19
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Shalat merupakan ibadah paling utama dalam agama Islam. Karena shalat adalah tiang agama dan merupakan perbuatan yang pertama kali dihisab oleh Allah SWT kelak. Secara aqli (pandangan akal), statemen itu dapat dibenarkan, sebab aktifitas salat mencerminkan kepribadian secara kafah. 1 Upaya untuk menanamkan sikap disiplin dalam pendidikan salat tidak terlepas dari motivasi seorang guru kepada siswanya, yaitu upaya seorang guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa sejak dini untuk tekun, bergairah dan tertib melaksanakan shalat secara ikhlas terhadap Allah SWT dalam sepanjang hidupnya. Pada prinsipnya mengajarkan salat terlebih dahulu dimulai dari orang tua dan pengasuh (guru) untuk mengajarkan teori disertai dengan memberi contoh baik bacaan dan gerakannya. 2 Nabi Muhammad SAW mengajarkan shalat dengan cara memberi contoh pelaksanaannya secara langsung. Rasulullah bersabda : ص ل وك م ار ا ي ت م و و ىا ص لروي البخ( ى ا) ريArtinya: Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat. (H.R.Al- Buchori) Dalam kaitan inilah bimbingan dan pendidikan agama sangat berfungsi bagi pembentukan kepribadian seseorang. 3 Menurut Mohammad Ali, sebagaimana dikutip oleh Ngainun Na‟im “ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan jika seorang guru ingin melaksanakan proses pembelajaran sebagaimana yang diharapkan”. Pertama, guru harus 1 Muhaimin, dkk, Dimensi Studi Islam, Surabaya: Karya Abditama, 1994, h. 261. 2 A.F. Jaelani, Penyucian Jiwa dan Kesehatan Mental Tankiyat An-Nafs, Jakarta: Penerbit Amzah, 2000, h. 71. 3 Jalaluddin,Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raya grafindo Persada, 2001, h. 181.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2159/2/BAB I.pdf · seorang guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa sejak dini untuk tekun, bergairah dan tertib

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2159/2/BAB I.pdf · seorang guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa sejak dini untuk tekun, bergairah dan tertib

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Shalat merupakan ibadah paling utama dalam agama Islam. Karena

shalat adalah tiang agama dan merupakan perbuatan yang pertama kali

dihisab oleh Allah SWT kelak. Secara aqli (pandangan akal), statemen itu

dapat dibenarkan, sebab aktifitas salat mencerminkan kepribadian secara

kafah.1

Upaya untuk menanamkan sikap disiplin dalam pendidikan salat

tidak terlepas dari motivasi seorang guru kepada siswanya, yaitu upaya

seorang guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa sejak dini untuk

tekun, bergairah dan tertib melaksanakan shalat secara ikhlas terhadap

Allah SWT dalam sepanjang hidupnya. Pada prinsipnya mengajarkan salat

terlebih dahulu dimulai dari orang tua dan pengasuh (guru) untuk

mengajarkan teori disertai dengan memberi contoh baik bacaan dan

gerakannya.2

Nabi Muhammad SAW mengajarkan shalat dengan cara memberi

contoh pelaksanaannya secara langsung.

Rasulullah bersabda :

ريَ(اىَ)رويَالبخل َصَ ىَا َو َوَ مَ ت َيَ ا َارَ مَ وكَ ل َصَ

Artinya: Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat. (H.R.Al-

Buchori)

Dalam kaitan inilah bimbingan dan pendidikan agama sangat

berfungsi bagi pembentukan kepribadian seseorang.3 Menurut Mohammad

Ali, sebagaimana dikutip oleh Ngainun Na‟im “ada beberapa aspek yang

perlu dipertimbangkan jika seorang guru ingin melaksanakan proses

pembelajaran sebagaimana yang diharapkan”. Pertama, guru harus

1Muhaimin, dkk, Dimensi Studi Islam, Surabaya: Karya Abditama, 1994, h. 261.

2A.F. Jaelani, Penyucian Jiwa dan Kesehatan Mental Tankiyat An-Nafs, Jakarta: Penerbit

Amzah, 2000, h. 71. 3Jalaluddin,Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raya grafindo Persada, 2001, h. 181.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2159/2/BAB I.pdf · seorang guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa sejak dini untuk tekun, bergairah dan tertib

2

mempunyai pegangan asasi tentang mengajar dan dasar-dasar teori belajar.

