Upload
trinhnhan
View
232
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Modul BGN.GAR.002.A 1
BAB. I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Dalam modul ini Anda akan mempelajari pekerjaan menggambar konstruksi
dinding bata/bataco yang biasanya ada pada gambar denah dan potongan
bangunan yang memakai kostruksi bata/bataco. Pada modul ini
mencerminkan pemahaman tentang gambar konstruksi dinding dari
bata/bataco, lengkap dengan persyaratan-persyaratan struktur maupun
konstruksinya. Apabila Anda telah mempelajari dan menguasai modul ini,
maka Anda diharapkan dapat melakukan penggambaran konstruksi
bata/bataco yang dilakukan di studio gambar maupun di tempat lain.
B. Prasyarat.
Untuk mempelajari modul ini dalam proses pemelajaran siswa harus:
Menguasai Modul sebelumnya, yaitu BGN.BPG.001.A Menggambar
Gambar Proyeksi Bangunan
Mempunyai modul
Peralatan gambar yang memenuhi syarat untuk menggambar teknik
Cakap jujur dan bertanggung jawab.
C. Petunjuk Penggunaan Modul.
Modul ini berisikan kigiatan-kegiatan pemelajaran atau informasi
pengetahuan yang berkaitan dengan menggambar konstruksi bata/bataco.
Untuk mempermudah didalam mempelajari modul ini, maka diharapkan
siswa membaca dengan baik petunjuk penggunaan modul ini baik yang
bersifat umum maupun yang bersifat khusus, berikut ini:
Modul BGN.GAR.002.A 2
1. Petunjuk Bagi Siswa.
a. Pelajarilah daftar isi serta skema kedudukan modul dengan cermat
dan teliti. Pada skema modul akan terlihat kedudukan modul yang
sedang dipelajari dengan modul-modul yang lain.
b. Lengkapilah peralatan dan bahan yang akan dipakai serta
persiapkanlah peralatan untuk dalam keadaan siap dipakai.
c. Kerjakanlah soal-soal dalam cek kemampuan untuk mengukur
pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa/pengguna modul.
d. Pahamilah uraian materi yang akan menunjang dalam penguasaan
suatu pekerjaan dengan membaca secara teliti. Kemudian kerjakan
tes formatif.
e. Apabila dari soal dalam tes formatif siswa/pengguna modul telah
70% menjawab dengan benar, maka siswa/pengguna dapat
langsung mengerjakantugas selanjutnya. Tetapi apabila hasil
jawaban siswa pengguna modul tidak mencapai 70% benar, maka
siswa/pengguna harus mengikuti kegiatan pemelajaran dalam modul
ini.
f. Perhatikan langkah-langkah dalam melakukan pekerjaan dengan
benar.
g. Kerjakanlah tugas tersebut dengan baik dan bilamana perlu
konsultasikan hasil tersebut pada guru/ instruktur.
h. Catatlah kesulitan yang ditemukan dalam modul ini untuk ditanyakan
pada guru pada saat kegiatan tatap muka. Bacalah referensi lainnya
yang berhubungan dengan materi modul ini agar siswa/pengguna
modul mendapatkan tambahan pengetahuan.
Modul BGN.GAR.002.A 3
2. Petunjuk Bagi Guru/Tutor.
Dalam penyelesaian modul ini, guru bertindak sebagai tutor yang
mendampingi siswa dalam menyelesaikan modul ini, beberapa hal yang
perlu dilakukan ialah:
a. Membantu siswa membuat perencanaan kegiatan belajar.
b. Membantu siswa bila mengalami kesulitan/hambatan dalam
menyelesaikan modul ini.
c. Membantu koordinasi siswa dalam mempergunakan fasilitas jurusan
atau fasilitas yang lainnya.
d. Sebagai tutor, guru jangan berlebihan dalam memberikan
penjelasan, ingat kegiatan ini unttuk mengarahkan siswa dapat
belajar mandiri. Penjelasan cenderung bersifat mengarahkan bukan
menuntaskan sebagaimana saat mengajar.
e. Merencanakan seorang ahli/pendamping guru dari tempat kerja
untuk membantu jika diperlukan.
f. Menjelaskan kepada siswa tentang sikap dan ketrampilan dari
kompetensi yang perlu diadakan perubahan dalam rencana
pemelajaran selanjutnya.
g. Mencatat pencapaian kemajuan siswa.
h. Setelah siswa selesai dan siap diuji, maka tugas guru/tutor adalah
menguji kompetensi siswa sebagai wujud penguasaan materi modul.
D. Tujuan Akhir
Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda dapat:
Menggambar perkuatan dinding/pilaster.
Menggambar isometri Ikatan Tegak.
Menggambar isometriIkatan Silang.
Menggambar isometri Ikatan Vlaams.
Menggambar isometriIkatan Rantai.
Modul BGN.GAR.002.A 4
E. Kompetensi
KOMPETENSI : Menggambar Konstruksi Bata/Batako
KODE : BGN. GAR. 002 A
DURASI PEMELAJARAN : 120 Jam @ 45 menit
LEVEL KOMPETENSI KUNCI A B C D E F G
2 1 1 1 2 1 2
KONDISI KINERJA
1. Unit ini berlaku untuk penggambaran konstruksi bata/ batako yang dilakukan di studio gambar maupun di
tempat lain.
2. Tersedia standar gambar yang berlaku di perusahaan.
3. Tersedia buku peraturan dan gambar bangunan terkait yang berlaku di perusahaan.
4. Tersedia peralatan gambar manual dan komputer.
5. Kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya:
BGN. GPG. 001 A Menggambar Gambar Proyeksi Bangunan
Modul BGN.GAR.002.A 5
SUB KOMPETENSI KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR
MATERI POKOK PEMELAJARAN
SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN
1. Melakukan
pekerjaan persiapan
menggambar
konstruksi.
Peralatan gambar yang
akan dipakai disiapkan. Skala, ukuran kertas,
dan format gambar
dikenali. Jenis-jenis ikatan bata/
batako dipahami. Persyaratan perkuatan
dinding dari bata/
batako (sloof, kolom praktis, balok cincin)
dipahami. Konstruksi bukaan pada
dinding, balok latai, rollaag dari bata
dipahami.
Dimensi bahan, persyaratan komposisi
campuran aduk, persyaratan tebal siar
dan tebal plesteran
dipahami.
Pamahaman tentang
konstruksi dinding dari bata/ batako,
lengkap dengan
persyaratan-persyaratan struktur
maupun konstruksinya.
Bekerja dengan
rapi dan bersih Bekerja dengan
ketelitian dan
ketepatan ukuran Menghargai
produktifitas dalam bekerja
Efisien dan
optimal dalam bekerja
Menghargai mutu hasil pada setiap
langkah kerjanya Bersikap positif
dan terbuka
terhadap penilaian hasil
pekerjaan oleh atasan
Memahami standar
gambar yang berlaku di
perusahaan.
Memahami konstruksi ikatan
bata/ batako. Memahami
persyaratan-
persyaratan struktur atau
perkuatan dinding dari bata/batako.
Memahami konstruksi bukaan
pada dinding, balok
latai, rollaag dari bata dipahami
Memahami dimensi bata/batako,
persyaratan
komposisi campuran aduk,
persyaratan tebal siar dan tebal
plesteran.
Memahami skala, ukuran kertas, dan
format gambar.
Memilih peralatan /
perlengkapan dan media gambar
untuk menggambar
konstruksi dinding dari bata/ batako
baik alat gambar manual atau
digital/komputer.
Melakukan pemeriksaan dan
perbaikan peralatan /
perlengkapan yang rusak bila
diperlukan.
