25
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jerawat merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh peradangan pada kelenjar minyak kulit (folikel pilosebasea) yang ditandai dengan perubahan klinis berupa komedo pada wajah, punggung, dan dada (Sulastomo, 2013). Jerawat dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang berimplikasi terhadap kecantikan sehingga mempengaruhi penampilan dan kepercayaan diri penderita (Oz dan Roizen, 2008). Salah satu faktor timbulnya jerawat adalah bakteri Staphylococcus aureus (Lovečková dan Havlíková, 2002). S. aureus yang diisolasi oleh Khorvash dkk (2012) menunjukkan resistensi terhadap antibiotik doksisiklin dan tetrasiklin. Resistensi terhadap antibiotik menjadi salah satu alasan mengapa penggunaan bahan alam kini semakin meningkat sebagai alternatif pengobatan selain antibiotik. Obat-obatan herbal telah tersedia di pasaran untuk mengatasi jerawat, termasuk yang ditujukan pada penggunaan di kulit. Pengobatan ini menggunakan bahan-bahan yang natural sehingga diharapkan efek samping yang ditimbulkan minimal. Dewasa ini ada kecenderungan peningkatan penelitian dan penggalian informasi mengenai potensi herbal sehingga masyarakat lebih memilih pengobatan dengan herbal sebagai alternatif terapi (Bedi dan Shenefelt, 2002). Mengkudu (Morinda citrifolia L.) adalah tanaman tropis yang memiliki khasiat sebagai antiinflamasi, antibakteri, analgesik, dan antikanker. Kandungan alizarin, acubin, L-asperulosida, skopoletin dan beberapa zat antrakuinon dalam buah mengkudu bersifat sebagai antibakteri (Chan-Blanco dkk., 2006). Berdasar-

BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jerawat merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh peradangan pada

kelenjar minyak kulit (folikel pilosebasea) yang ditandai dengan perubahan klinis

berupa komedo pada wajah, punggung, dan dada (Sulastomo, 2013). Jerawat dapat

menimbulkan gangguan kesehatan yang berimplikasi terhadap kecantikan sehingga

mempengaruhi penampilan dan kepercayaan diri penderita (Oz dan Roizen, 2008).

Salah satu faktor timbulnya jerawat adalah bakteri Staphylococcus aureus

(Lovečková dan Havlíková, 2002). S. aureus yang diisolasi oleh Khorvash dkk

(2012) menunjukkan resistensi terhadap antibiotik doksisiklin dan tetrasiklin.

Resistensi terhadap antibiotik menjadi salah satu alasan mengapa penggunaan

bahan alam kini semakin meningkat sebagai alternatif pengobatan selain antibiotik.

Obat-obatan herbal telah tersedia di pasaran untuk mengatasi jerawat,

termasuk yang ditujukan pada penggunaan di kulit. Pengobatan ini menggunakan

bahan-bahan yang natural sehingga diharapkan efek samping yang ditimbulkan

minimal. Dewasa ini ada kecenderungan peningkatan penelitian dan penggalian

informasi mengenai potensi herbal sehingga masyarakat lebih memilih pengobatan

dengan herbal sebagai alternatif terapi (Bedi dan Shenefelt, 2002).

Mengkudu (Morinda citrifolia L.) adalah tanaman tropis yang memiliki

khasiat sebagai antiinflamasi, antibakteri, analgesik, dan antikanker. Kandungan

alizarin, acubin, L-asperulosida, skopoletin dan beberapa zat antrakuinon dalam

buah mengkudu bersifat sebagai antibakteri (Chan-Blanco dkk., 2006). Berdasar-

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

2

kan penelitian Srinivasahan dan Durairaj (2014), ekstrak buah mengkudu memiliki

aktivitas antibakteri dan antifungi terhadap Escherichia coli, Klebsiella

pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Candida albicans, Apergillus fumigatus,

dan Aspergillus niger.

