Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ekonomi syariah adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh orang
perorang, kelompok orang, badan usaha yang berbadan hukum atau tidak
berbadan hukum dalam rangka memenuhi kebutuhan yang bersifat komersial dan
tidak komersial menurut prinsip Syariah.1 Artinya yaitu segala kegiatan usaha
yang bersifat menghasilkan keuntungan, yang dilakukan oleh orang per orang
atau sekelompok orang untuk memenuhi suatu kebutuhan berdasarkan ketentuan
syariat Islam. Adapun yang dimaksud dengan ilmu ekonomi syariah adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajarai perilaku manusia sebagai hubungan antara tujuan
dan sarana untuk memiliki kegunaan-kegunaan alternatif berdasarkan hukum
Islam.2
Islam merupakan agama yang bersifat paripurna dan universal, juga
merupakan agama yang lengkap dalam memberikan tuntunan dan panduan kepada
manusia.3 Nilai Islam bukan semata-semata hanya untuk kehidupan muslim, tetapi
untuk seluruh mahluk hidup di muka bumi. Esensi proses Ekonomi Islam adalah
pemenuhan kebutuhan manusia yang berlandaskan nilai-nilai Islam guna
mencapai tujuan agama yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat (al-falah).
1 Lihat Pasal 1 Ayat (1) Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES). 2 Zainudin Ali, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 1. 3 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis,
(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 1.
2
Hukum Islam melalui asas kebaikan dan ketaqwaan menekankan bentuk-
bentuk muamalat dalam kategori ‘an-taradhin, ‘adam al-gharar, tabadul manafi,
dan pemerataan adalah dalam kerangka pemenuhan dan pelaksanaan saling
membantu antara sesama manusia untuk meraih al-birr wa al-taqwa.4
Dalam kegiatan ekonomi syariah, terdapat berbagai macam transaksi atau
yang disebut akad antara dua pihak atau lebih. Transaksi atau akad adalah
kesepakatan dalam suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk melakukan
dan atau tidak melakukan perbuatan hukum tertentu.5
Akad disebut juga ikatan, keputusan, atau penguatan atau perjanjian atau
kesepakatan atau transaksi dapat diartikan sebagai komitmen yang terbingkai
dengan nilai-nilai syariah.6 Secara khusus akad berarti keterkaitan antara ijab
(pernyataan/penawaran/pemindahan kepemilikan) dan qabūl (pernyataan
penerimaan kepemilikan) dalam lingkup yang disyariatkan dan berpengaruh pada
sesuatu.7
Pada masa sekarang, transaksi atau akad tidak hanya dilakukan secara
tradisional namun juga dapat menggunakan teknologi. Kemajuan teknologi yang
berkembang sangat pesat ini dapat dilihat dan dirasakan dengan munculnya
berbagai macam aplikasi bisnis, di Indonesia salah satu aplikasi bisnis tersebut
adalah adanya aplikasi Go-Jek.
4 Atang Abd. Hakim, Fiqh Perbankan Syariah Transformasi Fiqh Muamalah ke dalam Peraturan
Perundang-Undangan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), hlm. 182. 5 Lihat Pasal 20 Ayat (1) Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES). 6 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Cet.Ke-3, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011),
hlm. 35. 7 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah… hlm. 35.
3
Selain itu, sistem pembayaran yang ditawarkan tidak hanya pembayaran
dengan cara tunai melainkan pembayaran dengan cara virtual pay atau disebut
pembayaran elektronik. Uang elektronik (electronic money) merupakan alat
pembayaran elektronik yang diperoleh dengan menyetorkan sejumlah uang
kepada penerbit, baik secara langsung, melalui agen penerbit atau dengan
pendebitan rekening di bank, nilai uang dimasukan menjadi nilai uang dalam
media uang elektronik dalam satuan rupiah yang digunakan untuk transaksi
pembayaran dengan mengurangi secara langsung nilai uang pada media uang
elektronik.8
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (Fatwa
DSN-MUI) Nomor 116/DSN-MUI/IX/2017 tentang Uang Elektronik Syariah,
bahwa yang dimaksud dengan uang elektronik atau electronic money adalah alat
pembayaran yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:9
a. Diterbitkan atas dasar jumlah nominal yang disetor terlebih dahulu kepada
penerbit.
b. Jumlah nominal uang disimpan secara elektronik dalam satu media yang
teredistrasi.
c. Jumlah nominal uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan
simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur
mengenai perbankan.
d. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan
penerbit uang elektronik tersebut.
8 Veithzal Rivai, dkk, Bank and Financial Institutin Management, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007), hlm. 1367. 9 Lihat Fatwa DSN-MUI Nomor 116/DSN-MUI/IX/2017 tentang Uang Elektronik Syariah.