Modul BGN.GAR.002.A 6
SUB KOMPETENSI KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR
MATERI POKOK PEMELAJARAN
SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN
2. Menggambar dinding dari bata/
batako untuk
penggambaran denah bangunan.
Garis dinding dari bata/ batako digambar pada
denah sesuai tata letak
yang diberikan atasan dengan ketebalan
dinding 15 cm kecuali ada petunjuk lain atau
menurut standar ketebalan yang berlaku.
Garis dinding dibuat 4
garis lengkap dengan plesteran atau cukup 2
garis tergantung dari skala penggambaran
yang dipakai (skala
plotting) dan sesuai dengan standar
perusahaan. Notasi dinding
digambar dengan benar dan rapi.
Kolom praktis digambar
pada tiap-tiap ujung atau pertemuan dua
bidang dinding atau lebih, dan/ atau
sedemikian rupa
sehingga membagi luas bidang dinding
maksimal 12 m2 persegi atau maksimal
jarak 3 m atau menurut
petunjuk atasan.
Pekerjaan menggambar dinding
bata/ batako beserta
kolom-kolom praktis sebagai perkuatan
dinding pada gambar denah bangunan.
Bekerja dengan rapi dan bersih
Bekerja dengan
ketelitian dan ketepatan ukuran
Menghargai produktifitas
dalam bekerja Efisien dan
optimal dalam
bekerja Menghargai mutu
hasil pada setiap langkah kerjanya
Bersikap positif
dan terbuka terhadap
penilaian hasil pekerjaan oleh
atasan
Memahami konstruksi bata/
batako, lengkap
dengan persyaratan-
persyaratan struktur maupun
konstruksinya. Memahami tata
cara untuk
menggambar dinding dari bata/
batako pada penggambaran
denah bangunan.
Memahami skala, ukuran kertas, dan
format gambar.
Menggambar dinding bata/
batako beserta
kolom-kolom praktis sebagai
perkuatan dinding pada gambar
denah bangunan menggunakan alat
gambar manual
dan atau komputer.
Modul BGN.GAR.002.A 7
SUB KOMPETENSI KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR
MATERI POKOK PEMELAJARAN
SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN
3. Menggambar potongan dinding
dari bata/ batako
pada gambar potongan
bangunan.
Potongan dinding dari bata/ batako digambar
lengkap dengan ikatan
beton bertulang di bagian bawah (
pondasi,balok sloof, lantai, trassraam) dan
di bagian atas (balok ring, pelat lantai /
langit-langit).
Garis dinding dibuat 4 garis lengkap dengan
plesteran atau cukup 2 garis tergantung dari
skala penggambaran
yang dipakai (skala plotting) dan sesuai
dengan standar perusahaan.
Notasi dinding digambar dengan benar dan rapi,
termasuk notasi dan
ketinggian adukan trasraam
Pekerjaan menggambar
konstruksi dinding
bata/ batako pada gambar potongan
bangunan.
Bekerja dengan rapi dan bersih
Bekerja dengan
ketelitian dan ketepatan ukuran
Menghargai produktifitas
dalam bekerja Efisien dan
optimal dalam
bekerja Menghargai mutu
hasil pada setiap langkah kerjanya
Bersikap positif
dan terbuka terhadap
penilaian hasil pekerjaan oleh
atasan
Memahami konstruksi bata/
batako, lengkap
dengan persyaratan-
persyaratan struktur maupun
konstruksinya. Memahami tata
cara untuk
menggambar dinding dari bata/
batako pada gambar potongan
bangunan.
Memahami skala, ukuran kertas, dan
format gambar.
Menggambar konstruksi dinding
bata/ batako pada
gambar potongan bangunan.
menggunakan alat gambar manual
dan atau komputer.
Modul BGN.GAR.002.A 8
SUB KOMPETENSI KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR
MATERI POKOK PEMELAJARAN
SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN
4. Menggambar aksonometri ikatan
bata/ batako pada
dinding setengah batu, dinding satu
batu, kolom satu batu (pilaster),
rollaag dan balok latai.
Aksonometri ikatan bata/ batako pada
dinding setengah batu,
dinding satu batu, kolom satu batu
(pilaster) digambar dengan ukuran bata
standar dan dengan ikatan antar bata yang
saling mengikat (tidak
ada siar vertikal yang segaris) dengan tebal
siar 1 cm atau sesuai arahan atasan.
Aksonometri ikatan
Pekerjaan menggambar
aksonometri ikatan
bata/ batako pada: Dinding setengah
batu.
Dinding satu batu.
Pilaster / kolom
satu batu. Rollaag Balok latai
Bekerja dengan rapi dan bersih
Bekerja dengan
ketelitian dan ketepatan ukuran
Menghargai produktifitas
dalam bekerja Efisien dan
optimal dalam
bekerja Menghargai mutu
hasil pada setiap langkah kerjanya
Bersikap positif
Memahami konstruksi ikatan
pasang bata/
batako. Memahami tentang
pilaster, rollaag, dan balok latai.
Memahami tentang sistem dimensi
Mengenali istilah-
istilah arsitektural dan struktural
Memahami tentang operasi matematika
dasar
Menggambar aksonometri
konstruksi bata/
batako (sekaligus susunannya)
dengan benar pada dinding setengah
batu, dinding satu batu, kolom satu
batu (pilaster),
rollaag dan balok latai menggunakan
alat gambar manual dan atau
komputer.
Modul BGN.GAR.002.A 9
SUB KOMPETENSI KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR
MATERI POKOK PEMELAJARAN
SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN
bata/ batako pada rollaag digambar
dengan posisi dan
susunan yang benar dengan ikatan yang
mengandalkan kekuatan geser adukan
dengan bata. Aksonometri ikatan
bata/ batako pada
balok latai digambar dengan beberapa
kemungkinan (sesuai dengan kebutuhan),
baik lengkung maupun
datar, dengan susunan bata dan tebal siar
yang benar yang mengandalkan
kekuatan geser adukan dengan bata.
dan terbuka terhadap
penilaian hasil
pekerjaan oleh atasan
Menghitung menggunakan
pecahan, desimal,
persen Mengkonversikan
skala, pecahan dan desimal
Menghitung luas dari berbagai
bentuk/geometri
Modul BGN.GAR.002.A 10
SUB KOMPETENSI KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR
MATERI POKOK PEMELAJARAN
SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN
5. Membereskan gambar.
Garis-garis bantu penggambaran
dibersihkan.
Gambar detail dilengkapi dengan
keterangan-keterangan tambahan seperti judul
gambar dan skala. Kop gambar dibuat
atau disesuaikan
dengan isi gambar. Peralatan gambar
dibereskan, dirapikan dan disimpan.
Pemeriksaan hasil penggambaran, garis-
garis bantu
penggambaran dibersihkan, penulisan
keterangan dan pembuatan kop
gambar. Penyusunan dan
penyimpanan hasil
gambar. Pekerjaan
membersihkan dan menyimpan peralatan
kerja menggambar
setelah digunakan.
Bekerja dengan rapi dan bersih
Bekerja dengan
ketelitian dan ketepatan ukuran
Menghargai produktifitas
dalam bekerja Efisien dan
optimal dalam
bekerja Menghargai mutu
hasil pada setiap langkah kerjanya
Bersikap positif
dan terbuka terhadap
penilaian hasil pekerjaan oleh
atasan
Memahami sumber informasi yang
berkenaan dengan
membereskan pekerjaan setelah
menggambar konstruksi lantai
bangunan.
Memeriksa hasil gambar,
menghapus garis-
garis bantu, penulisan
keterangan dan pembuatan kop
gambar. Menyusun dan
menyimpan hasil
gambar. Membersihkan
merapikan kembali dan menyimpan
peralatan
menggambar setelah digunakan.
