12
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Kota Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki banyak bangunan-bangunan kolonial. Hal ini disebabkan oleh adanya penjajahan VOC, Belanda dan Inggris di Bandung yang berdampak pada berkembangnya langgam arsitektur kolonial di Bandung. Langgam arsitektur kolonial tersebut dicirikan oleh bentuk fisik bangunan beserta ornamen-ornamen yang digunakannya. Menurut Sandy Aminuddin Siregar dalam disertasinya yang berjudul Bandung, The Architecture of A City in Development”, bangunan kolonial dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsi dan bentuk fisiknya menjadi empat. Pertama, bangunan kolonial dengan fungsi dan bentuk fisik yang tetap. Kedua, bangunan kolonial dengan fungsi tetap tetapi bentuk fisiknya berubah. Ketiga, bangunan kolonial dengan fungsi berubah tetapi bentuk fisiknya tetap. Keempat, bangunan kolonial dengan fungsi dan bentuk fisik yang berubah 1 . Selain disebabkan atas keinginan pemilik bangunannya, perubahan kepemilikan dan letak bangunan juga menjadi salah satu faktor berubahnya fungsi dan bentuk fisik bangunan. Letak bangunan yang berada di area-area tertentu memungkinkan pemilik bangunan untuk merubah fungsi bangunan, terutama dari bangunan rumah tinggal menjadi bangunan komersial. Hal ini berpengaruh pada bentuk fisik bangunan, terutama fasade bangunan, yang biasanya dilakukan perubahan dengan alasan agar tampilan bangunan lebih menarik perhatian pelanggan sehingga tertarik untuk datang. Berdasarkan sudut pandang arsitekturnya, seiring dengan berjalannya waktu, tanpa disadari hal tersebut dapat mengurangi nilai-nilai yang terkandung dalam elemen-elemen arsitektur pada bangunan. Menurut pernyataan yang tertulis pada buku “The Urban Design Process” karya Hamid Shirvani, konservasi dalam 1 Siregar, Sandy Aminuddin (1990), Bandung, The Architecture of A City in Development, Departement Architectuur Katholieke Universiteit Leuven, 187. 1

Bab I Pendahuluan - · PDF fileSalah satu kawasan di Bandung yang banyak ... Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan untuk ... beberapa unsur karakter kawasan, yaitu : garis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab I Pendahuluan -  · PDF fileSalah satu kawasan di Bandung yang banyak ... Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan untuk ... beberapa unsur karakter kawasan, yaitu : garis

Bab I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang Penelitian

Kota Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki

banyak bangunan-bangunan kolonial. Hal ini disebabkan oleh adanya penjajahan

VOC, Belanda dan Inggris di Bandung yang berdampak pada berkembangnya

langgam arsitektur kolonial di Bandung. Langgam arsitektur kolonial tersebut

dicirikan oleh bentuk fisik bangunan beserta ornamen-ornamen yang

digunakannya.

Menurut Sandy Aminuddin Siregar dalam disertasinya yang berjudul

“Bandung, The Architecture of A City in Development”, bangunan kolonial dapat

diklasifikasikan berdasarkan fungsi dan bentuk fisiknya menjadi empat. Pertama,

bangunan kolonial dengan fungsi dan bentuk fisik yang tetap. Kedua, bangunan

kolonial dengan fungsi tetap tetapi bentuk fisiknya berubah. Ketiga, bangunan

kolonial dengan fungsi berubah tetapi bentuk fisiknya tetap. Keempat, bangunan

kolonial dengan fungsi dan bentuk fisik yang berubah1. Selain disebabkan atas

keinginan pemilik bangunannya, perubahan kepemilikan dan letak bangunan juga

menjadi salah satu faktor berubahnya fungsi dan bentuk fisik bangunan. Letak

bangunan yang berada di area-area tertentu memungkinkan pemilik bangunan

untuk merubah fungsi bangunan, terutama dari bangunan rumah tinggal menjadi

bangunan komersial. Hal ini berpengaruh pada bentuk fisik bangunan, terutama

fasade bangunan, yang biasanya dilakukan perubahan dengan alasan agar

tampilan bangunan lebih menarik perhatian pelanggan sehingga tertarik untuk

datang.