4
Dalam Fatwa DSN-MUI Nomor 116/DSN-MUI/IX/2017 disebutkan juga
mengenai uang elektronik syariah yaitu uang elektronik yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah, maksudnya adalah pada transaksinya tidak ada unsur riba,
gharar, maysir, tadlis, risywah dan israf.10
PT Aplikasi Karya Anak Bangsa atau yang lebih dikenal dengan Go-Jek
merupakan sebuah perusahaan teknologi asal Indonesia yang melayani angkutan
melalui jasa ojek. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2010 di Jakarta oleh
Nadiem Makarim. Saat ini, Go-Jek telah tersedia di 50 kota di Indonesia. Go-jek
Juga menyediakan layanan pembayaran digital atau virtual pay yaing disebut
dengan Go-Pay.11 Go-Pay adalah uang elektronik (electronic money) yang dapat
digunakan untuk melakukan transaksi keuangan melalui aplikasi Go-Jek.12
Sistem pembayaran pada jasa transportasi online di aplikasi Go-Jek tidak
hanya dilakukan dengan cara virtual pay (pembayaran elektronik) atau Go-Pay
tetapi juga dapat dilakukan dengan cara tunai, hal ini mengakibatkan adanya
perbedaan nominal atau harga yang muncul antara pembayaran dengan cara tunai
dan pembayaran dengan cara virtual pay (pembayaran elektronik) yang disebut
dengan Go-Pay pada jasa transportasi online di aplikasi Go-jek, yaitu nominal
atau harga pembayaran dengan cara virtual pay (Go-Pay) lebih murah daripada
pembayaran dengan cara tunai.
Layanan transportasi online pada aplikasi Go-Jek yaitu terdiri dari layanan
Go-ride dan Go-car. Go-ride adalah layanan transportasi penumpang roda dua
10 Lihat Fatwa DSN-MUI Nomor 116/DSN-MUI/IX/2017 tentang Uang Elektronik Syariah. 11 Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/GO-JEK Pada tanggal 3 Agustus 2019, Pukul 10.30
WIB. 12 Diakses dari https://www.go-jek.com/faq/layanan/go-pay/ Pada tanggal 3 Agustus 2019, Pukul
10.50 WIB.
5
atau disebut dengan sepeda motor, sedangkan Go-car adalah layanan transportasi
penumpang roda empat atau disebut dengan mobil.
Karena adanya metode pembayaran dengan sistem virtual pay
(pembayaran elektronik) atau Go-Pay pada aplikasi Go-Jek, maka penulis tertarik
untuk meneliti lebih lanjut tentang transaksi dengan sistem virtual pay di aplikasi
Go-Jek dengan judul penelitian “Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap
Transaksi dengan Virtual Pay pada Jasa Transportasi Online di Aplikasi Go-Jek”
B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah, bahwa
masalah penelitian ini adalah adanya perbedaan nominal atau harga yang muncul
antara pembayaran dengan cara tunai dan pembayaran dengan cara virtual pay
(pembayaran elektronik) yang disebut dengan Go-Pay pada jasa transportasi
online di aplikasi Go-jek, yaitu nominal atau harga pembayaran dengan cara
virtual pay (Go-Pay) lebih murah daripada pembayaran dengan cara tunai.
Berdasarkan masalah diatas, penulis merumuskan beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme pembayaran dengan sistem virtual pay pada jasa
transportasi online di aplikasi Go-Jek?
2. Mengapa pembayaran dengan sistem virtual pay pada jasa transportasi online
di aplikasi Go-Jek lebih murah daripada pembayaran dengan cara tunai?
6
3. Bagaimana tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap perbedaan harga antara
transaksi dengan cara tunai dan virtual pay pada jasa transportasi online di
aplikasi go-jek?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui mekanisme pembayaran dengan sistem virtual pay pada
jasa transportasi online di aplikasi Go-Jek.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan adanya perbedaan
harga antara pembayaran dengan cara tunai dan pembayaran dengan cara
virtual pay (Go-Pay) pada jasa transportasi online di aplikasi Go-Jek.
3. Untuk mengetahui tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap transaksi
dengan virtual pay pada jasa transportasi online di aplikasi Go-jek.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
hukum tentang kajian hukum ekonomi syariah terhadap transaksi dengan
virtual pay pada jasa transportasi online di aplikasi Go-Jek.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
hukum baik bagi Dosen Pengampu Mata Kuliah, Mahasiswa ataupun
7
Praktisi, dan masyarakat pada umumnya yang tertarik memperdalam
hukum tentang penggunaan virtual pay (pembayaran elektronik),
khususnya mengenai tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap transaksi
dengan virtual pay pada jasa transportasi online di aplikasi Go-Jek.
E. Studi Terdahulu
Studi terdahulu merupakan sesuatu yang penting sebagai bentuk tolak ukur
dalam suatu penelitian untuk mengetahui perbedaan tentang substansi isi
penelitian. Adapun penelitian terdahulunya antara lain yaitu akan dipaparkan
berikut ini:
Pertama, skripsi Agus Agung Susilo pada tahun 2018, Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Fakultas Syariah dan Hukum, Prodi
Hukum Bisnis Syariah, dengan judul Transaksi Go-Pay Pada Perusahaan Ojek
Online Perbandingan Akad Qardh dan Wadi’ah. Hasil penelitiannya yaitu sama-
sama meneliti tentang jasa transportasi online pada aplikasi Go-Jek, sedangkan
perbedaannya yaitu jika pada penelitian sebelumnya terfokus pada akad qardh dan
akad wadi’ah maka pada penelitian yang akan penulis teliti lebih kepada
kesesuaian hukum ekonomi syariah terhadap pembayaran dengan cara virtual pay
dan dengan pembayaran dengan cara tunai.