Modul BGN.GAR.002.A 11
E. Cek Kemampuan.
Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah Anda miliki, maka isilah Cek Lis (√) seperti pada tabel di bawah ini
dengan sikap jujur dan dapat dipertanggungjawabkan:
Pertanyaan Saya dapat melakukan
pekerjaan ini dengan kompeten
Bila jawaba ‚“ya“
kerjakan
Apakah Anda memahami persyaratan-
persyaratan struktur atau perkuatan
dinding dari bata/batako
Apakah Anda memahami gambar
konstruksi bukan pada dinding balok latei,
roolag dari bata.
Apakah Anda memahami penggambaran
dimensi bata/batako, persyaratan
komposisi campuran aduk, persyaratan
tebal siar dan tebal plesteran.
Apakah Anda memahami gambar
konstruksi bata/batako, lengkap dengan
persyaratan-persyaratan struktur maupun
konstruksinya.
Tes Fomatif 1
Tes Formatif 2
Modul BGN.GAR.002.A 12 12
BAB. II PEMELAJARAN
A. Rencana Belajar Siswa/Pengguna Modul.
Kompetensi : Menggambar Konstruksi Bata/Batako
Sub Kompetensi : 1. Melakukan pekerjaan persiapan menggambar
Konstruksi.
2. Menggambar dinding dari bata/batako untuk
penggambaran denah bangunan.
3. Menggambar potongan dinding dari bata/batako
pada gambar potongan bangunan.
4. Menggambar aksonometri ikatan bata/batako
pada dinding setengah batu, dinding satu batu,
kolom satu batu (pilaster), rollag dan balok latai.
Jenis Kegiatan
Tanggal
Waktu
Tempat Belajar
Alasan Perubahan
Paraf Guru
Modul BGN.GAR.002.A 13 13
B. Kegiatan Belajar
Kegiatan Belajar 1: Melakukan Pekerjaan Persiapan
Menggambar Konstuksi
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, diharapkan Anda dapat:
- Menggambar perkuatan dinding/pilaster.
b. Uraian Materi
Pasangan Batu Bata
Dinding dari tembok batu bata mempunyai keuntungan dari pada dinding
dari papan, ia tidak mudah rusak karena dimakan rayap, rapat udara dan
rapat pengaruh iklim. Sebaliknya kerugian dinding tembok batu bata ialah
tidak dapat dipindah-pindah dan dapat menerima beban berat.
Tembok batu bata dapat merupakan tembok pemikul maupun hanya
merupakan pengisi dinding belaka.
Pada gedung-gedung tua tembok-tembok bata merupakan tembok pemikul
konstruksi juga. Untuk bangunan kuno bertingkat, tebal tembok tergantung
pada banyaknya tingkat gedung. Bagian lantai terbawah biasanya 2 x 3
batu, lantai kedua 2 batu, lantai ketiga 1 batu dan seterusnya.
Dengan beton bertulang dapat dicapai segala bentuk arsitektur yang kita
kehendaki.
Untuk tiap-tiap m³ pasangan dari bata diperlukan sebanyak 500 -600 biji
batu bata, sedangkan bobot isi bata adalah antara 1700 – 1800 kg per m³.
Untuk memasang bata dihubungkan satu dengan lainnya dengan bahan
perekat yang disebut luluh atau adukan atau mortel atau spesi, yang
umumnya di Indonesia terdiri dari bahan kapur, semen merah dan pasir,
Modul BGN.GAR.002.A 14 14
tau PC dan pasir dalam perbandingan tertentu setebal 1 cm, sihingga
merupakan suatu kesatuan yang kokoh.
I. PENGERTIAN DAN FUNGSI PASANGAN BATU BATA:
1.1. Pengertian Pasangan Batu Bata:
Merupakan susunan batu bata yang teratur dan tertentu
dalam arah memanjang, mendatar maupun vertical oleh spesi
dengan perbandingan campuran tertentu.
1.2. Fungsi pasangan batu bata:
a. Sebagai pondasi
b. Sebagai dinding
c. Sebagai lantai
d. Sebagai pilar dan sebagainya.
II. MENGGAMBAR PASANGAN BATU BATA SEBAGAI DINDING:
2.1. Syarat-syarat menggambar pasangan dinding batu bata:
a. Menurut Fungsi dinding:
Sebagai pemisah ruang jika tebalnya ½ bata
dan untuk pemikul beban minimal tebal 1 bata
atau tergantung pada besarnya beban.
b. Batu bata harus dipasang dengan perbandingan yang baik.
Pada konstruksi dinding, batu bata harus dipasang dengan baik.
Dengan siar vertical tidak boleh ada yang menerus dalam dua
lapisan bata, sedang siar yang datar harus lurus dengan tebal
yang sama.
c. Mortel untuk pasangan tembok kamar mandi, tempat cuci dan
sebagainya harus rapat air dengan campuran mortel 1 PC : 3
PS, sedangkan untuk dinding bagian bawah mulai dari lantai
hingga setinggi 0.20 m dibuat trasram dengan mortel rapat air
1 PC : 2 PS.
Modul BGN.GAR.002.A 15 15
d. Lebar siar 0.8 – 1.2 cm pada pasangan biasa
dan 2.00 cm pada pelengkung.
e. Tebal plesteran rata-rata 2 cm setelah kering
dengan campuran mortelnya 1 KP : 1 SM : 1 PS atau 1 PC : 3
PS.
Untuk bak mandi dan saluran dipakai campuran
1 PC : 3 PS.
f. Setiap hari tidak boleh dipasang lebih dari 1.2 m
pasangan batu bata, karena bila tinggi pasangan
lebih dari 1.2 m dengan siar yang masih basah
maka pasangan tersebut akan rusak.
2.2. Ikatan Batu Bata:
Mengingat tebal siar, maka perbandingan ukuran tebal, lebar dan
panjang adalah sebagai berikut:
Sebagai tebal bata = 5 cm
Lebar menjadi : 2 x 5 + siar 1 cm = 11 cm
Panjang bata ; 2 x lebar + siar 1 cm =
(2 x 11) + 1 = 23 cm
Untuk menyusun pasangan batu bata diperlukan beberapa bata
potongan yang terdiri sebagai berikut:
a. bata utuh = bujur = 2 kepala + siar tegak.
b. ¾ bata = bata dengan panjang ¾ bata utuh.
c. ½ bata = bata dengan panjang ½ bata utuh.
d. ¼ bata = bata dengan panjang ¼ bata utuh.
e. ½ kepala = bata panjang utuh lebar ½ nya.
Modul BGN.GAR.002.A 16 16
Ada tiga macam siar untuk menyusun bata:
1. Siar lintang
2. Siar bujur, siar datar dan
3. Siar tegak yang sejenis siar lintang.
Syarat-syarat siar (isian):
1. Siar datar dengan ukuran sebesar 1 – 1.5 cm.
2. Siar lintang tidak boleh segaris dari lapisan atas dan lapisan
bawahnya.
3. Siar tegak juga tidak boleh terdapat segaris dari atas ke bawah.
Akibat dari siar lintang dan siar tegak yang segaris ke bawah
pada tembok dukung akan menjadi turun (melesak) ke bawah
akibat beban dari atas GB. 2.1.
Modul BGN.GAR.002.A 17 17
GB. 2.1.
Adanya siar yang bergeser antara lapis atas dan di bawahnya, beban
dibagi kepada lapisan di bawahnya menurut garis pancaran
tegangan.
GB. 2.2.
Yang dimaksud dengan kekuatan tembok disini adalah kemampuan
berdirinya tembok dengan ada muatan di atasnya tetap tegak dan
kokoh serta mantap (stabil).