Penggunaan mengkudu sebagai antijerawat secara empiris adalah dengan

cara dihaluskan dan digunakan sebagai masker (Anonim, 2014). Penggunaan

seperti itu dirasa tidak dapat diterima dan tidak praktis sehingga dibuat menjadi

bentuk sediaan gel agar lebih mudah untuk digunakan masyarakat. Gel adalah

sediaan semisolid yang mengandung molekul kecil atau besar yang terdispersi

dalam cairan dengan penambahan basis. Pengobatan jerawat membutuhkan proses

sehingga gel cocok menjadi terapi karena dapat melekat di kulit. Pemilihan basis

akan berpengaruh terhadap sifat fisik dan aktivitas gel yang dihasilkan karena basis

memungkinkan bahan aktif tetap stabil dan mudah dilepaskan ketika diaplikasikan

pada kulit (Asmara dkk., 2012).

Hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) merupakan basis yang yang sering

digunakan karena dapat membentuk gel yang jernih dan bersifat netral serta

memiliki viskositas yang stabil pada penyimpanan jangka panjang. Basis ini dapat

menghasilkan gel yang lebih jernih dengan jumlah serat-serat tidak larut yang lebih

sedikit dibandingkn metil selulosa (Rogers, 2009). HPMC mengembang terbatas

dalam air sehingga merupakan bahan pembentuk hidrogel yang baik. Hidrogel

memiliki residu yang rendah, biokompabilitas yang baik, dan tidak lengket ketika

diaplikasikan. Kandungan air yang tinggi pada hidrogel memberikan kenyamanan

yang lebih baik dibandingkan salep (Kircik dkk., 2010; Peppas dkk., 2000).

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

3

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh

variasi konsentrasi HPMC sebagai basis terhadap sifat fisik dan aktivitas gel ekstrak

etanolik buah mengkudu yang dihasilkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat

beberapa rumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah pengaruh variasi konsentrasi HPMC terhadap sifat fisik gel

ekstrak etanolik buah mengkudu?

2. Bagaimanakah pengaruh variasi konsentrasi HPMC terhadap aktivitas

antibakteri gel ekstrak etanolik buah mengkudu?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini

dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh variasi HPMC terhadap sifat fisik gel ekstrak etanolik

buah mengkudu.

2. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi HPMC terhadap aktivitas antibakteri

gel ekstrak etanolik buah mengkudu.

D. Pentingnya Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh

HPMC terhadap sifat fisik dan aktivitas antibakteri gel ekstrak etanolik buah

mengkudu. Hal ini diharapkan dapat membantu efektivitas serta kenyamanan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

4

penggunan buah mengkudu sebagai antijerawat yang lebih dapat diterima oleh

masyarakat.

E. Tinjauan Pustaka

1. Kulit

Kulit merupakan organ terberat dan terluas yang menutupi permukaan

tubuh. Komposisi kulit terdiri atas 70% air, 25% protein, dan kurang dari 5%

lemak. Fungsi kulit adalah pelindung dari berbagai macam gangguan dan

rangsangan lingkungan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah

mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus-

menerus, respirasi, pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat,

pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar

ultraviolet matahari, sebagai alat sensor serta pertahanan terhadap tekanan

dan infeksi dari luar (Oz dan Roizen, 2008).

Kulit terbagi menjadi tiga lapisan pokok, yaitu :

a. Epidermis

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler dengan

ketebalan kurang dari 1 mm. Epidermis tersusun oleh keratinosit,

melanosit, sel Langerhans, dan sel Merkel. Regenerasi epidermis terjadi

setiap 6-8 minggu. Hasil akhir diferensiasi sel keratinosit membentuk

stratum korneum (Oz dan Roizen, 2008; Asmara dkk., 2012).

b. Dermis

Dermis terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dengan

ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

5

dan struktur lain yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar

keringat. Kelenjar keringat ini berperan sebagai pelumas di kulit dan

mencegah masuknya bakteri (Oz dan Roizen, 2008).

c. Subkutis

Subkutis merupakan jaringan ikat longgar yang sebagian besar

tersusun oleh lapisan lemak. Lemak dalam subkutis berperan sebagai

penyekat panas dan penahan guncangan bagi tubuh (Oz dan Roizen,

2008).

Menurut Voigt (1984) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

absorpsi bahan obat dari sediaannya ke dalam kulit :

a. Sifat kulit, yaitu kondisi kulit, jenis kulit, dan perlakuan kulit.

b. Sifat dan pengaruh obat, yaitu konsentrasi, kelarutan di dalam basis,

ukuran molekul, daya difusi, kecepatan pelarutan, daya disosiasi,

distribusi antara fase basis, situasi distribusi antara sediaan dan kulit.

c. Sifat dan pengaruh sediaan obat, yaitu sifat pembawa (hidrofil, lipofil,

jenis emulsi) dan teknik pembuatan.

