29
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulisan dalam penelitian ini ingin mengkaji tentang adanya konflik yang terjadi di wilayah pertambangan migas. Tingginya kebutuhan akan energi gas yang berhadapan dengan eksistensi lingkungan menjadi perhatian utama dalam penelitian ini. Eksistensi lingkungan khususnya sumber daya air menjadi obyek utama terjadinya konflik. Ruang empiris yang kami jadikan pijakan untuk mendiskusikan kasus ini adalah adanya konstelasi konflik sumber daya air yang terjadi di area PPGJ (Proyek Pertamina Pengembangan Gas Jawa), kawasan pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. Area PPGJ di Blok Gundih merupakan ladang minyak dan gas yang terletak di kawasan Blora bagian selatan. Selain sebagai ladang migas, wilayah ini merupakan cekungan air Randublatung dengan lahan pertanian yang sangat subur. Dalam satu tahun, lahan pertanian di wilayah ini bisa melakukan produksi pangan pertanian dua hingga tiga kali masa tanam. Lahan pertanian ini tidak hanya mengandalkan air tadah hujan dan sistem pengairan tradisional, tetapi sudah memiliki sistem irigasi pertanian modern dan melembaga dalam wadah organisasi Dharmatirta. Selain berupa wilayahmigas dan area pertanian, kawasan ini juga menjadi area pemukiman dengan peradaban yangada sejak ribuan tahun lamanya. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya situs Ngandong, di bantaran Sungai Bengawan ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER, KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORA M.NUR ROFIQ ADDIAN S Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

  • Upload
    vomien

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tulisan dalam penelitian ini ingin mengkaji tentang adanya konflik yang

terjadi di wilayah pertambangan migas. Tingginya kebutuhan akan energi gas

yang berhadapan dengan eksistensi lingkungan menjadi perhatian utama dalam

penelitian ini. Eksistensi lingkungan khususnya sumber daya air menjadi obyek

utama terjadinya konflik. Ruang empiris yang kami jadikan pijakan untuk

mendiskusikan kasus ini adalah adanya konstelasi konflik sumber daya air yang

terjadi di area PPGJ (Proyek Pertamina Pengembangan Gas Jawa), kawasan

pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten

Blora.

Area PPGJ di Blok Gundih merupakan ladang minyak dan gas yang

terletak di kawasan Blora bagian selatan. Selain sebagai ladang migas, wilayah ini

merupakan cekungan air Randublatung dengan lahan pertanian yang sangat subur.

Dalam satu tahun, lahan pertanian di wilayah ini bisa melakukan produksi pangan

pertanian dua hingga tiga kali masa tanam. Lahan pertanian ini tidak hanya

mengandalkan air tadah hujan dan sistem pengairan tradisional, tetapi sudah

memiliki sistem irigasi pertanian modern dan melembaga dalam wadah

organisasi Dharmatirta.

Selain berupa wilayahmigas dan area pertanian, kawasan ini juga menjadi

area pemukiman dengan peradaban yangada sejak ribuan tahun lamanya. Hal ini

diperkuat dengan ditemukannya situs Ngandong, di bantaran Sungai Bengawan

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

2

Solo yang cukup dekat dengan area pengeboran. Bukti lain terdapat pula dermaga

kecil di Dusun Kradenan yang pernah menjadi pusat perdagangan ketika

kolonialisme Belanda berkuasa. Tidak jauh dari area pengeboran, terdapat pula

pemukiman masyarakat adat “sedulur sikep” atau yang biasa dikenal dengan

“Samin”. Kelompok Adat Samin ini memiliki kehidupan khas yang berbeda

dengan lainnya. Kelompok Samin yang ada sejak awal abad 19 ini masih bertahan

hingga sekarang. Masyarakat dan lingkungan dengan segala aktivitasnya menjadi

kesatuan biosfer yang utuh dalam ruang Blok Gundih.

Kondisi lingkungan di wilayah Blok Gundih mulai “gaduh” seiring

ditemukannya ladang migas yang cukup besar di berbagai titik. Titik-titik yang

telah terdeteksi dengan teknologi canggih ini dimungkinkan memiliki cadangan

migas yang sangat besar. Pada lokasi Blok Gundih sendiri, terdapat tiga struktur

yang menghasilkan gas sangat potensial yakni: RBT (Randublatung), KDL

(Kedunglusi) dan KTB (Kedungtuban).

Salah satu area yang kandungan migasnya cukup besar dan menarik

banyak perhatian adalah ladang migas di Desa Sumber, Kecamatan Kradenan

yang masuk dalam struktur RBT (Randublatung). Kapasitas maksimal produksi

gas di desa ini diperkirakan mencapai 65 million cubic feet tiap hari.Proyek

pertamina dan PPGJ Sumber akan dialirkan ke PLTGU (Pembangkit Listrik

Tenaga Gas dan Uap) melalui pipa dengan kontrak kerjasama selama 12 tahun. PT

Pertamina EP memperkirakan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Tambaklorok Semarang memiliki potensi penghematan hingga Rp21,4 triliun

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

3

setelah mengalihkan sumber energinya dari diesel ke gas(Tempo, 5 Desember

2003 dan Suara Banyuurip, 15 Maret 2014).

Gejolak konflik mulai terjadi tatkala terdapat penolakan dari berbagai

aktor terhadap proyekPertamina Pengembangan Gas Jawa (PPGJ) di Kecamatan

Kradenan. Aktor-aktor yang melakukan penolakan pun beragam, seperti:

masyarakat umum yang tinggal disekitar lokasi pengeboran, Serikat Petani Blora

Selatan (SPBS), Dharma Tirta, aktivis lingkungan dan berbagai elemen lainnya.

Mereka yang melakukan penolakan ini beralasan, jika PPGJ memaksakan diri

untuk melakukan pengeboran melebihi ambang batas, maka air diwilayah ini akan

semakin menghilang. Menurut hitungan Serikat Petani Blora Selatan, jika PPGJ

melakukan pengeboran selama 24 jam, dimana setiap detiknya membutuhkan 30

liter air, maka selama setahun akan ada 946.080.000 liter air yang

hilang(Dokumen SPBS, November 2014). Dharmatirta maupun PPGJ beralasan,

wilayah ini hanyalah cekungan air dan bukan merupakan sumber mata air. Jika

PPGJ memaksakan diri untuk melakukan pengeboran, maka keberlangsungan

pertanian diwilayah ini akan terancam.

