti merokok demi kesehatan janinnya.

Selama sembilan bulan masa kehamilan maka wanita tersebut akan

berhenti merokok. Secara bertahap mungkin ia akan percaya bahwa

merokok itu berbahaya bagi kesehatan dan ia akan belajar untuk tidak

menyukai bau dan rasa nikotin. Pada waktu bayinya lahir mungkin ia

memiliki sejumlah kognisi mengenai keburukan merokok dan penilaian

negatif tentang merokok (komponen kognitif dan komponen evaluatif).

Jadi hubungan antara komponen kognitif dan afektif sikap di satu pihak

dan perilaku nyata di pihak lain juga dapat berlangsung dalam satu arah.

3. Sikap Sosial dan Sikap Individual

Ada dua macam sikap (attitude) menurut Gerungan (2010: 161-162), yaitu :

a. Sikap sosial adalah sikap yang dinyatakan dengan cara-cara kegiatan yang

sama dan berulang-ulang terhadap objek sosial. Sikap sosial menyebabkan

terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap

suatu objek sosial, dan biasanya sikap sosial dinyatakan tidak hanya oleh

seseorang, tetapi juga oleh orang lain yang sekelompok atau semasyarakat.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

15

Misalnya, penghormatan yang berkali-kali dinyatakan dengan cara

khidmat oleh sekelompok orang terhadap bendera, menunjukkan adanya

sikap kelompok tersebut terhadap benderanya.

Hal menjadi anggota yang baik atau anggota yang buruk dari sebuah

kelompok bergantung pula kepada terdapatnya sikap-sikap positif atau

negatif orang tersebut terhadap kelompok yang berangkutan.

Sikap sosial menyebabkan terjadinya tingkah laku yang khas dan

berulang-ulang terhadap objek sosial, dan karenanya maka sikap sosial

turut merupakan suatu faktor penggerak dalam pribadi individu untuk

bertingkah laku secara tertentu sehingga sikap sosial dan sikap pada

umumnya bersifat dinamis yaitu merupakan salah satu penggerak internal

di dalam pribadi orang yang mendorongnya berbuat sesuatu dengan cara

tertentu.

b. Sikap individual

Berbeda dengan sikap sosial, sikap individual adalah sikap dimiliki oleh

seorang demi seorang saja dan berkenaan dengan objek-objek yang bukan

merupakan objek perhatian sosial. Sikap individual terdiri atas kesukaan

dan ketidaksukaan pribadi atas objek, orang, binatang, dan hal-hal tertentu.

Seseorang lambat-laun mungkin memperoleh sikap suka atau tidak suka

kepada seorang kawan atau seorang pesaing dan terhadap peristiwa-

peristiwa penting dalam kehidupan orang tersebut. Sikap-sikap individual

itu turut pula dibentuk karena sifat-sifat pribadi orang itu sendiri.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

16

4. Ciri-ciri Sikap

Agar dapat membedakan antara sikap, motif, kebiasaan dan lain-lain, faktor

psikis yang turut menyusun pribadi orang telah dirumuskan menjadi lima buah

sifat khas dari sikap, meliputi sikap sosial maupun sikap individual (Gerungan,

2010: 163-164) :

a. Sikap tidak dibawa orang sejak ia dilahirkan, tetapi dibentuk atau

dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan

objeknya. Sifat ini membedakan dengan sifat motif-motif biogenetis

seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat, dan lain-lain penggerak

kegiatan manusia yang menjadi pembawaan baginya dan yang terdapat

padanya sejak dilahirkan.

b. Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari orang; atau

sebaliknya, sikap-sikap dapat dipelajari sehingga sikap-sikap dapat

berubah pada seseorang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat

tertentu yang mempermudah berubahnya sikap pada orang itu.

c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu

terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap terbentuk dipelajari, atau

berubah senantiasa berkaitan dengan suatu objek tertentu yang dapat

dirumuskan dengan jelas.

d. Objek sikap dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Jadi, sikap dapat berkaitan

dengan satu objek saja tetapi juga berkaitan dengan sederetan objek yang

serupa.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

17

e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah

yang membeda-bedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau

pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

5. Sikap Bahasa

Sikap bahasa adalah segala macam perilaku tentang bagaimana bahasa

diperlakukan, termasuk sikap-sikap terhadap usaha perencanaan dan pelestarian

bahasa (Fasold, 2001: 148). Pendapat ini didukung oleh pernyataan yang

mengungkapkan bahwa sikap bahasa berkaitan langsung dengan sikap penuturnya

dalam memilih dan menetapkan bahasa (Rahayu dan Ari Listiyorini, 2009: 3).

sikap bahasa ditekankan pada kesadaran diri sendiri dalam menggunakan bahasa

secara tertib (Pateda, 1990: 30).

