15
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia yang berwilayah dari Sabang sampai Merauke merupakan salah satu negara yang subur, kaya akan sumber daya alam seperti bahan baku dan rempah-rempah, serta memiliki potensi alam berupa daratan dan lautan untuk dieksplorasi, sehingga mengakibatkan banyak wisatawan asing untuk berkunjung maupun bekerja di Indonesia. 1 Warga Negara adalah rakyat yang menetap pada wilayah dan rakyat tertentu dalam hubungannya dengan sebuah Negara berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya, yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai warga negara itu, memiliki domisili atau tempat tinggal tetap di suatu wilayah negara, yang dapat dibedakan menjadi warga negara asli dan Warga Negara Asing (WNA). Pengaturan mengenai Warga Negara terdapat dalam Pasal 26 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni : Pasal 26 ayat 1 Undang Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 : “Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara”. 2 1 Abdullah Sjahriful.1993. Memperkenalkan Hukum Keimigrasian, Jakarta. Ghalia, hlm.8 2 Pasal 26 Ayat 1, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44612/2/BAB I.pdfbahan baku dan rempah-rempah, serta memiliki potensi alam berupa daratan dan lautan untuk dieksplorasi, sehingga

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Negara Indonesia yang berwilayah dari Sabang sampai Merauke

    merupakan salah satu negara yang subur, kaya akan sumber daya alam seperti

    bahan baku dan rempah-rempah, serta memiliki potensi alam berupa daratan dan

    lautan untuk dieksplorasi, sehingga mengakibatkan banyak wisatawan asing

    untuk berkunjung maupun bekerja di Indonesia.1

    Warga Negara adalah rakyat yang menetap pada wilayah dan rakyat

    tertentu dalam hubungannya dengan sebuah Negara berdasarkan keturunan,

    tempat kelahiran, dan sebagainya, yang mempunyai kewajiban dan hak penuh

    sebagai warga negara itu, memiliki domisili atau tempat tinggal tetap di suatu

    wilayah negara, yang dapat dibedakan menjadi warga negara asli dan Warga

    Negara Asing (WNA).

    Pengaturan mengenai Warga Negara terdapat dalam Pasal 26 ayat 1 dan

    2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni :

    Pasal 26 ayat 1 Undang Undang Negara Republik Indonesia Tahun

    1945 :

    “Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli

    dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang

    sebagai warga negara”.2

    1 Abdullah Sjahriful.1993. Memperkenalkan Hukum Keimigrasian, Jakarta. Ghalia, hlm.8 2 Pasal 26 Ayat 1, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

  • 2

    Pasal tersebut diatas menjelaskan bahwa yang menjadi warga negara

    indonesia adalah orang-orang bangsa asli Indonesia dan bangsa asing yang telah

    di sahkan oleh undang-undang atau hukum yang berlaku di Indonesia.

    Pasal 26 ayat 1 Undang Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945:

    “Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang

    bertempat tinggal di Indonesia.”3

    Sedangkan Pasal 26 Ayat 2 Undang-Undang Negara Republik Indonesia

    tahun 1945 tersebut menjelaskan bahwa penduduk di indonesia terdiri dari warga

    negara indonesia asli dan orang-orang bangsa asing yang mendiami negara

    Indonesia yang telah di data atau sensus penduduk.

    Orang asing yang akan masuk dan bertempat tinggal di Indonesia diatur

    dalam undang-undang mengenai masuk dan keluar wilayah Indonesia, dokumen

    perjalanan Republik Indonesia, visa, tanda masuk, dan izin tinggal, pengawasan

    keimigrasian, tindakan administratif keimigrasian, dan penyidikan.

    Perkembangan global dewasa ini mendorong meningkatnya mobilitas penduduk

    dunia yang menimbulkan berbagai dampak, baik yang menguntungkan maupun

    yang merugikan kepentingan dan kehidupan bangsa dan negara Indonesia,

    sehingga diperlukan peraturan perundang-undangan yang menjamin kepastian

    hukum keimigrasian yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang

    Keimigrasian.

    Pengertian Imigrasi dijelaskan di dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang

    Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian yakni :

    3 Pasal 26 Ayat 2, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

  • 3

    “Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau

    keluar wilayah Indonesia serta pengawasan dalam rangka menjaga

    tegaknya kedaulatan negara”.4

    Definisi keimigrasian tersebut mengandung dua pengertian yaitu hal

    ihwal lalu lintas orang dari ke Wilayah Indonesia baik warga Negara Indonesia

    maupun warga Negara Asing melalui pemeriksaan Tempat Pemeriksaan

    Imigrasi (TPI) oleh pejabat imigrasi.

