30
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia informasi global pada era ini menunjukkan peningkatan yang sangat cepat. Keterbukaan dan perluasan pendidikan menyebabkan masyarakat membutuhkan lebih banyak fakta dan informasi (Atiyah, 2007: 34). Hal tersebut mendorong media massa untuk berkembang dengan menjaga ketersediaan informasi yang up-to-date . Pada zaman terdahulu media massa hanya terbatas pada media cetak yang kemudian berkembang pada media audio, hingga kemunculan televisi sebagai media audiovisual dan pada era 90 an muncul media baru, yakni internet yang kini semakin luas digunakan oleh masyarakat global. Seiring dengan perkembangan internet yang menjelma sebagai medium “serba bisa”, media konvensional lama seperti televisi, radio, dan surat kabar juga harus melakukan perubahan agar tidak tergerus zaman. Pasca runtuhnya rezim orde baru, semakin banyak media-media massa yang bermunculan, baik media cetak maupun elektronik mengalami lonjakan yang tajam. Data Dewan Pers tahun 2002 menyebutkan bahwa pada tahun 1994 terdapat 287 media massa yang beredar di Indonesia, kemudian menjadi 1.315 media massa pada tahun 2001 (Wibowo, 2009: 6). Hal tersebut menandakan bahwa kehadiran internet di Indonesia bukanlah akhir dari media konvensional. Meskipun begitu, jumlah media massa terus mengalami penurunan dan hingga kini tercatat sebanyak 751 media cetak dan elektronik yang tersebar dan masih digunakan oleh masyarakat Indonesia (dewanpers.or.id) 1 . Dalam banyak hal, surat kabar adalah media komunikasi massa yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan informasi. Namun perkembangan internet yang tidak pernah berhenti, surat kabar melakukan konvergensi, yakni menggabungkan berbagai berbagai media sebagai medium pembawa pesan, sehingga 1 http://www.dewanpers.or.id/page/data/perusahaan/?provinsi=Yogyakarta#focus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia informasi global pada era ini menunjukkan peningkatan

yang sangat cepat. Keterbukaan dan perluasan pendidikan menyebabkan masyarakat

membutuhkan lebih banyak fakta dan informasi (Atiyah, 2007: 34). Hal tersebut

mendorong media massa untuk berkembang dengan menjaga ketersediaan informasi

yang up-to-date. Pada zaman terdahulu media massa hanya terbatas pada media cetak

yang kemudian berkembang pada media audio, hingga kemunculan televisi sebagai

media audiovisual dan pada era 90–an muncul media baru, yakni internet yang kini

semakin luas digunakan oleh masyarakat global.

Seiring dengan perkembangan internet yang menjelma sebagai medium “serba

bisa”, media konvensional lama seperti televisi, radio, dan surat kabar juga harus

melakukan perubahan agar tidak tergerus zaman. Pasca runtuhnya rezim orde baru,

semakin banyak media-media massa yang bermunculan, baik media cetak maupun

elektronik mengalami lonjakan yang tajam. Data Dewan Pers tahun 2002

menyebutkan bahwa pada tahun 1994 terdapat 287 media massa yang beredar di

Indonesia, kemudian menjadi 1.315 media massa pada tahun 2001 (Wibowo, 2009:

6). Hal tersebut menandakan bahwa kehadiran internet di Indonesia bukanlah akhir

dari media konvensional. Meskipun begitu, jumlah media massa terus mengalami

penurunan dan hingga kini tercatat sebanyak 751 media cetak dan elektronik yang

tersebar dan masih digunakan oleh masyarakat Indonesia (dewanpers.or.id)1.

Dalam banyak hal, surat kabar adalah media komunikasi massa yang

diharapkan mampu memenuhi kebutuhan informasi. Namun perkembangan internet

yang tidak pernah berhenti, surat kabar melakukan konvergensi, yakni

menggabungkan berbagai berbagai media sebagai medium pembawa pesan, sehingga

1 http://www.dewanpers.or.id/page/data/perusahaan/?provinsi=Yogyakarta#focus

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

2

surat kabar masa kini memiliki versi cetak, versi digital, atau bahkan memilik i

website. Meskipun dalam 3 medium yang berbeda, namun informasi yang dimuat

didalamnya sama. Konvergensi adalah respons surat kabar terhadap kemajuan

teknologi. Melalui intergasi berbagai media tersebut, audience memiliki pilihan-

pilihan lebih banyak untuk mengkonsumsi berita. Pada negara -negara maju dengan

fasilitas internet yang baik, surat kabar versi cetak mulai ditinggalkan perlahan -lahan

oleh generasi mudanya. Kaum -kaum pekerja umumnya tidak memiliki waktu untuk

membeli dan membaca lembaran-lembaran surat kabar cetak. Mereka lebih suka

membeli versi elektronik dan dibaca melalui gadget mereka, atau mengunjungi

halaman web surat kabar melalui gadget mereka untuk mendapatkat informasi

terbaru, meskipun hanya sebatas preview atau ulasan sederhana sehingga penjualan

surat kabar cetak mengalami penurunan.

Perkembangan teknologi adalah sesuatu yang tidak terhindarkan, sehingga

surat kabar harus dapat hidup secara berdampingan dengan teknologi digital atau

sepenuhnya akan tergantikan. Munculnya surat kabar dalam 3 medium tersebut secara

langsung telah mengubah pola konsumsi surat kabar masyarakat. Surat kabar adalah

medium informasi yang dihadapkan pada perubahan teknologi serta demografi

pembacanya. Adanya anggapan bahwa surat kabar cetak adalah bacaan para orang tua

adalah sesuatu yang nyata pada masa ini. Di berbagai negara maju, khususnya

Amerika, surat kabar cetak dibayangi oleh permasalahan berkurangnya pembaca serta

minimnya minat remaja untuk mengkonsumsi surat kabar sebagai media penyedia

informasi (voaindonesia.com)2. Tak ubahnya di Indonesia, perilaku konsumsi

informasi remaja pada masa ini menunjukkan tendensi peralihan media informasi.

Hal tersebut tersirat dalam paparan profil pengguna internet yang diterbitkan oleh

APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) yang menyebutkan bahwa

pengguna internet dengan usia 14-21 tahun memiliki porsi sebesar 32,4% dari total

2 http://www.voaindonesia.com/content/media -di-as-kesulitan-tarik-minat-pembaca-usia-

muda/1903694.html

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

3

pengguna internet Indonesia, sebagian besar dari mereka mengakses internet untuk

mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012).

Sebuah hal yang tidak mengherankan apabila usia tersebut memiliki porsi

yang cukup besar dalam persebaran pengguna internet di Indonesia. Pasalnya, mereka

adalah generasi yang lahir era internet atau disebut dengan generasi Digital native.

Mereka terlahir kedalam dunia yang telah terhubung secara digital, penggunaan

teknologi berjalan sangat natural bagi mereka karena pada dasarnya mereka tum buh

dan berkembang bersama dengan teknologi yang memiliki berbagai kemudahan

dalam akses informasi, minim effort, praktis dan paperless. Oleh karena perilaku

tersebut, surat kabar di Indonesia juga telah menggunakan saluran-saluran lain

sebagai medium pesan mereka. Meskipun belum optimal, upaya tersebut dilakukan

untuk menjembatani media analog dan digital, karena generasi digital native inilah

yang akan menjadi konsumen surat kabar mereka di masa yang akan datang.