Berdasarkan sudut pandang arsitekturnya, seiring dengan berjalannya

waktu, tanpa disadari hal tersebut dapat mengurangi nilai-nilai yang terkandung

dalam elemen-elemen arsitektur pada bangunan. Menurut pernyataan yang tertulis

pada buku “The Urban Design Process” karya Hamid Shirvani, konservasi dalam 1 Siregar, Sandy Aminuddin (1990), Bandung, The Architecture of A City in Development, Departement Architectuur Katholieke Universiteit Leuven, 187.

1

Page 2: Bab I Pendahuluan -  · PDF fileSalah satu kawasan di Bandung yang banyak ... Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan untuk ... beberapa unsur karakter kawasan, yaitu : garis

sudut pandang yang luas tidak hanya bermakna pelestarian terhadap struktur dan

tempat historis, melainkan juga memperhatikan segala struktur dan tempat yang

ada2. Dengan demikian, bangunan konservasi tersebut tetap kontekstual dengan

lingkungannya. Konteks adalah kondisi yang saling berhubungan dengan sesuatu

yang sudah ada atau terjadi, misalnya lingkungan. Jadi, kontekstual adalah

bersesuaian, berhubungan dan dipengaruhi oleh konteks3. Dalam hal ini,

kontekstual kawasan lebih ditekankan pada keseragaman bentuk massa bangunan,

fasade bangunan, roofscape dan lain-lain.

Meskipun mengalami perubahan, bangunan-bangunan rumah tinggal

kolonial tersebut harus tetap memenuhi syarat-syarat rumah tinggal yang sehat,

yaitu : kebutuhan cahaya, udara, sinar atau cahaya matahari, ventilasi, dan akses

menuju ruang terbuka4. Beberapa elemen pada bangunan sengaja dibuat oleh

perancang dengan tujuan tertentu, baik untuk alasan fungsional maupun estetika.

Selain itu, ada juga beberapa elemen pada bangunan yang berfungsi sebagai

penanda ciri khas suatu langgam arsitektur tertentu. Jadi, ada beberapa elemen

pada bangunan yang keberadaannya tidak terlalu penting, melainkan hanya

sebagai ornamen atau elemen estetis saja. Dari penjelasan tersebut diatas, maka

dapat diketahui bahwa tidak semua ornamen dirancang untuk tujuan fungsional,

tetapi semua ornamen pasti berfungsi sebagai elemen estetis yang dapat

memperindah bangunan. Dengan demikian, ornamen dapat didefinisikan sebagai

sesuatu yang dapat memperindah (hiasan) atau dekorasi3.

Salah satu kawasan di Bandung yang banyak mengalami perubahan fasade

bangunan adalah kawasan perumahan Tjitaroem Plein. Banyaknya bangunan

rumah tinggal kolonial di kawasan perumahan Tjitaroem Plein membentuk

karakter atau kekuatan tempat yang harus dipertahankan di kawasan perumahan

tersebut. Meskipun demikian, belum ada peraturan baku yang mengatur fasade

2 Shirvani, Hamid (1985), The Urban Design Process, Van Nostrand Reinhold Company Inc., New York, 44. 3 Brolin, Brent C., Richard, Jean (1982), Sourcebook of Architectural Ornament, Van Nostrand Reinhold Company, New York, 14. 4 Carmona, Matthew, Heath, Tim, Oc., Taner, Tiesdell, Steven (2003), Public Places-Urban Spaces : The Dimensions of Urban Design, Architectural Press, Oxford, 21.