Kedua, guru harus dapat mengembangkan sistem pengajaran. Ketiga, guru

harus mampu melakukan penilaian hasil belajar sebagai dasar umpan balik

bagi seluruh proses yang ditempuh.4

Keimanan dan ketaqwaan tidak lepas dari pendidikan shalat yang

sangat besar manfaatnya bagi kehidupan, shalat mencegah perbuatan keji

dan munkar, shalat meningkatkan disiplin hidup, shalat membuka hati

pada kebenaran dan masih banyak lagi manfaatnya bagi segi kejiwaan.5

Akan tetapi pada zaman sekarang ini banyak orang yang mengaku

Islam, tetapi melalaikan shalat dan meremehkannya. Mereka tetap

melakukan fahsya' (segala perbuatan yang jahat) dan munkar. Mereka tak

sadar bahwa siapa yang meninggalkan salat fardhu dengan sengaja, maka

ia telah ingkar (kafir) dengan nyata-nyata.6

Dengan demikian shalat adalah azas yang fundamental yang menjadi

ukuran kualitas Islam dalam diri seseorang. Oleh karena itu salat perlu

dipelajari, diketahui secara tepat dan dilaksanakan secara teratur, agar

manfaatnya dapat dinikmati dan dirasakan dengan sungguh-sungguh. Anak

yang sejak kecil rajin mengerjakan shalat sampai besar dalam keadaan

bagaimanapun, mereka tidak akan lupa kepada Allah, serta selalu

menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik serta melahirkan sikap pribadi

yang disiplin.7

Shalat merupakan salah satu sendi ajaran Islam yang sering disebut

dalam Al-Qur‟an dan Al Hadist. Hal ini menunjukkan bahwa betapa

penting arti ibadah shalat sebagai media untuk mewujudkan hubungan

yang selaras antara manusia dengan Allah dan manusia dengan mahluk

yang lainnya. Salat berjamaah merupakan suatu tindakan ibadah shalat

4Ngainum Naim, Materi Penyusunan Desain Pembelajaran Pendidkan Agama Islam,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, cet. 1. h. 2. 5Ibid., h. 48.

6Departemen Agama RI, Rukun Islam, Jakarta: Depag RI, 1984, h. 14.

7Ibid., h. 15.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2159/2/BAB I.pdf · seorang guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa sejak dini untuk tekun, bergairah dan tertib

3

yang dikerjakan bersama-sama, di mana salah seorang di antaranya

sebagai imam dan yang lainnya sebagai makmum.8

Orang yang berupaya melaksanakan salat secara berjamaah biasanya

terdorong beberapa hal. Pertama, adanya unsur kesamaan, yakni kesamaan

sebagai hamba Allah yang beribadah kepada sang Kholiq, kesamaan

keinginan seperti ingin mendapatkan pahala yang lebih banyak, keinginan

melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim dan sebagainya.

Kedua, adanya unsur kebersamaan, yakni dalam pelaksanaan salat

berjamaah mempunyai nilai sosial atau kebersamaan.9Ketiga, adanya

unsur persaudaraan, yakni persaudaraan antara sesama muslim yang

beriman.

Oleh karena persaudaraan itu mendorong ke arah perdamaian, maka

Allah menganjurkan agar terus diusahakan perdamaian diantara saudara

saudara seagama seperti perdamaian di antara saudara-saudara yang

seketurunan, dan supaya mereka tetap memelihara ketaqwaan kepada

Allah dengan cara saling mengenanl, kerjasama, gotong-royong, saling

membantu, dan tolong menolong dalam hal kebaikan demi kepentingan

umum.

Dalam ajaran Islam, shalat berjamaah adalah cara yang terbaik

dalam mengerjakan sembahyang, karena dengan demikian kaum muslimin

berkesempatan untuk berkenalan, beramah tamah, tolong menolong, dan

berkumpul bersama-sama dalam berdo‟a, zikir dan menundukkan hati

kepada Allah SWT.

Shalat berjamaah dikatakan sebagai perbuatan yang sangat baik

karena didalamnya telah dijanjikan pahala sebanyak 27 derajat bagi orang

yang mengerjakannya. Hal ini ditegaskan pula oleh Al Hafizh Al Iragi

yang berasal dari ucapan Sa‟id bin Mushayyab, bahwa Nabi SAW

8M. Abdul Mujib, Kamus Istilah fiqih, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994, h. 318.

9Sentot Haryanto, Psikologis Shalat, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002, h. 132.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2159/2/BAB I.pdf · seorang guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa sejak dini untuk tekun, bergairah dan tertib

4

menyatakan “Barang siapa mengerjakan shalat berjama‟ah, maka ia telah

mengisi penuh tubuhnya dengan ibadah”.10

Seorang muslim hendaknya melakukan shalat secara berjama‟ah.