Pada Daerah Istimewa Yogyakarta, persaingan surat kabar di provinsi ini

sedikit banyak merefleksikan tentang apa yang terjadi pada industri surat kabar

nasional. Hingga tahun 2014, Yogyakarta memiliki 13 surat kabar yang terbit setiap

harinya meliputi 6 surat kabar berskala nasional dan 7 surat kabar berskala regional,

beberapa diantaranya dimiliki oleh korporasi berjaringan nasional dan hampir

seluruhnya memiliki 3 platform yang berbeda yakni cetak, surat kabar elek tronik dan

halaman web. Surat kabar tersebut beredar dalam wilayah DIY yang memiliki

populasi penduduk kurang lebih sebesar 425 juta. Keadaan ini berbeda jauh dengan 2

dekade lalu, saat persaingan surat kabar di Yogyakarta hanya diramaikan oleh

Kompas dan Kedaulatan Rakyat yang telah memiliki segmen pembaca masing-

masing serta penggunaan internet yang belum luas. Beberapa surat kabar telah

melakukan terobosan dengan menghadirkan rubrik dan desain-desain yang menarik

perhatian pembaca remaja, serta mengadakan event-event berbasis remaja. Ini

menandakan bahwa bisnis surat kabar juga berusaha menarik minat pembaca remaja

yang kini semakin menurun. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan Rupert

Murdoch dalam Sularto (2011: 270) bahwa media cetak akan tetap bertahan di era

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

4

digital apabila memberikan perhatian pada kepentingan kaum muda. Urgensi untuk

memikat pembaca remaja menjadi menarik untuk diamati ketika pola konsumsi

media remaja pada era digital ini seakan bergerak meninggalkan media analog

menuju ke ruang digital. Sedangkan mereka yang kini berusia 14-21 tahun adalah

calon-calon konsumen surat kabar di masa yang akan datang.

Meskipun ditengah-tengah era digital, perkembangan surat kabar di

Yogyakarta tidak terhenti, namun hal tersebut bukannya tidak me ngindikasikan suatu

permasalahan. Menurunnya jum lah pembaca generasi digital pada surat kabar telah

dialami oleh berbagai negara maju yang memiliki fasilitas internet baik. Sebuah hal

yang menarik apabila kita kembali melihat pada fakta tingginya penggunaan internet

untuk mencari informasi berdampak pada berkurangnya pembaca surat kabar cetak

pada golongan remaja. Dengan segala kemudahan dan penggunaan teknologi yang

ada pada masa kini, apakah pembaca remaja masih memiliki minat untuk

mengkonsumsi surat kabar? Bagaimanakah pola konsumsi surat kabar mereka?

Beranjak dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, penulis merasa tertarik dan perlu untuk

meneliti perilaku konsumsi surat kabar pada pembaca remaja di Yogyakarta dengan

fokus kelompok umur 14-21 tahun.

B. Rumusan Masalah

Dari jabaran pada latarbelakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah

pada penelitian ini adalah bagaimana perilaku konsumsi surat kabar pada digital

native di Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku konsum si surat kabar pada

digital native, yakni remaja di Yogyakarta pada kelompuk umur 14-21 tahun.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang bermanfaat

bagai penelitian sejenis, serta dapat memberikan kontribusi bagi

pengembangan ilmu komunikasi.

b. Meningkatkan pengetahuan yang berkaitan dengan perencanaan

serta implementasi strategi komunikasi pemasaran berdasarkan

perilaku konsumen.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan gambaran tentang karakter remaja sebagai pembaca

surat kabar.

b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan

masukan yang membangun bagi perusahaan-perusahaan surat

kabar, Sehingga kedepannya dapat membantu dalam penyusunan

dan implementasi strategi komunikasi pemasaran.

c. Memberikan prediksi perilaku konsumsi surat kabar pada masa

yang akan datang

E. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah perilaku konsumsi surat kabar pada digital native.

Penelitian ini akan melihat secara umum bagaimana digital native mengkonsumsi

surat kabar sebagai media penyedia informasi.

F. Kerangka Teori

1. Perilaku Konsumsen

Dalam melakukan penelitian tentang perilaku konsumen, hal mendasar yang

harus kita lakukan adalah mengidentifikasi konsumen secara jelas sehingga dalam

kepentingan untuk melakukan pembahasan tehadap konsep tersebut terdapat batasan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

6

batasan yang jelas. C.N Krishna Naik et.al (1999: 2) menjelaskan terminologi

konsumen secara mudah dipahami sebagai seseorang yang membeli barang dan jasa

atas pertimbangan ekonomi, pada tempat yang dianggapnya nyaman, dan untuk

memuaskan kebutuhannya. Definisi lain yang terdapat pada kamus oxford online

(oxforddictionaries.com)3 menjelaskan bahwa terminologi konsumen memiliki arti “a

person who purchase goods and service for personal use”

Secara luas, konsumen memiliki berbagai macam bentuk mulai dari anak kecil

yang membeli mainan dengan tabungannya atau sebuah korporasi yang membeli

perangkat komputer dalam jumlah besar. Mereka adalah konsumen. Namun tentunya

dengan perilaku yang saling berbeda dalam menentukan keputusan pembelian. Pada

kenyataan sehari-hari, konsumen memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya,

bagaimana mereka memandang suatu permasalahan dan memecahkannya melalui

pembelian inilah yang kemudian disebut dengan perilaku konsumen.

John C. Mowen dan Michel Minor dalam Rangkuti (2009: 91) menjelaskan

bahwa perilaku konsumen adalah sebuah studi tentang unit pembelian (buying unit)

dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi berbagai produk, jasa,

pengalaman serta ide-ide. Selain itu, M. Khan (2007: 2) juga memiliki kesamaan

dalam mendefinisikan perilaku konsumen yakni sebagai berikut: “the decision-

making process and physical activity involved in acquiring, evaluating, using and

disposing of goods and service”. Dalam pendapat kedua ahli tersebut, terlihat bahwa

kunci dari perilaku konsumen adalah adanya proses pengambilan keputusan dalam

menentukan pembelian yang melibatkan berbagai aspek pembantu guna memenuhi

kebutuhan seseorang. Hal tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan Michael R.

Solomon (2007 : 7) mengenai perilaku konsumen:

“It is the study of the processes involved when induviduals or group select,

purchase, use or dispose of product, service, idea or experiences to satisfy

needs and desires.”

3 http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/consumer?searchDictCode=all

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

7

Proses pencarian informasi mengenai produk menjadi landasan konsumen

dalam menentukan keputusan pembelian. Apakah produk tersebut telah memenuhi

kebutuhan, apakah harga yang ditawarkan sesuai dengan yang didapatkan,

bagaimanakah kualitasnya. Apakah lebih baik dengan produk kompetitor? Pertanyaan

dalam benak tersebut mungkin sering kita alami dalam keseharian, hal tersebut adalah

salah satu hal yang membantu konsumen dalam memutuskan pembelian. Dalam

proses keputusan pembelian (buying decision process) konsumen umumnya melewati

5 fase yang saling berkaitan. Secara berurutan, kelima fase tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Problem Recognition

Problem recognition (pengenalan masalah) adalah fase pertama dari buying

decision process. Pengenalan masalah akan terjadi ketika konsumen

menyadari bahwa terdapat perbedaan antara kondisi yang ia inginkan dengan

kondisi yang sebenarnya. Tahapan ini meliputi opportunity recognition dan

need recognition

b. Information Search

Setelah mengetahui permasalahan atau kebutuhan, konsumen akan m ulai

mencari informasi berkaitan dengan produk yang dapat memenuhi keinginan

atau kebutuhannya. Pencarian informasi ini terbagi dua bagian yakni internal

& external search serta deliberate & incidental search.