Menurut Ciscel, dkk. (2000:49) sikap bahasa adalah ”value terhadap

suatu bahasa baik dalam konteks sosio-personal maupun sosio-ekonomi” yang

terbentuk melalui interaksi dalam suatu komunitas bahasa. Konteks sosio-

personal yang dimaksud adalah bahasa yang terkait dengan sentimental

attachment yakni bahasa dikaitkan dengan daya tarik personal seperti identitas diri

maupun identitas bangsa dan juga sebagai warisan budaya sedangkan sosio-

ekonomi terkait dengan instrumental attachment yakni bahasa dijadikan sarana

untuk mendapatkan beragam kemudahan seperti misalnya kemudahan

mendapatkan pekerjaan (karena menguasai bahasa tertentu) sehingga berimbas

pada tingkatan ekonominya (Eastman dalam Wulandari dan Wiwiek, 2012).

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

18

Sikap bisa positif dan bisa juga negatif, maka sikap terhadap bahasa-pun

demikian. Garvin dan Mathiot (dalam Chaer dan Agustina, 2008: 152)

menyebutkan ciri-ciri sikap positif terhadap bahasa, yaitu:

a. Kesetiaan bahasa (language loyalty) yang mendorong masyarakat

suatu bahasa mempertahankan bahasanya dan apabila perlu mencegah

adanya pengaruh bahasa lain.

b. Kebanggaan bahasa (language pride) yang mendorong orang

mengembangkan bahasanya dan menggunakannya sebagai lambang

identitas dan kesatuan masyarakat.

c. Kesadaran adanya norma bahasa (awareness of the norm) yang

mendorong orang menggunakan bahasanya dengan cermat dan santun

Maka sebaliknya, jika ketiga ciri tersebut sudah melemah, hal itu berarti

sikap masyarakat terhadap bahasa negatif. Sikap negatif terhadap suatu bahasa

bisa terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang sudah tidak lagi mempunyai

rasa bangga terhadap bahasanya, serta mengalihkan bahasa lain yang bukan

miliknya. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan hilangnya rasa bangga

terhadap bahasa sendiri, dan menumbuhkan pada bahasa lain, antara lain faktor

politik, ras, etnik, gengsi, dan sebagainya (Chaer dan Agustina, 2008: 152). Sikap

negatif terhadap suatu bahasa dapat terlihat bila di dalam perilakunya, seorang

sama sekali tidak mendukung dan menjaga keberadaan bahasa tersebut. Hal itu

dapat dilihat dari sikap kurang peduli, tidak mau tahu dengan perkembangan

bahasa tersebut, serta tidak akan menggunakannya dalam kesempatan

pembicaraan, walaupun seseorang tersebut sebenarnya mempunyai banyak

kemungkinan untuk menggunakan bahasa tersebut (Karsana, 2009: 78).

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

19

6. Variasi dan Sikap terhadap Bahasa Arab di Dunia Arab

Variasi dan sikap terhadap bahasa Arab merupakan pembahasan yang menarik

dan telah menerima perhatian khusus dalam kajian psikologi sosial dan

sosiolinguistik terutama pada pertengahan abad ke-20. Variasi ini juga menarik

batas identitas suatu masyarakat, misalnya orang Mesir berbicara dengan bahasa

Arab Mesir, orang Irak berbicara dengan bahasa Arab Irak (Murad, 2007: 16).

Murad juga mengatakan bahwa banyak orang Arab menganggap bahwa

bahasa Arab Standar sebagai penanda identitas orang Arab. Oleh karena itu, ada

keyakinan kuat bahwa seseorang yang berbicara bahasa Arab (standar) ialah orang

Arab. Sebagai hasilnya, bahasa Arab memiliki arti penting bagi orang Arab. Hal

ini telah menjadi faktor penting yang mewakili patriotisme, kekuatan, dan

nasionalisme di dunia Arab (Murad, 2007: 17).