Modul BGN.GAR.002.A 18 18
Kekuatan tembok diperoleh dari:
1. Cara menyusun bata dengan aturan yang telah ditentukan.
2. Adukan yang dipakai untuk melekatkan antara bata yang satu
dengan yang lain yang akan mengeras menjadi sekeras seperti
bata yang disusun.
3. Plesteran (lepa) yang menutup susunan batanya.
Macam susunan bata yang biasa dipakai dan menurut
Konstruksi bangunan terdiri dari:
1. Susunan tembok ½ bata (tembok lapis dan sebagai pengisi).
2. Susunan ikatan tegak/berdiri untuk tebal tembok 1 bata atau
lebih.
3. Susunan ikatan silang untuk tebal tembok 1 bata atau lebih tebal.
4. Susunan ikatan rantai untuk tebal tembok tebal 1 bata.
2.3. Ikatan ½ Bata:
Tembok dengan tebal lapisan ½ bata. Siar lintang lapisan bawah
dan diatasnya meloncat atau menggeser ½ bata.
GB. 2.3
Modul BGN.GAR.002.A 20 20
Pada pemberhentian pasangan misalnya hari telah petang dan
pasangan telah mencapai tinggi kurang lebih 1 m, maka
pemberhentian ini berbentuk gigi bertangga atau menjatuh, dapat
juga berbentuk gigi berdiri atau gigi tegak.
Penyusunan bata pada denah rumah akan berbentuk sudut siku,
sudut lancip, sudut tumpul. Disamping itu terdapat pertemuan siku,
pertemuan miring dan berbentuk potongan siku atau potongan
miring. GB 2.4 s/d GB. 2.7.
Modul BGN.GAR.002.A 24 24
GB. 2.7.
Tembok dengan tebal lapisan ½ bata tidak boleh sebagai tembok
dukung. Karena itu tembok semacam ini harus dipertebal.
Pertebalan tembok ditempatkan pada sudut, kurang lebih 12 m².
Sehingga jarak pertebalan antara 2½ - 3½ m. Pertebalan tembok
dibuat antara 1½ bujur = 3 k atau lebih. GB. 2.8. s/d gb. 2. 15.
Modul BGN.GAR.002.A 34 34
Lebih baik dan banyak dilaksanakan ialah dengan kolom beton
bertulang.
Kadang-kadang pada tembok dengan tebal lapisan 1 bata kalau
diperlukan dapat dibuat dengan pertebalan pada tempat yang
mendapat beban dari atas kuda-kuda misalnya. Akan tetapi
pertebalan, semacam ini dibuat apabila dipandang sangat perlu.
Kelemahan perkuatan tembok dengan pilar bata:
1. Bidang tembok tidak merupakan bidang yang rata.
2. Mengurang luas ruangan apabila pilar dibuat pada bagian
dalam dan pada tembok dalam.
3. Dipandang mata tidak menyenangkan karena adanya bidang-
bidang yang menonjol.
4. Kurang dapat dipertanggungjawabkan kekuatannya sebagai
tembok dukung.
Dengan alasan tersebut di atas untuk menggantikan pilar dari bata
dipergunakan beton bertulang sebagai perkuatan berdirinya
tembok.
Beton bertulang merupakan rangka yang dibuat bersamaan
pengeRjaan pasangan bata yang terdiri dari:
1. Balok sloof (praktis) terletak di atas pondasi di bawah lantai
keliling tiap-tiap ruangan sepanjang tembok.
2. Kolom-kolom (praktis) didirikan setiap luas bidang tembok 12
m² dengan jarak kolom 3-4 m, sudut pertemuan dan
persilangan.
3. Balok cincin pada tembok yang terletak pada tembok atas yang
menghubungkan antara kolom, di bawah pemasangan kuda-
kuda sekeliling tiap ruangan.
4. Balok cincin antara, apabila tinggi tembok lebih dari 4 m, yang
diletakkan di atas pintu/jendela, yang merupakan balok latei.
GB. 2.16.
Modul BGN.GAR.002.A 35 35
balok beton bertulang (sloof praktis)
kolom(praktis)
kolom(praktis)
kolom(praktis)
balok cincin
3-4 m
Beton bertulang baik berupa balok sloof, kolom, maupun balok
cincin serta balok latei (praktis) berukuran setebal bata dan
umumnya berbentuk bujur sangkar 12/12 s/d 15/15 cm.
Tulang bujur menggunakan baja tulangan Φ 10 atau Φ 12
mm (⅜ atau ½”) diikat dengan sengkang (begel) Φ 6 (½”) jarak
15 sampai 20 cm.
Campuran beton yang digunakan 1 pc : 2 ps : 3 kr.
Modul BGN.GAR.002.A 36 36
Cara pelaksanaan dan pengejaan beton bertulang sesuai dengan
Peraturan Beton Bertulang Indonesia.
Balok sloof dicor setelah pondasi di bawahnya selesai. Sebelum
dicor dan dipasang tulangan beton dibuat acuan (cetakan) terlebih
dahulu. Konstruksi acuan dibuat sederhana terdiri dari dua lembar
papan (2/15) dirangkai dengan papan kecil jarak 50-60 cm.
Acuan tidak harus kuat, cukup apabila beton dicor tidak berubah
dan bergeser. Acuan dapat dibongkar 2-3 hari setelah beton dicor.
Pengecoran kolom beton bertulang dapat sesudah atau sebelum
bata dipasang. Apabila batang dipasang terlebih dahulu, maka
pemasangan bata juga dari sudut tembok disamping kolom.
Mula-mula dipasang profil sebagaimana biasa yaitu dibuat tegak
lurus sebagai tarikan benang.
Tinggi pasangan bata kurang lebih 1 m, kemudian kolom dicor
setinggi pasangan bata tersebut.
Jika kolom dicor lebih dahulu, maka sebelumnya dimana tempat
yang akan dipasang bata perlu dipasang angker (stek) dari baja
beton Φ 6 mm (¼”) keluar dari bidang sisi beton 20-25 cm. Jarak
stek kurang lebih 50 cm.
GB. 2.17.
Modul BGN.GAR.002.A 37 37
GB. 2.17
Pada pertemuan tembok serta persilangan juga diperkuat dengan
kolom.
Pada tembok yang tingginya 4 m lebih perlu diletakkan balok cincin
antara untuk memperkuat berdirinya tembok serta membagi beban
dari atas keseluruh bidang tembok di bawahnya.
Balok cincin antara diletakkan menjadi satu di atas pintu atau
jendela sebagai balok latei. Bahkan pada bangunan yang
menggunakan luifel beton bertulang balok latei juga sebagai balok
luifel dengan menambah ukuran tinggi balok serta banyaknya
tulangan.
Balok cincin antara diletakkan keliling seluruh dinding.
Penulangannya serupa dengan tulangan yang telah dijelaskan
sebelumnya.
Modul BGN.GAR.002.A 38 38
C. Rangkuman.
Tembok dengan tebal lapisan ½ bata. Siar lintang lapisan bawah dan
diatasnya meloncat atau menggeser ½ bata.
d. Tes Formatif.
Dari sketsa gambar lapis 1 dan lapis 2 berikut, gambar lapis 1, lapis 2,
tampak depan, dan isometri di kertas HVS dengan Ikatan½ Bata cara 1,
yaitu lapis 1 diawali dengan kop.
Modul BGN.GAR.002.A 40 40
g. Tugas.
Dari sketsa gambar denah, tampak depan berikut, gambarkan:
Penulangan Portal Gambar tersebut.
Modul BGN.GAR.002.A 41 41
h. Lembar Kerja.