c. Evaluation of Alternatives

Pencarian informasi akan menghasilkan pilihan-pilihan produk sejenis yang

lainnya sebagai alternatif. Konsumen akan mengevaluasi pilihan -pilihan

tersebut berdasarkan kriteria-kriteria yang ia inginkan. Evaluasi tersebut

melalui 2 cara yakni objektif yang meliputi fungsi serta kegunaan produk,

serta subjektif yang meliputi gaya dan style produk yang dianggapnya

penting.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

8

d. Purchase

Konsumen yang telah mencapai fase pembelian berarti te lah menentukan

produk mana yang akan ia gunakan berdasarkan fase evaluasi. Pada tahap

pembelian, konsumen juga memungkinkan untuk mengganti produk yang

diinginkan dengan alternatif la in apabila produk yang diinginkan tidak

tersedia.

e. Post Purchase Evaluation

Setelah pembelian, konsumen akan mengevaluasi produk tersebut, apakah

telah sesuai dengan ekspektasi dan memenuhi kebutuhannya. Evaluasi

melibatkan berbagai kriteria yang berujung pada pernyataan puas dan tidak

puas yang selanjutnya menyebabkan reaksi konsumen seperti komplain dan

pembelian ulang. (Solomon, 2007: 305) (Pride & Farrel, 2010: 195).

Setiap proses tersebut tidak selalu menghasilkan keputusan membeli produk. bisa

jadi konsumen berhenti pada fase tertentu, melewati fase-fase tertentu, atau bahkan

membalik proses pengambilan keputusan. Hal tesebut sangat tergantung pada produk

yang akan dibeli (Michman & Edward, 2003: 42). Sehingga, kelima fase tersebut

tidak saling mempengaruhi satu sama lain.

2. Remaja

Istilah “remaja” (Adolescence) berasal dari bahasa latin “Adolescere” yang

memiliki makna “tumbuh” atau tumbuh kearah kematangan. Selain secara fisik,

kematangan yang dimaksud adalah kematangan sosial-psikologis (Sarwono, 1989: 8).

Adolescence adalah suatu periode perkembangan manusia , sebuah fase trasnsisi dari

masa kanak-kanak (childhood) ke masa dewasa (adulthood) yang meliputi perubahan

fisik, dan psikologis (Merriam-Webster Dictionary)4. Dalam pemahaman konseptual

mengenai remaja sangat tergantung dari perspektif keilmuan yang digunakan, seperti

4 http://www.merriam -webster.com/dictionary/adolescence

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

9

psikologi, biologi, sosiologi, dan antropologi. Namun dari seluruh perspektif

keilmuan tersebut menyatakan bahwa secara umum masa remaja adalah masa transisi

dari anak-anak ke masa dewasa, yang sejatinya memiliki fungsi sebagai masa

persiapan anak untuk menjalankan peran orang dewasa di kemudian hari (Larson &

Wilson, 2004), sehingga didalam fase ini akan terdapat berbagai transisi seperti

pendidikan, pekerjaan, serta kepelatihan untuk menjalani hidup pada sebuah profesi

di masa mendatang (Coleman, 1998: 593)

Lerner & Steinberg (2004) dalam buku berjudul Handbook of Adolescence

Psycology mengemukakan bahwa masa remaja pada dasarnya adalah waktu gangguan

dan kebingungan psikologis seseorang. Kebanyakan ilmuan hingga dekade 60-an

hanya berfokus pada penggambaran pola perilaku remaja namun mengabaikan aspek -

aspek lain yang mempengaruhinya seperti hubungan pertemanan, peer group, dan

pengaruh budaya. Masa remaja adalah masa dimana seseorang berintegras i dengan

masyarakat dewasa, meskipun secara morfologis mereka masih seperti anak-anak

namun secara psikologis mereka tidak lagi merasa dibawah tingkatan orang-orang

yang lebih tua, namun dalam tingkatan yang setara. (Piaget, 1969).

Masyarakat secara luas memahami bahwa remaja adalah masa pencarian jati

diri. Menurut Carlson & Heth (2010), hal ini dikarenakan egosentris pada masa

remaja membentuk keinginan untuk merasa penting, diakui, dan diunggulkan dalam

peer group mereka, dan juga menyukai penerimaan sosial a tas perilaku mereka.

Steinberg (2011: 259) mendeskripsikan hal tersebut sebagai identity development.

Sehingga pada masa tersebut secara bersamaan mereka mampu memahami keinginan

lingkungan sosial sekitar atas dirinya sekaligus menginginkan kebebasan,

kemandirian, dan otonomi. Hal inilah yang mendorong mereka unuk membentuk

kebudayaan tersendiri, yang dikenal dengan istilah “youth culture” (Coleman, dalam

Sarwono, 1989: 38).

Pembagian fase perkembangan manusia tersebut bukanlah sesuatu yang pasti,

namun hanya sebatas pendapat ahli-ahli ilmu psikologi yang berdasarkan pada 3

aspek, yakni perkembangan fisik, seksual, maupun psiko-sosial (Monks, 1985: 221).

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

10

Kenyaataannya, terdapat beragam variasi atas 3 aspek perkembangan tersebut dan

juga tidak adanya batasan yang jelas antara satu fase dengan lainnya. sehingga sampai

saat ini tidak ada konsensus dalam mendefinisikan remaja, baik pada karakteristik

jenis kelamin, kemampuan kognitif, kriteria sosial dan umur.

Mengenai istilah remaja (adolescence) terdapat berbagai definisi menurut para

ahli di bidang ilmu psikologi. Menurut Soetjiningsih (2004) Masa remaja merupakan

masa peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya kematangan

seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yakni masa

menjelang dewasa muda. Pada tahun 1974, World Health Organization (WHO)

memberikan definisi terperinci mengenai remaja dengan sifat konseptual. Dalam

paparannya tersebut, WHO mengungkapkan 3 kriteria yakni biologis, psikologis, dan

sosial ekonom i (Muangman, 1980: 9) Definisi tersebut terus mengalami

perkembangan pada tahun-tahun berikutnya seiring perkembangan lingkungan

remaja. Berangkat dari hal tersebut, WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai

batasan usia remaja (Wirawan, 1989: 9).

Selain definisi yang telah dipaparkan diatas, berbagai ahli dalam ilmu

psikologi juga memiliki pendapat tersendiri dalam hal batasan usia remaja. Hurlock

(1981) menyatakan bahwa remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun.

Monks et.al. (2000) memberikan batasan usia untuk remaja adalah 12-21 tahun.