Bahasa Arab menjadi bahasa al-Qur’an, mempertahankan status yang unik dan

luar biasa, yang ditandai dengan hormat, kekaguman, dan apresiasi. Fenomena

linguistik yang ada di dunia Arab adalah koeksistensi bahasa Arab Standar

(fuscha>) bersama dengan dialek nasional yang dalam bahasa Arab disebut dengan

‘a>miyah.

Biasanya, salah satu dari kedua varian bahasa tersebut adalah varietas standar,

bergengsi, dan formal; sementara yang lain adalah bahasa gaul, bahasa sehari-hari

atau dialek. Dalam dunia berbahasa Arab, bahasa Arab Standar digunakan dalam

berbagai domain seperti media cetak, pendidikan, ritual keagamaan, dan

pengaturan formal. Dialek Arab, pada sisi lain, digunakan secara ekstensif dalam

sehari-hari dengan tujuan mencapai tujuan komunikasi. Sebagian besar dari

penutur Arab sangat memuja bahasa Arab Standar karena bahasa Arab Standar

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

20

berhubungan dengan pengetahuan, agama, dan inspirasi. Dialek, di sisi lain,

dipandang sebagai bentuk terdistorsi rendah dan tidak berpendidikan Arab (Haeri

dalam Murad, 2007: 19). Dialek dipandang sebagai suatu penyimpangan dari

bahasa Arab Standar dan biasanya lebih banyak digunakan oleh masyarakat yang

memiliki pendidikan rendah dalam berkomunikasi.

F. Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh

(Arikunto, 2006: 129) sedangkan data adalah bahan jadi penelitian (Sudaryanto,

1995:9).

Jika menyinggung tentang subjek penelitian, maka terdapat dua istilah yang

terkait dengan subjek penelitian, yakni populasi dan sampel.

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, sedangkan sampel adalah

sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006: 130). Populasi

penelitian ini adalah semua mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir yang masih

aktif atau masih menjalankan studi di Universitas Canal Suez Mesir. Kemudian

sampel pada penelitian ini adalah 124 mahasiswa yang merupakan bagian atau

menjadi perwakilan dari populasi tersebut.

Populasi

Sebagian dari

populasi Sampel

diteliti Data dianalisis

Disimpulkan

Kesimpulan

berlaku untuk

populasi

Gambar 3. Hubungan Populasi dan

Sampel dalam Penelitian

(Arikunto, 2006: 132)

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

21

Dalam analisis, data itulah yang diorakkan. Data itu dijaring dari sampel

penelitian. Sebagai bahan jadi, data itu dapat diterjemahkan sebagai objek plus

konteks. Data, pada hakikatnya adalah objek penelitian beserta dengan

konteksnya (Sudaryanto dalam Kesuma, 2007:25).

Apabila penelitian ini menggunakan kuesioner atau wawancara dalam

pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang

merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, baik pertanyaan

tertulis maupun lisan (Arikunto, 2006: 129). Sumber data pada penelitian ini

adalah 124 responden, yakni mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir yang

dipilih secara acak sebagai sampel.

Kuesioner model pertama berisi 15 (lima belas) pernyataan mengenai sikap

bahasa yang disebarkan secara acak kepada 24 (dua puluh empat) responden.

Responden merupakan mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir yang terdiri dari

12 (dua belas) mahasiswa laki-laki dan 12 (dua belas) mahasiswa perempuan.

Kuesioner model pertama digunakan sebagai observasi penelitian dan juga

digunakan untuk menjawab rumusan masalah mengenai sikap bahasa mahasiswa

Universitas Canal Suez Mesir yang dilihat dari tiga komponen sikap yaitu

kognitif, afektif, dan konatif.

Kuesioner model kedua berisi 4 (empat) aspek kemahiran berbahasa bahasa

Arab. Kuesioner ini disebarkan secara acak kepada 50 (lima puluh) responden

yang merupakan mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir terdiri dari 8 (delapan)

mahasiswa laki-laki dan 42 (empat puluh dua) mahasiswa perempuan.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

22

Kemudian, kuesioner model ketiga berisi 4 (empat) aspek kemahiran

berbahasa bahasa Arab dan 30 (empat puluh) pertanyaan tentang pemilihan dan

penggunaan bahasa di lingkungan akademik, interaksi sosial, dan media.