Kedua, skripsi Galih Sumantri pada tahun 2017, Institut Agama Islam
Negeri Syekh Nurjati Cirebon, Fakultas Syariah dan Hukum, Prodi Hukum
Ekonomi Syariah, dengan judul Sistem Bagi Hasil Antara Pengelola dan Supir
Go-Jek Di Bandung. Hasil penelitiannya yaitu sama-sama meneliti tentang
transportasi online pada aplikasi Go-Jek, sedangkan perbedaannya yaitu jika pada
8
penelitian sebelumnya lebih kepada sistem bagi hasil antara pengelola dengan
pengemudi, maka pada penelitian yang akan penulis teliti lebih kepada sistem
pembayaran penggunaan jasa transportasi online pada aplikasi Go-Jek dengan
sistem pembayaran menggunakan virtual pay dan pembayaran secara tunai.
Ketiga, skripsi Annisa Adelia Yusfin pada tahun 2018, Universitas
Lampung, Fakultas Hukum, dengan judul Transaksi Jual Beli Melalui Jasa Go-
Food dalam Perspektif Hukum Islam. Hasil penelitiannya yaitu sama-sama
meneliti tentang jasa pelayanan yang ada pada aplikasi Go-Jek, sedangkan
perbedannya yaitu jika pada penelitian sebelumnya lebih terfokus tentang jual beli
pada aplikasi Go-Jek yaitu dengan pelayanan Go-Food dalam perspektif hukum
Islam, maka penelitian yang akan penulis teliti lebih kepada jasa pelayanan
transportasinya yaitu Go-Ride dan Go-Car yang pembayarannya dapat dilakukan
dengan cara tunai dan dengan virtual pay dalam tinjauan hukum ekonomi syariah.
Keempat, skripsi Niamatus Sholikha pada tahun 2016, Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya, Fakultas Syariah dan Hukum, Prodi Hukum
Ekonomi Syariah, dengan judul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jasa
Transportasi Online Go-Jek Berdasarkan Contract Drafting dengan Akad
Musharakah yang Diterapkan oleh PT Gojek Indonesia Cabang Tidar Surabaya.
Hasil penelitiannya yaitu sama-sama meneliti pada aplikasi Go-Jek, sedangkan
perbedaannya yaitu jika pada penelitian sebelumnya lebih terfokus kepada
tinjauan hukum Islam berdasarkan contract drafting dengan akad musharakah di
aplikasi Go-Jek, maka penelitian yang akan penulis teliti lebih kepada jasa
pelayanan transportasinya yaitu Go-Ride dan Go-Car yang pembayarannya dapat
9
dilakukan secara tunai dan dengan virtual pay dalam tinjauan hukum ekonomi
syariah.
Tabel perbandingannya adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Studi Terdahulu
No. Peneliti Judul Persamaan Perbedaan Hasil
Penelitian
1.
Agus
Agung
Susilo
Transaksi
Go-Pay
Pada
Perusahaa
n Ojek
Online
Perbanding
an Akad
Qardh dan
Wadi’ah
Persamaann
ya yaitu
sama-sama
meneliti
tentang jasa
transportasi
ojek online.
Perbedaannya
yaitu penulis
lebih meneliti
kepada tinjauan
hukum ekonomi
syariah terhadap
transaksi
dengan virtual
pay pada
aplikasi go-jek.
Hasil penelitian
Agus Agung
Susilo, yaitu
apabila
transaksi Go-
Pay
menggunakan
akad qardh
maka itu
menjadi
permasalahan
karena dalam
pelaksanaan
akad qardh
tidak boleh ada
tambahan nilai
berupa bonus
apapun dan
apabila
transaksi Go-
Pay akad yang
digunakan
adalah akad
wadiah maka
transaksi boleh
dilakukan
karena
penggunaan
Go-Pay bisa
dilakukan
kapanpun dan
voucher diskon
merupakan
kebijakan dari
10
perusahaan.
2. Galih
Sumantri
Sistem
Bagi Hasil
Antara
Pengelola
dan Supir
Go-Jek Di
Bandung
Persamaann
ya yaitu
sama-sama
meneliti
tentang Go-
Jek.
Perbedaannya
yaitu jika pada
penelitian
sebelumnya
terfokus kepada
sistem bagi
hasil antara
pengelola
dengan
pengemudi,
maka pada
penelitian yang
akan penulis
teliti lebih
kepada sistem
pembayarannya
yang secara
virtual pay.