Sedangkan Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) menyatakan bahwa remaja adalah

mereka yang sedang berada dalam rentang usia 12-23 tahun. Berdasarakan batasan-

batasan usia yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, dapat kita lihat bahwa

umumnya masa remaja dimulai pada usia 12 tahun namun berakhir pada usia yang

bervariasi. Perbedaan awal dan akhir masa adolescence ini disebabkan tahap

perkembangan manusia memiliki rentang waktu yang berbeda-berbeda antara satu

individu dengan lainnya, seseorang mungkin membutuhkan waktu yang lama untuk

beranjak dari masa adolescence ke adulthood, sedangkankan lainnya membutuhkan

waktu yang lebih singkat. Namun kebanyakan peneliti ilmu psikologi menyatakan

bahwa masa adolescence dapat berlangsung setidaknya 10 tahun (Steinberg, 2011: 6).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

11

Meskipun begitu, demi mendapatkan batasan penelitian yang jelas, penulis

menggunakan definisi S teinberg (2011: 5) yang menjelaskan bahwa: “adolescence

begins around age 10 and ending in the early 20s” dan membaginya kedalam 3

tahap, yang berdasar pada tingkat pendidikan. Selain Steinberg, Sarwono (1989: 24)

juga menjelaskan 3 tahapan adolescence yang serupa, namun dilengkapi penjelasan

dengan pendekatan sosiologis, yakni sebagai berikut:

a. Early Adolescence

Usia 10-13 tahun yang pada umumnya menempuh pendidikan menengah

pertama (SMP). Pada tahapan ini remaja masih dalam dalam tahap

penjajakan sehingga masih terheran-heran akan perubahan yang terjadi

pada dirinya sendiri. Mereka mampu mengembangkan pikiran-pikiran

baru dan berkurangya kendali a tas “ego” nya sendiri membuat para remaja

awal ini sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa.

b. Middle Adolescence

Usia 14-17 tahun yang pada umumnya menempuh pendidikan menengah

atas (SMA). Pada tahapan ini remaja sangat membutuhkan kawan. Mereka

senang jika memiliki banyak kawan. Sehingga pada fase ini seringkali

terdapat kelompok-kelompok remaja. Perilaku tersebut adalah bagian dari

upaya sosialisasi mereka.

c. Late Adolescence

Usia 18-21 tahun yang telah menyelesaikan pendidikan menengah atas

atau umumnya sedang menempuh pendidikan pada perguruan tinggi.

Tahapan ini adalah masa konsolidasi menuju periode remaja (adulthood)

yang umumnya ditandai dengan 5 hal yaitu: semakin berminat terhadap

fungsi-fungsi intelek, keinginan untuk mencari pengalaman-pengalaman

baru, mampu mengendalikan ego, serta tumbuhnya self barrier, antara

kehidupan pribadi (private life) dan kehidupan sosial (social life).

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

12

Dalam penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa adolescence tidak

hanya sebatas perubahan morfologi maupun fungsi-fungsi fisik dari seseorang atau

sebuah kelom pok umur tertentu. Namun juga terkait pada perubahan sosiologis dan

psikologis, yakni ketika seorang anak (childhood) menginginkan kebebasan, tidak

lagi merasa tertekan oleh orang dewasa, serta menginginkan peran-peran orang

dewasa (adulthood). Pada akhirnya, masa remaja dim ulai dari kematangan fisik

individu, desakan dari lingkungan sosialnya, serta motivasi individu itu sendiri

(Jensen, 1895: 12).

3. Digital native

Pada dekade ini, remaja dan media adalah dua hal yang sangat sulit untuk

dipisahkan. Sebuah penelitian mengenai remaja dan media pada 2009 di Los Angeles

meminta siswa kelas 10 untuk tidak menggunakan media apapun selama satu minggu.

Hanya beberapa dari mereka yang dapat melewatinya, sebagian besar menyerah

sebelum tenggat waktu yang ditentukan. Meskipun beberapa diantara siswa dapat

melewatinya, namun mereka juga tidak sabar untuk kembali pada ipod, televisi dan

internet (Lopez, 2009 dalam Steinberg, 2011). Studi lain menyebutkan bahwa remaja

di Amerika menghabiskan hingga setengah dari waktu bangunnya un tuk

mengkonsumsi media (Brown, Steele & Walsh-Childers, 2002). Berdasarkan dua

studi tersebut, seakan-akan media disekitar remaja memberi efek aditif, membuat

remaja-remaja masa kini tidak bisa lepas tanpa media.

Keadaan remaja yang tidak dapat dipisahkan dari media ini banyak

dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang semakin pesat, terlebih pada era

2000an, ketika teknologi portabel dan nirkabel mulai dikembangkan secara besar-

besaran. Televisi dan handphone diproduksi secara besar-besaran dan terjangkau.

Begitu juga dengan akses internet yang semakin mudah didapatkan. Pada tahun 2000-

an, hampir setiap rumah memiliki televisi. Kemudian pada masa kini, banyak rum ah-

rumah telah memiliki akses internet, atau setidaknya seseorang dapat menggunakan

internet di ruang-ruang publik, tempat kerja maupun institusi pendidikan. Seakan-

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

13

akan semua informasi telah terintegrasi dan bisa dengan mudah didapatkan dari mana

saja dan kapan saja dengan internet. Apabila kita membandingkan dengan remaja

pada periode silam, akan didapati perilaku konsumsi media yang berbeda.

Remaja yang hidup pada masa penelitian ini dilakukan (2014) adalah mereka -

mereka yang terlahir antara tahun 1993-2003. Don Tapscott (2009: 16) membagi

kehidupan manusia dalam 4 generasi berikut: The Baby Boom Generation (lahir dari

Januari 1946 – Desember 1964), Generation X (lahir dari Januari 1965 – Desember

1976), The Net Generation (lahir dari Januari 1977 – Desember 1997), Generation

Next (lahir dari Januari 1998 – sekarang). Setiap generasi memiliki karakter konsumsi

media yang berbeda, utamanya hal ini disebabkan oleh perkembangan dan

ketersediaan teknologi di sekitar mereka. Masa remaja pada generasi Baby Boom

lebih familiar dengan surat kabar dan radio, sebagian dari mereka melakukan migrasi

media seperti pada masa remaja Generation X yang lebih familiar dengan televisi

meskipun tidak meninggalkan media yang sebelumnya . Kemunculan teknologi baru

ini secara langsung mengakibatkan perubahan pola konsumsi media. Masa remaja

The Net Generation sangat familiar dengan “Internet” sebagai media yang tengah

berkembang pada akhir masa itu. Oleh karenanya, Net Generation umumnya adalah

generasi yang melakukan migrasi media yang sebelumnya sangat dekat dengan

televisi hingga mengkonsumsi internet. Ketika sebagian remaja pada Net Generation

memerlukan penyesuaian dengan internet, Generation Next telah hidup dengan

internet sejak mereka dilahirkan, sehingga penggunaan internet pada Generation Next

adalah sesuatu yang wajar (Tapscott, 2009)

Konsep Net generation dan Generation Next yang diungkapkan Tapscott

tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan Marc Prensky (2001) mengenai

Digital native dan Digital Immigrant. Digital native adalah generasi yang lahir pada

era digital dan mengisi kehidupannya dengan penggunaan komputer, video game, alat

pemutar musik digital, kamera digital, dan handphone. Bagi digital native,

lingkungan disekitar mereka telah dipenuhi dengan teknologi seperti itu sehingga

penggunaan terhadap hal tersebut bukanlah sesuatu yang baru. Sedangkan Digital

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

14

Immigrant adalah mereka yang lahir sebelum era digital, akan tetapi mengadopsi

teknologi digital tersebut. John Palfrey dan Urs Gasser (2008: 3) menyebutkan bahwa

secara global, digital native dimulai sejak era 1980–an ketika email telah dapat

digunakan di kalangan masyarakat, dan penggunaannya semakin meluas ketika pada

era 1990–an World Wide Web dilincurkan untuk pertamakali. Namun apa yang

dikemukakan oleh Palfrey dan Gasser tersebut tidak dapat dijadikan acuan karena hal

tersebut akan jauh berbeda apabila kita melihat pada keadaan negara-negara dengan

perkembangan teknologi yang tidak pesat. Di Indonesia sendiri, perkembangan

internet baru dimulai pada tahun 1990-an, (Yuhefiza, 2000: 6) terpaut 10 tahun dari

perkembangan global yang dikemukakan oleh Palfrey dan Gesser. Secara langsung,

hal tersebut mempengaruhi kem unculan generasi digital native di Indonesia.