1) Alat
Meja gambar 1 unit.
Pensil mekanik 0,5 HB 1 bh.
Rapido 0,1 , 0,3 dan 0,5 masing-masing 1bh.
Sablon huruf 3 mm, 5 mm, 10 mm masing-masing 1 bh.
Jangka 1 set.
Silet.
2) Bahan
Kertas kalkir ukuran A3, 80 gr, 1 lembar.
Tinta rapido warna hitam.
Karet penghapus pensil-tinta 1 bh.
Isolasi kertas.
3) Keselamatan Kerja
Pergunakan peralatan sesuai fungsinya.
Penerangan ruangan harus cukup.
Kerjakan dengan hati-hati.
4) Langkah Kerja
Menyiapkan segala peralatan dan bahan.
Kertas kalkir A3 yang telah ditempel di meja gambar setengah
bagian kiri untuk menggambar daun jendela dan di bagian kanan
untuk menggambar detailnya.
Tahap pertama membuat sumbu x, sumbu y dan sebagai
pertolongan dalam menggambar .
Menggambar sloof dengan ukuran 30/40, selimut beton 3 cm,
jarak begel ¼l dekat tumpuan 10 cm dan jarak begel ¼l di
lapangan (tengah) 15 cm.
Modul BGN.GAR.002.A 42 42
Menggambar kolom dengan ukuran 30/30, selimut beton 3
cm, jarak begel ¼l dekat tumpuan 10 cm dan jarak begel
¼l di lapangan (tengah) 15 cm.
Menggambar balok dengan ukuran 25/35, selimut beton 3
cm, jarak begel ¼l dekat tumpuan 10 cm dan jarak begel
¼l di lapangan (tengah) 15 cm.
Gunakan diameter tulangan 12 mm dan diameter begel 6
mm.
Lengkapilah dimensi tulangan dengan sablon yang sesuai.
Lengkapilah juga dengan simbol-simbol dan keterangan–
keterangan yang diperlukan.
Buatlah garis tepi dan lengkapilah dengan kolom nama.
Bersihkan lembar gambar dari coretan pensil yang tidak
terpakai dan kotoran yang menempel.
5) Kunci Hasil Kerja.
Modul BGN.GAR.002.A 43 43
Kegiatan Belajar 2: Menggambar Dinding dari Bata/Batako
untuk Penggambaran Denah Bangunan
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, diharapkan Anda dapat:
- Menggambar isometri ikatan tegak.
b. Uraian Materi
2.4. Menggamabr Isometri Ikatan Berdiri/Ikatan Tegak.
Salah satu cara yang banyak digunakan untuk membuat tembok
adalah ikatan berdiri atau ikatan tegak. Tembok untuk ikatan berdiri
mempunyai tebal lapisan 1 bata atau lebih dengan 2 macam lapisan
ialah lapisan bujur dan lapisan kepala. Jika bata yang disusun tampak
sisi muka bata yang tampak merupakan bata utuh disebut lapis bujur,
dan bila tampak muka batu bata yang disusun menjadi ukuran
lebarnya maka disebut lapisan kepala.
Panjang tembok jika dibagi dengan lebar bata akan terdapat jumlah k
(= kepala). Ini akan terdapat jumlah k genap dan jumlah k gasal,
karena jumlah ini akan menentukan cara menyusunnya. GB. 2.5.1.
Modul BGN.GAR.002.A 45 45
Pada sudut tembok, pertemuan dan potongan pada lapisan bujur
berjalan terus diawali dan diakhiri ¾ bata. Untuk lapisan kepala bata
dipasang tegak lurus lapisan bujur di atasnya.
Syarat-syarat tembok ikatan berdiri:
a. Pada siar lintang dan tegak tidak boleh terdapat siar segaris dari
atas ke bawah.
b. Siar lintang pada gigi menjatuh membentuk tangga bergeser ¾
bata dan ¼ bata dari lapisan bawah dan atasnya.
Pada lapis bujur dengan jumlah k gasal diawali ¾ bata selanjutnya
bujur dan berakhir ¾ bata. Tetapi jika terdapat jumlah k genap,
setelah dimulai ¾ bata ditambah 1 k selanjutnya bujur dan
berakhir ¾ bata. GB. 2.5.2.
Jumlah – 12 k - genap
Modul BGN.GAR.002.A 46 46
GB. 2.5.2.
Begitu juga pada sudut dan pertemuan tembok. GB. 2.5.3 s/d GB.
2.5.5.
Modul BGN.GAR.002.A 49 49
GB. 2.5.5.
Jika lapis pertama merupakan lapisan bujur, maka lapisan di
atasnya menjadi lapisan kepala. Juga pada sudut dan pertemuan
tembok GB. 2.5.6.
Modul BGN.GAR.002.A 50 50
GB. 2.5.6.
c. Rangkuman.
Siar lintang pada gigi menjatuh membentuk tangga bergeser ¾ bata dan
¼ bata dari lapisan bawah dan atasnya.
Pada lapis bujur dengan jumlah k gasal diawali ¾ bata selanjutnya bujur
dan berakhir ¾ bata. Tetapi jika terdapat jumlah k genap, setelah dimulai
¾ bata ditambah 1 k selanjutnya bujur dan berakhir ¾ bata.
Modul BGN.GAR.002.A 51 51
d. Tes Formatif.
Dari sketsa gambar lapis 1 dan lapis 2 berikut, gambar lapis 1, lapis 2,
dan tampak depan di kertas HVS dengan ikatan Tegak.
Modul BGN.GAR.002.A 52 52
e. Kunci Jawaban.
f. Tugas.
Dari sketsa gambar lapis1 dan lapis 2 berikut, gambarkan :
Isometri gambar tersebut.
Modul BGN.GAR.002.A 53 53
g. Lembar Kerja.
1) Alat
Meja gambar 1 unit.
Pensil mekanik 0,5 HB 1 bh.
Rapido 0,1 , 0,3 dan 0,5 masing-masing 1bh.
Sablon huruf 3 mm, 5 mm, 10 mm masing-masing 1 bh.
Jangka 1 set.
Silet.
2) Bahan
Kertas kalkir ukuran A3, 80 gr, 1 lembar.
Tinta rapido warna hitam.
Karet penghapus pensil-tinta 1 bh.
Isolasi kertas.
Modul BGN.GAR.002.A 54 54
3) Keselamatan Kerja
Pergunakan peralatan sesuai fungsinya.
Penerangan ruangan harus cukup.
Kerjakan dengan hati-hati.
4) Langkah Kerja
Menyiapkan segala peralatan dan bahan.
Kertas kalkir A3 yang telah ditempel di meja gambar.
Tahap pertama membuat sumbu x = 30º , sumbu y = 30º dan
sumbu z = 90º sebagai pertolongan dalam menggambar isometri.
Menggambar lapis 1 dari soal tersebut di atas searah sumbu x,
sumbu y dan sumbu z.
Menggambar lapis 2 dari soal tersebut di atas searah sumbu x,
sumbu y dan sumbu z.
Menggambar lapis 3 sama dengan lapis 1.
Menggambar lapis 3 sama dengan lapis 2, dan setrusnya.
Lengkapilah dimensi bata dengan sablon yang sesuai.
Lengkapilah juga dengan simbol-simbol dan keterangan–
keterangan yang diperlukan.
Buatlah garis tepi dan lengkapilah dengan kolom nama.
Bersihkan lembar gambar dari coretan pensil yang tidak terpakai
dan kotoran yang menempel.