    Menurut H. Abdulah Sjahriful :5

    “Pengawasan terhadap orang asing di wilayah Indonesia, yaitu

    keberadaan orang asing di Indonesia yang menyangkut izin

    keimigrasiannya dan kegiatan orang asing selama berada di Indonesia,

    yaitu segala perilaku, aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan yang

    sesuai dengan izin yang di berikan kepadanya.”

    Hal tersebut senada dengan pendapat yang diutarakan Jajim Hamdani

    dan Charles Cristian namun terdapat sedikit perluasan makna tentang kejahatan

    keimigrasian dan cangkupan dari Undang-Undang No 6 tahun 2011 tentang

    keimigrasian, sebagaimana berikut ini.

    Menurut Jajim Hamdani dan Charles Cristian : 6

    “Undang – Undang Nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian ini

    mengatur berbagai kemungkinan kejahatan yang dilakukan baik oleh

    warga negara Indonesia dan warga negara asing serta menjangkau

    korporasi selaku sponsor keberadaan dan kegiatan orang asing.

    Tidak ada lagi orang asing dengan luas melakukan tindak pidana di

    bidang keimigrasian serta korporasi yang memberi jaminan secara

    fiktif kepada orang asing dan juga kepada Warga Negara Indonesia

    (WNI) yang berharap dapat memiliki paspor dengan data fiktif atau

    memiliki paspor lebih dari satu. Hal ini dapat di jerat dengan Undang

    – Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.

    4 Pasal 1 Ayat 1, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian. 5 ibid.,hlm 57 6 Jazim Hamdani. 2015. Hukum Keimigrasian Bagi Orang Asing di Indonesia, Jakarta,

    Sinar Grafik, hlm. 90.

  • 4

    Dari kedua pendapat tersebut pada dasarnya Petugas imigrasi adalah

    mengemban tugas ganda yaitu sebagai penjaga pintu masuk, sekaligus

    sebagai palang pintu keluar negeri. Posisi sebagai palang ganda inilah yang

    menentukan nasib dan kedaulatan bangsa, kedaulatan dari perspektif

    penegakan hukum, juga dalam perspektif harkat dan martabat bangsa.

    Banyaknya pelanggaran dan kejahatan yang terjadi dalam bidang

    keimigrasian, maka terhadap orang asing yang masuk kedalam wilayah

    Indonesia dilakukan pelayanan dan pengawasan yang dilakukan

    berdasarkan prinsip yang bersifat selektif (Selectif Policy)7.

    Berdasarkan prinsip ini hanya orang-orang asing yang dapat

    memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat bangsa dan Negara

    Kesatuan Republik Indonesia, serta tidak membahayakan keamanan dan

    ketertiban juga tidak bermusuhan baik terhadap rakyat maupun Negara

    Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Undang-Undang Dasar

    1945 dapat diijinkan masuk atau menetap di wilayah Negara Kesatuan

    Republik Indonesia, dipertimbangkan dari berbagai segi politik, ekonomi,

    maupun sosial budaya bagi bangsa dan negara Indonesia, hal ini tercantum

    dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1994 tentang Visa, Izin

    Masuk, dan Izin Keimigrasian.8

    Salah satu persyaratan yang harus dimiliki oleh Warga Negara Asing

    yang ingin menuju Indonesia adalah visa. Visa sendiri adalah izin tertulis yang

    7 Farida Tuharea, 2014, Legal Pluralism : Volume 4 Nomor 2. Penegakan Hukum Pidana

    Terhadap Penyalahgunaan Visa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011, Fakultas Hukum

    Universitas Lampung. hlm 2 8Ibid.

  • 5

    diberikan oleh pejabat yang berwenang pada perwakilan Republik Indonesia

    atau di tempat lainnya yang ditetapkan oleh Republik Indonesia atau tempat

    lainnya.9

    Terdapat beberapa jenis-jenis visa yakni:

    a. Visa Diplomatik b. Visa Dinas c. Visa Kunjungan d. Visa Tinggal Terbatas

    Keberadaan Warga Negara Asing yang menggunakan Visa untuk datang

    ke Indonesia tidaklah selalui berjalan sesuai aturan peraturan perundang-

    undangan yang ada, tidak sedikit yang menyalahgunakan ijin keimigrasian,

    bahkan bisa saja niat untuk melakukan pelanggaran tersebut sudah ada sewaktu

    masih berada di negaranya dan atau negara lain.