Sehingga dengan pemahaman tersebut, secara kronologis kemunculan digital native

di Indonesia baru dimulai pada era 1990-an. Artinya, seluruh remaja yang menjadi

subyek dalam penelitian ini adalah digital native, yang tentunya memiliki pola

konsumsi media tersendiri apabila dibandingkan dengan digital immigrant.

Pola konsumsi media yang terjadi pada generasi remaja saat ini adalah hasil

dari akumulasi perkembangan teknologi yang muncul pada masa sebelum mereka

dilahirkan. Ketersediaan media di lingkungan remaja masa kini sangat tinggi,

Steinberg (2011: 231) mengemukakan bahwa remaja tidak lagi hidup dalam

lingkungan yang kaya akan media (media-rich) akan tetapi setiap aspek kehidupan

mereka telah diwarnai oleh media (media-saturated). Hal ini didasari pada 3 fakta

yakni; pertama, hampir setiap rumah memiliki televisi dan kebanyakan remaja telah

menggunakan internet baik dirumah maupun di sekolah. Kedua, rata -rata remaja

menghabiskan 6 jam waktunya untuk mengkonsumsi satu media atau lebih, beberapa

diataranya mempraktekkan multi-tasking yakni dengan mengkonsumsinya secara

bersamaan, apabila hal ini diakumulasikan akan didapati bahwa remaja

mengkonsumsi media hingga 9 jam perhari. Ketiga, terdapat lonjakan jumlah

perbandingan waktu yang dihabiskan remaja untuk menggunakan komputer dan

media lain dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Komputer dan internet

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

15

adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Komputer adalah sarana utama untuk

mengakses internet, kini dalam perkembangannya telah muncul tablet komputer

maupun smartphone dengan ukuran yang jauh lebih kecil yang semakin memudahkan

akses penggunanya kepada internet.

Lonjakan perbandingan waktu tersebut disebabkan karena generasi digital

native lebih sedikit menonton televisi dibandingkan dengan digital immigrant, namun

tentu saja mereka lebih banyak menghabiskan waktunya pada internet (Tapscott,

2011: 42). Saat ini internet mendominasi dalam kehidupan sehari-hari remaja.

Mereka menjadikan internet sebagai sumber informasi utama tentang dunia dan

pergaulan sekitar, bukan lagi surat kabar, radio, bahkan televisi.

Ahli psikologi perkembangan, Elizabeth Hurlock menjelaskan bahwa remaja

mempunyai karakteristik suka mengeksplorasi hal-hal baru dan mencari tahu segala

informasi, menginginkan sesuatu yang menyenangkan dan menjadi bagian dari

kegiatan rekreasi mereka (Hurlock, 2004), Sehingga internet adalah tempat yang

dianggap tepat untuk memenuhi hal tersebut. Selain itu, karena kebanyakan remaja

sedang menempuh pendidikan, sekolah juga mendorong penggunaan internet secara

besar-besaran di kalangan remaja dengan mengajarkan remaja untuk peka dan

mengikuti perkembangan dunia, sehingga internet menjadi saluran utama dalam

upaya remaja untuk mencari informasi karena cepat, mudah dan dapat dilakukan di

mana saja dengan teknologi porta bel dan nirkabel yang tersedia hampir di seluruh

dunia pada saat ini.

Di Indonesia menurut Menkominfo Tifatul Sembiring dalam kuliah umum di

Universitas Gadjah Mada (8/3/2014) hingga tahun 2014 terdapat 270 juta pengg una

ponsel (ugm.ac.id)5. Artinya, hampir setiap orang di negeri ini memiliki ponsel,

termasuk para remaja. APJII dalam Profil Internet Indonesia 2012, menyebutkan

bahwa wabah smartphone telah menggeser cara akses internet masyarakat. Pada masa

kini, mayoritas pengguna internet mengakses internet dari mobile device (perangkat

5 http://ugm.ac.id/id/berita/8776-menkominfo%3A.270.juta.pengguna.ponsel.di.indonesia

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

16

bergerak) mereka, hingga mencapai angka 65,7%. Dalam mencari informasi, situs

yang paling sering dikunjungi adalah yahoo, google, detik.com, youtube,

kompas.com, okezone.com, dan vivanews.

Tingginya penggunaan internet dalam pencarian informasi ini sedikit banyak

berimplikasi pada minat baca remaja pada media cetak. Padahal, media cetak

memiliki kedalaman informasi yang jauh lebih baik dari pada Internet. Kemerosotan

minat baca remaja ini te lah dirasakan oleh beberapa penerbit surat kabar

(riaupos.co)6, Bahkan VOA Indonesia mengabarkan bahwa berbagai surat kabar di

Amerika telah kehilangan pembaca-pembacanya, sedangkan pembaca muda mencari

berita lewat internet. Lebih jauh, remaja cenderung mencari berita dalam bentuk yang

singkat, mereka tidak meyukai tulisan dengan format panjang , namun konten serius

dapat merebut hati mereka (voa.indonesia.com)7. Hal tersebut serupa dengan yang

termuat dalam situs BBC bahwa generasi muda tidak lagi menggunakan surat kabar

sebagai saluran utama dalam sumber informasi, melainkan internet.

(bbc.co.uk/indonesia)8

4. Industri Surat Kabar di Era Digital

Surat Kabar atau yang dalam bahasa Inggris disebut dengan Newspaper,

terdefinisi dalam Oxford Dictionaries sebagai “a printed publication (usually issued

daily or weekly) consisting of folded unstapled sheets and containing news, articles,

advertisements and correspondence” (oxforddictionaries.com)9. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, surat kabar terdefinisi sebagai “lembaran -lembaran kertas

bertulisakan berita dan sebagainya” , di Indonesia, surat kabar juga bisa disebut

dengan istilah “koran” yang memiliki definisi serupa yakni “lembaran( -lembaran)

kertas bertulisakan kabar (berita) dsb, terbagi dalam kolom -kolom (8-9 kolom), terbit

6 http://www.riaupos.co/36574-berita-pembaca-muda-tentukan-nasib-koran.html#.U-NBI_mSySo

7 http://www.voaindonesia.com/content/media -di-as-kesulitan-tarik-minat-pembaca-usia-

muda/1903694.html 8 http://www.bbc.co.uk/indonesia/laporan_khusus/2010/03/100312_mediainternet.shtml

9 http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/newspaper

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

17

setiap hari a tau secara berkala” (Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam

http://kbbi.web.id)10

.