2

Page 3: Bab I Pendahuluan -  · PDF fileSalah satu kawasan di Bandung yang banyak ... Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan untuk ... beberapa unsur karakter kawasan, yaitu : garis

bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan tersebut. Tjitaroem berarti

Citarum dan plein berarti lapangan, lahan datar atau pelataran yang tidak

terlampau luas, biasanya ditumbuhi rumput, terletak disekitar bangunan atau

gedung dan tanpa jaringan jalan didalamnya. Jadi, yang dimaksud dengan

Tjitaroem Plein adalah Taman Citarum5. Kawasan perumahan Tjitaroem Plein

meliputi : Jl.Bahureksa, Jl.Banda, Jl.Brantas, Jl.Cihapit, Jl.Cilaki, Jl.Cilamaya,

Jl.Ciliwung, Jl.Cimandiri, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisanggarung,

Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum, Jl.Ciwulan, Jl.Progo, Jl.Serayu, Jl.Taman Cibeunying,

Jl.Taman Cibeunying Selatan, Jl.Taman Cibeunying Utara dan kawasan

disekitarnya.

Pembangunan perumahan di kawasan perumahan Tjitaroem Plein tidak

berlangsung pada satu periode, melainkan berangsur-angsur. Hal ini dapat

dibuktikan dengan beragamnya bentuk bangunan-bangunan di kawasan

perumahan Tjitaroem Plein. Banyaknya bangunan-bangunan rumah tinggal di

kawasan perumahan Tjitaroem Plein yang mengalami perubahan menyebabkan

bentuk bangunan-bangunannya tidak selalu sama. Hal inilah yang menyebabkan

bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan perumahan Tjitaroem

Plein belum teratur dengan baik. Disamping itu, belum ada peraturan baku yang

mengatur fasade bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan tersebut.

Dengan demikian, maka dibutuhkan kajian karakter fasade bangunan-

bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan perumahan Tjitaroem Plein untuk

mengatur fasade bangunannya. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat

memberi pengetahuan kepada para pemilik bangunan rumah tinggal kolonial di

kawasan perumahan Tjitaroem Plein betapa pentingnya nilai-nilai yang

terkandung dalam elemen-elemen arsitektur pada bangunan-bangunan rumah

tinggal kolonial di Bandung. Meskipun terdapat perubahan, maka diharapkan

perubahan tersebut tidak mengurangi nilai karakter fasade langgam yang

digunakan oleh bangunan rumah tinggal kolonial tersebut, sehingga nilai karakter

atau kekuatan tempat di kawasan perumahan Tjitaroem Plein tetap terjaga.

5 Kunto, Haryoto (1986), Semerbak Bunga di Bandung Raya, P.T. Granesia, Bandung, 158.

3

Page 4: Bab I Pendahuluan -  · PDF fileSalah satu kawasan di Bandung yang banyak ... Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan untuk ... beberapa unsur karakter kawasan, yaitu : garis

I.2 Permasalahan Penelitian

Banyaknya bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan perumahan

Tjitaroem Plein membentuk karakter atau kekuatan tempat yang harus

dipertahankan di kawasan perumahan tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka

timbul pertanyaan penelitian, yaitu : Bagaimana karakter fasade bangunan-

bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan perumahan Tjitaroem Plein

Bandung ?

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami karakter fasade

bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan perumahan Tjitaroem

Plein Bandung sebagai bahan masukan dalam menyusun pedoman penataan

fasade bangunan-bangunan rumah tinggal di kawasan perumahan Tjitaroem Plein.

I.4 Lingkup Studi

Untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka lingkup permasalahan

penelitian yang dikaji adalah karakter fasade bangunan-bangunan rumah tinggal

kolonial di kawasan perumahan Tjitaroem Plein Bandung, dengan objek studi

bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial yang terletak di Jl.Bahureksa,

Jl.Banda, Jl.Brantas, Jl.Cihapit, Jl.Cilaki, Jl.Cilamaya, Jl.Ciliwung, Jl.Cimandiri,

Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum, Jl.Ciwulan, Jl.Progo,

Jl.Serayu, Jl.Tirtayasa, Jl.Taman Cibeunying, Jl.Taman Cibeunying Selatan dan

Jl.Taman Cibeunying Utara. Objek penelitian ini adalah bangunan-bangunan

rumah tinggal kolonial yang terletak di Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara,

Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum, dan Jl.Ciwulan.