2. Jerawat

Jerawat adalah kondisi abnormal kulit yang disebabkan produksi

kelenjar sebasea berlebih sehingga menyebabkan penyumbatan saluran

folikel rambut dan pori-pori kulit. Jerawat dapat timbul di permukaan kulit

muka, bagian dada, dan lengan atas.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

6

a. Jenis jerawat yang umum dijumpai :

1). Komedo

Whitehead adalah komedo yang tertutup akibat tersumbatnya pori-

pori oleh sebum dan sel-sel kulit. Whitehead berukuran kecil,

berwarna putih yang muncul di bawah permukaan kulit. Komedo

yang terbuka disebut sebagai blackhead, terlihat seperti pori-pori

yang membesar dan menghitam. Warna hitam yang muncul

merupakan sebum dan sel-sel kulit mati yang teroksidasi dengan

udara.

2). Papul

Papul nampak seperti benjolan-benjolan lunak, berwana merah

muda di permukaan kulit disertai peradangan yang nyata. Papul

disebabkan oleh dinding folikel rambut yang rusak sehingga sel

darah putih keluar dan menyebabkan inflamasi.

3). Pustul

Pustul merupakan papul yang berkembang menjadi benjolan

berwarna merah dengan nanah di bagian atas. Nanah ini berisi sel-

sel darah putih yang muncul ke permukaan. Sembilan puluh persen

kasus penderita jerawat mengalami papul dan pustul.

4). Jerawat batu (cystic acne)

Jerawat batu jerawat berukuran besar, berisi nanah, dan disertai

inflamasi. Jerawat batu dapat menyerang jaringan kulit bagian dalam

sehingga dapat menimbulkan bekas luka (Ramli dkk., 2012).

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

7

b. Penyebab timbulnya jerawat

1). Hormonal

Hormon testosteron (androgen) yang berlebih akan memacu sekresi

kelenjar sebasea secara hiperaktif. Akibatnya, akan timbul jerawat

pada wajah, dada, dan punggung. Pada wanita, selain hormon

androgen, produksi lipida dari kelenjar sebasea dipacu oleh

Luteinizing hormone (LH) yang meningkat saat menjelang

menstruasi.

2). Makanan

Menurut para pakar peneliti di Colorado State University

Department of Health and Exercise, makanan yang mengandung

kadar gula dan kadar karbohidrat yang tinggi memiliki pengaruh

yang cukup besar dalam menimbulkan jerawat. Konsumsi gula

berlebih akan meningkatkan kadar insulin dalam darah yang memicu

produksi hormon androgen. Hormon androgen akan memicu

timbulnya produksi minyak berlebih pada wajah sehingga

menyebabkan jerawat.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

8

3). Hiperkeratosis pada infundibulum rambut

Hiperkeratosis pada infundibulum folikel rambut akan

menyebabkan lapisan sel tanduk menjadi lebih tebal sehingga

menyumbat folikel rambut dan membentuk komedo. Folikel rambut

yang tersumbat akan menutup sebum. Pengeluaran sebum yang tidak

normal ini akan merangsang bakteri penyebab jerawat dan

menimbulkan peradangan (Mitsui, 1997).

4). Infeksi bakteri

Menurut Lovečková dan Havlíková (2002), jerawat dapat

disebabkan oleh aktivitas bakteri seperti Propionibacterium acne,

Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus aureus.

Terakumulasinya sebum oleh adanya kelebihan sekresi dan

hiperkeratosis pada infundibulum rambut menjadi sumber nutrisi

yang baik bagi pertumbuhan P. acne. Enzim lipase yang dihasilkan

dari bakteri tersebut menguraikan trigliserida pada sebum menjadi

asam lemak bebas yang menyebabkan inflamasi dan akhirnya

terbentuk jerawat. S. epidermidis dan S. aureus dapat menimbulkan

infeksi sekunder pada jerawat. Stres, genetik, lingkungan, dan kerja

berlebih rambut juga merupakan faktor yang dapat menyebabkan

timbulnya jerawat (Mitsui, 1997).