Hasil penelitian
Galih
Sumantri, yaitu
sistem bagi
hasil yang telah
di tetapkan
oleh Go-Jek
telah sesuai
dengan sistem
bagi hasil
secara Islam,
karena sistem
kerjasamanya
seperti akad
musyarakah.
3.
Annisa
Adelia
Yusfin
Transaksi
Jual Beli
Melalui
Jasa Go-
Food
dalam
Perspektif
Hukum
Islam.
Persamaann
ya yaitu
sama-sama
meneliti
pada
aplikasi Go-
Jek.
Perbedannya
yaitu jika pada
penelitian
sebelumnya
trfokus kepada
jual beli pada
aplikasi Go-Jek
yaitu dengan
pelayanan Go-
Food dalam
perspektif
hukum islam,
maka penelitian
yang akan
penulis teliti
adalah tentang
jasa
transportasinya
yaitu Go-Ride
dan Go-Car.
Hasil penelitian
Annisa Adelia
Yusfin, yaitu
jual beli
melalui jasa
Go-Food dalam
perspektif
hukum Islam
sesuai dengan
akad wakalah
bil ujrah,
namun juga
terdapat akad
ijarah dalam
pelaksanaan
transaksi jual
beli tersebut,
sehingga
menimbulkan
adanya multi
akad.
4. Niamatus
Sholikha
Tinjauan
Hukum
Islam
Terhadap
Jasa
Transporta
Persamaann
ya yaitu
sama-sama
meneliti
pada
aplikasi Go-
Perbedaannya
yaitu jika pada
penelitian
sebelumnya
lebih terfokus
kepada tinjauan
Hasil penelitian
Niamatus
Sholikha, yaitu
kerjasama yang
dilakukan
antara mitra
11
si Online
Go-Jek
Berdasarka
n Contract
Drafting
dengan
Akad
Musharaka
h yang
Diterapkan
oleh PT
Gojek
Indonesia
Cabang
Tidar
Surabaya
Jek. hukum islam
berdasarkan
contract
drafting dengan
akad
musharakah di
aplikasi Go-Jek,
maka penelitian
yang akan
penulis teliti
lebih kepada
jasa pelayanan
transportasinya
yaitu Go-Ride
dan Go-Car.
driver dengan
Go-Jek
merupakan
akad kerjasama
musyarakah
yang sudah
sesuai dengan
hukum Islam,
karena sudah
berdasarkan
dengan
contract
drafting.
F. Kerangka Berpikir
Transaksi atau akad adalah kesepakatan dalam suatu perjanjian antara dua
pihak atau lebih untuk melakukan dan atau tidak melakukan perbuatan hukum
tertentu.13 Istilah perjanjian dalam hukum Indonesia disebut akad dalam hukum
islam, kata akad berasal dari kata al-‘aqd yang berarti mengikat, menyambung
atau menghubungkan (ar-rabt).14
Akad disebut juga ikatan, keputusan, atau penguatan atau perjanjian atau
kesepakatan atau transaksi dapat diartikan sebagai komitmen yang terbingkai
dengan nilai-nilai syariah.15
Secara khusus akad berarti keterkaitan antara ijab
(pernyataan/penawaran/pemindahan kepemilikan) dan qabul (pernyataan
13 Lihat Pasal 20 Ayat (1) Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES). 14 Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah Studi tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalat,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 68. 15 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah… hlm. 35.
12
penerimaan kepemilikan) dalam lingkup yang disyariatkan dan berpengaruh pada
sesuatu.
Secara umum, pengertian akad dalam arti luas hampir sama dengan
pengertian akad dari segi bahasa menurut ulama Syafi’iyah, Malikiyah, dan
Hanabilah, yaitu segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang berdasarkan
keinginannya sendiri, seperti wakaf, talak, pembebasan atau sesuatu yang
pembentukannya membutuhkan keinginan dua orang seperti jual beli, perwakilan
dan gadai. Sedangkan, secara khusus akad adalah perikatan yang ditetapkan
dengan ijab dan qabūl berdasarkan ketentuan Syara’ yang berdampak pada
objeknya. Ijab dan qabūl adalah suatu perbuatan atau pernyataan untuk
menunjukkan suatu keridaan dalam berakad diantara dua orang atau lebih,
sehingga terhindar atau keluar dari suatu ikatan yang tidak berdasarkan Syara’.
Oleh karena itu, dalam Islam tidak semua bentuk kesepakatan atau perjanjian
dapat dikategorikan sebagai akad, terutama kesepakatan yang tidak didasarkan
pada keridaan dan syariat Islam. Maka dapat dipahami bahwa setiap akad atau
persetujuan mencakup tiga tahap, yaitu: Pertama, perjanjian atau ‘ahdu. Kedua,
persetujuan dua buah perjanjian atau lebih. Ketiga, yaitu perikatan atau ‘aqdu.16
Dalam tinjauan hukum ekonomi syariah, transaksi dipersamakan juga
dengan akad. Menurut bahasa akad mempunyai beberapa arti, yaitu mengikat,
sambungan dan janji.17
Dasar hukum transaksi atau akad dalam hukum ekonomi syariah
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an dalam QS.Ali-Imran ayat 76 yaitu:
16 Rachmat Syafe’i, Fiqh muamalah, Cet.ke-10, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 44. 17 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Cet.ke-9, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 44-
45.