Hal ini mengingat betapa utamanya orang yang shalat secara berjama‟ah

dari pada shalat sendirian, dan hendaknya ditanamkan pula kebiasaan

berjamaah bagi anak-anak sejak dini sehingga mereka lebih mengerti akan

hak dan kewajibannya sebagai orang yang beragama Islam.11

Mengenai shalat Dzuhur berjama‟ah berarti shalat yang dilakukan

pada waktu matahari berada tepat di atas kepala kita sampai condong ke

barat yang dilakukan secara bersama-sama dengan dipimpin oleh seorang

imam dan diikuti oleh makmum.12

Dalam uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan

judul “Penerapan Program Shalat Dzuhur Berjama‟ah dalam Membentuk

Kedisiplinan Belajar Siswa MTs NU 07 Patebon Kendal”. Penelitian ini

dilakukan karena penulis melihat fenomena yang ada bahwa masih banyak

siswa yang belum mengamalkan dan mengetahui manfaat shalat dzuhur

berjama‟ah.

B. Alasan Pemilihan Judul

1. Shalat merupakan salah satu pilar agama yang menduduki peringkat

kedua setelah syahadat. Mengerjakannya pada awal waktu merupakan

amalan yang terbaik, sedang meninggalkannya merupakan perbuatan

kufur. Wanita Muslimah akan ditanya mengenai shalat ini dihadapan

Allah SWT pada hari kiamat kelak, sebagaimana firman-Nya :

لوتَ َالصَّ ى ي هَ َا نَّ م ؤ ل ىَا لم َع ا وت ت اب َاك تَك ق و و (٣٠١َ:اء)الىسَامَّ

Artinya: “Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan

waktunya atas orang-orang yang beriman.” (An-Nisa’: 103)

10

Muhammad Al baqir, Rahasia – rahasia Sholat Al Ghazali, Bandung: Karisma cet.

XVIII, 1999, h. 23. 11

Ibid., h. 25. 12

Ibid., h. 30.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2159/2/BAB I.pdf · seorang guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa sejak dini untuk tekun, bergairah dan tertib

5

2. Dari penelitian ini, penulis berharap motivasi dari guru MTs NU 07

Patebon tentang pentingnya melaksanakan shalat dzuhur berjamaah

dapat mempengaruhi kedisiplinan dalam belajar siswa.

3. Penulis juga bertujuan menjadikan penelitian ini sebagai karya ilmiah

yang dapat berguna untuk diterapkan siswa dalam mengatur waktu.

4. Disamping itu pula karena judul tersebut menurut pengamatan penulis

belum ada yang meneliti di MTs NU 07 Patebon - Kendal, sehingga

pembahasan ini akan memberikan sumbangan pikiran baru dalam

pengembangan ilmu pengetahuan.

C. Telaah Pustaka

Telaah pustaka dalam penelitian ilmiah dijadikan sebagai bahan

rujukan untuk memperkuat kajian teoritis dan memperoleh informasi yang

berkaitan dengan topik pembahasan.

Dalam penelitian Anna Irhamna (202111209) yang berjudul

“Implementasi kegiatan shalat dzuhur berjama‟ah dalam meningkatkan

kedisplinan siswa di MIS Pandanarum Tirto Pekalongan”. Menyatakan

bahwa disiplin dalam shalat mempunyai pengaruh besar bagi kehidupan

seseorang, sebab dengan disiplin shalat ia belajar untuk melaksanakan

sesuatu pada waktu yang telah ditentukan. Dalam dunia pendidikan, shalat

dapat berfungsi sebagai perantara mendekatkan diri kepada Allah. Shalat

juga mengajarkan tentang kedisiplinan, ketaatan, dan berakhlak, dengan

meneladani makna yang terkandung dalam shalat kemudian

merealisasikan dalam kehidupan sehari- hari.13

Persamaan skripsi Anna Irhamna dengan penulis adalah sama-sama

membahas tentang shalat dzuhur berjama‟ah. Sedangkan perbedaannya

adalah skripsi Anna Irhamna menjelaskan tentang Implementasi kegiatan

shalat dzuhur berjama‟ah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di MIS

Pandanarum Tirto Pekalongan. Sedangkan skripsi penulis menjelaskan

13

Anna Irhamna, “Implementasi kegiatan shalat dzuhur berjama’ah dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa di MIS Pandanarum Tirto Pekalongan”, (skripsi) Pekalongan: STAIN

Pekalongan, 2015, h.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2159/2/BAB I.pdf · seorang guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa sejak dini untuk tekun, bergairah dan tertib

6

penerapan program shalat dzuhur berjama‟ah dalam membentuk

kedisiplinan belajar siswa Mts NU 07 patebon kendal.