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

9

c. Pengobatan jerawat

1). Pengobatan topikal

Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan

komedo, menekan peradangan, dan mempercepat penyembuhan lesi.

Penggunaan obat topikal diantaranya dengan bahan iritan yang dapat

mengelupas kulit, kortikosteroid topikal atau suntikan intralesi untuk

mengurangi radang yang terjadi.

2). Pengobatan sistemik

Pengobatan sistemik ditujukan untuk menekan pertumbuhan jasad

renik, mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum, dan

mempengaruhi perkembangan hormonal. Pengobatannya dengan

memberikan golongan obat sistemik yang terdiri atas antibiotik

(tetrasiklin, eritromisin atau klimdamisin) dan obat hormonal yang

dapat menekan produksi androgen (etinil estradiol dan antiandrogen

siproteron).

3). Bedah kulit

Tindakan bedah kulit kadang-kadang diperlukan terutama untuk

memperbaiki jaringan parut yang timbul akibat jerawat vulgaris

yang meradang. Tindakan dapat dilaksanakan setelah jerawat

sembuh dengan cara bedah listrik, bedah kimia, bedah beku, bedah

pisau, dermabrasi atau bedah laser (Wasitaatmadja, 1997).

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

10

3. Buah mengkudu

a. Klasifikasi tanaman (Sjabana dan Bahalwan, 2002) :

divisi : Spermatophyta

sub divisi : Angiospermae

kelas : Dicotyledone

anak kelas : Sympetalae

bangsa : Rubiales

suku : Rubiaceae

marga : Morinda

jenis : Morinda citrifolia L.

b. Ciri umum buah mengkudu

Perbungaan mengkudu bertipe bonggol bulat, bergagang 1-4

cm. Mula-mula buah berwarna hijau, menjelang masak menjadi putih

kekuningan. Buah matang berwarna putih transparan dan lunak. Daging

buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk piramid, berwarna cokelat

merah. Daging buah mengkudu yang lunak banyak mengandung air

yang aromanya seperti keju busuk. Bau tersebut muncul akibat

percampuran antara asam kaprik dan asam kaproat yang berbau tengik

serta asam kaprilat yang rasanya tidak enak (Bangun dan Sarwono,

2002).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

11

Gambar 1. Buah mengkudu

c. Kandungan kimia dan khasiat

Jus buah mengkudu mengandung senyawa fenol, seperti

damnacanthal, skopoletin, morindon, alizarin, acubin, rubiadin, dan

senyawa antrakuinon lainnya. Kandungan damnacanthal memiliki

kemampuan antikanker dengan menghambat perkembangan sel K-ras-

NRK. Skopoletin adalah senyawa golongan kumarin yang memiliki

sifat analgesik dengan cara mengontrol kadar serotonin dalam tubuh.

Selain itu, skopoletin memiliki khasiat sebagai antibakteri dan efek

antihipertensi (Chan-Blanco dkk., 2006).

Xeronin yang terkandung dalam buah mengkudu dapat

mencegah kerusakan jantung akibat infeksi Staphylococcus dan

Shigella yang menyebabkan disentri. Senyawa fenolik dalam buah

mengkudu diduga memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap S.

aureus. Penelitian yang dilakukan oleh Candida dkk (2014)

menunjukkan bahwa ekstrak etanolik buah mengkudu dapat

menghambat pertumbuhan Escherichia coli dengan nilai KBM sebesar

10 mg/mL. Nitric oxide, skopoletin, vitamin C, dan vitamin A yang

dihasilkan buah mengkudu memiliki aktivitas antioksidan pencegah

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

12

radikal hidroksil (Bangun dan Sarwono, 2002; Sjabana dan Bahalwan,

2002).

4. Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus memiliki sistematika sebagai berikut (Salle,

1961):

divisi : Protophyta

kelas : Schizomycetes

bangsa : Eubacteriales

suku : Micrococcaceae

marga : Syaphylococcus

jenis : Staphylococcus aureus

Anggota genus Staphylococcus merupakan bakteri Gram positif

berbentuk bulat dengan diameter 1 µm yang tersusun dalam bentuk kluster

yang tidak teratur. Staphylococcus merupakan bakteri yang tidak motil,

membentuk spora yang tumbuh cepat pada suhu 37°C namun pembentukan

pigmen yang terbaik pada temperatur kamar (20-35°C). S. aureus biasanya

membentuk koloni abu-abu hingga kuning emas.