Konflik yang berawal dari isu lingkungan khususnya air ini, kemudian

berkembang kearah permasalahan sosial yang lain seperti: ekonomi, sosial,

politik, budaya dan sebagainya. Dampak sosial ini muncul seiring perkembangan

secara perlahan dari desa yang sebelumnya bercorak agraris kemudian

bertransformasi menjadi desa industri. Konflik yang terjadi juga besifat multi

aktor, tidak hanya antara petani dan perusahaan konsorsiumnya, tetapi juga

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

4

menyangkut antar lembaga pemerintah, LSM, dan kelompok kepentingan yang

lainnya.

Fokus dalam kajianini ingin mencoba menguraikan bagaimana konstelasi

konflik yang terjadi di wilayah pertambangan Migas. Penelitian ini ingin

mengkaji bagaimana proses konflik yang terjadi di kawasan pertambangan Migas

itu terjadi dan bagaimana solusi yang dilakukan untuk mengatasi konflik-konflik

tersebut. Penelitian ini ingin memotret bagaimana dinamika konflik yang terjadi

di kawasan lingkungan serta upaya-upaya untuk meminimalisir konflik yang ada.

Studi mengenai konflik yang terkait dengan isu lingkungan ketika

berhadapan dengan pembangunan dikawasan pertambangan sudah banyak

didiskusikan.Abdul Wahib Sitomerang dalam karya desertasinya memaparkan

konflik lingkungan di Indonesia. Desertasi ini menuliskan tentang dinamika protes

kolektif lingkungan hidup yang ada di Indonesia periode 1968 hingga 2011.

Untuk membaca kasus itu, ia menggunakan pisau analisa teori dinamika protes

yang dikembangkan oleh Sidney Tarrow. Penelitian ini lebih menggambarkan

bagaimana fluktuasi proses kolektif dalam periode itu bisa terjadi, kajian ini

menawarkan skenario-skenario gerakan lingkungan yang dapat dilakukan secara

kolektif (Sitomerang, 2013: 388-435).

Analisa konflik lingkungan juga dituliskan secara komprehensif oleh

Steve C. Lonergen.Dalam Water and Conflict : Rhetoric and Reality,ia

menjelaskan sebenarnyaair menjadi entitas penting dari lingkungan, tapi ia kurang

sependapat jika air selalu menjadi kambing hitam dari konflik dan kekerasan.

Bagi Lonergen air sejatinya merupakan alat maupun instrumen yang begitu

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

5

penting dalam militer. Air menjadi medium yang sempurna dalam proses

pertempuran di medan peperangan (Lonergen, 2001: 110).

Kajian secara detail mengenai konflik lingkungan juga dilakukan oleh

Erwin Endaryanta, dalam Politik Air Di Indonesia : Penjarahan Si Gedhang Oleh

Korporasi Aqua Danone.Ia menguraikan adanya pergeseran nalar dalam

pengelolaan sumber daya alam dari public goods kearah private goods. Adanya

kuasa modal yang mendominasi dalam proses pengambilan kebijakan publik turut

mendukung pernjarahan air yang dilakukan di Si Gedhang(Endaryanta, 2007: 47-

185). Tulisan Erwin Endaryanta ini membaca polemik lingkungan khususnya air

dengan menitikberatkan governability dalam proses pengambilan kebijakan

publik.

Kajian mengenai konflik dan lingkungan juga di tulis oleh Gunter

Baechler. Ilmuan politik dari Jerman ini dalam tulisannya “Why Environmental

Transformation Causes Violence: A Syntesis” mengemukakan jika transformasi

dalam lingkungan dapat menyebabkan kekerasan. Konsep pembangunan di negara

berkembang yang mengusung jargon industrialisasi dan modernisasi telah gagal.

Secara fasih ia menjelaskan adanya transformasi lingkungan yang telah

menjangkau pada isu politik, ekonomi, etnik, agama dan kepentingan nasional

lainnya. Akan tetapi proyek-proyek industrialisasi acap kali mengesampingkan

lingkungan, Baechler menawarkan gagasannya akan pentingnya mitigasi dan

proses transformasi untuk menanggulangi konflik berbasiskan lingkungan

(Baechler, 1998: 24-38).

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

6

Begitu problematisnya isu mengenai konflik lingkungan, mendorong

perhatian berbagai kalangan untuk mengkaji isu ini. Kajian-kajian sebelumnya

pada umumnya lebih banyak yang menguraikan bagaimana gerakan-gerakan

sosial dalam merespon isu lingkungan, bagaimana pengelolaan lingkungan yang

ideal, serta bagaimana bekerjanya korporasi dalam mendominasi proses kebijakan

publik. Maka pada penelitian ini akan melihat terjadinya konflik dengan sudut

pandang berbeda. Penelitian ini akan melihat bagaimana mereka yang berkonflik

saling mengancam antara satu dengan yang lainnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka pertanyaan dalam penelitian ini

kami rumuskan dengan pertanyaan utama sebagai berikut: Mengapa konflik

dapat terjadi di kawasan pertambangan Migas Blok Gundih, Desa Sumber,

Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora?, adapun pertanyaan turunan pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya konflik di kawasan

pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten

Blora?;

b. Bagaimanakah proses terjadinya konflik di kawasan pertambangan Blok

Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora?;

c. Bagaimanakan proses rekonsiliasi yang dilakukan untuk mengatasi konflik

atas lingkungan yang terjadi di kawasan pertambangan Migas Blok Gundih,

Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora?

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

7

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini secara empiris ingin melihat konflik berbasiskan

lingkungan yang terjadi di kawasan pertambangan Migas Blok Gundih. Adapun

tujuan berikutnya ingin mengetahui sumber yang menyebabkan terjadinya konflik

hingga proses rekonsiliasi yang sudah dilakukan untuk mengatasi konflik. Tujuan

akademis dari penelitian ini ingin menambah khazanah kajian mengenaikonflik,

khususnya mengenai konflik lingkungan yang terjadi dikawasan pertambangan

migas.