Kuesioner ini disebarkan secara acak kepada 50 (lima puluh) responden yang

merupakan mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir terdiri dari 21 (dua puluh

dua) mahasiswa laki-laki dan 29 (dua puluh delapan) mahasiswa perempuan.

Kuesioner kuesioner model ketiga juga digunakan untuk menjawab permasalahan

tentang pemilihan dan penggunaan bahasa Arab dalam ranah akademik, interaksi

sosial dan media oleh mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir.

Melalui sumber data tersebut, maka data penelitian ini berupa hasil kuesioner

yang sudah diklasifikasikan berdasarkan skor yang telah ditentukan.

G. Metode dan Teknik Penelitian

Metode dan teknik penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu (1) Penyedian Data

(2) Analisis Data (3) Penyajian Hasil Analisis Data.

1. Penyediaan Data

a. Responden

Responden adalah sampel yang diambil dari populasi. Responden

penelitian ini berasal dari 124 mahasiswa penutur asli bahasa Arab di

Universitas Canal Suez Mesir jurusan/ program studi Bahasa Arab, Bahasa

Inggris, Bahasa Persia, Perhotelan, Bisnis, Akuntansi, Matematika, Sejarah,

Filsafat, Geografi, Kimia, Dokter Gigi, Psikologi, Pendidikan Khusus,

Pendidikan Seni dan Pendidikan IPA, meliputi 41 laki-laki dan 83 perempuan

(usia: 18-49) yang kemudian terbagi menjadi tiga kali pengambilan data (lihat

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

23

pada subbab sumber data dan data). Pemilihan responden dipilih secara acak,

sesuai kebutuhan penelitian menggunakan teknik sampling random (acak)

yakni teknik yang memungkinkan setiap anggota populasi terpilih menjadi

anggota dengan peluang yang sama (Subana dan Sudrajat, 2001: 117),

sehingga dalam penelitian ini setiap anggota populasi yang terpilih mewakili

populasi penelitian yakni mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir.

b. Instrumen dan Prosedur Penelitian

Semua responden diminta untuk mengisi Discourse Completion Test

(DCT) (Blum-Kulka, 1982). Tes ini telah banyak digunakan sejak saat itu

dalam mengumpulkan data (Al-Marani dan Sazalle, 2010: 67). DCT pada

penelitian ini berupa kuesioner yang memodifikasi dari penelitian sebelumnya

Murad (2007). Terdapat tiga model kuesioner yang dihadirkan. Kuesioner

tersebut berisi 4 pertanyaan kemahiran berbahasa, 30 pertanyaan tentang

pemilihan dan penggunaan bahasa Arab dan juga 15 butir pernyataan

mengenai sikap bahasa mahasiswa yang dinilai dari tiga komponen yakni

kognitif, asertif, dan konatif. Hasil kuesioner bervariasi sesuai dengan

sejumlah faktor seperti interaksi sosial, lingkungan akademik dan media. Hasil

kuesioner itulah yang dijadikan sebagai data penelitian yang kemudian

dianalisis.

2. Analisis Data

a. Metode dan Teknik Analisis Data

Para ahli psikologi sosial telah berusaha mengukur sikap dengan berbagai

macam metode dan teknik. Ada dua metode yang digunakan untuk mengukur

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

24

sikap (Fasold, 1984: 149), yakni (1) langsung (direct measure of attitudes),

dan (2) tidak langsung (indirect measure of attitudes) (Rokhman, 2013: 46).

Penelitian ini menggunakan metode tidak langsung (indirect measure of

attitudes). Metode tidak langsung digunakan untuk memancing jawaban

responden sementara dirinya tidak menyadar bahwa sikapnya sedang diteliti.