Penelitian yang dilakukan oleh Naimatul Hidayah (101111008),

dengan judul “Nilai Shalat Berjama’ah dalam Akhlak Siswa di SMP Entu

Tantular Semarang (Perspektif Bimbingan dan Penyuluhan Islam)”Dalam

skripsi ini dijelaskan bahwa akhlak seseorang pada umumnya terjadi

melalui pengalaman sejak kecil. Pembinaan akhlak tidak hanya menjadi

tanggung jawab orang tua namun lingkungan sekolah juga wajib memberi

pembinaan akhlak yang baik. Pembinaan akhlak menjadi kebutuhan

penting bagi remaja, karena mereka sedang dalam masa transisi. Remaja

yang sedang berusia 12-16 tahun ratarata mereka duduk dibangku Sekolah

Menengah Pertama. Untuk itu, sebagai salah satu upaya dalam pembinaan

akhlak siswa, pembiasaan shalat berjamaah perlu diberikan kepada siswa

remaja yang berfungsi sebagai bekal siswa memasuki usia dewasa. Karena

dalam shalat berjamaah terdapat banyak nilai pendidikan akhlak di

dalamnya.14

Persamaan skripsi Naimatul Hidayah dengan skripsi penulis adalah

sama-sama membahas tentang shalat dzuhur berjama‟ah. Sedangkan

perbedaannya adalah skripsi Naimatul Hidayah menjelaskan tentang nilai

shalat berjamaah dalam akhlak, sedangkan skripsi penulis menjelaskan

tentang penerapan shalat dzuhur berjama‟ah dalam membentuk

kedisiplinan belajar siswa MTs NU 07 patebon kendal.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Fadhilah dalam

penelitiannya mengenai Implikasi Kedisiplinan shalat terhadap Akhlak

Anak di MTs al Fatah Talun Pekalongan menyimpulkan bahwa implikasi

kedisiplinan salat terhadap akhlak anak di Mts Al Fatah Talun Pekalongan

14

Naimatul Hidayah (101111008), Nilai Shalat Berjamaah dalam Akhlak Siswa di SMP

Entu Tantular Semarang Perspektif Bimbingan dan Penyuluhan Islam (Skripsi), Semarang:

Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang, 2015, h. 8.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2159/2/BAB I.pdf · seorang guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa sejak dini untuk tekun, bergairah dan tertib

7

tergolong baik. Artinya ada korelasi positif antara kedisiplinan salat

terhadap akhlak anak di MTs Al Fatah Talun Pekalongan.15

Persamaan skripsi Fadhilah dengan skripsi penulis adalah sama-sama

membahas tentang shalat dzuhur berjama‟ah. Sedangkan perbedaannya

adalah skripsi Fadhilah menjelaskan tentang Implikasi shalat terhadap

akhlak anak di MTs Al-Fatah Talun Pekalongan, sedangkan skripsi penulis

menjelaskan tentang penerapan shalat dzuhur berjama‟ah dalam

membentuk kedisiplinan belajar siswa MTs NU 07 patebon kendal.

D. Fokus Penelitian

Dalam pandangan penelitian kualitatif, gejala bersifat menyeluruh

dan tidak dapat dipisah-pisahkah, sehingga peneliti kualitatif menetapkan

penelitiannya berdasarkan situasi sosial yang diteliti, meliputi aspek

tempat, pelaku dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis.

Dikarenakan terlalu luasnya masalah, maka dalam penelitian kualitatif,

peneliti akan membatasi penelitian dalam satu atau lebih variabel yang

disebut sebagai fokus penelitian.16

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan

penulis angkat adalah:

1. Bagaimana penerapan program shalat dzuhur berjama‟ah dalam

membentuk kedisiplinan belajar siswa MTs NU 07 Patebon Kendal ?

2. Bagaimana problematika dan solusi dalam penerapan program shalat

dzuhur berjama‟ah dalam membentuk kedisiplinan belajar siswa MTs

NU 07 Patebon Kendal ?

E. Penegasan Istilah

Untuk menyamakan pandangan pembaca dalam memahami isi dari

skripsi yang berjudul “Penerapan Program Shalat Dzuhur Berjama‟ah

dalam Membentuk Kedisplinan Belajar Siswa MTs NU 07 Patebon

Kendal”. Penulis akan menguraikan beberapa istilah dalam judul.