Surat kabar adalah media massa tertua di dunia, terlahir pada abad ke-17

sebagai buah dari ditemukannya mesin cetak oleh Johann Gutenberg pada tahun 1450

(Briggs & Burke, 2006: 21). Sebelum penemuan tersebut, telah muncul lembaran -

lembaran berisi berita-berita namun dengan kuantitas yang sangat kecil dan lingkup

peredaran yang sangat sempit, hal ini dikarenakan lembar -lembar tersebut masih

ditulis menggunakan tangan, sehingga memiliki berbagai keterbatasan. Sejak

penemuan mesin cetak Gutenberg tersebut, berbagai inovasi terhadap mesin tersebut

telah dilakukan banyak orang, terlebih pasca kemunculan mesin uap guna

mengoptimalkan produksi surat kabar (Briggs & Burke, 2006: 27). Selama lebih dari

300 tahun surat kabar beredar di dunia, surat kabar terus mengala mi perkembangan

dari segi teknologi pendukung, organisasi yang melatarbelakanginya, maupun konten

surat kabar itu sendiri. Perkembangan tersebut, menurut Conrad Fink (1988: 278)

mengubah surat kabar menjadi bisnis padat modal yang berarti aspek finansial akan

menjadi pertim bangan penting.

Surat kabar melayani masyarakat dengan menjual komoditi yang berupa

informasi, sehingga membedakan dengan industri lainnya. M edia massa adalah

industri yang unik, berkaitan erat dengan gagasan-gagasan, informasi, dan tradisi,

dimana media massa memberikan informasi kepada audience, menghibur mereka,

dan memberi pengaruh kepada audience tentang cara pandangnya terhadap sebuah

isu (Croteau & Hoynes, 2001: 1). Sebuah produk yang melewati rangkaian proses

produksi, proses pemasaran, dan proses finansial, senantiasa penuh perhitungan

sehingga sosok surat kabar sebagai industri pun terlihat dengan jelas pada era ini

(Oetama, 2001: 314).

Liberasi surat kabar yang terjadi pada masa kini secara otomatis akan

menciptakan situasi kompetisi antar surat kabar dalam menyajikan produknya sebaik

10

http://kbbi.web.id/surat%20kabar

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

18

mungkin kepada khalayak. Sehingga adanya kompetisi antar surat kabar ini akan

membuat produk surat kabar semakin membaik pada segala aspeknya dari waktu ke

waktu (Sudibyo, 2001: 14). Hal tersebut dapat kita rasakan apabila kita melihat surat

kabar masa kini dengan desain yang lebih menarik serta munculnya lini surat kabar

elektronik dan halaman web. Umumnya, kegiatan yang terjadi pada lembaga surat

kabar tidak pernah berubah sejak dahulu, mekanisme pencarian dan pengumpulan

informasi, mengolahnya menjadi berita, kemudian mencetaknya diatas lembar -lembar

kertas telah dilakukan sejak dahulu, namun pada 2 dekade terakhir kegiatan tersebut

mengalami pergeseran sedikit demi sedikit karena kemunculan Internet

Pada awal kemunculan internet di Amerika di awal era 70-an, telah muncul

bentuk pertama dari surat kabar elektronik atau yang kini dikenal luas dengan istilah

e-paper. Bentuk pertama dari surat kabar online tersebut masih menyerupai telegraf

elektonik yang dikirimkan kepada pembaca, namun semenjak World Wide Web

diluncurkan pada awal 90-an, surat kabar online telah berbasis web (Greer &

Mensing, 2006: 13). Surat kabar elektronik merupakan inovasi yang dilakukan oleh

perusahaan dengan mengadaptasi fungsi-fungsi internet. Melalui surat kabar online,

jurnalis, web designer, dan programmer komputer dapat mengaplikasikan berbagai

format dan konten ketimbang surat kabar cetak yang statis dan minim perubahan

(Greer & Mensing, 2006: 14).

Perkembangan surat kabar yang semakin menarik tersebut sedikit

mengkhawatirkan penerbit surat kabar cetak, karena terjadi kekhawatiran bila edisi

cetakan tidak laku dipasaran dan pembaca lebih memilih surat kabar online (Garrison,

2005: 3). Kekhawatiran tersebut cukup wajar mengingat pada masa lampau, Laswell

(1948) telah memprediksi terjadinya substitusi media ketika kemunculan media

televisi ditengah-tengah era emas radio, selain itu Lin et.al. (2005: 239) menyatakan

bahwa pengguna internet telah mengurangi jam menonton televisi mereka.

Untuk menghindari hal tersebut, surat kabar melakukan apa yang disebut

dengan konvergensi, yang merujuk pada perkembangan teknologi digital yakni

bersatunya media dan telekomunikasi (Brigss & Burke, 2006: 326). Konvergensi

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

19

secara mudah dipahami sebagai upaya surat kabar untuk memperluas lini distribusi

informasi dengan cara penggunaan saluran-saluran lainnya yang mengarah kepada

digitalisasi dan internet sebagai saluran dengan potensi yang hampir tak terbatas.

Secara langsung, penambahan lini distribusi informasi tersebut memberikan efek

yang baik bagi kegiatan jurnalisme dan surat kabar itu sendiri. Surat kabar dapat

kembali fokus pada jurnalisme itu sendiri untuk menginformasi khalayak dengan

saluran terbaik, tapi saat ini ada banyak saluran yang baik m isalnya televisi, radio,

atau internet. sehingga, cara yang terbaik adalah dengan berbagai cara (K olodzy,

2006 dalam Hill & Lashmar, 2014: 11). Robert Peston, BBC Bussiness Editor dalam

Edinburg International Television Festival 2009, mengungkapkan bahwa d engan

adanya integrasi berbagai media informasi tersebut, membuat bahwa hampir tidak

adanya batasan antara versi cetak, audiovisual, maupun online news. Perilaku

konsumen berita masa kini tidak mempedulikan dari mana berita tersebut berasal,

apakah dari edisi ceta k atau online asalkan mereka mendapatkan informasi yang

mereka inginkan. Digitalisasi te lah melahirkan berbagai platform media yang

mempengaruhi dan mengubah pasar surat kabar cetak (Berte & De Bens, 2009: 65).

Hampir 90% surat kabar di Amerika aktif menggunakan teknologi online dan

membuat situs online demi memperluas pangsa pasar sejak 1999 (Garrison, 2000).

Hingga saat ini, beberapa media-media cetak di negara maju sudah mampu

menggantungkan keberlangsungan hidupnya melalui internet. Mereka memiliki versi

surat kabar versi elektronik yang berbayar atau bahkan memilih untuk tidak

memproduksi versi cetak dan hanya terbit dalam versi elektronik. Fenomena serupa

terjadi secara endemik di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia meskipun belum

mampu dimanfaatkan secara optimal.

Di Indonesia, keberadaan surat kabar dalam platform elektronik (e-paper) dan

halaman web adalah sebagai komplementer yang mengiringi platform cetak.

Kebanyakan surat kabar di Indonesia menerbitkan e-paper secara cuma-cuma yang

terbit pada tengah hari, meskipun beberapa diantaranya telah mene rbitkan e-paper

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

20

berbayar. Hal lain yang dilakukan adalah mempromosikan halaman web pada

platform cetak maupun e-paper.

G. Kerangka Konsep

Penelitian ini berada pada wilayah perilaku konsumsi yang berhubungan

dengan pengambilan keputusan konsumen dalam mengkonsumsi produk barang

maupun jasa. Perilaku remaja masa kini yang merupakan Digital native dalam

mengkonsumsi informasi melalui berbagai media disekitarnya menarik perhatian

peneliti untuk melakukan penelitian mengenai perilaku konsum si surat kabar pada

pembaca remaja dalam kategori middle adolescence dan late adolescence , yakni

mereka yang berusia 14-21 tahun di Yogyakarta. Penelitian deskriptif ini meliputi

platform yang dipilih serta alasan yang mendasari konsumsi baik yang berasal dari

diri mereka sendiri maupun dari produk surat kabar tersebut.