Modul BGN.GAR.002.A 56 56
Kegiatan Belajar 3: Menggambar Potongan Dinding Dari
Bata/Batako Pada Gambar Potongan
Bagunan
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, diharapkan Anda dapat:
- Menggambar isometri ikatan silang.
a. Uraian Materi
2.5. Menggambar Isometri Ikatan Silang
Cara lain untuk menyusun tembok ialah dengan nama “ikatan silang”
atau hubungan silang. Ada lain di suatu daerah yang menamakan
hubungan palang. Nama ini karena pada tampak sisi muka bata yang
disusun merupakan bentuk silang-silang, atau palang-palang. Ikatan
silang untuk tebal lapisan 1 bata atau lebih, yang terdiri dari 4 macam
lapisan. Siar lintang pada lapisan bujur dari lapisan pertama dan lapisan
ketiga yang terletak di atasnya menggeser ½ bata. Pada lapisan ke dua
merupakan lapisan kepala dan sama dengan lapisan ke empat, begitu
seterusnya.
Dengan ketentuan seperti diatas maka menyusunnya sebagai berikut:
a. Lapisan pertama terdiri dari lapisan bujur, diawali dan diakhiri ¾
bata.
b. Lapisan kedua menjadi lapisan kepala.
c. Lapisan ketiga menjadi lapisan bujur diawali dengan ¾ bata ditambah
1 kepala, selanjutnya bujur.
d. Lapisan ke empat merupakan lapisan kepala seperti pada lapisan
kedua.
Dengan demikian akan tampak pada sisi muka bata yang telah disusun
bergeser ¼ bata dan ¾ bata pada gigi menjatuh. Pada hubungan
silang juga berlaku pada panjang tembok yang dinyatakan dengan
Modul BGN.GAR.002.A 57 57
banyaknya kepala (k), dengan demikian pada suatu panjang tembok
akan terjadi jumlah k yang genap dan gasal. GB. 2.6.1.
Modul BGN.GAR.002.A 58 58
GB. 2.6.1.
Pada tembok dengan jumlah k genap pada lapisan bujur diawali
dengan ¾ bata + k kemudian bujur dan berakhir ¾ bata. Untuk
lapisan bujur berikutnya yang menjadi lapisan ketiga merupakan
kebalikan dari susunan diatas, sehingga setelah diawali ¾ bata lalu
utuh lapisan bujur dan sebelum berakhir ¾ bata ditambah 1 k.
Untuk lapisan kepala tidak terdapat kesukaran dalam menyusunnya,
karena sepanjang tembok merupakan kepala-kepala yang menjadi
lapisan 2, lapisan 4 dan seterusnya. Pada tembok dengan jumlah k
gasal, pada lapisan pertama jika merupakan lapisan bujur maka
setelah diawali ¾ bata kemudian bujur dan berakhir ¾ bata. Untuk
lapisan bujur berikutnya setelah diawali ¾ bata ditambah 1 k, sedang
di tengah merupakan bata-bata utuh. GB. 2.6.2.
Modul BGN.GAR.002.A 60 60
GB. 2.6.3.
Selanjutnya pada sudut tembok, pertemuan akan terlihat cara
menyusun, GB. 2.6.4.
Modul BGN.GAR.002.A 62 62
GB. 2.6.5.
c. Rangkuman.
Ikatan Silang , terdiri dari:
a. Lapisan pertama terdiri dari lapisan bujur, diawali dan diakhiri ¾ bata.
b. Lapisan kedua menjadi lapisan kepala.
c. Lapisan ketiga menjadi lapisan bujur diawali dengan ¾ bata ditambah 1
kepala, selanjutnya bujur.
d. Lapisan ke empat merupakan lapisan kepala seperti pada lapisan kedua.
d. Tes Formatif.
Dari sketsa gambar lapis 1 dan lapis 2 berikut, gambar lapis 1, lapis 2, dan
tampak depan di kertas HVS dengan ikatan Silang.
Modul BGN.GAR.002.A 65 65
f. Tugas.
Dari sketsa gambar lapis1 dan lapis 2 berikut, gambarkan :
Isometri gambar tersebut.
Modul BGN.GAR.002.A 66 66
g. Lembar Kerja
1) Alat
Meja gambar 1 unit.
Pensil mekanik 0,5 HB 1 bh.
Rapido 0,1 , 0,3 dan 0,5 masing-masing 1bh.
Sablon huruf 3 mm, 5 mm, 10 mm masing-masing 1 bh.
Jangka 1 set.
Silet.
2) Bahan
Kertas kalkir ukuran A3, 80 gr, 1 lembar.
Tinta rapido warna hitam.
Karet penghapus pensil-tinta 1 bh.
Isolasi kertas.
Modul BGN.GAR.002.A 67 67
3) Keselamatan Kerja
Pergunakan peralatan sesuai fungsinya.
Penerangan ruangan harus cukup.
Kerjakan dengan hati-hati.
4) Langkah Kerja
Menyiapkan segala peralatan dan bahan.
Kertas kalkir A3 yang telah ditempel di meja gambar .
Tahap pertama membuat sumbu x = 30º , sumbu y = 30º dan
sumbu z = 90º sebagai pertolongan dalam menggambar isometri.
Menggambar lapis 1 dari soal tersebut di atas searah sumbu x,
sumbu y dan sumbu z.
Menggambar lapis 2 dari soal tersebut di atas searah sumbu x,
sumbu y dan sumbu z.
Menggambar lapis 3 sama dengan lapis 1.
Menggambar lapis 3 sama dengan lapis 2, dan setrusnya.
Lengkapilah dimensi bata dengan sablon yang sesuai.
Lengkapilah juga dengan simbol-simbol dan keterangan–
keterangan yang diperlukan.
Buatlah garis tepi dan lengkapilah dengan kolom nama.
Bersihkan lembar gambar dari coretan pensil yang tidak terpakai
dan kotoran yang menempel.
Modul BGN.GAR.002.A 69 69
Kegiatan Belajar 4: Menggambar Akrosonometri ikatan
Bata/Batako pada Dinding Setengah
Batu, Dinding Roliag dan Balok Latai
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, diharapkan Anda dapat:
- Menggambar isometri Ikatan Vlaams.
b. Uraian Materi
2.6. Ikatan Vlaams.
Cara lain untuk menyusun bata dengan bentuk yang disebut hubungan
vlam atau ikatan vlam. Bata yang disusun seolah-olah gabungan dari
lapisan bujur dan lapisan kepala. Tebal lapisan untuk ikatan vlam ialah 1
bata atau lebih.
Untuk sudut dan pertemuan tembok digunakan bata panjang ¼ k lebar
lebih kurang . GB. 2.7.1.
Modul BGN.GAR.002.A 71 71
Ikatan vlam terdiri dari dua macam lapisan denga tebal lapisan 1 bata
atau lebih. Pada potongan siku terdapat beberapa macam cara
menyusun bata dalam ikatan vlam. GB. 2.7.2
GB. 2.7.2
Modul BGN.GAR.002.A 72 72
4) Rangkuman.
Ikatan vlaams adalah : bata yang disusun seolah-olah gabungan dari lapisan
bujur dan lapisan kepala.
d. Tes Formatif.
Dari sketsa gambar lapis 1 dan lapis 2 berikut, gambar lapis 1, lapis 2, dan
tampak depan di kertas HVS dengan ikatan vlaams.
Modul BGN.GAR.002.A 73 73
e. Kunci Jawaban.
f. Tugas
Dari sketsa gambar lapis1 dan lapis 2 berikut, gambarkan:
Isometri gambar tersebut.
Modul BGN.GAR.002.A 74 74
g. Lembar Kerja
1) Alat
Meja gambar 1 unit.
Pensil mekanik 0,5 HB 1 bh.
Rapido 0,1 , 0,3 dan 0,5 masing-masing 1bh.