15

Fadhilah, “Implikasi Kedisiplinan shalat terhadap Akhlak di MTs al Fatah Talun

Pekalongan”. (Skripsi) Semarang: Perpustakaan Universitas Wahid Hasyim Semarang, 2007, h.

75. 16

Prof.Dr. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2015, h.285.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2159/2/BAB I.pdf · seorang guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa sejak dini untuk tekun, bergairah dan tertib

8

1. Implementasi

Implementasi berasal dari bahasa Inggris „implementation’ yang

berarti pelaksanaan.17

Dalam hal ini maksudnya adalah pelaksanaan

program sholat dzuhur berjama‟ah di MTs NU 07 Patebon Kendal.

2. Kedisiplinan Belajar

Kedisiplinan belajar Kedisiplinan berasal dari kata dasar „disiplin‟

yang mendapat awlan „Ke-‟ dan akhiran „-an‟. Disiplin berasal dari

bahasa latin discere yang berarti belajar. Dari kata ini timbul kata

disclipina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang kata

disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian.

Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau

tunduk pada pengawasan, dan pengendalian. Kedua, disiplin sebagai

latihan yang bertujuan mengembangankan diri agar dapat berperilaku

tertib.18

3. Shalat

Shalat secara bahasa berarti berdo‟a. Sedangkan pengertian shalat

menurut syara‟ adalah ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan

tertentu, yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan

salam, Ucapan di sini adalah bacaan-bacaan al-Qur‟an, takbir, tasbih,

dan do‟a. Sedang yang dimaksud dengan perbuatan adalah gerakan-

gerakan dalam shalat misalnya berdiri, ruku‟, sujud, duduk, dan

gerakan-gerakan lain yang dilakukan dalam shalat.

4. Shalat Berjama‟ah

Shalat berjamaah adalah shalat yang dikerjakan secara bersama-

sama, sekurang-kurangnya dua orang, yakni imam dan makmum.

Makin banyak jumlahnya, semakin utama. Pahala berjama‟ah adalah

27 derajat dibandingkan dengan shalat sendirian.19

17

Ibid., h. 313. 18

Masriyatun, “Kolerasi antara Kedisiplinan Belajar dengan Hasil Belajar Aqidah

Akhlak Siswa Kelas VI MI Miftahul Huda Bawu Mojo dengan MI lanatusSyibyan Bawu Lor

Batealit Jepara: Tahun Pelajaran 2014/2015”( Skripsi) Jepara: UNISNU, 2015, h. 13. 19

A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 1 Aqidah Dan Ibadah, Bandung:

Pustaka Setia, h. 371.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2159/2/BAB I.pdf · seorang guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa sejak dini untuk tekun, bergairah dan tertib

9

F. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mendiskripsikan penerapan program sholat dzuhur

berjama‟ah dalam membentuk kedisiplinan belajar siswa MTs NU

07 Patebon Kendal

b. Untuk mendiskripkan problematika dan solusi dalam penerapan

program sholat dzuhur berjama‟ah dalam membentuk kedisiplinan

belajar siswa MTs NU 07 Patebon Kendal

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis

maupun secara praktis.

a. Secara Teoritis

1) Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan

khazanah dalam Ilmu pengetahuan, khusunya Ilmu Pendidikan

agama Islam di MTs NU 07 Patebon Kendal.

2) Mampu menambah khazanah keilmuan Pendidikan Agama

Islam dalam memberikan pengetahuan tentang peningkatan

keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dalam kelas.

b. Secara Praktik

1) Bagi Peserta Didik

Siswa sebagai peserta didik lebih memahami materi pelajaran

PAI dengan memaksimalkan kemampuan dalam memahami

dan mengingat.

2) Bagi Guru

Meningkatkan kreatifitas guru dalam menentukan strategi dan

metode yang tepat untuk pembelajaran PAI.

3) Bagi Sekolah

Sebagai salah satu upaya untuk memecahkan masalah dalam

proses belajar mengajar atau kegiatan belajar mengajar

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2159/2/BAB I.pdf · seorang guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa sejak dini untuk tekun, bergairah dan tertib

10

sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran PAI di MTs

NU 07 Patebon Kendal.