Gambar 2. S. aureus di bawah mikroskop elektron (Marques dkk., 2007)

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

13

Infeksi S. aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi,

diantaranya jerawat, pneumonia, meningitis, dan arthritis. Sebagian besar

penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena

itu, bakteri ini disebut piogenik. S. aureus dapat menimbulkan penyakit

melalui kemampuannya berkembang biak dan menyebar luas dalam

jaringan karena pengaruh gabungan antara zat ekstraseluler dan toksin

bersama dengan sifat daya sebar yang invasif (Brooks dkk., 2001).

5. Aktivitas antibakteri

Metode untuk melakukan pengukuran aktivitas antibakteri suatu

senyawa dapat digunakan metode difusi maupun pengenceran (dilusi).

a. Metode difusi

1.) Kirby Bauer

Metode yang juga dikenal dengan nama disc diffusion ini

merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk uji

aktivitas antibakteri. Metode ini termasuk dalam metode difusi

Agar yang dilakukan dengan cara mengambil beberapa koloni

bakteri yang sebelumnya telah ditumbuhkan selama 24 jam dan

disuspensikan ke dalam 0,5 ml media cair kemudian diinkubasi

selama 5-8 jam. Suspensi bakteri tersebut ditambahkan akudes

hingga mencapai kekeruhan yang memenuhi standar McFarland.

Selanjutnya dengan cotton swab yang telah steril, suspensi bakteri

dioleskan secara merata di seluruh media Agar. Kertas samir yang

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

14

telah berisi agen antibakteri selanjutnya diletakkan di atas media

Agar dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam (Lorian, 1980).

2.) E-test

Metode ini digunakan untuk mengestimasi KHM (Kadar Hambat

Minimum) yaitu dengan menggunakan strip plastik yang

mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi

dan diletakkan pada permukaan media Agar yang telah ditanami

mikroorganisme. Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

ditimbulkannya yang menunjukkan kadar agen antimikroba yang

menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada media Agar

(Pratiwi, 2008).

3.) Ditch-plate technique

Substansi antibakteri diletakkan pada parit di sepanjang media

yang dibuat dengan memotong media Agar pada cawan petri.

Bakteri uji digoreskan pada parit berisi antibakteri (Hugo dan

Russell, 1998). Bakteri uji yang resisten terhadap zat antibakteri

akan tumbuh pada parit sedangkan bakteri uji yang tidak resisten

menunjukkan zona hambat di sekitar parit. Diameter zona hambat

memberikan gambaran aktivitas substansi antibakteri terhadap

bakteri uji (Kokare, 2008).

4.) Cup-plate technique

Subtansi antibakteri diletakkan pada sumuran media yang telah

ditanami bakteri. Pengamatan dilakukan pada diameter area jernih

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

15

yang berada di sekitar sumuran. Area jernih mengindikasikan

adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen

antibakteri (Hugo dan Russell, 1998). Kekurangan metode ini

diantaranya adalah perlu berhati-hati dalam mengisi sumuran dan

menjaga cawan petri supaya isi sumuran tidak tumpah (Gavin,

1957).

5.) Gradient-plate technique

Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba pada media Agar

secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal. Media Agar

dicairkan dan dilarutkan uji ditambahkan. Campuran kemudian

dituang kedalam cawan petri dan diletakkan dalam posisi miring.

Nutrisi kedua lalu dituang diatasnya. Hasil diperhitungkan sebagai

panjang total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang

mungkin dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

(Pratiwi, 2008).

b. Metode dilusi

1). Dilusi cair

Metode ini mengukur KHM dan KBM (Kadar Bunuh Minimum)

suatu zat antibakteri. Cara yang dilakukan adalah dengan membuat

seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang

ditambahkan dengan bakteri uji. Larutan uji agen antimikroba pada

kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan

bakteri uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

16

sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media cair

pada penambahan bakteri uji ataupun agen antimikroba, dan

diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang terlihat jernih

setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM (Pratiwi, 2008).