D. Kerangka Teori

Kajian ini secara spesifik ingin menjawab bagaimana konflik yang

berbasiskan lingkungan hidup dapat terjadi di kawasan Pertambangan Migas Blok

Gundih. Berikutnya ingin mengetahui sumber-sumber yang dapat menyebabkan

konflik, hingga akibat yang ditimbulkan dengan adanya konflik. Berikutnya

kajian dalam penelitian ini ingin mengetahui proses rekonsiliasi melalui mediasi

yang dapat digunakan untuk mengatasi konflik lingkungan. Untuk membantu

membaca sumber-sumber konflik kami akan menggunakan pendekatan Thomas.

F. Homer Dixon. Sedangkan untuk membaca proses rekonsiliasi melalui mediasi,

maka kami akan mencoba menggunakan pendekatan mediasi konflik lingkungan

yang ditawarkan oleh Sudharto.P Hadi.

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

8

D.1 Mendefinisikan konflik lingkungan

Konflik pada dasarnya merupakan sesuatu hal yang tak dapat dihindari

dalam proses interaksi sosial. Gejala-gejala pada proses interaksi sosial ini

kemudian terus diamati perkembangannya, hingga akhirnya memunculkan teori

konflik. Pendekatan pada teori konflik berkembang pada dekade 1950-an hingga

1960’an, sebagai suatu kritik atas teori struktural fungsional. Pendekatan konflik

ini kemudian digunakan untuk membaca ketegangan-ketegangan yang terjadi

dalam kehidupan.

Konflik dapat dibaca juga sebagai perbedaan persepsi mengenai perbedaan

kepentingan (perceived divergence of interest). Kepentingan ini menyangkut

perasaan orang mengenai apa yang sesungguhnya ia inginkan. Perasaan itu

cenderung bersifat sentral dalam pikiran dan tindakan orang, yang membentuk

inti dari banyak sikap, tujuan, dan niat (Rubin, 1983). Simon Fisher

mendefinisikan konflik sebagai suatu hubungan antara dua belah pihak atau lebih

(individu atau kelompok) yang memiliki atau yang merasa memiliki sasaran-

sasaran yang tidak sejalan. Sedangkan secara spesifik Thomas Homer Dixon

menggambarkan bahwa konflik atas lingkungan akan muncul ketika aktor

melihat secara rasional terhadap ancaman-ancaman dari luar. Kerusuhan,

pergolakan, revolusi, akan mendapat kesempatan secara struktural (opportunity

structure) ketika kelangkaan terjadi.Dalam pemikiran Dixon ancaman-ancaman

inilah yang menjadi sumber konflik hingga terjadinya kekerasan.

Ketidaksepakatan dari konflik lingkungan ini muncul antara pihak yang

mengancam dan pihak yang merasa terancam.

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

9

Dari penjelasan ini, dapat kita tarik suatu simpulan bahwa konflik

lingkungan merupakan adanya perbedaan kepentingan antara dua aktor atau lebih

mengenai lingkungan, dimana ada ada pihak yang yang merasa terancam dan ada

pihak yang mengancam. Pihak yang terancam dan pihak yang menjadi pengancam

ini berada pada ketidaksepakatan dan menjadi konflik dalam proses

pembangunan.

D.2 Sumber-Sumber Konflik Lingkungan

Dalam membaca konflik lingkungan ini, Homer-Dixon mengidentifikasi

dua hal utama yang menjadi penyebab konflik. Dua hal penting yang

menyebabkan terjadinya konflik lingkungan ini pertama adanya kelangkaan

lingkungan, dan faktor yang kedua adalah faktor sosial yang kemudian turut serta

dalam memunculkan konflik. Kedua faktor yang saling berhubungan ini

kemudian menjadi pemicu munculnya konflik. Berikut ini adalah faktor-faktor

yang menjadi penyebab terjadinya konflik lingkungan :

1. Kelangkaan Lingkungan Sebagai Sumber Konflik di Blok Gundih

Untuk membaca terjadinya konflik di kawasan pertambangan Blok

Gundih, kami akan menggunakan pendekatan Homer-Dixon. Dixon menarasikan

bahwa konflik lingkungan dapat terjadi karena adanya kelangkaan lingkungan

yang menjadi penyebab konflik. Kelangkaan lingkungan merupakan

penggambaran bagaimana kondisi terjadi penurunan produktivitas lingkungan

yang disebabkan oleh bencana atau eksploitasi secara berlebihan. Konflik yang

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

10

kita rujuk dalam kasus di Blok Gundih ini merajuk pada “siapa yang terancam”

dan “apa yang menjadi sumber ancaman”. Konflik lingkungan ini dapat kita

baca sebagai adanya ketidaksepakatan antara pemangku kepentingan yakni

pertamina, pemerintah, dan perusahaan dengan masyarakat yang merasa menjadi

korban.

Dalam membaca kelangkaan lingkungan, Dixon menguraikan tiga faktor

penting yang mempengaruhi: supply-induced, demand-induced, dan structural

scarcities. Supply-induced merujuk pada keterbatasan sumber daya alam yang

tersedia semakin menyusut akibat eksploitasi yang tak terkendali. Demand-

induced mengandung argumentasi bahwa kelangkaan lingkungan terjadi akibat

jumlah permintaan akan sumber daya alam yang semakin tak terkendali.

Sedangkan structural scarcities memberi penjelasan bahwa kelangkaan

lingkungan yang dapat terjadi akibat ketidakadilan distribusi sumberdaya (Homer-

Dixon, 1999: 47-48).

Lebih jauh Homer-Dixon menjelaskan bahwa penyebab kelangkaan-

kelangkaan ini bersifat komplek. Supply-induced terjadi karena jumlah populasi

yang terdapat dalam suatu area, jumlah sumber daya yang dikonsumsi atau

penurunan kualitas sumber daya karena penggunaan teknologi. Peningkatan

populasi yang tak terkendali juga mengakibatkan kelangkaan sumber daya secara

signifikan (demand-induced). Populasi yang meningkat akan berdampak buruk

bila tak mampu memperbaharui, dan akan mengurangi masalah apabila mampu

memperbaharui dan mencapai keseimbangan.