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan pendekatan penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Beberapa metode yang ada diantaranya adalah metode penelitian

kualitatif, kuantitatif dan pengembangan. Dalam penelitian ini,

termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti

pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara

purposes dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi,

analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan

pada makna daripada generalisasi.20

Penggunaan metode kualitatif pada penelitian ini dikarenakan

untuk mengungkapkan dan memahami sesuatu di balik fenomena.

Fenomena merupakan sesuatu hal yang dapat disaksikan dengan panca

indera dan diterangkan secara ilmiah. Sebagaimana fungsi dan manfaat

penelitian kualitatif yakni meneliti sesuatu secara lebih mendalam,

menggali informasi yang tidak dapat didapat dari metode penelitian lain

serta menelaah suatu latar belakang seperti motivasi, peranan, nilai,

sikap dan persepsi.21

Penelitian yang dilakukan di Sekolah MTs NU 07 Patebon Kendal

merupakan jenis penelitian lapangan (field research). Field research

yaitu penelitian yang dilakukan di lapangan untuk mendapatkan data

20

Prof.Dr.Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2015. h. 15. 21

Prof.Dr.Lexy J.Moleong, M.A, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2009. h.7

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2159/2/BAB I.pdf · seorang guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa sejak dini untuk tekun, bergairah dan tertib

11

yang konkret dari data penelitian sebagai bahan laporan.22

Penelitian ini

juga menggunakan pendekatan kualitatif, yang mana pendekatan

kualitatif adalah pendekatan penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Secara

holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa,pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.23

2. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek Penelitian ini adalah siswa MTs NU 07 Patebon Kendal

dengan Obyeknya mengenai penerapan program sholat dzuhur

berjama‟ah dalam membentuk kedisiplinan belajar siswa MTs NU 07

Patebon Kendal.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Data dalam penelitian ini berarti informasi atau fakta yang

diperoleh melalui pengamatan atau penilaian di lapangan yang bisa

dianalisis dalam rangka memahami sebuah fenomena atau untuk

mensupport sebuah teori.24

Data penelitian ini dikategorikan sebagai

data kualitatif, yaitu data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam

bentuk angka. Data kualitatif diperoleh memlalui wawancara dan

observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip).

Selain itu, data penelitian ini terdiri data primer dan sekunder. data

primer merupakan data yang berkaitan langsung dengan

permasalahan, yakni data yang berkaitan dengan penerapan program

sholat dzuhur berjama‟ah dalam membentuk kedisiplinan

belajarsiswa MTs NU 07 Patebon Kendal. Data sekunder adalah data

22

M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta:

Ghaila Indonesia, 2002, h. 11. 23

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,

2013, h. 6. 24

Jack, C, Ricards, Longman Dictionary of Languge Teaching and Linguistics, Kuala

Lumpur: Longman Group 1999, h. 96.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2159/2/BAB I.pdf · seorang guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa sejak dini untuk tekun, bergairah dan tertib

12

yang dapat mendukung penelitian sebagai pembanding, penjelas

maupun penguat terhadap permasalahan yang diteliti. Data sekunder

dalam penelitian ini adalah data yang berhubungan dengan

penerapan program shalat dzuhur berjama‟ah dalam membentuk

kedisiplinan siswa.

b. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata

dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan

lain-lain.Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas informan.

Informan adalah orang yang memberikan informasi mengenai

hal-hal yang diperlukan oleh peneliti. Peneliti memilih informan

sesuai dengan sasaran dari rumusan masalah. Informan kunci yang

pertama adalah kepala, guru, dan siswa MTs NU 07 Patebon Kendal

yang dipilih berdasarkan pertimbangan dari guru mata pelajaran

Agama Islam, berupa tingkat keaktifan siswa saat pembelajaran dan

hasil ujian tengah semester siswa.25

4. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dengan setting alamiah dari penelitian ini,

maka penulis menggunakan beberapa metode, yaitu:

a. Metode Observasi

Metode observasi adalah teknik pengumpulan data mempunyai

ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu

wawancara ataupun sekunder. dari segi proses pelaksanaan

pwngumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant

observation, selanjutnya dari segi instrumen yang digunakan, maka

observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak

terstruktur.26

Observasi merupakan dasar dalam ilmu pengetahuan. Melalui

observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku

25

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 2017, h.157. 26

Sugiyono, Op. Cit., h. 145.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2159/2/BAB I.pdf · seorang guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa sejak dini untuk tekun, bergairah dan tertib

13

tersebut. Observasi dibagi menjadi observasi partisipasi, observasi

terus terang dan tersamar serta observasi tak terstruktur.27

Dalam penelitian ini peneliti termasuk dalam observasi terus

terang dan tersamar. Artinya, suatu waktu peneliti dalam melakukan

pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data,

bahwa ia sedang melakukan penelitian, sehingga mereka mengetahui

aktivitas peneliti. Namun dalam suatu waktu peneliti tidak berterus

terang atau tersamar dalam observasi, hal ini bertujuan untuk

mengindari kalau suatu data masih dirahasiakan.