    Terdapat kasus mengenai tindak pidana penyalahgunaan Visa yang

    terjadi di Indonesia. Salah satunya terdapat di Imigrasi Malang dengan

    kronologis sebagai berikut:10

    Warga Negara Asing yang bernama Su Zhigang berkebangsaan

    Republik Rakyat Tiongkok datang menuju Indonesia dengan

    menggunakan Bebas Visa Kunjungan yang berlaku selama 30 hari.

    Laki-laki yang lahir di Hubei 19 September 1974 ini memiliki nomor

    paspor E20138361 yang berlaku sampai dengan 06 Mei 2023.

    Su Zhigang datang ke Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2017 melalui

    Bandar Udara International Juanda Surabaya dan langsung menuju

    Kota Malang. Maksud tujuan Su Zhigang datang ke Indonesia adalah

    untuk berwisata dengan temanya yang berada di Indonesia dan

    sekaligus untuk melihat peluang kerja Indonesia dan mengadakan kerja

    sama. Selama berada di Indonesia Su Zhigang tinggal di Hotel Faris

    Malang.

    9 Pasal 1 angka 18 Undang-undang Republik Indonesia No. 6 tahun 2011 tentang

    Keimigrasian 10 Dokumen Berita Acara Penyidikian Imigrasi 2018.

  • 6

    Selain untuk berwisata ke berbagai destinasi wisata di malang dan juga

    jalan-jalan ke gunung berapi yang tidak diketahui namanya, Su Zhigang

    juga telah 2 kali datang ke pabrik PT. Mulia Usaha Bersama yakni pada

    hari Jum’at tanggal 03 November 2017 pada pukul 13.00 WIB

    kemudian hari Kamis pada tanggal 9 November 2018. Terdapat

    kenjanggalan dimana Su Zhigang memberikan pelatihan dan

    mengajarkan panduan bagaimana cara mengoprasikan mesin pembuat

    filter rokok di PT. Mulia Usaha Bersama.

    Melalui pengintaian dan penyelidikan yang dilakukan oleh PPNS

    Kantor Imigrasi Kelas 1 Malang, penyidik berhasil menangkap Su

    Zhigang pada tanggal 17 November yang sedang tertangkap tangan

    sedang mengajarkan panduan bagaimana cara mengoprasikan mesin

    pembuat filter rokok di PT. Mulisa Usaha Bersama dan segera

    melakukan penahanan untuk diperiksa PPNS Kantor Imigrasi Kelas 1

    Malang.

    Berkaitan dengan kasus tersebut Kepala Kantor Imigrasi kelas 1 Malang

    Novianto Sulastono menjelaskan bahwa: 11

    Su tertangkap tangan ketika sedang memberikan pelatihan kepada

    sejumlah buruh di pabrik yang bernama Mulya Usaha Bersama (MUB)

    di Singosari, Kabupaten Malang dengan bebas Visa kunjungan,

    seharusnya ia menggunakan Kitas.

    Lebih lanjut Novianto menjelaskan khusunya untuk penyalahgunaan visa

    dalam sepanjang bulan Januari hingga November sudah terdapat 5

    pelanggar yang di deportasi, termasuk Su yang sudah selesai menjadi

    hukuman kurunpenjara dan sudah di Deportasi.

    Penyalahgunaan visa kunjungan yang dijelaskan diatas tersebut adalah

    kegiatan yang dilakukan oleh warga Negara asing yang tidak sesuai dengan

    maksud dan tujuan pemberian izin tinggal yang diberikan kepadanya.

    Berdasarkan Pasal 30 Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1994 tentang Visa,

    Izin, Masuk, dan Izin Keimigrasian, visa kunjungan mempunyai 4 (empat)

    bagian sesuai dengan tujuan yang berlaku yaitu tugas pemerintahan, pariwisata,

    11Benni Indo, Warga Tiongkok Ditangkap Imigrasi Malang, Ini Pelanggaran yang

    Dilakukannya, http://suryamalang.tribunnews.com, diakses 3 November 2018.