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

11

Structural Scarcity akan terjadi bila distribusi sumber daya yang tidak

merata dan hanya terpusat pada satu kelompok atau wilayah tertentu. Dalam

struktur analisa yang serupa dan memiliki kajian spesifik mengenai lingkungan

diperkuat oleh Lonergen melalui tiga preposisi teoritik mengenai kelangkaan air.

Pertama, permintaan akan air semakin meningkat tajam seiring dengan laju

pertambahan populasi manusia. Kedua, sama dengan asumsi supply-demand,

Lonergen menjelaskan bahwa cadangan air bersih yang tersedia saat ini mudah

sekali terkena polusi. Industrialisasi yang sangat gencar memberi efek negatif

terhadap ketersediaan air. Dampak dari polusi air ini juga akan berpengaruh

terhadapkeselamatan manusia dalam empat hal : waterborne deseases yakni

penyakit yang ditimbulkan oleh zat-zat makanan yang telah terkontaminasi air

kotor, water-washed deseases yakni limbah air cucian yang dapat menimbulkan

penyakit, water-based deseased yakni bakteri pada hewan-hewan air yang

menimbulkan penyakit, serta water-vectored deseases, yakni penyakit yang

disebabkan oleh hewan-hewan serangga (Lonergen, 2001: 114).

Ketiga, distribusi ketersediaan air yang tidak merata dipermukaan bumi ini

menimbulkan beragam masalah dari kawasan regional hingga tataran trans-

nasional. Hal ini juga serupa dengan apa yang dikatakan Homer-Dixon sebagai

faktor struktural yang menyebabkan kelangkaan (Lonergan, 2000: 110). Melalui

ketiga penyebab inilah setidaknya kita dapat mengetahui bagaimana kelangkaan

lingkungan yang ada di Blok Gundih dapat menimbulkan konflik. Ada

sumberdaya yang secara signifikan diperebutkan oleh aktor yang mengancam dan

mereka yang terancam.

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

12

2. Faktor Sosial Yang Menyebabkan Konflik

Konflik yang bermula darikelangkaan lingkungan ini kemudian didorong

oleh faktor-faktor sosial yang turut serta dalam memunculkan konflik. Faktor-

faktor tersebut antara lain sebagai berikut : produktifitas pertanian, produktifitas

ekonomi, migrasi atau perpindahan penduduk, segmentasi sosial, serta kendala

terhadap institusi. Faktor-faktor seperti ini kemudian mendorong kemunculan

konflik diwilayah pertambangan Blok Gundih, Blora. Penjelasan dari faktor-

faktor tersebut antara lain sebagai berikut:

Produktifitas pertanian (agricultural productivity), pada umumnya terjadi

pada wilayah yang secara ekologis termarginalkan. Efek produktifitas pertanian

yang mencemaskan ini terjadi dengan adanya perubahan lingkungan. Banyak

masyarakat di negara berkembang yang mengandalkan makanannya pada hasil

pertanian harus menghadapi perubahan iklim yang tak menentu, misalnya global

warming. Perubahan lingkungan yang tak dapat diduga berpengaruh terhadap

proses produksi pangan dan ketersediaan pangan yang tersedia. Deforestasi yang

tak terkendali semakin memperparah keadaan ini, dimana akan berpengaruh

terhadap siklus hidrologi yang menimbulkan efek ganda pada proses produksi

pangan. (Homer-Dixon, 1999: 81-87). Dalam konteks di Blok Gundih,

produktivitas pertanian yang menurun secara tidak langsung mengancam

keberadaan petani. Mayarakat yang sebelumnya mayoritas sebagai petani, juga

harus beralih ke profesi yang lain.

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

13

Produktifitas ekonomi (economic productivity), faktor ini muncul ketika

kuantitas permintaan terhadap sumberdaya lingkungan begitu tinggi. Ancaman

terhadap produktifitas ekonomi ini bisa muncul dari kelangkaan lingkungan secara

langsung, maupun mediator efek sosial yang lain misal produktifitas pertanian.

Misalnya, produktifitas pertanian yang terhambat, baik secara langsung maupun

tidak langsung akan mengancam angka pertumbuhan ekonomi. (Homer-Dixon,

1999: 88-93).

Efek sosial lain yang muncul adalah adanya migrasi (perpindahan

penduduk). Migrasi pupulasi terjadi karena adanya faktor struktural yakni

distribusi yang tidak merata. Motivasi utama migrasi adalah adanya

ketidaknyamanan yang menimbulkan kesenjangan kualitas hidup yang dirasakan

(perceived gap in quality of life) antara ditempat asal yang dirasa kurang

(perceived quality of live in sending region) dan tempat tujuan yang memiliki

sumberdaya yang dirasa lebih menjanjikan (perceived quality of live in receiving

region). Migrasi populasi akan terjadi tidak hanya adanya kelangkaan lingkungan

didaerah asal, tetapi juga adanya perkembangan ekonomi yang menjanjikan

didaerah tujuan. Migrasi ini pada akhirnya menimbulkan efek domino yakni

terbentuknya segmentasi sosial. Segmentasi sosial pada umumnya merujuk pada

pembelahan etnik, agama, dan bahasa. Pada masayarakat agraris segmentasi sosial

terjadi dengan kompetisi yang semakin sengit antara siapa yang menang dengan

penguasaan keuntungan yang maksimal dan siapa yang kalah. Segmentasi terjadi

ketika komunitas yang merasa memiliki sumberdaya berusaha untuk mengontrol

akses terhadap sumberdaya tersebut. Segmentasi sosial ini secara langsung akan

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

14

mereduksi jejaring sosial, memperlemah norma-norma dalam komuntas, mengikis

kepercayaan, bahkan modal sosial dalam masyarakat semakin rapuh.

Efek yang lain yakni ancaman terhadap lembaga atau institusi. Penurunan

produksi pertanian akan memperlemah komunitas di pedesaan dan lembaganya,

tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah akan menimbulkan kemerosotan

pendapatan, migrasi penduduk dalam jumlah besar akan menjadi masalah

ketenagakerjaan, segmentasi sosial pun akan menimbulkan kecinderungan

pembentukan lembaga baru. Adanya kelangkaan dalam lingkungan juga akan

berpengaruh terhadap kapasitas formal kelembagaan negara. Pertama, kelangkaan

tersebut akan menimbulkan pembengkaan anggaran negara. Kedua, keterbatasan

sumberdaya tersebut akan menimbulkan kompetisi diantara elit-elit yang terlibat.