Alasan pemilihan objek penelitian ini adalah karena beberapa kriteria yang

dapat menguatkan pernyataan bahwa kawasan Tjitaroem Plein pantas untuk

dijadikan objek penelitian, yaitu :

4

Page 5: Bab I Pendahuluan -  · PDF fileSalah satu kawasan di Bandung yang banyak ... Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan untuk ... beberapa unsur karakter kawasan, yaitu : garis

1. Menurut pernyataan yang tertulis pada “Bahan Draft Peraturan Daerah

Tentang Bangunan Bersejarah Kota Bandung” karya Harastoeti Dibyo,

kualitas fisik kawasan atau subkawasan yang potensial untuk dilestarikan

dapat diidentifikasikan berdasarkan tanda-tanda sebagai berikut6 :

a. Tatanan elemen fisik dalam lingkungannya, lingkungan yang jelas

batasnya dalam tatanan yang lebih luas (kawasan atau kota) dan

merupakan focal point dalam kawasannya;

b. sense of place, berkaitan dengan daya gugahnya terhadap masyarakat

dalam aspek emosional dan kesejarahan, berupa pandangan atau kehadiran

tema-tema urban tertentu. Sense of place, memiliki kontribusi terhadap

identitas kota;

c. saling keterkaitan didalam lingkungannya, ditunjukkan dengan tatanan

elemen-elemen yang berkaitan dengan posisi, ukuran panjang dan tinggi

jalan, dalam lingkungan yang sangat jarang tetapi menonjol;

d. gaya dan desain, berkaitan dengan warna, material, tekstur dan silhoute,

dimana terdapat persamaan dan perbedaan diantara bangunan-

bangunannya. Elemen-elemen ini tampak unik dan menarik perhatian; dan

e. menunjukkan hasil karya keahlian, yaitu material yang digunakan dalam

konstruksi telah mengalami proses agar tampak asli dan otentik, misalnya

dinding batu, plester, yang tampak secara menyeluruh digunakan dalam

bangunan-bangunannya.

2. Kawasan perumahan Tjitaroem Plein terletak didalam kompleks rancangan

kawasan Gedung Sate. Menurut Suwardjoko P. Warpani dalam artikelnya

pada harian Pikiran Rakyat edisi Rabu 27 Juli 2005 yang berjudul “Gedung

Sate, Jangan Rusak Citranya”, pemerintah kolonial Belanda pernah menyusun

peraturan bangunan khusus bagi kawasan perumahan disekitar Gedung Sate,

yaitu : ketinggian bangunan dilarang melebihi ketinggian Gedung Sate;

bangunan di sekeliling Gedung Sate dalam radius 1 km harus menggunakan

atap sirap; KDB maksimum 40%; serta dilarang membangun tembok atau

6 Dibyo, Harastoeti (2005), Bahan Draft Peraturan Daerah Tentang Bangunan Bersejarah Kota Bandung, Dinas Pariwisata Kota Bandung & Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung, Bandung, 26.

5

Page 6: Bab I Pendahuluan -  · PDF fileSalah satu kawasan di Bandung yang banyak ... Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan untuk ... beberapa unsur karakter kawasan, yaitu : garis

pagar halaman. Jadi, dapat diketahui bahwa kawasan Tjitaroem Plein sangat

berpotensi untuk dijadikan sebagai objek penelitian.

3. Kawasan Tjitaroem Plein belum pernah dijadikan sebagai objek penelitian

yang berkaitan dengan karakter fasade bangunan.