  • 7

    kegiatan sosial budaya, serta untuk kegiatan usaha. Masing-masing dari bagian

    tersebut dapat diperpanjang sesuai ketentuan peraturan yang berlaku di

    Indonesia

    Dari kasus tersebut menjadi perhatian tersendiri terhadap kesadaran

    Warga Negara Asing yang mengabaikan larangan penyalahgunaan Visa dalam

    Pasal 122 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian yang

    berbunyi :

    Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan

    pidana denda paling paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta

    rupiah):

    a. setiap orang asing yang dengan sengaja menyalahgunakan atau melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan

    pemberian izin tinggal yang diberikan kepadanya;

    b. setiap orang yang menyuruh atau memberikan kesempatan kepada orang asing menyalahgunakan atau melakukan kegiatan yang tidak

    sesuai dengan maksud atau tujuan pemberian izin tinggal yang

    diberikan kepadanya.

    Berkaitan dengan penegakan hukum pidana keimigrasian yang dalam hal

    masih banyaknya warga Negara asing yang menyalahgunakan izin

    keimigrasian. Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian

    juga mencantumkan keberadaan penyidikan Pegawai Negeri Sipil, yaitu diatur

    dalam Pasal 105 Undang-Undang No 11 tahun 2011 tentang keimigrasian,

    yang menegaskan bahwa Penyidik Pegawai Negeri Sipil Keimigrasian (PPNS)

    diberi wewenang sebagai penyidikan tindak pidana keimigrasian yang

    dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang – Undang ini dan juga

    pemberian wewenang khusus kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil

    Keimigrasian yang terdapat pada Pasal 107 ayat (2) Undang-Undang No 11

  • 8

    tahun 2011 menegaskan bahwa setelah selesai melakukan penyidikan, PPNS

    keimigrasian menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum.

    Dalam melakukan penyidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil Imigrasi

    bertanggung jawab secara yuridis atas tindakan penyidikan yang dilakukannya

    sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku sedangkan. tanggung

    jawab kedinasan dilaksanakan secara hierarki dalam hal ini Direktur Jenderal

    Imigrasi dapat memberikan petunjuk, pengarahan dan mendukung kegiatan

    penyidikan dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana

    keimigrasian. Penyidik Pegawai Negeri sipil (PPNS) Imigrasi juga diharuskan

    melakukan koordinasi dengan instansi dan badan pemerintah yang terkait

    dalam hal pelaksanaan tugas pengawasan terhadap kegiatan dan keberadaan

    warganegara asing yang dilakukannya, diantaranya dengan Departemen Luar

    Negeri, Departemen Dalam Negeri, Departemen Pertahanan dan Keamanan,

    Departemen Tenaga Kerja, Kejaksaan Agung dan bahkan dengan Badan

    Koordinasi Intelijen Negara.12

    Menurut Najarudin Safaat dalam penelitian sebelumnya menyimpulkan,

    Penegakan hukum keimigrasian pada Kantor Imigrasi Klas I Khusus Soekarno

    Hatta lebih dititikberatkan pada tindakan keimigrasian dibandingkan dengan

    proses pengadilan, hal ini disebabkan karena tidak diberdayakannya Penyidik

    Pegawai Negeri Sipil Imigrasi secara optimal, sifat efektivitas tindakan

    keimigrasian dibandingkan dengan proses pengadilan, dan budaya penegakan

    12Romli Atmasasmita.”Aspek Hukum Kerjasama Regional Internasional Dalam Rangka

    Mengatasi Peningkatan Imigran Gelap”, Laporan Tahap III Penelitian, Badan Pembinaan Hukum

    Nasional, Departemen Kehakiman RI, 1997/1998, hlm 61.

  • 9

    hukum dari struktur hukum sendiri yang lebih memilih tindakan

    keimigrasian.13

    Dengan memperhatikan berbagai permasalahan hukum yang berkaitan

    dengan pemaparan yang telah diuraikan diatas, maka kiranya cukup beralasan

    bagi penulis untuk mengambil permasalahan hukum tersebut untuk selanjutnya

    penulis telaah lebih dalam di dalam pembahasan skripsi ini. Sehingga sesuai

    dengan latar belakang diatas maka penulis sangat tertarik untuk meneliti dan

    mengambil judul “PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA

    PENYALAHGUNAAN VISA DI KANTOR IMIGRASI KELAS 1

    MALANG” (STUDI KASUS PERKARA BP/01/XI/2017/DIKKIM/MALANG

    di Kantor Imigrasi Kelas 1 Malang)

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka di rumuskan

    permasalahan hukum sebagai berikut:

    1. Bagaimanakah Penegakan Hukum Tindak Pidana Penyalahgunaan Visa di

    Kantor Imigrasi Kelas 1 Malang ?