Ketiga, akan timbul perlawanan dari kaum-kaum yang lemah yang merasa

dirugikan oleh perilaku elit, serta keempat kelangkaan akan menimbulkan

penurunan pendapatan.

Dalam menjelaskan keterkaitan antara kelangkaan, efek sosial hingga

munculnya konflik dan kekerasan Homer-Dixon mengawalinya dari pendekatan

psikologis terhadap lingkungan. Masyarakat akan semakin agresif ketika mereka

merasa frustasi, merasa kehilangan akan sesuatu yang dianggap penting. Ketika

kita melihat dari pandangan struktural yang dibangun atas asumsi rasionalitas

ekonomi dan game theorymaka konflik akan muncul ketika aktor melihat secara

rasional terhadap ancaman-ancaman dari luar. Kerusuhan, pergolakan, revolusi,

akan mendapat kesempatan secara struktural (opportunity structure) ketika

kelangkaan terjadi. Dalam kasus konflik atas air, Lonergen membacanya adanya

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

15

indikasi water strees dan water scarcity yang memicu terjadinya kompetisi. Water

strees merujuk pada kondisi air yang sangat jenuh dengan kualitas menurun,

mungkin bisa karena pengaruh polusi, sedangkan water scarcity adalah

keberadaan air yang semakin menyusut (Lonergen, 2000: 120-121).

D.4 Proses Terjadinya Konflik

Dalam menjelaskan keterkaitan antara kelangkaan, efek sosial hingga

munculnya konflik dan kekerasan, Homer-Dixon mengawalinya dari pendekatan

psikologis terhadap lingkungan. Masyarakat akan semakin agresif ketika mereka

merasa frustasi, merasa kehilangan akan sesuatu yang dianggap penting. Ketika

kita melihat dari pandangan struktural yang dibangun atas asumsi rasionalitas

ekonomi dan game theorymaka konflik akan muncul ketika aktor melihat secara

rasional terhadap ancaman-ancaman dari luar. Kerusuhan, pergolakan, revolusi,

akan mendapat kesempatan secara struktural (opportunity structure) ketika

kelangkaan terjadi.

Dalam kasus konflik atas air, Lonergen membacanya adanya indikasi

water strees dan water scarcity yang memicu terjadinya kompetisi. Water strees

merujuk pada kondisi air yang sangat jenuh dengan kualitas menurun, mungkin

bisa karena pengaruh polusi, sedangkan water scarcity adalah keberadaan air yang

semakin menyusut (Lonergen, 2000: 120-121). Water stress dan water scarcity

inilah kiranya yang dapat menjadi pemicu konflik atas Air di Blok Gundih.

Dalam konflik yang terjadi, Homer-Dixon mengklasifikasikannya menjadi

tiga tipe konflik : simple-scarcity conflict, group identity conflict, dan surgery.

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

16

Simple-scarcity conflict konflik ini pada umumnya sederhana dan dipahami

dengan prediksi teori struktural. Negara secara rasional akan memperluas

peranannya terhadap sumberdaya alam, akan tetapi disisi yang berbeda konflik

akan muncul ketika negara gagal melakukan kebijakan untuk memperbaharui

sumber daya alam, negara mampu membangun industri canggih tetapi tak mampu

menyeimbangakan dengan proteksi terhadap lingkungan. Group identity

conflictterjadi karena adanya migrasi dan segmentasi sosial, kesenjangan antara

kaum pendatang dan mereka yang sudah lama berdiam, kesenjangan antara

pengusaha dan masyarakat yang menimbulkan konflik berbasis kelompok.

Surgery atau kekerasan akan terjadi atas dorongan perasaan menderita yang

dirasakan kelompok dan adanya kesempatan untuk melakukan tindakan

kekerasan.

Tiga tipe konflik ini juga terjadi di kawasan Blok Gundih, bagaimana antar

aktor-aktor yang berkompetisi memperebutkan sumber daya yang ada. Dari

kerangka konseptual ini tentu kita sudah bisa meraba bagaimana air bekuasa atas

konflik di wilayah pertambangan. Kita dapat melihat bagaimana air

bermetamorfosa menjadi konflik dan konflik kekerasan. Dari bagaimana

terjadinya kelangkaan, dampak sosial yang ditimbulkan, hingga munculnya

konflik dan kekerasan.

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

17

D.5 Mediasi Sebagai Alternatif Rekonsiliasi Konflik

1. Proses Rekonsiliasi Awal

Sebelumnya kita telah mendiskusikan mengenai sumber-sumber yang

menyebabkan konflik. Sumber-sumber yang dapat menyebabkan konflik itu bisa

terjadi karena kelangkaan lingkungan, serta efek sosial yang kemudian

memunculkan konflik. Disini kemudian kita akan membaca mengenai proses

rekonsiliasi untuk mengatasi konflik. Untuk membaca proses rekonsiliasi konflik,

kami akan menggunakan pendekatan Sudharto. P.Hadi. Sudharto. P.Hadi

memaknai Rekonsiliasi sebagai upaya menyelesaikan konflik baik secara

langsung (negosiasi) maupun tidak langsung melalui mediasi secara

komprehensif, artinya kesepakatan yang dibangun bukan hanya berkaitan dengan

dampak yang muncul, tetapi juga berkaitan dengan sumber permasalahannya.

Alternatif ini dipilih karena keterbatasan alternatif yang digunakan bila

menggunakan pendekatan hukum. Proses perundingan ini diawali dengan adanya

komunikasi antara pihak-pihak yang bersengketa. Dalam komunikasi, tatap muka,

ada pesan dan isi dari pesan yang dimaksud. Dengan pesan ini, masing-masing

pihak mengetahui apa yang menjadi concern, posisi, dan kepentingan. Hanya

dengan komunikasilah proses rekonsiliasi itu bisa sama-sama di capai. Dalam

proses rekonsiliasi ini masing-masing pihak mengembangkan joint problem

solving (pemecahan masalah secara bersama) yang memuaskan kepentingan

masing-masing pihak. Solusi ini ingin memenangkan masing-masing pihak yang

berkonflik, pihak yang mengancam akomodasinya terpenuhi dan pihak yang

terancam juga merasa puas karena tak ada ganjalan.