13
د او فى من ب لى ال متقي ن يحب الل ه فان وات قى هبعه Artinya: “Sebenarnya barangsiapa menepati janji dan bertakwa, maka sungguh,
Allah mencintai orang-orang yang bertakwa”. (Q.S. Ali-Imran: 76)18
Selain itu, dalam QS. Al-Maidah ayat 1 juga memuat tentang akad yaitu:
ف و ا امن و ا الذي ن ياي ها ن عام بهي مة لكم احلت بال عقو د او ر علي كم ي ت لى ما ال ال محل ى غي وان تم الصي د
كم الل ه ان حرم يري د ما يح Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji. Hewan ternak
dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah).
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai dengan yang dia kehendaki.”
(Q.S. Al-Maidah: 1)19
Hukum Islam yang biasa digunakan secara luas di masyarakat adalah
pengertian hukum yang dikemukakan oleh Al-Ghazali, yaitu hukum Syara’
tertentu bagi perbuatan mukalaf seperti wajib, haram, mubah, sunat, makruh, sah,
fasid, batal, qadla, dan lain-lainnya.20 T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy keberatan
memaknai istilah hukum Islam sebagai pengganti fiqh Islam karena dua alasan,
yaitu pertama, kata hukum menurut ahli hukum Islam mencakup segala hukum
18 Diakses dari www.quran.kemenag.go.id Pada Tanggal 12 November 2019.
19 Diakses dari www.quran.kemenag.go.id Pada Tanggal 12 November 2019. 20 H.A. Djazuli, Ilmu Fiqh Penggalian, Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam, (Jakarta:
Kencana, 2005), hlm. 14.
14
dan segala bidang. Kedua, kata hukum didalam istilah hukum Islam tidak
langsung menggambarkan daya ijtihad dan daya akal untuk memperolehnya.21
Setelah diketahui bahwa akad merupakan suatu perbuatan yang sengaja
dibuat oleh dua orang atau lebih berdasarkan keridhaan masing-masing, maka
timbul bagi kedua pihak haq dan iltijam yang diwujudkan oleh akad, rukun-rukun
akad ialah sebagai berikut:22
1. ‘Aqidain
2. Ma’qūd ‘alaih
3. Maudhu’ al’aqd
4. Shighat al’aqd
Adapun setiap pembentuk aqad atau akad mempunyai syarat yang
ditentukan syara’ yang wajib disempurnakan, syarat-syarat terjadinya akad ada
dua macam, yaitu:
1. Syarat-syarat yang bersifat umum, yaitu syarat-syarat yang wajib sempurna
wujudnya dalam berbagai akad.
2. Syarat-syarat yang bersifat khusus, yaitu syarat-syarat yang wujudnya wajib
ada dalam sebagian akad. Syarat khusus ini bisa juga disebut syarat idhafi
(tambahan) yang harus ada disamping syarat-syarat yang umum.
Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam berbagai macam akad,
yaitu sebagai berikut:23
21 T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Dinamika dan Elastisitas Hukum Islam, (Jakarta: Tintamas, 1992),
hlm. 11. 22 Hendi suhendi, Fiqh Muamalah… hlm. 47. 23 Hendi suhendi, Fiqh Muamalah… hlm. 50.
15
1. Kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak (ahli), tidak sah orang
yang tidak cakap bertindak, seperti orang gila, orang yang berada dibawah
pengampuan (mahjur) karena boros atau yang lainnya.
2. Yang dijadikan objek akad dapat menerima hukumnya.
3. Akad itu diizinkan oleh syara’, dilakukan oleh orang yang mempunyai hak
melakukannya walaupun dia bukan ‘aqid yang memiliki barang.
4. Janganlah akad itu akad yang dilarang oleh syara’.
5. Akad dapat memberikan faidah sehingga tidaklah sah bila rahn dianggap
sebagai imbangan amanah.
6. Ijab itu berjalan terus, tidak dicabut sebelum terjadi qabūl. Maka bila orang
yang berijab menarik kembali ijab nya sebelum qabūl maka batal ijab nya.
7. Ijab dan qabūl mesti bersambung sehingga bila seseorang berijab sudah
berpisah sebelum adanya qabūl maka ijab tersebut menjadi batal.
Ini berarti, ketika suatu transaksi baru muncul dan belum dikenal
sebelumnya dalam hukum Islam, maka transaksi tersebut dianggap dapat diterima,
kecuali terdapat implikasi dari dalil Qur’an dan Hadis yang melarangnya, baik
secara eksplisit maupun implisit. Dengan demikian, dalam bidang muamalah,
semua transaksi dibolehkan kecuali yang diharamkan. Penyebab terlarangnya
sebuah transaksi adalah disebabkan karena haram zatnya (haram li-dzatihi),
haram selain zatnya (haram li-ghairihi), dan tidak sah akadnya.24
Transaksi muamalah juga dituangkan dalam bentuk akad, pada
penyusunan akad tidak akan terlepas dari prinsip-prinsip perjanjian syariah,
24 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Cet.ke-7, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2010), hlm. 29-30.