Kemudian, teknik yang digunakan (Fasold, 2001: 149) adalah teknik

kuesioner, yakni dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan berupa

pertanyaan tertutup. Dalam pertanyaan tertutup terdapat kemungkinan

jawaban yang telah ditentukan. Mereka diminta menjawab pertanyaan dengan

cara memilih jawaban yang terdapat di dalam daftar (Rokhman, 2013: 46-47).

b. Skor

Penelitian ini menggunakan skala Likert sebagai skala untuk mengukur

sikap bahasa. Skala ini paling sering digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi responden terhadap sesuatu objek (Husaini, 2014: 65).

Meliputi empat pilihan jawaban dalam 15 pernyataan yang diberikan, yakni

SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju)

dengan skor atau nilai setiap pernyataan dilakukan secara apriori yakni

pemberian skor secara ditentukan (Subino dalam Dingding, 2003).

Jawaban responden dalam kuesioner sikap bahasa terhadap bahasa Arab

untuk pernyataan positif, SS (Sangat Setuju) diberi bobot 4, S (Setuju) diberi

bobot 3, TS (Tidak Setuju) diberi bobot 2, dan STS (Sangat Tidak Setuju)

diberi bobot 1. Kemudian, untuk pernyataan negatif, SS (Sangat Setuju)

diberi bobot 1, S (Setuju) diberi bobot 2, TS (Tidak Setuju) diberi bobot 3, dan

STS (Sangat Tidak Setuju) diberi bobot 4. Skor ditentukan berdasarkan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

25

indikasi-indikasi yang dibuat mengenai sikap bahasa berdasarkan tiga

komponen sikap; kognitif, afektif, dan konatif.

Hasil yang ditampilkan pada pembahasan sikap bahasa ini adalah

persentase jumlah responden pada setiap respon yang dibagi dengan jumlah

seluruh responden sikap bahasa.

𝑓

𝑁 𝑥 100%

f = jumlah pemilih respon

N = jumlah seluruh responden (data)

Kemudian dihadirkan pula rata-rata (mean) setiap pernyataan untuk

melihat kecenderungan pemilihan respon yakni respon positif (SS dan S) atau

respon negatif (TS dan STS).

𝑀𝑒𝑎𝑛 = ∑(𝑓 × 𝑠𝑘𝑜𝑟)

𝑁

Contoh perhitungan rata-rata pada pernyataan positif :

𝑀𝑒𝑎𝑛 = (14 × 4) + (8 × 3) + (0 × 2) + (2 × 1)

24

=82

24

= 3.42

Hasil tersebut menunjukkan bahwa respon pada pernyataan positif adalah

positif, yakni dengan hasil ≥ 3 (skor S).

3. Penyajian Hasil Analisis Data

Data dalam penelitian ini disajikan dengan metode penyajian formal dan

informal. Metode penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan

lambang-lambang, sedangkan metode penyajian informal adalah perumusan

dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993:145). Perumusan dengan kata-kata

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat

26

yang dimaksud adalah penyajian data hasil analisis dengan menggunakan

redaksi atau penyusunan kata yang dapat langsung dibaca dan dipahami ketika

dibaca, kemudian penyajian formal disajikan dengan bentuk gambar, tabel dan

diagram guna mendukung penyajian informal.

H. Sistematika Penyajian

Sistematika penulisan pada penelitian ini terdiri dari empat bab :

Bab pertama adalah pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan pembahasan, pembatasan masalah, landasan teori, data

dan sumber data, metode dan teknik penelitian, dan sistematika penyajian. Bab

kedua, ketiga, dan keempat merupakan pembahasan, atau isi dari penelitian.

Pada bab kedua, dibahas mengenai “Kemahiran Berbahasa Arab”. Bab ini

berisi tentang pembahasan empat aspek kemahiran berbahasa bahasa Arab oleh

mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir.

Pada bab ketiga, dibahas tentang “Pemilihan dan Penggunaan Bahasa

Arab”. Bab ini berisi tentang pembahasan pemilihan dan penggunaan bahasa Arab

oleh mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir pada ranah akademik, interaksi

sosial, dan media.

Pada bab keempat, dibahas tentang “Sikap Bahasa Mahasiswa terhadap

BAF dan BAA”. Bab ini membahas mengenai sikap bahasa mahasiswa

Universitas Canal Suez Mesir terhadap BAF dan BAA yang dilihat dari tiga

komponen sikap yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif.

Bab kelima, adalah penutup. Bab ini berisi simpulan dan saran dari

keseluruhan hasil penelitian.