2). Dilusi padat

Metode dilusi padat dilakukan dengan membuat serial konsentrasi

antibakteri ke dalam medium Agar, biasanya dengan pengeceran

dua kali lipat. Prosedur pengerjaan dilusi padat sama dengan dilusi

cair namun menggunakan medium padat. Keuntungan metode ini

adalah dapat digunakan untuk beberapa bakteri sekaligus dalam

satu cawan dan KHM dapat diidentifikasi secara lebih mendalam

serta memperluas rentang konsentrasi agen antibakteri (OIE,

2012).

6. Ekstrak dan metode ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi

zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan

massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi

baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995).

Salah satu metode ekstraksi adalah dengan cara maserasi. Maserasi

adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan

beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan

(Anonim, 2000).

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

17

Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia hingga

meresap dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel

dan masuk ke dalam rongga sel sehingga melarutkan zat atif yang terdapat

pada serbuk simplisia sehingga akan terjadi perbedaan konsentrasi antara

larutan di dalam sel dengan di luar sel yang menimbulkan difusi. Larutan

dengan konsentrasi tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan

penyari dengan konsentrasi rendah. Peristiwa tersebut berulang sampai

terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.

Kondisi tersebut dapat menyebabkan kejenuhan sehingga diperlukan

pengadukan untuk menjaga adanya derajat perbedaan konsentrasi zat aktif

yang sekecil-kecilnya antara di dalam sel dan di luar sel.

Keuntungan pengekstrakan dengan maserasi adalah cara pengerjaan

dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan sehingga

proses ekstraksi yang dilakukan akan lebih terstandar karena mudah untuk

dikontrol. Kerugian metode ini adalah pengerjaannya lama dan hasil

penyarian kurang sempurna (Anonim, 1986).

7. Gel

Gel adalah suatu sistem semipadat yang tersusun dari partikel

anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan saling diresapi

cairan. Gel yang tersusun dari molekul organik merupakan sistem satu fase

sedangkan gel yang tersusun dari molekul inorganik merupakan sistem dua

fase (Mahalingam dkk., 2008).

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

18

Penampilan gel adalah transparan atau berbentuk suspensi partikel

koloid yang terdispersi, dimana dengan jumlah pelarut yang cukup banyak

membentuk gel koloid yang mempunyai struktur tiga dimensi.

Terbentuknya gel dengan struktur tiga dimensi disebabkan adanya cairan

yang terperangkap sehingga molekul pelarut tidak dapat bergerak.

Sifat gel yang sangat khas yaitu :

a. Memiliki kemampuan untuk mengembang (swelling). Hal ini

disebabkan oleh komponen pembentuk gel mampu mengabsorpsi

larutan yang membuat volume bertambah. Pelarut berpenetrasi dengan

matriks gel sehingga terjadi interaksi antara pelarut dengan gel.

b. Sineresis, suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi dalam

massa gel. Cairan yang terjerat di dalam gel akan keluar dan berada di

atas permukaan gel. Terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase

relaksasi akibat adanya tekanan elastik saat pembentukan gel. Saat

terjadi tekanan elastik, terbentuklah massa gel yang tegar. Perubahan

ketegaran gel akan menyebabkan karakteristik antar matriks berubah

sehingga memungkinkan cairan bergerak ke permukaan.

c. Struktur gel bermacam-macam tergantung komponen pembentuk gel.

Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi dan

memiliki aliran viskoelastik (Zatz dan Kushla dkk., 1996).

Sediaan gel memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah

kemampuan penyebarannya baik pada kulit, memberikan efek dingin, tidak

ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis, mudah dicuci dengan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

19

air, dan mampu melepaskan obat dengan baik (Voigt, 1984). Kekurangan

bentuk sediaan gel yaitu memiliki efek protektif yang rendah sehingga tidak

dapat digunakan sebagai emolien (Asmara dkk., 2012).