Sablon huruf 3 mm, 5 mm, 10 mm masing-masing 1 bh.
Jangka 1 set.
Silet.
2) Bahan
Kertas kalkir ukuran A3, 80 gr, 1 lembar.
Tinta rapido warna hitam.
Karet penghapus pensil-tinta 1 bh.
Isolasi kertas.
Modul BGN.GAR.002.A 75 75
3) Keselamatan Kerja
Pergunakan peralatan sesuai fungsinya.
Penerangan ruangan harus cukup.
Kerjakan dengan hati-hati.
4) Langkah Kerja
Menyiapkan segala peralatan dan bahan.
Kertas kalkir A3 yang telah ditempel di meja gambar.
Tahap pertama membuat sumbu x = 30º , sumbu y = 30º dan sumbu z
= 90º sebagai pertolongan dalam menggambar isometri.
Menggambar lapis 1 dari soal tersebut di atas searah sumbu x, sumbu y
dan sumbu z.
Menggambar lapis 2 dari soal tersebut di atas searah sumbu x, sumbu y
dan sumbu z.
Menggambar lapis 3 sama dengan lapis 1.
Menggambar lapis 3 sama dengan lapis 2, dan setrusnya.
Lengkapilah dimensi bata dengan sablon yang sesuai.
Lengkapilah juga dengan simbol-simbol dan keterangan–keterangan
yang diperlukan.
Buatlah garis tepi dan lengkapilah dengan kolom nama.
Bersihkan lembar gambar dari coretan pensil yang tidak terpakai dan
kotoran yang menempel.
Modul BGN.GAR.002.A 77 77
Kegiatan Belajar 5: Menggambar Aksonometri Ikatan Bata
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, diharapkan Anda dapat:
- Menggambar isometri Ikatan Rantai
b. Uraian Materi
2.7. Ikatan Rantai.
Hubungan rantai sebelumnya serupa dengam tembok dengan ikatan
vlam. Pada hubungan rantai lebih sederhana cara menyusunnya,
terutama pada sudut siku tidak lagi mempergunakan bata yang kecil
seperti ½ bata atau ¼ bata dan sebagainya. Hubungan rantai juga
untuk tembok dengan tebal lapisan 1 bata atau lebih. Pada pokoknya
hubungan rantai juga terdiri dari 2 macam lapisan. Pada lapisan satu
maupun bujur yang diseling dengan lapis kepala. Sebagai contoh pada
gambar berikut. GB. 2.8.1. & GB. 2.8.2.
Modul BGN.GAR.002.A 79 79
GB. 2.8.2.
c. Rangkuman.
Ikatan Rantai rantai terdiri dari 2 macam lapisan, pada lapisan satu maupun
bujur yang diseling dengan lapis kepala.
d. Tes Formatif.
Dari sketsa gambar lapis 1 dan lapis 2 berikut, gambar lapis 1, lapis 2, dan
tampak depan di kertas HVS dengan ikatan rantai.
Modul BGN.GAR.002.A 81 81
e. Kunci Jawaban.
f. Tugas
Dari sketsa gambar lapis1 dan lapis 2 berikut, gambarkan:
Isometri gambar tersebut.
Modul BGN.GAR.002.A 82 82
g. Lembar Kerja.
1) Alat
Meja gambar 1 unit.
Pensil mekanik 0,5 HB 1 bh.
Rapido 0,1 , 0,3 dan 0,5 masing-masing 1bh.
Sablon huruf 3 mm, 5 mm, 10 mm masing-masing 1 bh.
Jangka 1 set.
Silet.
2) Bahan
Kertas kalkir ukuran A3, 80 gr, 1 lembar.
Tinta rapido warna hitam.
Karet penghapus pensil-tinta 1 bh.
Isolasi kertas.
3) Keselamatan Kerja
Pergunakan peralatan sesuai fungsinya.
Penerangan ruangan harus cukup.
Kerjakan dengan hati-hati.
4) Langkah Kerja
Menyiapkan segala peralatan dan bahan.
Kertas kalkir A3 yang telah ditempel di meja gambar.
Tahap pertama membuat sumbu x = 30º , sumbu y = 30º dan
sumbu z = 90º sebagai pertolongan dalam menggambar
isometri.
Menggambar lapis 1 dari soal tersebut di atas searah sumbu x,
sumbu y dan sumbu z.
Menggambar lapis 2 dari soal tersebut di atas searah sumbu x,
sumbu y dan sumbu z.
Menggambar lapis 3 sama dengan lapis 1.
Menggambar lapis 3 sama dengan lapis 2, dan setrusnya.
Modul BGN.GAR.002.A 83 83
Lengkapilah dimensi bata dengan sablon yang sesuai.
Lengkapilah juga dengan simbol-simbol dan keterangan–
keterangan yang diperlukan.
Buatlah garis tepi dan lengkapilah dengan kolom nama.
Bersihkan lembar gambar dari coretan pensil yang tidak
terpakai dan kotoran yang menempel.
5) Kunci Hasil Kerja
Modul BGN.GAR.002.A 84 84
BAB. III EVALUASI
A. Tes Tertulis
1. Jika ukuran tebal bata = 5 cm, Berapa ukuran lebar dan panjang bata
tersebut!
2. Mortel untuk pasangan tembok kamar mandi, tempat cuci dan
sebagainya harus rapat air dengan campuran mortel
.....................................................Sedangkan untuk dinding bagian
bawah malai dari lantai hingga setinggi 0.20 m dibuat cementroom
(trasram) dengan mortel rapat air ......................
3. Lebar siar untuk pasangan biasa adalah ...................... dan siar pada
pelengkung adalah .............
4. Berapa tinggi pasangan setiap hari yang diperbolehkan?
5. Jika ukuran bata adalah tebal = 5 cm, lebar = 11 cm, panjang = 23 cm,
dan tebal siar = 1 cm, berapa bata potongan ¾ bata, ½ bata dan ¼
bata?
6. Apa yang dimaksud dengan kekuatan tembok?
7. Kekuatan tembok deperoleh dari ...................
8. Sebutkan syarat-syarat siar!
9. Sebutkan kelemahan perkuatan tembok dengan pilar bata!
10. Sebutkan syarat-syarat ikatan berdiri!
11. Susunan ikatan silang menurut ketentuan ada 4 macam lapisan.
Sebutkan susunan ikatan silang tersebut!
Modul BGN.GAR.002.A 85 85
B. Tes Praktek
1. Gambarkan tampak depan lapisan pasangan dari gambar di bawah dengan
skala 1 : 50.
2. Gambarkan detail dari masing-masing lapisan tersebut dengan skala 1 : 5.
Keterangan: - Ukuran batu batang yang digunakan:
Tebal batu bata = 5 cm
Lebar batu bata = 11 cm
Panjang batu bata = 23 cm
- Siar pasangan = 1 cm
- Digunakan ikatan silang
Modul BGN.GAR.002.A 87 87
KUNCI JAWABAN
A. Tes Tertulis
1. Lebar bata = ( 2 x 5 ) + siar 1 cm = 11 cm
Panjang bata = ( 2 x lebar ) + siar 1 cm
= ( 2 x 11 ) + 1 = 23 cm
2. Mortel untuk kamar mandi, tempat cuci campuran mortel = 1pc : 3 ps
Mortel untuk trasram = 1 pc : 2 ps
3. Lebar siar pada pasangan biasa adalah = 0.8 – 1.2 cm.
Lebar siar untuk pelengkung adalah = 2.00 cm.