U

Gambar I.1 Peta Kota Bandung Sumber : (2001), Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 2001-2010, P.T. Surya Anggita

Sarana Consultant & Pemerintah Kota Bandung, Bandung

Ga

U Lokasi objek penelitian

Kawasan Perumahan Tjitaroem Plein

mbar I.2 Peta Kawasan Perumahan Tjitaroem Plein Sumber : Dokumen Pribadi

6

Page 7: Bab I Pendahuluan -  · PDF fileSalah satu kawasan di Bandung yang banyak ... Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan untuk ... beberapa unsur karakter kawasan, yaitu : garis

I.5 Metodologi Penelitian

Untuk menyelesaikan penelitian ini, metode yang digunakan adalah :

1. Metoda tipologi

Mengelompokkan bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial di perumahan

di kawasan Tjitaroem Plein Bandung berdasarkan fungsi bangunannya. Tipe

adalah kelompok objek yang dikarakteristikkan berdasarkan struktur bentuk

yang sama7.

2. Metoda deskriptif

Membuat gambar tampak bangunan sehingga didapat fasade bangunan untuk

kemudian dianalisa.

3. Metoda analitis

Menganalisa fasade bangunan melalui tampak bangunan berdasarkan kriteria-

kriteria yang berkaitan dengan karakter kawasan dan fasade bangunan.

Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan untuk menyelesaikan penelitian

ini antara lain :

1. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan mencari data-data mengenai karakter

kawasan dan fasade bangunan berdasarkan buku-buku yang berkaitan dengan

karakter kawasan dan fasade bangunan, kemudian ditentukan teori-teori yang

akan digunakan, yaitu Teori Karakter Kawasan yang dikemukakan oleh

Matthew Carmona, Teori Pendekatan dalam Menelusuri Karakter Kawasan

yang dikemukakan oleh Yoshinobu Ashihara dan Teori Penataan Fasade

Bangunan yang dikemukakan oleh Ian Bentley. Untuk memahami teori-teori

yang dikemukakan oleh Matthew Carmona, Yoshinobu Ashihara dan Ian

Bentley, keterkaitan ketiga teori tersebut satu sama lain harus dipahami

terlebih dahulu. Adapun skema pemahaman ketiga teori tersebut yaitu :

7 Moneo, Rafael (1978), On Typology, dalam Siregar, Sandy Aminuddin (1990), Bandung, The Architecture of A City in Development, Departement Architectuur Katholieke Universiteit Leuven, 15.

7

Page 8: Bab I Pendahuluan -  · PDF fileSalah satu kawasan di Bandung yang banyak ... Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan untuk ... beberapa unsur karakter kawasan, yaitu : garis

Teori Penataan Fasade Bangunan (Ian Bentley)

Menggambarkan seluruh

permukaan (fasade / tampak bangunan)

Unsur-unsur acuan dalam analisa

Teori Karakter Kawasan (Matthew Carmona)

Teori Pendekatan dalam Menelusuri Karakter Kawasan

(Yoshinobu Ashihara) Analisa tampak bangunan berdasarkan aspek-aspek acuan

Hasil analisa

Kesimpulan dan saran / rekomendasi

Gambar I.3 Skema Pemahaman Teori yang Digunakan dalam Penelitian Sumber : Analisa Pribadi

Dari skema pemahaman ketiga teori tersebut, dapat diketahui bahwa Teori

Karakter Kawasan yang dikemukakan oleh Matthew Carmona serupa dengan

Teori Pendekatan dalam Menelusuri Karakter Kawasan yang dikemukakan

oleh Yoshinobu Ashihara. Kedua teori tersebut menyatakan beberapa unsur

karakter kawasan, yaitu : garis sempadan bangunan, massa bangunan, besaran

pembangunan, skala, proporsi, roofscape, corner- focalpoint, elemen vertikal

dan horizontal8. Seluruhnya bersifat tangible / nyata, sehingga dapat dilihat

secara langsung. Unsur-unsur karakter kawasan tersebut juga merupakan

unsur-unsur acuan dalam analisa Teori Penataan Fasade Bangunan yang

dikemukakan oleh Ian Bentley. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa Teori