    2. Apa Kendala-Kendala Penegakan Hukum Tindak Pidana Penyalahgunaan

    Visa di Kantor Imigrasi Kelas 1 Malang ?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Untuk mengetahui dan mengkaji Penegakan Hukum Tindak Pidana

    Penyalahgunaan Visa khususnya di Kantor Imigrasi Kelas 1 Malang.

    13Najarudin Safaat.2008. Tesis: “Analisis Penegakan Hukum Keimigrasian Pada Kantor

    Imigrasi Klas I Khusus Soekarno Hatta berdasarkan Undang-Undang Keimigrasian dan Hukum

    Acara Pidana”(Depok: UI,), Hal. 112

  • 10

    2. Untuk mengetahui dan mengkaji Kendala Tindak Pidana Penyalahgunaan

    Visa di Kantor Imigrasi Kelas 1 Malang.

    D. Manfaat Penelitian

    Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai penulis, maka manfaat dari

    penelitian ini adalah :

    1. Manfaat teoritis

    a. Diharapkan memberi kontribusi pada mata kuliah Hukum Pidana yang

    khususnya dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Visa serta untuk

    menunjang proses belajar mengajar dan penelitian lanjutan di Perguruan

    Tinggi.

    2. Manfaat praktis

    Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai penulis, maka manfaat dari

    penelitian ini adalah :

    a. Bagi Penulis

    Untuk memenuhi tugas dan syarat kelulusan mendapat gelar Sarjana

    Strata 1 (S1) di bidang Ilmu Hukum.

    b. Bagi Pihak Keimigrasian

    Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

    aparat penegak hukum untuk lebih meningkatkan kinerja dalam berupaya

    menjalankan tugas khususnya aparat Penyidik Pegawai Negeri Sipil

    Imigrasi Kelas 1 Malang agar dapat menjalankan tanggung jawab dan

    menagani secara maksimal terhadap Tindak Pidana Penyalahgunaan visa

    c. Bagi Masyarakat

  • 11

    Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran yang konkrit

    atas study kasus yang diteliti oleh penulis, sehingga masyarakat mampu

    memahami tentang Tindak Pidana Penyalahgunaan Visa adalah

    perbuatan yang bertentangan dengan hukum, sekaligus memberikan

    pengetahuan mengenai aspek-aspek atas kasus yang serupa dikemudian

    hari berhubungan dengan Tindak Pidana Penyalahgunaan Visa.

    E. Kegunaan Penelitian

    Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi seluruh lapisan

    masyarakat dan perkembangan ilmu hukum pidana, khususnya mengenai

    penegakan hukum tindak pidana penyalahgunaan visa serta pencegahan

    tindak pidana penyalahgunaan visa.

    F. Metode Penelitian

    1. Metode Pendekatan

    Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian

    masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai

    tujuan penelitian atau penulisan.14 Penelitian ini menggunakan metode

    pendekatan secara yuridis sosiologis, yakni melihat hukum yang didasarkan

    pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan

    dikaitkan pada teori hukum dan dengan melihat kenyataan yang ada dalam

    masyarakat.15

    14 Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,

    Bandung,. hlm.112. 15 Fakultas Hukum UMM. 2016. Pedoman Penulisan Hukum Socio Legal Research.

    Malang. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang. Hal.16.

  • 12

    2. Lokasi Penelitian

    Dalam penelitian ini, penulis memilih Kantor Imigrasi Kelas 1 Malang.