4. Setiap hari tinggi pasangan tidak boleh lebih dari 1.2 m.
5. Bata potongan : ¾ bata = (¾ x 23) - (¼ x 1) = 17 cm
½ bata = (½ x 23) - (½ x 1) = 11 cm
¼ bata = (¼ x 23) – (¾ x 1) = 5 cm
6. Yang dimaksud dengan kekuatan tembok disini adalah kemampuan
berdirinya tembok dengan ada muatan di atasnya tetap tegak dan kokoh
serta mantap (stabil).
7. Kekuatan tembok diperoleh dari:
1. Cara menyusun bata dengan aturan yang telah ditentukan.
2. Adukan yang dipakai untuk melekatkan antara bata yang satu dengan
yang lain yang akan mengeras menjadi sekeras seperti bata yang
disusun.
3. Plesteran (lepa) yang menutup susunan batanya.
8. Syarat-syarat siar (isian):
1. Siar datar dengan ukuran sebesar 1 – 1.5 cm.
2. Siar lintang tidak boleh segaris dari lapisan atas dan lapisan bawahnya.
3. Siar tegak juga tidak boleh terdapat segaris dari atas ke bawah.
9. Kelemahan perkuatan tembok dengan pilar bata:
a. Bidang tembok tidak merupakan bidang yang rata.
Modul BGN.GAR.002.A 88 88
b. Mengurang luas ruangan apabila pilar dibuat pada bagian dalam dan
pada tembok dalam.
c. Dipandang mata tidak menyenangkan karena adanya bidang-bidang
yang menonjol.
d. Kurang dapat dipertanggungjawabkan kekuatannya sebagai tembok
dukung.
10. Syarat-syarat tembok ikatan berdiri:
a. Pada siar lintang dan tegak tidak boleh terdapat siar segaris dari atas ke
bawah.
b. Siar lintang pada gigi menjatuh membentuk tangga bergeser ¾ bata
dan ¼ bata dari lapisan bawah dan atasnya. 11. Susunan ikatan silang:
Lapisan pertama terdiri dari lapisan bujur, diawali dan diakhiri ¾ bata.
Lapisan kedua menjadi lapisan kepala.
Lapisan ketiga menjadi lapisan bujur diawali dengan ¾ bata ditambah 1
kepala, selanjutnya bujur.
Lapisan ke empat merupakan lapisan kepala seperti pada lapisan kedua.
Modul BGN.GAR.002.A 90 90
B. Lembar Penilaian Tes Praktek Nama Peserta : No. Induk : Program Keahlian : Nama Jenis Pekerjaan :
PEDOMAN PENILAIAN
No. Aspek Penilaian Skor
Maks. Skor
Perolehan Keterangan
1 2 3 4 5
I. Persiapan dan mengakhiri pekerjaan. 1.1. Kelengkapan alat dan bahan. 1.2. Kesiapan alat dan bahan. 1.3. Membereskan gambar, alat, tempat.
3 2 2
Sub total 7
II. Membuat tata letak. 2.1. Tata letak gambar.
3
Sub total 3
III. Proses (Sistematika & Cara Kerja) 3.1. Urutan kerja penggambaran. 3.2. Kecepatan penggambaran. 3.3. Kebenaraan penggunaan peralatan.
5 5 5
Sub total 15
IV. Kualitas Produk Kerja 4.1. Kebenaran skala. 4.2. Kelengkapan penggambaran, simbol. 4.3. Kebenaran ukuran / dimensi. 4.4. Kebenaran konstruksi. 4.5. Kelengkapan pemberian keterangan.
5 10 10 30 10
Sub total 65
V. Sikap/Etos Kerja 5.1. Tanggung jawab. 5.2. Ketelitian. 5.3. Inisiatif. 5.4. Kemandirian.
2 3 3 2
Sub total 10
Total 100
Modul BGN.GAR.002.A 91 91
KRITERIA PENILAIAN
No. Aspek Penilaian Kriteria Penilaian
I. Persiapan dan mengakhiri pekerjaan. 1.1. Kelengkapan alat dan bahan. 1.2. Kesiapan alat dan bahan. 1.3. Membereskan gambar.
Alat dan bahan disiapkan sesuai kebutuhan
Alat dan bahan disiapkan tidak sesuai kualitas.
Alat dan bahan disiapkan siap untuk bekerja.
Peralatan, hasil dan tempat kerja dibersihkan dan ditata rapi kembali.
II. Membuat tata letak 2.1. Tata letak gambar.
Tata letak gambar teratur sesuai dengan ukuran kertas, tidak ada bidang kosong.
Tata letak gambar tidak teratur, ada bidang kosong.
III. Proses (Sistematika & Cara Kerja) 3.1. Urutan kerja penggambaran. 3.2. Kecepatan penggambaran 3.3.Kebenaraan penggunaan
peralatan.
Sesuai urutan penggambaran.
Setiap gambar diselesaikan secara tuntas.
Gambar diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia.
Peralatan digunakan sesuai dengan fungsinya.
Peralatan digunakan sesuai dengan kemampuannya.
IV. Kualitas Produk Kerja 4.1. Kebenaran skala. 4.2. Kelengkapan penggambaran,
simbol. 4.3. Kebenaran ukuran / dimensi.
Penentuan skala sesuai.
Kebenaran skala pada gambar.
Penerapan simbol sesuai.
Kelengkapan simbol pada gambar.
Kelengkapan dimensi.
Modul BGN.GAR.002.A 92 92
4.4. Kebenaran konstruksi. 4.5. Kelengkapan pemberian
keterangan.
Kebenaran dimensi.
Kebenaran konstruksi.
Kebenaran dimensi konstruksi.
Kelengkapan keterangan.
Kebenaran keterangan.
V. Sikap/Etos Kerja 5.1. Tanggung jawab. 5.2. Ketelitian. 5.3. Inisiatif. 5.4. Kemandirian.
Mengerjakan dengan sungguh- sungguh sesuai ilmu pengetahuan.
Pekerjaannya telah diperhitungkan secara teliti.
Banyak ide.
Memiliki inisiatif bekerja.
Bekerja tanpa banyak diperintah
Bekerja tanpa perlu diawasi.
Modul BGN.GAR.002.A 93 93
BAB. IV PENUTUP
Setelah menyelesaikan modul ini, maka Anda berhak untuk mengikuti tes praktik
untuk menguji kompetensi yang telah dipelajari. Dan apabila Anda dinyatakan
memenuhi syarat kelulusan dari hasil evalusi dalam modul ini, maka Anda berhak
untuk melanjutkan ke topik/modul berikutnya. Mintalah pada pengajar/instruktur
untuk melakukan uji kompetensi dengan sistem penilaiannya dilakukan langsung
dari pihak dunia industri atau asosiasi profesi yang berkompeten apabila Anda
telah menyelesaikan suatu kompetensi tertentu. Atau apabila Anda telah
menyelesaikan seluruh evaluasi dari setiap modul, maka hasil yang berupa nilai
dari instruktur atau berupa porto folio dapat dijadikan sebagai bahan verifikasi
bagi pihak industri atau asosiasi profesi. Kemudian selanjutnya hasil tersebut
dapat dijadikan sebagai penentu standard pemenuhan kompetensi tertentu dan
bila memenuhi syarat Anda berhak mendapatkan sertifikat kompetensi yang
dikeluarkan oleh dunia industri atau asosiasi profesi.
Modul BGN.GAR.002.A 94 94
DAFTAR PUSTAKA
Takeshi Sato, N Sugiarto. 1986. “Menggambar Mesin Menurut Standar ISO”.
Jakarta: PT Pradnya Paramita,
Yohannes suparyono, 1981. “Konstruksi Perspektif”. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
.....................,“Ringkasan Ilmu Bangunan Gedung bagian A“ Jakarta:
Penerbit: Erlangga.