Karakter Kawasan yang dikemukakan oleh Matthew Carmona dan Teori

Pendekatan dalam Menelusuri Karakter Kawasan yang dikemukakan oleh

8 Carmona, Matthew (2001), Housing Design Quality, Through Policy, Guidance and Review, Spon Press, London.

8

Page 9: Bab I Pendahuluan -  · PDF fileSalah satu kawasan di Bandung yang banyak ... Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan untuk ... beberapa unsur karakter kawasan, yaitu : garis

Yoshinobu Ashihara merupakan bagian dari Teori Penataan Fasade Bangunan

yang dikemukakan oleh Ian Bentley.

Menurut pernyataan yang tertulis pada NALARs edisi 5 No.2 Juli 2006, dalam

judul “Identifikasi Unsur Pembentuk Karakter Lingkungan dan Bangunan

dalam Upaya Pengendalian Kualitas Visual”, Woerjantari Soedarsono

menyatakan bahwa unsur-unsur pembentuk karakter fasade bangunan

diantaranya : massa bangunan, bentuk atap, jarak bebas, tinggi bangunan,

material atau bahan, bukaan solid-void, dinding, entrance, balkon dan detail

atau ornamen. Pernyataan ini kemudian dijadikan acuan dalam menganalisa

dan menyimpulkan hasil penelitian.

2. Studi Banding

Studi banding dilakukan dengan membandingkan penelitian sejenis untuk

dijadikan acuan dalam penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh

Indah Widiastuti dengan judul “Kajian Tipologi Fasade Bangunan Rumah

Tinggal Kolonial di Bandung; Studi Kasus : Kawasan Permukiman

Uitbreidingensplan Bandoeng Noord”.

3. Observasi lapangan atau survey visual

Observasi lapangan atau survey visual dilakukan dengan melakukan

pemotretan terhadap bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan

Tjitaroem Plein untuk kemudian dianalisa. Hal ini bertujuan untuk

mendapatkan deskripsi bangunan atau struktur, yang meliputi kondisi umum,

jenis langgam, tipe konstruksi dan tampilan-tampilan lainnya. Sarana untuk

merekam kondisi tersebut adalah fotografi, yang dilengkapi catatan untuk

menjelaskan kondisi lapangan, bagaimana cara kerja sistem di lapangan dan

bagaimana kondisi tersebut mengalami perubahan9. Foto-foto dilakukan

dengan menggunakan alat berupa kamera digital. Bagian dari bangunan-

bangunan kolonial yang difoto adalah fasade atau tampak bangunan secara

keseluruhan. Selain itu, elemen-elemen fasade bangunan, seperti elemen-

elemen horizontal, elemen-elemen vertikal, bukaan, kolom, dinding, detail dan 9 Burns, John A. (1988), Recording Historic Structures, The American Institute of Architec Press, Washington D.C., 35-36.

9

Page 10: Bab I Pendahuluan -  · PDF fileSalah satu kawasan di Bandung yang banyak ... Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan untuk ... beberapa unsur karakter kawasan, yaitu : garis

lain-lain juga turut difoto. Bagian lainnya yang turut difoto adalah beberapa

blok atau deret bangunan (penggal jalan) yang mencakup beberapa bangunan

dan jalan yang berada didepannya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui suasana jalan tersebut sehingga dapat diketahui karakter yang

dimiliki oleh jalan tersebut. Foto-foto hasil pemotretan yang bersifat

perspektifis digunakan sebagai acuan dalam membuat gambar tampak / fasade

bangunan secara orthogonal.