    Alasan penulis memilih instansi tersebut adalah karena pada tahun 2017

    terdapat satu upaya pro justicia terhadap pelaku penyalagunaan visa.16

    3. Jenis Data

    Dalam penulisan ini penulis menggunakan beberapa sumber data sebagai

    berikut :

    a. Sumber Data Primer

    Data primer adalah jenis data, dokumen tertulis, file, rekaman, informasi,

    pengamatan langsung, pendapat dan lain-lain yang diperoleh dari sumber

    yang utama. Data utama yang diperoleh secara langsung dengan

    melakukan wawancara dengan pihak yang bersangkutan di Kantor

    Imigrasi Kelas 1 Malang.

    b. Sumber Data Sekunder

    Data sekunder adalah jenis data yang diperoleh dari dokumen tertulis, file,

    rekaman, informasi, pendapat dan lain-lain yang diperoleh dari sumber

    kedua (buku, jurnal, hasil penelitian terdahulu, dokumen dan lain-lain).

    c. Sumber Data Tersier

    Sumber data tersier adalah data hukum yang diperoleh dari ensiklopedia,

    kamus, glossary, dan lain-lain.

    16 Anas Miftakhudin, petugas imigrasi di Malang tangkap warga negara asing yang salahi izin tinggal, http://malang.tribunnews.com , 7 November 2018.

  • 13

    4. Teknik Pengumpulan Data

    a. Wawancara

    Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan

    Tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait dan yang di anggap

    mengetahui pada permasalahan yang di angkat oleh penulis. Wawancara

    dilakukan terhadap narasumber yaitu :

    1) Kepala Kantor Imigrasi Kelas 1 Malang, Yaitu Bapak Novianto

    Sulastono.

    2) Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Yaitu Eko Julianto

    Rachmad.

    b. Observasi

    Yaitu penulis melakukan pengamatan secara langsung pada obyek lokasi

    penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang di angkat dalam

    penelitian ini.

    c. Dokumentasi

    Yaitu berupa pengumpulan data-data yang dimiliki oleh para pihak, dalam

    hal ini berkenaan dengan proses penelitian serta ditambah dengan

    penelusuran perundang-undangan.

    d. Studi Kepustakaan

    Yaitu dengan membaca dan mempelajari literatur yang berhubungan

    dengan penulisan ini dan menjadikan hal tersebut menjai landasan teoritis.

  • 14

    e. Internet

    Yaitu dengan melakukan penelusuran dan pencarian bahan-bahan melalui

    internet dan website untuk melengkapi bahan hukum dalam penulisan ini.

    5. Teknik Analisis Data

    Dengan data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis Deskriptif

    Kualitatif yaitu menjelaskan, menguraikan, dan menggambarkan sesuai

    permasalahan yang erat kaitannya dengan penelitian ini guna memberikan

    pemahaman yang jelas dan terarah yang diperoleh dari hasil penelitian

    nantinya, sehingga diharapkan dapat diperoleh gambaran yang jelas

    tentang simpulan atas hasil penelitian yang dicapai. Menjelaskan tentang

    latar belakang masalah dan alasan pemilihan judul, rumusan masalah,

    tujuan dari penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian, kerangka

    teori, dan sistematika penulisan.

    G. Sistematika Penulisan

    Pada penelitian yang akan dibuat oleh penulis terdapat 4 Bab yang

    akan membantu penulis dan pembaca untuk memahami isi dari penelitian

    yang diangkat oleh penulis. Adapun sistematika penulisannya sebagai

    berikut:

    1. BAB I PENDAHULUAN

    Pada bab pertama ini memuat hal-hal yang melatarbelakangi penulis

    dalam memilih judul skripsi serta menjadi dasar pengantar umum dalam

    memahami penulisan skripsi ini. Pada bab I berisikan latar belakang,

  • 15

    rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian

    dan sistematika penulisan.

    2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Bab ini berisi tentang kajian-kajian teoritik yang berkaitan dengan

    permasalahan yang diangkat, antara lain: teori penegakan hukum, teori

    tindak pidana, tinjauan umum tentang keimigrasian menurut Undang-

    Undang No 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian serta Tinjauan Umum

    Mengenai Visa.

    3. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Dalam bab ini berisi mengenai uraian pembahasan terhadap

    rumusan masalah penelitian ini. Pembahasan tersebut akan dijabarkan serta

    dianalisa sesuai dengan sumber data yang penulis dapatkan. Pembahasan

    akan difokuskan terhadap Penegakan Hukum Tindak Pidana

    Penyalahgunaan Visa dan Kendala Penegakan Hukum Tindak Pidana

    Penyalahgunaan Visa di Kantor Imigrasi Kelas 1 Malang.

    4. BAB IV PENUTUP

    Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan hukum ini dimana

    berisi kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya serta berisikan saran

    penulis dalam menanggapi permasalahan yang menjadi fokus kajian.