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

18

2. Proses Mediasi dan Pemilihan Mediator

Dalam konteks konflik di Blok Gundih, alternatif pemecahan yang dapat

digunakan salah satunya dengan mediasi. Proses mediasi sendiri merupakan

upaya penyelesaian konflik yang menggunakan mediator untuk menjajagi dan

mencapai kesepakatan (Sudharto, 2006: 105). Sifat sukarela dalam proses mediasi

juga ditentukan dalam memilih mediator, artinya bahwa pemilihan mediator

didasarkan atas kesepakatan para pihak yang berkonflik.

Dalam proses mediasi, Sudharto (2006: 103-107) membagi dalam

beberapa tipologi mediator, antara lain sebagai berikut :

a. Mediator jaringan sosial, mediator yang dipilih karena adanya jaringan

atau hubungan sosial. Jika ada konflik antara kedua belah pihak lalu

memilih pihak yang dikenal dan dipercaya oleh kedua belah pihak, maka

dikenal sebagai mediator jaringan sosial. Konflik pada masyarakat modern

maupun masyarakat tradisional banyak yang menggunakan mediator tipe

ini. Para pihak percaya jika yang memediasi tipe ini, maka akan menjamin

lancarnya perundingan. Dalam konflik lingkungan, seseorang yang

memiliki pengalaman dan integritas biasanya akan dipilih menjadi

mediator. Biasanya yang dipilih dalam mediator tipe ini berasal dari

kalangan LSM atau Perguruan Tinggi.

b. Mediator otoritatif, mediator otoritatif adalah mediator yang dipilih karena

yang bersangkutan memiliki otoritas atau kewenangan. Kewenangan ini

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

19

mendorong tercapainya hasil akhir. Meskipun dalam menjalankan tugasnya

ia tetap harus netral dan tidak menggunakan kewenangannya dalam

mempengaruhi hasil perundingan.

c. Mediator independen, berbagai pihak memilih mediator ini karena

dianggap professional. Para pihak-pihak yang berkonflik memilihnya bukan

karena adanya hubungan sosial, hubungan pribadi maupun karena memiliki

otoritas tetapi memang semata-mata karena yang bersangkutan memang

professional dan memiliki keahlian baik karena bidangnya maupun karena

pengalamannya dalam memediasi berbagai kasus.

Dalam konteks di Blok Gundih, tipe mediator yang digunakan adalah

mediator otoritatif. Mediator otoritatif sendiri menjadi mediator yang dipilih

karena yang bersangkutan memiliki otoritas atau kewenangan. Kewenangan ini

mendorong tercapainya hasil akhir. Mediator Otoritatif terjadi dalam kasus Blok

Gundih terlihat dari beberapa hal : pihak yang menjadi mediator memiliki

hubungan otoritatif dengan pihak-pihak yang berkonflik, memiliki sumber daya

untuk membantu pemantauan dan implementasi kesepakatan, memiliki

kewenangan untuk membuat kesepakatan, serta dipandang memiliki atribut

tertentu yang mendorong tercapainya kesepakatan (Sudharto, 2006: 106). Dalam

menjalankan tugasnya mediator tetap harus netral dan tidak menggunakan

kewenangannya dalam mempengaruhi hasil perundingan

Beberapa hal penting terkait dengan proses mediasi yang perlu

diperhatikan antara lain sebagai berikut: Siapa yang akan terlibat dalam

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

20

perundingan, dimana perundingan akan dilaksanakan, bagaimana pengaturan tata

letak perundingan akan dilaksanakan, bagaimana prosedur perundingan akan

dilaksanakan, isu-isu kepentingan dan alternatif kesepakatan, kondisi psikologis

para pihak yang berkonflik, serta kemungkinan-kemungkinan bila terjadi dead

lock (Sudharto dalam More, 2006: 71).

E. Definisi Konsep dan Operasional

1) Konflik Lingkungan merupakan adanya perbedaan kepentingan antara dua

aktor atau lebih mengenai lingkungan, dimana ada ada pihak yang yang merasa

terancam dan ada pihak yang mengancam. Indikator operasional untuk melihat ini

antara lain sebagai berikut:

a. Pihak yang mengancam, yakni mereka yang aktivitasnya dirasa mengancam

keberadaan lingkungan.

b. Pihak yang terancam, yakni mereka yang merasa terancam dengan keberadaan

aktor-aktor yang dikhawatirkan akan merusak lingkungan.

2) Sumber Konflik Lingkungan yakni faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya konflik lingkungan. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

konflik lingkungan antara lain sebagai berikut:

A. Kelangkaan Lingkungan,yakni penggambaran bagaimana kondisi terjadi

penurunan produktivitas lingkungan yang disebabkan oleh bencana atau

eksploitasi secara berlebihan. Kelangkaan lingkungan ini dapat dilihat dengan

indikator sebagai berikut:

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

21

a. Supply-induced, yakni ketersediaan sumber daya air yang sangat terbatas

sehingga akan menimbulkan kelangkaan.

b.Demand-induced, yakni permintaan akan sumber daya air yang tak terkendali

serta populasi yang semakin meningkat.

c. Structural Scarcity, yakni distribusi sumber daya air yang tidak merata dan

hanya terpusat dalam satu kelompok atau satu wilayah tertentu.