8. Kontrol kualitas sediaan gel

a. Organoleptis

Pemeriksaan ini biasa dilakukan secara makroskopik dengan

mendeskripsikan warna, kejernihan, transparansi, kekeruhan, dan

bentuk sediaan. Pemeriksaan ini dapat pula dilakukan secara

mikroskopik yang dilakukan dengan mengambil gambar

microphotographs yang berguna untuk dokumentasi (Paye dkk., 2001).

b. Viskositas

Viskositas merupakan suatu gambaran ketahan benda cairan

untuk mengalir. Viskositas menentukan sifat sediaan dalam bahan

campuran dan sifat alirnya, pada saat diproduksi, pengemasan serta

sifat-sifat penting saat pemakaian, seperti konsistensi, daya sebar, dan

kelembapan. Viskositas juga akan mempengaruhi stabilitas fisik dan

ketersediaan hayati (Paye dkk., 2001). Semakin tinggi viskositas, waktu

retensi pada tempat aksi akan naik, sedangkan daya sebarnya akan

menurun. Viskositas sediaan dapat dinaikkan dengan menambah

polimer (Donovan dan Flanagan, 1996).

c. Daya lekat

Daya lekat berkaitan dengan kemampuan sediaan untuk

menempel pada lapisan epidermis. Semakin besar daya lekat gel, maka

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

20

semakin baik penghantaran obatnya. Tidak ada persyaratan khusus

mengenai daya lekat sediaan semipadat (Zatz dan Kushla, 1996).

d. Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dalam banyak kasus dilakukan secara

visual. Pengendapan dalam suatu larutan atau pemisahan fase dalam

suatu emulsi dapat dengan mudah dideteksi. Sistem campuran tak

transparan dan multifase sangat sulit untuk diperiksa. Pemeriksaan

sistem campuran yang demikian dilakukan secara mikroskopik dari

sampel yang ada, bersamaan dengan pengujian kuantitatif zat aktif

(homogenitas isi) (Paye dkk., 2001).

e. pH

pH menunjukkan derajat keasaman suatu bahan. Nilai pH

idealnya sama dengan pH kulit Hal ini bertujuan untuk menghindari

iritasi. pH normal kulit manusia berkisar antara 4,5-6,5 (Draelos dan

Lauren, 2006).

f. Daya sebar

Uji daya sebar dilakukan untuk menjamin pemerataan gel saat

diaplikasikan pada kulit yang dilakukan segera setelah gel dibuat. Daya

sebar terkait dengan kenyamanan saat pemakaian. Sediaan yaang

memiliki daya sebar baik berkisar 5-7 cm (Garg dkk., 2002).

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

21

9. Monografi bahan

a. Hidroksipropil metilselulosa (HPMC)

Nama lain dari HPMC antara lain adalah Benecel MHPC

(methylhydroxypropylcellulose); Methocel; hypromellosum;

methylcellulose propylene glycol ether; MHPC; Pharmacoat; Tylopur;

Tylose MO. HPMC memiliki ciri-ciri serbuk putih atau putih

kekuningan, tidak berbau, dan tidak berasa. HPMC larut dalam air

dingin dan membentuk koloid yang kental namun tidak larut di dalam

air panas, kloroform, etanol (95%), dan eter.

Pada sediaan topikal, HPMC banyak digunakan sebagai

suspending thickening agent. Sebagai koloid pelindung, HPMC dapat

mencegah tetesan air dan partikel mengalami penggabungan atau

aglomerasi (Rogers, 2009).

Gambar 3. Struktur HPMC (Rogers, 2009)

HPMC dapat menghasilkan larutan yang stabil pada pH 3-11

dan memberikan viskositas pada penyimpanan jangka panjang. Larutan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

22

HPMC sebaiknya dikombinasikan dengan pengawet antimikroba untuk

mencegah pertumbuhan bakteri (Rogers, 2009).

b. Propilen glikol

Propilen glikol memiliki rumus molekul C3H8O2. Bahan ini

tidak berwarna, cairan kental, tidak berbau, dengan rasa agak manis,

dan berbau tajam yang menyerupai gliserin. Propilen glikol adalah

pelarut yang lebih baik dibandingkan dengan gliserin dan dapat

melarutkan berbagai bahan, seperti korikosteroid, fenol, obat-obat

golongan sulfa, barbiturat, vitamin (A dan D), sebagian besar alkaloid,

dan anastesi lokal (Weller, 2009).

Gambar 4. Struktur propilen glikol (Weller, 2009)

Dalam kondisi normal, propilen glikol stabil dalam wadah yang

tertutup rapat dan juga merupakan suatu zat kimia yang stabil bila

dicampur dengan gliserin, air atau alkohol. Penggunaan propilen glikol

pada sediaan topikal sebagai solven maupun kosolven berkisar 5-80%.