16
prinsip dalam akad tersebut bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah sehingga
prinsip yang dijadikan dasar dalam penyusunan akad mengandung kebenaran
yang bersumber dari Allah Swt.25
Dalam kegiatan jasa atau sewa-menyewa, akad yang digunakan adalah
akad ijarah, dalam Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007 disebutkan
bahwa ijarah adalah transaksi sewa-menyewa atas suatu barang dan atau jasa
antara pemilik objek sewa dengan menyewa untuk medapatkan imbalan atas objek
yang disewakan.26 Sedangkan dalam Fatwa DSN Majelis Ulama Indonesia Nomor
09/DSN-MUI/IV/2000, menyebutkan bahwa sewa atau upah adalah sesuatu yang
dijanjikan dan dibayar nasabah kepada LKS debagai pembayaraan manfaat.
Sesuatu yang dapat dijadikan harga dlam jual bali dapat pula dijadikan sewa upah
dalam ijarah. Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau
jasa.27
Rukun ijarah yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut:28
1. Mu’jir dan musta’jir, yaitu orang yang melakukan akad sewa-menyewa atau
upah-mengupah. Mu’jir adalah orang yang menerima upah dan menyewakan.
2. Sighat, yaitu ijab dan qabul.
3. Ujrah (Upah)
4. Barang yang disewakan atau sesuatu yang dikerjakan dalam upah-mengupah.
Adapun syarat ijarah yang harus dipenuhi, yaitu:
25 Trisadini P. Usanti dan Abd Shomad. Transaksi Bank Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013),
hlm. 49. 26 Lihat Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/19/PBI.2007 tentang Penerapan Prinsip Syariah. 27 Fatwa DSN-MUI Nomor 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Ijarah. 28 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah… hlm. 117-118.
17
1. Disyaratkan pada mu’jir dan musta’jir adalah baligh, berakal, cakap
melakukan tasharuf (mengendalikan harta), dan saling meridhoi. Dengan
demikian, akad ijarah tidak sah apabila pelakuknya (mu’jir dan must’jir) gila
atau masih dibawah umur. Menurut Malikiyah, tamyiz merupakan syarat
dalam sewa-menyewa dan jual-beli, sedangkan baligh merupakan syarat untuk
kelangsungan (nafadz). Apabila anak yang mumayiz menyewakan dirinya
(sebagai tenaga kerja) atau barang yang dimilikinya, maka hukum akadnya
sah, tetapi untuk kelangsungannya menunggu izin walinya.29 Lalu, apabila
salah satu dari keduanya dipaksa untuk melakukan penyewaan maka akad
tidak sah.30
2. Sighat (ijab dan qabul) disyaratkan berkesesuaian dan menyatunya mejelis
akad seperti yang disyaratkan dalam akad jual beli. Maka akad ijarah tidak
sah jika antara ijab dan qabul tidak berkesesuaian, seperti antara objek akad
dan batas waktu.31
3. Ujrah (upah), disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak, baik
dalam sewa-menyewa maupun dalam upah-mengupah.
4. Barang yang disewakan dan upah-mengupah dengan beberapa syarat, yaitu
barang yang menjadi objek akad sewa-menyewa dan upah-mengupah dapat
dimanfaatkan kegunaannya. Benda yang mejadi objek sewa-menyewa dan
upah-mengupah dapat diserahkan kepada penyewa dan pekerja berikut
kegunaanya (khusus dalam sewa-menyewa). Manfaat dari benda yang disewa
29 Ahmad Wardi Mulisch, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 321. 30 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 13, (Bandung: PT Alma’rif, 1987), hlm. 148. 31 Rozalinda, Fiqh Muamalah dan Aplikasinya Pada Perbankan Syari’ah, (Padang: Hayfa Press,
2005), hlm. 106.
18
adalah perkara yang mubah (boleh) menurut syara’ bukan hal yang dilarang
(diharamkan). Benda yang disewakan disyaratkan kekal ‘ain (zat)-Nya hingga
waktu yang ditentukan menurut perjanjian dalam akad.32
Dalam akad penitipan harta baik itu berupa barang maupun uang, akad
yang digunakan dalam transaksi menurut hukum ekonomi syariah adalah akad
wadi’ah, menurut KHES wadi’ah adalah penitipan dana antara pihak pemilik dana
dengan pihak penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana tersebut.33
Penitipan barang atau wadi’ah merupakan perjanjian yang bersifat rill atau nyata,
dalam hal penitipan barang ini tentunya perbuatan rill tersebut dilaksanakan atau
direalisasikan dalam bentuk menyerahkan sesuatu barang.34 Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah Pasal 370 Ayat (1) menyebutkan bahwa rukun wadi’ah terdiri
atas:
1. Muwaddi’ (penitip)
2. Mustauda’ (penerima titipan)
3. Wadi’ah bih (harta titipan)
4. Ijab dan qabūl (akad)
Saat ini, transaksi atau akad tidak hanya dilakukan secara tradisional yaitu
transaksi yang biasanya dilakukan dengan cara bertemu secara langsung diantara
para pihak, tetapi saat ini akad atau transaksi dapat dilakukan menggunakan
teknologi. Kemajuan teknologi yang berkembang sangat pesat ini dapat dilihat
32 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah… hlm. 47-48. 33 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) Pasal 20 Ayat (17). 34 Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2004), hlm. 69.