Dalam penelitian ini, observasi digunakan untuk mengumpulkan

data tentang penerapan program shalat dzuhur berjama‟ah dalam

membentuk kedisiplinan belajar siswa MTs NU 07 Patebon Kendal.

b. Metode Wawancara/ Interview

Wawancara adalah bentuk komunikasi anatara dua orang,

melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari

seseoranglainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,

berdasarkan ketentuan tertentu. Wawancara secara garis besar dibagi

menjadi dua, yakni wawancara tak terstruktur dan wawancara

terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering jugadisebut wawancara

mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, dan

wawancara terbuka (open ended interview), wawancara etnografis,

sedangkan wawancara terstruktur sering jugadisebut wawancara

baku (standar dized interview), yang susunan pertanyaan sudah

ditetapkan sebelumnyadi tulis (biasanyatertulis) dengan pilihan-

pilihan jawaban yang juga sudah disediakan.28

Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data tentang

penerapan program shalat dzuhur berjama‟ah dalam membentuk

kedisiplinan belajar siswa.

c. Metode Dokumentasi

27

Sugiono, Op.Cit., 145. 28

Dedy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013, h.

180.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2159/2/BAB I.pdf · seorang guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa sejak dini untuk tekun, bergairah dan tertib

14

Dokumentasi dilakukan guna mencari data mengenai hal-hal

atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, majalah, surat

kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.29

Dokumentasi yang penulis perlukan dalam hal ini adalah

dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kelembagaan dan

administrasi, desain kurikulum, struktur organisasi MTs NU 07

Patebon Kendal.

5. Uji Keabsaan Data

Untuk memastikan hasil penelitian bersifat lebih empirik, data

yang telah terkumpul dalam penelitian harus ditentukan kebenarannya

melalui uji keabsahan data, di mana dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.30

Dengan

triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang

sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data

dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.31

Triangulasi yang digunakan oleh peneliti, yaitu triangulasi sumber,

triangulasi teknik dan triangulasi teori

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data

yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh

melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas

data tentang penerapan ṣhalat berjamaah dalam membentuk

kedisiplinan belajar siswa di MTs NU 07 Patebon Kendal, maka

pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dapat

dilakukan wawancara terhadap kepala sekolah, guru dan siswa.data

dari ketiga sumber tersebut tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam

penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana

29

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Yogyakarta:

Rineka Cipta, 1998, h. 225. 30

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 330 31

Sugioyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, dan R & D, h. 330.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2159/2/BAB I.pdf · seorang guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa sejak dini untuk tekun, bergairah dan tertib

15

pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari

tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti,

sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang selanjutnya

dimintakan kesepakatan (member check) dengan tiga sumber

tersebut.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik yaitu menguji kredibilitas data yang

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama

dengan teknik yang berbeda. Misalnya, data diperoleh dengan

wawancara, kemudian dicek dengan observasi, dan dokumentasi.

Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut

menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan

diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang

lain, untuk memastikan mana data mana yang dianggap benar, atau

mungkin semuanya benar karena sudut pandangnya berbedabeda.

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat

narasumber masih segar, belum banyak masalah dan data yang

terkumpul akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih

kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat

dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara,

observasi dan dokumentasi dalam waktu dan situasi berbeda. Bila

hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara

berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.32

Jadi, dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik

triangulasi yang meliputi triangulasi sumber, teknik dan waktu

tersebut sebagai bahan pengujian keabsahan data sehingga data yang

diperoleh semakin valid.