Digital native memiliki pola konsumsi informasi yang jauh berbeda dengan

generasi terdahulu. Mereka sangat dekat dengan penggunaan teknologi digital yang

serba mudah dan terintegrasi (Prensky, 2001). Selain itu, minat membaca teks-teks

tercetak terbilang cukup rendah pada generasi ini. Sehingga tidak mengherankan

apabila surat kabar sebagai salah satu media penyedia informasi cetak terus

mengalami penuruan pembaca, khususnya pembaca-pembaca muda. Meski demikian,

industri surat kabar tidak serta merta mengalami degradasi. Mereka mengembangkan

platform baru dengan pemanfaatan teknologi intenet, sehingga terdapatlah surat kabar

dalam 3 platform yakni cetak, elektronik, serta halaman web.

Motif pengambilan keputusan untuk mengkonsum si surat kabar melalui ketiga

platform tersebut didasari oleh berbagai aspek penilaian konsumen sebagai bagian

dari konsep pengambilan keputusan. Dalam penelitian deskriptif ini, penulis tidak

melakukan pembuktian adanya hubungan kausalitas dan korelasi antara berbagai

aspek tersebut dengan perilaku konsumsi surat kabar. Peneliti menggunakan konsep

Consumer‟s Buying Decision Process yang telah disesuaikan dengan tujuan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

21

penelitian untuk memetakan permasalahan dalam penelitian ini. Se lengkapnya dalam

tabel berikut.

Consumer’s Buying Decision Process

Tabel 1.1 : Consumer‟s Buying Decision Process

Sumber : Consumer Behavior, Michael R. Solomon (2007)

Melalui konsep consumer‟s buying decision process ini,dapat kita pahami

bahwa terdapat 4 aspek yang mendasari keputusan pemilihan produk. A spek-aspek

tersebut selanjutnya menjadi variabel penelitian yang memiliki berbagai dimensi,

yakni tipe-tipe pengenalan masalah pada variabel problem recognition, asal informasi

pada information search, jenis evaluasi yang digunakan pada evaluation of

alternatives, serta berkhir pada penentuan platform surat kabar pada product choice.

Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yakni perilaku konsumsi (X),

yang diturunkan pada 4 variabel turunan yakni problem recognition (X1), information

search (X2), evaluation of alternative (X3) serta product choice (X4) yang merupakan

keputusan konsumen dalam memilih 3 platform surat kabar. Untuk memahami

variabel-variabel dari konsep diatas, peneliti telah menurunkannya kedalam bentuk

operasionalisasi konsep pada tabel di bawah ini:

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

22

Tabel 1.2

Operasionalisasi Konsep

Konsep Variable Dimensi Item Skala

Consumer‟s

Buying

Decision

Process

Problem

Recognition

Need

recognition

Kebutuhan akan informasi

Kebutuhan untuk membaca surat kabar /

mengunjungi situs surat kabar likert

Opportunity

recognition

Keinginan untuk mendapatkan informasi

Keinginan untuk membaca surat kabar /

mengunjungi situs surat kabar

Information

Search

Internal Pengalaman pribadi

likert External

Rekomendasi orang lain

Iklan

Event

Evaluation of

Alternatives

Objective Desain

Fitur likert

Subjective Kualitas informasi

Style surat kabar

Product Choice

Cetak Berlangganan

Membeli secara lepas

Hanya membaca

Mengunjungi situs-situs surat kabar

likert Elektronik

Halaman Web

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

23

H. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah cara untuk menyatakan seperangkat petunjuk atau

kriteria yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatiny a

dengan memiliki rujukanrujukan yang empiris (S ilalahi, 2010 : 120). Bagi peneliti,

definisi operasional variabel berfungsi untuk memperjelas data yang akan dicari dan

membantu orang lain mengerti maksud konsep yang akan peneliti gunakan dalam

penelitian ini. Dalam penelitian ini terdapat variabel tunggal yang diturunkan dalam 4

variabel turunan.

1. Variabel Problem Recognition

Variabel problem recognition (X1) dengan dimensi need & opportunity

recognition, diukur menggunakan indikator:

- kebutuhan informasi

- kebutuhan untuk membaca surat kabar / mengunjungi situs surat kabar

- keinginan untuk mendapatkan informasi

- keinginan untuk membaca surat kabar / situs surat kabar

2. Variabel Information Search

Variabel information search (X2) diturunkan kedalam dimensi internal

dan external search, diukur menggunakan indikator:

diukur menggunakan indikator:

- Pengalaman pribadi

- Rekomendasi orang lain

- Iklan surat kabar

- event surat kabar

3. Variabel evaluation of alternatives

Variabel evaluation of alternatives (X3) diturunkan kedalam dimensi

objective dan subjective, diukur menggunakan indikator:

- Desain surat kabar/situs surat kabar

- Fitur surat kabar/situs surat kabar

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

24

- Kualitas informasi

- Style surat kabar

4. Variable Product Choice

Variabel product choice (X4) dengan dimensi platform surat kabar yang

terdisi atas cetak, elektronik dan halaman web yang diukur menggunakan

indikator:

- berlangganan

- membeli secara lepas

- hanya membaca

- mengunjungi situs surat kabar

I. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perilaku konsumsi

surat kabar pada remaja. Oleh karena itu, penelitian ini harus dapat

menjangkau remaja baik yang hanya membaca maupun, melakukan

pembelian, maupun mengunjungi halaman web surat kabar. Hal ini dilakukan

agar data-data yang luas dapat digeneralisasi berdasarkan perilaku konsumen,

sehingga data yang didapatkan akan lebih mudah ditafsirkan dan akurat

sebagaimana kondisi yang sebenarnya. Dalam proses generalisasi tersebut,

penulis akan melakukan penelitian kuantitatif.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Metode

survey adalah bentuk pengumpulan data yang menggunakan kuisioner yang

disebarkan pada sekelom pok orang (West & Turner, 2008: 79). Metode ini

digunakan sebagai teknik untuk menggambarkan karakteristik atas dasar

variabel-variabel yang telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan kasus yang

diteliti berdasarkan dengan respon yang diberikan oleh responden. Dengan

adanya respon tersebut, penulis dapat menarik kesimpulan mengenai

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

25

karakteristik-karakteristik dari sebuah populasi yang diwakili oleh responden,

khususnya berkenaan dengan sikap, tingkah laku, serta aspek-aspek sosial lain

yang mempengaruhi perilakunya.

Penelitian ini bertipe deskriptif, yaitu suatu jenis penelitian yang

berusaha menjelaskan melalui gambaran-gambaran tentang suatu gejala,

peristiwa atau kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Budiarto (2004: 28)

menjelaskan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian sederhana

berupa sampling survey dan merupakan penelitian nonexperimental. Oleh

karenanya penelitian ini tidak membutuhkan kelompok kontrol dan hipothesis

yang spesifik. Tipe penelitian ini digunakan karena penulis ingin menjelaskan

lebih lanjut mengenai pola perilaku konsumsi surat kabar pada remaja di

Yogyakarta.

2. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, populasi akan dibatasi khusus pada remaja pada

kelompok umur 14-21 tahun di Yogyakarta, baik yang sedang menempuh

pendidikan pada jenjang SMP (atau yang setara), SMA (atau yang setara),

tingkat Diploma, Strata 1 ataupun tidak. Pemilihan lokasi penelitian ini

didasarkan pada alasan bahwa Yogyakarta adalah kota pelajar, memiliki

berbagai institusi pendidikan, memiliki kesadaran akan pentingnya

pendidikan, sehingga memiliki kebutuhan akan informasi yang tinggi. Dari

segi industri surat kabar, terjadi pertum buhan yang drastis dan semakin

heterogen. Selain itu, Yogyakarta dapat dikatakan sebagai miniatur Indonesia

karena didalamnya dapat kita lihat keberagaman demografi, baik secara

kesukuan, ras, dan agama maupun status ekonomi sosial.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

26

3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kumpulan dari keseluruhan pengukuran, objek, atau

individu yang sedang dikaji (Harinaldi, 2005 : 2), secara mudah dapat

dipahami sebagai kesuluruhan objek yang akan diteliti. Dalam penelitian

ini, populasi yang digunakan adalah remaja di Yogyakarta pada umumnya

dalam kategori middle dan late adolescence. Yakni dengan rentang usia

14-21 tahun. Kategori tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa

middle dan late adolescence telah mampu memanfaatkan media-media

secara optimal untuk mendapatkan informasi. Berikut adalah tabel yang

memuat jumlah penduduk remaja dengan usia 10-17 tahun di Yogyakarta

yang berasal dari survey penduduk BPS tahun 2010. Karena survey

tersebut dilakukan pada tahun 2010, maka dengan asumsi tidak adanya

perubahan demografi, penulis menganggap kelompok usia tersebut telah

mencapai usia 14-21 tahun pada tahun 2014.

Tabel 1.3

Jumlah Penduduk Usia Remaja Yogyakarta

Usia Persentase Usia Persentase

10 12,98% 14 12,64%

11 11,24% 15 12,97%

12 12,09% 16 12,82%

13 12,63% 17 12,62%

Jumlah 410.210

Sumber: sp.2010.bps.go.id

Sampel adalah sebagian atau subset (himpunan bagian) dari suatu

populasi (Harinaldi, 2005 : 2). sampel dalam penelitian yang berbasis

survei memungkinkan peneliti untuk melakukan pengkajian terhadap

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

27

fenomena populasi. Untuk mendapatkan akurasi data serta

menggambarkan kondisi yang sebenarnya, pengambilan sampel perlu

dilakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah ilmiah, sehingga sampel

menjadi representatif terhadap populasi. Penentuan jumlah sampel pada

penelitian ini berdasarkan rumus Slovin, yakni sebagai berikut:

N

n =

1 + N (e)2

Berdasarkan jumlah populasi pada tabel diatas, maka

410.210

n =

1 + 410.210 (0,1)2

410.210

n =

4103

n = 99.97

Keterangan

n = Ukuran Sampel

N = Ukuran Populasi

e = Presentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan (batas

kesalahan) pengambilan sampel yang masih dapat ditolelir. Dalam

penelitian ini batas kesalahan adalah 10 %

Berdasarkan perhitungan di atas didapatkan sampel sebanyak 99,97

yang dibulatkan menjadi 100 orang untuk memperoleh angka genap.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

28

Maka dapat disimpulkan bahwa sampel dari penelitian ini adalah 100

orang remaja usia 14-21 tahun di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

4. Metode Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode pengambilan

sampel purposive sampel, yakni teknik sampling dengan pertimbangan

tertentu. Sedangkan teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel

adalah simple random sampling (sampling acak sederhana), yakni teknik

pengambilan sampel dari semua anggota populasi yang dilakukan secara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Cara

tersebut dilakukan karena populasi dianggap homogen dan tidak

terstratifikasi. Teknik pengambilan sampel tersebut digunakan dalam

penelitian ini karena remaja dianggap sebagai populasi yang homogen

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini,

teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah:

c. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data

pertama di lokasi / objek penelitian. Istijanto menjelaskan lebih

lanjut bahwa data primer adalah data asli yang dikumpulkan oleh

periset untuk menjawab masalah risetnya secara khusus. Data ini

tidak pernah ada sebelumnya, sehingga penulis perlu melakukan

pengumpulan data sendiri (Istijanto, 2005 : 45). Dalam hal ini,

penulis akan menyebarkan kuisioner kepada sampel yang telah

ditentukan sebelumnya. Kuisioner tersebut berisi sejum lah

pertanyaan yang tersusun dan berhubungan berdasarkan kebutuhan

penelitian yang dilakukan.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

29

d. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan pihak lain,

bukan oleh periset sendiri, untuk tujuan lain (Istijanto, 2010 : 33).

Data penunjang penelitian tersebut bisa berupa teori-teori yang

berasal dari kajian ilmu komunikasi, periklanan, brand dan

psikologi yang diambil penulis dari studi pustaka. Selain itu, data

sekunder juga bisa berupa pendapat ahli yang berasal dari jurnal,

artikel atau literatur lain dan juga data-data lapangan lainnya yang

telah dikumpulkan sebelumnya. Data sekunder yang menjadi

referensi penulis berasal dari berbagai sumber baik cetak maupun

digital.

6. Uji Validitas dan Realibilitas

Metode uji validitas pada penelitian ini akan dilakukan terhadap 30

kuisioner awal yang terkumpul (pilot test) dengan menggunakan pearson test,

yakni membandingkan nilai angka rhitung dengan nilai korelasi tabel (r tabel)

dimana derajat kebebasan = n – 2. Dengan sampel awal 30 responden, maka

derajat kekebasan (dk) = 28. Selang kepercayaan (α) ditentukan sebesar 5%

maka didapatkan nilai dari r tabel adalah 0.239. Apabila angka rhitung > 0.239

maka item kuisioner dapat dinyatakan valid. Namun apabila angka r hitung ≤

0.239, maka item kuisioner dapat dinyatakan tidak valid. Selanjutnya, hasil uji

validitas tersebut akan ditampilkan pada BAB IV.

Uji reliabilitas juga dilakukan terhadap 30 kuisioner awal yang

terkumpul. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu

alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2002 : 13).

Dengan melakukan pengujian reliabilitas, penulis dapat melihat konsistensi

kuisioner dalam mengkur konsep. Pengujian ini didasarkan pada nilai

Cronbach Alpha, dimana item kuisioner dinyatakan reliabel apabila nilai

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82591/potongan/S1-2015... · mencari informasi menggunakan komputer tablet maupun smartphone (APJII, 2012)

30

Cronbach Alpha > 0.6. Selanjutnya hasil uji reliabilitas ini akan ditampilkan

pada BAB IV.

7. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses akhir dari suatu penelitian. Analisa

data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah

dibaca dan diinterpretasikan. Setelah mengetahui metode penelitian, populasi,

penentian sampel dan teknik pengambilan data yang akan digunakan,

selanjutnya dibutuhkan pula teknik analisis data. Dalam penelitian ini hanya

akan menggunakan teknik analisis data secara deskriptif.

a. Analisis Deskriptif

Untuk melakukan analisis deskriptif, dapat dilakukan dengan

menerapkan statistika deskriptif (descriptive statistic). Yakni

metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan atau

penyajian suatu gugus data (Christianus, 2010 : 45). Secara umum,

statistika deskriptif bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang

keadaan yang berkaitan dengan masalah penelitian. Kegiatan yang

dilakukan pada statistika deskriptif ini meliputi pengum pulan data,

pengolahan data, penyajian data, dan analisis sederhana berupa

penghitungan nilai tengah, variasi, rata-rata, rasio atau proporsi

dan presentase (Budiarto, 2001 : 4).