19
dan dirasakan dengan munculnya berbagai macam aplikasi bisnis, di Indonesia
salah satu aplikasi bisnis tersebut adalah adanya aplikasi Go-Jek.
Selain itu, sistem pembayaran yang ditawarkan tidak hanya pembayaran
dengan cara tunai melainkan pembayaran dengan cara virtual pay atau disebut
pembayaran elektronik. Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama
Indonesia (Fatwa DSN-MUI) Nomor 116/DSN-MUI/IX/2017 tentang Uang
Elektronik Syariah, bahwa yang dimaksud dengan uang elektronik atau electronic
money adalah alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:35
a. Diterbitkan atas dasar jumlah nominal yang disetor terlebih dahulu kepada
penerbit.
b. Jumlah nominal uang disimpan secara elektronik dalam satu media yang
teredistrasi.
c. Jumlah nominal uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan
simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur
mengenai perbankan.
d. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan
penerbit uang elektronik tersebut.
Dalam Fatwa DSN-MUI Nomor 116/DSN-MUI/IX/2017 disebutkan juga
mengenai uang elektronik syariah yaitu uang elektronik yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah, maksudnya adalah pada transaksinya tidak ada unsur riba,
35 Fatwa DSN-MUI Nomor 116/DSN-MUI/IX/2017 tentang Uang Elektronik Syariah.
20
gharar, maysir, tadlis, risywah dan israf.36 Hal ini boleh dilakukan, sebagaimana
termuat dalam kaidah fiqhiyyah yaitu:
ص لفي ال معاملةال يدل ان ري مدلي ل علىتالإباحةإل هاح
Artinya yaitu: “Hukum asal dalam semua bentuk muamalah adalah boleh, kecuali
ada dalil yang mengharamkannya”.37
PT Aplikasi Karya Anak Bangsa atau yang lebih dikenal dengan Go-Jek
merupakan sebuah perusahaan teknologi asal Indonesia yang melayani angkutan
melalui jasa ojek. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2010 di Jakarta oleh
Nadiem Makarim. Saat ini, Go-Jek telah tersedia di 50 kota di Indonesia. Go-jek
Juga menyediakan layanan pembayaran digital atau virtual pay yaing disebut
dengan Go-Pay.38 Go-Pay adalah uang elektronik (electronic money) yang dapat
digunakan untuk melakukan transaksi keuangan melalui aplikasi Go-Jek.39 Sistem
pembayaran pada jasa transportasi online di aplikasi Go-Jek tidak hanya
dilakukan dengan cara virtual pay (pembayaran elektronik) atau Go-Pay tetapi
juga dapat dilakukan dengan cara tunai. Aplikasi Go-Jek menyediakan berbagai
macam jasa pelayanan seperti berikut ini:
Tabel 1.2
Jasa Pelayanan di Aplikasi Go-Jek
No. Jasa Pelayanan Definisi
1. Go-Ride Layanan transportasi online dengan
motor.
36 Fatwa DSN-MUI Nomor 116/DSN-MUI/IX/2017 tentang Uang Elektronik Syariah. 37 H.A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah-Masalah yang
Praktis, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 10. 38 Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/GO-JEK Pada tanggal 3 Agustus 2019, Pukul 10.30
WIB. 39 Diakses dari https://www.go-jek.com/faq/layanan/go-pay/ Pada tanggal 3 Agustus 2019, Pukul
10.50 WIB.
21
2. Go-Car Layanan transportasi online dengan
mobil.
3. Go-Food Layanan pemesanan makanan.
4. Go-Send Layanan transportasi barang.
5. Go-Mart Layanan berbelanja.
6. Go-Box Layanan pengantaran barang
berukuran besar.
7. Go-Tix Layanan pemesanan tiket.
8. Go-Med Layanan pembelian obat.
9. Go-Pay Layanan pembayaran digital.
10. Go-Bills Layanan berbagai pembayaran.
11. Go-Point
Layanan mengumpulkan poin dari
transaksi, agar poin bisa ditukar
dengan berbagai Diskon, Tiket Bola,
dan Souvenir.