B. Efek Sosial Yang Mempengaruhi Konflik, yakni faktor-faktor sosial

yang turut serta dalam memunculkan konflik.

a. Produktifitas pertanian (agricultural productivity), yakni berkurangnya

produk pertanian yang di sebabkan oleh keterbatasan produksi. Lahan-lahan

pertanian yang ada di wilayah Blok Gundih sebagian telah bertransformasi

menjadi lahan tambang, sehingga mengancam produksi pertanian;

b. Produktifitas ekonomi (economic productivity), ancaman terhadap

produktifitas ekonomi muncul ketika kuantitas permintaan terhadap

sumberdaya lingkungan begitu tinggi sedangkan ketersediaan produk itu

sendiri terbatas;

c. Migrasi (perpindahan penduduk), Migrasi pupulasi terjadi karena adanya

faktor struktural yakni distribusi yang tidak merata. Dalam konteks

pertambangan di Blok Gundih, migrasi terlihat dari banyaknya pendatang

yang datang di kawasan ini, sehingga menimbulkan permasalahan baru.

d. Ancaman terhadap lembaga atau institusi, lembaga atau institusi yang

melemah menjadi ancaman tersendiri ketika berhadapan dengan isu

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

22

lingkungan. Hal ini dapat terjadi karena, pertama, kelangkaan tersebut akan

menimbulkan pembengkaan anggaran negara. Kedua, keterbatasan

sumberdaya tersebut akan menimbulkan kompetisi diantara elit-elit yang

terlibat. Ketiga, akan timbul perlawanan dari kaum-kaum yang lemah yang

merasa dirugikan oleh perilaku elit, serta keempat kelangkaan akan

menimbulkan penurunan pendapatan.

3.Konflik dan Kekerasan, konflik dan kekerasan merupakan akibat yang

ditimbulkan karena proses interaksi antara kelangkaan lingkungan dan faktor-

faktor sosial yang mempengaruhi.

a. Simple-scarcity conflict, konflik ini bersifat sederhana. Terjadi dengan aktor

yang tidak komplek. Terjadi ketika negara gagal dalam memainkan

peranannya dalam menyeimbangkan proses pembangunan dengan kebijakan

lingkungan.

b. Group identity conflict,terjadi karena adanya migrasi dan segmentasi sosial,

kesenjangan antara kaum pendatang dan mereka yang sudah lama berdiam,

kesenjangan antara pengusaha dan masyarakat akan menimbulkan

kecemburuan konflik yang berbasis kelompok.

c. Surgery atau kekerasan akan terjadi atas dorongan perasaan menderita yang

dirasakan kelompok dan adanya kesempatan untuk melakukan tindakan

kekerasan

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

23

4). Mediasi Sebagai Alternatif Solusi Untuk Mengatasi Konflik

Proses Mediasi merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk

mengatasi konflik tanpa menggunakan mediator. Alternatif ini dapat dilihat

dengan indikator-indikator sebagai berikut:

a. Mediasi sebagai upaya rekonsiliasi setelah upaya negosiasi tidak bisa

dilaksanakan;

b. Dalam proses mediasi, keberadaan pesan merupakan instrument penting dalam

komunikasi.

c. Mediasi ini menyaratkan adanya mediator yang memiliki obyektifitas.

d. Proses mediasi dalam kasus konflik di Blok Gundih menggunakan mediator

otoritatif, dimana mediator ini dianggap memiliki sumber daya dan otoritas untuk

mempermudah mencapai kesepakatan.

e. Proses mediasi menyangkut: Siapa yang akan terlibat dalam perundingan,

dimana perundingan akan dilaksanakan, bagaimana pengaturan tata letak

perundingan akan dilaksanakan, bagaimana prosedur perundingan akan

dilaksanakan, isu-isu kepentingan dan alternative kesepakatan, kondisi psikologis

para pihak yang berkonflik, serta kemungkinan-kemungkinan bila terjadi dead

lock;

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

24

F. Kerangka Pemikiran

G. Metode Penelitian

1. Jenis Metode Penelitian

Kasus konflik yang terjadi di kawasan pertambangan Blok Gundih akan

menjadi ruang empiris dalam penelitian ini. Lokasi penelitian akan dipusatkan di

Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. Pilihan peneliti untuk

memilih kawasan Blok Gundih, terkait beberapa alasan: Pertama,kawasan ini

merupakan kawasan pertambangan migasdi Indonesia yang belum banyak dikaji

dengan pendekatan sosial. Kedua, kawasan ini merupakan salah satu pilot

projectgas kotadi Indonesia yang sarat akan masalah-masalah sosial. Ketiga,

konflik yang terjadi di kawasan pertambangan ini bersifat fluktuatif dan terkadang

tidak nampak, berbeda dengan resistensi-resistensi masyarakat di kawasan industri

tambang yang lainnya. Keempat, Blora menjadi pemimpin atau koordinator

Kelangkaan

Lingkungan Sebagai

Sumber Penyebab

Konflik

Faktor Sosial Sebagai

Penyebab

Konflik

Konflik

Rekonsiliasi

(Mediasi)

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

25

forum kepala-kepala daerah penghasil migas, dimana peranannya dalam isu

keamanan lingkungan di kawasan pertambangan sangat representatif.

Metode penelitian yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah metode

studi kasus. Metode ini kami pilih terkait dengan beberapa argumentasi mendasar,

pertama untuk mempermudah dalam menjawab pertanyaan mengapa lingkungan

khususnya sumber daya air menjadi isu penting dalam konflik yang terjadi di

kawasan Blok Gundih, Blora Selatan. Kedua metode ini kami pilih untuk

mengamati peristiwa kekinian secara lebih dalam mengenai dinamika konflik

yang terhadi di kawasan Blok Gundih, Blora Selatan. Ketiga, sebagai bentuk

‘sample’ bahwa proyek industrialisasi energi masih mengandung permasalahan

besar ketika dihadapkan dengan isu lingkungan. Keempat, Penelitian ini ingin

membidik sasaran berupa periode waktu kapan konflik itu terjadi, sehingga model

studi kasus ini kami rasa cukup relevan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data studi ini akan menggunakan pada proses

pengumpulan data yang cukup standar, yaitu mengkombinasikan antara metode

pengumpulan data primer dan data sekunder. Untuk mendapatkan data primer,

sumber data akan kami peroleh dengan melakukan wawancara mendalam yang

melibatkan beberapa informan yang cukup signifikan. Sumber-sumber informan

tersebut antara lain:

a. Masyarakat lokal, masyarakat lokal ini mereka yang berada di sekitar lokasi

pertambangan dan terkena dampak dari pertambangan;