Bahan ini higroskopis sehingga harus disimpan dalam wadah yang

tertutup rapat, terlindung dari cahaya, dan dalam tempat yang kering

(Weller, 2009).

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

23

c. Metilparaben

Metilparaben memiliki rumus molekul C8O8O3 dan bobot jenis

152,15. Nama lain metilparaben antara lain Uniphen P-23; Nipagin M;

Solbrol M; Tegosept M dan metagin. Metilparaben memiliki berbentuk

hablur kecil, tidak berwarna atau putih, tidak berbau atau berbau khas

lemah, dan memiliki sedikit rasa terbakar.

Gambar 5. Struktur metilparaben (Haley, 2009)

Metilparaben sukar larut dalam air, dalam benzena, dan dalam

karbon tetraklorida namun mudah larut dalam etanol dan eter.

Metilparaben secara luas digunakan sebagai pengawet dan antimikroba

pada kosmetik. Bahan ini dapat digunakan sendiri maupun

dikombinasikan dengan antimikroba lain, seperti etil-, propil, dan

butilparaben untuk memberikan efek aktivitas yang sinergis.

Kemampuan ini juga dapat ditingkatkan dengan penambahan eksipien

lain seperti propilen glikol (Anonim, 1995; Haley, 2009).

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

24

d. Air murni

Air murni memiliki rumus molekul H2O. Bahan ini diperoleh

dari air yang dimurnikan melalui destilasi, perlakuan penukar ion,

osmosis balik, atau proses lain yang sesuai. Akuades dibuat dari air

yang memenuhi persyaratan minum dan tidak mengandung zat

tambahan lain. Pemerian dari air adalah cairan jernih, tidak memiliki

warna, dan bau. Air memiliki kisaran pH 5 hingga 7. Penyimpanan air

dilakukan dalam wadah tertutup rapat (Anonim, 1995).

F. Landasan Teori

Buah mengkudu memiliki beragam khasiat, salah satunya adalah sebagai

antijerawat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Natheer dkk (2012), ekstrak

buah mengkudu memiliki KBM sebesar 25 mg/mL terhadap S. aureus. Kandungan

buah mengkudu yang berpotensi sebagai antibakteri adalah antrakuinon dan

flavonoid (Purwantiningsih dkk., 2014).

Efektivitas penggunaan buah mengkudu dapat ditingkatkan dengan

memformulasikan ke dalam bentuk sediaan gel. Gel merupakan sediaan topikal

yang dapat melekat pada kulit sehingga cocok untuk pengobatan penyakit kulit

seperti jerawat (Mahalingam dkk., 2008). Basis merupakan komponen penyusun

gel yang memiliki pengaruh terhadap viskositas, rheologi, stabilitas fisik, dan

penampilan gel (Laba, 2001). Salah satu basis yang sering digunakan dalam

formulasi gel adalah HPMC.

HPMC adalah basis gel nonionik yang dengan penambahan air akan

mengembang menjadi lebih kental (Rogers, 2009). Berdasarkan penelitian

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86602/potongan/S1-2015... · ketebalan 2-3 mm. Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah, saraf,

25

Arikumalasari dkk (2013), kenaikan konsentrasi HPMC menaikkan viskositas,

daya lekat gel, dan menurunkan daya sebar gel ekstrak kulit buah manggis.

Kenaikan konsentrasi HPMC menyebabkan struktur gel menjadi lebih kaku

sehingga sulit untuk mengalir (Peppas dkk., 2000). Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Setyaningrum (2013) aktivitas antibakteri gel kembang sepatu

secara in vitro terhadap S. aureus menurun dengan kenaikan konsentrasi HPMC.

Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan viskositas gel yang mempersulit difusi zat

aktif dari pembawanya.

G. Hipotesis

1. Variasi konsentrasi HPMC berpengaruh terhadap sifat fisik gel. Kenaikan

konsentrasi HPMC menurunkan daya sebar, meningkatkan daya lekat dan

viskositas gel ekstrak etanolik buah mengkudu.

2. Penggunaan variasi konsentrasi HPMC sebagai basis akan mempengaruhi

aktivitas antibakteri gel ekstrak etanolik buah mengkudu. Semakin tinggi

konsentrasi HPMC, maka menurunkan difusi zat aktif dari sediaan.