12. Go-Pulsa Adalah layanan isi pulsa elektronik.
13. Go-Massage Adalah layanan pemijatan.
14. Go-Clean Adalah layanan kebersihan.
15. Go-Glam Adalah layanan kecantikan.
16. Go-Auto Adalah layanan montir.
Dari beberapa jasa layanan yang dimiliki aplikasi Go-Jek, penulis akan
lebih terfokus kepada penelitian tentang pembayaran jasa transportasi online yaitu
Go-ride dan Go-car dengan menggunakan virtual pay (pembayaran elektronik)
yaitu Go-Pay di aplikasi Go-Jek ditinjau menurut hukum ekonomi syariah.
Dengan demikian, penulis merumuskan kerangka pemikirannya yaitu sebagai
berikut:
22
Keterangan:
Untuk menggunakan layanan pada jasa transportasi online di aplikasi Go-Jek,
pengguna harus meng-instal aplikasi Go-Jek dan mendaftarkan diri dengan
melakukan registrasi akun Go-Jek. Ada dua cara dalam sistem pembayaran yang
tersedia pada aplikasi Go-Jek, yaitu pembayaran dengan cara virtual pay
(pembayaran elektronik) yaitu dengan Go-Pay dan pembayaran dengan cara tunai.
Go-Pay adalah uang elektronik yang dapat digunakan untuk melakukan transaksi
keuangan melalui aplikasi Go-Jek, apabila pengguna aplikasi Go-Jek melakukan
pembayaran dengan cara virtual pay (pembayaran elektronik) maka nominal atau
harga yang harus dibayar atas penggunaan jasa transportasi online pada aplikasi
Go-Jek akan lebih murah daripada pembayaran dengan cara tunai. Oleh karena
itu, bagaimanakah hukum ekonomi syariah dalam penggunaan virtual pay pada
aplikasi Go-Jek.
G. Langkah-Langkah Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan langkah-langkah penelitian
yaitu sebagai berikut:
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
deskriptif. Menurut saryono, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
digunakan untuk menyelidiki, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau
keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau
digambarkan melalui pendekatan kuantitatif. Sedangkan metode deskriptif
23
menurut Cik Hasan Bisri yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk
mendeskripsikan atau memaparkan tentang suatu satuan analisis secara utuh,
sebagai satu kesatuan yang terintegrasi, tentang transaksi dengan sistem
virtual pay pada pelayanan jasa transportasi online di aplikasi Go-Jek.40
2. Jenis Data
Jenis data kualitatif yang diperlukan adalah mengenai:
a. Mekanisme pembayaran dengan sistem virtual pay yaitu Go-Pay pada
aplikasi Go-Jek.
b. Faktor-faktor penyebab terjadinya perbedaan harga dalam sistem
pembayaran dengan cara virtual pay dan dengan cara tunai pada jasa
layanan transportasi online di aplikasi Go-Jek.
c. Kesesuaian hukum ekonomi syariah terhadap transaksi dengan sistem
virtual pay pada aplikasi Go-Jek.
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber yang terkait langsung atau
sumber data pokok permasalahan. Sumber data primer adalah data yang
dikumpulkan peneliti langsung dari sumber utamanya, misalnya penelitian
yang ingin mengetahui persepsi konsumen terhadap suatu produk atau
pelayanan jasa tertentu. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah
40 Cik Hasan Bisri, Model Penelitian Fiqih Jilid I Paradigma Penelitian Fiqh dan Fiqh Penelitian,
(Jakarta: Kencana, 2003), hlm. 62.
24
pengguna aplikasi layanan jasa transportasi online yaitu aplikasi Go-Jek,
yang menggunakan pelayanan jasa Go-Ride dan Go-Car.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data untuk mendukung
sumber data primer. Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak
langsung, dapat berupa hasil dari penelitian orang lain seperti jurnal atau
karya ilmiah lainnya, berupa buku-buku, majalah, surat kabar dan data
lainnya yang berhubungan dengan masalah yang akan dikaji.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu dengan cara:
a. Wawancara
Wawancara adalah teknik dalam upaya menghimpun data secara
akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu
yang sesuai dengan data.41 Teknik wawancara yang dilakukan penulis
yaitu melakukan dialog langsung dengan pengguna aplikasi Go-Jek
(konsumen) dan driver Go-Jek (mitra Go-Jek).
b. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan memanfaatkan
sumber-sumber kepustakaan seperti buku-buku, artikel atau jurnal ilmiah,
dan sumber bacaan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang akan
diteliti.
5. Analisis Data
41 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), hlm. 72.
25
Data yang sudah terkumpul akan dianalisis oleh penulis dengan
menggunakan metode kualitatif deskriptif. Dalam pelaksanaan analisis data,
secara garis besar proses analisis yang dilakukan penulis adalah sebagai
berikut:
a. Mengelompokkan seluruh data yang diperoleh sesuai dengan masalah
yang akan diteliti.
b. Menyesuaikan data dengan teori yang sudah dijelaskan dalam kerangka
pemikiran.
c. Menganalisis berdasarkan data-data yang diperoleh, baik itu data sekunder
maupun data primer.
d. Membuat kesimpulan berdasarkan data-data yang diperoleh dengan
memperhatikan rumusan masalah dan kaidah yang berlaku dalam
penelitian.