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

26

b. Petani, petani yang akan kami wawancarai adalah mereka yang memiliki

lahan di area PPGJ, baik yang lahan pertaniannya masih bertahan maupun

yang sudah terjual dan menjadi area pertambangan;

c. Kementrian ESDM, Pertamina, PPGJ dan SKK Migas dan aktor-aktor

perusahaan yang terlibat dalam proses pengeboran.

d. Asosiasi petani, kelompok petani yang menjadi korban pengeboran di area

PPGJ. Mereka tergabung dalam Sarikat Petani Blora Selatan (SPBS);

e. Ketua Dharmatirta, Ketua Dharmatirta yang menjadi narasumber utama

adalah Ketua Dharmatirta Desa Sumber, Ketua Dharmatirta Desa

Mojorembun, Ketua Dharmatirta Desa Wado dan beberapa ketua Dharmatirta

lain yang berlokasi di wilayah cekungan Randublatung;

f. Kepala Desa Sumber dan Mantan Kepala Desa Sumber serta beberapa

perangkat desa yang mengetahui kronologis pertambangan gas di Desa

Sumber;

g. Badan Permusyawaratan Desa, lembaga legislatif di tingkat Desa yang

berperan dalam mengawasi mekanisme pemerintahan di tingkat desa;

h. Pejabat Dinas Energi Sumberdaya Mineral dan Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Blora;

i. DPRD Kabupaten Blora, khususnya yang membidangi isu pertambangan dan

lingkungan;

j. NGO yang telah melakukan advokasi terhadap konflik diarea Pertambangan;

Informan-informan ini kami pilih karena mereka pada umumnya include dalam

dinamika konflik yang terjadi, sehingga kami harapkan dapat memberikan uraian

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

27

mengenai keamanan dikawasan pertambangan secara komprehensif. Teknik

wawancara secara mendalam kami pilih untuk mengetahui proses pembuatan

keputusan serta alasan-alasan dalam pembuatan keputusan.

Dalam mengumpulkan data kami juga memanfaatkan sumber-sumber

dokumentasi. Dokumentasi akan kami lacak melalui arsip-arsip yang dimiliki

perusahaan, pemerintah maupun NGO. Arsip-arsip baik berupa surat perijinan

proyek, nota kerjasama, dan kajian-kajian yang sudah dilakukan sangatlah

penting. Alternatif lain untuk mengumpulkan data saya gunakan melalui sumber-

sumber data dari media massa. Untuk suratkabar harian kami akan mengandalkan

harian lokal yang ada di Blora, seperti: Diva, Suara Muria, Blok Cepu, Suara

Banyu urip, dan sebagainya.

3. Struktur Analisis

Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

Creswell (2007) yakni : pertama, peneliti mengorganisir informasi yang

ditemukan di lapangan, dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengumpul

informasi melalui pembacaan terhadap berbagai literatur dan wawancara dengan

informan. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul maka langkah kedua membaca

keseluruhan informasi yang telah diperoleh dan memberi kode pada setiap hasil

amatan untuk memudahkan ketika melakukan analisis. Adapun tahapan ketiga

adalah membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus yang terjadi beserta

konteks terjadinya suatu peristiwa. Keempat, peneliti menentukan pola relasi yang

terjadi melalui pembacaan terhadap aktor-aktor yang saling berinteraksi di lokasi

penelitian. Kelima, peneliti melakukan interpretasi terhadap fenomena yang

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

28

terjadi dan selanjutnya menyajikan hasil intrepetasi atas data yang diperoleh

secara naratif di dalam bentuk tulisan.

4. Sistematika Bab

Dalam upaya memberikan pemahaman terhadap isi dari penelitian, maka

thesis ini dibagi dalam beberapa bagian yang terkait antara satu dengan yang lain.

Sistematika penulisan dalam tesis ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bagian ini merupakan bagian pengantar atas penelitian yang akan dilakukan.

Bagian ini menujukkan latar belakang permasalahan, signifikansi penelitian,

kerangkan pemikiran, serta metode yang akan digunakan.

Bab II Lingkungan Blok Gundih : Satu Arena Ruangan Beragam

Kepentingan

Bab ini merupakan gambaran umum atas penelitian yang dilakukan. Bab ini akan

akan menjelaskan beberapa hal diantaranya: Pertama, Identitas Blok Gundih

dalam seting alam, seting sosial politik dan setting ekonomi.Kedua,sejarah

perkembangan industri pertambangan migas di Blora. Ketiga ingin melihat proses

atau pentahapan dalam produksi migas di PPGJ.

Bab III Sumber-Sumber dan Proses Terjadinya Konflik

Bab ini akan menguraiakan tentang pemetaan aktor-aktor yang terlibat dalam

konflik, kepentingan dan sumber daya yang dimiliki aktor-aktor serta faktor-

faktor yang yang menyebabkan terjadinya konflik.

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128767/po...pertambangan Blok Gundih, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. ... 5 Desember 2003

29

BAB IV Proses dan Bentuk-Bentuk Konflik Yang Terjadi

Bab ini akan menggambarkan mengenai proses terjadinya konflik dan tipe-tipe

konflik yang terjadi dalam kasus konflik Lingkungan di Blok Gundih. Tipi-tipe

dari konflik digambarkan dari yang sederhana hingga komplek.

BAB V Mediasi Sebagai Alternatif Dalam Proses Rekonsiliasi Atas Konflik

Bab ini akan menggambarkan mengenai proses rekonsiliasi yang terjadi di Blok

Gundih. Proses rekonsiliasi ini secara spesifik menjelaskan mengenai mediasi

yang menjadi alternatif dalam proses rekonsiliasi. Bagaimana proses mediasi

dijalankan dan bagaimana memeilih mediator untuk mengatasi konflik di Blok

Gundih, akan diuraikan dalam bab ini.

Bab V Penutup

Peneliti menuliskan simpulan atas penelitian yang sudah dilakukan serta

melakukan refleksi teoritis atas hasil penelitian serta melakukan elaborasi lebih

lanjut tentang kajian yang dapat dilakukan dalam penelitian kedepan.

ANALISA KONFLIK DI KAWASAN PERTAMBANGAN MIGAS BLOK GUNDIH, DESA SUMBER,KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN BLORAM.NUR ROFIQ ADDIAN SUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/