4. Analisa

a. Analisa fungsi bangunan

Analisa fungsi bangunan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jalan

mana saja yang didominasi oleh fungsi hunian / rumah tinggal dan fungsi

lainnya. Dengan demikian, dapat diketahui jalan-jalan objek penelitian di

kawasan perumahan Tjitaroem Plein yang berpotensi untuk diteliti lebih

lanjut dengan tujuan untuk memperkecil lingkup penelitian.

b. Analisa jarak bebas bangunan

Jarak bebas merupakan salah satu unsur pembentuk karakter fasade

bangunan. Oleh karena itu, analisa jarak bebas bangunan perlu dilakukan

dengan tujuan untuk mengetahui keberadaan jarak bebas bangunan yang

dimiliki oleh objek penelitian, yaitu : Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara,

Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan. Analisa jarak bebas bangunan

dilakukan dengan menggambarkan site / tapak.

c. Analisa pola dan proporsi massa bangunan

Pola dan proporsi massa bangunan merupakan salah satu unsur pembentuk

karakter fasade bangunan. Oleh karena itu, analisa pola dan proporsi massa

bangunan perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pola dan

proporsi massa bangunan objek penelitian, yaitu : Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk,

Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan. Analisa pola dan

proporsi massa bangunan dilakukan dengan membuat tabel data pola dan

10

Page 11: Bab I Pendahuluan -  · PDF fileSalah satu kawasan di Bandung yang banyak ... Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan untuk ... beberapa unsur karakter kawasan, yaitu : garis

proporsi massa bangunan objek penelitian di Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk,

Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan.

d. Analisa visual bangunan

Analisa visual dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keberadaan

ornamen yang dimiliki oleh bangunan objek penelitian, yaitu : Jl.Cilaki,

Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan.

Analisa visual bangunan dilakukan dengan membuat tabel data ornamen

bangunan objek penelitian di Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara,

Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan.

e. Analisa bukaan bangunan

Analisa bukaan bangunan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

proporsi badan bangunan dan keberadaan bukaan bangunan objek

penelitian di Jl.Cisangkuy. Dalam hal ini, analisa bukaan bangunan

dilakukan dengan membuat tabel data bukaan bangunan objek penelitian

khusus di Jl.Cisangkuy.

f. Analisa fasade bangunan

Analisa fasade bangunan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

karakter fasade bangunan objek penelitian. Analisa fasade bangunan

dilakukan dengan menerapkan teori-teori pendukung penelitian dalam

analisa, yaitu Teori Penataan Fasade Bangunan yang dikemukakan oleh Ian

Bentley, Teori Karakter Kawasan yang dikemukakan oleh Matthew

Carmona dan Teori Pendekatan dalam Menelusuri Karakter Kawasan yang

dikemukakan oleh Yoshinobu Ashihara. Sama seperti analisa bukaan

bangunan, analisa fasade bangunan juga hanya dilakukan terhadap

bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial yang terletak jalan di

Jl.Cisangkuy.

11

Page 12: Bab I Pendahuluan -  · PDF fileSalah satu kawasan di Bandung yang banyak ... Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan untuk ... beberapa unsur karakter kawasan, yaitu : garis

5. Simulasi

Tujuan dilakukan simulasi adalah untuk mendeskripsikan karakter fasade

bangunan yang dihasilkan dalam penelitian ini. Simulasi dilakukan dengan

membuat bangunan objek simulasi, kemudian meletakkannya di salah satu

tapak di Jl.Cisangkuy sebagai jalan objek penelitian yang dipilih. Dengan

demikian, dapat diketahui pada kondisi atau keadaan bagaimana penelitian ini

layak dan cocok untuk diterapkan.

I.6 Sistematika Pembahasan

Latar belakang penelitian

Permasalahan / Isu Utama Lingkup Studi Tujuan Penelitian

Kajian Teori Kegiatan Penelitian

Saran / Rekomendasi

Kesimpulan

Simulasi

Kajian Karakter Fasade Bangunan-bangunan Rumah Tinggal Kolonial di Kawasan Perumahan Tjitaroem Plein Bandung

Gambar I.4 Skema Pemikiran Penelitian

Sumber : Analisa Pribadi

12