32

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &

D), h. 373-374.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2159/2/BAB I.pdf · seorang guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa sejak dini untuk tekun, bergairah dan tertib

16

6. Metode Analisis Data

Analisis data menurut Bogdan dan Biklen adalah proses pencarian

dan pengaturan secara sistematika hasil wawancara, catatan-catatan,

dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman

terhadap semua hal yang dikumpulkan dan memungkinkan menyajikan

apa yang ditentukan.33

Untuk menghasilkan kesimpulan maka analisis data merupakan

langkah untuk mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan

kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola,

memilih mana yang penting dan akan dipelajari dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami.34

Seperti halnya diungkapkan Miles dan Huberman, maka untuk

menganalisis data penelitian kualitatif menggunakan tiga tahapan

sebagai berikut:

33

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2013, h. 210. 34

Sugiyono, Op. Cit., h. 330.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2159/2/BAB I.pdf · seorang guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa sejak dini untuk tekun, bergairah dan tertib

17

a. Reduksi Data (data reduction)

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian dicari

tema dan polanya. Sehingga dapat memberikan gambaran secara

jelas dan dapat mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data

berikutnya, melalui observasi, wawancara dan dokumentasi untuk

kemudian dijadikan rangkuman.35

Data yang dipilih adalah data dari hasil pengumpulan data

lewat observasi, wawancara, dan dokumentasi. Semua data di pilih

sesuai dengan permasalahan yang diungkap penulis.

b. Paparan Data (data display)

Pemaparan data sebagai sekumpulan informasi tersusun, dan

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Dengan pemaparan data maka data akan

terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga semakin

mudah di pahami.36

Data yang penulis sajikan adalah data yang telah terkumpul

dari pengumpulan data, selanjutnya data tersebut disajikan. Data

yang disajikan berupa penerapan program sholat dzuhur berjama‟ah

dalam membentuk kedisiplinan belajar siswa Mts Nu 07 Patebon

Kendal.

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (conclusion drawing/verifying)

Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang

menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data.37

Data

yang didapat berupa kesimpulan dari penyajian data. Dengan adanya

penarikan kesimpulan, maka akan tampak inti pokok penelitian,

sehingga masalah dalam penelitian menjadi jelas.

35

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfa Beta, 2008, h. 92. 36

Amri Darwis, Metode Penelitian Pendidikan Islam: Pengembangan Ilmu Berparadigma

Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014, h. 144. 37

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2013, h. 211-121.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2159/2/BAB I.pdf · seorang guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa sejak dini untuk tekun, bergairah dan tertib

18

H. Sistematika Penyusun Skripsi

Sistematika penulisan skripsi merupakan hal yang sangat penting,

karena mempunyai fungsi untuk menyatakan garis-garis besar dari

masing-masing bab yang saling berkaitan dan berurutan. Hal ini

dimaksudkan untuk memperoleh hasil penelitian yang alamiah, sistematis

dan kronologis. Maka skripsi ini diklasifikasikan menjadi 5 bab dengan

sistematika penulisan sebagai berikut:

1. Bagian muka

Pada bagian ini memuat: halaman judul, halaman abstraksi,

nota pembimbing, halaman pengesahan, pernyataan halaman motto,

halaman persembahan, halaman kata pengantar, transliterasi bahasa

dan halaman daftar isi.

2. Bagian isi (batang tubuh), meliputi :

Bab satu adalah Pendahuluan, yang merupakan gambaran

secara umum dari skripsi ini, yaitu mencakup: latar belakang masalah,

alasan pemilihan judul, telaah pustaka, rumusan masalah, rencana

pemecahan masalah, penegasan istilah, tujuan dan manfaat penelitian,

hipotesis tindakan, metode penelitian, dan sistematika penyusunan

skripsi.

Bab dua adalah landasan teori dan kerangka berpikir yang

terdiri dari tinjauan hasil belajar siswa dan tinjauan pengaruh

penerapan program shalat dzuhur berjama‟ah dan membentuk

kedisiplinan belajar siswa MTs NU 07 Patebon Kendal.

Bab tiga adalah laporan hasil penelitian pengaruh penerapan

program sholat dzuhur berjama‟ah dan membentuk kedisiplinan

belajar siswa MTs NU 07 Patebon Kendal, meliputi : gambaran MTs

NU 07 Patebon Kendal dan laporan hasil penelitian pengaruh

penerapan program shalat dzuhur berjama‟ah dan membentuk

kedisiplinan belajar siswa MTs NU 07 Patebon Kendal, yang meliputi:

data hasil observasi

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2159/2/BAB I.pdf · seorang guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa sejak dini untuk tekun, bergairah dan tertib

19

Bab empat adalah analisis hasil penelitian pengaruh penerapan

program shalat dzuhur berjama‟ah dalam membentuk kedisiplinan

belajar siswa MTs NU 07 Patebon Kendal, ,meliputi analisis

pembahasan data hasil penelitian

Bab lima adalah Penutup, yang terdiri dari: simpulan, saran,

dan kata penutup

Bagian akhir; terdiri dari: daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar

riwayat hidup penulis.